Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019

JUDUL MODUL : Kinetika Kematian Mikroba


PEMBIMBING : Ayu Permanasari, ST., MT.

Tanggal Praktikum : 8 Oktober 2018


Tanggal Penyerahan : 30 Oktober 2018

Oleh:
Kelompok 2
Annisaa Azhaar NIM. 171411069
Aurista Febrianto NIM. 171411070
Devi Ristama NIM. 171411072

Kelas 2C – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua kehidupan
miksoba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses sterilisasi yang kurang
steril hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial sterility) yang berarti masih
terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan.
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakab proses fisik atau dengan
menggunakan bahan kimia (Suriawiria, 1986). Bahan kimia yang dapat digunakan untuk
mematikan mikroba antara lain larutan NaCL 9%, KNO3 10%, HgCl2 0,1%, HCl 1,1%.
Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan tanpa
pemanasan. Metode dengan menggunakan pemanasan meliputi pemanasan kering (dry
heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode sterilisasi
tanpa menggunakan panas meliputi radiasi (UV, X-Ray), Sonicasi, dan Filtrasi.

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses batch dan
continous.
b. Memahami pengaruh temperature terhadap kematian mikroba.
c. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (Kd), Desimal reduction time atau
destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses sterilisasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung
pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana
bagaimana sterilisasi cairan dan padatan.

a. Sterilisasi cairan

Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang


mengandung gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-
lain. Secara umum ada dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring
(filtrasi). Sterilasi dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam
tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 121°C
dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya bervariasi, namun umumnya
diinginkan cairan dipertahankan pada 121°C selama minimal 15 menit. Jika
termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2 jam
tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang temperatur bisa diset pada
134 derajat C (untuk medis).

Laboratory autoclave
Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan
beberapa pilihan teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses
sterilisasi cairan media di industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau
continuous yang diterapkan di industri, misalnya direct steam, indirect heating,
indirect steam, dan lainnya.

Sterilisasi medium di industri bioproses. Sumber: Doran, M.P (1995), Bioprocess


Engineering Principles, chapter 13, Academic Press

Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter


berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang
kecil (1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan
protein.
b. Sterilisasi padatan

Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet,


dan beberapa jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas
umumnya dilakukan dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun
ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi
UV dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter
(detilnya akan dibahas di bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).

2.1.1 Jenis-Jenis Sterilisasi

Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi


kebutuhan manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap
mengganggu, terutama mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk
mengurangi jumlah mikroba hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan
tersebut, dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

 Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme
dari benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat
dihilangkan.

 Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa
mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan
pada suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau
pemanasan 85–87oC selama 5 detik.

 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus,
termasuk bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam
berbagai proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun
proses fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran
mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam.
Tentu saja hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas
juga menyulitkan dalam proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih
dominan dan mendesak produk mikroba target hingga dapat
menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan
mungkin dapat membahayakan manusia
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis
kultur.
Untuk menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk
menghilangkan semua jenis makhluq hidup yang ada dalam media,
dilakukan sebelum inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup
dari ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses
fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi
Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.
Sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar
mencegah mikroba masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh
mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing (pembekuan),
penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara sterilisasi fisik tanpa
membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya
untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara menyaring
sesuatu dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya.
Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun
panas kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media
dan bahan–bahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alat–alat.
Faktor–faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:
 Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan
 Morfologi mikroorganisme
 Komposisi media fermentasi
 pH
 Ukuran partikel tersuspensi
 Temperatur yang digunakan
 Durasi proses sterilisasi
 Keberadaan air

Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continue.

a. Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas
ke dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam
fermentor. Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara
menghilangkan uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode
langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari
bahan kimia tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan
dalam proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan
mengakibatkan bertambahnya volume cairan media dalam fermentor karena
adanya kondensasi uap yang digunakan.

b. Sterilisasi Continue
Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan
kerusakan medium tetapi mengkinsumsi banyak energi. Temperature yang
dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini adalah 140oC dengan waktu hanya 30
hingga 120 detik. Alat yang digunakan dapat berupa Continues plate heat
exchange dan Continues injection flash cooler. Kelebihan Continues injection
flash cooler antara lain:
 Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat
tersuspensi
 Biaya lebih murah
 Mudah dibersihkan
 Pemanasan dan pendinginan lebih cepat
 Penggunaan uap lebih efisien

Adapun Kekurangannya antara lain:

 Dapat terbentuk buih saat pemanasan dan pendinginan


 Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang murni, yaitu
bebas dari bahan anti karat.

2.2 Kinetika Kematian Mikroba

Proses panas secara komersial umumnya didesain untuk menginaktifkan


mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat mengancam kesehatan manusia dan
mengurangi jumlah mikroorganisme pembusuk ke tingkat yang rendah, sehingga peluang
terjadinya kebusukan sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal yang harus
diketahui, yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari
medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik ketahanan panas
dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai level pengurangan jumlah
mikroba yang diinginkan, amaka ditentukan siklus logaritma pengurangan mikroba.
Kemudian dihitung nilai sterilitasnya pada suhu tertentu (Fo). Nilai Fo ini ditentukan
sebelum proses termal berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung pada suhu standar atau pada
suhu tertentu, dimana untuk menghitungnya perlu diketahui nilai D dan nilai Z
(Kusnandar, 2008).

Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitifitas mikroba oleh


suhu pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam menit pada suhu tertentu
yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora atau sel vegetatif tertentu sebesar 90%
atau satu logaritmik. Setiap mikroba memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin besar
nilai D suatu mikroba pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahahan panas
mikroba tersebut pada suhu yang tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu
standar. Untuk bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan suhu standar
121oC, sedangkan untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang umumnya menggunakan suhu
yang lebih rendah (80-100°C). Nilai D pada suhu standar ini sering dituliskan dengan
nilai Do (Anonim, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas proses thermal pencapaian


kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, faktor-
faktor yang mempengaruhi proses termal harus dikontrol dengan baik dan dikendalikan.
Berdasarkan persyaratan pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor kritis yang dapat
mempengaruhi proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda antara satu produk
dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu diidentifikasi
pengaruhnya adalah: (a) karakteristik bahan yang dikalengkan (pH keseimbangan,
metode pengasaman, konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran bahan, aktivitas air,
persen padatan, rasio padatan/ cairan, perubahan formula, ukuran partikel, jenis
pengental, jenis pengawet yang ditambahkan, dan sebagainya), kemasan (jenis dan
dimensi, metode pengisian bahan ke dalam kemasan), (b) proses dalam retort (jenis
retort, jenis media pemanas, posisi wadah dalam retort, tumpukan wadah, pengaturan
kaleng, kemungkinan terjadinya nesting (Anonim c, 2008).

Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerobik, batang pembentuk


spora, kadang-kadang memperlihatkan reaksi gram-negatif. Bacillus cereus merupakan
bakteri fakultatif anaerob dengan ukuran sel-sel vegetatif dalam bentuk rantai. Beberapa
galur bersifat psikotropik, dan galur lainnya bersifat mesofilik dan termofilik. Beberapa
tidak dapat tumbuh pada makanan dingin yang disimpan panas pada suhu di atas 60ºC
(Anonim, 2009).

Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40°C, optimum pada
37°C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E. coli
banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor
untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih
karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya (Anonim, 2009).

Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini


terogolong baketri mesofilik. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan
menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu,
Pseudomonas aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan
pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga
tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan
pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Bakteri
ini adalah jenis bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, mempunya flagella polar
sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm. Bakteri ini tidak
menghasilkan spora dan tidak dapat memfermentasikan karbohidrat (Anonim, 2010).

Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap
panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan
basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.
Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses
sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurang.
Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch
Ketahanan Relatif Terhadap
Jenis Mikroba
Panas
Bakteri vegetative dan khamir 1
Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Waktu yang Diperlukan untuk
Suhu Sterilisasi (oC)
Mematikan Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan menunjukan


karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau termofilik pada awal proses
sterilisasi mengalami peningkatan populasi spora kemudian dengan bertambahnya waktu
sterilisasi spora yang hidup semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses
justru akan meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah temperature pemanasan
mencapai temperature yang mengakibbatkan kematian mikroba (lethal temperature),
maka secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.

Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
𝒅𝑵
Persamaannya : − 𝒅𝒕 = 𝒌𝒅 𝑵 …….(2.1)

N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Kd = konstanta laju kematian mikroba
𝑵𝒕
Integrasi persamaan 2.1 menjadi : = 𝒆−𝒌𝒕 …….(2.2)
𝑵𝟎

N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0


Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t
Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap waktu,
𝑵𝒕
𝒍𝒏 𝑵 = −𝒌𝒅 𝒕 …….(2.3)
𝟎

N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan kontaminasi


mikroba sebelum disterilisasi ) dan Nt adalah level sterilisasi.

Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction value
(D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam meit pada suhu tertentu
untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan
berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :
𝑵𝒕
= 𝒆−𝒌𝑫 …….(2.4)
𝑵𝟎
𝐥𝐧 𝟏𝟎
𝑫= …….(2.5)
𝒌
Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur, mengikuti
persamaan Arhenius:
−𝑬𝒅
𝒌𝒅 = 𝒌𝒅𝟎 𝒆 𝑹𝑻 …….(2.6)
𝑬𝒅 𝟏
𝐥𝐧 𝒌𝒅 = 𝐥𝐧 𝒌𝒅𝟎 − 𝑹𝑻 𝑻…….(2.7)

Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis lurus
gradient – Ed/R.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan
 Beker glass 1000 mL 2 buah
 Water bath
 Hot plate
 Tabung reaksi steril 20 buah
 Thermometer
 Mikroskup
 Counting chamber
 Kaca preparat + cover glass 5 buah
 Coil tembaga
 Pembakar spiritus
 Pompa peristaltic
 Pipet tetes 5 buah
 Pipet ukur 10 mL steril 5 buah
 Pipet ukur 1 mL steril 10 buah.

3.1.1 Bahan yang digunakan


 Biakan Saccharomyces cerevisiae dalam media cair sebanyak 200 mL untuk sterilisasi
batch, dan 1000 mL untuk sterilisasi continous
 Methyl Blue
 Alcohol
 Es untuk pendingin
3.2 Diagram Kerja
A. Sterilisasi Batch

Diamkan selama t = 5 menit, t= 10 menit dan t = 15 menit

Angkat dan tiriskan dalam es biakkan setelah selesai di panaskan

Teteskan biakan pada kaca preparat tambahkan methy- lene blue dan amati jumlah sel hidup dan mati

Ulangi langkah 6 dan 7 untuk waktu pemanasan 5, 10 dan 15 menit

Ulangi langkah 6,7,8 untuk temperature 65⁰C dan 75⁰C

Ulangi langkah 6 dan 7 untuk waktu pemanasan 5, 10 dan 15 menit

B. Sterilisasi Continuous

Menyusun rangkaian alat sterilisasi kontinue

Memanaskan water batch pada T1

Mengatur laju alir biakan pada q1, tampung media aliran keluaran dalam tabung reaksi
steril setelah melewati waktu tinggal dalam pipa/selang.

Mengamati sel hidup dan sel mati yang keluar dengan mikroskop

Mengulangi proses sterilisasi pada T2 dan T3


BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan


1. Batch

Tabel 1. Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati Pada Sterilisasi Batch
Suhu (°C) Waktu (menit) Hidup % Hidup Mati % Mati Total % Total
25 0 50 81,96 11 18,04 61 100
55 5 22 95,65 1 4,54 23 100
10 26 83,87 5 16,13 31 100
15 50 67,57 24 32,43 74 100
65 5 9 19,15 38 80,85 47 100
10 129 55,60 103 44,40 232 100
15 39 54,93 32 45,07 71 100
75 5 30 44,78 37 55,22 67 100
10 7 11,86 52 88,14 59 100
15 146 63,20 85 36,80 231 100

2. Kontinu

Tabel 1. Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati Pada Sterilisasi kontinu
Suhu (C) % Keluaran Hidup % Hidup Mati % Mati Total % Total
25 0 147 100 0 0 147 100
60 95 137 80,58 33 19,42 170 100
85 169 68,42 78 31,58 247 100
75 57 57,57 42 42,43 99 100
70 95 82 77,35 24 22,65 106 100
85 37 60,65 24 39,35 61 100
75 6 10 54 90 60 100
80 95 52 77,61 15 22,39 67 100
85 55 43,65 71 56,35 126 100
75 34 17,35 162 82,65 196 100
4.2 Pengolahan data
1. Sterilisasi Batch
 T0 = 25°C
𝑵𝒕 𝟖𝟏,𝟗
t0 = 0 menit--- > Ln = Ln =1
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
 T1 = 55°C
𝑵𝒕 𝟗𝟓,𝟔𝟓
t1 = 5 menit--- > Ln = Ln = 0,155
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟖𝟑,𝟖𝟕
t2 = 10 menit--- > Ln = Ln = 0,024
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟔𝟕,𝟓𝟕
t3 = 15 menit--- > Ln = Ln = -0,192
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗

 T2 = 65°C
𝑵𝒕 𝟏𝟗,𝟏𝟓
t1 = 5 menit--- > Ln = Ln = -1,453
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟓𝟓,𝟔𝟎
t2 = 10 menit--- > Ln = Ln = -0,387
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟓𝟒,𝟗𝟑
t3 = 15 menit--- > Ln = Ln = -0,399
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
 T3 = 75°C
𝑵𝒕 𝟒𝟒,𝟕𝟖
t1 = 5 menit--- > Ln = Ln = -0,604
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟏𝟏,𝟖𝟔
t2 = 10 menit--- > Ln = Ln = -1,932
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟔𝟑,𝟐𝟎
t3 = 15 menit--- > Ln = Ln = -0,259
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗

𝑁𝑡
Grafik Ln 𝑁𝑜 terhadap t (waktu) untuk variasi suhu berbeda

 T1 = 55°C

Kurva Ln Nt/No terhadap Waktu


0.2
0.15
0.1
0.05
Ln Nt/No

0
-0.05 5 10 15

-0.1
-0.15
y = -0,1735x + 0,3427
-0.2
-0.25
Waktu
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,1735x + 0,3427
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐

Kd = -(-0,1735) = 0,1735
 T2 = 65°C

Kurva Ln Nt/No terhadap Waktu


0
5 10 15
-0.2
-0.4
-0.6
Ln Nt/No

y = 0,527x - 1,8003
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
Waktu

Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = 0,527x – 1,8003
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐

Kd = - (0,527) = - 0,527

 T3 = 75°C

Kurva Ln Nt/No terhadap Waktu


0
1 2 3
-0.5
y = 0.1725x - 1.2767
Ln Nt/No

-1

-1.5

-2

-2.5
Waktu
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = 0,1725x - 1,2767
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐

Kd = - (0,1725) = - 0,1725
Tabel Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Batch

T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 55oC 0,018 0,1735 -1,751
T2 = 65oC 0,015 - 0,5270 -0,640
T3 = 75oC 0,013 - 0,1725 -1,757

Kurva Ln Kd terhadap 1/T


0
-0.2 0.018 0.015 0.013
-0.4
-0.6
-0.8
Ln Kd

-1
-1.2
-1.4
-1.6
y = -0.003x - 1.3767
-1.8
-2
1/T

Perhitungan Ed:
Y = -0,003x - 1,3767

Berdasarkan persamaan :
𝑬𝒅 𝟏
𝐥𝐧 𝒌𝒅 = 𝐥𝐧 𝒌𝒅𝟎 −
𝑹𝑻 𝑻
 T1 = 55°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -0,003
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -0,003
8,314 . 328 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾

𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 8,18 𝑚𝑜𝑙.
 T2 = 65°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -0,003
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -0,003
8,314 . 338 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾

𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 8,43 𝑚𝑜𝑙.

 T3 = 75°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -0,003
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -0,003
8,314 . 348 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾

𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 8,68 𝑚𝑜𝑙.

Perhitungan decimal reduction time atau destruction value (D)


 T1 = 55 oC
ln 10
𝐷=
𝑘𝑑
ln 10
𝐷=
0,1735
𝐷 = 13,27 s
 T2 = 65 oC
ln 10
𝐷=
𝑘𝑑
ln 10
𝐷=
− 0,5270
𝐷 = −4,37 s
 T3 = 75 oC
ln 10
𝐷=
𝑘𝑑
ln 10
𝐷=
− 0,1725
𝐷 = −13,35 s
2. Sterilisasi Kontinu

 Perhitungan Q (saat kalibrasi)

 75 % V = 10 mL
t = 1 menit = 60 detik
𝑉
Q= 𝑡
10
= 60 = 0.16 mL/detik

 85 % V = 13 mL
t = 1 menit = 60 detik
𝑉
Q= 𝑡
13
= 60 = 0,217 mL/detik

 95 % V = 14 mL
t = 1 menit = 60 detik
𝑉
Q= 𝑡
14
= 60 = 0,233 mL/detik

 Perhitungan volume pipa coil


Spesifikasi pipa:
Jumlah lilitan = 22 lilitan
Volume coil = 22.3 cm3

 Perhitungan waktu tinggal


t = (V (volume pipa))/(Q (laju alir))
t1= V/Q = 22.3/0.16 = 139.37 detik
t2= V/Q = 22.3/0,217 = 102,76 detik
t3= V/Q = 22.3/0,233 = 95.70 detik
 Perhitungan nilai Kd
 T1 = 60°C
𝑵𝒕 𝟖𝟎,𝟓𝟖
Keluaran 95% Ln = Ln = -0,21592
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎
𝑵𝒕 𝟔𝟖,𝟒𝟐
Keluaran 85% Ln = Ln = -0,37951
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎

𝑵𝒕 𝟓𝟕,𝟓𝟕
Keluaran 75% Ln = Ln = -0,55217
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎

 T1 = 70°C
𝑵𝒕 𝟕𝟕,𝟑𝟓
Keluaran 95% Ln = Ln = -0,25683
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎

𝑵𝒕 𝟔𝟎,𝟔𝟓
Keluaran 85% Ln = Ln = -0,50005
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎

𝑵𝒕 𝟏𝟎
Keluaran 75% Ln = Ln = -2,30259
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎

 T1 = 80°C
𝑵𝒕 𝟕𝟕,𝟔𝟏
Keluaran 95% Ln = Ln = -0,25347
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎

𝑵𝒕 𝟒𝟑,𝟔𝟓
Keluaran 85% Ln = Ln = -0,82897
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎

𝑵𝒕 𝟏𝟕,𝟑𝟓
Keluaran 75% Ln = Ln = -1,75158
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎

𝑁𝑡
Grafik Ln 𝑁𝑜 terhadap t (waktu) untuk variasi suhu berbeda

 T1 = 60°C

Grafik Ln Nt/No terhadap waktu tinggal


0
0 50 100 150 Grafik Ln Nt/No
-0.1
terhadap waktu
-0.2 y = 0.0066x - 1.1302 tinggal
Ln Nt/No

R² = 0.8568
-0.3 Linear (Grafik Ln
Nt/No terhadap
-0.4 waktu tinggal)
-0.5 Linear (Grafik Ln
Nt/No terhadap
-0.6 waktu tinggal)
waktu
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
y = 0,0066x - 1,1302
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐

Kd = -(0,0066) = -0,0066

 T1 = 70°C

Grafik Ln Nt/No terhadap waktu tinggal


0
0 50 100 150 Grafik Ln Nt/No
-0.5 y = 0.0337x - 4.8097 terhadap waktu
R² = 0.4984 tinggal
Ln Nt/No

-1
Linear (Grafik Ln
-1.5 Nt/No terhadap
waktu tinggal)
-2
Linear (Grafik Ln
Nt/No terhadap
-2.5
waktu waktu tinggal)

Perhitungan Kd:
Y = ax + b
y = 0,0337x - 4,8097
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐

Kd = -0,0337

 T1 = 80°C

Grafik Ln Nt/No terhadap waktu tinggal


0
Grafik Ln Nt/No
0 50 100 150
terhadap waktu
-0.5 y = 0.0282x - 4.1211 tinggal
R² = 0.7656
Ln Nt/No

-1 Linear (Grafik Ln
Nt/No terhadap
waktu tinggal)
-1.5
Linear (Grafik Ln
-2 Nt/No terhadap
waktu waktu tinggal)
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
y = 0,0282x - 4,1211
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐

Kd = -0,0282
Tabel Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Kontinyu

T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 60 oC 0,016 0,0066 -5,02069
T2 = 70 oC 0,014 0,0337 -3,39026
o
T3 = 80 C 0,012 0,0282 -3,56843

Grafik Ln Kd terhadap waktu tinggal


0
0 0.005 0.01 0.015 0.02
-1

-2
Ln Kd

-3

-4
y = -366.72x + 1.3184
-5 R² = 0.7347
-6
1/t
:
Perhitungan Ed :
y = -366,72x + 1,3184
Berdasarkan persamaan :
𝑬𝒅 𝟏
𝐥𝐧 𝒌𝒅 = 𝐥𝐧 𝒌𝒅𝟎 −
𝑹𝑻 𝑻
 T1 = 60°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -366,72
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -366,72
8,314 . 333 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾

𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 1015287,057 𝑚𝑜𝑙.
 T1 = 70°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -366,72
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -366,72
8,314 . 343𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾

𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed =1045776,157 𝑚𝑜𝑙.

 T1 = 80°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -366,72
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -366,72
8,314 . 353 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾

𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 1076265,258 𝑚𝑜𝑙.

Perhitungan decimal reduction time atau destruction value (D)


 T1 = 60 oC
ln 10
𝐷=
𝑘𝑑
ln 10
𝐷=
0,0066
𝐷 = 348,8 s
 T1 = 70 oC
ln 10
𝐷=
𝑘𝑑
ln 10
𝐷=
0,0337
𝐷 = 68,3 s
 T1 = 80 oC
ln 10
𝐷=
𝑘𝑑
ln 10
𝐷=
0,0282
𝐷 = 81,65 s
PEMBAHASAN
ANNISA AZHAAR ARIFIN (171411069)
Praktikum kita kali ini berjudul Kinetika Kematian dan Sterilisasi Media secara Batch
dan Continue. Pertama diawali dengan pembuatan media dengan 100 gram sukrosa dilarutkan
dalam 1 liter. Media yang telah larut dan homogen lalu disterilisasikan didalam autoclave
selama ± 15-30 menit. Setelah itu media yang telah disterilisasi didinginkan sampai suhu
ruangan lalu media dimasukan dalam showcase agar tidak terjadi kontaminasi pada media
oleh bakteri. Sehari sebelum praktikum kita harus melakukan penanaman permipan terlebih
dahulu mengeluarkan media dan menunggu sampai suhu ruangan setelah itu masukan
seujung sepatula permipan. Kemudian media dimasukan kedalam incubator shaker agar
mikroba dapat tumbuh.
Pertama kita melakukan secara bacth yaitu memipet 10 ml media kedalam 10 tabung
reaksi kemudian tabung reaksi tersebut akan dimasukan ke dalam waterbath tetapi sebelum
dipanaskan kita amati terlebih dahulu berapa mikroba yang mati dan yang masih hidup,
kemudian pada menit ke 5, 10, 15 tabung reaksi dikeluarkan dan langsung disimpan
dibaskom yang telah diisi es batu. Kita melaksanakan dengan 3 variasi suhu yaitu 55℃ ,65℃
dan 75℃ dan 3 variasi waktu 5, 10, 15 menit. Kemudian amati mikroba yang mati dan hidup
dengan cara meneteskan sampel keatas kaca preparat lalu tambahkan setengah tetes methylen
blue sebagai zat warna lalu diratakan dan ditutupi oleh kaca tipis. Amati sel yang hidup akan
berwarna bening karena sel yang hidup masih memiliki dinding sel yang utuh yang bersifat
selektif permeable sedangkan sel yang matiakan berwarna gelap karena dinding sel mikroba
tersebut rusak sehingga menyerap methylen blue sehingga berwarna biru.
Teknik sterilisasi yang kedua yaitu sterilisasi secara continue. Sebelum menggunakan
alat sterlisisasi ini, alat yang digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Namun untuk
mengukur laju alirnya, perlu diketahui volume coil tersebut. Diperoleh volume coil sebesar
22,3cm3.
Media yang berisi biakan melewati panas pada suhu 60 oC, 70 oC, dan 80 oC dan pada
laju alir 75%, 85%, dan 95%. Semakin cepat laju alir dan pada suhu rendah maka sel yang
mati akan sedikit, karena sel hanya akan melewati panas tidak atau tidak membutuhkan
waktu yang lama didalam coil. Namun semakin kecil laju alir dan suhu yang di set semakin
besar, maka sel yang melewati coil akan banyak yang mati.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk menentukan nilai konstanta laju
kematian mikroba (Kd) ,desimal reduction time atau destruction valve (D) dan konstanta
archenius (Ed). Di dapat data seperti dibawah ini:
Batch :
- Kd : T = 55°C = 0,1735
T = 65°C = - 0,5270
T = 75°C = - 0,1725
- D : T = 55°C = 13,27 s
T = 65°C = -4,37 s
T = 75°C = -13,35 s
- Ed : T = 55°C = 8,18 Joule / mol
T = 65°C = 8,43 Joule / mol
T = 75°C = 8,68 Joule / mol
Kontinu :
- Kd : T = 60°C = 0,0066
T = 70°C = 0,0337
T = 80°C = 0,0282
- D : T = 60°C = 348,8 s
T = 70°C = 68,3 s
T = 80°C = 81,65 s
- Ed : T = 60°C = 1015287,057 Joule / mol
T = 70°C = 1045776,157 Joule / mol
T = 80°C = 1076265,258 Joule / mol
Berdasarkan hasil percobaaan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu
penanganan yang kurang aseptik dan juga faktor ketelitian saat menghitung bakteri.
AURISTA FEBRIANTO 171411070
Percobaan yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba dan teknik sterilisasi media
secara batch dan continue. Sterilisasi merupakan suatu cara untuk mengeliminasi mikroba
yang ada pada suatu bahan atau produk yang dikehendaki. Pada teknik sterilisasi batch,
prosesnya relatif sederhana yakni proses pemanasan dan pendinginan.Pada proses sterilisasi
batch,sampel berisi biakan dipanaskan pada temperatur 55 ºC,65 ºC,75 ºC. Setelah proses
pemanasan dan pendinginan, jumlah sel baik yang hidup maupun mati diamati menggunakan
mikroskop lalu dihitung sebagai perbandingan.

T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 55oC 0,018 0,1735 -1,751
T2 = 65oC 0,015 - 0,5270 -0,640
T3 = 75oC 0,013 - 0,1725 -1,757

Berdasarkan tabel data pengamatan, jumlah sel yang mati semakin bertambah seiring
dengan bertambahnya suhu pemanasan. Namun, berdasarkan data percobaan, data yang
diperoleh kurang akurat. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adanya
pengotor pada lensa mikroskop, kondisi operasi yang tidak aseptis, maupun ketelitian saat
menghitung jumlah mikroba yang hidup ataupun mati.

Teknik kedua yakni teknik sterilisasi continue, setelah didapatkan volume coil yakni 22,3
𝑐𝑚3 , praktikum dimulai dengan melewatkan media perkembangan ke alat dengan variasi laju
alir (95%,85%,75%) dan variasi temperatur (60 ºC,70 ºC,80 ºC).
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 60 oC 0,016 0,0066 -5,02069
o
T2 = 70 C 0,014 0,0337 -3,39026
o
T3 = 80 C 0,012 0,0282 -3,56843

Lalu didapatkan bahwa pada laju alir yang tinggi mikroba yang mati sedikit karena waktu
tinggal didalam pemanas yang cukup singkat. Begitupun sebaliknya jika laju alir rendah dan
pada suhu tinggi maka tingkat kematian mikroba akan lebih banyak karena waktu tinggal
yang lebih lama. Tetapi hasil yang kami peroleh kurang akurat dimungkinkan karena
ketelitian saat menghitung mikroba yang kurang baik ataupun adanya zat pengotor.
DEVI RISTAMA (171411072)
Pembahasan Batch
Kinetika Kematian dan Sterilisasi Media secara Batch dan Continue. Pertama diawali
dengan pembuatan media dengan 100 gram gula dilarutkan dalam 1 liter air. Media yang
telah larut dan homogen lalu disterilisasikan didalam autoclave selama ± 15-30. Diberi
mikroba yaitu Saccharomyces cerevisiae. Selanjutnya didiamkan pada suhu ruang dan
diinkubasi dalam inkubator shaker yang selanjutnya akan dipipet kedalam 10 tabung reaksi,
Pada penentuan kinetika kematian mikroba secara batch, dilakukan dengan
menggunakan media pertumbuhan yang direndam atau dipanaskan di dalam waterbath pada
suhu 55, 65,75 derajat celcius dengan variasi waktu yaitu 5, 10, 15 menit. Setelahnya
dilakukan perhitungan jumlah bakteri hidup dan bakteri yang mati dengan menggunakan
mikroskop pada kaca preparat yang diberi metilen blue. Dari data tersebut diperoleh semakin
lama waktu pemanasan maka semakin banyak mikroba yang mati.
Didapat pula konstanta kematian mikroba (Kd) :

T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 55oC 0,018 0,1735 -1,751
T2 = 65oC 0,015 - 0,5270 -0,640
T3 = 75oC 0,013 - 0,1725 -1,757

Dari data tersebut juga didapat decimal reduction time atau destruction value (D)
yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam meit pada suhu tertentu untuk
mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang
menjadi 1/10. semakin besar suhu maka decimal reduction time semakin mengecil, yang
mengartikan bahwa semakin besar suhu yang diterima oleh mikroba, maka waktu mikroba
berkurang menjadi 1/10 nya semakin cepat.

Pembahasan kontinyu
Pada penentuan kinetika kematian mikroba secara kontinyu, dilakukan dengan
menggunakan media pertumbuhan yang dialirkan kedalam coil yang direndam dalam
waterbath pada suhu 60,70,80 derajat celcius dengan variasi keluaran yaitu 95%, 85%, dan
75%. Setelahnya dilakukan perhitungan jumlah bakteri hidup dan bakteri yang mati.
Dari data tersebut diperoleh bahwa semakin kecil persen keluaran maka mikroba yang
mati akan semakin banyak hal itu disebabkan oleh lamanya mikroba di dalam coil yang
terendam, sehingga kontak yang terjadi akan semakin lama diakibatkan semakin kecilnya
persen keluaran dan waktu tinggal yang semakin besar.
Didapat pula konstanta kematian mikroba (Kd) :
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 60 oC 0,016 0,0066 -5,02069
o
T2 = 70 C 0,014 0,0337 -3,39026
T3 = 80 oC 0,012 0,0282 -3,56843

Dari data tersebut juga didapat decimal reduction time atau destruction value (D)
yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam menit pada suhu tertentu untuk
mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang
menjadi 1/10. Yaitu sebesar 348,8s pada suhu 60°, 68,3 s pada suhu 70°, dan 81,65 s pada
suhu 80°. Seharusnya semakin besar suhu maka decimal reduction time semakin mengecil,
yang mengartikan bahwa semakin besar suhu yang diterima oleh mikroba, maka waktu
mikroba berkurang menjadi 1/10 nya semakin cepat.
Namun dalam data yang kami peroleh pada suhu 80° terjadi perlambatan kecepatan
dibandingkan pada suhu 70°. Hal ini memungkinkan disebabkan oleh adanya faktor
perhitungan kesalahan pada saat perhitungan jumlah mikroba yang hidup dan yang mati.
Kesalahan adanya pengotor pada saat penggunaan mikroskop, dan lain-lain.
KESIMPULAN
1. Semakin besar suhu maka decimal reduction time semakin mengecil, yang
mengartikan bahwa semakin besar suhu yang diterima oleh mikroba, maka waktu
mikroba berkurang menjadi 1/10 nya semakin cepat.
2. Batch :
- Kd : T = 55°C = 0,1735
T = 65°C = - 0,5270
T = 75°C = - 0,1725
- D : T = 55°C = 13,27 s
T = 65°C = -4,37 s
T = 75°C = -13,35 s
- Ed : T = 55°C = 8,18 Joule / mol
T = 65°C = 8,43 Joule / mol
T = 75°C = 8,68 Joule / mol
Kontinu :
- Kd : T = 60°C = 0,0066
T = 70°C = 0,0337
T = 80°C = 0,0282
- D : T = 60°C = 348,8 s
T = 70°C = 68,3 s
T = 80°C = 81,65 s
- Ed : T = 60°C = 1015287,057 Joule / mol
T = 70°C = 1045776,157 Joule / mol
T = 80°C = 1076265,258 Joule / mol
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih, Hafizah.2011. “Praktikum Mikrobiologi”. Yogyakarta : Tanpa keterangan


Materi kuliah Teknologi Fermentasi Dr. Pudjono., S.U., Apt, Prof. Retno S. Sudibyo., M.Sc.,
Apt., dan Prof. Dr. Wahyono., S.U., Apt.
Materi Kuliah Mikrobiologi Farmasi Dr. rer. nat. Yossy Bayu Murti., Apt.
LAMPIRAN
Batch suhu 55°

Batch suhu 65°

Batch suhu 75°


Kontinyu suhu 60°

Kontinyu suhu 70°

Kontinyu suhu 80°

T0 suhu 25°

Anda mungkin juga menyukai