Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOPROSES


SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019

MODUL : Fermentasi Aerob dan Anaerob


DOSEN PEMBIMBING : Fitria Yulistiani, S.T., M.T.

Oleh :
Kelompok :2
Nama : Annisaa Azhaar A ( 171411069 )
Aurista Febrianto ( 171411070 )
Devi Ristama ( 171411072)
Kelas : 2C – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

`j
Fermentasi Aerob ( Asam Sitrat ) Oleh Aspergillus Niger

I. TUJUAN
a. Memahami perbedaan komposisi media fermentasi untuk pertumbuhan dan
produksi
b. Memahami kondisi operasi optimum untuk pembentukan produk asam sitrat.
c. Memahami jenis pola pembentukan produk asam sitrat.

II. LANDASAN TEORI

Citric acid ( 2 – hydroxyl – 1,2,3 propanetricarboxylic acid ) pertama kali diisolasi


dari jus jeruk oleh Scheele ( 1978 ). Asam sitrat ada secara alami membentuk senyawa
antara di dalam siklus asam sitrat ( daur Krebs ). Pada siklus tersebut karbohidrat akan
dioksidasi menjadi karbon dioksida. Asam sitrat diproduksi dalam bentuk anhydrous
maupun monohidrat dan merupakan asam organic kuat yang meiliki titik leleh pada suhu
153⁰C.
Fermentasi asam sitrat pertama kali diproduksi dengan metoda fermentasi permukaan,
namun dengan berkembangnya metoda bawah permukaan ( submerged ) menunjukkan
perbaikan produksi asam sitrat secara nyata. Keberhasilan proses fermentasi asam sitrat
selain ditentukan oleh metoda fermentasi, pemilihan strain mikroorganisma yang tepat,
komposisi media fermentasi dan kondisi operasi yang optimal.
Asam sitrat adalah metabolit primer yang pada kondisi normal tidak diekskresikan
dalam jumlah yang banyak. Asam sitrat akan diekskresikan keluar sel karena adanya
kondisi yang tidak normal dalam proses metabolisma sel yang disebabkan kelainan
genetic atau ketidakseimbangan metabolic akibat kondisi lingkungan tertentu ( Rohr, Max
dkk., 1982 ).
Beberapa spesies jamur Aspergillus seperti Aspergillus Niger, Aspergillus Wentii, dan
Aspergillus Clavatus dilaporkan dapat menghasilkan asam sitrat cukup banyak pada
lingkungan yang dikondisikan. Jamur lain seperti Botrytis Cinerea, Mucor Piriformis,
dan Trichoderma Viride juga dapat menghasilkan asam sitrat dalam jumlah cukup
banyak. Trichoderma Viride memiliki spektrum enzim yang sangat luas sehingga mampu
menggunakan selulosa dan polisakarida lain sebagai sumber karbon. Aspergillus Niger
termasuk jamur dari keluarga Plectomycetes, kelas Ascomycetes ( cendawan pipa ).
Miseliumnya memiliki inti, dan bercabang membentuk hifa yang menopang konidium.
Makronutrien maupun trace element memberikan pengaruh yang cukup besar pada
pembentukan asam sitrat. Secara umum disepakati bahwa ekskresi asam sitrat yang
berlimpah akan terjadi jika pembentukan biomassa dibatasi ( Rohr, Max dkk., 1982 ).
Pengkondisian awal media produksi asam sitrat untuk menghasilkan produksi asam
sitrat yang tinggi dilakukan dengan membatasi / mengurangi satu atau lebih elemen –
elemen essensial, seperti fosfor, Mn, Zn, atau Fe. Fosfor merupakan makro nutrient yang
dibutuhkan sel untuk mensintesa nukleotida dan kompone – komponen phosphorylated
lain. Kehadiran logam – logam trace dalam media produksi akan menurunkan produksi
asam sitrat secaa nyata. Karakteristik media produksi asam sitrat yang mendukung
pembentukan produk adalah memiliki konsentasi substrat gula yang tinggi, konsentrasi
fosfat yang rendah, pH rendah dibawah 2, kelarutan oksigen yang tinggi dan ketiadaan
logam – logam trace seperti Mn2+, Fe2+, dan Zn2+ ( Rohr, Max dkk., 1982 ). Asam sitrat
terjadi dalam system terminal oksidasi metabolisme mikroorganisme. System ini
dinyatakan sebagai Krebs Cycle ( Gambar 2.1 ). Penumpukan / akumulasi asam sitrat
dapat terjadi jika siklus ini pecah / putus.

Gambar 2.1 Siklus Tricarbocyclic / TCA ( Shuler Michael L, Fikret Kargi )

Pembentukan produk microbial dapat dgolongkan dalam 3 pola yaitu :


 Pola pembentukan produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan. Laju pembentukan
spesifik produk berbanding lurus dengan laju spesifik pertumbuhan. Enzim
merupakan contoh produk yang dihasilkan dari pola pertumbuhan di atas.
 Pola pembentukan produk yang tidak berasosiasi dengan pertumbuhan. Pembentukan
produk terjadi pada fasa stasioner pada saat laju pertumbuhan adalah nol. Laju
spesifik pembentukan produk adalah konstan. Antibiotic merupakan metabolit
sekunder yang terbentuk melalui pola pembentukan produk yang tidak berasosiasi
dengan pertumbuhan.
 Pola campuran, produk terbentuk selama pertumbuhan yang lambat dan fase
stasioner. Laju spesifik pembentukan produk mengikuti persamaan Luedeking-Piret.
Asam laktat, xanthan gum merupakan contoh metabolit sekunder yang diproduksi
melalui pola campuran.

III. PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
NO ALAT
1. Fermentor
2. Shaker incubator
3. Buret
4. Erlenmeyer 100 ml, 1 L
5. Batang pengaduk
6. Pipet ukur
7. Corong
8. Refraktometer
9. Hot plate
10. Botol sampel

NO BAHAN
1 Biakan murni Aspergillus niger dalam media agar miring
2 Media pertumbuhan dan media fermentasi dengan komposisi :
Media Pertumbuhan ( 100 mL ) :
 Gula Pasir : 15 gr
 (NH4)2SO4 : 450 mg
 KH2PO4 : 225 mg
 Yeast Extract : 2 gr
Media Fermentasi ( 900 mL ) :
 Gula Pasir 15 %
 (NH4)2SO4 0,6 %
 KH2PO4 0,3 %
3 Indikator penolphtaline
4 Larutan NaOH 0,05 M

3.2 Prosedur Kerja


1. Buat media pertumbuhan sebanyak 100 mL dan media fermentasi sebanyak 900 mL
lalu sterilkan dalam autoclave dan simpan di kulkas.
2. Keluarkan media pertumbuhan dari kulkas, diamkan sampai suhu kamar.
3. Tanam jamur Aspergillus Niger pada media pertumbuhan dan masukkan kedalam
incubator shaker selama ± 24 jam pada suhu 28-29⁰C, 120 rpm.
4. Masukkan biakan dalam media pertumbuhan ( starter/inoculum ) ke dalam
Erlenmeyer yang berisi media fermentasi . inkubasi selama ±7 hari dengan aerasi.
5. Lakukan sampling setiap 1 hari 2 kali sebanyak 10 ml.
6. Ukur % brix kemudian titrasi sampel dengan meggunakan NaOH 0,05 M.

3.3 Analisa Sampel

Analisa terhadap sampel dilakukan setiap 12 jam selama proses fermentasi meliputi:
1. Analisa kadar sukora dengan metoda refractometer ( pengukuran Brix ). Buat terlebih
dahulu kurva standar konsentrasi sukrosa terhdap nilai brix.
2. Analisa asam sitrat dengan titrasi asam – basa ( acidimetri ) menggunakan indicator
fenoptalein. Konsentrasi asam total diasumsikan sebagai konsentrasi asam sitrat

IV. KESELAMATAN KERJA


 Selama praktikum, mahasiswa harus menggunakan sepatu tertutup, jas lab,
masker dan penutup kepala.
 Jangan tinggalkan pemanas tanpa pengawasan
 Hindari tumpahan cairan mengenai peralatan listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek
 Hati – hati penggunaan pembakar spiritus
 Lakukan pengerjaan aseptis dengan benar agar tidak terjadi kontaminasi
V. DATA PENGAMATAN

Titrasi NaOH 0.1 M


Waktu Sampling % Brix
No. Jam Volume Konsentrasi Indeks Bias
(mL) Asam Sitrat (N)
Selasa (13-11-2018)
1 0 0,0 0,000 13,8 1.3539
10.50
Selasa (13-11-2018)
2
16.13
5,23 2,3 0,046 13,8 1,3539
Rabu (14-11-2018)
3 23,02 2 0,04 12,9 1.3524
09.52
Rabu (14-11-2018)
4 29 2,7 0,054 15 1,3556
15.50
Kamis (15-11-2018)
5 48,27 2,2 0,044 13,7 1.3539
11.17
Kamis (15-11-2018)
6 52,44 3,5 0,07 `16,5 1.3577
15.30
Jumat (16-11-2018)
7 73,43 2,7 0,054 15,1 1.3557
12.19
Jumat (16-11-2018)
8 77,04 3,5 0,07 16 1.36
15.30
Senin (19-11-2018) 154,16
9 3 0,06 16 1.3566
12.18
Senin (19-11-2018)
10. 157,33 3.5 0,07 14,8 1,3551
15.35

VI. PENGOLAHAN DATA

a. Pengukuran kadar sukrosa pada larutan baku sukrosa


Konsentrasi sukrosa % Brix
(%v/v)
10 10
20 19.8
30 21.1
40 32.9
50 33.3
60 39.9
70 45.2
80 46.4
90 53.8
100 55.8

b. Penentuan kadar sukrosa pada sampel


No. Waktu (jam) % Brix Konsentrasi Glukosa (%v/v)

1 0 13,8 13,2
2 5,23 13,8 13,2
3 23,02 12,9 12,7
4 29 15 13,8
5 48,27 13,7 13,1
6 52,44 `16,5 14,6
7 73,43 15,1 13,9
8 77,04 16 14,4
9 154,16 16 14,4
10 157,33 14,8 13,7

c. Pengukuran konsentrasi asam sitrat


Waktu Volume asam Volume NaOH Konsentrasi Asam
No. sitrat (M)
(jam) sitrat (mL) 0.1M (mL)
1 0
5 0,0 0,000
2 5
5,23 2,3 0,046
3 5
23,02 2 0,04
4 29
5 2,7 0,054
5 48,27
5 2,2 0,044
6 52,44
5 3,5 0,07
7 5
73,43 2,7 0,054
8 77,04
5 3,5 0,07
9 154,16 5 3 0,06
10 5
157,33 3,5 0,07

Csampel = (Vtitran x Ctitran) / Vsampel


[H+] = √𝐾𝑎 . 𝑀
= √(3,16 𝑥 10−4 ) 𝑥 (𝑀)
pH = -log [H+]

Kurva konsentrasi sukrosa vs %brix

Kurva Baku
Konsentrasi Sukrosa Vs % Brix
70
Konsentrasi Sukrosa (%)

60 y = 0.5356x + 5.7818
50 R² = 0.968
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
% Brix
Kurva waktu vs konsentrasi sukrosa

KURVA WAKTU VS KONSENTRASI SUKROSA


15
KONSENTRASI SUKROSA

14.5

14

13.5

13

12.5
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
WAKTU

Kurva waktu vs konsentrasi asam sitrat

KURVA WAKTU VS KONSENTRASI ASAM SITRAT


0.08
KONSENTRASI ASAM SITRAT

0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
WAKTU

VII. PEMBAHASAN
Jamur Aspergillus niger merupakan jamur yang dapat menghasilkan asam sitrat
sebagai hasil metabolisme. Pertama dibuat inokulum sebagai starter yang lalu
dipindahkan ke media pertumbuhan. Setelah jamur tumbuh,jamur dipindahkan ke media
fermentasi yang telah diatur supaya nutrisinya mendukung proses pembentukan asam
sitrat.
Komposisi dari media fermentasi dan media pertumbuhan karena berbeda
fungsinya. Media pertumbuhan berfokus untuk memperbanyak biomassa bakteri
(memperbanyak jumlah bakteri), sementara media fermentasi berfokus pada
pembentukan produk (pengurangan proses pertambahan biomassa, dan penambahan hasil
metabolisme) dalam hal ini yakni asam sitrat.
Karena fermentasi asam sitrat adalah fermentasi aerob maka aerasi dan agitasi
diperlukan agar proses fermentasi dapat berjalan dengan sempurna. Pada reaktor pun
diberi ruang untuk udara (erlenmeyer tidak diisi penuh oleh media fermentasi). Hasil
produk asam sitrat pun relatif naik turun karena dimungkinkan terjadinya kontaminasi
mahluk asing saat pengambilan sampel ataupun zat pengotor lainnya. Hal ini dapat
terjadi karena kondisi yang kurang aseptis. Serta praktikan yang kurang teliti saat
melakukan titrasi

VIII. KESIMPULAN
 Media pertumbuhan biomassa dan media produksi berbeda. Pada praktikum kali
ini, media pertumbuhan ditambahkan yeast extract untuk mempercepat
pertumbuhan biomassa dan pada media produksi atau media fermentasi
ditambahkan Potassium fosfat (KH2PO4) untuk mempercepat proses metabolisme.
 Hasil pembentukan produk pada fermentasi asam sitrat sebanding dengan
pertambahan biomassa
 Hasil akhir konsentrasi dari asam sitrat adalah 0,07M pada 157,33 jam

IX. DAFTAR PUSTAKA

Ali, S., Ikram-ul-Haq., M.A. Qadeer, and J. Iqbal. 2002. Production of Citric
Acid
by Aspergillus niger Using Cane Molasses in a Stirred
Fermentor. Electronic Journal of Biotechnology Vol 5 No
Manfaati, Rintis. 2011. “Pembuatan Asam Sitrat”. Politeknik Negeri Bandung.3.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019

JUDUL MODUL : Fermentasi Aerob Dan Anaerob


PEMBIMBING : Fitria Yulistiani, ST., MT.

Tanggal Praktikum : 30 Oktober 2018


Tanggal Penyerahan
Oleh: : 22 November2018
Kelompok 4

Oleh :
Kelompok 2

Annisaa Azhaar Arifin NIM. 171411069


Aurista Febrianto NIM. 171411070
Devi Ristama NIM. 171411072

Kelas 2C – D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
I. TUJUAN
a) Memahami proses fermentasi etanol secara anaeorobik yang dijalankan
secara batch.
b) Menguasai teknik pembuatan inokulum dan persiapan untuk proses
fermentasi anaerobic.
c) Menentukan kurva kalibrasi untuk konsentrasi etanol dan konsentrasi
sukrosa terhadap indeks bias.
d) Menentukan kurva perubahan konsentrasi etanol dan konsentrasi substrat
sisa terhadap waktu.

II. LANDASAN TEORI


Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobic (tanpa oksigen). Hal yang menarik adalah proses fermentasi dengan
menggunakan Saccharomyses cerevisiae adalah bahwa proses fermentasi ini dapat
berlangsung pada kondisi aerob dan anaerob. Pada kondisi aerob fermentasi akan
menghasilkan peningkatan biomassa sel.
Menurut Pasteur, keberadaan oksigen akan menghambat jalur fermentasi
di dalam sel khamir sehingga sumber karbon yang ada akan digunakan melalui
jalur respirasi. Fenomena ini sering disebut sebagai Pasteur effect (Walker 1998).
Pada sel – sel prokariota dan eukariota, Pasteur effect banyak dijumpai, salah satu
contoh adlah fermentasi asam laktat oleh sel otot manusia ketika kekurangan
oksigen. Berdasarkan fenomena ini, maka produksi ethanol oleh khamir terjadi
pada kondisi anaerob.
Reaksi dalam fermentasi berbeda – beda tergantung pada jenis gula yang
digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang
merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi. Fermentasi pembuatan
etanol merupakan proses metabolisme anaerob.

Persamaan Reaksi Kimia


C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP (Energi yang dilepaskan : 118 kJ per
mol
Secara teoritik tiap molekul glukosa akan menghasilkan 2 mol etanol dan 2
mol karbondioksida, dan melepaskan energi. Nutrien diperlukan dalam
pertumbuhan ragi. Setiap 1 gram glukosa menghasilkan 0,51 gram etanol. Hasil
samping yang terbentuk antara lain : asetaldehid ( sebagian kecil eter ) dan
minyak fusel, yang merupakan campuran senyawa alkohol tingkat tinggi dengan
komposisi tergantung bahan baku. Laju produksi asetaldehid sekitar 1 liter setiap
1000 liter etanol, dan laju produksi minyak fusel 5 liter/1000 liter alkohol
(Maiorella,1985).
Fermentasi secara batch membutuhkan waktu sekitar 50 jam, pH awal 4,5
dan suhu 20 – 30 0C untuk menghasilkan yield etanol 90% dari nilai gula teoritis.
Hal akhir etanol sekitar 10 -16”% v/v (Bailey,1986).
Jalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula
yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian
dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir
akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
Kriteria prosse fermentasi yang baik adalah dapat menghasilkan perolehan
alkohol yang tinggi, laju fermentasi yang tinggi terhadap konsentrasi gula dan
etanol yang tinggi, tahan terhadap temperatur yang tinggi. Ragi Saccharomyses
cerevisiae sering digunakan dalam produksi makanan dan minuman yang
mengandung alkohol.

Laju pengurangan konsentrasi substrat mengikuti persamaan Michaellis


Mentten :
V = V maks Cs / (Ks + Cs)
V = -d Cs/dt
dx/dt = V X
Kondisi operasi berpengaruh dalam proses fermentasi etanol adalah
konsentrasi etanol, tempeartur, pH, dan jenis mikroba yang digunakan. Ragi dapat
tahan sampai konsentrasi glukosa 22% b/v. Pertumbuhan sel ragi seluruhnya
terhenti pada konsentrasi etanol di atas 110 g/L. Temperatur optimum
pertumbuhan sel ragi adalah pada temperatur 28 – 30 oC, sedangkan temperatur
optimum pembentukan produk adalah 38 oC pada konsentrasi etanol rendah.
III. PERCOBAAN
a. Bahan
 Biakan Saccharomyces cerevisiae
 Alkohol
 Media pertumbuhan (inokulum) dalam 50 mL aquadest :
- Glukosa 1 gram
- Yeast Extarct G. 0,25 gram
- Pepton 0,25 gram
- Ekstrak malt 0,25 gram
 Media fermentasi 450 mL aquadest:
- Glukosa/Sukrosa 45 gram
- MgSO4.7H2O 0,18 gram
- (NH4)2SO4 0,9 gram
- KH2PO4 2,25 gram
b. Alat
 Fermentor
 Water Bath
 Hot plate
 Tabung reaksi steril
 Termometer
 Pipet tetes
 Pipet ukur 10 mL
c. Prosedur Kerja
a) Pembuatan kurva kalibrasi

Etanol 5% v/v Larutan gula

Larutan dengan variasi konsentrasi


gula 3%, 5%,7% ,9%,11%,13%
dan 15%.
Ukur indeks bias masing- masing
variasi konsentrasi.

b) Percobaan Fermentasi Anaerob secara Batch

Media Pertumbuhan 50 mL Media Fermentasi 450 mL

Campur media aktivasi dengan media fermentasi (kedua media


disterilkan terlebih dahulu).

Ambil sampel sesaat setelah dicampur dan setiap 2 kali sehari selama 5 hari.

Catat data indeks bias dan brix.

IV. KESELAMATAN KERJA


- Selama praktikum, mahasiswa harus menggunakan sepatu tertutup, jas lab,
masker dan penutup kepala.
- Jangan tinggalkan pemanas tanpa pengawasan
- Hindari tumpahan cairan mengenai peralatan listrik untuk mencegah
terjadinya hubungan arus pendek
- Hati – hati penggunaan pembakar spiritus
- Lakukan pengerjaan aseptis dengan benar agar tidak terjadi kontaminasi
V. DATA PENGAMATAN

a. Pengukuran Kadar Etanol Pada Larutan Baku Etanol


Konsentrasi Indeks
(%) Bias
(nD)
10 1,334
20 1,3364
30 1,3393
40 1,3396
50 1,3399
60 1,3407
70 1,3413
80 1,3417
90 1,3421

b. Pengukuran Kadar Etanol Pada Sampel


No Waktu (jam) Indeks bias (nD) % Brix
1 14.40 1.3444 4.0
2 09.45 1.3391 4.1
3 14.46 1.3389 4.1
4 08.45 1.3386 4.0
5 15.43 1.3391 4.1
6 11.30 1.3388 4.1
7 15.32 1.3390 4.1
8 11.11 1,3387 4.2
9 15.33 1,3394 4.3
VI. PENGOLAHAN DATA
a. Pembuatan Kurva Baku Konsentrasi Etanol Terhadap Indeks Bias

kurva kalibrasi etanol


1.344
1.343 R² = 0.8438
1.342
1.341
1.34
Indeks bias

1.339 y = 9E-05x + 1.335


1.338
1.337
1.336
1.335
1.334
1.333
0 20 40 60 80 100
konsentrasi (%)

b. Perhitungan Konsentrasi Etanol Pada Sampel

Sampel 1, Indeks Bias = 1,3444 Sampel 2 Indeks Bias = 1,3391


y = 9 x 10-5x + 1,335 y = 9 x 10-5x + 1,335
1,3444 = 9 x 10-5x + 1,335 1,3391 = 9 x 10-5x + 1,335
x = 104,4 x = 45,5

Sampel 3 Indeks Bias = 1,3389 Sampel 4 Indeks Bias = 1,3386


y = 9 x 10-5x + 1,335 y = 9 x 10-5x + 1,335
1,3389 = 9 x 10-5x + 1,335 1,3386 = 9 x 10-5x + 1,335
x = 43,3 x = 40

Sampel 5 Indeks Bias = 1,3391 Sampel 6 Indeks Bias = 1,3388


y = 9 x 10-5x + 1,335 y = 9 x 10-5x + 1,335
1,3391 = 9 x 10-5x + 1,335 1,3388 = 9 x 10-5x + 1,335
x = 45,5 x = 42,2

Sampel 7 Indeks Bias = 1,3390 Sampel 8 Indeks Bias = 1,3387


y = 9 x 10-5x + 1,335 y = 9 x 10-5x + 1,335
1,3390 = 9 x 10-5x + 1,335 1,3387 = 9 x 10-5x + 1,335
x = 44,4 x = 41,1
Sampel 9 Indeks Bias = 1,3394
y = 9 x 10-5x + 1,335
1,3394 = 9 x 10-5x + 1,335
x = 48,8

Kurva Konsentrasi (%) vs Waktu (jam)


45
y = 4.7975x - 4.2719
40
R² = 0.9956
35
30
Waktu (jam)

25
20
15
10
5
0
104.4 45.5 43.3 40 45.5 42.2 44.4 41.1 48.8
Konsentrasi (%)

VII. PEMBAHASAN
Ragi merupakan jenis jamur yang dapat memproduksi etanol dalam kondisi
anaerob. Fermentasi anaerob dimulai dengan membuat inokulum, kemudian
membuat dua media yakni, media pertumbuhan serta media fermentasi. Hal ini
dapat terjadi karena nutrisi,pH,kondisi operasi yang dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan serta fermentasi berbeda.
Setelah ragi tumbuh, lalu ragi dipindahkan ke media fermentasi untuk
menghasilkan etanol. Pengambilan sampel dilakukan dua kali sehari dengan
waktu pengambilan yang relatif sama, sampel diukur indeks bias yang kemudian
di plotkan ke kurva kalibrasi alkohol yang telah dibuat sebelumnya untuk
menemukan konsentrasi etanol yang dihasilkan. Seharusnya konsentrasi alkohol
yang kami dapatkan adalah linier dengan fungsi waktu, tetapi hasil kami
cenderung naik turun. Hal ini dimungkinkan karena kondisi yang kurang aseptis,
masih terdapatnya ruang untuk udara pada erlenmeyer yang kami gunakan
sehingga memungkinkan ada udara yang mengganggu proses fermentasi anaerob.
Serta dengan adanya udara di dalam erlemeyer yang digunakan, proses ini lebih
cenderung menjadi proses fakultatif, bukan anaerob murni.
KESIMPULAN
Proses fermentasi etanol secara anaerob yang dijalankan secara batch dalam
reaktor menggunakan yeast atau ragi. Konsentrasi etanol yang didapatkan
tidak linier dengan fungsi waktu karena beberapa kesalahan seperti kondisi
yang kurang aseptis, pH optimum yang tidak terpenuhi, serta masih terdapat
sisa udara di dalam erlenmeyer yang mengurangi keefektifan mikroba dalam
mengkonversi glukosa menjadi etanol.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Bailey, James E dan David F Ollis. 1986. Biochemical Engineering fundamentals.
2nd. Singapore : McGraw-Hill Book Co.
Perry, J. H.(ed.). 1988, Chemical Enginers’ Hand Book. 6th edition . Singapore.
Mc Graw Hill Book Co.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai