Disusun Oleh :
R and S phrases
Klasifikasi bahaya ditunjukkan dengan tanda-tanda atau simbol-simbol bahaya
dan/atau singkatan R juga S.
Singkatan (frase) Risiko (R) dan frase Keselamatan (Safety) S juga ada yang
gabungan (gabungan singkatan R dan S).
Frase R dan S dipisahkan dengan titik-titik atau garis putus-putus yang artinya
sebagai berikut.
2
``
Ada aturan umum yang pada kasus penyediaan biasanya digunakan paling
banyak 6 singkatan untuk menyatakan tentang risiko; berkaitan dengan hal ini
singkatan yang digabung dinyatakan sebagai singkatan tunggal.
Frase R pada label demikian juga pada metode dan tujuan penyediaan yang dipakai
harus menjadi pertimbangan pada penentuan akhir dari frase S.
R-phrases:
R1 - Explosive when dry (meledak jika kering).
R2 - Risk of explosion by shock, friction, fire or other sources of ignition
(risiko meledak dengan sentakan, gesekan, kebakaran atau sumbersumber
pengapian lain).
R3 - Extreme risk of explosion by shock, friction, fire or other sources of
ignition (sangat berisiko meledak dengan sentakan, gesekan, kebakaran atau
sumber-sumber pengapian lain) .
R4 - Forms very sensitive explosive metallic compounds (membentuk senyawa
logam yang sangat muda meledak atau sensitive terhadap ledakan).
R5 - Heating may cause an explosion (pemanasan dapat menyebabkan ledakan).
3
``
R6 - Explosive with or without contact with air (meledak dengan atau tanpa terpapar
dengan udara).
R7 - May cause fire (dapat menimbulkan kebakaran).
R8 - Contact with combustible material may cause fire (Jika terpapar dengan bahan
mudah terbakar dapat menimbulkan kebakaran).
R9 - Explosive when mixed with combustible material (meledak jika dicampur
dengan bahan yang mudah terbakar).
R10 – Flammable (dapat menimbulkan nyala/dapat menyala).
R11 - Highly flammable (sangat muda menyala).
R12 - Extremely flammable (sangat-sangat muda menyala).
R14 - Reacts violently with water (sangat muda sekali bereaksi dengan air).
R15 - Contact with water liberates extremely flammable gases (jika
bersentuhan dengan air akan membebaskan gas-gas yang sangat muda sekali
menyala).
R16 - Explosive when mixed with oxidizing substances (meledak jika dicampur
dengan zat-zat pengoksidasi).
R17 - Spontaneously flammable in air (menyala dengan spontan di udara).
R18 - In use, may form flammable/explosive vapour-air mixture (pada saat
digunakan, dapat membentuk campura uap dan udara yang dapat
menyala/meledak).
R19 - May form explosive peroxides (dapat membentuk peroksida yang muda
meledak).
R20 - Harmful by inhalation (berbahaya jika dihirup).
R21 - Harmful in contact with skin (berbahaya jika kena kulit).
R22 - Harmful if swallowed (berbahaya jika tertelan).
R23 - Toxic by inhalation (beracun jika dihirup).
R24 - Toxic in contact with skin (beracun jika bersentuhan dengan kulit).
R25 - Toxic if swallowed (beracun jika tertelan).
R26 - Very toxic by inhalation (sangat beracun jika dihirup).
R27 - Very toxic in contact with skin (sangat beracun jika kena kulit).
R28 - Very toxic if swallowed (sangat beracun jika tertelan).
4
``
R29 - Contact with water liberates toxic gas (jika kena air akan membebaskan
gas beracun).
R30 - Can become highly flammable in use (dapat menjadi sangat muda terbakar
pada saat dipakai).
R31 - Contact with acids liberates toxic gas (jika kena asam akan membebaskan
gas beracun).
R32 - Contact with acids liberates very toxic gas (Jika kena dengan asam akan
membebaskan zat yang sangat beracun).
R33 - Danger of cumulative effects (berbahaya akibat pengaruh kumulatif).
R34 - Causes burns (mengakibatkan pembakaran/kebakaran).
R35 - Causes severe burns (mengakibatkan kebakaran yang parah).
R36 - Irritating to eyes (mengakibatkan irritasi pada mata).
R37 - Irritating to respiratory system (mengakibatkan irritasi pada saluran
pernafasan).
R38 - Irritating to skin (mengakibatkan iiritasi pada kulit).
R39 - Danger of very serious irreversible effects/berbahaya yang pengaruhnya sama
sekali tidak dapat balik.
R40 - Limited evidence of a carcinogenic effect/buktinya sangat sedikit tentang
pengaruh karsinogeniknya (penyebab kanker).
R41 - Risk of serious damage to eyes/risiko pada kerusakan mata sangat parah.
R42 - May cause sensitization by inhalation/mengakibatkan sensitisasi apabila
dihirup.
R43 - May cause sensitisation by skin contact/mengakibatkan sensitisasi
apabila kena kulit.
R44 - Risk of explosion if heated under confinement/risiko meledak jikan
dipanaskan dalam keadaan tertutup.
R45 - May cause cancer/dapat menyebabkan kanker.
R46 - May cause heritable genetic damage/mengakibatkan kerusakan genetic
yang diwariskan.
R48 - Danger of serious damage to health by prolonged
exposure/berbahaya karena kerusakan serius pada kesehatan akibat terlalu
5
``
6
``
7
``
R 27/28 - Very toxic in contact with skin and if swallowed (sangat beracun jika
kontak dengan kulit dan jika tertelan).
R 36/37 - Irritating to eyes and respiratory system (Mengakibatkan irritasi pada
mata dan system pernafasan.
R 36/38 - Irritating to eyes and skin (mengakibatkan irritasi pada mata dan kulit).
R 37/38 - Irritating to respiratory system and skin(mengakibatkan irritasi pada
system pernapasan dan kulit).
R 36/387/38 - Irritating to eyes, respiratory system and skin (mengakibatkan irritasi
pada mata, system pernapasan dan kulit).
R 39/23 - Toxic: danger of very serious irreversible effects through
inhalation (Beracun: berbahaya karena dampaknya tidak dapat disembuhkan
jika terhirup).
R 39/24 - Toxic: danger of very serious irreversible effects in contact with
skin (Beracun: berbahaya karena dampaknya tidak dapat disembuhkan jika
kena kulit).
R 39/25 - Toxic: danger of very serious irreversible effects if swallowed
(Beracun: berbahaya karena dampaknya tidak dapat disembuhkan jika
tertelan).
R 39/32/24 - Toxic: danger of very serious irreversible effects through
inhalation and in contact with skin. (Beracun: berbahaya karena dampaknya
tidak dapat disembuhkan jika terhirup dan mengenai kulit).
9
``
10
``
11
``
S-phrases:
12
``
13
``
14
``
15
``
17
``
Pelarut organic, tuliskan data untuk semua pelarut oraganik yang digunakan pada
semua percobaan yang akan dipraktekkan (buat table baru seperti contoh di
bawah ini).
Nama Nama Rumus Berat Titik Tititk Berat Indeks Keterangan
Umum IUPAC Bangun Molekul didih leleh jenis bias
(b.p.) (m.p.)
18
``
19
``
20
``
PERCOBAAN II
21
``
22
``
Bahan :
- HCl 36%
- Pelet NaOH
- Aquades
B. DASAR TEORI
24
``
Ekstraktor
Pada proses ekstraksi ini dapat digambarkan sebagai berikut : umpan (yang
akan diekstrak) terdiri atas dua komponen A dan B. A adalah komponen yang
akan diekstrak (zat terlarut).Ekstraksi terjadi pada bantuan zat pelarut
(komponen C).Umpan dan pelarut dicampurkan pada suatu peralatan yang
dirancang khusus dan kemudian kedua fasa dipisahkan satu sama lain.Fasa
hasil pemisahan yang banyak mengandung komponen C (pelarut) disebut
ekstrak.Fasa yang lain disebut rafinat yang banyak mengandung komponen
B.Komponen A akan dialirkan diantara kedua fasa.
Ekstraksi cair-cair merupakan suatu cara pemisahan berdasarkan
perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam dua pelarut yang
tidak saling melarutkan.Perbandingan distribusi disebut koefisien distribusi
(K).
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut pertama konsentrasi zat
terlarut dalam pelarut kedua
K=
Proses pemurnian senyawa organik hampir semuanya dirumuskan melalui
proses ekstraksi,yaitu pemisahan,senyawa cair dari pelarut air oleh pelarut
organik dengan cara mengocok dalam corong pemisah.
Pada percobaan ini,akan memisahkan asam benzoat dalam campuran toluena
asam benzoat,campuran dimasukkan ke dalam corong pemisah dan
ditambahkan larutan NaOH,dikocok untuk memudahkan pemisahan.Setelah
corong didiamkan,maka temperatur dicorong pemisah terbentuk dua
campuran,lapisan bawah berisi larutan yang mempunyai massa jenis lebih
25
``
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam
skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan
penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses ini
pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil
ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan
campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena
pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis. Seperti halnya pada proses ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair
selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna
mungkin.
[𝑆]
𝑆𝑆 =
[𝑆]
27
``
Di mana [S]org dan [S]aq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalam fase
organik dan dalam fase air; KD merupakan koefisien partisi atau distribusi.
Dalam prakteknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang
berbeda karena adanya disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga kompleksasi
atau polimerisasi karenanya ekspresi yang lebih berguna adalah rasio
distribusi atau rasio partisi (D) yang diekspresikan dengan:
(𝑆𝑆)
𝑆=
(𝑆𝑆)
28
``
Kristalisasi
Kristalisasi adalah salah satu teknik pemisahan campuran dimana dalam
suatu sistem dilakukan transfer massa zat terlarut dari larutan untuk membentuk
padatan berbentuk kristal.
Proses Kristalisasi terdiri atas dua tahapan utama, pertama ialah nukleasi
dan yang kedua ialah pertumbuhan kristal. Nukleasi adalah langkah awal dimana
molekul padatan yang terdispersi di dalam larutan akan berkumpul dan
membentuk ikatan, berkumpulnya padatan ini membentuk bibit kristal berukuran
nanometer (sangat kecil), tetapi bibit kristal ini belum stabil, diperlukan besar
ukuran tertentu sehingga bibit-bibit kristal ini berada dalam keadaan stabil.
Dengan mengontrol kondisi tertentu (Temperatur, tingkat kejenuhan
(supersaturated), tekanan, dll) dalam sistem, maka pembentukan bibit kristal
dengan ukuran yang cukup besar dapat terjadi. Peristiwa nulkleasi ini merupakan
proses perombakan struktur atomnya, jadi bukan hanya pada tingkatan sifat
makroskopisnya, melainkan terjadi penata ulangan atom-atom dalam senyawa
tersebut membentuk struktur kristal.
Pertumbuhan kristal merupakan proses lanjutan dari nukleasi, dimana nuklei atau
bibit kristal yang telah mencapai besar ukuran tertentu akan mengikat atom-atom
lain membentuk struktur kristal yang sama sehingga ukuran kristal akan semakin
besar. Terjadinya pertumbuhan kristal ini hanya dapat terjadi karea sistem terlalu
jenuh (oleh senyawa pembentuk kristal), sehingga ukuran kristal akan bertambah
29
``
besar secara terus menerus sampai sistem (larutan) tidak lagi dalam keadaan sangat
jenuh.
Penggunaan Kristalisasi
Ada banyak sekali penggunaan kristalisasi dalam dunia industri, diantaranya:
1) Industri garam dapur menggunakan konsep kristalisasi dalam membuat
kristal garam.
2) Industri kaca menggunakan teori kristalisasi silika untuk membuat kaca.
30
``
3) Industri gula pasir, gula pasir merupakan kristal glukosa dimana proses
produksinya melibatkan proses kristalisasi.
4) Industri makanan, seperti produksi bubuk kopi instant yang tanpa ampas,
menggunakan metode kristalisasi, sehingga kristal kafein dan gula dapat larut
dengan cepat di air panas.
5) Dan lain lain.
Jadi pengertian kristalisasi adalah proses pembentukan senyawa dari larutan yang
sangat jenuh dengan kemurnian tinggi. Penggunaan kristalisasi sangat umum
dilakukan dalam dunia industri.
31
``
6 5
6 5 3
PROSEDUR KERJA
32
``
PROSEDUR PEMURNIAN
Pemurnian dapat dilakukan jika hasil analisis menunjukkan bahwa hasil analisis
yang diperoleh belum murni.
1) Dimasukkan asam benzoat yang dihasilkan ke dalam labu alas bulat 250 ml
berleher dua
2) Ditambahkan 40 ml air, pasang kondensor dan thermometer kemudian
panaskan campuran dengan penangas minyak hingga mendidih.
3) Jika padatan belum larut semua, tambahkan lagi air hingga semua padatan
larut.
4) Disaring segera larutan panas dengan penyaringan biasa secara hati-hati.
Bilas labu dengan air panas untuk melarutkan Kristal yang tersisa.
(Dilakukan jika terdapat kotoran pada larutan.)
5) Didinginkan larutan pada suhu kamar
6) Disaring dengan penyaringan vakum menggunakan corong Buchner
7) Filtrat disimpan dalam lemari es. Jika terbentuk Kristal, disaring sebagai
fraksi kedua.
33
``
8) Kristal yang diperoleh dikeringkan pada cawan penguapan dalam oven pada
suhu 500C sampai beratnya konstan.
9) Dilakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh, meliputi: persen perolehan,
titik leleh, dan KLT.
DATA PENGAMATAN
2) Hasil-hasil penimbangan
34
``
35
``
36
``
PERCOBAAN III
37
``
38
``
Asam Sulfat
B. Dasar Teori
Asam Salisilat
Asam salisilat dengan rumus molekulnya C7H6O3 dengan berat molekul
138,12 g/mol tersebar luas pada berbagai tumbuhan dalam bentuk molekul-
molekul gula. Ester ini biasanya tidak dalam keadaan bebas, tetapi dalam
bentuk molekul-molekul gula.
Spesifikasi yang dimiliki oleh asam salisilat :
a. titik lelehnya 158o C – 161o C
b. Berbau aromatik
c. Berwarna putih
d. Residunya tidak lebih 0,05 %
39
``
Metil Salisilat
Metil salisilat merupakan salah satu zat kimia yang sangat penting dalam industri
kimia dengan rumus bangunnya :
b. Cara sintetik
Metil salisilat dapat diperoleh dengan cara sintesa melalui suatu reaksi
esterifikasi dari asam salisilat dengan methanol dengan asam sulfat
sebagai katalisnya.
40
``
a. Kelarutan, metil salisilat sukar larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol.
b. Warna berwarna kekuning-kuningan, putih, dan kemerah-merahan.
c. Spesifik grafitinya antara 1,180 s/d 1,185
d. Titik didihnya 219 C s/d 224 C
e. Mempunyai bau khas yang aromatic
f. Indeks bias 1,535s/d 1,538
g. Berat jenis, dalam bentuk sintetik 1,180 g/cm3 1,185 g/cm3 dan bentuk
alaminya 1,76 g/cm3 s/d 1,85 g/cm3.
h. Disimpan dalam wadah yang tertutup
Metil salisilat banyak digunakan pada industri makanan sebagai flavour dan
senyawa ini juga terutama digunakan pada dunia farmasi sebagai campuran
dari berbagai jenis obat-obatan,antiseptic dan antifungi.
sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer
seperti asam hidroklorat encer.Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi
dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil keseluruhannya sangat mirip sehingga
dikategorikan dalam hidrolisis dengan air atau asam encer.
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan. Reaksi
ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks
dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester
dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium
hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam
encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih
mudah dipisahkan.
Jika anda menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus
menambahkan asam kuat yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam
sulfat encer ke dalam larutan yang tersisa setelah distilasi pertama. Jika anda
melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion
hidrogen ini ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun)
yang terdapat dalam garam membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan
lain-lain). Karena asam-asam ini adalah asam lemah, maka ketika bergabung
dengan ion hidrogen, cenderung tetap bergabung. Sekarang asam karboksilat bisa
dipisahkan dengan distilasi.
42
``
Reaksi hidrolisis ester dalam suasana asam menghasilkan asam karboksilat dan
alkohol, namun bila reaksi hidrolisis dilangsungkan dalam suasana basa diperoleh
garam karboksilat dan alkohol. Hidrolisis ester dengan basa disebut reaksi
Penyabunan (Saponifikasi).
Produk reaksi antara ester dengan amonia adalah suatu amida dan suatu alkohol.
Contoh : reaksi antara etil asetat dengan amonia menghasilkan asetamida dan
etanol.
Jika suatu ester direaksikan dengan suatu alkohol maka akan diperoleh ester baru
dan alkohol baru. Reaksi ini disebut reaksi transesterifikasi yang dapat
berlangsung dalam suasana asam dan basa mengikuti pola umum berikut ini.
43
``
Reaksi diatas disebut transesterifikasi karena terjadi pertukaran antara gugus alkil
dalam –OR1 pada ester dengan gugus alkil dalam ikatan R”O.
Reaksi antara suatu ester dengan pereaksi Grignard merupakan cara istimewa
dalam pembuatan alkohol tersier. Pola umum dari reaksi ini adalah sebagai
berikut.
Bila keton yang diperoleh di atas direaksikan lebih lanjut dengan R’’MgX maka
pada akhirnya diperoleh suatu alkohol terseir menurut persamaan reaksi berikut
ini.
44
``
Ester yang memiliki 3 sampai 5 atom karbon dapat larut dalam air dan selebihnya
tidak larut dalam air. Ester merupakan kelompok senyawa organik yang memiliki
aroma yang wangi seperti bunga dan buah sehingga banyak digunakan sebagai
pengharum (essence), sarirasa dalam industri makanan dan minuman. Ester yang
digunakan biasanya yang berwujud cair pada suhu dan kamar.
Titik leleh dan titik didih ester lebih rendah dibanding asam karboksilat dan
alkohol asamnya. Hal ini disebabkan dalam ester tidak terbentuk ikatan hidrogen
antarmolekulnya sedangkan pada alkohol dan asam karboksilat terjadi ikatan
hidrogen antarmolekulnya. Adanya ikatan hidrogen inilah yang menyebabkan
titik leleh dan titik didih alkohol asalnya lebih tinggi.
Kelompok ester yang memiliki aroma buah disajikan pada tabel berikut ini, (dikutib
dari wikipedia.org).
45
``
Metil Salisilat
R 11 : Sangat mudah terbakar.
R 23/25 : Keracunan apabila terhirup dan tertelan.
.
Asam Sulfat ( H2SO4 )
R 35 : Dapat menyebabkan luka bakar yang berat.
S2 : Simpan diluar jangkauan anak-anak
S 26 : Apabila terkena mata, segera bilas dengan air sebanyak
mungkin dan bawalah segera ke balai pengobatan.
46
``
E. Prosedur Percobaan
1) Buat larutan H2SO4 1M sebanyak 200 mL dengan mengencerkan asam sulfat
pekat (awas panas, eksotermis)
2) Larutkan secara hati-hati (panas) 10 gram NaOH dalam 50 ml air dan
dinginkan sampai suhu kamar.
3) Setelah larutan NaOH dingin, kemudian dicampurkan dengan 5 g (0,033 mol)
metil salisilat secara hati-hati dalam labu alas bulat 250 mL berleher dua..
Padatan putih akan segera terbentuk tetapi akan larut bila dipanaskan.
4) Tambahkan 1—2 batu didih ke dalam campuran untuk mencegah
terbentuknya buih pada waktu larutan dipanaskan. Pasang kondensor refluks
dan thermometer pada labu alas bulat.
5) Panaskan larutan dengan penangas minyak dan didihkan larutan selama 20
menit.
6) Dinginkan larutan hingga suhu kamar, kemudian dipindahkan ke dalam gelas
kimia 250 ml, dan ditambahkan secara perlahan-lahan H2SO4 1M sampai
campuran bersifat asam, yaitu pH < 7 pada kertas pH . (H 2SO4 yang
ditambahkan biasanya 120—150 mL.)
47
``
Pemurnian
1) Masukkan asam salisilat yang diperoleh (hasil hidrolisis) ke dalam alas bulat
250 mL berleher dua.
2) Tambahkan air suling sebanyak 70 ml, pasang kondensor dan thermometer
kemudian panaskan csmpuran dengan menggunakan penangas minyak
hingga mendidih.
3) Jika padatan belum larut semuanya, tambahkan lagi air hingga semua padatan
larut.
4) Saring segera larutan panas dengan penyaringan biasa secara hati-hati. Bilas
labu dengan air panas untuk melarutkan kristal yang tersisa.
(Dilakukan bila terdapat kotoran pada larutan).
5) Dinginkan larutan (filtrat) pada suhu kamar.
6) Kristal yang terbentuk disaring dengan penyaringan vakum, menggunakan
corong Buchner.
7) Filtrat disimpan dalam lemari es, jika terbentuk Kristal, saring sebagai fraksi
kedua.
8) Kristal yang diperoleh dikeringkan pada cawan penguapan dalam oven
vakum pada suhu 50oC sampai beratnya konstan 9) Lakukan analisis terhadap
hasil yang diperoleh.
48
``
G. Metode : HIDROLISIS
H. Literatur :
Doyle M.P, Mungali W.S., “ Experimental Organic Chemistry”, John
Wiley & Sons 1980
DATA PENGAMATAN
49
``
2) Hasil-hasil penimbangan
50
``
51
``
52
``
Kesimpulan
53
``
Bahan
Asam salisilat
Methanol
H2SO4
Pelat KLT
B. Dasar Teori
Asam Salisilat
Asam salisilat dengan rumus molekulnya C7H6O3 dengan berat molekul
138,12 g/mol tersebar luas pada berbagai tumbuhan dalam bentuk molekul-
molekul gula. Ester ini biasanya tidak dalam keadaan bebas, tetapi dalam
bentuk molekul-molekul gula.
Spesifikasi yang dimiliki oleh asam salisilat :
e. titik lelehnya 158o C – 161o C
f. Berbau aromatik
g. Berwarna putih
h. Residunya tidak lebih 0,05 %
Metil Salisilate
Metil Salisilate merupakan salah satu zat kimia yang sangat penting dalam
industri kimia dengan rumus bangun sebagai berikut :
c. Cara alami
Metil Salisilate dapat diproduksi melalui hidrolisis pada glukosa
Glautheria oleh enzim Gautherasayang terdapat pada daun tumbuhan
ghauterapracum juga pada kulit kayu Betula Lenta Linne. Selain itu dapat
puyla ditemukan pada akar tanaman Spirea ulmaira, filipendula dan
beberapa jenis spirea lain . Adapun sumber pokok metal salisilat lain
adalah bunga Acacia farnencian dan Acacia lavenia.
d. Cara sintetik
Metil Salisilate dapat diperoleh dengan cara sintesa melalui suatu
reaksi esterifikasi dari asam salisilat dengan methanol dan asam sulfat
sebagai katalisnya.
56
``
a) Kelarutan, Metil Salisilate sukar larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol.
b) Warna berwarna kekuning-kuningan, putih, dan kemerah-merahan.
c) Spesifik grafitinya antara 1,180 s/d 1,185
d) Titik didihnya 219o C s/d 224o C
e) Mempunyai bau khas yang aromatic
f) Indeks bias 1,535s/d 1,538
g) Berat jenis, dalam bentuk sintetik 1,180 g/cm3 1,185 g/cm3 dan bentuk
alaminya 1,76 g/cm3 s/d 1,85 g/cm3.
h) Disimpan dalam wadah yang tertutup
Metil Salisilate banyak digunakan pada industri makanan sebagai
flavour dan senyawa ini juga terutama digunakan pada dunia farmasi sebagai
campuran dari berbagai jenis obat-obatan,antiseptic dan antifungi.
Metil Salisilate (minyak wintergreen atau wintergreen oil) adalah suatu ester
organik yang secara alami diproduksi oleh banyak
spesies tanaman . Beberapa tanaman yang memproduksinya disebut
wintergreens, maka nama umumnya wintergreen. Metil Salisilate (Pestisida Kimia
Kode 076.601) adalah konstituen utama minyak dari wintergreen yang merupakan
minyak wangi alami. Metil Salisilate mempunyai sifat tidak berwarna, kekuningan
atau kemerahan berminyak cair dengan bau dan rasa wintergreen . nama lain untuk
Metil Salisilate meliputi: Minyak Wintergreen (sintetis), Wintergreen Oil (sintetis),
Gautheria Oil (buatan), minyak Birch Manis, Minyak Betula, dan Minyak Teaberry.
Rumus kimia molekuler untuk Metil Salisilate adalah C8H8O3. Berat
molekul untuk Metil Salisilate adalah 152,15 dengan komposisi terdiri atas:
C : 63,15%
H : 5,3 %
O : 31,55%
Metil Salisilate dapat dibuat melalui esterifikasi asam salisilat .
Penggunaan zat ini dalam pengobatan didasarkan pada kenyataan bahwa asam
salisilat itu bermanfaat terhadap respon fisiologi. Jika terjadi penyerapan maka
57
``
penyerapan mudah terjadi melalui membrane usus, aksi rancangan dan eleminasi
melalui esterifikasi turunan gugus karboksilat.
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat
iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang
digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat
dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam
salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetilsalisilat.
Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa Latin:
salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah
manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah
dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku Indian seperti
Cherokee. Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan
obat aspirin.
Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Selain sebagai
obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan. Metil Salisilate ini yang
merupakan turunan (derivate ) dari asam salisilat yang dapat dibuat dengan jalan
memanaskan methanol dan asam salisilat dengan katalisator asam sulfat, secara
alamiah dilakukan dengan distilasi dari ranting tumbuhan atau kulit pohon Betula
Lenta. Kegunaan metil salisilat :
a. Obat – obatan
b. Parfum
c. Flavoring
d. Pelarut untuk derivate selulosa
e. Tinta Copy, printing ( pencetak )
Metil Salisilate terdapat pada tanaman dan pertama kali dikenal sebagai
bahan pewangi westergen. Metil Salisilate merupakan salah satu turunan ester
yang digunakan dalam pengobatan , selain itu ada juga etil salisilat, aspirin dan
fenil ester.
karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus
-CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam
dan bersifat dapat balik (Fessenden, 1981).
Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik
dalam alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya
mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester (Anonima, 2009).
Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol
dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat.
Terkadang juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini
cenderung melibatkan ester-ester aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah
cincin benzen) (Clark, 2007).
Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting
dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena dapat digunakan sebagai bahan intermediat dari pembuatan obat-obatan
seperti antiseptik dan analgesik (Supardani, dkk., 2006).
Asam salisilat bebas mempunyai efek antipiretik dan analgetik yang
kecil karena timbulnya rangsangan pada mukosa lambung sehingga diperlukan
dosis yang tinggi, maka asam salisilat yang digunakan dalam bentuk garamnya
(Ebel, 1992).
Asam salisilat merupakan suatu unsur aktif dari salisilat dan asam
salisilat itu sendiri adalah obat penawar dan pembunuh rasa sakit pemakaiannya
dapat melalui mulut, tetapi merupakan asam yang cukup kuat mengiritasi perut.
(Gunawan,1995).
Senyawa salisilat diekskresi terutama melalui ginjal yang hampir
semuanya muncul didalam urin dalam bentuk salisilat bebas dan metabolit yang
telah disebutkan tadi. Pada manusia, asam salisilat bebas berjumlah kira-kira 10%
dari obat yang dimakan (tapi dapat meningkat sampai 85% bila urin dibasakan),
asam salisilurat sebanyak 75%, glukuronida fenolat dan asil sebanyak 15% dan
asam 2,5-dihidroksibenzoat kurang dari 1% (Foye,1995).
Salah satu turunan dari asam salisilat adalah Metil Salisilate. Metil
Salisilate adalah cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Tidak larut
59
``
dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter. Metil Salisilate sering digunakan
sebagai bahan farmasi, penyedap rasa pada makanan, minuman, gula-gula, pasta
gigi, antiseptik, dan kosmetik serta parfum. Metil Salisilate telah digunakan untuk
pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang selaput dada, dan rematik, juga
sering digunakan sebagai obat gosok dan balsem (Supardani, dkk., 2006).
Metil Salisilate dapat diproduksi dari esterifikasi asam salisilat dengan metanol.
Metil Salisilate secara komersial sekarang disintesis, namun di masa lalu,
iabiasanya disuling dari ranting dari Sweet Birch (Betula Lenta) dan Timur
Teaberry (Gaultheria procumbens) (Anonim ,2010).
Metanol
R 11 : Sangat mudah terbakar.
S2 : Simpan diluar jangkauan anak-anak.
S7 : Wadah harus dalam keadaan tertutup rapat.
S 16 : Disimpan jauh dari sumber pengapian – dilarang merokok.
S 24 : Hindari sentuhan dengan kulit.
Asam Sulfat ( H2SO4 )
R 35 : Dapat menyebabkan luka bakar yang berat.
S2 : Simpan diluar jangkauan anak-anak
S 26 : Apabila terkena mata, segera bilas dengan air sebanyak
mungkin dan bawalah segera ke balai pengobatan.
61
``
5) Dinginkan larutan dalam labu alas bulat dalam bak air dingin..
6) Tambahkan 200 ml air dan pindahkan larutan ke dalam corong pisah 1 liter.
7) Kocok, kemudian didiamkan beberapa lama hingga terbentuk dua lapisan. 8)
Secara hati-hati ambil lapisan yang mengandung ester..
9) Cuci ester kasar dalam corong pisah dengan 200 ml NaHCO3 5% dalam air.
10) Ambil lapisan ester dan cuci kembali dengan air 120 ml.
11) Psahkan ester ke dalam erlenmeyer bertutup asah.
12) Keringkan dengan menambahkan 2 gram kalsium klorida anhidrat dan
disimpan sampai periode percobaan berikutnya.
Prosedur Pemurnian
1) Hitung (dengan grafik) tekanan yang diinginkan supaya titik didih bahan
cukup rendah.
2) Rangkai peralatan untuk distilasi vakum.
3) Yakinkan bahwa tekanan yang dihitung (1) dapat dicapai dalam peralatan
distilasi vakum kososng dengan cara menghidupkan pompa vakum.
4) Matikan pompa vakum setelah pengujian selesai dan tekanan dapat tercapai.
5) Isi labu distilasi vakum dengan yang akan dimurnikan.
6) Periksa vakum, yakinkan bahwa vakum stabil dan tekanan cukup rendah.
7) Panaskan pelan-pelan, ambil masing-masing fraksi pada tekan yang sama,
dan temperature berbeda pada tiap fraksi.
62
``
DATA PENGAMATAN
63
``
2) Hasil-hasil penimbangan
64
``
65
``
66
``
B. Dasar Teori
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat
ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai
zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asamasam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula phosphor dan ada jenis protein
yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Protein dalam bahan
makanan sangat penting dalam proses kehidupan organisme seperti hewan dan
manusia. Protein alamiah mula-mula dibentuk dari unit asamasam amino oleh
organisme tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme dari unsurunsur anorganik C,
H, O, N dan S yang ada didalam tanah atau udara. Oleh sebab itu protein yang
ada dalam bahan makanan sangat penting bahkan vital bagi manusia.
Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting dalam pemb entukan
sel-sel baru. Karena itu organisme yang kekurangan protein dalam bahan
makanannya mudah mengalami hambatan pertumbuhan. Perlu diperhatikan
bahwa didalam bahan makanan banyak terdapat berbagai jenis protein, tetapi
tidak semua protein mempunyai mutu yang sama, sehingga perlu diperhatikan
protein yang bernilai tinggi gizinya dan memberi manfaat yang besar bagi tubuh.
Reaksi-reaksi untuk mengidentifikasi asam amino dan protein antara lain:
a. Reaksi sakaguci
Reaksi sakaguci dilakukan dengan menggunakan pereaksi nafol dan natrium
hipobromit. Pada dasarnya reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila ada
68
``
gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat
menghasilkan warna merah
b. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein.
Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang
terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif jika mengandung tirosin,
fenil alanin dan triptofan
c. Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam
kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung
triptofan dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung
asam glioksilat.. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat
dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan
protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua
lapisan.
Reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein
d. Reaksi Ninhidrin
Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas dan protein menghasilkan warna
ungu. Reaksi ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif
protein dan produk hasil hidrolisisnya.Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan
terhadap urin untuk mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui
adanya pelepasan protein oleh cairan tubuh. Apabila ninhidrin (triketohidrin)
dipanaskan bersama asam amino, maka akan terbentuk kompleks berwarna ungu.
Kompleks berwarna ungu dihasilkan dari reaksi ninhdrin dengan hasil
reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Asam amino dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang terbentuk sebanding
dengan konsentrasi asam amino. Prolin menghasilkan kompleks yang berbeda
warnanya dengan asam amino lainya. Kompleks berwarna yang terbentuk
berwarna kuning
69
``
e. Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan protein yang mengandung
asam amino dengan rantai samping gugus fenolik, akan menghasilkan endapan
putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Tetapi khusus untuk
proteosa dan pepton secara langsung akan menghasilkan larutan berwarna merah.
Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika
larutan protein yang dianalisis ada dalam sussana basa, maka terlebih dahulu
harus dinetralisasi dengan asam, karena dalam basa ion merkuri dalam pereaksi
akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Pada penetralan ini digunakan asam selain
HCl, karena ion Cl- dapat bereaksi dengan asam nitrat menghasilkan radikal klor
(Cl.).Radikal klor dapat merusak kompleks berwarna. Pada dasarnya reaksi ini
positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksi fenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan
hasil yang positif.
1. Ikatan Peptida
70
``
Dua buah asam amino mengadakan ikatan peptida untuk membentuk senyawa
dipeptida. Tiga buah asam amino dapat membentuk senyawa tripeptida. Lebih
dari 100 buah asam amino dapat mengadakan ikatan peptida dan membentuk
rantai polipeptida yang tidak bercabang. Rantai polipeptida mempunyai arah.
Ujung amino diambil sebagai ujung awal rantai polipeptida,dan ujung
karboksilat sebagai ujung akhir
Pada beberapa protein terdapat rantai cabang yang mengadakan ikatan silang
yang disebut ikatan disulfida. Adanya ikatan disulfida diakibatkan oleh
terjadinya oksidasi dari dua residu sistein menghasilkan suatu senyawa sistin
(cystine).
Pada polipeptida, rantai utama yang menghubungkan atom C-C-C disebut rantai
kerangka molekul protein, sedangkan atom di sebelah kanan dan kiri rantai
kerangka disebut gugus R atau rantai samping.
71
``
Sebagai contoh ikatan hidrogen, ikatan hidrofob/ikatan apolar, ikatan ion atau
ikatan elektrostatik dan ikatan Van der Waals.
4) Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti: pH, radiasi, temperatur,
dan medium pelarut.
5) Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping
yang reaktif dan susunan khas struktur molekulnya.
6) Beraksi positif terhadap pereaksi uji-uji yang spesifik seperti: Biuret, Ninhidrin
dan Millon, Xantoprotein, Sakaguchi, Adamkiewitz.
2. Denaturasi Protein
Denaturasi protein adalah perubahan struktur sekunder, tersier dan kuartener tanpa
mengubah struktur primernya (tanpa memotong ikatan peptida).
Karena itu denaturasi dapat berarti suatu perubahan atau modifikasi terhadap
struktur sekunder, tersier dan kuartener molekul protein tanpa terjadi pemecahan
ikatan kovalen. Atau dapat pula diartikan sebagai suatu proses pecahnya ikatan
hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan Van der Waals, dan terbuka atau tidaknya
ikatan molekul. Pada umumnya protein yang sudah didenaturasikan kelarutannya
berkurang atau hilang sama sekali, dan ada pula yang membentuk endapan pada
bagian dasar larutan. Hal ini disebabkan karena lapisan protein bagian dalam
yang bersifat hidrofobik terbalik keluar dan bagian luarnya yang bersifat hidrofil
terlipat ke dalam atau kebalikannya, terutama jika larutan protein telah mendekati
pada isoelektrik hingga protein menggumpal dan akhirnya mengendap
(Lehninger,1990).
73
``
3. Macam-macam protein
Berdasarkan susunan kimia dari protein, maka protein terbagi dalam tiga golongan
yaitu :
74
``
1) Protein sederhana
2) Disebut protein sederhana karena didalamnya tidak terdapat ikatan dengan
bahan-bahan, seperti: albumine yang terdapat dalam telur.
3) Protein yang bersenyawa
4) Ikatan protein dengan zat-zat lain seperti : glikoprotein, persenyawaan antara
protein dengan glikogen.
5) Turunan dari protein
6) Termasuk dalam turunan dari protein antara lainpepton, peptide dan gelatin.
4. Susunan Protein
Protein sesungguhnya bukan merupakan zat tunggal. Protein terdiri dari unsur-
unsur pembentuk yang disebut asam amino. Jumlah dan macam asam amino
yang membentuk tiap macam protein tidak sama. Jenis protein yang baik akan
mengandung semua jenis asam amino dalam jumlah yang cukup. Beberapa
macam asam amino yang dianggap penting sekali untuk pertumbuhan tubuh dan
untuk mendapatkan keseimbangan nitrogen dalam tubuh manusia. Asam amino
yang termasuk golongan ini disebut asam amino esensial, yang harus terdapat
dalam makanan sehari-hari karena digunakan untuk pemeliharaan sel-sel, dan
tak dapat dibuat sendiri oleh tubuh. Penggolongan asam amino esensial seperti :
alanin, asam asparat, asam glutamate, glisin, hidroksi prolin, serin, prolin,
sistein, sistin dan tirosin. Jadi protein akan terdiri dari beberapa molekul asam
amino yang bergabung bersama-sama membentuk protein.
5. Kualitas protein
Suatu protein dapat digolongkan sebagai protein yang baik apabila protein itu
mengandung kesepuluh macam asam amino esensial dalam jumlah yang cukup.
Protein yang demikian itu disebut protein sempurna. Contoh dari protein
sempurna adalah protein susu, daging, ikan, telur dan protein yang berasal dari
hewan. Dari jenis tumbuh-tumbuhan, protein dari kacang-kacangan yang dapat
digolongkan kedalam protein yang hampir sempurna.
75
``
6. Fungsi Protein
Protein adalah unsur yang terpenting didalam semua sel makluk hidup. Tanpa
adanya protein, tidak akan dapat dibentuk sel makluk itu. Secara garis besar,
fungsi protein bagi tubuh manusia antara lain :
a. Untuk membangun sel-sel jaringan tubuh manusia.
b. Untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak
c. Membuat protein darah
d. Untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh
e. Sebagai pemberi kalori
76
``
Penentuan jumlah protein secara tidak langsung yang umum dilakukan adalah
dengan menentukan jumlah nitrogen (N) yang dikandung oleh suatu bahan. Cara
penentuan ini dikembangkan oleh Kjeldahl yang pada dasarnya dapat dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu :
a. Tahap destruksi
Pada tahap destruksi ini berfungsi untuk memutuskan ikatan NH2 dari
senyawanya. Sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Asam sulfat yang dipergunakan untuk
destruksi diperhitungkan adanya bahan protein, lemak dan karbohidrat. Untuk
emmpercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator, titik didih asam
sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi lebih cepat. Proses destruksi telah
selesai apabila larutan telah menjadi hijau jernih. Untuk mempercepat destruksi
perlu ditambah katalisator :
- Campuran Na2 SO4 & Hg0 ( 20 : 1 )
K2 SO4
Cu SO4
Reaksi pada saat destruksi adalah sebagai berikut:
( CHON ) + On + H2 SO4 → CO2 + H20 +(NH4 )2 S04 Atau:
2CH3CH2NH2COOH + H2SO4 (NH4)2SO4
b.Tahap Distilasi
Amonium Sulfat hasil destruksi dipecah menjadi amonia (NH3) dengan cara
penambahan NaOH dan pemanasan.
77
``
c.Tahap Titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam klorida maka sisa asam klorida
yang tidak bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar. Akhir
titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan
tidak hilang selama 30 detik. Jika digunakan asam borat sebagai penampung
destilat maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat
dititrasi dengan menggunakan asam klorida 0,1N. Setelah diperoleh % N2,
selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. Apabila
digunakan HCI (sebagai penampung destilat), maka sisa HCI yang tidak bereaksi
dengan NH3 dititrasi dengan NaOH (0,1 N). Persentase N dapat dihitung dengan
rumus dibawah
(𝑆 − 𝑆)𝑆 𝑆 𝑆 14,008
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑆 = 𝑆 100%
𝑆
H2BO3- + H+ → H3BO3
Setelah diperoleh persentase N maka kadar protein sampel dapat dihitung dengan
cara mengalikannya dengan faktor konversi N.
78
``
5 Beras 5,95
8 Susu 6,38
9 Kacang tanah 5,46
10 Gelatin 5,55
Sumber : Winarno (1986) Sudarmaji et al (1996)
C. Prosedur Percobaan
Persiapan sampel
1) Disiapkan 3 biji garam kjeldahl atau 7 g katalis campuran untuk dimasukkan
ke dalam setiap tabung destruksi
2) Ditimbang sampel masing-masing, misalnya: tempe seberat 1,5 gram, serta
kuning telur 2 gram, dan putih telur sebanyak 2 gram pula, dan masing-
masing sampel dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang berisi katalis.
79
``
Tahap destruksi
1) Tabung-tabung destruksi dipasang pada alat pemanas.
2) Tabung destruksi dilepaskan dari pemanas atau proses destruksi dihentikan
bila bahan telah berubah warna menjadi hijau jernih.
3) Didinginkan pada suhu kamar.
Tahap distilasi
1) Peralatan distilasi dirangkai.
2) Larutan (sampel) yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu distilasi
3) Ditambahkan NaOH 30% sebanyak 100 ml kedalam labu distilasi atau sampai
campuran berwarna gelap.
4) Disediakan asam borat 2% sebanyak 100 mL dalam Erlenmeyer 250 mL.
5) Distilasi dijalankan dengan memasang labu distilasi pada rangkaian peralatan
distilasi dan distilat ditampung pada erlenmeyer yang berisi asam borat.
6) Proses distilasi dihentikan apabila distilat yang diperoleh dan asam borat
mencapai 150 ml pada erlenmeyer dan residu dibiarkan terbuang dengan
pengisapan.
Tahap titrasi
1) Distilat yang telah dihasilkan dari proses distilasi dititrasi dengan larutan HCl
0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah jambu. Kemudian catat
volume penitrasi.
2) Dengan cara yang sama dilakukan untuk blanko.
80
``
Daftar Pustaka.
Doyle M.P, Mungali W.S., “ Experimental Organic Chemistry”,
John Wiley & Sons 1980
HASIL PENGAMATAN
• Tetapan Fisis
Tetapan Fisis
H2O H2SO4 HCl NaOH
(Literatur)
81
``
BM (g/mol) 18,02 …. …. ….
T. Leleh ( C) 0 100 …. …. ….
T. Didih ( C) 1,004 …. …. ….
(gr/cm3) 1,333 20 …. …. ….
nD …. …. ….
82
``
83
``
PERCOBAAN VI
84
``
JUDUL
PEMBUATAN RESIN UREA FORMALDEHID
• PERINCIAN KERJA
Melakukan pemanasan pada kondisi refluks
Mengambil sample pada waktu tertentu
Melakukan analisa terhadap sample
85
``
Erlenmeyer 250 ml
Buret dan klem buret
Gegep kayu
Stop Wacth + Selang karet
• DASAR TEORI
Makromolekul (polimer) adalah molekul raksasa dengan rantai sangat
panjang yang terbentuk dari molekul-molekul sederhana
(monomermanomer). Reaksi pembentukan polimer ini dikenal dengan istilah
polimerisasi.
Ditinjau dari jenis manomernya, senyawa polimer dapat dikelompokkan
menjadi dua, sebagai berikut :
a. Homopolimer, yaitu polimer hasil reaksi monomer-manomer yang sejenis.
Struktur homopolimer adalah :
A A A A
b. Kopolimer, yaitu polimer hasil reaksi monomer-manomer yang lebih dari
sejenis. Struktur kopolimer adalah :
A B A B
Ditinjau dari sifat kekentalannya, senyawa-senyawa polimer dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Polimer termoplastik, yaitu polimer yang bersifat kenyal apabila
dipanaskan dan dapat dibentuk menurut pola yang kita inginkan. Setelah
86
``
Semenjak ditemukan oleh John Wesley Hyatt dari Amerika Serikat pada
tahun 1968, plastic segera menjadi primadona industri kimia. Barang-barang
plastic membuat kehidupan kita semakin mudah dan makin menyenangkan.
Dalam banyak hal, plastic telah menggantikan kapas, logam, kayu, dan
material lainnya sebab plastic memiliki banyak keunggulan antara lain tahan
karat, lenih ringan, tidak menghantar listrik, mudeah dibentuk sesuai
keinginan, dapat diproduksi dengan biaya rendah dan merupakan alternative
bagi material lain yang jumlahnya dialam semakin terbatas.
87
``
88
``
1) Perbandingan umpan
Umumnya , Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada
percobaan ini adalah 1,25 dimana perbandingan umpan berada pada batas
standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range
89
``
antara 1,25 – 2,0 hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk
tidak kental dan tidak encer. Sehingga mempermudah analisis baik analisis
densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Besarnya perbandingan
mol umpan formalin dengan urea sangat mempengaruhi pada produk
(polimer) yang dihasilkan, bila perbandingan umpan kurang dari 1,25 maka
resin yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang rendah dan menghasilkan
polimer yang kekerasan dan kepadatannya rendah ,sedangkan bila
perbandingan umpan lebih dari 2 maka resin yang dihasilkan memiliki kadar
formalin yang tinggi dan menghasilkan polimer yang kekerasan dan
kepadatannya tinggi.
2) Pengaruh pH
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi selama
proses kondensasi polimerisasi terjadi . Dalam suasana asam akan terbentuk
senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga molekul
polimer yang dihasilkan rendah. Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena
mempunyai rantai polimer lebih pendek tetapi stabil terhadap panas. Dalam
suasana basa kuat , formaldehid akan bereaksi secara disproporsionasi dimana
sebagian akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan sebagian tereduksi
menjadi alkohol. Reaksi yang terjadi adalah :
90
``
K = A e-Ea/RT
• PROSEDUR KERJA
1) Masukkan formaldehid kedalam labu alas bulat sebanyak 600 mL
92
``
• ANALISIS
Tes I. Penentuan kadar formaldehid bebas
Analisis kadar formaldehid bebas dengan hidroksilamin hidroklorida.
Dasar reaksi
CH2O + NH2-OH.HCl CH2=N-OH + HCl + H2O
HCl yang terbentuk ekivalen dengan kadar formaldehid bebas dalam larutan.
Prosedur:
93
``
𝑆=𝑆.𝑆.𝑆
Prosedur
94
``
95
``
Stroke cure adalah waktu yang dibutuhkan agar resin berubah dari
keadaan cair/fusible sampai pengaduk sulit digerak-gerakkan, pada
pengadukan dengan kondisi tempertur tertentu dalam cawan kuningan.
Tes dilakukan di atas “hot plate” yang dapat meanaskan antara 100—
300o C. Temperatur diamati dengan thermometer yang dicelupkan di
dalam gelas kimia berisi air atau gliserin yang dipanaskan di atas “hot
plate” yang sama.
Formaldehyde
R 23/24/25 : Keracunan apabila terhirup, bersentuhan dengan kulit dan
tertelan.
R 34 : Dapat menyebabkan luka bakar.
R 40 : Kemungkinan timbul resiko karena efek yang tidak dapat
berubah.
R 43 : Dapat menjadi penyebab kepekaan apabila bersentuhan
dengan kulit.
S 26 : Apabila terkena mata, segera bilas dengan air sebanyak
mungkin dan bawalah segera ke balai pengobatan.
96
``
DATA PENGAMATAN
Formaldehid yang digunakan = ……………… g
Urea yang digunakan = ……………….g
Katalis (NH3) yang digunakan = …………….....g
Na2CO3 yang digunakan = ……………….g
Tabel pengamatan
Volume NaOH 0,25 N
No. (ml) untuk titrasi Viskositas Berat Pikno +
pH
Sampel (waktu (s) Sampel (g)
I II
0
1
2 (0’)
3(15’)
4(30’)
5(60’)
6(90’)
7(120’)
Blanko
(air)
97
``
98
``
G3 G1
% resin = x 100 %
gr resin
PERHITUNGAN
99
``
= 111 g
111 g
=
30 g /mol
= 3,7 mol
Perbandingan mol F/U = 1,5
101
``
102
``
K =
0,9956.
1,07
= 0,7979
Viscositas resin = K.S.t
Untuk sample 0
gr CH2O 3x39,20x0,25
=
100ml larutan 1
= 29,40
PERCOBAAN VII
103
``
B. DASAR TEORI
1. Isoflavonoid
Obesitas dengan permasalahannya telah merupakan masalah epidemic
didunia, kondisi mana juga mencuat di Indonesia. Survei morbidilitas yang
104
``
merupakan bahagian dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
di Indonesia memperlihatkan kecenderungan kenaikan prevalensi obesitas
khususnya pada wanita sejalan dengan pertambahan usia (mencapai 41-50% pada
usia di atas 55 tahun).
Studi epidemiologis oleh Imdonesia Society for the Study of Obesity ( ISSO,
HISOBI ) yang dilaksanakan pada tujuh kota besar di Indonesia Termasuk Medan
dan melibatkan 6318 subjek usia 20 tahun ke atas dari berbagai suku
memperlihatkan prevalensi kumulatif overwight (menggunakan batasan IMT
2324,9 kg/m2) rata-rata 46,45%. Sebagai perbandingan, prevalensi kombinasi
overwight dan obesitas pada orang dewasa di Malaysia berkisar antara 26%-53%
(rata-rata 39%).
Selain risiko diabetes mellitus tipe-2 dan penyakit kardiovaskular, tingginya
angka kematian pada obesitas juga dikaitkan dengan beberapa penyakit lain.
Dikemukan bahwa jaringan visera merupakan factor risiko independent obesitas
abdominal pada inti problem sindrom metabolic (MetS). Penelitian di Eropa dan
Jepang memperlihatkan bahwa salah satu factor risiko penyebab emboli paru
pada populasi wanita adalah kelompok yang memiliki IMT ≥ 25,0 kg/m2.
Penguatan potensi terjadinya trombisit akut berpengaruh pula terhadap
meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular, dihubungkan dengan
hiperinsulinemia dan toleransi glukosa terganggu yang dapat berlangsung pada
obesitas. Lebih lanjut dikemukakan bahwa obesitas visera ( dalam kondisi
hiperinsulinemia) berhubungan dengan penurunan konsentrasi sex hormone
binding (SHBG) dan kenaikan konsentrasi androgen bebas.
Ditemukan leptin (suatu protein) dalam riset jaringan adiposit khususnya pada
bagian visera abdomen, membuktikan bahwa jaringan adipose juga merupakan
organ endokrin. Pada penelitian lanjut ditemukan pula beberapa substansi protein
lainnya berupa sitokin atau molekulmenyerupai sitokin yang dikelompokan
sebagai adipositokin atau adipokin. Beberapa dari protein in berperan sebagai
sitokin imflamasi, fungsi metabolism lemak, sementara yang lainnya berperan
dalam hemostasis vascular, siste komplemen serta beberapa senyawa bioaktif lain
yang bertanggung jawab terhadap potofisiologi konsekuensi atau kamorbid
105
``
obesitas. Efek dari protein spesifik ini adalah paracrine atau autocrine, atau bhkan
di tempet jauh dari jaringan adiposa.
Tempe kedelai sebagai Bahan Makanan
Beberapa bahan makanan tradisional di Indonesia diketahui mempunyai
indeks glikemik rendah, seperti misalnya tempe sebagai produk utama kedelai.
sejarah Jawa kuno yang ditulis oleh Ranggasutrasno mencatat awal mula
pembuatan tempe sebagai produk fermentasi menggunakan laru temped an
termasuk dalam pola makan sehari-hari pada populasi di Jawa Tengah sejak tahun
1700. Kurun waktu setelah itu tempe yang dibuat dari kacang kedelai (soybean,
glacine max, glysine soya) telah dimanfaatkan sebagai penganti atau penambah
sumber protein hewani atau nabati dalam pola makanan sehari-hari.
Yang dimaksudkan dengan tempe kedelai adalah yang diperoleh melalui
proses penanaman mikroba dari jenis kapang pada media kedelai sehingga terjadi
fermentasi. Fermentasi dapat berlangsung lancar apabila didukung oleh beberapa
persyaratan seperti ketersediaan ragi tempe, terdapat unsur bahan pangan yang
akan difermentasi : zat tepung, gula dan protein, adanya enzim katalisator proses
fermentasi, suhu ideal antara 280C-300C pada kondisi ruangan yang gelap, derajat
keasaman media yang cukup (pH 4-5) dan kondisi kedelai sudah cukup lunak.
Diketahui bahwa pemanfaatan kedelai sebagai bahan pangan mengalami
beberapa kendala: tekstur yang keras, adanya zat antitripsin yang menyebabkan
protein terkandung didalamnya tidak dapat dicerna secara langsung , kandungan
enzim lipoksidase yang menyebabkan timbulnya bau dan rasa langu; kendala
mana yang akan dapat diatasi dengan proses menjadi produk olahan/awetan
terlebih dahulu. Walaupun analisis komposisi tempe kedelai menunjukkan defisit
pasangan asam amino metionin-sistin, secara menyeluruh mengandung unsur zat
gisi yang cukup tinggi: 25% protein (17 gram protein/100 gram),5% lemak,4%
karbohidrat dan 66% air,sumber vitamin B12 yang cukup tinggi;rendah lemak
jenuh,bebas kolesterol. Disamping itu diketahui pula pemanfaatan tempe kedelai
sebagai sumber makanan rendah lemak jenuh,menurunkan kadar
kolesterol,mudah dicerna,sumber utama mineral,efek antibiotik dan stimulasi
pertumbuhan,bebas toksin kimia dan dapat terjangkau dari segi
106
``
107
``
Isoflavonoid adalah senyawa 15 karbon yang mirip seperti flavonoid hanya saja
cincin B pada isoflavonoid tertempel pada atom karbon posisi ketiga pada cincin
karbon di tengah. Isoflavonoid terutama terdapat pada anggota subfamili
kacangkacangan yaitu Papilionoideae contohnya kacang kedelai (Glycine max)
atau semanggi (Trifolium spp).
Fungsi
109
``
atau menghambat aktifitas lipoprotein lipase (LPL), suatu enzim yang mengatur
ambilan lipid (lipogenesis) oleh adiposity.
Sementara genistein (17ß-estradiol eksogen) secara tidak langsung
mempengaruhi lipolisis dengan memacu lipolitik enzim hormonesensitive lipase
atau dengan meningkatkan efek lipolitik dari epinefrin. Efek 17ß-ekstradiol
terhadap ambilan kolesterol biosintesis dan katabolismenya; hanya di dapati pada
wanita, tidak ditemukan pada pria. Mekanisme juga dapat berlangsung melalui
peningkatan ß-oksidasi asam lemak yang berperan dalam pengurangan deposisi
jaringan adipose. Berdasar struktur kimianya, isoflavon secara biologis dapat
berikatan dengan reseptorestrogen serta bekerja agonis dan antagonis terhadap
estrogen. Hal mana masih sulit dimegerti mengingat beberapa factor yang
berperan didalamnya jumlah dan lokasi reseptor; sehingga di sebut sebagai tissue
spesifik. Dikemukakan bahwa avinitas vitoestrogen terhadap ERß(resepton
estrogen beta) ternyata lebih kuat disbanding terhadap ERα (reseptor estrogen
alpa).
Pada umumnya konsumsi kedelai menurut jumlah yang di anjurkan sudah
dapat memberikan kadar isoflavon plasma melebihi konsentrasi estradiol
normaplasma (40 pg/ml pada pria, 80 pg/ml pada wanita). Studi interfensi
pemberian diet mengandung vitoestrogen (produk kedelai) pada wanita pra
menopausesehat dalam jangka waktu 9 bulan menunjukan efek ekstrogen berupa
pemanjangan fase folikular dan perlambatan pencapaian puncak konsentrasi
progesteron; sekaligus penekanan puncak LH (luteinizing hormone) dan FSH
(follicle stimulating hormone) pada pertengahan siklus menstruasi.
110
``
2. Ekstraksi
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada
ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin)
ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
111
``
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan
kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan
agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran
(pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali
pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya
dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-kornponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu
diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk
mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai
dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus
berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
distilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu
dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. Ditinjau dari segi ekonomi,
akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu
tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak
dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga
pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan
massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut
yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan
ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan
ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan
dengan larutan di luar bahan.
112
``
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.
Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut.
a. Cara Dingin
• Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metoda pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti
dilakuakn pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarutsetelah dilakukan ekstraksi
maserat pertama dan seterusnya.
• Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya pada suhu ruang. Prosesnya
didahului dengan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus
menerus samapai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-
5 kali bahan
b. Cara Panas
• Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperature didihnya
selamawaktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative
konstan dengan adanya pendingin balik
• Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu
dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya
pendingin balik.
• Digesi, adalah maserasi kinetik pada temperature lebih tinggi
dari temperature kamar sekitar 40-50 C
• Distilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari
bahan dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat
kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara
kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fse
uap campuran menjadi distilat air bersama kandungan yang
memisah sempurna atau sebagian.
113
``
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam
pelarut polar dan sebaliknya.
Karena tidak ada pelarut yang sesuai dengan semua persyaratan tersebut, maka
untuk setiap proses ekstraksi harus dicari jenis pelarut yang paling sesuai
dengan kebutuhan.
3. Aspek Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis
114
``
Spekra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif.
1) Aspek Kualitatif ;
Data spektra UV-Vis bila digunakan secara tersendiri, tidak dapat digunakan
unutk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi, bila digabung
dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi magnet inti, dan
spektroskoppi massa, maka dapat digunakan untuk maksud analisis kualitatif
suatu senyawa tersebut.
Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang
maksimal, intensitas, efek, pH, dan pelarut yang kesemuanya dapat
dibandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan.
2) Aspek Kuantitatif ;
Suatu berkas radiasi dikenakan pada larutan sampel (cuplikan) dan intensitas
sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Intensitas atau kekuatan radiasi
cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas
penampang per detik.
115
``
= I0 e-kbc
dan bila persamaan di atas diubah menjadi logaritma basis 10, maka akan
= abc
Bila Absorbansi (A) dihubungkan dengan Transmittan (T) = I/Io maka dapat
diperoleh
A=log 1/T .
116
``
Salah satu hal yang penting juga diingat adalah untuk menganalisis secara
spektrofotometri UV-Vis diperlukan panjang gelombang maksimal. Adapun
beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal,
yaitu :
Jika dalam analisis suatu unsur tidak memenuhi Hukum Beer, maka
absorbansi tidak setara dengan konsentrasi. Jika ingin mengetahui apakah
suatu unsur memenuhi Hukum Beer atau tidak maka perlu ditentukan grafik
kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika
dalam range (cakupan) konsentrasi hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita
hanya bekerja pada linear range. Seringkali sampel yang dianalisa akan
memiliki absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan standar. Jika kita
berasumsi bahwa kalibrasi tetap linier pada konsentrasi yang lebih tinggi
Dengan cara ramalan kalibrasi yang linier [itu]. Hal ini tidak boleh diilakukan
karena bagaimanapun, ketika kita tidak bisa mengetahui apakah hukum Beer
masih terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi. Jika Hukum Beer tidaklah
117
``
terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi, hasil dari pengukuran akan
merupakan suatu kesalahan besar ( ketelitian sangat kecil)
Sekalipun standar lebih lanjut disiapkan dan kurva dicoba ke data, ketepatan
dari hasil akan sangat lemah dalam kaitan dengan ketidak-pastian di (dalam)
membaca konsentrasi dari kurva.
Oleh karena itu, larutan yang memiliki absorbansi lebih tinggi dari larutan
standar harus diencerkan sampai memenuhi konsentarasi larutan standar yang
telah ada.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penyediaan Tempe Bebas Lemak
1. Tempe digerus dengan lumpang sampai cukup halus, lalu ditimbang
sebanyak 15 g ke dalam erlemeyer tutup asah.
2. Tambahkan n-heksan sebanyak 150 mL, kocok selama 5 menit baru
disimpan pada suhu kamar selam 90 menit, tetapi setiap selang waktu
15 menit dikocok lagi selama 5 menit.
3. Campuran dipisahkan dengan cara dekantasi (diendap-tuangkan),
residu tempe tetap dalam Erlenmeyer, pelarut ditampung dalam wadah
bersih.
4. Residu tempe ditambah lagi n-heksan 100 mL, dikocok lagi selama 5
menit baru disaring, filtrat (pelarut) dicampur dengan pelarut pada
prosedur no. 3.
5. Residu tempe dikeluarkan dari Erlenmeyer, ditempatkan pada selembar
kertas atau wadah kering, baru dikering-anginkan pada suhu kamar.
6. Tempe kering yang diperoleh di sini adalah tempe bebas lemak, lemak
sudah terlarut ke dalam n-heksan.
b. Ekstraksi Flafonoid dari Tempe Bebas Lemak
118
``
x100% m
120
``
Cs
DATA PENGAMATAN
2) Hasil-hasil penimbangan
121
``
(2)
(3)
(4)
(5)
122
``
5
6 Sampel
7) Kurva Standar
123
``
124
``
PEMBAHASAN
125
``
KESIMPULAN
126
``
DAFTAR PUSTAKA
127
``
PERCOBAAN ALTERNATIF I
1. Peralatan
1) Kuvet
2) Labu takar 100 mL dan 50 mL
3) Batang pengaduk
4) Bola hisap
5) Pipet tetes
6) Gelas kimia 500mL, 100mL dan 50 mL
7) Corong pisah
8) Pipet ukur 10mL, 5mL, dan 1Ml
2.
128
``
B. DASAR TEORI
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine
bersama sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang
sistem saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit
(Phytomedical Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C6 H10 O2, dan
struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin . Kafein merupakan jenis alkaloid yang
secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji
coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul
194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N4O2 dan pH 6,9 (larutan kafein
1 % dalam air ). Secara ilmiah, efek kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak
ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi
pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah
(neuroses), tidak dapat tidur (insomnia) dan denyut jantung tak beraturan
(tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein dibandingkan jenis
tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji kopi dan daun
teh yang sangat cepat, sementara penghancurannya sangat lambat.
Kafein 1,3,7-trimetil-1H-purin-2,6(3H,7H0-dion, rumus molekul
C8H10N4O2, merupakan alkaloid ksantin (purin), terutama di temukan dalam
daun teh (Camelia sinensis) dan biji kopi (Coffee arabica). Kafein memiliki
sifat fisis seperti berbentuk Kristal dengan warna putih, memiliki titik leleh
129
``
234ºC, larut dalam air (15 mg/mL) dan kloroform serta memiliki rasa yang
agak pahit (British Pharmacopeia, 1993).
Kafein merupakan senyawa alkaloid dari keluarga methylxanthine yang
dapat ditemukan dalam daun, biji ataupun buah dari hampir 63 spesies tanaman
di dunia. Sumber kafein yang paling sering ditemukan adalah kopi, biji kokoa,
kacang kola, dan daun teh (Wanyika et al, 2010).
Tabel 1. Kandungan Kafein dalam Makanan/Minuman (Purba, 2011)
Secangkir kopi 85 mg
Secangkir teh 35 mg
Sebotol Coca-Cola 35 mg
Minuman energy 50 mg
Farmakodinamik Kafein
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot polos bronchus,
merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan dieresis
(Farmakologi UI, 1995).
a. Jantung
130
``
Farmakologi Kafein
Kafein adalah stimulan dari sistem saraf pusat dan metabolisme,
digunakan secara baik untuk pengobatan dalam mengurangi keletihan fisik dan
juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan sehingga rasa ngantuk dapat
ditekan. Kafein juga merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan
tingkat kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi
badan menjadi lebih baik (Ware, 1995).
Konsumsi kafein secara rutin dapat menyebabkan terjadinya toleransi.
Tandatanda dan gejala-gejala dari konsumsi kafein secara berlebihan antara
lain kecemasan, insomnia, wajah memerah, dieresis, gangguan saluran cerna,
kejang otot, berbicara bertele-tele, takikardia, aritmia, peningkatan energy dan
131
``
Farmakokinetik Kafein
Kafein diabsorpsi secara cepat pada saluran cerna dan kadar puncak dalam
darah dicapai selama 30 hingga 45 menit (Sukandar dkk, 2008). Pada orang
dewasa yang sehat jangka waktu penyerapannya adalah 3-4 jam, sedangkan
pada wanita yang memakai kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah 5-10
jam. Pada bayi dan anak memiliki jangka waktu penyerapan lebih panjang (30
jam). Kafein dapat melewati plasenta dan lapisan darah-otak dikarenakan
sifatnya yang hidrofobik (Albina et al, 2002).
Kafein diuraikan dalam hati oleh sistem enzim sitokhrom P 450 oksidasi
kepada 3 dimethilxanthin metabolik, yaitu :
a. Paraxanthine (84%), mempunyai efek meningkatkan lipolisis,
mendorong pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas didalam
plasma darah
b. Theobromine (12%), melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan
volume urin. Theobromine merupakan alkaloida utama didalam kokoa
(coklat)
c. Theophyline (4%), melonggarkan otot saluran pernafasan, digunakan
pada pengobatan asma.
Hati merupakan tempat utama dalam proses metabolisme kafein. Masing
masing dari hasil metabolisme ini akan dimetabolisme lebih lanjut dan akan
dikeluarkan melalui urin (Stavric dan Gilbert 1990, Arnaud 1999).
Waktu paruh eliminasi berkisar antara 3 -7 jam dan dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, meliputi jenis kelamin, usia, penggunaan kontrasepsi oral,
kehamilan dan merokok. Telah dilaporkan bahwa waktu paruh kafein pada
wanita lebih singkat dibandingkan dengan laki-laki (Nawrot et al, 2003).
.
Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200 – 350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu
senyawa. Serapan cahayaUV atau VIS (cahaya tampak) mengakibatkan
132
``
133
``
1. Metode Spektrofotometri
a. Prosedur kerja
1) Persiapan Bahan
(1) Ditimbang sampel tablet kafein seberat 0,6823 g ke dalam gelas piala 200
mL;
(2) Dipanaskan sampai mendidih selama 10 menit;
(3) Disaring dalam keadaan panas dengan dua macam kertas saring secara
berurutan, pertama disaring dengan kertas saring kasar, kedua filtrate
pertama disaring lagi dengan kkertas saring whatman 41, kemudian
didinginkan;
(4) Setelah dingin, filtrate dipindahkan ke dalam corong pemissah;
(5) Diekstraksi 2 x 25 mL dengan menggunakan chloroform atau metilen
klorida;
(6) Lapisan organik yang diperoleh disatukan, dan dimasukkan lagi ke dalam
corong pisah bersih, dan diekstraksi kembali dengan 2 x 25 mL HCl 0,2 N;
(7) Lapisan HCl disatukan dan siap diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV?Vis pada panjang gelombang maksimum, dan
konsentrasi kafein ditentukan dengan metode kurva standar.
(1) Disediakan larutan kafein 1000 ppm sebanyak 100 mL dengan pelarut HCl
0,1 N;
(2) Disediakan 5 buah labu takar bersih volume 50 mL;
(3) Disediakan larutan kafein standar dengan konsentrasi berturut-turut 0, 2, 4,
6, 8, dan 12 ppm sebanyak 50 mL dengan pelarut HCl 0,2 N;
(4) Larutan kafein standar diukur serapannya dengan spektrofotometer
UV/Vis pada panjang gelombang maksimum.
134
``
(2) Disiapkan pula larutan blanko, yakni larutan standar dengan konsentrasi 0
ppm;
(3) Kuvet standar diisi dengan larutan standar kafein 8 ppm dan kuvet blanko
diisi dengan larutan blanko 0 ppm;
(4) Persiapkan peralatan spektrofotometer UV/Vis sesuai prosedur standar
pengoperasian alat, alat disken dari panjang gelombang 600 nm sampai
dengan 200 nm (lakukan sesuai SOP alat yang tersedia);
(5) Nilai serapan pada setiap panjang gelombang dicatat dan dialurkan dalam
bentuk kurva hubungan antara panjang gelombang dengan nilai serapan;
(6) Tentukan nilai panjang gelombang maksimum dari kurva.
135
``
136
``
(4) Campuran disaring dalam keadaan panas melalui corong biasa dengan
kertas saring biasa. Residu dicuci dengan 150-250 mL air panas. Filtrat
hasil pencucian digaung dengan filtrat pertama
(5) Filtrat didinginkan sampai suhu kamar
(6) Filtrat dimasukkan dalamcorong pisah dan diekstraksi dua kali dengan
25 mL kloroform
(7) Lapisan kloroform di gabung dan di uapkan dengan penanggas air
dalam lemari asam
(8) Residu ditambahkan 10 mL aseton, kemudian larutan didinginkan dan
disaring dengan penyaring vakum
(9) Kafein yang telah diperoleh dikeringkan dan ditimbang
(10) Menghitung persentase perolehan kafein dalam daun teh (persen)
(11) Penetapan kadar kafein yang diperoleh dapat dilakukan dengan
menggunakan metode spektrofotometer UV/Vis dan HPLC dengan
metode kurva standar, atau boleh menggunakan metode titrasi seperti
di bawah ini.
4. Metode Titrasi
b. Penetapan kadar
137
``
138
``
b. Pengenceran
1) Dipipet 2 mL larutan contoh dari labu ukur 100 mL ke dalam labu ukur 10
mL
2) Diimpitkan sampai batas garis dengan kloroform
139
``
1) Dari 100 ppm dipipet sebanyak 4 mL ke dalam labu ukur 100 mL,
diimpitkan (4 ppm)
2) Dari 100 ppm dipipet sebanyak 6 mL ke dalam labu ukur 100 mL,
diimpitkan (6 ppm)
3) Dari 100 ppm dipipet sebanyak 8 mL ke dalam labu ukur 100 mL,
diimpitkan (8 ppm)
4) Dari 100 ppm dipipet sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur 100 mL,
diimpitkan (10 ppm)
5) Dari 100 ppm dipipet sebanyak 12 mL ke dalam labu ukur 100 mL,
diimpitkan (12 ppm)
e. Pengukuran
Mengukur larutan sampel, standar, dan blanko dengan spekrofotometer
UV/Vis pada λ maksimum.
D. HASIL PENGAMATAN
No Nama Bahan Rumus Bangun R S Titik Titik Berat Jumlah
leleh didih molekul (berat
atau
volume)
1 HCl 0,2 N
2 Khloroform
3 Metilen
Klorida
4 KI
5 K2Cr2O7
6 H2SO4
7 I2
8 NaHCO3
9 NaCl
10 MgO
11 KOH
12 Aseton
140
``
Gelombang Gelombang
141
``
142
``
PENGOLAHAN DATA/PERHITUNGAN
143
``
PEMBAHASAN
144
``
145
``
KESIMPULAN
146
``
I. KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di
alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Senyawa
karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidraksi keton yang
mengandung unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O) dengan
rumus empiris total (CH2O)n.
Karbohidrat dibagi dalam 3 golongan :
• Monosakarida, cuplikanh : glukosa, manosa, arabinosa
• Oligisakarida, cuplikanh : sukrosa,laktosa,maltosa
• Polisakarida, cuplikanh : selullosa,amilum
147
``
148
``
Pada umumnya karbohidrat berbentuk kristal putih, larut sedikit dalam pelarut
organik, tetapi larut dalam air dengan baik, kecuali beberapa polisakarida.
Karbohidrat mempunyai beberapa sifat penting yakni dapat beroksidasi,
bereduksi, berkondensasi, berpolimerasi serta dapat membentuk ikatan
glikosida.
Semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun
polisakarida akan berwarna merah-ungu bila bila larutannya dicampur dengan
beberapa tetes larutan alpha-naftol dalam alkohol dan ditambahkan asam sulfat
pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang batas
antara kedua cairan. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif adanya
karbohidrat dalam suatu bahan dan dikenal dengan uji Molish.
Berbagai uji kualitatif dapat dilaksanakan untuk menentukan kehadiran
karbihidrat antara lain : Uji Yodium, Uji Molish, Uji Reduksi, Uji Benedict,
Uji Seliwanof, Uji Barfoed, Uji Tauber, Uji Osazon, Hidrolisa Polisakarida
dan Uji Bial. Skema identifikasi karbohidrat secara kualitatif dapat dilihat pada
Ilustrasi 1.
PERSIAPAN CUPLIKAN
Persiapan cuplikan harus disiapkan juga dengan baik dan benar.
Sebelum menentukan jenis karbohidrat yang terdapat dalam suatu bahan, maka
harus diperiksa terlebih dahulu cuplikan/sampel tersebut apakah berbentuk
padat atau larutan. Mungkin saja bahan terdiri dari atas satu atau dua jenis
karbohidrat. Larutan yang bersifat alkali, perlu dinetralkan terlebih dahulu atau
buat sedikit asam dengan HCL encer. Di bawah ini langkah kerja penyiapan
larutan sampel yang digunakan dalam praktikum.
Persiapan sampel
1. Jagung,dedak atau rumput, dikeringkan pada suhu 500C selama 48 jam.
Kemudian ditumbuk sampai halus.
2. Masukan 100 gr bahan halus sample (no 1 ) ke dalam labu erlenmeyer
dan larutkan dengan 1000 ml aquadest. Didihkan selama 1 jam (
sewaktu-waktu perlu di aduk ).
3. Dalam keadaan panas-panas saring dengan bantuan kertas filter.
4. Filtrat yang diperoleh, siap dijadikan larutan cuplikan
149
``
A. PENENTUAN KARBOHIDRAT
a. Uji Yodium
Tujuan : Menentukan karakteristik pati/amilum melalui Uji yodium yang
merupakan uji umum untuk amilum.
Prinsip :
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi
berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan yodium akan menghasilkan
warna biru, dektrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen
dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna
merah coklat.
Alat dan bahan :
1. Plat tetes
2. Pipet
3. Larutan sampel ( amilum, larutan jagung, larutan dedak, glikogen )
4. Pereaksi ( larutan yodium encer ) Cara kerja :
1) Sediakan plat tetes, isis dengan 1 tetes larutan amilum
2) Tambahkan 1 tetes larutan yodium encer
3) Perhatikan warna biru yang terjadi
4) Ulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan : glikogen,
dekstrin, da larutan sampel yang akan di periksa.
5) Periksalah larutan pati tersebut secara mikroskopik dan gambar
bentuk granulanya.
b. Uji molish :
Tujuan : Mengidentifikasi kandungan karbohidrat dalam sampel
Prinsip :
Pembentukan furfural atau turunan-turunannya dari karbohidrat yang
didehidrasi oleh asam pekat, yang kemudian bereaksi dengan alpha-napthol
senyawaan berwarna. Hasil reaksi yang negatif menunjukan bahwa larutan
yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. (Hasil reaksi yang negatif
menunjukan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung krbohidrat). Uji
Molish merupakan uji umum Karbohidrat.
Alat dan bahan :
150
``
c. Uji Barfoed
Tujuan : Membedakan antara monosakarida dan disakarida
Prinsip :
Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih
cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan Cu2O berwarna merah bata.
Alat dan bahan :
1. Sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan
masingmasing dalam larutan 1%
2. Pereaksi Barfoed
3. Alat pemanas
4. Tabung reaksi
5. Pengatur waktu
6. Penjepit tabung
151
``
7. Ppipet tetes
Cara kerja :
1) Sedikan 2 buah tabung reaksi diisi masing-masing dengan :
a. 0,5 pereaksi Barfoed + 0,5 ml larutan cuplikanjagung atau
dedak
b. 0,5 pereaksi Barfoed + 2,5 tetes glukosa 1%
2) Panaskan dalam penangas air mendidih selama 3 menit dan
didinginkan dalam air mengalir (kran) selama 2 menit
3) Tambahkan pada setiap tabung 0,5 ml pereaksi warna phospomolibdat
sambil dikocok
4) Perubahan warna dari hijau kekuning-kuningan menjadi biru tua
menunjukan hasil yang positif adanya monosakarida.
5) Catat hasilnya dan terangkan reaksinya (bandingkan hasil reaksi tabung
A dan B)
152
``
e. Uji seliwanof
Tujuan : Membuktikan adanya gugus ketosa (fruktosa)
Prinsip :
Dehidrasi fruktosa oleh HCL pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural
dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna merah orange.
Alat dan bahan
1) Dedak, jagung, amilum, sukrosa, maltosa dan glukosa masing-masing
dalam larutan 1%
2) Pereaksi seliwanoff
3) Alat pemanas air
4) Pengatur waktu
5) Tabung reaksi
6) Pipet tetes
7) Jepit tabung Cara kerja :
1) Sedikan beberapa tabung reaksi masukan kedalam masing-masing
tabung reaksi 3 ml pereaksi seliwanoff lalu tambahkan 5-10 tetes
larutan cuplikan panaskan di atas api langsung selama 30 detik atau
dalam penangas air mendidih selama 1 menit.
2) Lakukan hal yang serupa pada larutan glukosa 1% 3-5 tetes.
153
``
154
``
h. Hidrolisis Polisakarida
Tujuan : Mengidentifikasi hasil hidralisis polisakarida
Prinsip :
Polisakarida terdapat pada sebagian besar tanaman dalam golongan umbi
seperti kentang dan pada biji-bijian seperti jagung atau padi. Salah
cuplikanh polisakarida yang paling umum adalah pati. Patiterbagi menjadi
dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut
amilosa (kurang lebih 20%), dengan struktur makromolekul linier yang
dengan iodium memberikan warna biru. Sebaliknya, fraksi yang tidak larut
disebut amilopektin (kurang lebih 80%) dengan struktur bercabang.
Denagn penambahan iodium, fraksi memberikan warna ungu sampai
merah.
Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidralisis menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil hidralisis dapat diuji dengan
iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hasil akhir
hidralisis ditegaskan dengan Uji Benedict dan Barfoed.
Cara kerja :
1) Masukan 10 ml larutan cuplikan (dedak, amilum, dan jagung) ke dalam
tabung reaksi lalu tambahkan 1 ml HCL 10%
2) Panaskan dalam penangas air mendidih
3) Lakukan Uji yodium setiap 3 menit dengan cara mengambil setetes
hidrolisat kedalam plat tetes dan tambahkan setetes yodium encer
4) Ulangi Uji ini setiap 3 menit sampai warna yodium tidak berubah (tetap
kuning)
5) Dinginkan hidrolisat dan netralkan dengan larutan Na2SO3KH
beberapa tetes atau larutan NaOH 2% dengan menggunakan lakmus
sebagai indicator
6) Larutan dibagi 2, yang satu dilakukan Uji Benedict dan yang lain
dilakukan Uji barfoed, amati hasilnya!
7) Catat pada menit ke berapa hidralisat sempurna!
156
``
Cara kerja :
1) 10 ml larutan Benedict kuantitatif dan 2 gr Na-karbonat Anhidrous
(atau 4 gr Na-Karbonat Kristal) dimasukan kedalam Erlenmeyer (labu
titrasi)
2) Buret yang berisi larutan glukosa (dari glukosa cuplikanh ; dedak,
jagung, rumput, dan serum darah) dipasang diatas labu titrasi
3) Campuran dalam (1) dipanaskan sampai mendidih
4) Lakukan titrasi hingga warna biru cepat hilang
5) Kadar glukosa dalam cuplikanh dapat ditentukan
6) Lakukan percobaan 3-4 kali sampai hasilnya meyakinkan
7) Perbedaan dari 0,1 sampai 0,2 ml dari setiap titrasi menentukan hasil
kerja yang baik.
Perhitungan :
Misal larutan glukosa yang dipakai x ml
10 ml benedict =10 mg glukosa = x ml
157
``
LIPIDA
158
``
A. Uji kelarutan
Tujuan : mengidentifikasi kelarutan lipida pada pelarut tertentu Prinsip
:
Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit
larut dalam alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organic seperti eter,
kloroform, aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam
air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka
kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak
dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam
lemak yang bebas dalam dalam larutan lemak bereaksi dengan soda
membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga
tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya.
Cara kerja:
1) Disediakan 6 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml
a. Air
b. Alkohol panas
c. Alkohol dingin
d. Eter
e. Kloroform
f. Larutan natrium karbonat 2%
2) Teteskan lemak/minyak ke dalam masing-masing tabung tersebut, catat
pada pelarut mana yang paling sempurna.
3) Perhatikan kelarutan minyak/lemak tersebut, catat pada pelarut mana
yang palin sempurna
4) Teteskan setetes larutan pada kertas saring, perhatikan ada tidaknya noda
setelah menguap, kehadiran lemak ditandai dengan adanya noda.
5) Bagaimana kesimpulan anda tentang percobaan ini ?
B. Uji ketidakjenuhan
Tujuan : Mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak
Prinsip :
159
``
C C + Br2 C C
Br Br
Cara kerja :
1) a. Larutkan 1 tetes asam oleat dalam 1 ml kloroform
b. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan yod. Hubl.
c. Kocok, warna yod. Akan segera hilang
d. Ulangi percobaan (bila mungkin) dengan menggunakan asam
palmitat. Apa bedanya ?
2) a. Sediakan 5 buah tabung reaksi, isi masing-masing 1 ml dengan :
1. Minyak kelapa (minyak curah)
2. Minyak sawit kemasan
3. Mentega
4. Margarin
5. Lemak hewan (lemak sapi)
b. Tambahkan sejumlah kloroform (jumlah yang sama dengan sample)
c. Tambahkan yod. Hubl tetes demi tetes (setiap penambahan yod.
Hubl lakukan percobaan)
d. Perhatikan perubahan warna yang terjadi ! catat mengapa demikian
?
Apakah gunanya ?
C. Uji Akrolein
Tujuan : mengidentifikasi kehadiran gliserol
160
``
Prinsip :
Lemak merupakan ikatan ester antara asam lemak dengan
gliserol.
Gliserol larut dalam air dan alcohol, tetapi tidak larut dalam eter,
kloroform, dan benzene. Pengujian kehadiran gliserol dapat dilakukan
dengan uji akrolein.
Cara kerja
Sedikan 3 buah tabung reaksi
1) Isi masing-masing dengan :
a. 10 tetes minyak (curah/kemasan)
b. 10 tetes gliserol
c. 10 tetes palmitat
2) Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi serbuk kalium hydrogen
sulfat
3) Panaskan hati-hati di atas api langsung, perhatikan asap yang terbentuk
(akrolein ditandai dengan asap putih)
4) Tuliskan persamaan reaksi dari pembentukan akrolein ini 5) Apa yang
dapat disimpulkan dari percobaan ini ?
M. Uji kolesterol
Tujuan : Mengidentifikasi adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan
secara kualitatif
Prinsip : Kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan
komponen penting yang terdapat dalam membran semua sel hidup.
Kolesterol adalah sterol utama yang banyak terdapat di alam . Untuk
mengetahui adanya sterol dan kolesterol, dapat di lakukan uji kolesterol
menggunakan reaksi warna. Salah satu di antaranya ialah reaksi Lieberman
Burchard. Uji ini positif bila reaksi menunjukan warna yang berubah dari
merah, kemudian biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi sebanding
dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.
Cara kerja
Sediakan tabung reaksi yang kering dan bersih
1) Isi dengan 5 tetes cuplikan + 1 ml kloroform + 2 ml asam asetat anhidrida
161
``
PROTEIN
A. Uji komposisi Dasar (Uji komposisi Elementer)
Tujuan : Mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein
Prinsip :
Semua jenis protein tersusun karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O),
dan nitrogen (N). Ada pula protein yang mengandung sedikit belerang (S)
dan fosfor (P). Dengan metode pembakaran atau pengabuan, akan
diperoleh unsure-unsur penyusun protein, yaitu C, H, O, dan N.
Cara kerja
Sediakan beberapa tabung reaksi bersih dan kering
1) Masing-masing diisi dengan sedikit cuplikan padat (casein) dan putih
telur atau albumin padat (tepung albumin)
2) Panaskan dengan secara berangsur-angsur dan perhatikan baunya
3) Bau rambut terbakar adalah spesifik untuk senyawa nitrogen
4) Kegosongan (warna hitam) menunjukan adanya karbon. Sedangkan
kondensasi air di bagian atas tabung menandakan adanya oksigen dan
hidrogen
162
``
B. Uji Biuret
Tujuan : Membuktikan adanya molekul-molekul peptide dari protein
Prinsip :
Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret
positif terhadap dua buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negatif untuk
asam amino bebas atau peptida. Reaksi pun positif terhadap
senyawasenyawa yang mengandung dua gugus : - CH2NH2 – CSNH2 –
C(NH)NH2, dan – CONH2. Biuret adalah senyawa denmgan dua ikatan
peptide yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea.
Cara kerja
Sediakan beberapa tabung reaksiyang bersih dan kering
1) Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing isilah dengan
larutan albumin, kasein, gelatin sebanyak 2 ml
163
``
C. Uji Ninhidrin
Tujuan : Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein
Prinsip :
Semua asam amino atau peptida yang mengandung asam α-amino bebas
akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna
biru. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna
kuning.
Cara kerja
1) Sediakan tabung reaksi masukan 1 ml larutan cuplikan ditambah dengan
1 ml 0,1 M buffer asam asetat (pH – 5) dan 20 tetes 0,1 % larutan
ninhidrin. Panaskan di atas penangas air mendidih selama 10 menit dan
perhatikan warna biru yang terbentuk. Tuliskan persamaan reaksinya.
2) Lakukan uji nin dengan albumin 2%
D. Uji Xantoprotein
Cara kerja
164
``
Cara kerja
1) Sediakan 4 tabung reaksi, masing di isi dengan 2 ml larutan cuplikan
2) Tabung pertama + tetes demi tetes asam pikrat jenuh
3) Tabung kedua + tetes demi tetes larutan T.C.A
165
``
ENZIM
Cara kerja
Teteskan air ludah di atas kertas lakmus
B. Komposisi dasar
Cara kerja
1) Uji Biuret
Siapkan beberapa tabung reaksi yang bersih dan kering
166
``
C. Penentuan pH optimum
Cara kerja
Sediakan beberapa tabung reaksi yang bersih dan kering.
1. Tabung pertama masukan 1 ml cuplikan + 1 ml amilum + 2 ml HCl
0,4 %
2. Tabung kedua masukan 1 ml cuplikan + 1 ml amilum + 2 ml asam
laktat
3. Tabung ketiga masukan 1 ml cuplikan + 1 ml amilum + 2 ml H2O
4. Tabung ke empat masukan 1 ml cuplikan + 1 ml amilum + 2 ml
Na2CO3 1%
167
``
Cara kerja
5. ml ektrak jagung + 1 ml air ludah. Simpan dalam penangas air
(370C)
• Setiap 3 menit lakukan uji yodium sampai pada pengujian terakhir
uji yodium negative.
• Hidrolisa diangkat dan dilakukan uji Benedict dan Barfoed
Uji Benedict
Cara kerja
- 1 ml larutan cuplikan + 3 ml larutan benedict, dipanaskan diatas
api langsung
Perubahan warna dan bentuk endapan merah bata menunjukan
reaksi positif.
Uji Barfoed
Tujuan : Membedakan antara monosakarida dan disakarida
Prinsip : Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam
akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan
endapan Cu2O berwarna merah bata.
168
``
Cara kerja
- 1 ml larutan cuplikan + 3 ml larutan Barfoed, dipanaskan di atas
api langsung.
Perubahan warna dan terbentuk endapan merah bata
menunjukan reaksi positif.
HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Analisis Karbohidrat
Warna
Pereaksi Cuplikan
Larutan Endapan
1.Molish Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
2.Iodium Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
3.Benedict Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
4.Barfoed Pati
Glukosa
169
``
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
5.Bial Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
6.Ozason Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
7.Seiwanoff Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
8.Asam Musat Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
170
``
Casein
2. Uji Lipida
a. Kelarutan
Tingkat kelarutan
Pelarut
Tidak Sedikit sebagian sempurna
a. Air
b.Alkohol panas
c. Alkohol dingin
d.Eter
e. Kloroform
f. Larutan natrium
karbonat 2%
b. Uji Ketidakjenuhan
Perubahan Warna
No Cuplikan
Awal Penambahan I2
1 Asam oleat
2 Asam palmitat
3 Minyak kelapa
4 Minyak sawit
5 Mentega
6 Margarin
7 Lemak sapi
No Cuplikan Penambahan
Pemanasan
KHSO4
1 Gliserol
171
``
2 Asam palmitat
3 Minyak kelapa
d. Uji Kolesterol
Perubahan warna setelah penambahan
Cuplikan pereaksi
Awal Pertengahan Akhir reaksi
a.Kolesterol
b.Minyak kelapa
c.Margarin
d.Mentega
e.Lemak sapi
3. Uji Protein
Hasil Pemanasan
Protein NaOH Warna
Bau uap
Lakmus
Casein
Albumin
telur
172
``
Hasil Pemanasan
Protein NaOH 10% Timbal
HCl
Asetat
Casein
Albumin
telur
b. Uji Biuret
Larutan Perubahan Warna Larutan setelah
Protein Penambahan NaOH dan CuSO4
Casein
Albumin
telur
Gelatin
c. Uji Ninhidrin
Larutan
Perubahan Warna Larutan setelah
Protein/Asam Penambahan Buffer asetat dan
Amino Ninhidrin
Casein
Albumin
telur
Gelatin
Glisin atau
alanine
d. Uji Xantoprotein
173
``
Larutan Asam
T.C.A Fosfotungstat Fosfomolibdat
Protein Pikrat
Casein
Albumin
telur
Gelatin
Glisin
atau
alanin
ENZIM
174
``
c. Penentuan pH optimum
Larutan Warna
Enzim Penambahan Warna
Yodium Benedict
Saliva Amilum HCl
Saliva Amilum Asam
Laktat
Saliva Amilum H2O
Saliva Amilum Na2CO3
d. Uji Aktivitas Kerja Enzim
Hasil Pemanasan
Cuplikan Penambahan Pereaksi Warna
Endapan Larutan
Hidrolisat Barfoed
Hidrolisat Benedict
PEMBAHASAN
175
``
176
``
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
177
``
178