Akibat adanya migrasi ion dan elektron, karat sering terbentuk pada daerah yang
agak jauh dari permukaan besi yang terkorosi (lubang). Warna pada karat beragam mulai
dari warna kuning hingga cokelat merah bahkan sampai berwarna hitam. Warna ini
bergantung pada jumlah molekul H2O yang terikat pada karat.
b. Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi
kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada
laju korosi yang berbeda dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau
pekat, dimana pada larutan encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam
H2SO4 pekat.
c. Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi
kinetika reaksi kimia akan meningkat.
Pada potensi lebih positif dari -0,6 dan pada pH di bawah sekitar 9, ion besi (Fe2+
atau Fe II) adalah zat yang stabil. Hal ini menunjukkan bahwa besi akan menimbulkan
korosi pada kondisi ini. Di daerah lain dari besi diagram E-pH, dapat dilihat bahwa
korosi besi menghasilkan ion besi (Fe3+ atau Fe III), besi hidroksida [Fe(OH)3], besi
hidroksida [Fe(OH)2], dan pada kondisi yang sangat alkali, ion HFeO2- kompleks.
Produk korosi padat dianggap berbeda dari sebelumnya, ferric oxide (Fe2O3) dan
magnetit (Fe3O4), baik konstituen bijih besi penting.
Kehadiran daerah kekebalan yang relatif besar di angka sebelumnya, di mana
produk korosi yang kuat dan mungkin pelindung, menunjukkan bahwa zat besi dapat
menimbulkan korosi apalagi dalam kondisi potensial / pH tersebut. Diagram ini juga
menunjukkan bahwa jika potensi besi dibuat cukup negatif atau bergeser katodik di
bawah sekitar -0,5 V vs SHE di lingkungan netral atau asam, seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar berikut, besi akan menimbulkan korosi jauh lebih sedikit. Hal ini
menjelaskan kriteria perlindungan yang berlaku umum katodik dari -0,85 V vs CCSRE
digunakan di industri untuk melindungi aset baja dimakamkan di tanah. Perbedaan antara
potensi katodik ini dan garis merupakan indikasi bahwa potensi tersebut juga akan
cenderung electrolyze air menjadi hidrogen seperti yang ditunjukkan dalam persamaan.
(Firdausi, 2012)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Menyiapkan larutan NaCl 3,56%; NaOH 3%; K2Cr2O7 3%; HCl 3%; dan Air kran
masing-masing 200 mL
Mengamati logam dimasing-masing larutan pada t=0 menit, t=20 menit, dan t=48 jam
Logam terkorosi
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan
a. Pada saat t=0 menit
Potensial Potensial pH Massa
No. Larutan Pengamatan
(V/CSE) (V/SHE) larutan logam (gr)
Logam: belum terbentuk karat
1. H2O 0,267 0,585 8 10,36
Lar.: bening
K2Cr2O7 Logam: belum terbentuk karat
2. 0,245 0,563 4 9,79
3% Lar.: oranye
Logam: belum terbentuk karat
3. HCl 3% 0,56 0,818 1 10,38
Lar.: kuning muda
Logam: belum terbentuk karat
4. NaCl 3% 0,645 0,963 7 10,13
Lar.: bening
Logam: belum terbentuk karat
5. NaOH 0,45 0,768 14 10,4
Lar.: bening
Tabel 4.1.1 Data Pengamatan (t=0 menit)
5.1 Pembahasan
Aghnia Fatharani (151411065)
Korosi merupakan suatu proses elektrokimia yang melibatkan adanya transfer
electron dari anodic ke katodik atau merupakan suatu reaksi oksidasi-reduksi yang
berlangsung secara spontan. Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum
tentang korosi baja karbon di berbagai larutan. Praktikum ini menggunakan variasi
larutan, yaitu larutan HCl 3%, NaCl 3,56%, NaOH 3%, K2Cr2O7 3% dan air keran.
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan korosi logam baja karbon
di berbagai larutan. Praktikum ini bertujuan menghitung potensial logam dalam berbagai
larutan dengan menggunakan elektroda CSE yang diubah ke dalam standar SHE,
menjelaskan pengaruh pH larutan terhadap laju korosi logam, menunjukan kondisi logam
setelah direndam beberapa waktu di berbagai larutan pada diagram E pH untuk sistem
Fe H2O, dan menghitung laju korosi baja dalam berbagai larutan berdasarkan metode
kehilangan berat (W).
Praktikum dilakukan dengan mencelupkan logam baja karbon kedalam larutan
yang terlah disiapkan, sebelumnya larutan tersebut diukur pH-nya yang bertujuan untuk
melihat pengaruh dari besar nilai pH terhadap laju korosi dan sifat logam tersebut
terkorosi, stabil atau korosi pasif yang nantinya dapat dilihat dari diagram E-pH atau
sering disebut juga diagram puorbaix. Percobaan dilakukan selama 48 jam dan dilakukan
pengamatan pada waktu 0 menit, 20 menit, dan 48 jam.
Dari hasil yang didapatkan dapat diketahui bahwa meskipun logam yang
dikorosikan sama (logam baja), akan tetapi mengalami laju korosi dan pengurangan
massa yang berbeda. Hal ini dikarenakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
laju korosi adalah komposisi kimia dari elektrolitnya.
Logam yang direndam dalam larutan NaOH 3% memliki laju korosi korosi yang
kecil dan paling lambat dibandingkan dengan laju korosi pada larutan lain. Namun laju
korosi pada larutan ini tidak dapat dihitung karena tidak terjadi perubahan massa. Hal ini
disebabkan oleh larutan NaOH yang bersifat basa sehingga laju korosi berjalan lambat.
Selain itu, permukaan logam dalam NaOH menjadi terpasifkan. Laju korosi ini juga
sesuai dengan teori yang ditunjukkan oleh diagram E-pH untuk sistem Fe-H2O, yaitu
pada awal reaksi (t= 0 menit) logam tersebut bersifat pasif dan pada akhir reaksi pun (t=
48 jam) tetap bersifat pasif.
Laju korosi yang lebih kecil berikutnya adalah laju korosi logam pada larutan
K2Cr2O7. Hal ini dikarenakan K2Cr2O7 merupakan senyawa inhibitor korosi yang dapat
menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan terhadap suatu logam. Menurunkan laju
penyerangan korosi bukan berarti membuat suatu logam menjadi imun, hanya laju korosi
nya saja yang melambat. Hal ini dapat terlihat bahwa dari diagram E-pH kondisi logam
di larutan K2Cr2O7 bersifat aktif (terkorosi) dari awal hingga akhir reaksi.
Sedangkan logam yang memiliki laju korosi paling tinggi adalah logam yang
direndam dalam larutan HCl 3%, yaitu 28,75 mmpy. Pada akhir proses pun dapat terlihat
secara visual bahwa terbentuk karat disemua lapisan permukaan. Hal ini dapat dibuktikan
juga dengan diagram E-pH untuk sistem Fe-H2O pada awal reaksi (t= 0 menit) logam
bersifat aktif (terkorosi) dengan nilai beda potensial awal bernilai 0,818 V/SHE dengan
pH 1 dan pada akhir reaksi (t= 48 jam) bersifat aktif dengan nilai beda potensial 1,024
V/SHE, pH 1.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa pH larutan juga berpengaruh terhadap laju
korosi. Semakin tinggi pH, laju korosi relatif menjadi lebih besar. Hal ini terjadi karena
kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7, terjadi reaksi reduksi tambahan yang
berlangsung pada katode, yaitu:
2H-(aq) + 2e- H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom
logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
5.2 Simpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Laju korosi pada baja dalam larutan:
H2O yaitu 48,128 mmpy
HCl 3% yaitu 280,75 mmpy
NaCl 3% yaitu 40,223mmpy
2. Semakin tinggi pH maka semakin kecil laju korosi yang terjadi pada baja
3. Kondisi logam setelah direndam beberapa waktu di berbagai larutan pada diagram
E-pH untuk sistem Fe-H2O adalah:
H2O pada kondisi pasif
K2Cr2O7 3% pada kondisi terkorosi
HCl 3% pada kondisi terkorosi
NaCl 3% pada kondisi terkorosi
NaOH 3,56% pada kondisi terkorosi
DAFTAR PUSTAKA
= 48,128 mmpy
= 280,75 mmpy
= 40,223 mmpy