Anda di halaman 1dari 22

MODUL PRAKTIKUM

ANALISIS PANGAN

Disusun Oleh:
s

1. Amalia Wahyuningtyas, S.Si., M.Sc.


2. Dea Tio Mareta, S.T.P., M.Sc
3. Zada Agna Talitha, S.T.P., M.Si

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
SUB JURUSAN TEKNIK PROSES DAN HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
Silabus Mata Kuliah Praktikum
Analisis Pangan (TP-2212)

Deskripsi Praktikum

Praktikum Analisis Pangan (TP-2212) merupakan salah satu praktikum yang


dijalankan pada semester genap prodi Teknologi Pangan ITERA dengan tujuan
membekali mahasiswa mengenai keterampilan dasar dalam analisis pangan
menggunakan metode standar. Analisis pangan yang dilakukan mencakupi proses awal
standarisasi larutan, analisis kadar garam, vitamin C, kadar Tanin, kadar gula total dan
gula reduksi, kadar amilosa, penentuan kadar protein, penentuan kadar asam amino,
kadar abu dan yang terakhir adalah analisis lemak dan minyak. Praktikum ini juga
melatih kemampuan mahasiswa dalam menganalisa dan mengintrepretasikan data hasil
analisis sampel.

Topik Praktikum

Minggu ke- Topik


1 Analisis kadar abu
2 Analisis lemak dan minyak
3 Analisis protein
4 Analisis total gula
5 Analisis kadar serat kasar
6 Standarisasi larutan
7 Analisis kadar vitamin C
8 Ekstraksi komponen bioaktif
9 Analisis antioksidan metode
spektrofotometri
10 Analisis senyawa menggunakan
GC-MS
11 UJIAN AKHIR PRAKTIKUM

Tata Tertib Praktikum

1. Setiap mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium selama kegiatan praktikum


luring berlangsung
2. Setiap mahasiswa wajib menggunakan masker selama kegiatan praktikum luring
berlangsung
3. Setiap mahasiswa wajib mengerjakan pre-test dan post-test selama praktikum
4. Setiap mahasiswa wajib mengumpulkan laporan praktikum setelah kegiatan
praktikum luring
BAB I
Penentuan Kadar Abu pada Sampel dengan Metode Pengabuan
Kering/Langsung

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral
yang terdapat pada suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam
organik dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organik misalnya
garam – garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik
antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat (Sudarmadji,
dkk., 2007).
Selain kedua garam tersebut, kadang – kadang mineral berbentuk senyawa
kompleks yang bersifat organik. Penentuan jumlah mineral dalam bentuk aslinya
sangat sulit.. Oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa – sisa
pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan (Sudarmadji,
dkk., 2007).
Penentuan kadar abu secara langsung (cara kering) dilakukan dengan
mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600°C dan
kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
(Sudarmadji, dkk., 2007).

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan kadar abu pada sampel dengan metode pengabuan
kering/langsung

2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Cawan Krus Nampan
Muffle Furnace Penjepit
Oven Timbangan Analitik
Kompor Listrik Spatula
Desikator Ruang Asam
b) Bahan
Sampel biskuit

c) Cara Kerja
 Pemijaran cawan krus kosong dalam muffle furnace
 Pendinginan dalam oven
 Penimbangan cawan krus kosong
 Penimbangan 2 gram sampel dan dimasukkan dalam cawan krus
 Pengarangan di atas kompor listrik dalam ruang asam sampai
tidak berasap
 Pemijaran dalam muffle furnace
 Masukkan dalam oven
 Penimbangan hingga berat konstan

d) Perhitungan
( )
Kadar abu (wb) = ( )
Kadar abu (db) = Kadar abu (wb) / 1-Ka

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
BAB II
Analisis Lemak dan Minyak dengan Ekstraksi Soxhlet

Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan
menggunakan soxhlet apparatus. Cara ini dapat juga digunakan untuk ekstraksi
minyak dari suatu bahan yang mengandung minyak. Ekstraksi dengan alat soxhlet
apparatus merupakan cara ekstraksi yang efisien karena dengan alat ini, pelarut
yang digunakan dapat diperoleh kembali. Bahan padat pada umumnya
membutuhkan waktu ekstraksi yang lebih lama, karena itu dibutuhkan pelarut
yang lebih banyak (Ketaren, 2008).

1. TUJUAN
a) Mempelajari metode analisis lemak dan minyak dari segi kuantitatif
b) Menentukan kadar lemak dan minyak pada sampel dengan metode soxhlet

2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Labu Lemak Kertas Saring
Oven Soxhlet

b) Bahan
Sampel Heksana

c) Cara Kerja
 Labu lemak dikeringkan dengan oven bersuhu 105 oC selama 15 menit,
kemudian ditimbang labu lemak kosong
 Penimbangan 5 gram sampel dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak
 Masukkan sampel ke dalam kertas saring yang telah di gulung
 Masukkan kertas saring berisi sampel ke dalam thimble
 Pemasangan rangkaian alat Soxhlet
 Pemasangan tabung ekstraksi pada alat distilasi
 Masukkan pelarut Heksana
 Distilasi selama 5 jam
 Pengovenan botol penampung yang berisi minyak pada
suhu 100°C sampai berat konstan
 Penimbangan
d) Perhitungan
 Soxhlet
% kadar lemak (wb) =
% db = (%wb) / (1-Ka sampel)
BAB III
Analisis Protein Metode Kjeldhal

Protein dalam bahan biologis biasanya terdapat dalam bentuk ikatan fisis
yang renggang maupun ikatan kimiawi yang lebih erat dengan karbohidrat atau
lemak. Karena ikatan – ikatan ini maka terbentuk senyawa glikoprotein dan
lipoprotein yang berperan besar dalam penentuan sifat – sifat rheologis, misalnya
pada system emulsi makanan atau adonan roti (Sudarmadji, dkk., 2007).
Peneraan jumlah protein secara empiris yang umum dilakukan adalah dengan
menentukan jumlah nitrogen (N) yang dikandung oleh suatu bahan. Cara penentuan
ini dikembangkan oleh Kjeldahl, seorang ahli kimia Denmark pada tahun 1883.
Dalam penentuan protein seharusnya hanya nitrogen dari protein saja yang
ditentukan. Akan tetapi secara teknis hal ini sulit sekali dilakukan dan mengingat
jumlah kandungan senyawa lain selain protein dalam bahan biasanya sangat sedikit,
maka penentuan jumlah N total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein
yang ada. Kadar protein yang ditentukan dengan cara Kjeldahl ini sering disebut
sebagai kadar protein kasar (crude protein) (Sudarmadji, dkk., 2007).

1. TUJUAN
a) Menentukan kadar protein total dalam sampel dengan Metode
Mikrokjeldahl
b) Mengerti dan mengetahui cara membuat larutan standar HCl
c) Mengetahui konsentrasi larutan standar sebenarnya dengan
standarisasi larutan HCl

2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Gelas Ukur Vortex Pipet Ukur 10 mL Kuvet
Labu Ukur 100 Timbangan Erlenmeyer 250 Spektrofotometer
mL Analitik dan 100 mL
Corong Kaca Spatula Propipet Buret dan Statif
Gelas Beaker 50 Pipet Ukur 1 Ml Pipet tetes Kompor Listrik
mL
Kertas Saring Ruang Asam Labu Kjeldhal
Unit Destilator Label Tabung Reaksi +
Rak
b) Bahan
Sampel biskuit NaOH-Na2S2O3 Larutan H2SO4 pekat
Aquades BSA 0,3 mg/ml Reagen E (larutan follin)
Larutan HCl 0,02 N Katalisator (HgO danK2SO4) Reagen A,B,C
BCG-MR Asam borat 4% Larutan HCl Pekat
Reagen D (Campuran reagen A:B:C=20:1:1) Garam Na-tetraborat

Keterangan:
 Reagen A dibuat dengan melarutkan 100 gr Na2CO3 dalam NaOH 0,5 N sampai
volumenya 100 mL
 Reagen B dibuat dengan melarutkan 1 g CuSO4.5H2O dalam aquades sampai
volume 100 mL
 Reagen C dibuat dengan melarutkan 2 g kalium tartarat dalam aquades sampai
volume 100mL

c) Cara Kerja
1) Metode Mikrokjeldahl
 100 gram sampel ditambahkan katalisator 0,7 gram dibungkus
dengan kertas saring
 Dimasukkan ke dalam labu kjeldahl
 Tambahkan 3 mL larutan H2SO4 pekat
 Pendestruksian di ruang asam sampai larutan menjadi jernih
 Pendinginan
 Penambahan 10 mL aquades
 Distilasi dengan 20 mL NaOH-Na2S2O3
 Penampungan larutan (dalam kjeltec) dengan Erlenmeyer berisi 5
mL asam borat 4% + BCG-MR
 Penitrasian distilat dengan HCl 0,02 N sampai warna merah muda
tidak hilang selama 30 detik
 Catat volume titrasi

2) Pembuatan HCl 0,02 N


 Masukkan 0,6 mL HCl pekat dalam Labu ukur 250 mL
 Penambahan aquades sampai tanda

3) Standarisasi HCl 0,02 N


 Masukkan 0,04 gram Na-tetraborat dalam Erlenmeyer
 Larutkan dengan 25 mL aquades
 Penambahan 2 tetes indikator BCG-MR
 Titrasi dengan larutan HCl yang akan distandarisasi
sampai terjadi perubahan warna
 Catat volume HCl

d) Perhitungan
 Mikrokjeldhal

% N = [(vol titrasi sampel x N HCl) – (vol. titrasi blanko x N HCl) x


14,008 x 100%)] / mg sampel
% protein (wb) = N x fk
% protein (db) = [% protein (wb)] / (1-Ka)

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
BAB IV
ANALISIS TOTAL GULA METODE ATHRONE

Metode anthrone-sulfat, merupakan metode penetapan gula total, dimana


prinsipnya, gula pereduksi atau non pereduksi akan bereaksi dengan asam sulfat
pekat membentuk furfural atau turunannya, kemudian furfural tadi akan bereaksi
membentuk kompleks berwarna kuning kehijauan dengan reagen anthrone
(Koehler, 1952).

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Menganalisis total gula pada suatu bahan pangan metode anthrone dengan
menggunakan instrument spektrofotometri UV-Vis

2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Timbangan Analitik Bulb
Gelas Ukur Tabung Reaksi
Kertas Saring Whatman Vortex
Pengangas Air Spektrofotometri UV-Vis
Erlenmeyer pH Meter
Pipet Ukur

b) Bahan
Sampel Natrium Oksalat
Alkohok 80% Glukosa Standar
NaOH Reagen Anthrone
Timbal Asetat

c) Cara Kerja
 Persiapan sampel
1) Sampel ditimbang sebanyak 4 g
2) Ditambahkan alcohol 80% dengan perbandingan 1:1 kemudian disaring
menggunakan kertas saring
3) Filtrat diukur pHnya, jika filtrat bersifat asam, ditambahkan NaOH 0.1 N
hingga basa (pH 9)
4) Larutan dipanaskan suhu 100 oC selama 30 menit, kemudian disaring
kembali
5) Laritan dipanaskan pada suhu 85 oC hingga larutan bebas alcohol
6) Jika ada endapan,s aring kembali
7) Filtrat dipindahkan ke dalam labu ukur 25 mL kemudian ditambahkan 3
mL timbal asestat hingga jernih, larutan ditetapkan volumenya dengan
aquades
8) Kemudian disaring dengan kertas whatman
9) Filtrat ditambahkan natrium oksalat sebanyak 1 gr, dicampur kemudian
endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas saring

 Pembuatan kurva standar glukosa


1) Dipipet larutan glukosa standar 200 ppm sebanyak 0; 0.2; 0.4; 0.6; 0.8
dan 1 mL ke dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan aquades hingga
total volume masing-masing tabung 1 mL
2) Masing-masing ditambahkan 5 mL reagen anthrone kemudian ditutup
dan divortex
3) Selanjutnya tabung dipanaskan pada penangas air suhu 100 oC selama 12
menit dan didinginkan
4) Larutan standar diukur dengan spektro panjang gelombang 630 nm

 Pengukuran sampel
1) Sampel yang telah disiapkan diambil 1 mL ke dalam tabung reaksi
2) Ditambahkan reagen anthrone seabnyak 5 mL, ditutup dan divortex
3) Dipanaskan suhu 100 oC selama 12 menit kemudian didindingkan
4) Diukur panjang gelombang 630 nm

d) Perhitungan
Kadar gula total = (x. Volume filtrat x Fp) / W(mg) x 100%
BAB V
ANALISIS KADAR SERAT KASAR
Serat terdiri dari serat makanan (dietry fiber) dan serat kasar (crude fiber). Serat
membentu mempercepat sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk proses
sekresi. Serat kasar memiliki nilai lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar
serat pangan, karena bahan kimia seperti asam kuat dan basa kuat mempunyai
kemampuan lebih besar dalam menghidrolisis komponen-komponen pangan
dibandingkan enzim-enzim pencernaan. Senyawa yang terkandung dalam serat
kasar adalah selulosa, lignin, pektin serta zat lainnya. Serat kasar terdiri dari bagian
dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia seperti asam
sulfat dan natrium hidroksida.

1. TUJUAN
Menentukan kadar serat kasar pada sampel

2 METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Neraca Analitik Pompa Vakum
Pendingin Soxhlet
Corong Buchner

b) Bahan
Asam sulfat, H2SO4 1,25% Etanol 96%
Natrium hidroksida, NaOH 3,25% Kertas saring Whatman 54, 541 atau
41

c) Cara Kerja
 Timbang 2-4 gram sampel
 Bebaskan lemak dengan cara ekstraksi Soxlet atau dengan mengaduk,
menuangkan sampel dalam pelarut organik sebanyak 3 kali
 Tambahkan 50 ml larutan H2SO4 1,25% didihkan 30 menit dengan
pendingin tegak
 Tambahkan 50 ml NaOH 3,25% dan didihkan lagi selama 30 menit
 Dalam keadaan panas, saring dengan corong Bucher yang berisi kertas
saring tak berabu whatman 54,41 atau 541 yang telah dikeringkan dan
diketahui beratnya
 Cuci endapan yang terdapat pada kerta saring berturut-turut dengan
H2SO4 1,25% panas, air panas dan etanol 96%
 Angkat kertas saring beserta isinya, masukkan ke dalam kotak
timbang yang telah diketahui bobotnya, keringkan pada suhu 105C (2-
3 jam) dinginkan dan timbang sampel bobot tetap
 Bila ternyata kadar serat lebih dari 1%, abukan kertas saring beserta
isinya, timbang sampai bobot tetap

d) Perhitungan

% serat kasar = x 100%

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
BAB VI
STANDARISASI LARUTAN
Pembuatan Larutan Standar dan Standarisasi
Larutan AgNO3 0,01 N dan Iod 0,01 N

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara


pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah
sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day dan Underwood,
2002).
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer (Kenkel, 2013). Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu
volume larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk
mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses
titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah
larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen
adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya
analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang
dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. Titik akhir titrasi
adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil
sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan yang dititrasi
kemudian dilakukan proses pengenceran (Harjadi, 1990). Pengenceran adalah
proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga
berlaku hukum kekekalan mol.
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi tidak
tepat sama dgn titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran,
indikator bereaksi dgn analit, atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi
larutan blanko. Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali
analit.Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva
titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H+] atau –log [X-] atau
–log [Ag+] atau E (volt) terhadap volum (Harjadi, 1990).

1. TUJUAN PRAKTIKUM
a) Dapat mengetahui dan mengerti cara membuat larutan standar (AgNO3 0,01
N dan Iod 0,01 N)
b) Mengetahui konsentrasi larutan AgNO3 dan iodin standar yang sebenarnya
dengan standarisasi

2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Timbangan analit Pipet ukur 10 mL Gelas ukur 250 Corong
mL
Erlenmeyer 100 mL Pipet ukur 1 mL Spatula Gelas beker 50
mL
Buret dan statif Pipet tetes Labu ukur 250 mL Kuvet
Propipet Spektrofotometer Botol tertutup Kertas label

b) Bahan
Larutan AgNO3 I2 padat
Aquades Vitamin C standar
KCl padat Larutan iod 0,01N
Larutan K2CrO4 5% Larutan amilum 1%
KI padat Larutan Na2CO3 jenuh

c) Cara Kerja
1) Pembuatan AgNO3 0,1 N
• Pelarutan 16,989 gram AgNO3 sampai volume 1 L
• Pengenceran 10 kali

2) Pembuatan AgNO3 0,01 N


• 25 mL larutan AgNO3 0,1 N dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL
• Penambahan aquades sampai tanda batas
3) Standarisasi Larutan AgNO3
• Melarutkan 20 mg KCl dalam 25 ml aquades
• Menambahkan 2-3 tetes larutan K2CrO4
• Titrasi dengan AgNO3 sampai warna pink-oranye

4) Pembuatan Larutan Iod 0,01 N


• Melarutkan 0,625 gram KI dan 0,3172 gram I2 dengan penambahan
sedikit aquades
• Pengenceran hingga volume 250 mL

5) Standarisasi Iod 0,01 N


• Menimbang 0,02 gram vitamin C standar
• Melarutkan dalam 25 mL aquades
• Menambahkan 1 mL amilum 1%
• Mentitrasi dengan larutan iod hingga berwarna biru

d) Perhitungan
1) Standarisasi Iod

N Iod = ( )

2) Standarisasi Larutan AgNO3 0,01 N

N AgNO3 = ( )

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 2002. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Kenkel, John. 2013. Analytical Chemistry for Technicians 4th Edition. Boca Raton:
CRC Press
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
BAB VII
ANALISIS KADAR VITAMIN C DENGAN
TITRASI IODOMETRI DAN
SPEKTOFOTOMETRI UV-VIS

1. TUJUAN
1) Menentukan kadar vitamin C pada sampel minuman sari buah secara
kuantitatif dengan metode iodometri
2) Menentukan kadar vitamin C pada sampel minuman sari buah secara
kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis

2. METODE PRAKTIKUM
a) Alat
Erlenmeyer 100 mL Gelas Ukur 250 mL
Buret dan Statif Gelas Beker 50 mL
Propipet Corong
Pipet Ukur 10 mL Label
Pipet Ukur 1 mL

b) Bahan
Sampel Minuman Sari Buah Larutan Iod 0,01 N
Larutan amilum 1%

c) Cara Kerja
1) Metode Iodometri
 Sebanyak 10 mL sampel dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer
 Ditambahkan 1.2 mL H2SO4 10%
 Penambahan beberapa tetes amilum 1%
 Titrasi dengan larutan iod 0,01 N hingga warna biru
 Pencatatan volume titrasi

Perhitungan
Kadar Vitamin C (mg Vit C/100 mL) = 0,88 x Vol. titrasi x
2) Menggunakan spektrofotometer UV-Vis
a) Alat
Pipet Ukur Spektrofotometri UV-Vis
Labu Ukur 100 mL

b) Bahan
Sampel Aquades
Standar Asam Askorbat

c) Cara Kerja
 Sampel disaring kemudian dipipet 0.5 mL
 Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
 Filtrat ditambahkan aquades 100 mL
 Diukur pada panjang gelombang 265 nm
 Pembuatan kurva std asam askorbat 2,4,6,8,12,16, dan 20
ppm
BAB VIII
EKSTRAKSI SENYAWA KOMPONEN
BIOAKTIF

Ekstraksi suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan


kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik. Ekstraksi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam pelarut seperti metanol, etanol, aseton, dan n-heksana.

a) Alat
Evaporator Alat Pencacah
Gelas Kimia Timbangan
Pengaduk

b) Bahan
Sampel Etanol/ Metanol/ Aseton/ n-heksana

c) Cara Kerja
 Pelarut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam
seperti metanol, etanol, aseton, dan n-heksana
 Sereh yang digunakan dipotong-potong kecil-kecil
 Perbandingan pelarut dengan 1:10 dan waktu ekstraksi 2 jam.
o Yield minyak atsiri = B/A x 100%
o Massa sereh : A
o Massa minyak atsiri sereh : B
BAB IX
ANALISIS ANTIOKSIDAN METODE DPPH
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-
VIS

a) Alat
Mikropipet Vortex
Tabung Reaksi Spektrofotometri UV-Vis

b) Bahan
Sampel DPPH
Etanol 96%

c) Cara Kerja
 Sampel dipipet ke tabung reaksi sebanyak 100 mikroliter
 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL
etanol 96% kemudian divortex
 Diinkubasi di suhu ruang dalam gelap selama 30 menit
 Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm

d) Perhitungan

% Inhibisi = x 100%
Keterangan :
A = Nilai absorbansi
BAB X
ANALISIS SENYAWA MENGGUNAKAN GC-MS

Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS) merupakan teknik


kromatografi gas yang digunakan bersama dengan spektrometri massa. Penggunaan
Kromatografi gas dilakukan untuk mencari senyawa yang mudah menguap pada
kondisi vakum tinggi dan tekanan rendah jika dipanaskan. Sedangkan spektrometri
massa untuk mentukan bobot molekul, rumus molekul, dan menghasilkan molekul
bermuatan.

Anda mungkin juga menyukai