Anda di halaman 1dari 25

Lab.

Teknologi Bioproses
Semester IV 2015/2016

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN ASAM SITRAT OLEH


ASPERGILLUS NIGER L-51

Pembimbing : Muh. Saleh, S.T., M.T


Kelompok : II (dua)
Tgl. Praktikum :

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

1. Fathnisah Nursyaban Hz 331 14 006


2. Nur Suraya Iskandar 331 14 007
3. Fitrah Nurul Imtinan 331 14 008
4. Widi Aprilia Tabi 331 14 009
5. Muhajirah 331 14 011
6. Jusriadi 331 14 014

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2016
PEMBUATAN ASAM SITRAT OLEH ASPERGILLUS NIGER

I. TUJUAN
Dapat mengetahui bahwa Aspergillus Niger L-51 dapat memproduksi asam
sitrat.

II. PERINCIAN KERJA


2.1. Peremajaan
2.2. Membuat media inokolum
2.3. Membuat media produksi
2.4. Pemisahan hasil

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. Alat yang Digunakan:
 Gelas kimia 250 mL
 Erlenmeyer 250 mL
 Pengaduk
 Autoklaf
 Shaker incubator
 Neraca analitik
 Kain kasa, kapas, benang
 Alumunium foil
 Hot plate
 Spatula
 Labu semprot
 Corong kaca
 Kertas pH
 Ent case

3.2. Bahan yang Digunakan:


 Toge
 Glukosa
 KH2PO4
 NH4NO3
 FeSO4.7H2O
 Pepton
 Aquadest
 Ca(OH)2
 Kultur murni Aspergillus Niger L-51

IV. DASAR TEORI


4.1. ASAM SITRAT
Asam sitrat adalah asam organik yang secara alami terdapat pada
buah-buahan seperti jeruk, nenas dan pear. Asam sitrat pertama kali
diekstraksi dan dikristalisasi dari buah jeruk, sehingga asam sitrat hasil
ektraksi dari buah-buahan ini dikenal sebagai asam sitrat alami.
Wehner (1893) pertama kali melaporkan produksi asam sitrat
sebagai hasil sampingan pada fermentasi produksi asam oksalat dengan
menggunakan Penicillium glaucum. Tahun 1917, Currie juga
melaporkan bahwa Aspergillus Nigerdapat menghasilkan asam sitrat
pada medium pH rendah dengan kadar gula tinggi. Sejak saat itu asam
sitrat diproduksi secara komersial dengan menggunakan kapang A.
niger.

a) Struktur Kimia Asam Sitrat


Rumus kimia Asam Sitrat adalah C6H8O7 atau CH2(COOH)-
COH(COOH)-CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada
nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
Keasaman Asam Sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH
yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion
yang dihasilkan adalah ion sitrat. (Gambar struktur molekul asam
sitrat)
b) Sifat Fisika Asam Sitrat
 Berat molekul : 192 gr/mol
 Spesific gravity : 1,54 (20°C)
 Titik lebur : 153°C
 Titik didih : 175°C
 Kelarutan dalam air : 207,7 gr/100 ml (25°C)
 Pada titik didihnya asam sitrat terurai (terdekomposisi).
 Berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki
rasa asam.

c) Sifat Kimia Asam Sitrat


 Kontak langsung (paparan) terhadap Asam Sitrat kering atau
larutan dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata.
 Mampu mengikat ion-ion logam sehingga dapat digunakan
sebagai pengawet dan penghilang kesadahan dalam air.
 Keasaman Asam Sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil -
COOH yang dapat melepas proton dalam larutan.
 Asam Sitrat dapat berupa kristal anhidrat yang bebas air atau
berupa kristal monohidrat yang mengandung satu molekul air
untuk setiap molekulnya.
 Bentuk anhidrat Asam Sitrat mengkristal dalam air panas,
sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi
Asam Sitrat dalam air dingin.
 Bentuk monohidrat Asam Sitrat dapat diubah menjadi bentuk
anhidrat dengan pemanasan pada suhu 70-75°C.
 Jika dipanaskan di atas suhu 175°C akan terurai
(terdekomposisi) dengan melepaskan karbon dioksida (CO2)
dan air (H2O).

d) Kegunaan Asam Sitrat


Penggunaan utama Asam Sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi
cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman
ringan. Kode Asam Sitrat sebagai zat aditif makanan (E number)
adalah E330. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan
sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah
tangga.
Kemampuan Asam Sitrat untuk mengikat ion-ion logam
menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan
mengikat ion-ion logam pada air sadah, Asam Sitrat akan
memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi
dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan.
Asam Sitrat juga digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion
yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan
menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan
penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat. Asam Sitrat dapat
pula ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya
gelembung-gelembung lemak, dan dalam resep makanan Asam
Sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk. Asam Sitrat
dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan
pengawasan makanan nasional dan internasional utama.

e) Mikroorganisme Penghasil Asam Sitrat


Mikroba yang dapat menghasilkan asam sitrat cukup banyak.
Diantara mikroba tersebut yaitu:
 Aspergillus Niger,
 A. wentii,
 A. ciavatus,
 Penicillum luteum,
 P. citrinum,
 Mucor priformis,
 Paeocilomyces dicaricatum,
 Citromeaces prefferianus,
 Candida guillermondii,
 Sacharaecopsis lipolytica,
 Trichoderma viride,
 Arthroacter paraffimeaus,
 Corynebacterium sp.

Diantara mikroba tersebut yang dipakai untuk produksi asam sitrat


adalah Aspergillus Niger dan A. wentii yang merupakan galur
yang paling produktif.
Dalam memilih suatu species mikroba perlu dipertimbangkan suatu
kenyataan bahwa suatu galur mikroba seringkali dikembangkan
berdasarkan jenis sumber karbonnya. Suatu galur yang memberikan
hasil optimum pada media yang mengandung sumber karbon
tertentu, umumnya akan menurunkan produktivitas bila
ditumbuhkan pada media yang mengandung sumber karbon lain.

4.2. ASPERGILLUS NIGER

Klasifikasi Ilmiah
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Fungi
Filium : Ascomycota
Upafilium : Pezizomycotina
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : A. niger
Nama Binomial : Aspergillus Niger

Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang


berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah
di alam. Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan
udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna putih pada Agar
Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika
konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat,
cenderung memisah menjadi bagian- bagian yang lebih longgar seiring
dengan bertambahnya umur. A. niger dapat tumbuh optimum pada
suhu 35-37 °C, dengan suhu minimum 6-8 °C, dan suhu maksimum
45-47 °C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini
memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal
berwarna coklat gelap sampai hitam.
Dalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat
sehinga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena
fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak
membahayakan. A. niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena itu
A. niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam
sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase,
pektinase, amiloglukosidase, dan selulase.
Selain itu, A. niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan
senyawa fenolik yang biasa digunakan dalam industrifarmasi dan juga
dapat menjadi substrat untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam
industri makanan.
A. niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan
zatmakanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang
terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul
yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam
sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler seperti
protease, amilase, mananase, dan α-glaktosidase.Bahan organik dari
substrat digunakan oleh Aspergillus Niger untuk aktivitas
transportmolekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel.

4.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN MIKROBA


a) Kebutuhanair
Kebanyakan jamur membutuhkan air minimal untuk
pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan khamir dan bakteri.
b) Suhupertumbuhan
Kebanyakan jamur bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu
kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan jamur
adalah sekitar 25 - 30°C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu
35 - 37ºC atau lebih tinggi, misalnya Aspergillus. Beberapa jamur
bersifat psikrotropik yaitu dapat tumbuh baik pada suhu almari es
dan beberapa bahkan masih dapat tumbuh lambat pada suhu
dibawah suhu pembekuan, misalkan pada suhu - 5ºC sampai -
10ºC. Beberapa jamur juga bersifat termofilik yaitu dapat tumbuh
pada suhu tinggi.
c) Kebutuhan oksigen danpH
Semua jamur bersifat aerobik yaitu membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada kisaran
pH yang luas yaitu pH 2 – 8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya
akan lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah.
d) Subtrat /media
Pada umumnya jamur dapat menggunakan berbagai komponen
makanan dari yang sederhana sampai komplek. Kebanyakan
jamur memproduksi enzim hidrolitik misalnya amylase,
pektinase, proteinase, dan lipase. Oleh karena itu dapat tumbuh
pada makanan yang mengandung pati, protein, pectin dan lipid.
e) Komponenpenghambat
Beberapa jamur mengeluarkan komponen yang dapat
menghambat organisme lainnya. Komponen ini disebut antibiotic.
Beberapa komponen lain bersifat mikostatik yaitu penghambat
pertumbuhan jamur atau fungisidal yaitu membunuh jamur.
Pertumbuhan jamur biasanya berjalan lambat bila dibandingkan
dengan pertumbuhan bakteri dan khamir. Jika kondisi
pertumbuhan memungkinkan semua mikroorganisme untuk
tumbuh, jamur biasanya kalah dalam kompetisi dengan khamir
dan bakteri. Tetapi sekali jamur dapat mulai tumbuh,
pertumbuhan yang ditandai dengan pertumbuhan miselium dapat
berlangsung dengan cepat.

4.4. MEDIA PERTUMBUHAN


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media
tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya.
Dengan media pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi
mikroorganisme, identifikasi dan membuat kultur murni. Komposisi
media pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan
identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-
masing pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang terdiri
dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan
mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat
dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan
perhitungan jumlah mikroba.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan
penyedia nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media,
selain itu media juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan,
mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama
di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-
sifat koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat
biokimiawinya. Di dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran
media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan
untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.
Tauge ekstrak agar (TEA) termasuk medium semi alamiah karena
tersusun atas bahan alami (tauge) dan bahan sintesis (Sukrosa dan
agar). Medium ini berdasarkan konsistensinya termasuk medium padat
karena terdapat agar sebagai bahan penyusunnya. Sedangkan
berdasarkan susunan kimianya termasuk medium non sintetik/semi
alamiah. TEA digunakan untuk menumbuhkan khamir dan kapang.

Fungsi bahan yang digunakan pada medium TEA :


1. Tauge : Sebagai sumber vitamin, nitrogen organik dan senyawa
karbon.
2. Sukrosa : sebagai sumber gula dan energy. Sukrosa merupakan
sumber karbohidrat bagi khamir, dimana setelah mengalami
fermentasi, sukrosa akan berubah menjadi glukosa dan fruktosa
yang juga dibutuhkan oleh khamir.
3. Agar : Untuk memadatkan medium TEA.

4.5. PROSES FERMENTASI


Asam sitrat merupakan senyawa antara pada siklus krebs. Lintasan
reaksi karbolik yang mendahului pembentukan asam sitrat ini
diantaranya adalah lintasan glikolisis (Embden-Meyerhoff parnas) dan
lintasan Entner Doudoroff yang menyediakan senyawa antara asam
piruvat yang merupakan senyawa kunci dalam metabolisme sel.
Sebagian besar (80%) dari glukosa diubah menjadi piruvat melalui
lintasan glikolisis. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi dan
berkaitan dengan koenzim A membentuk asetil KoA dan selanjutnya
masuk ke dalam siklus krebs dengan bantuan enzim piruvat
karboksilase yang mengubah piruvat menjadi oksaloasetat.
Pada Aspergillus Niger fosfoenol piruvat dapat diubah langsung
menjadi oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfenol
piruvat karboksilase. Reaksi tersebut membutuhkan ATP sebagai
sumber energi, Mg2+ atau Mn2+ dan K+ atau NH4+.
Apabila sumber karbon bukan glukosa, tapi misalnya asam asetat
atau senyawa alifatik berantai panjang (C-9, C-23), maka isositrat liase
terinduksi sehingga siositrat diubah menjadi malat oleh malat oleh
malat sintesa. Rangkaian reaksi melalui glioksilat. Bila glukosa
ditambahkan glukosa, siklus tersebut terhambat.
Diduga bahwa terjadinya akumulasi asam sitrat ini adalah sebagai
akibat dari adanya kekurangan enzim disebabkan kurangnya unsure-
unsur nutrisi. Kekurangan-kekurangan nitrogen, fosfat, mangan, besi
dan seng adalah unsur-unsur yang sering disebut-sebut.
Apabila kadar logamnya tinggi, maka untuk mengurainya biasanya
tetesnya mengalami pengolahan pendahuluan terlebih dahulu, yaitu
dengan penambahan Kalium ferrosianida atau dengan cara pertukaran
ion.
Media untuk produksi asam sitrat harus menyediakan semua
kebutuhan zat gizi mikroba, yaitu meliputi sumber karbon, nitrogen
dan mineral.

a) Sumber karbon
Berbagai hasil pertanian, atau limbah pengolahan hasil pertanian
dapat digunakan sebagai sumber karbon diantaranya adalah umbi-
umbian (misalnya ubi kayu, talas dan singkong) sirup glukosa yang
berasal dari pati yang dihidrolisa dengan asam, sukrosa, molase (bai
dari gula maupun bit), onggok, dedak padi atau gandum, limbah
pengolahan kopi dan limbah pengolahan nenas.
b) Sumber nitrogen dan mineral
Untuk proses fermentasi dibutuhkan sejumlah senyawa sumber
nitrogen dan mineral. Biasanya, mineral mikro (tembaga, mangan,
magnesium,besi,seng dan molybdenum) tidak perlu ditambahkan,
karena pada bahan baku sumber karbon yang dipakai untuk
produksi secara komersial, mineral tersebut sudah terdapat dalam
jumlah yang banyak. Justru kadang-kadang perlu dilakukan
perlakuan pendahuluan untuk mengurangi kandungan atau pengaruh
mineral mikro yang bersifat toksik terhadap mikroba. Misalnya
pada penambahan tembaga, asam sitrat tidak akan diproduksi.
Penambahan tembaga berkoreasi positif dengan produksi asam
sitrat.

4.6. METODE PENGUJIAN PRODUK ASAM SITRAT


Untuk identifikasi asam sitrat dapat digunakan dengan 2 metode,
yaitu metode klasik dan metode instrumental.
a) Metode instrumental, dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometri dan kromatografi.
b) Metode Klasik, dapat dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:
 Titrasi Asam-Basa
Titrasi asam-basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi.
Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam
dan larutan standar basa.
 Larutkan atau suspensikan beberapa mg dalam 1 ml, tambahkan
ke dalam 15 piridina dan kocok. Tambahkan 5 ml anhidrida
asetat P ke dalam campuran dan kocok. Akan terbentuk warna
merah muda.
 Larutkan 0,5 gram dalam 5 ml air, dinetralkan dengan
menggunakan 1 M natrium hidroksida (sekitar 7 ml),
tambahkan 10 ml larutan kalsium klorida, panaskan sampai
mendidih sehingga akan terbentuk endapan putih.
V. PROSEDUR KERJA
5.1. PEMBUATAN MEDIA DAN PEREMAJAAN
a) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
b) Toge ditimbang sebanyak 10 gram, glukosa ditimbang 2 gram dan
agar ditimbang 1,5 – 2 gram.
c) Toge dimasak dalam 100 ml air sampai mendidih. Ekstraknya
diambil, kemudian ditambahkan glukosa dan agar.
d) Larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
e) Larutan disterilkan selama 15 - 20 menit dengan menggunakan
autoklavpada tekanan 20 psi 121◦C. kemudian, didiamkan dan
dimiringkan.
f) Media agar miring tersebut kemudian digunakan untuk
meremajakan kultur murni Aspergillus Niger L – 51 dengan teknik
gores yang dilakukan di dalam ent-case.
g) Media berisi Aspergillus Niger L – 51 diinkubasi selama 3 x 24 jam,
sambil diamati setiap hari.

5.2. PEMBUATAN MEDIA INOKOLUM


a) Toge ditimbang sebanyak 10 gram lalu dimasak di dalam air 200
ml sampai mendidih. Kemudian diambil ekstraknya.
b) Menimbang 20 gram glukosa, 0,2 gram KH2PO4, 1 gram NH4NO3,
0,6 gram pepton dan 0,002 gram FeSO4.7H2O.
c) Bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ekstrak toge.
d) Larutan tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup
dengan kain kasa, kapas, dan alumunium foil.
e) Larutan disterilkan menggunakan autokalv selama 15 – 20 menit.
f) Hasil peremajaan (kultur murni Aspergillus Niger L – 51)
dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi media.
g) Erlenmeyer ditutup kembali, kemudian media inokolumdi-shaker
selama 2 x 24 jam dalam shaker incubator.
5.3. MEMBUAT MEDIA PRODUKSI
a) Toge ditimbang sebanyak 50 gram lalu dimasak di dalam air 500
ml sampai mendidih. Kemudian diambil ekstraknya.
b) Menimbang 50 g glukosa, 0,5 g KH2PO4, 2,5 g NH4NO3, 1,5
pepton dan 0,005 g FeSO4.7H2O.
c) Bahan yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam ekstrak toge.
Dan diusahakan mempunyai pH 6.
d) Larutan tersebut dimasukkan ke dalam 3 (tiga) buah erlenmeyer
dan ditutup dengan kain kasa, kapas dan alumunium foil.
e) Larutan dan gelas ukur 25 ml disterilkan menggunakan autoklav
selama 15 – 20 menit.
f) Dengan menggunakan gelas ukur yang telah disterilkan, media
inokolum dimasukkan sebanyak 5%, 10%, 15% dari volume
media produksi.
g) Media ditutup kembali, kemudian di-shaker selama 144 jam (6
hari) dalam shaker incubator.

5.4. PENGUJIAN KANDUNGAN ASAM SITRAT


a) Analisa Kualitatif
 Setelah di-shaker,media dipisahkan menggunakan centrifugal
selama 15 menit.
 Setelah dipisahkan, sample dipindahkan ke dalam erlenmeyer.
 pH larutan diukur, kemudian ditambahkan Ca(OH)2 hingga pH
5,8.
 Sample didiamkan selama sehari (jika terbentu endapan putih
berarti mengandung sitrat).

b) Analisa Kuantitatif (Titrasi Asam-Basa)


 Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
 Buret diisi dengan larutan NaOH 0,1 N, kemudian buret
dipasang pada klep.
 Sample diambil sebanyak 10 ml, kemudian dilakukan titrasi.
 Titrasi dilakukan hingga larutan yang semula berwarna
 Cara diatas dilakukan pada setiap sample.

VI. DATA PENGAMATAN


6.1. PEMBUATAN MEDIA INOKOLUM (STARTER)
 Setelah di shaker selama 48 jam, terdapat bulatan-bulatan kecil
berwarna putih. (dapat dilihat pada lampiran)

6.2. PEMBUATAN MEDIA PRODUKSI


 Setelah di shaker selama 144 jam pada dinding Erlenmeyer terdapat
kapang yang berwarna kehitaman. (dapat dilihat pada lampiran)

6.3. PENGUJIAN KANDUNGAN ASAM SITRAT


 Setelah penambahan Ca(OH)2 terdapat endapan putih.
 Hasil titrasi:
KELOMPOK STARTER VOLUME SAMPEL N N a O H VOLUME NaOH
5 % 1 0 m l 6 , 6 m l
Kelompok 2 1 0 % 2 0 m l 0 , 1 N 2 1 , 2 m l
1 5 % 2 0 m l 2 6 , 2 m l
Kelompok 3 1 5 % 2 5 m l 0 , 1 N 1 3 , 2 m l
Kelompok 4 1 0 % 2 5 m l 0 , 1 N 7 , 5 m l
1 0 % 2 0 m l 0 , 3 m l
Kelompok 1 1 5 % 2 0 m l 0 , 1 N 0 , 3 m l
2 0 % 2 0 m l 0 , 4 m l
Tabel 6.1

 Volume asam sitrat yang diperoleh:


 5% starter = ± 90 ml
 10% starter = ± 100 ml
 15% starter = ± 120 ml
VII. PENGOLAHAN DATA
7.1. MENGHITUNG KADAR ASAM SITRAT DALAM SAMPLE
a) Starter 5%
𝑚𝐿𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸𝐴𝑠𝑎𝑚. 𝑠𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑎𝑠𝑎𝑚 =
𝑚𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
𝑚𝑒𝑞 𝑚𝑔
6,6 𝑚𝐿 × 0,1 ⁄𝑚𝑙 × 192 ⁄𝑚𝑒𝑞
=
10 𝑚𝐿
𝒎𝒈
= 𝟏𝟐, 𝟔𝟕𝟐 ⁄𝒎𝒍
b) Starter 10 %
𝑚𝐿𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸𝐴𝑠𝑎𝑚. 𝑠𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑎𝑠𝑎𝑚 =
𝑚𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
𝑚𝑒𝑞 𝑚𝑔
21,2 𝑚𝐿 × 0,1 ⁄𝑚𝑙 × 192 ⁄𝑚𝑒𝑞
=
20 𝑚𝐿
𝒎𝒈
= 𝟐𝟎, 𝟑𝟓𝟐 ⁄𝒎𝒍
c) Starter 15%
𝑚𝐿𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸𝐴𝑠𝑎𝑚. 𝑠𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑎𝑠𝑎𝑚 =
𝑚𝑙𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
𝑚𝑒𝑞 𝑚𝑔
22,5 𝑚𝐿 × 0,1 ⁄𝑚𝑙 × 192 ⁄𝑚𝑒𝑞
=
20 𝑚𝐿
𝒎𝒈
= 𝟐𝟏, 𝟔 ⁄𝒎𝒍

Dengan menggunakan cara yang sama, dapat diperoleh jumlah kadar


asam sitrat dari kelompok lain, dapat dilihat pada tabel 7.1
KELOMPOK STATER (%) VOLUME NaOH KONSENTRASI AS.SITRAT (mg/mL)
5 % 6 , 6 m l 1 2 , 6 7 2
Kel om pok 2 1 0 % 21,2 ml 2 0 , 3 5 2
1 5 % 22,5 ml 2 1 , 6
Kel om pok 3 1 5 % 13,2 ml 1 0 , 1 3 8
Kel om pok 4 1 0 % 7 , 5 m l 5 , 7 6
Kel om pok 1 1 0 % 0 , 3 m l 0 , 2 3
1 5 % 0 , 3 m l 0 , 2 3
2 0 % 0 , 4 m l 0 , 3 8 4
Tabel 7.1
VIII. PEMBAHASAN:
Pada prarktikum kali ini yaitu produksi Asam sitrat dengan
mikroorganisme Aspergillus Niger L-51 sebagai mediatornya.Asam
sitrat merupakan komponen senyawa alam yang banyak terdapat pada
berbagai jenis tanaman terutama buah-buahan. Asam sitrat adalah
asam trikarboksilat yaitu tiap molekul mengandung tiga gugus
karboksil dengan 1 gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon
yang ada ditengah.Asam sitrat digunakan sebagai bahan pengawet
pada induatri makanan dan minuman, serta untuk memberi cita rasa
yang menarik, di industri kimia digunakan sebagai anti buih dan
pelembut/pelunak, untuk industri farmasi digunakan sebagai anti
oksidan.Ada beberapa tahap untuk produksi asam sitrat dengan
mengunakan mikroorganisme Aspergillus Niger L-51 yaitu penyiapan
bahan baku,pembuatan media agar miring ,media inokolum ,media
produksi ,penanaman mikroba dan fermentasi dan pengujian kualitas
asam sitrat dengan uji kualitatif dan kuantitatif pada produk.

Pada prinsipnya pembuatan asam sitrat ini adalah mengubah


sukrosa (yang merupakan substratnya) menjadi asam sitrat melalui
proses fermentasi dengan bantuan mikroorganisme Aspergillus niger
L-51. Aspergillus niger L-51 digunakan dalam proses ini karena
Aspergillus niger L-51 memiliki enzim amylase, glukoamilase atau
amiloglukosedase sehingga senyawa karbohidrat akan dipecah
menjadi glukosa, dan melalui jalur EMP glukosa akan dirubah
menjadi asam piruvat. Asam piruvat melalui siklus krebs atau siklus
PCA akan dirubah menjadi asam sitrat. Reaksi pembentukan asam
sitrat :
C12H22O11(s)+ H2O(l) →C6H12O6(s)+ C6H12O5(s)

Sukrosa Glukosa

C6H12O6(s)+ O2(g)→ C6H8O7(s)+ 2 H2O(l)

Glukosa Asam sitrat

Pembuatan media fermantasi saat praktikum yaitu media


fermentasi pertumbuhan dan media fermentasi prduksi. Kedua media
ini berbeda komposisi ,pada media pertumbuhan digunakan komposisi
media yang lebih kompleks karena mikroba masih dalam keadaan
masaa adaptasi sehingga perlu penambahan komposisimedia yang
kompleks sedangkan pada komposisi media fermentasi produk lebih
sederhana dibandingkan dengan komposisi media fermentasi
pertumbuhan karena media fermentasi untuk biosintesis asam sitrat
terdiri dari substrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
mikroorganisme, terutama terdiri dari substrat yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroorgaisme terutamasumber karbon, nitrogen dan
fosfor. Selain itu air dan udara dapat pula dimasukkan sebagai substrat
fermentasi.Adapun nutrisi yang ditambahkan dalam media seperti
ektrak touge sebagai sumber kalium , glukosa yang berperan sebagai
sumber karbon yang berpengaruh karena dalam proses penguraian
substrat membutuhkan oksigen sehingga semakin mudah di uraikan
maka kebutuhan oksigen semakin banyak juga.Sumber Nitrogen dari
NH4NO3,dimana nitrogen juga mempengaruhi pembentukan asam
sitrat karena nitrogen tidak hanya penting untuk laju metabolit dalam
sel tetapi juga bagi pembentukan protein sel. Sumber fosfor dari
KH2PO4,sumber Fe berasal dari FeSO4.7 H2O. Danjuga ditambahkan
pepton sebagai sumber protein.
Pada proses fermentasi pada produksi asam sitrat digunakan
metode surface fermentation (fermentasi permukaan ) dengan
menggunakan kapang Aspergillus Niger l-51.Sebelum melakuakn
proses fermentasi terlebih dahulu larutan diencerka menjadi 5%,10%
dan 15%.Kemudian menambahkan nutrient pada media lalu
menstrilkan media. Proses fermentasi dilakukan dlam shaker selama
144 jam (6 hari).Lapisan lendir yang muncul pada media produksi
diambil dan dipisahkan dengan menggunakan sentrifius ,sedangkan
cairannya hasil fermentasi dicampurkan dengan larutan kalsium
hidroksida lalu kemudian diukur pHnya hingga mencapai pH=5,8 dan
difermentasi selama 1 hari bila terdapat endapan putih berarti larutan
mengandung asam sitrat.Kemudian melalukan pengujian kuantitatif
dengan mengunakan metode titrasi asam basa untuk menentukan
jumlah asam sitrat yang terkandung dalam sample.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah ditelah dilakukan


berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok kami (kelompok II)
untuk konsentrasi asam sitrat untuk starter 5% adalah 12,672 mg/ml
,starter 10% adalah 20,352 mg/ml ,dan starter 15% adalah 21,600
mg/ml.Dimana untuk starter 5% terdapat 12,672 mg asam sitrat dlam
100 ml dan begitu pula untuk starter yang lainnya.Berdasarkan data
untuk kelompok III konsentrasi asam sitrat yang didapatkan pada
starter 15% adalah 25,344%.Untuk kelompok IV konsentrasi asam
sitrat untuk starter 10% yaitu 7,2000 sedangkan untuk kelompok I
konsentrasi asam sitrat untuk starter 10% adalah 0,576 mg/ml ,starter
15% adalah 0,576 mg/ml dan starter 20% adalah 0,768%.Berdasarkan
data tersebut dapat dilihat bahwa konsentrsi tertinggi asam sitrat yang
diproduksi diperoleh oleh kelompok III dengan starter 15% dengan
konsentrasi asam sitrat 25,344 mg/ml sedangkan untuk konsentrasi
terendah untuk produksi asam sitrat diperoleh oleh kelompok I yaitu
berkisar antara 0,5-0,7 mg/ml,dibandingkan dengan kelompok IV
jumlah asam sitrat yang diperoleh untuk starter 10% yaitu 7,2000
mg/ml.Seharusnya konsentrasi asam sitrat yang diperoleh harus
menunjukkkan konsentrasi yang sama karena pada setiap kelompok
untuk prosedur kerja yang dilakukan untuk produksi asam sitrat
hampir sama atau tidak dilakukan variasi pada setiap kelompok.Tetapi
ada perbedaan signifikan pada kelompok IV dan I.Hal ini mungkin
disebabkan karena starter yang digunakan sebagai inokulum harus
mengandung mikroba yang produktif. Selain itu umur biakan
inokulum merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam
pembuatan asam sitrat secara fermentasi, karena hal ini berkaitan erat
dengan aktivitas mikrobia,sehingga mikroba yang digunakan tidak
bekerja dengan optimal.Kurang optimalnya mungkin disebabkan
karena kurangnya nutrisi yang diberikan pada media
pertumbuhan.Selain itu waktu fermentasi,suhu dan pH juga ikut
mempengaruhi dalam proses fermentasi untuk produksi asam sitrat
dengan menggunakan mikroba Aspergillus Niger L-51.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
 Kadar asam sitrat yang dihasilkan oleh bakteri Aspergillus Niger L – 51
pada kelompok kami (kelompok dua) yaitu :
1) 5% starter = 12,672 mg/ml
2) 10% starter = 20,352 mg/ml
3) 15% starter = 21,6 mg/ml
 Volume asam sitrat yang diperoleh:
 5% starter = ± 90 ml
 10% starter = ± 100 ml
 15% starter = ± 120 ml

IX. DAFTAR PUSTAKA


Azis, Hijrah Amalia. (2015). “Produksi Asam Sitrat oleh Aspergillus niger L51
menggunakan Media Molase”. [Online].
Tersedia:http://colapteknikkimia.blogspot.co.id/2015/08/produksi-asam-sitrat-
oleh-aspergillus.html. [15 Mei 2016].
Devi, Agustin Nabila. (2010). “Penggunaan Apergillus niger dalam
Pembuatan Asam Organik (Asam Sitrat) dari Kulit Buah Kakao”. Skripsi
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember: tidak diterbitkan.
Murni, Sri Wahyuni., dkk. Februari 2011, “Produksi, Karekterisasi, dan
Isolasi Lipase dari Aspergillus niger”. Yogyakarta: Fakultas Teknologi
Industri UPN (Veteran).
Surest, H Azhary., Redho Ovelando, & Mutia Alytsia Nabilla. Agustus 2013,
“Fermentasi Buah Markisa (Passiflora) menjadi Asam Sitrat”. Jurnal Teknik
Kimia. Volume 19, No.3.
Wikipedia. (2016). “Asam Sitrat”. [Online].
Tersedia:https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat. [15 Mei 2016].
LAMPIRAN

A. P E M B U A T A N M E D I A D A N P E R E M A J A A N

M e d i a y a n g d i g u n a k a n

Peremajaan hari pertama Perem aja an h ari k edu a

P e r e m a j a a n h a r i k e t i g a

B. P E M B U A T A N M E D I A I N O K O L U M ( S T A R T E R )

Media inokolum setelah di-shaker selama 2 hari


C. P E M B U A T A N M E D I A P R O D U K S I

Media produksi sebelum di-shaker selama 6 hari

D. P E N G U J I A N K A D A R A S A M S I T R A T

H a s i l a s a m s i t r a t y a n g d i p e r o l e h
Lab. Teknologi Bioproses
Semester IV 2015/2016

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN ASAM SITRAT OLEH


ASPERGILLUS NIGER L-51

Pembimbing : Muh. Saleh, S.T., M.T


Kelompok : II (dua)
Tgl. Praktikum :

Nama : Fitrah Nurul Imtinan


Kelas/klp : IIA
NIM : 331 14 008

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2016

Anda mungkin juga menyukai