Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

KINETIKA KEMATIAN MIKROBA DAN TEKNIK STERILISASI


MEDIA SECARA BATCH DAN CONTINUE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Laboratorium Bioproses

Tanggal Praktikum : Selasa, 11 Desember 2018

Tanggal Pengumpulan Laporan : Senin, 17 Desember 2018

Dosen Pembimbing : Dra. Bevi Lidya, M.Si., Apt.

Oleh :

M. Akhid Maulana Akbar 171411053


M. Nur Missuari 171411054
M. Rizky Pradhana 171411055
Oki Andri Oktaviana 171411056

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch
dan continous.
b. Memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba.
c. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction time
atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi.
B. Landasan Teori
Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua kehidupan
miksoba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi yang kurang
steril hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang berarti masih terdapat
mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan. Proses
sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan menggunakan
bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk mematikan
mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl 1,1%. Proses fisik
untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa pemanasan. Metode
dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry heat) dan pemanasan
basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi tanpa menggunakan
panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan Filtrasi.
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung
pada jenis material, sebagai berikut :
1. Sterilisasi cairan
Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung
gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada dua
cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan panas
dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber
untuk mencapai temperatur 121ºC dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya
bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121ºC selama minimal
15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2
jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang temperatur bisa diset pada
134ºC (untuk medis).
Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter
berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang kecil (1-
2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein.

2, Sterilisasi Padatan
Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa
jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan
dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun ditambah proses pengeringan.
Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV dan disemprot ethanol 70 %.
Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan dibahas di bagian ke-2 tentang
sterilisasi gas).

 Jenis-Jenis Sterilisasi
Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap mengganggu, terutama
mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah mikroba
hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan tersebut, dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
 Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme dari
benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
 Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa
mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan pada suhu
62ºC selama 30 menit, pemanasan 71–74ºC selama 20 detik, atau pemanasan 85–87ºC
selama 5 detik.

 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk bakteri
endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai proses
bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun proses fermentasi
melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran mikroorganisme lain
(kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini disebabkan karena :
1.Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan kontaminan)
sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam. Tentu saja hal ini sangat
merugikan karena selain mengurangi produktivitas juga menyulitkan dalam proses isolasi.
2.Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih dominan dan
mendesak produk mikroba target hingga dapat menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan mungkin
dapat membahayakan manusia
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis kultur.

Untuk menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat


dilakukan antara lain dengan:
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis
makhluq hidup yang ada dalam media, dilakukan sebelum inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup dari ruang
fermentor, termasuk udara secara kontinyu
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi

Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi. Sterilisasi
secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar mencegah mikroba
masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh mikroba dapat dilakukan dengan
penggunaan panas, freezing (pembekuan), penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll.
Sementara sterilisasi fisik tanpa membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi.
Filtrasi merupakan upaya untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara
menyaring sesuatu dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya. Cara ini tidak membunuh mikroba yang ada, hanya meminimalisasi agar
mikroba tidak terbawa.
Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun panas
kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media dan bahan–
bahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alat–alat. Faktor–faktor yang
mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:
 Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan
 Morfologi mikroorganisme
 Komposisi media fermentasi
 pH
 Ukuran partikel tersuspensi
 Temperatur yang digunakan
 Durasi proses sterilisasi
 Keberadaan air

 Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue, sebagai berikut :
1) Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas ke
dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam fermentor. Cara ini
disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara menghilangkan uap panas langsung ke
dalam larutan medium (metode langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas
murni, yaitu bebas dari bahan kimia tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak
digunakan dalam proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan
mengakibatkan bertambahnya volume cairan media dalam fermentor karena adanya
kondensasi uap yang digunakan.

2) Sterilisasi Continue
Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan kerusakan
medium tetapi mengkinsumsi banyak energi. Temperature yang dibutuhkan untuk
sterilisasi sistem ini adalah 140ºC dengan waktu hanya 30 hingga 120 detik. Alat yang
digunakan dapat berupa Continues plate heat exchange dan Continues injection flash
cooler. Kelebihan Continues injection flash cooler antara lain:

 Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat tersuspensi


 Biaya lebih murah
 Mudah dibersihkan
 Pemanasan dan pendinginan lebih cepat
 Penggunaan uap lebih efisien
 Adapun Kekurangannya antara lain:
 Dapat terbentuk buih saat pemanasan dan pendinginan
 Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang murni, yaitu bebas dari bahan
anti karat.

 Kinetika Kematian Mikroba


Proses panas secara komersial umumnya didesain untuk menginaktifkan
mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan manusia dan
mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga peluang
terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal yang harus
diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari
medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik ketahanan panas
dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai level pengurangan jumlah mikroba
yang diinginkan, amaka ditentukan siklus logaritma pengurangan mikroba. Kemudian
dihitung nilai sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo). Nilai Fo ini ditentukan sebelum proses
termal berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung pada suhu standar atau pada suhu tertentu,
dimana untuk menghitungnya perlu diketahui nilai D dan nilai Z (Kusnandar, 2008).
Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba oleh suhu
pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu yang
diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar 90% atau
satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin besar nilai
D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan panas mikroba
tersebut pada suhu yang tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu standar. Untuk
bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu standar 121ºC, sedangkan
untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan suhu yang lebih rendah
(80-100°C). Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan dengan nilai Do (Anonim,
2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian
kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-
faktor yang mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan dikendalikan.
Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor kritis yang dapat
mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda antara satu produk
dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu diidentifikasi pengaruhnya
adalah:
(a) Karakteristik bahan yang dikalengkan (pH keseimbangan, metode pengasaman,
konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio
padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran partikel, jenis pengental, jenis pengawet yang
ditambahkan, dan sebagainya), kemasan (jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke
dalam kemasan),
(b) Proses dalam retort (jenis retort, jenis media pemanas, posisi wadah dalam
retort, tumpukan wadah, pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya nesting (Anonim c,
2008).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40°C, optimum pada
37°C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E. coli
banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor
untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih
karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya (Anonim, 2009).
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini
terogolong baketri mesofilik. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan
menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu,
Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan
pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga
tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada
pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri ini adalah
jenis bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunya flagella polar sehingga
bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm. Bakteri ini tidak menghasilkan
spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat (Anonim, 2010).
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel dibawah menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap
panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan basah
yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain. Siklus
sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga mikroba jenis
lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses sterilisasi maka
waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurang.

Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch


Jenis Mikroba Ketahanan Relatif Terhadap Panas
Bakteri vegetative dan khamir
1
Virus dan bakteriofage
1-5

Spora kapang
2-10
Spora bakteri
3 x 106

Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora


Suhu Sterilisasi (oC) Waktu yang Diperlukan untuk Mematikan
Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan
karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal proses
sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan bertambahnya waktu
sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses
justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah temperature pemanasan
mencapai temperature yang mengakibbatkan kematian mikroba (lethal temperature), maka
secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.

Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh pemanasan dapat
mengikuti persamaan linear orde -1.
𝑑𝑁
Persamaannya : − 𝑑𝑡 = 𝑘𝑑 𝑁 …….(2.1)

N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Kd = konstanta laju kematian mikroba
𝑁𝑡
Integrasi persamaan 2.1 menjadi : = 𝑒 −𝑘𝑡 …….(2.2)
𝑁0

N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0


Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t
Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap waktu,
𝑁𝑡
𝑙𝑛 𝑁 = −𝑘𝑑 𝑡 …….(2.3)
0

N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan kontaminasi


mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction value (D)
yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam menit pada suhu tertentu untuk
mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi
1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :
𝑁𝑡
= 𝑒 −𝑘𝐷 …….(2.4)
𝑁0
ln 10
𝐷= …….(2.5)
𝑘

Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur, mengikuti
persamaan Arhenius:
−𝐸𝑑
𝑘𝑑 = 𝑘𝑑0 𝑒 𝑅𝑇 …….(2.6)
𝐸𝑑 1
ln 𝑘𝑑 = ln 𝑘𝑑0 − 𝑅𝑇 𝑇…….(2.7)

Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis lurus gradient
– Ed/R.

C. Alat dan Bahan


Berikut tabel alat dan bahan yang digunakan :

Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

Beker glass 1000 mL (2 buah) Fermipan

Water bath Metil Biru

Hot plate Alkohol

Tabung reaksi steril (20 buah) Es

Thermometer

Mikroskup

Counting chamber
Kaca preparat + cover glass (5 buah)

Coil tembaga

Pembakar spiritus

Pompa peristaltic

Pipet tetes (5 buah)

Pipet ukur 10 mL steril (5 buah)

Pipet ukur 1 mL steril (10 buah.)

D. Prosedur Kerja

1) Sterilisasi Batch
Masing-masing di isi
Masukkan tabung
dengan sampel 5 mL Memanaskan water
reaksi untuk
kemudian diberi tanda bath pada suhu
memanaskan ke suhu
untuk t0, t1, t2, t3, dan penangas 40ºC
40ºC
t4

Amati dengan
Jika sudah, taruh
Teteskan inokulum ke mikroskop
tabung reaksi kedalam
kaca preparat menggunakan
wadah berisi es
perbesaran 10 x 40

Ulangi dengan variasi


temperatur yang telah
ditentukan
2) Sterilisasi Continue

Susun rangkaian alat sterlisasi secara kontinu

Panaskan water batch pada Temperatur 40ºC

Atur laju alir biakan pada q1, tamping media aliran


keluaran dalam tabung reaksi steril setelah
melewati waktu tinggal dalam pipa/selang.

Amati sel hidup dan sel mati yang keluar. ((Ulangi


untuk variasi temperatur dan laju alir yang
berbeda)

E. DATA PENGAMATAN

1) Sterilisasi Batch
 Temperatur = 40ºC

Temperatur = 40ºC Sel


Sel hidup Sel mati Sel total
Waktu (menit)
(Nt) (Nt) (N0)
t0 0 11 17 28
t1 5 27 49 76
t2 10 20 40 60
t3 15 21 76 97
t4 20 25 53 78

 Temperatur = 50ºC

Temperatur = 50ºC Sel


Sel hidup Sel mati Sel total
Waktu (menit)
(Nt) (Nt) (N0)
t0 0 26 23 49
t1 5 31 76 107
t2 10 25 69 94
t3 15 24 72 96
t4 20 18 58 76

 Temperatur = 60ºC

Temperatur = 60ºC Sel


Sel hidup Sel mati Sel total
Waktu (menit)
(Nt) (Nt) (N0)
t0 0 31 35 66
t1 5 44 70 114
t2 10 40 89 129
t3 15 35 91 126
t4 20 32 93 125

 Temperatur = 70ºC

Temperatur = 70ºC Sel


Sel hidup Sel mati Sel total
Waktu (menit)
(Nt) (Nt) (N0)
t0 0 32 64 96
t1 5 25 87 112
t2 10 20 75 95
t3 15 21 70 91
t4 20 9 71 80

2) Sterilisasi Continue
 Penentuan volume coil (Vcoil)
Diameter Coil = 2,3 mm = 0,023 dm
Panjang coil = 650,18 mm = 6,5018 dm
1 1
Volume Coil = 𝑉 = 2 𝜋𝑟 2 𝑡 = 𝑥 3.14 𝑥 0.01152 𝑥 6.5018 =
2

= 1.35 x 10-3 = 1.35 mL


 Waktu Tinggal dan Nilai q

q (ml/s)
Volume Coil Run Waktu Tinggal (s) q (ml/s)
[Aquades]
1 0.680 27 0.050
2 0.715 26 0.052
1.35 mL
3 0.757 25 0.054
4 0.762 24 0.056

 Temperatur = 40ºC

Temperatur = 40ºC Sel


q (%) Sel hidup Sel mati Sel total
(Nt) (Nt) (N0)

q0 80 56 203 259
q1 85 233 149 382
q2 90 82 224 306
q3 95 105 182 273

 Temperatur = 50ºC
Temperatur = 50ºC Sel
q (%) Sel hidup Sel mati Sel total
(Nt) (Nt) (N0)

q0 80 28 88 116
q1 85 39 107 146
q2 90 32 70 102
q3 95 30 62 92

 Temperatur = 60ºC

Temperatur = 60ºC Sel


q (%) Sel hidup Sel mati Sel total
(Nt) (Nt) (N0)

q0 80 23 72 95
q1 85 41 80 131
q2 90 51 109 160
q3 95 52 83 135

 Temperatur = 70ºC

Temperatur = 70ºC Sel


Sel hidup Sel mati Sel total
q (%)
(Nt) (Nt) (N0)
q0 80 10 71 81
q1 85 18 75 93
q2 90 34 72 106
q3 95 50 70 120
F. PENGOLAHAN DATA
1. Sterilisasi Batch

𝑁𝑡
 Perhitungan ln 𝑁𝑜 dalam variasi suhu yang berbeda

 Penentuan Konstanta Laju Kematian Mikroba (Kd)

a. Temperatur 40 oC
Sel
Waktu (menit) Sel Hidup Sel Mati Sel Total 𝑵𝒕 𝑵𝒕
ln 𝑵𝒐
(Nt) (Nt) (No) 𝑵𝒐
t0 0 11 17 28 0,39 -0,94
t1 5 27 49 76 0,36 -1,02
t2 10 20 40 60 0,30 -1,20
t3 15 21 76 97 0,22 -1,51
t4 20 25 53 78 0,32 -1,14

Kurva ln Nt/No Terhadap Waktu Pada T = 40 oC


0
0 5 10 15 20 25
-0.2

-0.4

-0.6
ln Nt/No

-0.8

-1

-1.2
y = -0.0178x - 0.984
-1.4 R² = 0.4115

-1.6
Waktu (menit)

Slope dari Kurva ln (Nt/No) terhadap Waktu merupakan nilai –kd, sehingga :

-Kd = -0,0178
Kd = 0,0178

b. Temperatur 50 oC

Sel
Waktu (menit) Sel Hidup Sel Mati Sel Total 𝑵𝒕 𝑵𝒕
ln 𝑵𝒐
(Nt) (Nt) (No) 𝑵𝒐
t0 0 26 23 49 0,53 -0,63
t1 5 31 76 107 0,29 -1,24
t2 10 25 69 94 0,27 -1,31
t3 15 24 72 96 0,25 -1,38
t4 20 18 58 76 0,24 -1,42

Kurva ln Nt/No Terhadap Waktu Pada T = 50 oC


0
0 5 10 15 20 25
-0.2

-0.4

-0.6
ln Nt/No

-0.8

-1

-1.2

-1.4
y = -0.0344x - 0.852
-1.6 R² = 0.7055

-1.8
Waktu (menit)

Slope dari Kurva ln (Nt/No) terhadap Waktu merupakan nilai –kd, sehingga :
-Kd = -0,0344
Kd = 0,0344
c. Temperatur 60 oC

Waktu (menit) Sel


Sel Hidup Sel Mati Sel Total 𝑵𝒕 𝑵𝒕
ln 𝑵𝒐
(Nt) (Nt) (No) 𝑵𝒐
t0 0 31 35 66 0,47 -0,76
t1 5 44 70 114 0,39 -0,94
t2 10 40 89 129 0,31 -1,17
t3 15 35 91 126 0,28 -1,27
t4 20 32 93 125 0,26 -1,35

Kurva ln Nt/No Terhadap Waktu Pada T = 60 oC


0
0 5 10 15 20 25
-0.2

-0.4

-0.6
ln Nt/No

-0.8

-1

-1.2

y = -0.0302x - 0.796
-1.4
R² = 0.9601
-1.6
Waktu (menit)

Slope dari Kurva ln (Nt/No) terhadap Waktu merupakan nilai –kd, sehingga :
-Kd = -0,0302
Kd = 0,0302
d. Temperatur 70 oC

Sel
Waktu (menit) Sel Hidup Sel Mati Sel Total 𝑵𝒕 𝑵𝒕
ln 𝑵𝒐
(Nt) (Nt) (No) 𝑵𝒐
t0 0 32 64 96 0,33 -1,11
t1 5 25 87 112 0,22 -1,51
t2 10 20 75 95 0,21 -1,56
t3 15 21 70 91 0,23 -1,47
t4 20 9 71 80 0,11 -2,21

Kurva ln Nt/No Terhadap Waktu Pada T = 70 oC


0
0 5 10 15 20 25

-0.5

-1
Axis Title

-1.5

y = -0.0432x - 1.14
-2
R² = 0.7349

-2.5
Axis Title

Slope dari Kurva ln (Nt/No) terhadap Waktu merupakan nilai –kd, sehingga :
-Kd = -0,0432
Kd = 0,0432
 Menghitung nilai Desimal Reduction Time (D) dan Ed

𝒍𝒏 𝟏𝟎
D= R =8,314 kJ/kg mol K.
𝒌𝒅

Run Temperatur Kd D 1/T ln Kd


(K)
1 313 0,0178 129,359 0,00319 -4,03
2 323 0,0344 66,936 0,00310 -3,37
3 333 0,0302 76,244 0,00300 -3,50
4 343 0,0432 53,301 0,00292 -3,14
Kurva ln Kd Terhadap 1/T Sterilisasi Batch
0
0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325
-0.5

-1

-1.5

-2
ln Kd

-2.5

-3
y = -2758.3x + 4.9097
-3.5 R² = 0.739

-4

-4.5
1/T

Dari Kurva ln kd terhadap 1/T diperoleh nilai –Ed/R , yang mana -


Ed/R adalah slope dari kurva tersebut.

-Ed/R = -2758,3

Ed/R = 2758,3

Ed = 8,314 kJ/kg mol K x 2758,3

Ed = 22932,506 kJ/kg mol K

2. Sterilisasi Kontinyu

𝑁𝑡
 Perhitungan ln 𝑁𝑜 dalam variasi suhu yang berbeda

 Penentuan Konstanta Laju Kematian Mikroba (Kd)


a. Temperatur 40 oC
Sel
Sel Sel Sel Waktu
q (%) 𝑵𝒕 𝑵𝒕
Hidup Mati Total ln 𝑵𝒐 Tinggal
𝑵𝒐
(Nt) (Nt) (No) (s)
q0 80 56 203 259 0,22 -1,52 27
q1 85 233 149 382 0,61 -0,49 26
q2 90 82 224 306 0,27 -1,31 25
q3 95 105 182 273 0,38 -0,97 24

Kurva ln Nt/No Terhadap Waktu Tinggal Pada T = 40 oC


0
23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
-0.2

-0.4

-0.6
ln Nt/No

-0.8

-1

-1.2
y = -0.083x + 1.044
-1.4
R² = 0.0568

-1.6
Waktu Tinggal (s)

Slope dari Kurva ln (Nt/No) terhadap Waktu merupakan nilai –kd, sehingga :

-Kd = -0,083
Kd = 0,083
b. Temperatur 50 oC
Sel
Sel Sel Sel Waktu
q (%) 𝑵𝒕 𝑵𝒕
Hidup Mati Total ln 𝑵𝒐 Tinggal
𝑵𝒐
(Nt) (Nt) (No) (s)
q0 80 28 88 116 0,24 -1,43 27
q1 85 39 107 146 0,27 -1,31 26
q2 90 32 70 102 0,31 -1,17 25
q3 95 30 62 92 0,33 -1,11 24
Kurva ln Nt/No Terhadap Waktu Tinggal Pada T = 50 oC
0
23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
-0.2

-0.4

-0.6
ln Nt/No

-0.8

-1

-1.2 y = -0.11x + 1.55


R² = 0.9774
-1.4

-1.6
Waktu Tinggal (s)

Slope dari Kurva ln (Nt/No) terhadap Waktu merupakan nilai –kd, sehingga :

-Kd = -0,11
Kd = 0,11
c. Temperatur 60 oC
Sel
Sel Sel Sel Waktu
q (%) 𝑵𝒕 𝑵𝒕
Hidup Mati Total ln 𝑵𝒐 Tinggal
𝑵𝒐
(Nt) (Nt) (No) (s)
q0 80 23 72 95 0,24 -1,42 27
q1 85 41 80 131 0,31 -1,17 26
q2 90 51 109 160 0,32 -1,14 25
q3 95 52 83 135 0,39 -0,94 24
Kurva ln Nt/No Terhadap Waktu Tinggal Pada T = 60 oC
0
23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
-0.2

-0.4

-0.6
ln Nt/No

-0.8

-1 y = -0.147x + 2.581
R² = 0.9292
-1.2

-1.4

-1.6
Waktu Tinggal (s)

Slope dari Kurva ln (Nt/No) terhadap Waktu merupakan nilai –kd, sehingga :

-Kd = -0,147
Kd = 0,147
d. Temperatur 70 oC
Sel
Sel Sel Sel Waktu
q (%) 𝑵𝒕 𝑵𝒕
Hidup Mati Total ln 𝑵𝒐 Tinggal
𝑵𝒐
(Nt) (Nt) (No) (s)
q0 80 10 71 81 0,12 -2,12 27
q1 85 18 75 93 0,19 -1,66 26
q2 90 34 72 106 0,32 -1,14 25
q3 95 50 70 120 0,42 -0,87 24
Kurva ln Nt/No Terhadap Waktu Tinggal Pada t = 70 oC
0
23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5

-0.5

-1
ln Nt/No

-1.5

-2 y = -0.427x + 9.441
R² = 0.9851

-2.5
Waktu Tinggal (s)

Slope dari Kurva ln (Nt/No) terhadap Waktu merupakan nilai –kd, sehingga :
-Kd = -0,427
Kd = 0,427
 Menghitung nilai Desimal Reduction Time (D) dan Ed
𝒍𝒏 𝟏𝟎
D= R =8,314 kJ/kg mol K.
𝒌𝒅

Run Temperatur Kd D 1/T ln Kd


(K)
1 313 0,083 27,742 0,00319 -2,49
2 323 0,11 20,933 0,00310 -2,21
3 333 0,147 15,664 0,00300 -1,92
4 343 0,427 5,392 0,00292 -0,85
Kurva ln Kd Terhadap 1/T Pada Sterilisasi Kontinyu
0
0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325

-0.5

-1
ln Kd

-1.5

-2

-2.5 y = -5640.1x + 15.349


R² = 0.8551
-3
1/T

Dari Kurva ln kd terhadap 1/T diperoleh nilai –Ed/R , yang mana -


Ed/R adalah slope dari kurva tersebut.

-Ed/R = -5640,1

Ed/R = 5640,1

Ed = 8,314 kJ/kg mol K x 5640,1

Ed = 46891,79 kJ/kg mol K


G. PEMBAHASAN
 M. Akhid Maulana Akbar (171411053)

Pada praktikum ini dilakukan teknik sterilisasi secara batch dan kontinyu. Pada
praktikum ini pula akan didapatkan kinetika kematian dari masing-masing teknik
sterilisasi. Sterilisasi sendiri merupakan proses pengeliminasian semua kehidupan mikroba
yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch dan
continuous, memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba (untuk
mengetahui perbandingannya), dan menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (kd),
Desimal reduction time, atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) Proses
sterilisasi kali ini menggunakan proses fisik, yaitu dengan cara pemanasan.

1. Teknik sterilisasi secara kontinyu

Pada proses sterilisasi ini dilakukan variasi suhu operasi dan variasi skala pompa.
Pada sterilisasi ini, mikroba yang ada dalam media akan dialirkan melalui coil yang
dipanaskan oleh water bath, dan proses sterilisasi akan berlangsung di dalam coil tersebut.
Setelah itu media akan masuk ke proses pendinginan. Dalam percobaan didapatkan bahwa
semakin tinggi suhu sterilisasinya, maka semakin banyak pula mikroba yang mati. Hal ini
dibuktikan dengan meningkatkya konstanta laju kematian mikroba seiring dengan
penambahan suhu sterilisasi.

Run Temperatur Kd D 1/T ln Kd


(K)
1 313 0,083 27,742 0,00319 -2,49
2 323 0,11 20,933 0,00310 -2,21
3 333 0,147 15,664 0,00300 -1,92
4 343 0,427 5,392 0,00292 -0,85
𝑁𝑡
Setelah data diperoleh, selanjutnya membuat grafik antara ln 𝑁𝑜 terhadap waktu

tinggal hingga diperoleh persamaan dari grafik dan nilai Kd sebagai slope. Nilai Kd pada
suhu 40 oC, 50 oC, 60 oC, dan 70 oC berturut-turut adalah 0,083; 0,11; 0,147; dan 0,427.
Dari persamaan Arrhenius, dengan suhu yang semakin besar maka nilai Kd yang diperoleh
juga semakin besar. Karena dengan suhu yang semakin besar, laju kematian mikroba pun
akan semakin tinggi. Untuk menghitung jumlah energi yang terlibat, diperoleh dari grafik
𝐸𝑑
antara ln Kd dan 1/T. Dari persamaan tersebut, slope yang diperoleh yaitu nilai - 𝑅 . Setelah

dilakukan perhitungan, energi aktivasi (Ed) pada sterilisasi ini yaitu 46891,79 kJ/kg mol
K. Nilai D (decimal reduction time) merupakan nilai yang menentukan waktu yang
dibutuhkan (dalam menit) pada suhu tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau
spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10 dari jumlah awalnya. Nilai
𝒍𝒏 𝟏𝟎
D juga diperoleh dengan persamaan D = . Nilai D yang diperoleh pada suhu 40 oC, 50
𝑲𝒅
o
C, 60 oC, dan 70 oC berturut-turut yaitu 27,742; 20,933; 15,664; dan 5,392.

2. Teknik sterilisasi secara batch


Pada proses sterilisasi batch dilakukan variasi waktu dan suhu sterilisasi. Media
yang berisi mikroba akan dipanaskan dengan water bath setelah itu dimasukkan ke dalam
pendingin secara berkala sesuai dengan variasi waktu yang ditentukan. Pengaruh panas
lembap di dalam proses sterilisasi akan mengkoagulasikan protein-protein mikroba
(termasuk enzim-enzimnya) dan menginaktifkannya secara searah

Run Temperatur Kd D 1/T ln Kd


(K)
1 313 0,0178 129,359 0,00319 -4,03
2 323 0,0344 66,936 0,00310 -3,37
3 333 0,0302 76,244 0,00300 -3,50
4 343 0,0432 53,301 0,00292 -3,14
𝑁𝑡
Nilai Kd diperoleh grafik antara ln 𝑁𝑜 terhadap waktu sterilisasi. Nilai Kd

diperoleh dari slope pada grafik. Nilai Kd yang diperoleh pada waktu 5 menit, 10 menit,
15 menit, dan 20 menit berturut-turut yaitu 0,0178; 0,0344; 0,0302; dan 0,0432. Nilai kd
akan berubah jika suhu pemanasan (sterilisasi) berubah. Nilai kd bertambah dengan
meningkatnya suhu pemanasan. Sama halnya dengan kinetika kematian mikroba secara
kontinyu, nilai Ed diperoleh dari grafik antara ln Kd terhadap 1/T. Dan energi aktivasi (Ed)
pada batch yaitu 22932,506 kJ/kg mol K. Dan, dari perhitungan juga diperoleh nilai D dari
𝒍𝒏 𝟏𝟎
persamaan D = . Adapun nilai D yang diperoleh berturut-turut yaitu 129,359; 66,936;
𝑲𝒅

76,244; dan 53,301.

Dari percobaan didapatkan bahwa semakin lama waktu sterilisasi maka semakin
banyak mikroba yang mati. Dan semakin tinggi suhu sterilisasi makan akan semakin
banyak pula mikroba yang mati. Hal ini dibuktikan dengan meningkatkya konstanta laju
kematian mikroba seiring dengan penambahan suhu sterilisasi.

Dalam pengamatan menggunakan mikroskop pada mikroba untuk kedua teknik


sterilisasi diatas, dilakukan penambahan methylen blue. Hal ini akan membantu dalam
membedakan mikroba yang mati dan mikroba yang hidup. Mikroba yang hidup, tidak akan
membiarkan metilen blue masuk kedalam sel nya, sehingga di mikroskop akan terlihat
bening. Sedangkan mikroba yang mati, akan terlihat berwarna biru. Hal ini dikarenakan
sistem kekebalan mikroba itu sudah mati sehingga metilen blue dengan mudahnya akan
masuk ke dalam sel mikroba tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Kd yaitu
terjadinya kontaminasi pada sampel, kesalahan penjumlah mikroba, dan media kurang
steril.

 M. Nur Missuari (171411054)

Praktikum kali ini berjudul kinetika kematian dan sterilisasi media secara batch dan
kontinyu yang bertujuan untuk menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas
pada proses batch dan kontinyu, memahami pengaruh temperatur dan pengaruh variasi laju alir
pada proses sterilisasi batch dan kontinyu terhadap kematian mikroba, menentukan nilai
konstanta laju kematian mikroba (Kd), desimal reduction time atau destruction value (D), dan
Energi Aktivasi (Ed) pada proses sterilisasi batch dan kontinyu.
Praktikum pertama yang dilakukan yaitu kinetika kematian mikroba secara kontinyu.
Sebelumnya memulai praktikum, sehari sebelumnya melakukan penanaman fermipan ke
dalam media kemudian memasukkan media ke incubator shaker selama 24 jam dan suhu 37
o
C. Dalam memulai praktikum, dilakukan kalibrasi laju alir sebelum memulai proses
praktikum pada skala pompa pada pompa peristaltik 80%, 85%, 90%, dan 95%. Semakin besar
skala pompa yang digunakan, maka semakin besar juga laju alir yang terukur.

Setelah melakukan kalibrasi, selanjutnya melakukan percobaan kinetika kematian mikroba


pada skala pompa 80% dialirkan melalui selang dan coil dan dilakukan sampling di setiap
variasi suhu (40 oC, 50 oC, 60 oC, dan 70 oC). Sampel diletakkan dalam tabung reaksi.
Selanjutnya mengulangi langkah yang sama dengan variasi skala pompa dan variasi suhu.
Sampel yang sudah diambil diletakkan ke dalam wadah berisi es batu yang bertujuan agar tidak
ada mikroba yang tumbuh.

Dari sampel yang diperoleh, dilakukan pengamatan mikroba yang hidup dan mati dengan
cara meneteskan sampel ke kaca preparat dan ditambahkan satu atau dua tetes methylen blue
dan ditutup dengan kaca yang lebih kecil lalu diamati melalui mikroskop. Dari pengamatan
dapat dilihat sel hidup ditandai dengan berwarna bening, karena sel hidup masih memiliki
dinding sel yang utuh yang bersifat permeable. Sedangkan sel mati ditandai dengan warna
agak gelap (menyerupai warna methylen blue) karena dinding selnya telah rusak dan cairan
masuk ke dalam sel teresebut.

Dari hasil pengamatan, pada suhu 40 oC, 60 oC, dan 70 oC dengan skala pompa yang makin
tinggi jumlah sel mati mengalami naik dan turun. Pada suhu 50 oC dengan skala pompa yang
makin tinggi, jumlah sel yang mati makin dikit (pada skala pompa 85% sempat mengalami
kenaikan jumlah mikroba mati). Seharusnya, pada suhu yang sama dengan skala pompa makin
tinggi jumlah sel mati makin turun karena waktu tinggal pada coil yang panas makin singkat
𝑁𝑡
waktunya. Setelah data diperoleh, selanjutnya membuat grafik antara ln terhadap waktu
𝑁𝑜

tinggal hingga diperoleh persamaan dari grafik dan nilai Kd sebagai slope. Nilai Kd pada suhu
40 oC, 50 oC, 60 oC, dan 70 oC berturut-turut adalah 0,083; 0,11; 0,147; dan 0,427. Dari
persamaan Arrhenius, dengan suhu yang semakin besar maka nilai Kd yang diperoleh juga
semakin besar. Karena dengan suhu yang semakin besar, laju kematian mikroba pun akan
semakin tinggi. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Kd yaitu terjadinya kontaminasi
pada sampel, kesalahan penjumlah mikroba, dan media kurang steril. Untuk menghitung
jumlah energi yang terlibat, diperoleh dari grafik antara ln Kd dan 1/T. Dari persamaan
𝐸𝑑
tersebut, slope yang diperoleh yaitu nilai - 𝑅 . Setelah dilakukan perhitungan, energi aktivasi

(Ed) pada sterilisasi ini yaitu 46891,79 kJ/kg mol K. Nilai D (decimal reduction time)
merupakan nilai yang menentukan waktu yang dibutuhkan (dalam menit) pada suhu tertentu
untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang
𝒍𝒏 𝟏𝟎
menjadi 1/10 dari jumlah awalnya. Nilai D juga diperoleh dengan persamaan D = . Nilai
𝑲𝒅

D yang diperoleh pada suhu 40 oC, 50 oC, 60 oC, dan 70 oC berturut-turut yaitu 27,742; 20,933;
15,664; dan 5,392.

Praktikum selanjutnya yaitu kinetika kematian mikroba secara batch. Media dan mikroba
yang digunakan sama (dari fermipan), yang membedakan dari batch dan kontinyu yaitu jumlah
cairan media yang berbeda. Pada batch volume media yang digunakan yaitu 200 ml. Proses
pembiakan media pun juga sama dengan kontinyu. Peralatan juga dilakukan sterilisasi dalam
autoclave. Cara kerja praktikum secara batch lebih sederhana dibandingkan dengan kontinyu,
yaitu dengan memipet 10 ml media ke dalam 16 tabung reaksi lalu tabung reaksi diletakkan
dalam waterbath. Dalam waktu 5, 10, 15, dan 20 menit tabung reaksi dikeluarkan dan di
masukkan ke dalam wadah yang berisi es batu. Kemudian dilakukan perlakuan yang sama
dengan kinetika kematian mikroba secara batch, pengamatan jumlah sel mati dan hidup dari
sampel. Variasi suhu yang digunakan yaitu 40 oC, 50 oC, 60 oC, dan 70 oC dan variasi waktu
yang digunakan yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit.

Dari pengamatan pada sampel diperoleh jumlah sel hidup dan mati dan melakukan
𝑁𝑡
perhitungan nilai Kd dan Ed. Nilai Kd diperoleh grafik antara ln 𝑁𝑜 terhadap waktu sterilisasi.

Nilai Kd diperoleh dari slope pada grafik. Nilai Kd yang diperoleh pada waktu 5 menit, 10
menit, 15 menit, dan 20 menit berturut-turut yaitu 0,0178; 0,0344; 0,0302; dan 0,0432. Nilai
kd akan berubah jika suhu pemanasan (sterilisasi) berubah. Nilai kd bertambah dengan
meningkatnya suhu pemanasan (sterilisasi). Terkadang ada nilai Kd yang kecil seiring
bertambahnya suhu, hal ini biasanya disebabkan oleh terkontaminasinya media dan sampel
yang diamati. Sama halnya dengan kinetika kematian mikroba secara kontinyu, nilai Ed
diperoleh dari grafik antara ln Kd terhadap 1/T. Dan energi aktivasi (Ed) pada batch yaitu
22932,506 kJ/kg mol K. Dan, dari perhitungan juga diperoleh nilai D dari persamaan D =
𝒍𝒏 𝟏𝟎
. Adapun nilai D yang diperoleh berturut-turut yaitu 129,359; 66,936; 76,244; dan 53,301.
𝑲𝒅

 M. Rizky Pradhana (171411055)


Pada praktikum ini dilakukan percobaan sterilisasi media secara batch dan continue.
Berdasarkan sterilisasi tersebut ,dilihat kinetika kematian mikroba pada medium sehingga
dapat mengetahui jumlah dari mikroba yang ada . Mikroba yang digunakan adalah
Saccharomyces cerevisiae. Setelah dilakukan melakukan pembuatan medium dengan
menggunakan campuran komposisi nutrisi dalam Labu Erlenmeyer 1000 mL yang sudah
disterilisasi menggunakan autoclave, dilakukan inokulasi Saccharomycess cerevisiae dari
biakan murni (Inokulasi Sacchromycess cerevisiae dilakukan secara aseptis untuk menjaga
kemurnian biakan).. Yang digunakan sebagai inokulum adalah biakan ragi pada agar miring.
Inokulum tersebut dimasukkan dalam campuran larutan nutrisi dan substrat yang diambil
sebagian dari agar miring dan dimasukkan dalam medium, yang kemudian disimpan di
incubator shaker selama 24 Jam dengan tujuan mempermudah difusi oksigen ke dalam
medium sehingga kontak antara dan inokulum makin banyak dan homogen.
a. Sterilisasi secara Batch
Dilakukan pengamatan jumlah mikroba berdasarkan variasi temperatur (40 ; 50 ; 60 ;
dan 70 ºC) terhadap variasi waktu ( 0;5;10;15;20 sekon) serta perlakuan pengamatan mikroba
menggunakan mikroskop dengan penambahan metil biru pada setiap pengamatannya ,
mikroba yang mati ditandai dengan masuknya metil biru pada tubuh mikroba, sehingga
terlihat berwarna biru atau ungu (hal ini disebabkan karena tidak adanya metabolisme pada
mikroba, sehingga memungkinkan masuknya komponen dari luar tubuh mikroba melalui
membran tubuhnya yang mati). Sedangkan mikroba yang hidup adalah mikroba yang tidak
berwarna.
Berdasarkan perhitungan mikroba, didapat kurva antara ln Nt/No terhadap variasi
waktu (s) yang mana slope dari kurva tersebut merupakan nilai -Kd per satuan variasi
temperatur.
Temperatur (ºC) Nilai Kd
40 0,0178
50 0,0344
60 0,0302
70 0,0432

Nilai Kd merupakan konstanta laju kematian mikroba pada sesudah sterilisasi,


berdasarkan persamaan regresi pada kurva, linearitas (R2 ) nya mendekati 1 namun terjadi
penyimpangan untuk temperature 50 ºC . Hal tersebut dapat disebabkan karena homogenitas
rendah pada saat memasukkan medium ke tabung reaksi pada temperature 50ºC ,
Didasarkan pada nilai Kd, didapat nilai Decimal Reduction (D) :
Temperatur (ºC) Nilai D
40 129,359
50 66,936
60 76,244
70 53,301
Kemudian ditentukan nilai Ed (Konstanta Arhenius) melalui kurva antara Ln Kd terhadap 1/T,
dan didapat Nilai Ed pada sterilisasi batch sebesar 22932,506 kJ/kg mol K.
Menurut Fintan Walton, lethal temperature atau temperature optimum kematian
bagi Saccharomyces cerevisiae [fungi] adalah 52ºC (seiring dengan meningkatnya
temperature pertumbuhan), artinya semakin tinggi temperature maka semakin banyak jumlah
mikroba yang mati. . Namun berdasarkan praktikum ini, temperature optimum kematian
mikroba berdasarkan jumlah mikroba mati terdapat pada temperature 60 ºC .Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam perhitungan mikroba yang mana mempengaruhi
hasil kurva, serta pengotor yang terdapat pada mikroskop.
b. Sterilisasi Continue
Sterilisasi secara continue dilakukan dengan mensterilisasi medium dengan melewatkan pada
water bath dengan menggunakan coil tembaga dengan variasi temperature 40 ; 50 ; 60 ; dan
70 ºC terhadap variasi Laju alir (%) 80, 85, 90, dan 95 pada pompa peristaltik. Untuk
menghitung laju alir medium, terlebih dahulu dihitung volume pipa. Volume pipa yang
diperoleh adalah 1.35 mL .
Q(%) Q(ml/s)
80 0.050
85 0.052
90 0.054
95 0.056

Berdasarkan tabel data pengamatan, jumlah mikroba yang mati semakin bertambah
setelah temperature 40 ºC. Hal ini dapat terjadi karena medium memiliki homogenitas yang
rendah. Dari data yang diperoleh, dapat dibuat kurva antara ln (Nt/No) terhadap waktu (t)
untuk menentukan nilai Kd dari setiap variasi suhu.
Temperatur (ºC) Nilai Kd
40 0,083
50 0,110
60 0,147
70 0,427

Dari nilai Kd yang diperoleh dapat ditentukan juga nilai decimal reduction time (D).
Temperatur (ºC) Nilai D
40 27,742
50 20,933
60 15,664
70 5,392

Nilai D adalah waktu yang dibutuhkan dalam menit pada suhu tertentu untuk
mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang
menjadi 1/10.
Dari nilai Kd juga dapat diperoleh nilai dari Ed (Konstanta Arhenius) dengan
membuat kurva antara ln Kd terhadap 1/T sebesar 46891,79 kj/kg mol K.

 Oki Andri Oktaviana (171411056)


Praktikum kali ini adalah melakukan teknik sterilisasi media secara kontinyu. Sterilisasi
didefinisikan sebagai penghilangan/destruksi semua bentuk hidup yang ada pada
bahan/produk yang dikehendaki. Suatu bahan dapat dikatakan steril apabila bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif walaupun
bentuk non vegetatif (spora). Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan proses
fisik atau dengan menggunakan bahan kimia. Pada percobaan kali ini praktikan melakukan
sterilisasi dengan proses fisik yaitu dengan pemanasan.
Praktikum sterilisasi ini diantaranya bertujuan menguasai teknik sterilisasi media dengan
menggunakan panas pada proses batch, memahami pengaruh temperature terhadap kematian
mikroba dan menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction time
atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi. Proses
sterilisasi batch memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sterilisasi kontinyu
diantaranya proses pemanasan dan pendinginan pada sterilisasi batch dapat dilakukan dalam
satu perioda waktu strerilisasi, biaya peralatan relatif murah dan resiko bahan terkontaminasi
sangat kecil.
Prinsip kerja teknik sterilisasi secara batch ini adalah dengan pemanasan media pada
temperature sterilisasi selama waktu tertentu yang diperlukan untuk proses sterilisasi dan
selanjutnya didinginkan kembali. Pengaruh panas lembap di dalam proses sterilisasi ialah
mengkoagulasikan protein-protein mikroba (termasuk enzim-enzimnya) dan
menginaktifkannya secara searah tak terbalikkan). Pada praktikum sterilisasi dilakukan
pengamatan terhadap jumlah mikroorganisme yang hidup dan jumlah mikroorganisme yang
mati setelah melalui proses pemanasan dan pendinginan. Percobaan dilakukan dengan cara
memindahkan biakkan ke dalam lima tabung reaksi dengan jumlah yang sama (dilakukan
secara aseptis), yang kemudian dilakukan pemanasan dengan variasi suhu yaitu 40°C, 50°C,
dan 60°C dan 70°C masing-masing dengan variasi waktu 0, 5, 10,15 dan 20 menit. Sampel
biakan yang sudah disterilisasi selanjutnya diamati dibawah mikroskop. Dalam pengamatan
dengan mikroskop, mikroba yang hidup dan yang mati dapat dibedakan dengan memberikan
metilen blue, dimana sel mikroba yang mati memiliki dinding sel yang rusak dan dapat
menyerap warna metilen blue tersebut. Sehingga dibawah kaca mikroskop, bakteri yang mati
akan berwarna biru. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya tahan mikroba terhadap panas
diantaranya berapa lama spesies berada didalam suhu tersebut dan berapa tinggi suhu tersebut.
Kemudian konstanta laju kematian mikroba dapat ditentukan dengan cara memplot nilai ln
perbandingan jumlah sel mikroba yang hidup dengan jumlah total mikroba terhadap waktu
sterilisasi. Dari kurva tersebut diperoleh persamaan linier dimana slope/kemiringan dari
persamaan tersebut merupakan konstanta laju kematian mikroba. Nilai Kd untuk variasi suhu
pada sterilisasi batch adalah : 0,0178; 0,0344; 0,0302; 0,0432. Berdasarkan hasil tersebut
semakin tinggi suhu yang digunakan saat sterilisasi semakin banyak pula jumlah mikroba
yang terdestruksi. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan nilai Kd seiring kenaikan suhu.Selain
itu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi sterilisasi yaitu kepadatan muatan, volume cairan,
dan ukuran wadah yang dipakai. Umumnya bahan yang memakan tempat dan mendekati
kedap air memerlukan pemanasan lebih lama. Volume media di dalam botol atau labu jangan
sampai melebihi dua pertiga tinggi tinggi wadah. Wadah sterilisasi yang berukuran kecil
semakin baik digunakan. Sebagai contoh jika ingin mensterilkan lima liter media lebih baik
menggunakan lima labu yang masing-masing berisi satu liter media daripada menggunakan
satu labu yang berisi lima liter media. Volume yang lebih kecil memerlukan waktu sterilisasi
yang lebih pendek, sehingga pada percobaan kali ini digunakan tabung reaksi. Jadi, lamanya
siklus sterilisasi disesuaikan dengan ukuran dan jumlah wadah.
Konstanta Arhenius (Ed) dapat ditentukan dengan cara memplot nilai ln kd terhadap 1/T.
Dari kurva tersebut diperoleh persamaanya y=-5640,1x+15349 dan dengan persamaan
𝐸𝑑 1
ln 𝑘𝑑 = ln 𝑘𝑑0 − diperoleh nilai Ed dimana nilai Ed merupakn nilai slope dikalikan
𝑅 𝑇

dengan R ( tetapan gas ideal yang bernilai 8,314 kJ/kg mol K). Maka didapatlah konstanta
arhenius sebesar 46891,79 kj/kg mol K. Dari data Kd dapat ditentukan nilai Decimal
Reduction Time atau Destruction Value (D). Nilai dari Decimal reduction time/ destruction
value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan pada temperature tertentu untuk
mengurangi jumlah sel vegetatif atau spora sehingga mikroorganisme yang bertahan menjadi
1/10 dari jumlah awal dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:
𝐥𝐧 𝟏𝟎
D= 𝒌𝒅

dengan nilai kd yang telah diketahui pada perhitungan sebelumnya. Maka nilai Decimal
Reduction time / Destruction Value (D) yang diperoleh adalah:

D (Destruction Value)
D1(40oC) 27,742

D2(50oC) 20,933

D3(60oC) 15,664

D4(70oC) 5,392

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai Decimal Reduction Time (D)
berbanding terbalik dengan suhu (semakin tinggi suhu semakin kecil nilai Decimal Reduction
Time). Pada sampel 70oC meskipun nilai D semakin sekcil namun interval nilai D sampel
60oC sangat jauh dari 15,664 ke 5,392 hal tersebut disebabkan pada sampel 70oC sampel
terlalu lama disimpan di media pendingin dan kondisi sampel sudah beubah.

H. Kesimpulan

1. Semakin tinggi suhu maka jumlah mikroba yang mati semakin bertambah.

2. Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) 0,0178; 0,0344; 0,0302; 0,0432 yang bervariasi
tergantung pada temperature.

3. Nilai Decimal reduction time / destruction value (D) adalah 27,742 ; 20,933 ; 15,664 ;
5,392.

3. Nilai konstanta Arrhenius adalah 46891,79 kj/kg mol K.


Daftar Pustaka
 Bailey , James E dan David F Ollis. 1986. Biochemical Engineering fundamental.
2nd. Singapore: McGRaw-Hill Book Co.

 Kamaludi, D.dkk. 2007. Pengaruh Proses Pengawetan Baso Tahu terhadap


Cemaran Mikroba. Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung.

 Perry, J.H. (ed). 1998, Chemical Enginers ‘Hand book. 6th edition. Singapore.
McGraw Hill Book Co.

 Suharto, Ign.1995. Bioteknologi dalam Dunia Industri. Yogyakarta: Andi Offset.

 Stanbury, Peter F dan A Whitaker. 1984. Principle of Fermentation Technology.


Great Britain: A Wheaton & Co. Ltd,. Exeter
 Kurniasih, Hafizah.2011. “Praktikum Mikrobiologi”. Yogyakarta : Tanpa keterangan
Diambil dari: Materi kuliah Teknologi Fermentasi Dr. Pudjono., S.U.,dkk.
 Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo ISSN 0854-7769 2007
 Hidayat, Nur dkk. 2007. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: ANDI.
 Wahyu, Iwan S. 2004. BIOLOGI SMA. Bogor : CV. Regin
 Djenar, Nancy Siti. 2007. Petunjuk Praktikum Dasar Bioproses: Kinetika
Kematian Mikroba . Bandung: Teknik Kimia POLBAN

Anda mungkin juga menyukai