I. TUJUAN
Mengetahui bahwa Aspergillus niger dapat memproduksi asam sitrat
Mengetahui teknik peremajaan asam sitrat
Mengetahui cara pembuatan asam sitrat
Menghitung kadar asam sitrat yang dihasilkan
II. PERINCIAN KERJA
Melakukan peremajaan mikroorganisme
Membuat media starter
Membuat media produksi
Menghitung kadar produk
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
Gelas kimia
Erlenmeyer
Pengaduk
Hot plate
Spatula
Labu semprot
Corong
Autoklaf
Shaker incubator
Neraca analitik
Tutup Erlenmeyer
Alumunium foil
pH meter
B. Bahan
Tauge
Glukosa
KH2PO4
NH4NO3
FeSO4.7H2O
Pepton
Aquadest
Ca(OH)2
Kultur murni Aspergillus niger L-51
IV. DASAR TEORI
A.
ASAM SITRAT
Asam Sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen (kelahiran
Iran) yang hidup pada abad ke-8, Jabir Ibnu Hayyan. Pada zaman pertengahan,
para ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal
tersebut tercatat dalam Ensiklopedia Speculum Majus (Cermin Agung) dari
abad ke-13 yang dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais. Asam Sitrat pertama
kali diisolasi pada tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele,
yang mengkristalkannya dari sari buah lemon. Pembuatan Asam Sitrat skala
industri dimulai pada tahun 1860, terutama mengandalkan produksi jeruk dari
Italia. Pada tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium
dapat membentuk Asam Sitrat dari gula. Namun demikian, pembuatan Asam
Sitrat dengan mikroba secara industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I
mengacaukan ekspor jeruk dari Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan
Amerika, James Currie menemukan bahwa galur tertentu kapang Aspergillus
niger dapat menghasilkan Asam Sitrat secara efisien, dan perusahaan kimia
Pfizer memulai produksi Asam Sitrat skala industri dengan cara tersebut dua
tahun kemudian. (Wikipedia. 2008)
Di alam, asam sitrat tersebar luas sebagai bahan penyusun rasa dari
berbagai macam buah-buahan (sitrun, nenas, pear, dan lain-lain). Asam Sitrat
terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada
konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8 % bobot kering, pada jeruk lemon
dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Karena sifat-sifatnya yang
tidak beracun, dapat mengikat logam-logam berat (besi maupun bukan besi),
dan dapat menimbulkan rasa yang menarik, Asam Sitrat banyak dimanfaatkan
di dalam industri pengolahan alkyd resin. Asam Sitrat alami juga banyak
diproduksi di Sisilia, India Barat, Kalifornia, Hawaii, dan di berbagai wilayah
lainnya. Produksi asam sitrat dengan proses fermentasi diterapkan secara besarbesaran dalam skala industri oleh Jerman pada awal abad ke-20 dan sekarang
hampir 90% dari seluruh produksi Asam Sitrat di Amerika Serikat dihasilkan
dengan cara fermentasi.
Saat ini industri bioteknologi merupakan salah satu bidang yang
menunjang perekonomian di Indonesia. Bioteknologi didefinisikan sebagai
suatu bidang penerapan biosains dan teknologi yang menyangkut penerapan
praktis organism hidup atau komponen subselulernya pada industri jasa dan
manufaktur serta pengelolaan lingkungan bioteknologi memanfaatkan bakteri,
ragi, alga, sel tumbuhan atau sel jaringan hewan yang dibiakkan sebagai
konsituen berbagai proses.
Teknologi fermentasi
sebagian
besar
merupakan
teknologi
yang
dapat
memproduksi
asam
sitrat,
diantaranya:
Brevibacterium,
mangan,
magnesium,besi,seng
dan
molybdenum)
tidak
perlu
ditambahkan, karena pada bahan baku sumber karbon yang dipakai untuk
produksi secara komersial, mineral tersebut sudah terdapat dalam jumlah yang
banyak. Justru kadang-kadang perlu dilakukan perlakuan pendahuluan untuk
mengurangi kandungan atau pengaruh mineral mikro yang bersifat toksik
terhadap mikroba. Misalnya pada penambahan tembaga, asam sitrat tidak akan
diproduksi. Penambahan tembaga berkoreasi positif dengan produksi asam sitrat.
Kegunaan Asam Sitrat
Penggunaan utama Asam Sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa
dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode Asam Sitrat
sebagai zat aditif makanan (E number) adalah E330. Sifat sitrat sebagai larutan
penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah
tangga. Kemampuan Asam Sitrat untuk mengikat ion-ion logam menjadikannya
berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan mengikat ion-ion logam pada air
sadah, Asam Sitrat akan memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan
berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Asam Sitrat juga
digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat
penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada
bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat. Asam Sitrat dapat pula
ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya gelembung-gelembung lemak,
dan dalam resep makanan Asam Sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk.
Asam Sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan
pengawasan makanan nasional dan internasional utama. (Wikipedia. 2008)
B. ASPERGILUS NIGER
Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen,
mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini
biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan.
Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 C dan
berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger
berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih
longgar seiring dengan bertambahnya umur.
6-8 C, dan suhu maksimum 45-47 C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya
fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna
coklat gelap sampai hitam.
2
fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak
menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan. A. niger dapat tumbuh
dengan cepat, oleh karena itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam
produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase,
pektinase, amiloglukosidase, dan selulase.
Selain itu, A. niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan
senyawa fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat
menjadi substrat untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri
makanan.
A. niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat
makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat
disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks
harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan
beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan glaktosidase. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk
aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel.
Eukaryota
Fungi
Ascomycota
Pezizomycotina
Eurotiomycetes
Eurotiales
Trichocomaceae
Aspergillus
A. niger
C. METODE FERMENTASI
a. Pembuatan inokulum dan starter
Untuk fermentasi media padat dan fermentasi dangkal dibutuhkn
inokulum berupa suspensi spora. Inokulum ini dibiakkan pada substrat padat suhu
250C dengan masa inkubasi 10 14 hari pada kondisi aerobic.
b. Proses fermentasi
Proses fermentasi dapat dilakukan dengan fermentasi kultur terendam
atau fermentasi kultur permukaan. Fermentasi kultur terendam terbagi dua yaitu
dilakukan pada fermentor berpengaduk (stirrer pengaduk) dan pada air lift
fermentor. Sedangkan fermentasi kultur permukaan dapat dilakukan dengan
menggunakan media cair maupun media padat.
1. Fermentasi permukaan pada media padat
Fermentasi ini menggunakan media padat dari limbah pengolahan hasil
pertanian, seperti onggok, dedak padi, dedak gandum, pulp tebu dan limbah
pengolahan nenas. Pada fermentasi ini, mikroba kurang sensitife terhadap
tingginya konsentrasi mineral mikro.
5. Suplai oksigen
Suplai oksigen (melalui udara) yang terlalu banyak justru akan menurunkan
rendemen. Kadang-kadang justru rendemen akhir fermentasi dengan suplai udara
khusus sama saja dengan rendemen akhir fermentasi tanpa suplai udara. Tetapi
suplai udara yang terlalu sedikit juga berakibat tidak baik terhadap asam sitrat.
6. Suhu
Suhu yang tepat tergantung pada organisme dan kondisi fermentasi.
Biasanya fermentasi dilakukan pada suhu 25 35 0C. Doelgar dan Prescott
menegaskan bahwa 26 - 28
menyatakan bahwa jumlah asam sitrat yang dihasilkan akan meningkat seiring
dengan peningkatan suhu dari 8 28 0C. Diatas 30 0C produksi asam sitrat akan
menurun dan produksi asam oksalat justru akan meningkat. Aspergillus niger pada
suhu inkubasi menghasilkan kalsium sitrat sebanyak 25 30 gram dari 200 gram
molase yang mengalami dua hari fermentasi. selain itu juga dihasilkan kalsium
glukonat.
D. MEKANISME PEMBENTUKAN ASAM SITRAT
Asam sitrat merupakan senyawa antara pada siklus kreb (siklus asam
trikarboksilat). Lintasan reaksi katabolik yang mendahului pembentukan asam
sitrat ini diantaranya adalah lintasan glikolisis dan lintasan Entner-Doudoroff yang
menyediakan senyawa antara asam piruvat yang merupakan senyawa kunci dalam
metabolisme sel. Sebagian besar (80%) dari glukosa diubah menjadi piruvat
melalui lintasan glikolisis. Piruvat akan mengalami dekarboksilasi dan berikatan
dengan koenzim-A membentuk asetil-CoA dan selanjutnya masuk kedalam siklus
krebs untuk bergabung dengan oksaloasetat membentuk asam sitrat. Piruvat juga
bisa langsung masuk ke siklus krebs dengan bantuan enzim piruvat karboksilase
yang mengubah piruvat menjadi oksaloasetat.
untuk membentuk asam sitrat. Pertama-tama, asetil ko-A hasil dari reaksi antara
(dekarboksilasi oksidatif) masuk ke dalam siklus dan bergabung dengan asam
oksaloasetat membentuk asam sitrat. Setelah "mengantar" asetil masuk ke dalam
siklus Krebs, ko-A memisahkan diri dari asetil dan keluar dari siklus. Kemudian,
asam sitrat mengalami pengurangan dan penambahan satu molekul air sehingga
terbentuk asam isositrat.
Lalu, asam isositrat mengalami oksidasi dengan melepas ion H+, yang
kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan satu molekul CO2
dan membentuk asam a-ketoglutarat (baca: asam alpha ketoglutarat). Setelah itu,
asam a-ketoglutarat kembali melepaskan satu molekul CO2, dan teroksidasi
dengan melepaskan satu ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH.
Selain itu, asam a-ketoglutarat mendapatkan tambahan satu ko-A dan membentuk
suksinil ko-A. Setelah terbentuk suksinil ko-A, molekul ko-A kembali
meninggalkan siklus, sehingga terbentuk asam suksinat. Pelepasan ko-A dan
perubahan suksinil ko-A menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk
menggabungkan satu molekul ADP dan satu gugus fosfat anorganik menjadi satu
molekul ATP. Kemudian, asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua
ion H+, yang kemudian diterima oleh FAD dan membentuk FADH2, dan
terbentuklah asam fumarat. Satu molekul air kemudian ditambahkan ke asam
fumarat dan menyebabkan perubahan susunan (ikatan) substrat pada asam
fumarat, karena itu asam fumarat berubah menjadi asam malat.
Terakhir, asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu
ion H+, yang kemudian diterima oleh NAD+ dan membentuk NADH, dan asam
oksaloasetat kembali terbentuk. Asam oksaloasetat ini kemudian akan kembali
mengikat asetil ko-A dan kembali menjalani siklus Krebs.
Pada A. niger, fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi
oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfoenol piruvat karboksilase.
Reaksi tersebut membutuhkan ATP sebagai sumber energi, Mg2+, atau Mn2+, dan
K+, atau NH4+.
tingkat
ion
amonium
intraselluler
yang
dapat
membantu
V. PROSEDUR KERJA
a. Peremajaan Mikroba
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Alat yang digunakan disterilkan dan disimpan didalam ent case.
3. Agar miring yang berisi Aspergillus niger diambil dengan
menggunakan jarum ose.
4. Kemudian digores pada agar miring yang baru (inokulum).
5. Setelah itu ditutup dengan kapas dan aluminium foil.
6. Di beri label dan disimpan selama 1 minggu pada tempat bersuhu
ruang dan teduh.
b. Membuat Media Starter
1. Ditimbang taoge sebanyak 10 dan 20 gram dengan menggunakan
neraca analitik lalu dimasukkan kedalam gelas kimia.
2. Kemudian ditambahkan air sebanyak 100 ml pada taoge 10 gram
dan 200 ml pada taoge 20 gram, lalu dipanaskan diatas hot plate.
3. Selanjutnya disaring dengan menggunakan kain kasa dan
dimasukkan kedalam gelas kimia lain.
4. Setelah itu, ditimbang FeSO4.7H2O, glukosa, KH2PO4, NH4NO3 dan
pepton dengan komposisi sebagai berikut :
Starter I
Taoge 10 g dalam 100 ml
0,001 g FeSO4.7H2O
5 g glukosa
0,1 g KH2PO4
0,5 g NH4NO3
0,3 g pepton
Starter II
Taoge 20 g dalam 200 ml
0,002 g FeSO4.7H2O
10 g glukosa
0,2 g KH2PO4
1 g NH4NO3
0,6 g pepton
disaring
dengan
menggunakan
kain
kasa
dan
jenuh
hingga pH 6.
4. Didiamkan selama 1 hari (apakah terbentuk endapan putih berarti
mengandung sitrat).
5. Catatan : supernatant yang tersisa disimpan dalam botol You C 1000.
e. Uji Kuantitatif
1. Sampel yang tidak ditambahkan Ca(OH)2 (dalam botol You C 100)
dipindahkan kedalam erlenmeyer.
2. Masing-masing setiap sampel ditambahkan 3 tetes indicator PP.
3. Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna dari bening menjadi
merah muda.
VI. DATA PENGAMATAN
1. Pembuatan Starter
Starter I
Taoge 10 g dalam 100 ml
0,001 g FeSO4.7H2O
5 g glukosa
0,1 g KH2PO4
0,5 g NH4NO3
0,3 g pepton
Starter II
Taoge 20 g dalam 200 ml
0,002 g FeSO4.7H2O
10 g glukosa
0,2 g KH2PO4
1 g NH4NO3
0,6 g pepton
10%
15%
20%
VII.
17,2 ml
19,2 ml
9,7 ml
10 ml
11,9 ml
5,4 ml
PERHITUNGAN
Konsentrasi Asam Sitrat yang tanpa penambahan Ca(OH)2 untuk starter
10%
VINI = V2N2
N2
V2
VINI
20 ml
17,2 ml x 0,1 N
= 0,086 N
M
x BJ x 1000
BM
BJ x 1000
M x BM
x 100 %
= 0,99 %
Dengan menggunakan cara yang sama seperti di atas, diperoleh :
Konsentrasi (starter
yang ditambahkan)
N2
Tanpa
Ca(OH)2
Dengan
Ca(OH)2
Tanpa
Ca(OH)2
Dengan
Ca(OH)2
10%
0,086 N
0,05 N
0,99%
0,576%
15%
0,096 N
0,0595 N
1,10%
0,686%
20%
0,0485 N
0,027 N
0,559%
0,311%
VIII.
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu produksi asam sitrat dengan menggunakan
mikroorganisme Aspergillus niger L-51. Asam sitrat merupakan padatan
kering atau putih dengan rumus kimia C6H8O7 dan memiliki berat molekul
192 g/mol. Senyawa ini terdapat sebagai konstituen alami dalam buahbuahan, seperti jeruk, nanas, apel dan anggur. Kapang A. niger merupakan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan banyak digunakan secara
komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan beberapa enzim
seperti pektinase dan amylase. A. niger mampu mensintesis asam sitrat
dalam medium fermentasi ekstraseluler dengan konsentrasi yang cukup
tinggi, jika dibiakkan dalam media yang kadar garamnya rendah dan
mengandung gula sebagai sumber karbon.
Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan dua media starter
dengan komposisi masing-masing yang berbeda. Tujuan pembuatan media
starter yaitu agar Aspergillus niger yang telah disimpan sebagai kultur stok
dalam suhu rendah untuk periode relative lama mampu beradaptasi dengan
kondisi pertumbuhan baru pada suu kamar dalam media cair. Dalam media
starter ini terdapat FeSO4.7H2O, glukosa, KH2PO4, NH4NO3 dan pepton.
Dimana dalam media untuk produksi asam sitrat harus
menyediakan semua zat gizi mikroba, yang meliputi sumber karbon,
nitrogen, dan mineral seperti kalium, fosfor, belerang dan magnesium
untuk pertumbuhan Apergillus niger itu sendiri. Dalam hal ini glukosa
mempunyai manfaat sebagai sumber karbon pada proses fermentasi.
Medium ekstrak tauge memiliki manfaat sebagai penyedia sumber nutrisi
yang mengandung nitrogen. Nitrogen mempengaruhi pembentukan asam
sitrat karena nitogen tidak ana penting untuk laju metabolit dalam sel
tetapi juga bagi pembentukan protein sel. Pada saat tauge dipanaskan,
terjadi hidrolisis karbohidrat, protein, dan lemak menjadi molekul yang
lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Medium pepton juga sebagai
sumber nitrogen, banyak senyawa nitrogen sederhana yang terkandung
dalam pepton, sehingga mudah dilepas unsur nitrogennya. Selain itu,
faktor
pengadukan/
penggoyangan
medium
akan
dapat
IX.
KESIMPULAN
tahap
yaitu
Tanpa
Ca(OH)2
Dengan
Ca(OH)2
pembuatan
10%
0,99%
0,576%
media
15%
1,10%
0,686%
fermentasi
media starter,
atau
20%
0,559%
0,311%
media
produksi, dan
X.
DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk Praktikum Teknologi Bioproses, Politeknik Negeri Ujung
Pandang, 2005.
Tim Penyusun, Teknologi Bioproses, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
Tim Penyusun, Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Teknologi
Bioproses, Jurusan Teknik Kimia PNUP.