Oleh:
Kelompok 2
Annisaa Azhaar NIM. 171411069
Aurista Febrianto NIM. 171411070
Devi Ristama NIM. 171411072
2.1 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu
mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan
tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung
pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana
bagaimana sterilisasi cairan dan padatan.
a. Sterilisasi cairan
Laboratory autoclave
Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan
beberapa pilihan teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses
sterilisasi cairan media di industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau
continuous yang diterapkan di industri, misalnya direct steam, indirect heating,
indirect steam, dan lainnya.
Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme
dari benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat
dihilangkan.
Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa
mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara: Pemanasan
pada suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau
pemanasan 85–87oC selama 5 detik.
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus,
termasuk bakteri endospora). Sterilisasi menjadi hal yang sangat penting dalam
berbagai proses bioteknologi, salah stunya dalam proses fermentasi. Meskipun
proses fermentasi melibatkan mikroorganisme, namun seringkali kehadiran
mikroorganisme lain (kontaminan) tetap mengganggu. Hal ini karena:
1. Medium akan menumbuhkan semua mikroba yang ada (mikroba target dan
kontaminan) sehingga produk yang dihasilkan menjadi sangat beragam.
Tentu saja hal ini sangat merugikan karena selain mengurangi produktivitas
juga menyulitkan dalam proses isolasi.
2. Jika proses fermentasi dilanjutkan dalam keadaan banyak kontaminan, maka
kemungkinan produk yang dihasilkan oleh kontaminan menjadi lebih
dominan dan mendesak produk mikroba target hingga dapat
menghilangkannya.
3. Kontaminasi pada produk akhir dapat menurunkan kualitas produk, bahkan
mungkin dapat membahayakan manusia
4. Kontaminan dapat merusak produk yang diinginkan
5. Kontaminasi dari suatu fermentasi bakteri dengan “phage” dapat me-lisis
kultur.
Untuk menghindari hal–hal tersebut di atas, langkah antisipasi yang dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Penggunaan inokulum murni dalam fermentasi
b. Sterilisasi medium: merupakan proses yang bertujuan untuk
menghilangkan semua jenis makhluq hidup yang ada dalam media,
dilakukan sebelum inokulasi kultur.
c. Sterilisasi ruang fermenter: Penghilangan semua bentuk makhluq hidup
dari ruang fermentor, termasuk udara secara kontinyu
d. Sterilisasi semua bahan yang digunakan dalam keseluruhan proses
fermentasi
e. Penjagaan kondisi aseptis selama fermentasi
Fermentasi dapat dilakukan baik secara fisika, kimia, maupun radiasi.
Sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan membunuh mikroba atau sekadar
mencegah mikroba masuk kesistem kita. Sterilisasi fisik dengan membunuh
mikroba dapat dilakukan dengan penggunaan panas, freezing (pembekuan),
penggunaan garam berkonsentrasi tinggi, dll. Sementara sterilisasi fisik tanpa
membunuh mikroba dapat dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi merupakan upaya
untuk meminimalisasi kontaminasi mikroorganisme dengan cara menyaring
sesuatu dengan filter berukuran tertentu sehingga sebagian mikroba tidak dapat
melewatinya.
Namun, dalam proses fermentasi, cara sterilisasi fisik yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan filtrasi dan penggunaan panas, baik panas basah maupun
panas kering. Sterilisasi panas basah seringkali digunakan untuk sterilisasi media
dan bahan–bahan lainnya sementara panas kering untuk sterilisasi alat–alat.
Faktor–faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain:
Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan
Morfologi mikroorganisme
Komposisi media fermentasi
pH
Ukuran partikel tersuspensi
Temperatur yang digunakan
Durasi proses sterilisasi
Keberadaan air
a. Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan uap panas
ke dalam mantel fermentor ayau coil yang terdapat pada bagian dalam
fermentor. Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara
menghilangkan uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode
langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas dari
bahan kimia tambahan seperti senyawa antikarat yang panyak digunakan
dalam proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung akan
mengakibatkan bertambahnya volume cairan media dalam fermentor karena
adanya kondensasi uap yang digunakan.
b. Sterilisasi Continue
Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan
kerusakan medium tetapi mengkinsumsi banyak energi. Temperature yang
dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini adalah 140oC dengan waktu hanya 30
hingga 120 detik. Alat yang digunakan dapat berupa Continues plate heat
exchange dan Continues injection flash cooler. Kelebihan Continues injection
flash cooler antara lain:
Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat
tersuspensi
Biaya lebih murah
Mudah dibersihkan
Pemanasan dan pendinginan lebih cepat
Penggunaan uap lebih efisien
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Bakteri ini umumnya hidup pada rentang 20-40°C, optimum pada
37°C. Pada umumnya, bakteri ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah
kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. E. coli
banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor
untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih
karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya (Anonim, 2009).
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada proses
sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis mikroba terhadap
panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih tahan terhadap pemanasan
basah yang paling tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis mikroba yang lain.
Siklus sterilisasi dapat dirancang berdasarkan pemusnahan spora bakteri, sehingga
mikroba jenis lain aka mati secar bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses
sterilisasi maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin berkurang.
Table 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch
Ketahanan Relatif Terhadap
Jenis Mikroba
Panas
Bakteri vegetative dan khamir 1
Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Table 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Waktu yang Diperlukan untuk
Suhu Sterilisasi (oC)
Mematikan Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba oleh
pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
𝒅𝑵
Persamaannya : − 𝒅𝒕 = 𝒌𝒅 𝑵 …….(2.1)
N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Kd = konstanta laju kematian mikroba
𝑵𝒕
Integrasi persamaan 2.1 menjadi : = 𝒆−𝒌𝒕 …….(2.2)
𝑵𝟎
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau destruction value
(D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam meit pada suhu tertentu
untuk mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan
berkurang menjadi 1/10, sehingga persamaan 2.2 dapat dituliskan :
𝑵𝒕
= 𝒆−𝒌𝑫 …….(2.4)
𝑵𝟎
𝐥𝐧 𝟏𝟎
𝑫= …….(2.5)
𝒌
Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur, mengikuti
persamaan Arhenius:
−𝑬𝒅
𝒌𝒅 = 𝒌𝒅𝟎 𝒆 𝑹𝑻 …….(2.6)
𝑬𝒅 𝟏
𝐥𝐧 𝒌𝒅 = 𝐥𝐧 𝒌𝒅𝟎 − 𝑹𝑻 𝑻…….(2.7)
Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis lurus
gradient – Ed/R.
BAB III
METODOLOGI
Teteskan biakan pada kaca preparat tambahkan methy- lene blue dan amati jumlah sel hidup dan mati
B. Sterilisasi Continuous
Mengatur laju alir biakan pada q1, tampung media aliran keluaran dalam tabung reaksi
steril setelah melewati waktu tinggal dalam pipa/selang.
Mengamati sel hidup dan sel mati yang keluar dengan mikroskop
Tabel 1. Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati Pada Sterilisasi Batch
Suhu (°C) Waktu (menit) Hidup % Hidup Mati % Mati Total % Total
25 0 50 81,96 11 18,04 61 100
55 5 22 95,65 1 4,54 23 100
10 26 83,87 5 16,13 31 100
15 50 67,57 24 32,43 74 100
65 5 9 19,15 38 80,85 47 100
10 129 55,60 103 44,40 232 100
15 39 54,93 32 45,07 71 100
75 5 30 44,78 37 55,22 67 100
10 7 11,86 52 88,14 59 100
15 146 63,20 85 36,80 231 100
2. Kontinu
Tabel 1. Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati Pada Sterilisasi kontinu
Suhu (C) % Keluaran Hidup % Hidup Mati % Mati Total % Total
25 0 147 100 0 0 147 100
60 95 137 80,58 33 19,42 170 100
85 169 68,42 78 31,58 247 100
75 57 57,57 42 42,43 99 100
70 95 82 77,35 24 22,65 106 100
85 37 60,65 24 39,35 61 100
75 6 10 54 90 60 100
80 95 52 77,61 15 22,39 67 100
85 55 43,65 71 56,35 126 100
75 34 17,35 162 82,65 196 100
4.2 Pengolahan data
1. Sterilisasi Batch
T0 = 25°C
𝑵𝒕 𝟖𝟏,𝟗
t0 = 0 menit--- > Ln = Ln =1
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
T1 = 55°C
𝑵𝒕 𝟗𝟓,𝟔𝟓
t1 = 5 menit--- > Ln = Ln = 0,155
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟖𝟑,𝟖𝟕
t2 = 10 menit--- > Ln = Ln = 0,024
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟔𝟕,𝟓𝟕
t3 = 15 menit--- > Ln = Ln = -0,192
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
T2 = 65°C
𝑵𝒕 𝟏𝟗,𝟏𝟓
t1 = 5 menit--- > Ln = Ln = -1,453
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟓𝟓,𝟔𝟎
t2 = 10 menit--- > Ln = Ln = -0,387
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟓𝟒,𝟗𝟑
t3 = 15 menit--- > Ln = Ln = -0,399
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
T3 = 75°C
𝑵𝒕 𝟒𝟒,𝟕𝟖
t1 = 5 menit--- > Ln = Ln = -0,604
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟏𝟏,𝟖𝟔
t2 = 10 menit--- > Ln = Ln = -1,932
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑵𝒕 𝟔𝟑,𝟐𝟎
t3 = 15 menit--- > Ln = Ln = -0,259
𝑵𝒐 𝟖𝟏,𝟗
𝑁𝑡
Grafik Ln 𝑁𝑜 terhadap t (waktu) untuk variasi suhu berbeda
T1 = 55°C
0
-0.05 5 10 15
-0.1
-0.15
y = -0,1735x + 0,3427
-0.2
-0.25
Waktu
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = -0,1735x + 0,3427
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐
Kd = -(-0,1735) = 0,1735
T2 = 65°C
y = 0,527x - 1,8003
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
Waktu
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = 0,527x – 1,8003
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐
Kd = - (0,527) = - 0,527
T3 = 75°C
-1
-1.5
-2
-2.5
Waktu
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
Y = 0,1725x - 1,2767
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐
Kd = - (0,1725) = - 0,1725
Tabel Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Batch
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 55oC 0,018 0,1735 -1,751
T2 = 65oC 0,015 - 0,5270 -0,640
T3 = 75oC 0,013 - 0,1725 -1,757
-1
-1.2
-1.4
-1.6
y = -0.003x - 1.3767
-1.8
-2
1/T
Perhitungan Ed:
Y = -0,003x - 1,3767
Berdasarkan persamaan :
𝑬𝒅 𝟏
𝐥𝐧 𝒌𝒅 = 𝐥𝐧 𝒌𝒅𝟎 −
𝑹𝑻 𝑻
T1 = 55°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -0,003
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -0,003
8,314 . 328 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 8,18 𝑚𝑜𝑙.
T2 = 65°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -0,003
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -0,003
8,314 . 338 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 8,43 𝑚𝑜𝑙.
T3 = 75°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -0,003
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -0,003
8,314 . 348 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 8,68 𝑚𝑜𝑙.
75 % V = 10 mL
t = 1 menit = 60 detik
𝑉
Q= 𝑡
10
= 60 = 0.16 mL/detik
85 % V = 13 mL
t = 1 menit = 60 detik
𝑉
Q= 𝑡
13
= 60 = 0,217 mL/detik
95 % V = 14 mL
t = 1 menit = 60 detik
𝑉
Q= 𝑡
14
= 60 = 0,233 mL/detik
𝑵𝒕 𝟓𝟕,𝟓𝟕
Keluaran 75% Ln = Ln = -0,55217
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎
T1 = 70°C
𝑵𝒕 𝟕𝟕,𝟑𝟓
Keluaran 95% Ln = Ln = -0,25683
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎
𝑵𝒕 𝟔𝟎,𝟔𝟓
Keluaran 85% Ln = Ln = -0,50005
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎
𝑵𝒕 𝟏𝟎
Keluaran 75% Ln = Ln = -2,30259
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎
T1 = 80°C
𝑵𝒕 𝟕𝟕,𝟔𝟏
Keluaran 95% Ln = Ln = -0,25347
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎
𝑵𝒕 𝟒𝟑,𝟔𝟓
Keluaran 85% Ln = Ln = -0,82897
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎
𝑵𝒕 𝟏𝟕,𝟑𝟓
Keluaran 75% Ln = Ln = -1,75158
𝑵𝒐 𝟏𝟎𝟎
𝑁𝑡
Grafik Ln 𝑁𝑜 terhadap t (waktu) untuk variasi suhu berbeda
T1 = 60°C
R² = 0.8568
-0.3 Linear (Grafik Ln
Nt/No terhadap
-0.4 waktu tinggal)
-0.5 Linear (Grafik Ln
Nt/No terhadap
-0.6 waktu tinggal)
waktu
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
y = 0,0066x - 1,1302
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐
Kd = -(0,0066) = -0,0066
T1 = 70°C
-1
Linear (Grafik Ln
-1.5 Nt/No terhadap
waktu tinggal)
-2
Linear (Grafik Ln
Nt/No terhadap
-2.5
waktu waktu tinggal)
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
y = 0,0337x - 4,8097
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐
Kd = -0,0337
T1 = 80°C
-1 Linear (Grafik Ln
Nt/No terhadap
waktu tinggal)
-1.5
Linear (Grafik Ln
-2 Nt/No terhadap
waktu waktu tinggal)
Perhitungan Kd:
Y = ax + b
y = 0,0282x - 4,1211
𝑵𝒕
Berdasarkan persamaan Ln = - Kd . t , maka:
𝑵𝒐
Kd = -0,0282
Tabel Kd, ln Kd, dan 1/T untuk Sterilisasi Kontinyu
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 60 oC 0,016 0,0066 -5,02069
T2 = 70 oC 0,014 0,0337 -3,39026
o
T3 = 80 C 0,012 0,0282 -3,56843
-2
Ln Kd
-3
-4
y = -366.72x + 1.3184
-5 R² = 0.7347
-6
1/t
:
Perhitungan Ed :
y = -366,72x + 1,3184
Berdasarkan persamaan :
𝑬𝒅 𝟏
𝐥𝐧 𝒌𝒅 = 𝐥𝐧 𝒌𝒅𝟎 −
𝑹𝑻 𝑻
T1 = 60°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -366,72
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -366,72
8,314 . 333 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 1015287,057 𝑚𝑜𝑙.
T1 = 70°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -366,72
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -366,72
8,314 . 343𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed =1045776,157 𝑚𝑜𝑙.
T1 = 80°C
𝐸𝑑
Maka, − 𝑅𝑇 = -366,72
𝐸𝑑
− 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = -366,72
8,314 . 353 𝐾
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Ed = 1076265,258 𝑚𝑜𝑙.
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 55oC 0,018 0,1735 -1,751
T2 = 65oC 0,015 - 0,5270 -0,640
T3 = 75oC 0,013 - 0,1725 -1,757
Berdasarkan tabel data pengamatan, jumlah sel yang mati semakin bertambah seiring
dengan bertambahnya suhu pemanasan. Namun, berdasarkan data percobaan, data yang
diperoleh kurang akurat. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adanya
pengotor pada lensa mikroskop, kondisi operasi yang tidak aseptis, maupun ketelitian saat
menghitung jumlah mikroba yang hidup ataupun mati.
Teknik kedua yakni teknik sterilisasi continue, setelah didapatkan volume coil yakni 22,3
𝑐𝑚3 , praktikum dimulai dengan melewatkan media perkembangan ke alat dengan variasi laju
alir (95%,85%,75%) dan variasi temperatur (60 ºC,70 ºC,80 ºC).
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 60 oC 0,016 0,0066 -5,02069
o
T2 = 70 C 0,014 0,0337 -3,39026
o
T3 = 80 C 0,012 0,0282 -3,56843
Lalu didapatkan bahwa pada laju alir yang tinggi mikroba yang mati sedikit karena waktu
tinggal didalam pemanas yang cukup singkat. Begitupun sebaliknya jika laju alir rendah dan
pada suhu tinggi maka tingkat kematian mikroba akan lebih banyak karena waktu tinggal
yang lebih lama. Tetapi hasil yang kami peroleh kurang akurat dimungkinkan karena
ketelitian saat menghitung mikroba yang kurang baik ataupun adanya zat pengotor.
DEVI RISTAMA (171411072)
Pembahasan Batch
Kinetika Kematian dan Sterilisasi Media secara Batch dan Continue. Pertama diawali
dengan pembuatan media dengan 100 gram gula dilarutkan dalam 1 liter air. Media yang
telah larut dan homogen lalu disterilisasikan didalam autoclave selama ± 15-30. Diberi
mikroba yaitu Saccharomyces cerevisiae. Selanjutnya didiamkan pada suhu ruang dan
diinkubasi dalam inkubator shaker yang selanjutnya akan dipipet kedalam 10 tabung reaksi,
Pada penentuan kinetika kematian mikroba secara batch, dilakukan dengan
menggunakan media pertumbuhan yang direndam atau dipanaskan di dalam waterbath pada
suhu 55, 65,75 derajat celcius dengan variasi waktu yaitu 5, 10, 15 menit. Setelahnya
dilakukan perhitungan jumlah bakteri hidup dan bakteri yang mati dengan menggunakan
mikroskop pada kaca preparat yang diberi metilen blue. Dari data tersebut diperoleh semakin
lama waktu pemanasan maka semakin banyak mikroba yang mati.
Didapat pula konstanta kematian mikroba (Kd) :
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 55oC 0,018 0,1735 -1,751
T2 = 65oC 0,015 - 0,5270 -0,640
T3 = 75oC 0,013 - 0,1725 -1,757
Dari data tersebut juga didapat decimal reduction time atau destruction value (D)
yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam meit pada suhu tertentu untuk
mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang
menjadi 1/10. semakin besar suhu maka decimal reduction time semakin mengecil, yang
mengartikan bahwa semakin besar suhu yang diterima oleh mikroba, maka waktu mikroba
berkurang menjadi 1/10 nya semakin cepat.
Pembahasan kontinyu
Pada penentuan kinetika kematian mikroba secara kontinyu, dilakukan dengan
menggunakan media pertumbuhan yang dialirkan kedalam coil yang direndam dalam
waterbath pada suhu 60,70,80 derajat celcius dengan variasi keluaran yaitu 95%, 85%, dan
75%. Setelahnya dilakukan perhitungan jumlah bakteri hidup dan bakteri yang mati.
Dari data tersebut diperoleh bahwa semakin kecil persen keluaran maka mikroba yang
mati akan semakin banyak hal itu disebabkan oleh lamanya mikroba di dalam coil yang
terendam, sehingga kontak yang terjadi akan semakin lama diakibatkan semakin kecilnya
persen keluaran dan waktu tinggal yang semakin besar.
Didapat pula konstanta kematian mikroba (Kd) :
T (temperature) 1/T Kd Ln Kd
T1 = 60 oC 0,016 0,0066 -5,02069
o
T2 = 70 C 0,014 0,0337 -3,39026
T3 = 80 oC 0,012 0,0282 -3,56843
Dari data tersebut juga didapat decimal reduction time atau destruction value (D)
yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan dalam menit pada suhu tertentu untuk
mengurangi jumlah sel vegetative atau spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang
menjadi 1/10. Yaitu sebesar 348,8s pada suhu 60°, 68,3 s pada suhu 70°, dan 81,65 s pada
suhu 80°. Seharusnya semakin besar suhu maka decimal reduction time semakin mengecil,
yang mengartikan bahwa semakin besar suhu yang diterima oleh mikroba, maka waktu
mikroba berkurang menjadi 1/10 nya semakin cepat.
Namun dalam data yang kami peroleh pada suhu 80° terjadi perlambatan kecepatan
dibandingkan pada suhu 70°. Hal ini memungkinkan disebabkan oleh adanya faktor
perhitungan kesalahan pada saat perhitungan jumlah mikroba yang hidup dan yang mati.
Kesalahan adanya pengotor pada saat penggunaan mikroskop, dan lain-lain.
KESIMPULAN
1. Semakin besar suhu maka decimal reduction time semakin mengecil, yang
mengartikan bahwa semakin besar suhu yang diterima oleh mikroba, maka waktu
mikroba berkurang menjadi 1/10 nya semakin cepat.
2. Batch :
- Kd : T = 55°C = 0,1735
T = 65°C = - 0,5270
T = 75°C = - 0,1725
- D : T = 55°C = 13,27 s
T = 65°C = -4,37 s
T = 75°C = -13,35 s
- Ed : T = 55°C = 8,18 Joule / mol
T = 65°C = 8,43 Joule / mol
T = 75°C = 8,68 Joule / mol
Kontinu :
- Kd : T = 60°C = 0,0066
T = 70°C = 0,0337
T = 80°C = 0,0282
- D : T = 60°C = 348,8 s
T = 70°C = 68,3 s
T = 80°C = 81,65 s
- Ed : T = 60°C = 1015287,057 Joule / mol
T = 70°C = 1045776,157 Joule / mol
T = 80°C = 1076265,258 Joule / mol
DAFTAR PUSTAKA
T0 suhu 25°