Identifikasi bahan kimia menuru pemahaman saya yaitu dan buku yang sering saya baca merupakan suatu
cara untuk mempelajari karakteristik bahan tersebut dengan mengamati label bahan kimia kemudian bentuk,
warna, bau, dan sifatnya. Identifikasi bahan kimia dilakuakan berkaitan dengan penanganan, penyimapanan,
dan penggunaaan bahan tersebut lebih lanjut, sehinggah resiko bahaya dapat dicegah dan di hindari, serta
dalam penggunaannya lebih efisien. Cara mudah mengidentifikasi suatu bahan kimia dapat dilakukan dengan
cara mempelajari informasi yang terta pada label kemasan. Informasi-informasi yang dapat diperoleh pada
label bahan kimia yaitu :
a. Nama bahan kimia dapat disertai rumus kimia pada label berada di bagian tengah.
nama sebagain identitas penting dan pada contoh label tertulis natrium hidroksida dengan rumus
NaOH.
b. Kemurnian bahan kimia pada label tertera deng tulisan “pro analysis” atau Analar(AR) atau ACS untuk
reagensia analitik, karena memiliki kemurnian yang sangat tinggi (> 99%). Tingakat kemurnian bahan kimia
yang tertinggi dikenal dengan istilah Aristar atau Saprapur. Label bahan kimia yang tidak tercantum
spesifikasi rinci biasa dikenal dengan istilah “tekniks”
c. Symbol / tanda bahaya pada label menunjjukkkan sifat bahaya dari bahan kimia bersangkutan. Symbol-
simbol ditulis dengan berbagai bahasa dengan maksud agar siapa saja yang menggunakan bahan kimia tersebut
bias memahami peringatan yang tertulis pada label, sehingga resiko bahaya dapat dicegah sekecil mungkin.
d. Informasi Simbol Bahan Kimia
Karakteristik bahan kimia terutama sifatnya dapat di pelajari melalui simbol-simbol yang menggambarkan
tingkatan bahaya bahan kimia yang bersangkutan.
Selain kode R, juga sering di jumpai kode laindengan inisial S pada label bahan kimia. Kode S menunjjukkan
informasi tindakan keselamatan / keamanan. S2 misalnya “bahan kimia tersebut di jaukan pada anak-anak”.
Seperti halnya kode R dan S juga sering di jumpai tampilan kombinasi. Contohnya S3/7/9 artinya tindakan
untuk keselamatan bahan kimia tersebut meliputi S3,S7, dan S9.
Zat kimia yang diperdagangkan menurut penggunaanya dapat dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu:
1. Pereaksi, yaitu zat kimia yang digunakan di laboratorium sekolah/universitas.
2. Farmaseutika, yaitu zat kimia untuk obat-obatan.
3. Zat diagnosis, yaitu zat kimia untuk keperluan diagnose digunakan salam bidang kedokteran.
4. Zat kimia pertanian, yaitu zat kimia yang digunakan dalam bidang pertanian.
5. Zat warna, yaitu zat kimia yang digunakan sebagaai pewarna pada bahann celup di bidang industry tekstil.
6. Pigmen, yaitu zat kimia bewarna digunakan untuk pembuatan cat.
Berbagai macam merek tersedia untuk zat kimia, seperti Merck (Jerman Barat), baker Chem (Amerika
Serikat), Fluka (Swiss), dan sebagainya. Setiap merek memunyai sifat-sifat tersendiri tentanng bahan mentah yang
digunakan, tingkat kemurnian zat dan perbedaan harganya.
Berdasarkan tingkat kemurnian zat kimia yang diperdagangkan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Zat kimia kemurnian Pro Analyse (PA), Garanted Reagen (GR), atau Analar (AR)
Zat kimia ini memiliki kemurnian yang tinggi (99%). Label pada wadah mencantumkan kadar kemurnian zat dan
kotoran yang terkandung didalamnya. Biasanya digunakan untuk penelitin yang memerlukan ketelitian tinggi
terutama dalam laboratorium analitik dan harganya sangat mahal.
2. Zat kimia kemurnian Chemically Pure (CP), General Purpose Reagen (GPR)
Zat ini kemurniannya lebih rendajh (90-95%). Standar kemurnian zat ini tidakk cukup murni, dan tidak selalu
dicantuumkan kemurnian dan kadar maksimum kotoran yang terdapat didalamnya.
Dalam analisis, kemurnian bahan kimia ini penting untuk memperoleh ketelitian semaksimal mungkin. Hal
ini dapat dilakukan dengan memperhatikan label yang tertera pada wadah asli bahan kimia, menghindari segala
kemungkinan kontaminasi dehidrasi dan kotoran. Ketersediaan bahan kimia harus selalu dipantau agar dapat
menjamin keberlangsungaan proses pengujian dilaboratorium. Jumlah dan kualitas bahan yang tersedia akan
menentukan hasil pengujian.
Adalah suatu cara untuk mempelajari karakteristik bahan tersebut dengan mengamati label bahan kimia
kemudian bentuk, warna, bau, dan sifatnya. Identifikasi bahan kimia dilakuakan berkaitan dengan penanganan,
penyimapanan, dan penggunaaan bahan tersebut lebih lanjut, sehinggah resiko bahaya dapat dicegah dan di hindari,
serta dalam penggunaannya lebih efisien.
Cara mudah mengidentifikasi suatu bahan kimia dapat dilakukan dengan cara mempelajari informasi yang
terta pada label kemasan. Wadah harus diberi label, dicatat dan disimpan ssuai dengan standar berlaku dan standar
persyaratan khusus. Label kemasan yang telah rusak diperbaiki atau diganti. Label yang baik harus memberi
informasi secara jelas mengenai:
Nama kimia dan rumusnya
Konsentrasi
Tanggal penerimaan dan tanggal pembuatan
Nama orang yang membuat reagen
Cara penanganannya
Potensi bahaya
Kontaminasi yang mungkin terjadi
Klasifikasi lokasi penyimpanan
Nama dan alt pabrik
Pelabelan wadah bahan kimia menurut NFPA (National Fire Protection Association) yang mengatur sistem
pelabelanbahan berbahaya sebagai berikut:
Semua wadah diberi label yang jelas sesuai dengan isinya
Label harus mudah dibaca dan terlindungi dari gangguan pengotor
Label harus ditempelkan pada wadahnya
Wadah harus dilengkapi dengan label peringatan (misalnya racun, korosif, mudah terbakar, dll)
Label termasuk tanggal penerimaan dan cara pembuangan
Label termasuk cara pengukuran untuk bahan kimia khusus.
Cara yang digunakan dalam melakukan uji analisa kualitatif ini dapat berupa
cara-cara klasik maupun menggunakan instrumen canggih. Metode pengujian
klasik yang paling penting yaitu analisa warna atau reaksi warna.
Uji warna analisa kualitatif dapat digunakan untuk senyawa anorganik baik itu
kation, anion, ataupun juga untuk senyawa organik seperti teknik skrining
fitokimia dalam pemilihan metabolit sekunder tumbuhan. Metode analisa
kualitatif lainnya yang dapat digunakan untuk mengetahui kandungan zat
ialah uji warna nyala.
Dengan membakar senyawa uji kemudian melihat warna nyala spesifik yang
dihasilkan maka dapat diketahui senyawa yang terkandung di dalamnya.
Kedua metode itu merupakan uji pendahuluan.
2.Menggunakan Instrument