Disusun Oleh :
R and S phrases
Klasifikasi bahaya ditunjukkan dengan tanda-tanda atau simbol-simbol bahaya
dan/atau singkatan R juga S.
Singkatan (frase) Risiko (R) dan frase Keselamatan (Safety) S juga ada yang
gabungan (gabungan singkatan R dan S).
Frase R dan S dipisahkan dengan titik-titik atau garis putus-putus yang artinya
sebagai berikut.
2
``
Ada aturan umum yang pada kasus penyediaan biasanya digunakan paling
banyak 6 singkatan untuk menyatakan tentang risiko; berkaitan dengan hal ini
singkatan yang digabung dinyatakan sebagai singkatan tunggal.
Frase R pada label demikian juga pada metode dan tujuan penyediaan yang dipakai
harus menjadi pertimbangan pada penentuan akhir dari frase S.
R-phrases:
R1 - Explosive when dry (meledak jika kering).
R2 - Risk of explosion by shock, friction, fire or other sources of ignition
(risiko meledak dengan sentakan, gesekan, kebakaran atau sumbersumber
pengapian lain).
R3 - Extreme risk of explosion by shock, friction, fire or other sources of
ignition (sangat berisiko meledak dengan sentakan, gesekan, kebakaran atau
sumber-sumber pengapian lain) .
R4 - Forms very sensitive explosive metallic compounds (membentuk senyawa
logam yang sangat muda meledak atau sensitive terhadap ledakan).
R5 - Heating may cause an explosion (pemanasan dapat menyebabkan ledakan).
R6 - Explosive with or without contact with air (meledak dengan atau tanpa
terpapar dengan udara).
R7 - May cause fire (dapat menimbulkan kebakaran).
3
``
R8 - Contact with combustible material may cause fire (Jika terpapar dengan
bahan mudah terbakar dapat menimbulkan kebakaran).
R9 - Explosive when mixed with combustible material (meledak jika
dicampur dengan bahan yang mudah terbakar).
R10 – Flammable (dapat menimbulkan nyala/dapat menyala).
R11 - Highly flammable (sangat muda menyala).
R12 - Extremely flammable (sangat-sangat muda menyala).
R14 - Reacts violently with water (sangat muda sekali bereaksi dengan air).
R15 - Contact with water liberates extremely flammable gases (jika
bersentuhan dengan air akan membebaskan gas-gas yang sangat muda sekali
menyala).
R16 - Explosive when mixed with oxidizing substances (meledak jika
dicampur dengan zat-zat pengoksidasi).
R17 - Spontaneously flammable in air (menyala dengan spontan di udara).
R18 - In use, may form flammable/explosive vapour-air mixture (pada saat
digunakan, dapat membentuk campura uap dan udara yang dapat
menyala/meledak).
R19 - May form explosive peroxides (dapat membentuk peroksida yang muda
meledak).
R20 - Harmful by inhalation (berbahaya jika dihirup).
R21 - Harmful in contact with skin (berbahaya jika kena kulit).
R22 - Harmful if swallowed (berbahaya jika tertelan).
R23 - Toxic by inhalation (beracun jika dihirup).
R24 - Toxic in contact with skin (beracun jika bersentuhan dengan kulit).
R25 - Toxic if swallowed (beracun jika tertelan).
R26 - Very toxic by inhalation (sangat beracun jika dihirup).
R27 - Very toxic in contact with skin (sangat beracun jika kena kulit).
R28 - Very toxic if swallowed (sangat beracun jika tertelan).
R29 - Contact with water liberates toxic gas (jika kena air akan membebaskan
gas beracun).
4
``
R30 - Can become highly flammable in use (dapat menjadi sangat muda
terbakar pada saat dipakai).
R31 - Contact with acids liberates toxic gas (jika kena asam akan
membebaskan gas beracun).
R32 - Contact with acids liberates very toxic gas (Jika kena dengan asam akan
membebaskan zat yang sangat beracun).
R33 - Danger of cumulative effects (berbahaya akibat pengaruh kumulatif).
R34 - Causes burns (mengakibatkan pembakaran/kebakaran).
R35 - Causes severe burns (mengakibatkan kebakaran yang parah).
R36 - Irritating to eyes (mengakibatkan irritasi pada mata).
R37 - Irritating to respiratory system (mengakibatkan irritasi pada saluran
pernafasan).
R38 - Irritating to skin (mengakibatkan iiritasi pada kulit).
R39 - Danger of very serious irreversible effects/berbahaya yang pengaruhnya
sama sekali tidak dapat balik.
R40 - Limited evidence of a carcinogenic effect/buktinya sangat sedikit
tentang pengaruh karsinogeniknya (penyebab kanker).
R41 - Risk of serious damage to eyes/risiko pada kerusakan mata sangat
parah.
R42 - May cause sensitization by inhalation/mengakibatkan sensitisasi apabila
dihirup.
R43 - May cause sensitisation by skin contact/mengakibatkan sensitisasi
apabila kena kulit.
R44 - Risk of explosion if heated under confinement/risiko meledak jikan
dipanaskan dalam keadaan tertutup.
R45 - May cause cancer/dapat menyebabkan kanker.
R46 - May cause heritable genetic damage/mengakibatkan kerusakan genetic
yang diwariskan.
R48 - Danger of serious damage to health by prolonged
exposure/berbahaya karena kerusakan serius pada kesehatan akibat terlalu
5
``
6
``
7
``
R 27/28 - Very toxic in contact with skin and if swallowed (sangat beracun
jika kontak dengan kulit dan jika tertelan).
R 36/37 - Irritating to eyes and respiratory system (Mengakibatkan irritasi
pada mata dan system pernafasan.
R 36/38 - Irritating to eyes and skin (mengakibatkan irritasi pada mata dan
kulit).
R 37/38 - Irritating to respiratory system and skin(mengakibatkan irritasi pada
system pernapasan dan kulit).
R 36/387/38 - Irritating to eyes, respiratory system and skin (mengakibatkan
irritasi pada mata, system pernapasan dan kulit).
R 39/23 - Toxic: danger of very serious irreversible effects through
inhalation (Beracun: berbahaya karena dampaknya tidak dapat disembuhkan
jika terhirup).
R 39/24 - Toxic: danger of very serious irreversible effects in contact with
skin (Beracun: berbahaya karena dampaknya tidak dapat disembuhkan jika
kena kulit).
R 39/25 - Toxic: danger of very serious irreversible effects if swallowed
(Beracun: berbahaya karena dampaknya tidak dapat disembuhkan jika
tertelan).
R 39/32/24 - Toxic: danger of very serious irreversible effects through
inhalation and in contact with skin. (Beracun: berbahaya karena dampaknya
tidak dapat disembuhkan jika terhirup dan mengenai kulit).
dampaknya tidak dapat disembuhkan jika terhirup, kena kulit, dan tertelan).
R 39/26 - Very toxic: danger of very serious irreversible effects through
inhalation (Sangat beracun: berbaahaya karena dampaknya tidak dapat
disembuhkan jika terhirup).
R 39/26/27 - Very toxic: danger of very serious irreversible effects
through inhalation and in contact with skin (Sangat beracun: berbahaya
karena dampaknya tidak dapat disembuhkan jika terhirup dan mengenai
kulit). R 39/27 - Very toxic: danger of very serious irreversible effects in
contact with skin (Sangat beracun: berbahaya karena dampaknya tidak
dapat disembuhkan jika mengenai kulit).
R 39/28 - Very toxic: danger of very serious irreversible effects if swallowed
(Sangat beracun: Berbahaya karena dampaknya tidak dapat disembuhkan
jika tetelan).
R 39/26/28 - Very toxic: danger of very serious irreversible effects through
inhalation and if swallowed (Sangat beracun: berbahaya karena dampaknya
tidak dapat disembuhkan jika terhirup dan tertelan) .
R 39/27/28 - Very toxic: danger of very serious irreversible effects in contact
with skin and if swallowed (Sangat beracun: berbahaya karena dampaknya
tidak dapat disembuhkan jika kena kulit dan tertelan).
R 39/26/27/28 - Very toxic: danger of very serious irreversible effects
through inhalation, in contact with skin and if swallowed (Sangat beracun:
berbahaya karena dampaknya tidak dapat disembuhkan jika terhirup, kena
kulit, dan tertelan).
R 68/20 - Harmful: possible risk of irreversible effects through inhalation
(Berbahaya: risiko bahayanya kemungkinan tidak dapat disembuhkan jika terhiru).
R 68/21 - Harmful: possible risk of irreversible effects in contact with
skin (Berbahaya: risiko bahayanya kemungkinan tidak dapat
disembuhkan jika kena kulit)..
R 68/22 - Harmful: possible risk of irreversible effects if swallowed
((Berbahaya: risiko bahayanya kemungkinan tidak dapat disembuhkan jika
tertelan).
9
``
10
``
11
``
S-phrases:
12
``
13
``
14
``
15
``
16
``
17
``
18
``
Pelarut organic, tuliskan data untuk semua pelarut oraganik yang digunakan pada
semua percobaan yang akan dipraktekkan (buat table baru seperti contoh di
bawah ini).
Nama Nama Rumus Berat Titik Tititk Berat Indeks Keterangan
Umum IUPAC Bangun Molekul didih leleh jenis bias
(b.p.) (m.p.)
19
``
20
``
PERCOBAAN II
21
``
22
``
Bahan :
- HCl 36%
- Pelet NaOH
- Aquades
B. DASAR TEORI
23
``
24
``
Rafinat K
Ekstraktor Kol om
B distlasi
Pada proses ekstraksi ini dapat digambarkan sebagai berikut : umpan (yang
akan diekstrak) terdiri atas dua komponen A dan B. A adalah komponen
yang akan diekstrak (zat terlarut).Ekstraksi terjadi pada bantuan zat pelarut
(komponen C).Umpan dan pelarut dicampurkan pada suatu peralatan yang
dirancang khusus dan kemudian kedua fasa dipisahkan satu sama lain.Fasa
hasil pemisahan yang banyak mengandung komponen C (pelarut) disebut
ekstrak.Fasa yang lain disebut rafinat yang banyak mengandung komponen
B.Komponen A akan dialirkan diantara kedua fasa.
Ekstraksi cair-cair merupakan suatu cara pemisahan berdasarkan
perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam dua pelarut yang
tidak saling melarutkan.Perbandingan distribusi disebut koefisien distribusi
(K).
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut pertama konsentrasi zat
terlarut dalam pelarut kedua
K=
Proses pemurnian senyawa organik hampir semuanya dirumuskan melalui
proses ekstraksi,yaitu pemisahan,senyawa cair dari pelarut air oleh pelarut
organik dengan cara mengocok dalam corong pemisah.
Pada percobaan ini,akan memisahkan asam benzoat dalam campuran toluena
asam benzoat,campuran dimasukkan ke dalam corong pemisah dan
ditambahkan larutan NaOH,dikocok untuk memudahkan pemisahan.Setelah
corong didiamkan,maka temperatur dicorong pemisah terbentuk dua
campuran,lapisan bawah berisi larutan yang mempunyai massa jenis lebih
25
``
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika,
bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam.
logam. Proses ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan
larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama
digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin
dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya
terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti halnya pada proses ekstraksi
padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan
kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
[�]
�� =
27
``
[�]
(��)
�=
(��)
28
``
Kristalisasi
Kristalisasi adalah salah satu teknik pemisahan campuran dimana dalam
suatu sistem dilakukan transfer massa zat terlarut dari larutan untuk membentuk
padatan berbentuk kristal.
Proses Kristalisasi terdiri atas dua tahapan utama, pertama ialah nukleasi
dan yang kedua ialah pertumbuhan kristal. Nukleasi adalah langkah awal
dimana molekul padatan yang terdispersi di dalam larutan akan berkumpul dan
membentuk ikatan, berkumpulnya padatan ini membentuk bibit kristal
berukuran nanometer (sangat kecil), tetapi bibit kristal ini belum stabil,
diperlukan besar ukuran tertentu sehingga bibit-bibit kristal ini berada dalam
keadaan stabil.
Dengan mengontrol kondisi tertentu (Temperatur, tingkat kejenuhan
(supersaturated), tekanan, dll) dalam sistem, maka pembentukan bibit kristal
dengan ukuran yang cukup besar dapat terjadi. Peristiwa nulkleasi ini
merupakan proses perombakan struktur atomnya, jadi bukan hanya pada
tingkatan sifat makroskopisnya, melainkan terjadi penata ulangan atom-atom
dalam senyawa tersebut membentuk struktur kristal.
Pertumbuhan kristal merupakan proses lanjutan dari nukleasi, dimana nuklei atau
bibit kristal yang telah mencapai besar ukuran tertentu akan mengikat atom-atom
29
``
lain membentuk struktur kristal yang sama sehingga ukuran kristal akan semakin
besar. Terjadinya pertumbuhan kristal ini hanya dapat terjadi karea sistem terlalu
jenuh (oleh senyawa pembentuk kristal), sehingga ukuran kristal akan bertambah
besar secara terus menerus sampai sistem (larutan) tidak lagi dalam keadaan sangat
jenuh.
Penggunaan Kristalisasi
Ada banyak sekali penggunaan kristalisasi dalam dunia industri, diantaranya:
30
``
31
``
C 6H 5CH 3 NaCl
HCL
H 2O
C 6H 5COOH NaOH
ekstraksi
C 6H 5CH 3
HCl
C 6H 5COONa pengasaman
NaOH penyaringan
H 2O
C 6H 5COOH
PROSEDUR KERJA
32
``
PROSEDUR PEMURNIAN
Pemurnian dapat dilakukan jika hasil analisis menunjukkan bahwa hasil
analisis yang diperoleh belum murni.
1) Dimasukkan asam benzoat yang dihasilkan ke dalam labu alas bulat 250 ml
berleher dua
2) Ditambahkan 40 ml air, pasang kondensor dan thermometer kemudian
panaskan campuran dengan penangas minyak hingga mendidih.
3) Jika padatan belum larut semua, tambahkan lagi air hingga semua padatan
larut.
4) Disaring segera larutan panas dengan penyaringan biasa secara hati-hati.
Bilas labu dengan air panas untuk melarutkan Kristal yang tersisa.
(Dilakukan jika terdapat kotoran pada larutan.)
5) Didinginkan larutan pada suhu kamar
33
``
DATA PENGAMATAN
2) Hasil-hasil penimbangan
35
``
36
``
PERCOBAAN III
37
``
B. Dasar Teori
Asam Salisilat
Asam salisilat dengan rumus molekulnya C 7H6O3 dengan berat molekul
138,12 g/mol tersebar luas pada berbagai tumbuhan dalam bentuk molekul-
molekul gula. Ester ini biasanya tidak dalam keadaan bebas, tetapi dalam
bentuk molekul-molekul gula.
Spesifikasi yang dimiliki oleh asam salisilat :
a. titik lelehnya 158o C – 161o C
b. Berbau aromatik
c. Berwarna putih
d. Residunya tidak lebih 0,05 %
Metil Salisilat
Metil salisilat merupakan salah satu zat kimia yang sangat penting dalam
industri kimia dengan rumus bangunnya :
b. Cara sintetik
Metil salisilat dapat diperoleh dengan cara sintesa melalui suatu reaksi
esterifikasi dari asam salisilat dengan methanol dengan asam sulfat
sebagai katalisnya.
40
``
a. Kelarutan, metil salisilat sukar larut dalam air, tetapi larut dalam
alcohol.
b. Warna berwarna kekuning-kuningan, putih, dan kemerah-merahan.
c. Spesifik grafitinya antara 1,180 s/d 1,185
d. Titik didihnya 219C s/d 224C
e. Mempunyai bau khas yang aromatic
f. Indeks bias 1,535s/d 1,538
g. Berat jenis, dalam bentuk sintetik 1,180 g/cm 3 1,185 g/cm3 dan bentuk
alaminya 1,76 g/cm3 s/d 1,85 g/cm3.
h. Disimpan dalam wadah yang tertutup
Metil salisilat banyak digunakan pada industri makanan sebagai flavour dan
senyawa ini juga terutama digunakan pada dunia farmasi sebagai campuran
dari berbagai jenis obat-obatan,antiseptic dan antifungi.
41
``
sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer
seperti asam hidroklorat encer.Hidrolisis ester dengan basa melibatkan
reaksi dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil keseluruhannya sangat mirip
sehingga dikategorikan dalam hidrolisis dengan air atau asam encer.
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah
refluks dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam
sulfat encer.
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester
dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium
hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam
encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya
lebih mudah dipisahkan.
Jika anda menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus
menambahkan asam kuat yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau
asam sulfat encer ke dalam larutan yang tersisa setelah distilasi pertama. Jika
anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion
hidrogen ini ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion
apapun) yang terdapat dalam garam membentuk asam etanoat (atau asam
propanoat, dan lain-lain). Karena asam-asam ini adalah asam lemah, maka
ketika bergabung
dengan ion hidrogen, cenderung tetap bergabung. Sekarang asam karboksilat bisa
dipisahkan dengan distilasi.
42
``
Reaksi hidrolisis ester dalam suasana asam menghasilkan asam karboksilat dan
alkohol, namun bila reaksi hidrolisis dilangsungkan dalam suasana basa
diperoleh garam karboksilat dan alkohol. Hidrolisis ester dengan basa disebut
reaksi Penyabunan (Saponifikasi).
Produk reaksi antara ester dengan amonia adalah suatu amida dan suatu alkohol.
Contoh : reaksi antara etil asetat dengan amonia menghasilkan asetamida dan
etanol.
Jika suatu ester direaksikan dengan suatu alkohol maka akan diperoleh ester
baru dan alkohol baru. Reaksi ini disebut reaksi transesterifikasi yang dapat
berlangsung dalam suasana asam dan basa mengikuti pola umum berikut ini.
Reaksi diatas disebut transesterifikasi karena terjadi pertukaran antara gugus alkil
dalam –OR1 pada ester dengan gugus alkil dalam ikatan R”O.
Reaksi antara suatu ester dengan pereaksi Grignard merupakan cara istimewa
dalam pembuatan alkohol tersier. Pola umum dari reaksi ini adalah sebagai
berikut.
Bila keton yang diperoleh di atas direaksikan lebih lanjut dengan R’’MgX maka
pada akhirnya diperoleh suatu alkohol terseir menurut persamaan reaksi berikut
ini.
44
``
Ester yang memiliki 3 sampai 5 atom karbon dapat larut dalam air dan
selebihnya tidak larut dalam air. Ester merupakan kelompok senyawa organik
yang memiliki aroma yang wangi seperti bunga dan buah sehingga banyak
digunakan sebagai pengharum (essence), sarirasa dalam industri makanan dan
minuman. Ester yang digunakan biasanya yang berwujud cair pada suhu dan
kamar.
Titik leleh dan titik didih ester lebih rendah dibanding asam karboksilat dan
alkohol asamnya. Hal ini disebabkan dalam ester tidak terbentuk ikatan
hidrogen antarmolekulnya sedangkan pada alkohol dan asam karboksilat terjadi
ikatan hidrogen antarmolekulnya. Adanya ikatan hidrogen inilah yang
menyebabkan titik leleh dan titik didih alkohol asalnya lebih tinggi.
Kelompok ester yang memiliki aroma buah disajikan pada tabel berikut ini,
(dikutib dari wikipedia.org).
45
``
Metil Salisilat
R 11 : Sangat mudah terbakar.
R 23/25 : Keracunan apabila terhirup dan tertelan.
.
Asam Sulfat ( H2SO4 )
R 35 : Dapat menyebabkan luka bakar yang berat.
S2 : Simpan diluar jangkauan anak-anak
S 26 : Apabila terkena mata, segera bilas dengan air sebanyak
mungkin dan bawalah segera ke balai pengobatan.
46
``
E. Prosedur Percobaan
1) Buat larutan H2SO4 1M sebanyak 200 mL dengan mengencerkan asam sulfat
pekat (awas panas, eksotermis)
2) Larutkan secara hati-hati (panas) 10 gram NaOH dalam 50 ml air dan
dinginkan sampai suhu kamar.
3) Setelah larutan NaOH dingin, kemudian dicampurkan dengan 5 g (0,033
mol) metil salisilat secara hati-hati dalam labu alas bulat 250 mL berleher
dua.. Padatan putih akan segera terbentuk tetapi akan larut bila dipanaskan.
4) Tambahkan 1—2 batu didih ke dalam campuran untuk mencegah
terbentuknya buih pada waktu larutan dipanaskan. Pasang kondensor
refluks dan thermometer pada labu alas bulat.
5) Panaskan larutan dengan penangas minyak dan didihkan larutan selama 20
menit.
6) Dinginkan larutan hingga suhu kamar, kemudian dipindahkan ke dalam
gelas kimia 250 ml, dan ditambahkan secara perlahan-lahan H 2SO4 1M
sampai campuran bersifat asam, yaitu pH < 7 pada kertas pH . (H 2SO4 yang
ditambahkan biasanya 120—150 mL.)
47
``
Pemurnian
1) Masukkan asam salisilat yang diperoleh (hasil hidrolisis) ke dalam alas
bulat 250 mL berleher dua.
2) Tambahkan air suling sebanyak 70 ml, pasang kondensor dan thermometer
kemudian panaskan csmpuran dengan menggunakan penangas minyak
hingga mendidih.
3) Jika padatan belum larut semuanya, tambahkan lagi air hingga semua
padatan larut.
4) Saring segera larutan panas dengan penyaringan biasa secara hati-hati. Bilas
labu dengan air panas untuk melarutkan kristal yang tersisa.
(Dilakukan bila terdapat kotoran pada larutan).
5) Dinginkan larutan (filtrat) pada suhu kamar.
6) Kristal yang terbentuk disaring dengan penyaringan vakum, menggunakan
corong Buchner.
7) Filtrat disimpan dalam lemari es, jika terbentuk Kristal, saring sebagai
fraksi kedua.
8) Kristal yang diperoleh dikeringkan pada cawan penguapan dalam oven
vakum pada suhu 50oC sampai beratnya konstan 9) Lakukan analisis
terhadap hasil yang diperoleh.
48
``
G. Metode : HIDROLISIS
H. Literatur :
Doyle M.P, Mungali W.S., “ Experimental Organic Chemistry”, John
Wiley & Sons 1980
DATA PENGAMATAN
49
``
2) Hasil-hasil penimbangan
50
``
51
``
52
``
Kesimpulan
54
``
Bahan
Asam salisilat
Methanol
H2SO4
Pelat KLT
B. Dasar Teori
Asam Salisilat
Asam salisilat dengan rumus molekulnya C 7H6O3 dengan berat molekul
138,12 g/mol tersebar luas pada berbagai tumbuhan dalam bentuk molekul-
molekul gula. Ester ini biasanya tidak dalam keadaan bebas, tetapi dalam
bentuk molekul-molekul gula.
Spesifikasi yang dimiliki oleh asam salisilat :
e. titik lelehnya 158o C – 161o C
f. Berbau aromatik
g. Berwarna putih
h. Residunya tidak lebih 0,05 %
55
``
Metil Salisilate
Metil Salisilate merupakan salah satu zat kimia yang sangat penting dalam
industri kimia dengan rumus bangun sebagai berikut :
c. Cara alami
Metil Salisilate dapat diproduksi melalui hidrolisis pada glukosa
Glautheria oleh enzim Gautherasayang terdapat pada daun tumbuhan
ghauterapracum juga pada kulit kayu Betula Lenta Linne. Selain itu
dapat puyla ditemukan pada akar tanaman Spirea ulmaira, filipendula
dan beberapa jenis spirea lain . Adapun sumber pokok metal salisilat lain
adalah bunga Acacia farnencian dan Acacia lavenia.
d. Cara sintetik
Metil Salisilate dapat diperoleh dengan cara sintesa melalui suatu
reaksi esterifikasi dari asam salisilat dengan methanol dan asam sulfat
sebagai katalisnya.
56
``
a) Kelarutan, Metil Salisilate sukar larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol.
b) Warna berwarna kekuning-kuningan, putih, dan kemerah-merahan.
c) Spesifik grafitinya antara 1,180 s/d 1,185
d) Titik didihnya 219o C s/d 224o C
e) Mempunyai bau khas yang aromatic
f) Indeks bias 1,535s/d 1,538
g) Berat jenis, dalam bentuk sintetik 1,180 g/cm 3 1,185 g/cm3 dan bentuk
alaminya 1,76 g/cm3 s/d 1,85 g/cm3.
h) Disimpan dalam wadah yang tertutup
Metil Salisilate banyak digunakan pada industri makanan sebagai
flavour dan senyawa ini juga terutama digunakan pada dunia farmasi
sebagai campuran dari berbagai jenis obat-obatan,antiseptic dan antifungi.
Metil Salisilate (minyak wintergreen atau wintergreen oil) adalah suatu ester
organik yang secara alami diproduksi oleh banyak
spesies tanaman . Beberapa tanaman yang memproduksinya disebut
wintergreens, maka nama umumnya wintergreen. Metil Salisilate (Pestisida Kimia
Kode 076.601) adalah konstituen utama minyak dari wintergreen yang merupakan
minyak wangi alami. Metil Salisilate mempunyai sifat tidak berwarna, kekuningan
atau kemerahan berminyak cair dengan bau dan rasa wintergreen . nama lain untuk
Metil Salisilate meliputi: Minyak Wintergreen (sintetis), Wintergreen Oil (sintetis),
Gautheria Oil (buatan), minyak Birch Manis, Minyak Betula, dan Minyak Teaberry.
Rumus kimia molekuler untuk Metil Salisilate adalah C 8H8O3. Berat
molekul untuk Metil Salisilate adalah 152,15 dengan komposisi terdiri atas:
C : 63,15%
H : 5,3 %
O : 31,55%
Metil Salisilate dapat dibuat melalui esterifikasi asam salisilat .
Penggunaan zat ini dalam pengobatan didasarkan pada kenyataan bahwa asam
salisilat itu bermanfaat terhadap respon fisiologi. Jika terjadi penyerapan maka
57
``
59
``
Salah satu turunan dari asam salisilat adalah Metil Salisilate. Metil
Salisilate adalah cairan kuning kemerahan dengan bau wintergreen. Tidak larut
dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter. Metil Salisilate sering digunakan
sebagai bahan farmasi, penyedap rasa pada makanan, minuman, gula-gula, pasta
gigi, antiseptik, dan kosmetik serta parfum. Metil Salisilate telah digunakan
untuk pengobatan sakit syaraf, sakit pinggang, radang selaput dada, dan rematik,
juga sering digunakan sebagai obat gosok dan balsem (Supardani, dkk., 2006).
Metil Salisilate dapat diproduksi dari esterifikasi asam salisilat dengan metanol.
Metil Salisilate secara komersial sekarang disintesis, namun di masa lalu,
iabiasanya disuling dari ranting dari Sweet Birch (Betula Lenta) dan Timur
Teaberry (Gaultheria procumbens) (Anonim ,2010).
60
``
61
``
Prosedur Pemurnian
1) Hitung (dengan grafik) tekanan yang diinginkan supaya titik didih bahan
cukup rendah.
2) Rangkai peralatan untuk distilasi vakum.
3) Yakinkan bahwa tekanan yang dihitung (1) dapat dicapai dalam peralatan
distilasi vakum kososng dengan cara menghidupkan pompa vakum.
4) Matikan pompa vakum setelah pengujian selesai dan tekanan dapat tercapai.
5) Isi labu distilasi vakum dengan yang akan dimurnikan.
6) Periksa vakum, yakinkan bahwa vakum stabil dan tekanan cukup rendah.
7) Panaskan pelan-pelan, ambil masing-masing fraksi pada tekan yang sama,
dan temperature berbeda pada tiap fraksi.
62
``
DATA PENGAMATAN
63
``
2) Hasil-hasil penimbangan
64
``
65
``
66
``
B. Dasar Teori
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asamasam amino
yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula phosphor dan ada jenis protein
yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Protein dalam bahan
makanan sangat penting dalam proses kehidupan organisme seperti hewan dan
manusia. Protein alamiah mula-mula dibentuk dari unit asamasam amino oleh
organisme tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme dari unsurunsur anorganik C,
H, O, N dan S yang ada didalam tanah atau udara. Oleh sebab itu protein yang
ada dalam bahan makanan sangat penting bahkan vital bagi manusia.
Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting dalam pemb
entukan sel-sel baru. Karena itu organisme yang kekurangan protein dalam
bahan makanannya mudah mengalami hambatan pertumbuhan. Perlu
diperhatikan bahwa didalam bahan makanan banyak terdapat berbagai jenis
protein, tetapi tidak semua protein mempunyai mutu yang sama, sehingga perlu
diperhatikan protein yang bernilai tinggi gizinya dan memberi manfaat yang
besar bagi tubuh.
Reaksi-reaksi untuk mengidentifikasi asam amino dan protein antara lain:
a. Reaksi sakaguci
Reaksi sakaguci dilakukan dengan menggunakan pereaksi nafol dan natrium
hipobromit. Pada dasarnya reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila ada
68
``
gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat
menghasilkan warna merah
b. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan
protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi
kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena
yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif jika mengandung
tirosin, fenil alanin dan triptofan
c. Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam
kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang
mengandung triptofan dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang
mengandung asam glioksilat.. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole,
asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah
larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas
antara kedua lapisan.
Reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein
d. Reaksi Ninhidrin
Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas dan protein menghasilkan warna
ungu. Reaksi ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif
protein dan produk hasil hidrolisisnya.Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan
terhadap urin untuk mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui
adanya pelepasan protein oleh cairan tubuh. Apabila ninhidrin (triketohidrin)
dipanaskan bersama asam amino, maka akan terbentuk kompleks berwarna
ungu. Kompleks berwarna ungu dihasilkan dari reaksi ninhdrin dengan hasil
reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Asam amino dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan jalan mengamati intensitas warna yang terbentuk sebanding
dengan konsentrasi asam amino. Prolin menghasilkan kompleks yang berbeda
warnanya dengan asam amino lainya. Kompleks berwarna yang terbentuk
berwarna kuning
69
``
e. Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan protein yang mengandung
asam amino dengan rantai samping gugus fenolik, akan menghasilkan endapan
putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Tetapi khusus untuk
proteosa dan pepton secara langsung akan menghasilkan larutan berwarna
merah. Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang
ternitrasi. Jika larutan protein yang dianalisis ada dalam sussana basa, maka
terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan asam, karena dalam basa ion merkuri
dalam pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH) 2. Pada penetralan ini
digunakan asam selain HCl, karena ion Cl - dapat bereaksi dengan asam nitrat
menghasilkan radikal klor (Cl.).Radikal klor dapat merusak kompleks berwarna.
Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa
merkuri dengan gugus hidroksi fenil yang berwarna. Protein yang mengandung
tirosin akan memberikan hasil yang positif.
1. Ikatan Peptida
70
``
Dua buah asam amino mengadakan ikatan peptida untuk membentuk senyawa
dipeptida. Tiga buah asam amino dapat membentuk senyawa tripeptida. Lebih
dari 100 buah asam amino dapat mengadakan ikatan peptida dan membentuk
rantai polipeptida yang tidak bercabang. Rantai polipeptida mempunyai arah.
Ujung amino diambil sebagai ujung awal rantai polipeptida,dan ujung
karboksilat sebagai ujung akhir
Pada beberapa protein terdapat rantai cabang yang mengadakan ikatan silang
yang disebut ikatan disulfida. Adanya ikatan disulfida diakibatkan oleh
terjadinya oksidasi dari dua residu sistein menghasilkan suatu senyawa sistin
(cystine).
Pada polipeptida, rantai utama yang menghubungkan atom C-C-C disebut
rantai kerangka molekul protein, sedangkan atom di sebelah kanan dan kiri
rantai kerangka disebut gugus R atau rantai samping.
71
``
Sebagai contoh ikatan hidrogen, ikatan hidrofob/ikatan apolar, ikatan ion atau
ikatan elektrostatik dan ikatan Van der Waals.
4) Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti: pH, radiasi,
temperatur, dan medium pelarut.
5) Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping
yang reaktif dan susunan khas struktur molekulnya.
6) Beraksi positif terhadap pereaksi uji-uji yang spesifik seperti: Biuret, Ninhidrin
dan Millon, Xantoprotein, Sakaguchi, Adamkiewitz.
2. Denaturasi Protein
Denaturasi protein adalah perubahan struktur sekunder, tersier dan kuartener tanpa
mengubah struktur primernya (tanpa memotong ikatan peptida).
Karena itu denaturasi dapat berarti suatu perubahan atau modifikasi terhadap
struktur sekunder, tersier dan kuartener molekul protein tanpa terjadi
pemecahan ikatan kovalen. Atau dapat pula diartikan sebagai suatu proses
pecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan Van der Waals, dan
terbuka atau tidaknya ikatan molekul. Pada umumnya protein yang sudah
didenaturasikan kelarutannya berkurang atau hilang sama sekali, dan ada pula
yang membentuk endapan pada bagian dasar larutan. Hal ini disebabkan karena
lapisan protein bagian dalam yang bersifat hidrofobik terbalik keluar dan bagian
luarnya yang bersifat hidrofil terlipat ke dalam atau kebalikannya, terutama jika
larutan protein telah mendekati pada isoelektrik hingga protein menggumpal
dan akhirnya mengendap (Lehninger,1990).
73
``
3. Macam-macam protein
Berdasarkan susunan kimia dari protein, maka protein terbagi dalam tiga golongan
yaitu :
1) Protein sederhana
74
``
4. Susunan Protein
Protein sesungguhnya bukan merupakan zat tunggal. Protein terdiri dari unsur-
unsur pembentuk yang disebut asam amino. Jumlah dan macam asam amino
yang membentuk tiap macam protein tidak sama. Jenis protein yang baik akan
mengandung semua jenis asam amino dalam jumlah yang cukup. Beberapa
macam asam amino yang dianggap penting sekali untuk pertumbuhan tubuh
dan untuk mendapatkan keseimbangan nitrogen dalam tubuh manusia. Asam
amino yang termasuk golongan ini disebut asam amino esensial, yang harus
terdapat dalam makanan sehari-hari karena digunakan untuk pemeliharaan sel-
sel, dan tak dapat dibuat sendiri oleh tubuh. Penggolongan asam amino
esensial seperti : alanin, asam asparat, asam glutamate, glisin, hidroksi prolin,
serin, prolin, sistein, sistin dan tirosin. Jadi protein akan terdiri dari beberapa
molekul asam amino yang bergabung bersama-sama membentuk protein.
5. Kualitas protein
Suatu protein dapat digolongkan sebagai protein yang baik apabila protein itu
mengandung kesepuluh macam asam amino esensial dalam jumlah yang cukup.
Protein yang demikian itu disebut protein sempurna. Contoh dari protein
sempurna adalah protein susu, daging, ikan, telur dan protein yang berasal dari
hewan. Dari jenis tumbuh-tumbuhan, protein dari kacang-kacangan yang dapat
digolongkan kedalam protein yang hampir sempurna.
75
``
6. Fungsi Protein
Protein adalah unsur yang terpenting didalam semua sel makluk hidup. Tanpa
adanya protein, tidak akan dapat dibentuk sel makluk itu. Secara garis besar,
fungsi protein bagi tubuh manusia antara lain :
a. Untuk membangun sel-sel jaringan tubuh manusia.
b. Untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak
c. Membuat protein darah
d. Untuk menjaga keseimbangan asam basa dari cairan tubuh
e. Sebagai pemberi kalori
76
``
Penentuan jumlah protein secara tidak langsung yang umum dilakukan adalah
dengan menentukan jumlah nitrogen (N) yang dikandung oleh suatu bahan.
Cara penentuan ini dikembangkan oleh Kjeldahl yang pada dasarnya dapat
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
a. Tahap destruksi
Pada tahap destruksi ini berfungsi untuk memutuskan ikatan NH 2 dari
senyawanya. Sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Asam sulfat yang dipergunakan untuk
destruksi diperhitungkan adanya bahan protein, lemak dan karbohidrat. Untuk
emmpercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator, titik didih asam
sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi lebih cepat. Proses destruksi telah
selesai apabila larutan telah menjadi hijau jernih. Untuk mempercepat destruksi
perlu ditambah katalisator :
- Campuran Na2 SO4 & Hg0 ( 20 : 1 )
K2 SO4
Cu SO4
Reaksi pada saat destruksi adalah sebagai berikut:
( CHON ) + On + H2 SO4 → CO2 + H20 +(NH4 )2 S04 Atau:
2CH3CH2NH2COOH + H2SO4 (NH4)2SO4
b.Tahap Distilasi
Amonium Sulfat hasil destruksi dipecah menjadi amonia (NH3) dengan cara
penambahan NaOH dan pemanasan.
77
``
c.Tahap Titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam klorida maka sisa asam klorida
yang tidak bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar. Akhir
titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan
tidak hilang selama 30 detik. Jika digunakan asam borat sebagai penampung
destilat maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat
dititrasi dengan menggunakan asam klorida 0,1N. Setelah diperoleh % N 2,
selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor.
Apabila digunakan HCI (sebagai penampung destilat), maka sisa HCI yang
tidak bereaksi dengan NH3 dititrasi dengan NaOH (0,1 N). Persentase N dapat
dihitung dengan rumus dibawah
(� − �)� � � 14,008
����� � = � 100%
�
H2BO3- + H+ → H3BO3
Setelah diperoleh persentase N maka kadar protein sampel dapat dihitung dengan
cara mengalikannya dengan faktor konversi N.
78
``
C. Prosedur Percobaan
Persiapan sampel
1) Disiapkan 3 biji garam kjeldahl atau 7 g katalis campuran untuk
dimasukkan ke dalam setiap tabung destruksi
2) Ditimbang sampel masing-masing, misalnya: tempe seberat 1,5 gram, serta
kuning telur 2 gram, dan putih telur sebanyak 2 gram pula, dan masing-
masing sampel dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang berisi katalis.
3) Ditambahkan 25 ml H2SO4 98% (pekat) ke dalam masing-masing tabung
destruksi.
79
``
Tahap destruksi
1) Tabung-tabung destruksi dipasang pada alat pemanas.
2) Tabung destruksi dilepaskan dari pemanas atau proses destruksi dihentikan
bila bahan telah berubah warna menjadi hijau jernih.
3) Didinginkan pada suhu kamar.
Tahap distilasi
1) Peralatan distilasi dirangkai.
2) Larutan (sampel) yang diperoleh dimasukkan ke dalam labu distilasi
3) Ditambahkan NaOH 30% sebanyak 100 ml kedalam labu distilasi atau sampai
campuran berwarna gelap.
4) Disediakan asam borat 2% sebanyak 100 mL dalam Erlenmeyer 250 mL.
5) Distilasi dijalankan dengan memasang labu distilasi pada rangkaian peralatan
distilasi dan distilat ditampung pada erlenmeyer yang berisi asam borat.
6) Proses distilasi dihentikan apabila distilat yang diperoleh dan asam borat
mencapai 150 ml pada erlenmeyer dan residu dibiarkan terbuang dengan
pengisapan.
Tahap titrasi
1) Distilat yang telah dihasilkan dari proses distilasi dititrasi dengan larutan
HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah jambu. Kemudian
catat volume penitrasi.
2) Dengan cara yang sama dilakukan untuk blanko.
80
``
Daftar Pustaka.
Doyle M.P, Mungali W.S., “ Experimental Organic Chemistry”,
John Wiley & Sons 1980
HASIL PENGAMATAN
• Tetapan Fisis
Tetapan Fisis
H2O H2SO4 HCl NaOH
(Literatur)
81
``
BM (g/mol) 18,02 …. …. ….
T. Leleh (C) 0 100 …. …. ….
T. Didih (C) 1,004 …. …. ….
82
``
83
``
PERCOBAAN VI
84
``
JUDUL
PEMBUATAN RESIN UREA FORMALDEHID
• PERINCIAN KERJA
Melakukan pemanasan pada kondisi refluks
Mengambil sample pada waktu tertentu
Melakukan analisa terhadap sample
• DASAR TEORI
Makromolekul (polimer) adalah molekul raksasa dengan rantai sangat
panjang yang terbentuk dari molekul-molekul sederhana
(monomermanomer). Reaksi pembentukan polimer ini dikenal dengan
istilah
polimerisasi.
Ditinjau dari jenis manomernya, senyawa polimer dapat dikelompokkan
menjadi dua, sebagai berikut :
a. Homopolimer, yaitu polimer hasil reaksi monomer-manomer yang sejenis.
Struktur homopolimer adalah :
A A A A
b. Kopolimer, yaitu polimer hasil reaksi monomer-manomer yang lebih dari
sejenis. Struktur kopolimer adalah :
A B A B
Ditinjau dari sifat kekentalannya, senyawa-senyawa polimer dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Polimer termoplastik, yaitu polimer yang bersifat kenyal apabila
dipanaskan dan dapat dibentuk menurut pola yang kita inginkan. Setelah
86
``
Semenjak ditemukan oleh John Wesley Hyatt dari Amerika Serikat pada
tahun 1968, plastic segera menjadi primadona industri kimia. Barang-barang
plastic membuat kehidupan kita semakin mudah dan makin menyenangkan.
Dalam banyak hal, plastic telah menggantikan kapas, logam, kayu, dan
material lainnya sebab plastic memiliki banyak keunggulan antara lain tahan
karat, lenih ringan, tidak menghantar listrik, mudeah dibentuk sesuai
keinginan, dapat diproduksi dengan biaya rendah dan merupakan alternative
bagi material lain yang jumlahnya dialam semakin terbatas.
88
``
1) Perbandingan umpan
Umumnya , Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada
percobaan ini adalah 1,25 dimana perbandingan umpan berada pada batas
standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range
antara 1,25 – 2,0 hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk
89
``
tidak kental dan tidak encer. Sehingga mempermudah analisis baik analisis
densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Besarnya perbandingan
mol umpan formalin dengan urea sangat mempengaruhi pada produk
(polimer) yang dihasilkan, bila perbandingan umpan kurang dari 1,25 maka
resin yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang rendah dan
menghasilkan polimer yang kekerasan dan kepadatannya rendah ,sedangkan
bila perbandingan umpan lebih dari 2 maka resin yang dihasilkan memiliki
kadar formalin yang tinggi dan menghasilkan polimer yang kekerasan dan
kepadatannya tinggi.
2) Pengaruh pH
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi selama
proses kondensasi polimerisasi terjadi . Dalam suasana asam akan terbentuk
senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga
molekul polimer yang dihasilkan rendah. Senyawa Goldsmith tidak
diinginkan karena mempunyai rantai polimer lebih pendek tetapi stabil
terhadap panas. Dalam suasana basa kuat , formaldehid akan bereaksi secara
disproporsionasi dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam karboksilat
dan sebagian tereduksi menjadi alkohol. Reaksi yang terjadi adalah :
90
``
K = A e-Ea/RT
91
``
• PROSEDUR KERJA
1) Masukkan formaldehid kedalam labu alas bulat sebanyak 600 mL
92
``
• ANALISIS
Tes I. Penentuan kadar formaldehid bebas
Analisis kadar formaldehid bebas dengan hidroksilamin hidroklorida.
Dasar reaksi
CH2O + NH2-OH.HCl CH2=N-OH + HCl + H2O
HCl yang terbentuk ekivalen dengan kadar formaldehid bebas dalam
larutan.
Prosedur:
93
``
= �
. �. �
Prosedur
94
``
95
``
Stroke cure adalah waktu yang dibutuhkan agar resin berubah dari
keadaan cair/fusible sampai pengaduk sulit digerak-gerakkan, pada
pengadukan dengan kondisi tempertur tertentu dalam cawan kuningan.
Tes dilakukan di atas “hot plate” yang dapat meanaskan antara 100—
300o C. Temperatur diamati dengan thermometer yang dicelupkan di
dalam gelas kimia berisi air atau gliserin yang dipanaskan di atas “hot
plate” yang sama.
Hidroksilamine HCl
R 20/22 : Berbahaya apabila terhirup dan tertelan.
R 36/38 : Dapat menyebabkan gangguan pada mata dan iritasi pada
kulit.
S2 : Simpan diluar jangkauan anak-anak
S 13 : Simpan terpisah dari makanan, minuman dan bahan makanan
ternak.
Urea
S 22 : Jangan menghirup debunya.
S 24/25 : Hindari sentuhan dengan kulit dan kena mata.
Formaldehyde
R 23/24/25 : Keracunan apabila terhirup, bersentuhan dengan kulit dan
tertelan.
R 34 : Dapat menyebabkan luka bakar.
R 40 : Kemungkinan timbul resiko karena efek yang tidak dapat
berubah.
R 43 : Dapat menjadi penyebab kepekaan apabila bersentuhan
dengan kulit.
S 26 : Apabila terkena mata, segera bilas dengan air sebanyak
mungkin dan bawalah segera ke balai pengobatan.
96
``
DATA PENGAMATAN
Formaldehid yang digunakan = ……………… g
Urea yang digunakan = ……………….g
Katalis (NH3) yang digunakan = …………….....g
Na2CO3 yang digunakan = ……………….g
Tabel pengamatan
Volume NaOH 0,25 N
No. Viskositas Berat Pikno +
pH (ml) untuk titrasi
Sampel (waktu (s) Sampel (g)
I II
0
1
2 (0’)
3(15’)
4(30’)
5(60’)
6(90’)
7(120’)
Blanko
(air)
98
``
G3 G1
% resin = x 100 %
gr resin
PERHITUNGAN
99
``
100
``
= 111 g
111 g
=
30 g /mol
= 3,7 mol
Perbandingan mol F/U = 1,5
102
``
Untuk sample 0
gr CH2O 3x39,20x0,25
=
100ml larutan 1
= 29,40
PERCOBAAN VII
103
``
B. DASAR TEORI
1. Isoflavonoid
Obesitas dengan permasalahannya telah merupakan masalah epidemic
didunia, kondisi mana juga mencuat di Indonesia. Survei morbidilitas yang
104
``
merupakan bahagian dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
di Indonesia memperlihatkan kecenderungan kenaikan prevalensi obesitas
khususnya pada wanita sejalan dengan pertambahan usia (mencapai 41-50%
pada usia di atas 55 tahun).
Studi epidemiologis oleh Imdonesia Society for the Study of Obesity
( ISSO, HISOBI ) yang dilaksanakan pada tujuh kota besar di Indonesia
Termasuk Medan dan melibatkan 6318 subjek usia 20 tahun ke atas dari
berbagai suku memperlihatkan prevalensi kumulatif overwight (menggunakan
batasan IMT 2324,9 kg/m2) rata-rata 46,45%. Sebagai perbandingan, prevalensi
kombinasi overwight dan obesitas pada orang dewasa di Malaysia berkisar
antara 26%-53% (rata-rata 39%).
Selain risiko diabetes mellitus tipe-2 dan penyakit kardiovaskular, tingginya
angka kematian pada obesitas juga dikaitkan dengan beberapa penyakit lain.
Dikemukan bahwa jaringan visera merupakan factor risiko independent
obesitas abdominal pada inti problem sindrom metabolic (MetS). Penelitian di
Eropa dan Jepang memperlihatkan bahwa salah satu factor risiko penyebab
emboli paru pada populasi wanita adalah kelompok yang memiliki IMT ≥ 25,0
kg/m2.
Penguatan potensi terjadinya trombisit akut berpengaruh pula terhadap
meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular, dihubungkan dengan
hiperinsulinemia dan toleransi glukosa terganggu yang dapat berlangsung pada
obesitas. Lebih lanjut dikemukakan bahwa obesitas visera ( dalam kondisi
hiperinsulinemia) berhubungan dengan penurunan konsentrasi sex hormone
binding (SHBG) dan kenaikan konsentrasi androgen bebas.
Ditemukan leptin (suatu protein) dalam riset jaringan adiposit khususnya
pada bagian visera abdomen, membuktikan bahwa jaringan adipose juga
merupakan organ endokrin. Pada penelitian lanjut ditemukan pula beberapa
substansi protein lainnya berupa sitokin atau molekulmenyerupai sitokin yang
dikelompokan sebagai adipositokin atau adipokin. Beberapa dari protein in
berperan sebagai sitokin imflamasi, fungsi metabolism lemak, sementara yang
lainnya berperan dalam hemostasis vascular, siste komplemen serta beberapa
105
``
106
``
107
``
alternative pengganti pola diet rendah lemak tinggi karbohidrat, khususnya pada
hipertrigliseridemia. Penambahan 25 sampel 50 gram protein kedelai/hari dalam
hal ini dapat memperbaiki factor-faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Dilaporlkan bahwa dengan pemberian 25 gram protein kedelai yang
mengandung 37-62 mg isoflavon tyerbukti bermakna menurunkan kadar
kolestrol –total dan LDL- kolesterol. 26,28,31 Cassidy et al. Melaporkan dari
penelitiannya pada sekelompok wanita usia muda bahwa 45 mg isoflavonoid
dan bukan 23 mg isoflavonoid, menyebabkan penurunan konsentrasi kolesterol
total dan LDL kolesterol yang bermakna. Nestle et al. 1997 (dikutip dari
Lichtenstein) sebaliknya mengemukakan bahwa pemberian 45 mg genistein
selama 4-10 minggu ternyata tidak memberikan pengaruh bermakna pada
konsentrasi lipid darah. Meta analisis dari beberapa penelitian menunjukan
bahwa konsunsi protein kedelai setiap hari dapat menurunkan masing-masing
9,3 % kadar kolesterol-total serum, 12,9 % kadar LDL kolestrol dan 10,5%
kadar trigliserida; pengaruh mana terutama diperlihatkan pada keadaan
hiperkolesterolemia, tidak pada subjek dengan kadar kolesterol normal atau
kurang dari 200 mg/dl. Perubahan konsentrasi trigliserida dalam hal ini juga
sangat tergantung pada konsentrasi di awal penelitian. Dikemukakan pula efek
langsung protein kedelai yang dapat menekan sekresi insulin dan glucagon
sehingga menghambat lipogenesis, serta pengaruhnya terhadap reseptor LDL
selain pengaruh positif isoflavon, kandungan seratnya dapat menurunkan kadar
kolesterol.
Isoflavonoid adalah senyawa 15 karbon yang mirip seperti flavonoid hanya saja
cincin B pada isoflavonoid tertempel pada atom karbon posisi ketiga pada
cincin karbon di tengah. Isoflavonoid terutama terdapat pada anggota subfamili
kacangkacangan yaitu Papilionoideae contohnya kacang kedelai (Glycine max)
atau semanggi (Trifolium spp).
Fungsi
109
``
110
``
2. Ekstraksi
Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada
ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin)
ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal
itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang
besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
111
``
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan
kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya
kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya
sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-kornponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal
tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam)
untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga
disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan
mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
Titik didih
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak
dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga
pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan
massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan
112
``
pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan
melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam
bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi
larutan dengan larutan di luar bahan.
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.
Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut.
a. Cara Dingin
• Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metoda pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti
dilakuakn pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarutsetelah dilakukan ekstraksi
maserat pertama dan seterusnya.
• Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya pada suhu ruang. Prosesnya
didahului dengan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak) secara
terus menerus samapai diperoleh ekstrak perkolat yang
jumlahnya 1-
5 kali bahan
b. Cara Panas
• Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperature didihnya
selamawaktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative
konstan dengan adanya pendingin balik
• Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinyu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan
adanya pendingin balik.
• Digesi, adalah maserasi kinetik pada temperature lebih tinggi
dari temperature kamar sekitar 40-50 C
113
``
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa
yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut
dalam pelarut polar dan sebaliknya.
114
``
Karena tidak ada pelarut yang sesuai dengan semua persyaratan tersebut,
maka untuk setiap proses ekstraksi harus dicari jenis pelarut yang paling
sesuai dengan kebutuhan.
3. Aspek Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis
1) Aspek Kualitatif ;
Data spektra UV-Vis bila digunakan secara tersendiri, tidak dapat digunakan
unutk identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi, bila
digabung dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi
magnet inti, dan spektroskoppi massa, maka dapat digunakan untuk maksud
analisis kualitatif suatu senyawa tersebut.
a. Serapan (absorbansi) berubah atau tidak karena perubahan pH. Jika berubah
bagaimana perubahannya apakah batokromik ke hipsokromik dan sebaliknya
atau dari hipokromik ke hiperkromik, dsb.
2) Aspek Kuantitatif ;
Suatu berkas radiasi dikenakan pada larutan sampel (cuplikan) dan intensitas
sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Intensitas atau kekuatan
radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas
penampang per detik.
115
``
I = I0 e-kbc
dan bila persamaan di atas diubah menjadi logaritma basis 10, maka akan
A = abc
Bila Absorbansi (A) dihubungkan dengan Transmittan (T) = I/I o maka dapat
diperoleh
A=log 1/T .
116
``
Salah satu hal yang penting juga diingat adalah untuk menganalisis secara
spektrofotometri UV-Vis diperlukan panjang gelombang maksimal. Adapun
beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal,
yaitu :
Jika dalam analisis suatu unsur tidak memenuhi Hukum Beer, maka
absorbansi tidak setara dengan konsentrasi. Jika ingin mengetahui apakah
suatu unsur memenuhi Hukum Beer atau tidak maka perlu ditentukan grafik
kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika
dalam range (cakupan) konsentrasi hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita
hanya bekerja pada linear range. Seringkali sampel yang dianalisa akan
memiliki absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan standar. Jika kita
117
``
berasumsi bahwa kalibrasi tetap linier pada konsentrasi yang lebih tinggi
Dengan cara ramalan kalibrasi yang linier [itu]. Hal ini tidak boleh diilakukan
karena bagaimanapun, ketika kita tidak bisa mengetahui apakah hukum Beer
masih terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi. Jika Hukum Beer
tidaklah terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi, hasil dari pengukuran
akan merupakan suatu kesalahan besar ( ketelitian sangat kecil)
Sekalipun standar lebih lanjut disiapkan dan kurva dicoba ke data, ketepatan
dari hasil akan sangat lemah dalam kaitan dengan ketidak-pastian di (dalam)
membaca konsentrasi dari kurva.
Oleh karena itu, larutan yang memiliki absorbansi lebih tinggi dari larutan
standar harus diencerkan sampai memenuhi konsentarasi larutan standar yang
telah ada.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Penyediaan Tempe Bebas Lemak
1. Tempe digerus dengan lumpang sampai cukup halus, lalu ditimbang
sebanyak 15 g ke dalam erlemeyer tutup asah.
2. Tambahkan n-heksan sebanyak 150 mL, kocok selama 5 menit baru
disimpan pada suhu kamar selam 90 menit, tetapi setiap selang waktu
15 menit dikocok lagi selama 5 menit.
3. Campuran dipisahkan dengan cara dekantasi (diendap-tuangkan),
residu tempe tetap dalam Erlenmeyer, pelarut ditampung dalam
wadah bersih.
4. Residu tempe ditambah lagi n-heksan 100 mL, dikocok lagi selama 5
menit baru disaring, filtrat (pelarut) dicampur dengan pelarut pada
prosedur no. 3.
5. Residu tempe dikeluarkan dari Erlenmeyer, ditempatkan pada
selembar kertas atau wadah kering, baru dikering-anginkan pada suhu
kamar.
6. Tempe kering yang diperoleh di sini adalah tempe bebas lemak,
lemak sudah terlarut ke dalam n-heksan.
b. Ekstraksi Flafonoid dari Tempe Bebas Lemak
118
``
119
``
x100% m
120
``
As
Cs
DATA PENGAMATAN
2) Hasil-hasil penimbangan
(2)
(3)
(4)
122
``
(5)
7) Kurva Standar
123
``
124
``
PEMBAHASAN
125
``
126
``
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
127
``
PERCOBAAN ALTERNATIF I
1. Peralatan
1) Kuvet
2) Labu takar 100 mL dan 50 mL
3) Batang pengaduk
4) Bola hisap
5) Pipet tetes
6) Gelas kimia 500mL, 100mL dan 50 mL
7) Corong pisah
8) Pipet ukur 10mL, 5mL, dan 1Ml
128
``
9) Spatula
10) Spektrofotometri UV-VIS
11) Corong gelas
12) Statp dan kelem buret
13) Buret
14) Neraca analitk
15) Corong Buchner
16) Erlenmeyer tutup asa
17) Kondensor tegak
18) Pompa vakum
2. Bahan
1) Larutan induk Kafein 100 ppm 2) Aquadest
3) HCl 0,2 N 4) Khloroform
B. DASAR TEORI
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine
bersama sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang
sistem saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit
(Phytomedical Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C 6 H10 O2, dan
struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin . Kafein merupakan jenis alkaloid
yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola,
biji coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul
194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C 8H10N4O2 dan pH 6,9 (larutan kafein
1 % dalam air ). Secara ilmiah, efek kafein terhadap kesehatan sebetulnya
129
``
tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi
pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah
(neuroses), tidak dapat tidur (insomnia) dan denyut jantung tak beraturan
(tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein dibandingkan jenis
tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji kopi dan daun
teh yang sangat cepat, sementara penghancurannya sangat lambat.
Kafein 1,3,7-trimetil-1H-purin-2,6(3H,7H0-dion, rumus molekul
C8H10N4O2, merupakan alkaloid ksantin (purin), terutama di temukan dalam
daun teh (Camelia sinensis) dan biji kopi (Coffee arabica). Kafein memiliki
sifat fisis seperti berbentuk Kristal dengan warna putih, memiliki titik leleh
234ºC, larut dalam air (15 mg/mL) dan kloroform serta memiliki rasa yang
agak pahit (British Pharmacopeia, 1993).
Kafein merupakan senyawa alkaloid dari keluarga methylxanthine yang
dapat ditemukan dalam daun, biji ataupun buah dari hampir 63 spesies
tanaman di dunia. Sumber kafein yang paling sering ditemukan adalah kopi,
biji kokoa, kacang kola, dan daun teh (Wanyika et al, 2010).
Tabel 1. Kandungan Kafein dalam Makanan/Minuman (Purba, 2011)
Secangkir kopi 85 mg
Secangkir teh 35 mg
Sebotol Coca-Cola 35 mg
Minuman energy 50 mg
130
``
Farmakodinamik Kafein
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos, terutama otot polos bronchus,
merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan dieresis
(Farmakologi UI, 1995).
a. Jantung
Kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung,
sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan
tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif mungkin menyebabkan
aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang premature.
b. Pembuluh darah
Kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah
koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh darah
c. Sirkulasi Otak
Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan aliran darah dan
O2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade adenosineoleh
Xantin
d. Susunan Saraf Pusat
Kafein merupakan perangsang SSP yang kuat. Orang yang mengkonsumsi
kafein tidak terlalu merasa kantuk, tidak terlalu lelah, dan daya pikirnya lebih
cepat serta lebih jernih. Tetapi, kemampuannya berkurang dalam pekerjaan
yang memerlukan koordinasi otot halus (kerapian), ketepatan waktu atau
ketepatan berhitung. Efek diatas timbul pada pemberian kafein 82-250 mg
(1-3 cangkir kopi).
e. Diuresis
Kafein dapat menyebabkan diuresis dengan cara meninggikan produksi urin
atau menghambat reabsorbsi elektrolit ditubulus proksimal. Akan tetapi efek
yang ditimbulkan sangat lemah.
Farmakologi Kafein
131
``
Farmakokinetik Kafein
Kafein diabsorpsi secara cepat pada saluran cerna dan kadar puncak dalam
darah dicapai selama 30 hingga 45 menit (Sukandar dkk, 2008). Pada orang
dewasa yang sehat jangka waktu penyerapannya adalah 3-4 jam, sedangkan
pada wanita yang memakai kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah 5-10
jam. Pada bayi dan anak memiliki jangka waktu penyerapan lebih panjang
(30 jam). Kafein dapat melewati plasenta dan lapisan darah-otak dikarenakan
sifatnya yang hidrofobik (Albina et al, 2002).
Kafein diuraikan dalam hati oleh sistem enzim sitokhrom P 450 oksidasi
kepada 3 dimethilxanthin metabolik, yaitu :
a. Paraxanthine (84%), mempunyai efek meningkatkan lipolisis,
mendorong pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas didalam
plasma darah
b. Theobromine (12%), melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan
volume urin. Theobromine merupakan alkaloida utama didalam
kokoa
(coklat)
c. Theophyline (4%), melonggarkan otot saluran pernafasan, digunakan
pada pengobatan asma.
132
``
133
``
1) Persiapan Bahan
(1) Ditimbang sampel tablet kafein seberat 0,6823 g ke dalam gelas piala 200
mL;
(2) Dipanaskan sampai mendidih selama 10 menit;
(3) Disaring dalam keadaan panas dengan dua macam kertas saring secara
berurutan, pertama disaring dengan kertas saring kasar, kedua filtrate
pertama disaring lagi dengan kkertas saring whatman 41, kemudian
didinginkan;
(4) Setelah dingin, filtrate dipindahkan ke dalam corong pemissah;
(5) Diekstraksi 2 x 25 mL dengan menggunakan chloroform atau metilen
klorida;
(6) Lapisan organik yang diperoleh disatukan, dan dimasukkan lagi ke dalam
corong pisah bersih, dan diekstraksi kembali dengan 2 x 25 mL HCl 0,2
N;
(7) Lapisan HCl disatukan dan siap diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV?Vis pada panjang gelombang maksimum, dan
konsentrasi kafein ditentukan dengan metode kurva standar.
134
``
(1) Disediakan larutan kafein 1000 ppm sebanyak 100 mL dengan pelarut
HCl
0,1 N;
(2) Disediakan 5 buah labu takar bersih volume 50 mL;
(3) Disediakan larutan kafein standar dengan konsentrasi berturut-turut 0, 2,
4,
6, 8, dan 12 ppm sebanyak 50 mL dengan pelarut HCl 0,2 N;
(4) Larutan kafein standar diukur serapannya dengan spektrofotometer
UV/Vis pada panjang gelombang maksimum.
135
``
136
``
4. Metode Titrasi
137
``
b. Penetapan kadar
(1) Ditimbang sampel kafein ± 0,6 atau serbuk berkafein sebanyak 2
bungkus, lalu timbang serbuk sampel tersebut setara dengan berat
rataratanya (untuk sampel minuman di ukur 100,0 ml larutan sampel);
(2) Dilarutkan dengan 50 ml air suling (untuk sampel minuman tidak
perlu ditambah air) kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah.
(3) Diekstraksi 3 kali dengan kloroform masing – masing sebanyak 10
ml.
(4) Ekstrak kloroform ditampung di dalam cawan penguapan dan
diuapkan diatas uap air sampai kering.
(5) Ekstrak kering tersebut dilarutkan didalam 20 ml air lalu dididihkan;
(6) Larutan didinginkan, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100
ml secara kuantitatif.
(7) Ditambahkan 5 ml H2SO4 4 N dan 50.0 ml larutan baku I 2 0,1 N serta
20 ml larutan NaCl jenuh.
(8) Selanjutnya dicukupkan volumenya sampai tanda batas.
(9) Dikocok dan dibiarkan selama 5 menit ditempat gelap kemudiaan
disaring.
(10) Kurang lebih 10 ml filtrat pertama dibuang, lalu diukur 25,0 ml
filtrat/ hasil saringan tersebut dan dimasukkan ke dalam erlemeyer
bertutup asa.
138
``
b. Pengenceran
139
``
1) Dipipet 2 mL larutan contoh dari labu ukur 100 mL ke dalam labu ukur
10 mL
2) Diimpitkan sampai batas garis dengan kloroform
e. Pengukuran
Mengukur larutan sampel, standar, dan blanko dengan spekrofotometer
UV/Vis pada λ maksimum.
D. HASIL PENGAMATAN
140
``
1 HCl 0,2 N
2 Khloroform
3 Metilen
Klorida
4 KI
5 K2Cr2O7
6 H2SO4
7 I2
8 NaHCO3
9 NaCl
10 MgO
11 KOH
12 Aseton
141
``
142
``
PENGOLAHAN DATA/PERHITUNGAN
143
``
PEMBAHASAN
144
``
145
``
KESIMPULAN
146
``
I. KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang banyak dijumpai di
alam, terutama sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan.
Senyawa karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidraksi keton
yang mengandung unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O)
dengan rumus empiris total (CH2O)n.
Karbohidrat dibagi dalam 3 golongan :
• Monosakarida, cuplikanh : glukosa, manosa, arabinosa
147
``
148
``
149
``
PERSIAPAN CUPLIKAN
Persiapan cuplikan harus disiapkan juga dengan baik dan benar.
Sebelum menentukan jenis karbohidrat yang terdapat dalam suatu bahan,
maka harus diperiksa terlebih dahulu cuplikan/sampel tersebut apakah
berbentuk padat atau larutan. Mungkin saja bahan terdiri dari atas satu atau
dua jenis karbohidrat. Larutan yang bersifat alkali, perlu dinetralkan terlebih
dahulu atau buat sedikit asam dengan HCL encer. Di bawah ini langkah kerja
penyiapan larutan sampel yang digunakan dalam praktikum.
Persiapan sampel
1. Jagung,dedak atau rumput, dikeringkan pada suhu 50 0C selama 48
jam. Kemudian ditumbuk sampai halus.
2. Masukan 100 gr bahan halus sample (no 1 ) ke dalam labu erlenmeyer
dan larutkan dengan 1000 ml aquadest. Didihkan selama 1 jam
( sewaktu-waktu perlu di aduk ).
3. Dalam keadaan panas-panas saring dengan bantuan kertas filter.
4. Filtrat yang diperoleh, siap dijadikan larutan cuplikan
150
``
A. PENENTUAN KARBOHIDRAT
a. Uji Yodium
Tujuan : Menentukan karakteristik pati/amilum melalui Uji yodium yang
merupakan uji umum untuk amilum.
Prinsip :
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks
adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan yodium akan
menghasilkan warna biru, dektrin menghasilkan warna merah anggur,
sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan
iodium membentuk warna merah coklat.
Alat dan bahan :
1. Plat tetes
2. Pipet
3. Larutan sampel ( amilum, larutan jagung, larutan dedak,
glikogen )
4. Pereaksi ( larutan yodium encer ) Cara kerja :
1) Sediakan plat tetes, isis dengan 1 tetes larutan amilum
2) Tambahkan 1 tetes larutan yodium encer
3) Perhatikan warna biru yang terjadi
4) Ulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan : glikogen,
dekstrin, da larutan sampel yang akan di periksa.
5) Periksalah larutan pati tersebut secara mikroskopik dan gambar
bentuk granulanya.
b. Uji molish :
Tujuan : Mengidentifikasi kandungan karbohidrat dalam sampel
Prinsip :
Pembentukan furfural atau turunan-turunannya dari karbohidrat yang
didehidrasi oleh asam pekat, yang kemudian bereaksi dengan alpha-napthol
senyawaan berwarna. Hasil reaksi yang negatif menunjukan bahwa larutan
yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. (Hasil reaksi yang negatif
menunjukan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung krbohidrat).
Uji Molish merupakan uji umum Karbohidrat.
151
``
c. Uji Barfoed
Tujuan : Membedakan antara monosakarida dan disakarida
Prinsip :
Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam akan direduksi
lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan Cu2O berwarna merah bata.
Alat dan bahan :
1. Sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa dan
masingmasing dalam larutan 1%
2. Pereaksi Barfoed
3. Alat pemanas
4. Tabung reaksi
5. Pengatur waktu
6. Penjepit tabung
152
``
7. Ppipet tetes
Cara kerja :
1) Sedikan 2 buah tabung reaksi diisi masing-masing dengan :
a. 0,5 pereaksi Barfoed + 0,5 ml larutan cuplikanjagung atau
dedak
b. 0,5 pereaksi Barfoed + 2,5 tetes glukosa 1%
2) Panaskan dalam penangas air mendidih selama 3 menit dan
didinginkan dalam air mengalir (kran) selama 2 menit
3) Tambahkan pada setiap tabung 0,5 ml pereaksi warna phospomolibdat
sambil dikocok
4) Perubahan warna dari hijau kekuning-kuningan menjadi biru tua
menunjukan hasil yang positif adanya monosakarida.
5) Catat hasilnya dan terangkan reaksinya (bandingkan hasil reaksi
tabung
A dan B)
153
``
e. Uji seliwanof
Tujuan : Membuktikan adanya gugus ketosa (fruktosa)
Prinsip :
Dehidrasi fruktosa oleh HCL pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural
dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna merah orange.
Alat dan bahan
1) Dedak, jagung, amilum, sukrosa, maltosa dan glukosa masing-masing
dalam larutan 1%
2) Pereaksi seliwanoff
3) Alat pemanas air
4) Pengatur waktu
5) Tabung reaksi
6) Pipet tetes
7) Jepit tabung Cara kerja :
1) Sedikan beberapa tabung reaksi masukan kedalam masing-masing
tabung reaksi 3 ml pereaksi seliwanoff lalu tambahkan 5-10 tetes
154
``
155
``
156
``
h. Hidrolisis Polisakarida
Tujuan : Mengidentifikasi hasil hidralisis polisakarida
Prinsip :
Polisakarida terdapat pada sebagian besar tanaman dalam golongan umbi
seperti kentang dan pada biji-bijian seperti jagung atau padi. Salah
cuplikanh polisakarida yang paling umum adalah pati. Patiterbagi
menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
terlarut disebut amilosa (kurang lebih 20%), dengan struktur
makromolekul linier yang dengan iodium memberikan warna biru.
Sebaliknya, fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (kurang lebih
80%) dengan struktur bercabang. Denagn penambahan iodium, fraksi
memberikan warna ungu sampai merah.
Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidralisis menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil hidralisis dapat diuji
dengan iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna.
Hasil akhir hidralisis ditegaskan dengan Uji Benedict dan Barfoed.
Cara kerja :
1) Masukan 10 ml larutan cuplikan (dedak, amilum, dan jagung) ke
dalam tabung reaksi lalu tambahkan 1 ml HCL 10%
2) Panaskan dalam penangas air mendidih
3) Lakukan Uji yodium setiap 3 menit dengan cara mengambil setetes
hidrolisat kedalam plat tetes dan tambahkan setetes yodium encer
4) Ulangi Uji ini setiap 3 menit sampai warna yodium tidak berubah
(tetap kuning)
157
``
Cara kerja :
1) 10 ml larutan Benedict kuantitatif dan 2 gr Na-karbonat Anhidrous
(atau 4 gr Na-Karbonat Kristal) dimasukan kedalam Erlenmeyer (labu
titrasi)
2) Buret yang berisi larutan glukosa (dari glukosa cuplikanh ; dedak,
jagung, rumput, dan serum darah) dipasang diatas labu titrasi
3) Campuran dalam (1) dipanaskan sampai mendidih
4) Lakukan titrasi hingga warna biru cepat hilang
5) Kadar glukosa dalam cuplikanh dapat ditentukan
6) Lakukan percobaan 3-4 kali sampai hasilnya meyakinkan
158
``
7) Perbedaan dari 0,1 sampai 0,2 ml dari setiap titrasi menentukan hasil
kerja yang baik.
Perhitungan :
Misal larutan glukosa yang dipakai x ml
10 ml benedict =10 mg glukosa = x ml
Dalam 100 ml larutan glukosa (sample) terdapat
100/x. 10 mg glukosa = y glukosa
Jadi kadar glukosa = Y mg
Catatan :
Supaya didapatkan hasil yang baik maka:
1. Sebelum melakukan titrasi, larutan Benedict harus dipanaskan sampai
mendidih dan diaduk agar Na-Karbonatnya larut.
2. Mula-mula turunkan larutan glukosa dari buret dengan cepat sampai
terbentuk sedikit endapan putih dan warna biru mulai berkurang, lalu
teteskan perlahan-lahan hingga warna biru hilang
3. Pada waktu titrasi, larutan harus tetap mendidih dan diaduk terus
4. Bila larutan menjadi pekat karena terjadi penguapan, dapat ditambahkan
aquadest secukupnya. Penambahan dapat dilakukan beberapa kali.
LIPIDA
159
``
A. Uji kelarutan
Tujuan : mengidentifikasi kelarutan lipida pada pelarut tertentu Prinsip
:
Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit
larut dalam alcohol dan larut sempurna dalam pelarut organic seperti eter,
kloroform, aseton, benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam
air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka
kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak
dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam
lemak yang bebas dalam dalam larutan lemak bereaksi dengan soda
membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga
tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya.
Cara kerja:
1) Disediakan 6 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml
a. Air
b. Alkohol panas
c. Alkohol dingin
d. Eter
e. Kloroform
f. Larutan natrium karbonat 2%
2) Teteskan lemak/minyak ke dalam masing-masing tabung tersebut, catat
pada pelarut mana yang paling sempurna.
3) Perhatikan kelarutan minyak/lemak tersebut, catat pada pelarut mana
yang palin sempurna
160
``
4) Teteskan setetes larutan pada kertas saring, perhatikan ada tidaknya noda
setelah menguap, kehadiran lemak ditandai dengan adanya noda.
5) Bagaimana kesimpulan anda tentang percobaan ini ?
B. Uji ketidakjenuhan
Tujuan : Mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak
Prinsip :
Kompoaiai asam lemak dalam trigliserida terdiri atas asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak
yang tidak mempunyai ikatan rangkap, sedangkan asam lemak tidak jenuh
adalah asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap. Sumber
asam lemak jenuh banyak terdapat dalam hewan (lemak hewani) seperti asam
palmitat dan asam stearat, sedangkan asam lemak tidak jenuh kebanyakan
berasal dari tanaman (minyak nabati) dan beberapa di antaranya merupakan
asam lemak esensial seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.
C C + Br2 C C
Br Br
Cara kerja :
1) a. Larutkan 1 tetes asam oleat dalam 1 ml kloroform
b. Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan yod. Hubl.
c. Kocok, warna yod. Akan segera hilang
d. Ulangi percobaan (bila mungkin) dengan menggunakan asam
palmitat. Apa bedanya ?
2) a. Sediakan 5 buah tabung reaksi, isi masing-masing 1 ml dengan :
1. Minyak kelapa (minyak curah)
2. Minyak sawit kemasan
3. Mentega
4. Margarin
5. Lemak hewan (lemak sapi)
b. Tambahkan sejumlah kloroform (jumlah yang sama dengan
sample)
161
``
C. Uji Akrolein
Tujuan : mengidentifikasi kehadiran gliserol
Prinsip :
Lemak merupakan ikatan ester antara asam lemak dengan
gliserol.
Gliserol larut dalam air dan alcohol, tetapi tidak larut dalam eter,
kloroform, dan benzene. Pengujian kehadiran gliserol dapat dilakukan
dengan uji akrolein.
Cara kerja
Sedikan 3 buah tabung reaksi
1) Isi masing-masing dengan :
a. 10 tetes minyak (curah/kemasan)
b. 10 tetes gliserol
c. 10 tetes palmitat
2) Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi serbuk kalium hydrogen
sulfat
3) Panaskan hati-hati di atas api langsung, perhatikan asap yang terbentuk
(akrolein ditandai dengan asap putih)
4) Tuliskan persamaan reaksi dari pembentukan akrolein ini 5) Apa yang
dapat disimpulkan dari percobaan ini ?
M. Uji kolesterol
Tujuan : Mengidentifikasi adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan
secara kualitatif
Prinsip : Kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan
komponen penting yang terdapat dalam membran semua sel hidup.
Kolesterol adalah sterol utama yang banyak terdapat di alam . Untuk
162
``
PROTEIN
A. Uji komposisi Dasar (Uji komposisi Elementer)
Tujuan : Mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein
Prinsip :
Semua jenis protein tersusun karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O),
dan nitrogen (N). Ada pula protein yang mengandung sedikit belerang (S)
dan fosfor (P). Dengan metode pembakaran atau pengabuan, akan
diperoleh unsure-unsur penyusun protein, yaitu C, H, O, dan N.
Cara kerja
Sediakan beberapa tabung reaksi bersih dan kering
1) Masing-masing diisi dengan sedikit cuplikan padat (casein) dan putih
telur atau albumin padat (tepung albumin)
2) Panaskan dengan secara berangsur-angsur dan perhatikan baunya
3) Bau rambut terbakar adalah spesifik untuk senyawa nitrogen
163
``
B. Uji Biuret
Tujuan : Membuktikan adanya molekul-molekul peptide dari protein
Prinsip :
Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret
164
``
positif terhadap dua buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negatif untuk
asam amino bebas atau peptida. Reaksi pun positif terhadap
senyawasenyawa yang mengandung dua gugus : - CH2NH2 – CSNH 2 –
C(NH)NH2, dan – CONH2. Biuret adalah senyawa denmgan dua ikatan
peptide yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea.
Cara kerja
Sediakan beberapa tabung reaksiyang bersih dan kering
1) Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing isilah
dengan larutan albumin, kasein, gelatin sebanyak 2 ml
2) Tambahkan pada setiap tabung 1 ml NaOH 10 % dan 3 tetes CuSO 4
0,2%
3) Campurlah dengan baik
4) Amati perubahan warna yang terjadi
C. Uji Ninhidrin
Tujuan : Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein
Prinsip :
Semua asam amino atau peptida yang mengandung asam α-amino bebas
akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna
biru. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna
kuning.
Cara kerja
1) Sediakan tabung reaksi masukan 1 ml larutan cuplikan ditambah
dengan 1 ml 0,1 M buffer asam asetat (pH – 5) dan 20 tetes 0,1 %
larutan ninhidrin. Panaskan di atas penangas air mendidih selama 10
menit dan perhatikan warna biru yang terbentuk. Tuliskan persamaan
reaksinya.
2) Lakukan uji nin dengan albumin 2%
D. Uji Xantoprotein
165
``
Cara kerja
1) Sediakan beberapa tabung reaksi
2) 2 ml larutan cuplikan + 0,5 ml HNO 3 pekat, perhatikan endapan putih
yang terbentuk lalu panaskan hati-hati hingga terbentuk warna kuning.
Dinginkan dibawah air kran lalu tambahkan hati-hati larutan NaOH
10% atau NH4OH hingga basa, ditandai dengan terjadinya perubahan
warna kuning menjadi kuning tua, kemudian jingga.
166
``
Cara kerja
1) Sediakan 4 tabung reaksi, masing di isi dengan 2 ml larutan cuplikan
2) Tabung pertama + tetes demi tetes asam pikrat jenuh
3) Tabung kedua + tetes demi tetes larutan T.C.A
4) Tabung ketiga + tetes demi tetes larutan phospotungstat (sebelumnya
asamkan dulu dengan 2% asam asetat
5) Tabung ke empat + tetes demi tetes larutan 2% asam phosphomolibdat
(sebelumnya diasamkan dulu dengan 2 tetes larutan asam asetat 2%)
6) Perhatikan penambahan sedikit demi sedikit reagen terhadap
pengendapan
7) Ulangi percobaan di atas dengan 1 ml albumin 2%.
ENZIM
Cara kerja
167
``
B. Komposisi dasar
Cara kerja
1) Uji Biuret
Siapkan beberapa tabung reaksi yang bersih dan kering
Masukan 3 ml larutan cuplikan + 2 ml NaOH 10% + 1 tetes
larutan CuSO4 0.1%. Campur dengan baik dan kalau tidak
terbentuk warna ungu muda atau ungu, tambahkan lagi
beberapa tetes larutan CuSO4.
2. Uji Molish
Siapkan beberapa tabung reaksi yang bersih dan kering
Masukan larutan cuplikan + 5 tetes pereaksi molish.
Campurkan dengan baik, tambahkan perlahan-lahan
melalui dinding tabung sebanyak 3 ml H2SO4 pekat. Warna
kemerahan pada batas ke dua cairan tersebut, dinyatakan
reaksi positif.
C. Penentuan pH optimum
168
``
Cara kerja
Sediakan beberapa tabung reaksi yang bersih dan kering.
1. Tabung pertama masukan 1 ml cuplikan + 1 ml amilum + 2 ml HCl
0,4 %
2. Tabung kedua masukan 1 ml cuplikan + 1 ml amilum + 2 ml asam
laktat
3. Tabung ketiga masukan 1 ml cuplikan + 1 ml amilum + 2 ml H 2O
4. Tabung ke empat masukan 1 ml cuplikan + 1 ml amilum + 2 ml
Na2CO3 1%
Cara kerja
1. ml ektrak jagung + 1 ml air ludah. Simpan dalam penangas air
(370C)
• Setiap 3 menit lakukan uji yodium sampai pada pengujian terakhir
uji yodium negative.
• Hidrolisa diangkat dan dilakukan uji Benedict dan Barfoed
Uji Benedict
169
``
Cara kerja
- 1 ml larutan cuplikan + 3 ml larutan benedict, dipanaskan
diatas api langsung
Perubahan warna dan bentuk endapan merah bata menunjukan
reaksi positif.
Uji Barfoed
Tujuan : Membedakan antara monosakarida dan disakarida
Prinsip : Ion Cu2+ (dari pereaksi Barfoed) dalam suasana asam
akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan
endapan Cu2O berwarna merah bata.
Cara kerja
- 1 ml larutan cuplikan + 3 ml larutan Barfoed, dipanaskan di atas
api langsung.
Perubahan warna dan terbentuk endapan merah bata
menunjukan reaksi positif.
HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Analisis Karbohidrat
Warna
Pereaksi Cuplikan
Larutan Endapan
1.Molish Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
2.Iodium Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
170
``
Sukrosa
Casein
3.Benedict Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
4.Barfoed Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
5.Bial Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
6.Ozason Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
7.Seiwanoff Pati
Glukosa
Fruktosa
Maltosa
Sukrosa
Casein
171
``
2. Uji Lipida
a. Kelarutan
Tingkat kelarutan
Pelarut
Tidak Sedikit sebagian sempurna
a. Air
b.Alkohol panas
c. Alkohol dingin
d.Eter
e. Kloroform
f. Larutan natrium
karbonat 2%
b. Uji Ketidakjenuhan
Perubahan Warna
No Cuplikan
Awal Penambahan I2
1 Asam oleat
2 Asam palmitat
3 Minyak kelapa
4 Minyak sawit
5 Mentega
6 Margarin
7 Lemak sapi
172
``
Penambahan
Pemanasan
KHSO4
1 Gliserol
2 Asam palmitat
3 Minyak kelapa
d. Uji Kolesterol
Perubahan warna setelah penambahan
Cuplikan pereaksi
Awal Pertengahan Akhir reaksi
a.Kolesterol
b.Minyak kelapa
c.Margarin
d.Mentega
e.Lemak sapi
3. Uji Protein
Hasil Pemanasan
Protein NaOH Warna
Bau uap
Lakmus
Casein
Albumin
telur
173
``
Hasil Pemanasan
Protein NaOH 10% Timbal
HCl
Asetat
Casein
Albumin
telur
b. Uji Biuret
Larutan Perubahan Warna Larutan setelah
Protein Penambahan NaOH dan CuSO4
Casein
Albumin
telur
Gelatin
c. Uji Ninhidrin
Larutan
Perubahan Warna Larutan setelah
Protein/Asam Penambahan Buffer asetat dan
Amino Ninhidrin
Casein
Albumin
telur
Gelatin
Glisin atau
alanine
d. Uji Xantoprotein
174
``
Casein
Albumin
telur
Gelatin
Glisin
atau
alanin
ENZIM
b. Komposisi dasar
Larutan
Penambahan Warna Keterangan
Enzim
Saliva NaOH CuSO4
Saliva Molisch H2SO4
pekat
c. Penentuan pH optimum
Larutan Warna
Penambahan Warna
Enzim Yodium Benedict
Saliva Amilum HCl
Saliva Amilum Asam
Laktat
Saliva Amilum H2O
Saliva Amilum Na2CO3
d. Uji Aktivitas Kerja Enzim
Hasil Pemanasan
Cuplikan Penambahan Pereaksi Warna
Endapan Larutan
Hidrolisat Barfoed
Hidrolisat Benedict
PEMBAHASAN
176
``
177
``
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
178
``
179