ANALISIS PANGAN
Disusun Oleh:
s
Deskripsi Praktikum
Topik Praktikum
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral
yang terdapat pada suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam
organik dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organik misalnya
garam – garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik
antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat (Sudarmadji,
dkk., 2007).
Selain kedua garam tersebut, kadang – kadang mineral berbentuk senyawa
kompleks yang bersifat organik. Penentuan jumlah mineral dalam bentuk aslinya
sangat sulit.. Oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa – sisa
pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan (Sudarmadji,
dkk., 2007).
Penentuan kadar abu secara langsung (cara kering) dilakukan dengan
mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600°C dan
kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
(Sudarmadji, dkk., 2007).
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan kadar abu pada sampel dengan metode pengabuan
kering/langsung
2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Cawan Krus Nampan
Muffle Furnace Penjepit
Oven Timbangan Analitik
Kompor Listrik Spatula
Desikator Ruang Asam
b) Bahan
Sampel biskuit
c) Cara Kerja
Pemijaran cawan krus kosong dalam muffle furnace
Pendinginan dalam oven
Penimbangan cawan krus kosong
Penimbangan 2 gram sampel dan dimasukkan dalam cawan krus
Pengarangan di atas kompor listrik dalam ruang asam sampai
tidak berasap
Pemijaran dalam muffle furnace
Masukkan dalam oven
Penimbangan hingga berat konstan
d) Perhitungan
( )
Kadar abu (wb) = ( )
Kadar abu (db) = Kadar abu (wb) / 1-Ka
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
BAB II
Analisis Lemak dan Minyak dengan Ekstraksi Soxhlet
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan
menggunakan soxhlet apparatus. Cara ini dapat juga digunakan untuk ekstraksi
minyak dari suatu bahan yang mengandung minyak. Ekstraksi dengan alat soxhlet
apparatus merupakan cara ekstraksi yang efisien karena dengan alat ini, pelarut
yang digunakan dapat diperoleh kembali. Bahan padat pada umumnya
membutuhkan waktu ekstraksi yang lebih lama, karena itu dibutuhkan pelarut
yang lebih banyak (Ketaren, 2008).
1. TUJUAN
a) Mempelajari metode analisis lemak dan minyak dari segi kuantitatif
b) Menentukan kadar lemak dan minyak pada sampel dengan metode soxhlet
2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Labu Lemak Kertas Saring
Oven Soxhlet
b) Bahan
Sampel Heksana
c) Cara Kerja
Labu lemak dikeringkan dengan oven bersuhu 105 oC selama 15 menit,
kemudian ditimbang labu lemak kosong
Penimbangan 5 gram sampel dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak
Masukkan sampel ke dalam kertas saring yang telah di gulung
Masukkan kertas saring berisi sampel ke dalam thimble
Pemasangan rangkaian alat Soxhlet
Pemasangan tabung ekstraksi pada alat distilasi
Masukkan pelarut Heksana
Distilasi selama 5 jam
Pengovenan botol penampung yang berisi minyak pada
suhu 100°C sampai berat konstan
Penimbangan
d) Perhitungan
Soxhlet
% kadar lemak (wb) =
% db = (%wb) / (1-Ka sampel)
BAB III
Analisis Protein Metode Kjeldhal
Protein dalam bahan biologis biasanya terdapat dalam bentuk ikatan fisis
yang renggang maupun ikatan kimiawi yang lebih erat dengan karbohidrat atau
lemak. Karena ikatan – ikatan ini maka terbentuk senyawa glikoprotein dan
lipoprotein yang berperan besar dalam penentuan sifat – sifat rheologis, misalnya
pada system emulsi makanan atau adonan roti (Sudarmadji, dkk., 2007).
Peneraan jumlah protein secara empiris yang umum dilakukan adalah dengan
menentukan jumlah nitrogen (N) yang dikandung oleh suatu bahan. Cara penentuan
ini dikembangkan oleh Kjeldahl, seorang ahli kimia Denmark pada tahun 1883.
Dalam penentuan protein seharusnya hanya nitrogen dari protein saja yang
ditentukan. Akan tetapi secara teknis hal ini sulit sekali dilakukan dan mengingat
jumlah kandungan senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit,
maka penentuan jumlah N total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein
yang ada. Kadar protein yang ditentukan dengan cara Kjeldahl ini sering disebut
sebagai kadar protein kasar (crude protein) (Sudarmadji, dkk., 2007).
1. TUJUAN
a) Menentukan kadar protein total dalam sampel dengan Metode
Mikrokjeldahl
b) Mengerti dan mengetahui cara membuat larutan standar HCl
c) Mengetahui konsentrasi larutan standar sebenarnya dengan
standarisasi larutan HCl
2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Gelas Ukur Vortex Pipet Ukur 10 mL Kuvet
Labu Ukur 100 Timbangan Erlenmeyer 250 Spektrofotometer
mL Analitik dan 100 mL
Corong Kaca Spatula Propipet Buret dan Statif
Gelas Beaker 50 Pipet Ukur 1 Ml Pipet tetes Kompor Listrik
mL
Kertas Saring Ruang Asam Labu Kjeldhal
Unit Destilator Label Tabung Reaksi +
Rak
b) Bahan
Sampel biskuit NaOH-Na2S2O3 Larutan H2SO4 pekat
Aquades BSA 0,3 mg/ml Reagen E (larutan follin)
Larutan HCl 0,02 N Katalisator (HgO danK2SO4) Reagen A,B,C
BCG-MR Asam borat 4% Larutan HCl Pekat
Reagen D (Campuran reagen A:B:C=20:1:1) Garam Na-tetraborat
Keterangan:
Reagen A dibuat dengan melarutkan 100 gr Na2CO3 dalam NaOH 0,5 N sampai
volumenya 100 mL
Reagen B dibuat dengan melarutkan 1 g CuSO4.5H2O dalam aquades sampai
volume 100 mL
Reagen C dibuat dengan melarutkan 2 g kalium tartarat dalam aquades sampai
volume 100mL
c) Cara Kerja
1) Metode Mikrokjeldahl
100 gram sampel ditambahkan katalisator 0,7 gram dibungkus
dengan kertas saring
Dimasukkan ke dalam labu kjeldahl
Tambahkan 3 mL larutan H2SO4 pekat
Pendestruksian di ruang asam sampai larutan menjadi jernih
Pendinginan
Penambahan 10 mL aquades
Distilasi dengan 20 mL NaOH-Na2S2O3
Penampungan larutan (dalam kjeltec) dengan Erlenmeyer berisi 5
mL asam borat 4% + BCG-MR
Penitrasian distilat dengan HCl 0,02 N sampai warna merah muda
tidak hilang selama 30 detik
Catat volume titrasi
d) Perhitungan
Mikrokjeldhal
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
BAB IV
ANALISIS TOTAL GULA METODE ATHRONE
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Menganalisis total gula pada suatu bahan pangan metode anthrone dengan
menggunakan instrument spektrofotometri UV-Vis
2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Timbangan Analitik Bulb
Gelas Ukur Tabung Reaksi
Kertas Saring Whatman Vortex
Pengangas Air Spektrofotometri UV-Vis
Erlenmeyer pH Meter
Pipet Ukur
b) Bahan
Sampel Natrium Oksalat
Alkohok 80% Glukosa Standar
NaOH Reagen Anthrone
Timbal Asetat
c) Cara Kerja
Persiapan sampel
1) Sampel ditimbang sebanyak 4 g
2) Ditambahkan alcohol 80% dengan perbandingan 1:1 kemudian disaring
menggunakan kertas saring
3) Filtrat diukur pHnya, jika filtrat bersifat asam, ditambahkan NaOH 0.1 N
hingga basa (pH 9)
4) Larutan dipanaskan suhu 100 oC selama 30 menit, kemudian disaring
kembali
5) Laritan dipanaskan pada suhu 85 oC hingga larutan bebas alcohol
6) Jika ada endapan,s aring kembali
7) Filtrat dipindahkan ke dalam labu ukur 25 mL kemudian ditambahkan 3
mL timbal asestat hingga jernih, larutan ditetapkan volumenya dengan
aquades
8) Kemudian disaring dengan kertas whatman
9) Filtrat ditambahkan natrium oksalat sebanyak 1 gr, dicampur kemudian
endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring
Pengukuran sampel
1) Sampel yang telah disiapkan diambil 1 mL ke dalam tabung reaksi
2) Ditambahkan reagen anthrone seabnyak 5 mL, ditutup dan divortex
3) Dipanaskan suhu 100 oC selama 12 menit kemudian didindingkan
4) Diukur panjang gelombang 630 nm
d) Perhitungan
Kadar gula total = (x. Volume filtrat x Fp) / W(mg) x 100%
BAB V
ANALISIS KADAR SERAT KASAR
Serat terdiri dari serat makanan (dietry fiber) dan serat kasar (crude fiber). Serat
membentu mempercepat sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk proses
sekresi. Serat kasar memiliki nilai lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar
serat pangan, karena bahan kimia seperti asam kuat dan basa kuat mempunyai
kemampuan lebih besar dalam menghidrolisis komponen-komponen pangan
dibandingkan enzim-enzim pencernaan. Senyawa yang terkandung dalam serat
kasar adalah selulosa, lignin, pektin serta zat lainnya. Serat kasar terdiri dari bagian
dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia seperti asam
sulfat dan natrium hidroksida.
1. TUJUAN
Menentukan kadar serat kasar pada sampel
2 METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Neraca Analitik Pompa Vakum
Pendingin Soxhlet
Corong Buchner
b) Bahan
Asam sulfat, H2SO4 1,25% Etanol 96%
Natrium hidroksida, NaOH 3,25% Kertas saring Whatman 54, 541 atau
41
c) Cara Kerja
Timbang 2-4 gram sampel
Bebaskan lemak dengan cara ekstraksi Soxlet atau dengan mengaduk,
menuangkan sampel dalam pelarut organik sebanyak 3 kali
Tambahkan 50 ml larutan H2SO4 1,25% didihkan 30 menit dengan
pendingin tegak
Tambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan didihkan lagi selama 30 menit
Dalam keadaan panas, saring dengan corong Bucher yang berisi kertas
saring tak berabu whatman 54,41 atau 541 yang telah dikeringkan dan
diketahui beratnya
Cuci endapan yang terdapat pada kerta saring berturut-turut dengan
H2SO4 1,25% panas, air panas dan etanol 96%
Angkat kertas saring beserta isinya, masukkan ke dalam kotak
timbang yang telah diketahui bobotnya, keringkan pada suhu 105C (2-
3 jam) dinginkan dan timbang sampel bobot tetap
Bila ternyata kadar serat lebih dari 1%, abukan kertas saring beserta
isinya, timbang sampai bobot tetap
d) Perhitungan
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
BAB VI
STANDARISASI LARUTAN
Pembuatan Larutan Standar dan Standarisasi
Larutan AgNO3 0,01 N dan Iod 0,01 N
1. TUJUAN PRAKTIKUM
a) Dapat mengetahui dan mengerti cara membuat larutan standar (AgNO3 0,01
N dan Iod 0,01 N)
b) Mengetahui konsentrasi larutan AgNO3 dan iodin standar yang sebenarnya
dengan standarisasi
2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Timbangan analit Pipet ukur 10 mL Gelas ukur 250 Corong
mL
Erlenmeyer 100 mL Pipet ukur 1 mL Spatula Gelas beker 50
mL
Buret dan statif Pipet tetes Labu ukur 250 mL Kuvet
Propipet Spektrofotometer Botol tertutup Kertas label
b) Bahan
Larutan AgNO3 I2 padat
Aquades Vitamin C standar
KCl padat Larutan iod 0,01N
Larutan K2CrO4 5% Larutan amilum 1%
KI padat Larutan Na2CO3 jenuh
c) Cara Kerja
1) Pembuatan AgNO3 0,1 N
• Pelarutan 16,989 gram AgNO3 sampai volume 1 L
• Pengenceran 10 kali
d) Perhitungan
1) Standarisasi Iod
N Iod = ( )
N AgNO3 = ( )
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 2002. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Kenkel, John. 2013. Analytical Chemistry for Technicians 4th Edition. Boca Raton:
CRC Press
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
BAB VII
ANALISIS KADAR VITAMIN C DENGAN
TITRASI IODOMETRI DAN
SPEKTOFOTOMETRI UV-VIS
1. TUJUAN
1) Menentukan kadar vitamin C pada sampel minuman sari buah secara
kuantitatif dengan metode iodometri
2) Menentukan kadar vitamin C pada sampel minuman sari buah secara
kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis
2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Erlenmeyer 100 mL Gelas Ukur 250 mL
Buret dan Statif Gelas Beker 50 mL
Propipet Corong
Pipet Ukur 10 mL Label
Pipet Ukur 1 mL
b) Bahan
Sampel Minuman Sari Buah Larutan Iod 0,01 N
Larutan amilum 1%
c) Cara Kerja
1) Metode Iodometri
Sebanyak 10 mL sampel dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer
Ditambahkan 1.2 mL H2SO4 10%
Penambahan beberapa tetes amilum 1%
Titrasi dengan larutan iod 0,01 N hingga warna biru
Pencatatan volume titrasi
Perhitungan
Kadar Vitamin C (mg Vit C/100 mL) = 0,88 x Vol. titrasi x
2) Menggunakan spektrofotometer UV-Vis
a) Alat
Pipet Ukur Spektrofotometri UV-Vis
Labu Ukur 100 mL
b) Bahan
Sampel Aquades
Standar Asam Askorbat
c) Cara Kerja
Sampel disaring kemudian dipipet 0.5 mL
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Filtrat ditambahkan aquades 100 mL
Diukur pada panjang gelombang 265 nm
Pembuatan kurva std asam askorbat 2,4,6,8,12,16, dan 20
ppm
BAB VIII
EKSTRAKSI SENYAWA KOMPONEN
BIOAKTIF
a) Alat
Evaporator Alat Pencacah
Gelas Kimia Timbangan
Pengaduk
b) Bahan
Sampel Etanol/ Metanol/ Aseton/ n-heksana
c) Cara Kerja
Pelarut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam
seperti metanol, etanol, aseton, dan n-heksana
Sereh yang digunakan dipotong-potong kecil-kecil
Perbandingan pelarut dengan 1:10 dan waktu ekstraksi 2 jam.
o Yield minyak atsiri = B/A x 100%
o Massa sereh : A
o Massa minyak atsiri sereh : B
BAB IX
ANALISIS ANTIOKSIDAN METODE DPPH
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-
VIS
a) Alat
Mikropipet Vortex
Tabung Reaksi Spektrofotometri UV-Vis
b) Bahan
Sampel DPPH
Etanol 96%
c) Cara Kerja
Sampel dipipet ke tabung reaksi sebanyak 100 mikroliter
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL
etanol 96% kemudian divortex
Diinkubasi di suhu ruang dalam gelap selama 30 menit
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm
d) Perhitungan
% Inhibisi = x 100%
Keterangan :
A = Nilai absorbansi
BAB X
ANALISIS SENYAWA MENGGUNAKAN GC-MS