PT.SEMEN PADANG
Disusun oleh :
166647
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Nis : 166647
Mengetahui
Pembimbing lapangan
NIP. 7599060
i
ANALISIS KIMIA BOTTOM ASH (BA) SEBAGAI BAHAN BAKU
ALTERNATIF MATERIAL MENGGUNAKAN METODA UJI : STANDAR
NASIONAL INDONESIA (SNI) 15-2049-2015
Oleh
166647
Mengetahui,
Fitriyeni
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
taufik-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat membuat Laporan Praktik
Kerja Industri (PRAKERIN) yang berjudul “ANALISIS KIMIA BOTTOM ASH
(BA) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF MATERIAL
MENGGUNAKAN METODA UJI : STANDAR NASIONAL INDONESIA
(SNI) 15-2049-2015”
Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktik Lapangan yang telah dilaksanakan
oleh penulis di PT Semen Padangyang dilakukan setiap hari Senin sampai Jumat pada
periode 15 Juli – 15september 2019. Prakerin ini merupakan salah satu mata pelajaran
yang wajib diikuti oleh siswa kelas 13. Dimana dengan Prakerin ini siswa dapat siap
dan dapat mengaplikasikan pembelajaran yang diperoleh di Sekolah pada Industri
tempat bekerja.Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja
Industri ini, diantaranya:
1. Kedua orang tua, saudara, dan keluarga besar yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis sehingga laporan magang ini dapat terselesaikan dengan
baik.
2. Drs. Nasir selaku Kepala SMK SMAK Padang.
3. Bu Meri dan Bu Fitriyeni selaku Guru Pembimbing Prakerin yang telah
memberikan pengarahan pada proses prakerin.
4. PT. Semen Padang yang telah memberikan kesempatan magang kepada
penulis.
5. Bapak Nuralib, S.T. Kepala Unit Quality Assurance.
6. Bapak Sarman Durmalay, S.T Ka.Sie AFR & Material Ketiga
7. Bapak Darwas Lab. Support Material
iii
8. Bu Yulmidawati A.Md.AK kepala urusan laboratorium kimia bahan
9. Abang Hendra,Abang Jen Riadi, pak Uwo, kak Yeyen, Kak Nurul, Kak Riska,
Kak Mike, Kak Rika, Kak Fitri dan Seluruh Staf Karyawan/I PT. Semen
Padang yang telah mengajarkan dan membantu selama proses kegiatan
magang berlangsung.
10. Teman prakerin Dinda Yossy Augustia, Zura Arifa Nandini, Nanda Putri
Utami, Yolanda Tasya Andira, Fairuzita Putri Khansarah, Ade Nurul Hikmah,
dan Semua pihak yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
11. Teman teman seperjuangan BP’16 angkatan 52
Semoga Allah SWT dapat membalas budi baik yang tulus dan ikhlas kepada
semua pihak yang bersangkutan. Penulis menyadari laporan ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
menjadi acuan untuk pelaksanaan magang nantinya.
Penulis
NIS. 166647
iv
DAFTAR ISI
v
2.5.2.2. Tahapan Proses ........................................................... 24
2.6. Jenis-JenisProduk ................................................................................. 24
2.6.1. Semen Portland Type 1 .......................................................... 25
2.6.2. Semen Portland Type II .......................................................... 25
2.6.3. Semen Portland Type III......................................................... 26
2.6.4. Semen Portland Type V .......................................................... 28
2.6.5. Semen Portland Campur ......................................................... 29
2.6.6. Oil Well Cement (OWC) ........................................................ 30
2.6.7. Portland Composite Cement (PCC) ........................................ 31
2.6.8. Super “Portland Pozzoland Cement” (PCC) ......................... 31
2.7. PengendalianKualitas ..................................................................... 32
2.8. Pemasaran ...................................................................................... 32
vi
5.2 Saran ................................................................................................. 47
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1.Pabrik PT Semen Padang ....................................................... 6
Gambar 2.2.Logo Pertama PT Semen Padang ........................................... 6
Gambar 2.3.Logo Kedua PT Semen Padang .. ............................................ 6
Gambar 2.4.Logo Ketiga PT Semen Padang ............................................. 7
Gambar 2.5.Logo Keempat PT Semen Padang .......................................... 7
Gambar 2.6.Logo Kelima PT Semen Padang ............................................ 7
Gambar 2.7.Logo Keenam PT Semen Padang ........................................... 8
Gambar 2.8.Logo Ketujuh PT Semen Padang ........................................... 8
Gambar 2.9.Logo Kedelapan PT Semen Padang ....................................... 8
Gambar 2.10.Logo Kesembilan PT Semen Padang ................................... 9
Gambar 2.11.Logo Kesepuluh PT Semen Padang ..................................... 9
Gambar 2.12.StrukturOrganisasi AFR ...................................................... 12
Gambar 2.13.Proses Pembuatan Semen pada PT Semen Padang .............. 18
Gambar 2.14.Semen Portland Type I ......................................................... 25
Gambar 2.15.Semen PortlandType II ........................................................ 25
Gambar 2.16.Semen Portland Type III ...................................................... 26
Gambar 2.17.Semen Portland Type V ....................................................... 28
Gambar 2.18.Semen Super Mansory .......................................................... 29
Gambar 2.19.Semen Oil Well ..................................................................... 30
Gambar 2.20.Portland Composite Cement (PCC) ..................................... 32
viii
DAFTAR LAMPIRAN
i. Foto Perusahaan
ii. Foto Laboratorium
iii. Diagram Alir Proses Industri
iv. Foto Peralatan
v. Foto Pengujian
vi. Dokumentasi Kegiatan
vii. Pembuatan Reagen dan Pereaksi
viii. Pengolahan Data
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penulis menjalani proses Prakerin di PT Semen Padang. Analisa yang
dilakukan ialah “ANALISIS KIMIA BOTTOM ASH (BA) SEBAGAI
BAHAN BAKU ALTERNATIF MATERIAL MENGGUNAKAN
METODA UJI : STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 15-2049-
2015” di Laboratorium Quality Assurance PT Semen Padang.
PT Semen Padang merupakan perusahaan besar dengan kualitas yang
baik. Sehingga kami yakin akan mendapatkan banyak pengalaman dan
pengetahuan yang bisa kami pelajari dengan harapan akan bisa menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi baru dari tempat industri yang belum
kamidapatkan sebelumnya di lembaga pendidikan.
Perkembangan pembangunan di Indonesia pada era globalisasi ini
semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai kegiatan
pembangunan terkhususnya pembangunan secara fisik. Pembangunan fisik
meliputi kegiatan pembangunan gedung-gedung bertingkat, jalan raya, pusat
perbelanjaan, dll. Adanya berbagai kegiatan pembangunan ini berpengaruh
terhadap kebutuhan semen sebagai salah satu material bangunan yang sering
dan harus digunakan.
2
1.3 Manfaat
1. Dapat meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan siswa
mengenai materi dan praktik kerja industri.
2. Memperoleh pengalaman dalam menangani pekerjaan dalam sebuah
perusahaan atau industri secara langsung.
3. Dapat mengetahui proses pembuatan semen di PT Semen Padang secara
umum.
4. Dapat melakukan analisa semen rutin dan lengkap dengan baik dan benar.
5. Dapat berkomunikasi dan bertingkah laku dengan sopan dan sesuai pada
tempatnya.
3
BAB II
4
dioperasikan lagi mengingat efisiensi dan langkanya suku cadang
peralatannya akan tetapi masih tetap dirawat dengan baik. Pabrik Indarung II
dibangun pada tahun 1977 dan selesai pada tahun 1980. Setelah itu berturut-
turut dibangun pabrik Indarung III A (1981- 1983) dan Indarung III B (selesai
tahun 1987). Pabrik Indarung III C dibangun oleh PT. Semen Padang pada
tahun 1994.
Kemudian dalam perkembangannya pabrik Indarung III A akhirnya
dinamakan pabrik Indarung III sedangkan pabrik Indarung III B dan III C
yang menggunakan satu Kiln yang sama diberi nama pabrik Indarung IV.
Dengan diresmikannya pabrik Indarung V pada tanggal 16 Desember 1998
maka kapasitas produksi meningkat menjadi 5.240.000 ton semen pertahun.
Dan pada akhir tahun 2016 pabrik baru yaitu Indarung VI sudah beroperasi
dengan kapasitas produksi±1.500.000 ton semen pertahun.
Berdasarkan surat menteri keuangan. Republik Indonesia No. S-326/
MK. 016/ 1995 tanggal 5 Juni 1995, pemerintah melakukan konsolidasi atas
tiga buah pabrik semen milik pemerintah yaitu PT. Semen Padang, PT. Semen
Gresik dan PT. Semen Tonasa yang terealisasi tanggal 15 September 1995.
Pada saat ini, pemegang saham Perusahaan adalah PT Semen
Indonesia (Persero)Tbk dengan kepemilikan saham sebesar 99,99% dan
Koperasi Keluarga Besar Semen Padang dengan saham sebesar 0,01%. PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk sendiri sahamnya dimiliki mayoritas oleh
Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01%. Pemegang saham lainnya
sebesar 48,09% dimiliki publik. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
merupakan perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia.
5
Gambar2.1.Pabrik PT. Semen Padang
6
Gambar2.4. Logo Ketiga PT Semen Padang
7
Gambar2.7. Logo Keenam PT Semen Padang
8
Gambar2.10. Logo Kesembilan PT Semen Padang
9
4. Memberdayakan, mengembangkan dan mensinergikan sumber daya
perusahaan yang berwawasan dan lingkungan.
5. Meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan dan memberikan
yang terbaik kepada stakeholder.
Giving the best : Setiap individu di Semen Padang selalu bekerja dengan kemampuan
terbaik dan motivasi tinggi sesuai dengan masing-masing tugas yang diberikan oleh
perusahaan.
10
To build : Secara bersama-sama karyawan semen Padang memberikan solusi
melebihi harapan “pelanggan“ dan berkontribusi untuk pembangunan peradaban di
muka bumi.
A better life : Demi kehidupan manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Saat sekarang ini, PT Semen Padang telah memiliki 6 unit pabrik, yaitu unit
pabrik Indarung I, II, III, IV, V, dan VI yang mana seluruh unit pabrik ini berada pada
satu lokasi yang cukup berdekatan. Meskipun PT. Semen Padang telah memiliki 6
unit pabrik yang ada, namun hanya 4 unit yang masih aktif yaitu Pabrik Indarung
II/III, IV, V, dan VI. Hal ini didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan polusi,
karena pabrik Indarung I beroperasi dengan proses basah.
11
3. Direktur Keuangan : Tubagus Muhammad Dharury
12
Gambar 13. Struktur Garis Koordinasi PT Semen Padang
13
2.4.1.3. Struktur organisasi AFR
14
Telah kita ketahui bahwa penggunaan AFR (Alternatif fuel & raw material) di
industri semen akhir-akhir ini sedang giat dikembangkan dan diterapkan, salah
satunya di PT Semen Padang. Jenis yang dikembangkan di PT Semen Padang adalah
Industry waste (Limbah industri) maupun Biofuel. Upaya ini dipicu oleh terbatasnya
bahan bakar yang umumnya dipakai di industri semen, terlebih jenis bahan bakar Non
Renewable Fosil Fuel ( Bahan bakar yang tidak dapat diperbarui) yaitu Gas, Oil, dan
Coal.
Ada dua prinsip utama yang harus diidentifikasi sebelum AFR digunakan.
Pertama, mencakup komposisi kimia, energy and ash content, moisture juga alkali/
volatile content. Kedua, AFR yang dipilih umumnya didasarkan pada harga dan
availabilitynya. Setelah kedua parameter dapat dipenuhi maka semua jenis AFR dapat
digunakan baik dalam bentuk padat, powder maupun cairan.
15
rawmill yang terbentuk di kiln. Namun pada praktiknya, pabrik yang
menggunakan AFR tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas produksi
klinkernya. Meski demikian, pemanfaatan aspek kimia dari klinker tetap perlu
diperhatikan.
4) Hal lain yang harus diwaspadai adalah kandungan senyawa kimia yang
menyertai AFR Tersebut. Misalnya saja AFR tersebut banyak mengandung
senyawa Cl, maka akumulasikan dari klorin dalam kiln sistem akan
menjadikan masalah pengoperasian bertambah, Antara lain bisa
mengakibatkan dinding inlet maupun calciner sering block up dan sebagainya.
Jadi, apapun jenis AFR yang dipakai perlu diidentifikasi kandungan senyawa
yang mengikutinya agar operasi pebrik tidak terganggu.
16
di Bukit Karang Putih yang berjarak 2-3 km dari lokasi pabrik. Batu
kapur digunakan sebanyak ± 80%. Batu kapur merupakan sumber utama
oksida yang mempunyai rumus molekul CaCO3 (Kalsium Karbonat),
Batu Kapur yang baik dalam penggunaannya memiliki kadar air ± 5%.
Lime Stone berfungsi sebagai bahan penyedia senyawa oksids 50-15%
dimana senyawa ini selanjutnya akan membentuk senyawa-senyawa
utama semen (C2S3, C3S, C3A, C4AF). Senyawa-senyawa yang
terkandung di dalam batu kapur adalah ± 50% CaO, ± 11% SiO2, ± 2%
Al2O3, ± 1% Fe2O3, dan oksida-oksida lain seperti MgO.
2. Batu Silika (Silica Stone)
Batu silika merupakan sumber utama silika dioksida dan alumina
yang merupakan bahan aditif untuk mengkonversikan kekurangan
komposisi kimia pada pembuatan semen. Batu silika digunakan
sebanyak ±9%. Pengambilan batu silika untuk PT. Semen Padang
terdapat di Bukit Ngalau yang terletak 1,5 km dari lokasi pabrik. Batu
silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ±
90%. Senyawa SiO2 dibutuhkan untuk membentuk senyawa C2S dan
C3S. Senyawa yang terkandung di dalam batu kapur adalah ±1% CaO,
±70% SiO2, ± 13% Al2O3, ±16% Fe2O3.
17
Senyawa-senyawa yang terkandung di dalam tanah liat ± 45% SiO2,±
29% Al2O3, ± 10% Fe2O3.
4. Pasir Besi (Ironsand) / Copper Slag / Sampah Konkrit (Sumber Fe)
Pasir besi (Ironsand) / Copper Slag / Sampah Konkrit (Sumber Fe)
mempunyai oksida utama berupa Fe2O3 yang kebutuhannya hanya
sekitar 1-2% dari total kebutuhan bahan mentah. PT Semen Padang
tidak memiliki area tambang pasir besi tapi membeli dari luar, biasanya
diambil dari PT Aneka tambang Cilacap. Ironsand digunakan sebanyak
kurang lebih 1%. Ironsand memiliki rumus kimia Fe2O3 yang pada
umumnya selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai
impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses
pembuatan kerak semen.
18
2.5.2.Proses Produksi Semen
2.5.2.1 Jenis Proses Semen
Ada dua macam jenis proses produksi semen yang dipergunakan di
PT. Semen Padang, yaitu:
1) Proses Basah (Wet Process)
Pada proses basah, pembuatan semen dilakukan dengan
menambahkan air saat penggilingan bahan mentah. Hasil
penggilingan bahan mentah tersebut berupa lumpur yang disebut
dengan Slurry dengan kadar air sekitar 30-36%. Pembuatan semen
dengan proses basah dilakukan di Pabrik indarung I dan sekarang
sudah tidak beroperasi lagi.
Keuntungan proses basah :
Debu yang dihasilkan tidak banyak (polusi udara kecil).
Umpan Kiln lebih homogen.
Operasi sederhana.
Kerugian proses basah :
Pemakaian bahan bakar lebih banyak.
Kiln yang digunakan lebih panjang.
Memerlukan air yang cukup banyak.
2) Proses Kering (Dry Process)
Pada proses kering, pembuatan semen dilakukan dengan pengeringan
seiring dengan penggilingan bahan mentah berupa tepung atau bubuk
yang disebut dengan Raw Mix dengan kadar air sekitar 1%.
Pembuatan semen dengan proses kering dilakukan di Pabrik Indarng
II/III, IV, V dan VI.
Keuntungan proses kering:
Ukuran Kiln yang digunakan lebih pendek daripada Kiln pada
proses basah.
Pada proses kering tidak memerlukan air,cocok digunakan untuk
daerah yang sulit air.
19
Bahan bakar lebih hemat.
Pemakaian panas lebih sedikit daripada proses basah.
Kerugian proses kering:
Debu yang dihasilkan lebih banyak, akan menyebabkan polusi
udara sehingga diperlukan alat khusu untuk menangkap debu.
Homogenisasi kurang sempurna.
2.5.2.2 Tahapan Proses
Secara umum, proses pembuatan semen dapat dibagi menjadi 4
tahapan yaitu:
a. Penyediaan bahan mentah
Penyediaan bahan mentah dimulai dari aktivitas di quarry
(penambangan), pemecahan/crushing dan transportasi sampai bahan
mentah berada di storage pabrik. Bahan mentah industri semen
adalah berupa batu kapur, batu silika, clay dan pasir besi (iron sand).
Biasanya pada pemasukan (penumpukan) bahan mentah ke storage
dilakukan pengaturan pencampuran awal (preblending) bahan
mentah sejenis agar kualitas bahan mentah tersebut lebih seragam.
20
Pada proses pembakaran ini, raw mix (Slurry pada proses basah)
melalui beberapa tahapan proses yang menghasilkan produk semen
setengah jadi yang disebut dengan klinker. Tujuan utama dari proses
pembakaran ini adalah untuk menghasilkan reaksi kimia dan
pembentukan senyawa diantara oksida-oksida yang terdapat pada
bahan mentah. Pembakaran ini dilakukan sampai mencapain suhu
maksimum, yaitu 1400°C. Pada proses pembakaran ini terjadi
beberapa proses, yaitu:
Pengeringan (untuk proses basah)
Pemanasan pendahuluan (pre heating)
Kalsinasi (calcination)
Pemijaran (sintering)
Pendingin (cooling)
Proses pembakaran dilakukan dalam sebuah alat yang disebut
dengan kiln. Kiln ini berbentuk silinder dengan diameter yang
mencapai 5 m dengan panjang mencapai 80 m dengan kemiringan
3°. Kiln ini berotasi selama pembakaran agar material terbakar
merata. Bahan bakar untuk proses pembakaran ini adalah batu
bara yang telah dijadikan serbuk.
Raw mill atau slurry yang telah mengalami pemijaran di dalam
kiln selanjutnya di dinginkan di dalam cooler. Material yang
keluar dari kiln ini disebut sebagai kilnker dengan temperatur
yang mencapai 140°C.
d. Penggilingan Klinker dan penambahan Gypsum menjadi Semen
Semen setengah jadi (Klinker) yang dihasilkan selanjutnya melalui
proses penggilingan sampai dengan kehalusan tertentu. Pada tahap
ini klinker yang telah didinginkan di dalam silo diumpankan bersama
gypsum sekitar 4% s/d 6% ke dalam cement mill (tromolcement).
Fungsi gypsum dalam semen adalah sebagai retarder, yaitu sebagai
bahan yang dapat mengendalikan reaksi sewaktu pengerasan semen,
21
sehingga semen tidak terlalu cepat. Di dalam cement mill klinker
yang berukuran 1-4 mm3 digiling bersama gypsum sampai mencapai
tingkat kehalusan tertentu dengan menggunakan peralatan grinding
media yang terbuat dari bola-bola baja. Semen yang dihasilkan
selanjutnya disimpan dalam Silo Cement untuk siap dikantongkan
atau ditransportasikan.
22
2049:2015,ASTM C 150-07, dan BS 12-1996. Semen Portland Type I
yang dihasilkan PT Semen Padang dapat dilihat pada Gambar 2.16.
23
2.6.3. Semen Portland Type III (High Early Strength Cement)
Semen portland type III dipakai untuk konstruksi bangunan yang
memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah
pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-
bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat. Semen tipe III ini telah
memenuhi SNI 2049:2015, dan ASTMC C 150-07. SemenPortland Type
III yang dihasilkan PT Semen Padang dapat dilihat pada Gambar 2.18.
24
Gambar2.19. Semen Portland Type V
25
Gambar2.20. Semen SuperMasonry
26
minyak.Sumur-sumur minyak atau gas dibuat dengan mengebor lubang
kedalam tanah / bumi dengan kedalam ratusan sampai dengan 20.000 kaki
(sekitar 7.000 meter). Pipabesi yang disebut casing ditempat kan pada
lubang sumur dan semen dipompa kebawah melalui pipa tersebut.
Sewaktu semen terpompa keluar melalui dasar casing tersebut dan
kembali kepermukaan melalui bagian luar casing, iaakan membentuk
ikatan krisisan tara bagian luar casing dengan dindin gsumur yang telah
dibor. Ikatan ini akan melindungi minyak, gas dan air bawah tanah
sehingga tidak bercampur di dalam sumur tersebut.
Kekokohan semen tergantung pada serangan sulfat, suhu dan tekanan
yang tinggi selama proses pemompaan berlangsung. Dikarenakan
keharusan waktu pemekatan yang ketat, maka OWC diproduksi dengan
standar mutu yang ketat sesuai dengan standar API (American Petroleum
Institute).
Fungsi energineering cementing :
a. Menahan serta mengikat casing dengan formasi
b. Menutup daerah circulation
c. Melindungi casing dari pengaratan yang disebabkan oleh air dibawah
permukaan tanah
d. Menghindari terjadinya blow out (semburan liar dengan membentuk
sekatan formasi)
e. Melindungi casing dari beban getaran / guncangan selama pemboran
f. Menghindari terjadinya perpindahan fluida antar zone
Semen Oil Well yang dihasilkan PT Semen Padang dapat dilihat pada
Gambar 2.21.
27
Gambar 2.21 Semen Oil Well
28
2.6.8. Super "Portland Pozzolan Cement" (PPC)
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzolan
SNI 15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas
seperti:
a. Konstruksi beton massa (bendungan, dam dan irigasi)
b. Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan
sulfat(Bangunantepi pantai, tanah rawa).
c. Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.
d. Pekerjaanpasangan dan plesteran.
Semen Portland Pozzolan Cement yang dihasilkan PT Semen Padang dapat
dilihat pada Gambar 2.23.
2.7 PengendalianKualitas
Pengendalian kualitas dilaksanakan mulai dari proses penambangan
bahan baku,proses produksi hingga menjadi produk jadi dan pemantauan
produk yang terdapat di pasar. Pengedalian kualitas dilakukan menggunakan
teknologi modern yang dirancang khusus yaitu QCX system ( Quality Control
By X-ray Analyzer and Computer ) dan dilakukan dibawah Biro Laboratorium
Proses. Selain menggunakan QCX System, PT Semen Padang memiliki suatu
biro khusus yang bertugas sebagai Quality Assurance dan menerbitkan
29
sertifikat hasil uji yaitu Biro Quality Assurance dan pelayanan teknis.
Manajemen biro ini memenuhi system manajemen mutu laboratorium SNI
ISO 17025:2008.
2.8 Pemasaran
PT Semen Padang mempunyai beberapa lokasi untuk pengantongan dan
pendistribusian produk, terutama sekali untuk pasar-pasar dalam negeri. PT
Semen Padang mempunyai 12 silo yang berlokasi dekat dengan pabrik yang
mempunyai kapasitas 100.000 metrik ton dan 9 silo di pelabuhan laut Teluk
Bayur (± 14 km dari lokasi pabrik) yang mempunyai kapasitas 90.000 metrik
ton. PT Semen Padang juga mempunyai tempat pengantongan (packing plant)
di Aceh (Lhokseumawe), Medan, Dumai, Lampung, Tanjung Priok dan
Ciwandan.
1. DalamNegeri
2. LuarNegeri
30
BAB III
PELAKSANAAN PRAKERIN
31
Volumetri adalah suatu metoda yang didasarkan pada jumlah volume
suatu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya yang diperlukan untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah komponen tertentu dalam contoh.
Gravimetri adalah suatu metoda yang didasarkan atas pengukuran berat
dari residu dengan tahap pengendapan, penyaringan, pencucian, pengeringan
dan pemijaran
BOTTOM ASH
Pada pembakaran batubara di dalam biler akan menghasilkan limbah berupa debu
(ash). Menurut ukurannya limbah debu di bagi menjadi dua yaitu abu terbang (fly
ash) dan abu dasar (bottom ash)bottom ash adalah limbah abu yang ukurannya lebih
besardari pada fly ash . yang digolongkan sebagau bottom ash adalah :
Eco ash yang jatuh dari economizer akan ditampung di eco hopper dan
kemudia akan di hembus oleh eco ash blower menuju bottom ash silo. Pada
system transport eco ash terdapat gate valve yang di operasikan secara
pneumerik berdasarkan tekanan pada line co ash yang akan terbukayang akan
menutup saat tekanan naik tekanan operasi 0,5 MPa) yang mengindikasikan
ada material di dalam line,begitu juga sebaliknya. Juga terdapat air lock yang
bekerja secara sequence berdasarkan stteingan timmer.
32
Material pyrite reject dari pyrite hopper akan trasportasikan menju bak
SSC dengan pyrite pump. Pada proses cleaning ,pyrite reject di keluarkan dari
pyrite hopper dan dimasukkan secara manual ke line pyrite, kemudian akan
didorong oleh air dari pyrite pump yang bertekanan 10 kg/cm2.
Slag yang jatuh dari boiler akibat proses sooblowing akan ditampung di
bak SSC. Pada SSC terdapat scrapper conveyor yang digunakan untuk
mengangkut material slag dan pyrite reject dari bak SSC menuju chute SSC
untuk dihaluskan oleh clinker grinder dan kemudian akan di angkut oleh belt
conveyor menuju bottom ash silo. Terdapat bypass line yang akan terbuka
untuk membuang material bottom ash di sekitar transfer house saat belt
conveyor mengalami trip
1) Analisis kimia :
a. Silikon Dioksida (SiO2)
Dalam metode ini uji silikon dioksida (SiO2) ditentukan secara gravimetri.
Kemudian ditambahkan natrium karbonat, setelah itu dilebur selama 3 jam
dalam furnace 1000 ± 500C. Peleburan sampel dengan Na2CO3/ K2HSO4
yang berfungsi sebagai penguraian ikatan rangkap dari oksida oksida yang
terkandung dalam fly ash yang tidak bisa terlarut dengan asam
Reaksi:
33
H4SiO4
SiO2 + 6HF + H2SO4 H2SiF6 + 2H2O +Residu u/
R2O3
H2SiF6 SiF4 + 2HF
kuat.
b. Golongan Ammonium Hidroksida (R2O3)
Dalam metode ini aluminium oksida, besi (III) oksida, titanium dioksida
dan posfor pentaoksida diendapkan dengan ammonium hidroksia.
Endapan disaring dan dibakar. Oksida yang terbentuk adalah R2O3
(Fe2O3 + Al2O3 ) kemudian ditimbang.
Reaksi :
Filtrat SiO2yang mengandung FeCl2, FeCl3, AlCl3, disebut RCL3
𝑅𝐶𝑙3 + 𝑁𝐻4 𝑂𝐻 → 𝑅(𝑂𝐻)3 ↓𝑐𝑜𝑘𝑙𝑎𝑡 + 𝑁𝐻4 𝐶𝑙
1000℃
𝑅(𝑂𝐻)3 → 𝑅2 𝑂3
34
+8𝐻2 𝑂
35
f. Besi (III) Oksida (Fe2O3)
Dalam metode ini kadar Fe2O3 ditentukan dengan reaksi redoks dimana
Fe+3 direduksi menjadi Fe+2 dan dititrasi dengan larutan standar kalium
dikromat (K2Cr2O7). Penetapan ini tidak dipengaruhi oleh titanium dan
vanadium yang mungkin ada dalam Bottom Ash
Reaksi
𝒉. Al2O3
36
1. Neraca Analitik Digital
2. Gelas Piala 250 ml, 400 ml, 600 ml
3. Corong
4. Batang Pengaduk
5. Kaca Arloji
6. Gelas Ukur 10 mL, 25 mL, 50 mL
7. Labu Semprot
8. Erlenmeyer 250 mL, 500 mL
9. Hot Plate
10. Penangas Pasir
11. Pinset
12. Pump pipet
13. Cawan Porselen
14. Cawan Platina
15. Furnace
16. Desikator
17. Tang Cawan
18. Spatula
19. Kertas Saring Halus (Whatman Ashless 42)
20. Kertas Saring Medium (Whatman Ashless 40)
21. Kertas Saring Kasar (Whatman Ashless 41)
22. Buret
23. Stirrer
3.4.2 Bahan
1. Aquadest
2. Larutan HCl 1:1
3. Natrium Karbonat (Na2CO3)
4. H2SO4 1:1
5. HF
6. SnCl2
37
7. HgCl 7%
8. H3PO4 10%
9. Indikator BDS
10. K2Cr2O7 0,025 N
11. Indikator MM
12. NH4OH 1:1
13. NH4NO3 2%
14. KMnO4 0,5000 N
15. BaCl2 10%
3.4.3 Cara Kerja Pengujian Kimia Bottom Ash
A. Penentuan SiO2
1. Timbang dengan teliti 0,5000 gram contoh
2. Masukkan ke cawan platina
3. Tambahkan 2 – 3 gram Na2CO3 p.a dan aduk
4. Tambahkan lagi 1 gram Na2CO3 ( sebagai penutup bagian atasnya)
tutup platina dan lebur dalam furnace pada suhu 10000C selama 30
menit.
5. Keluarkan leburan dan dinginkan
6. Masukkan cawan + tutupnya ke dalam gelas piala 400 mL yang telah
berisi aquadest panas ± 20 mL
7. Tutup gelas dengan kaca arloji, ditambahkan 25 mL HCl 1:1 yang telah
berisi aquadest
8. Bilas cawan dan tutupnya dengan aquadest
9. Keringkan hasil leburan diatas penangas air
10. Panaskan diatas water bath selama 1 jam + 5 mL HCl 1:1 teteskan
dengan merata, biarkan 1 menit kemudian tambahkan ± 30 mL H2O
panas
11. Saring endapan dengan kertas saring berpori kasar dan filtrat ditampung
dengan gelas piala 400 mL
12. Cuci endapan aquadest panas sampai bersih (bebas Klorida)
38
13. Lipat endapan dan haluskan kedalam cawan platina yang diketahui
beratnya (sebelum ditimbang harus dipanaskan dalam furnace pada suhu
10000C selam 10 menit dan dinginkan dalam desikator)
14. Pijarkan endapan dalam furnace pada suhu 8000C selama 30 menit
15. Pijarkan endapan lagi dalam furnace pada suhu 10000C selama 30 menit
16. Dinginkan endapan dalam desikator dan timbang berat endapan (a)
17. Basahkan endapan dengan 1 tetes H2SO4 1:1 dan 10 mL HF
18. Keringkan endapan diatas penangas pasir ( sampai uap putih hilang)
19. Pijarkan dalam furnace pada suhu 10000C selama 5 menit
20. Dinginkan dalam desikator dan timbang berat (b)
21. Lakukan pengerjaan blanko
22. Filtrat diasamkan dan dikisatkan
(berat endapan A − berat endapan B) − berat blanko
%SiO2 = × 100
berat sampel
B. Penentuan R2O3
1. Endapan setelah penetapan SiO2 tambahkan 1 gram Na2CO3
2. Lebur dalam furnace pada suhu 10000C selama 30 menit
3. Dinginkan dan filtrat disatukan dengan penyaringan SiO2 sebelumnya
kemudian didihkan
4. Tambahkan indikator MM sebanyak 1-5 tetes (merah)
5. Tambahkan NH4OH 1:1 sampai terbentuk endapan coklat (perubahan
warna larutan dari merah kekuningan)
6. Saring endapan dengan segera dengan kertas saring berpori kasar
kedalam gelas piala 600 mL (filtrate untuk penetapan CaO dan MgO)
7. Bilas gelas piala dengan NH4NO3 2% panas dan cuci endapan dengan
NH4NO3 2% panas sampai bersih
8. Lipat kertas saring yang berisi endapan tersebut, masukan ke dalam
cawan platina yang telah diketahui beratnya
9. Abukan endapan ke dalam furnace pada suhu 10000C 1 jam
10. Dinginkan endapan dalam desikator dan timbang beratnya
39
berat endapan − berat blanko
%R 2 O3 I = × 100
berat sampel
C. Penentuan CaO
1. Filtrat dari penentuan R₂O₃ ditambahkan HCl 1:1 kemudian kisatkan
sampai 200 mL
2. Tambahkan ammonium oksalat 30 mL setelah itu tambahkan NH₄OH
1:1 sampai terbentuk endapan
3. Biarkan selama 1 jam , kemudian saring dengan kertas saring halus
4. Bilas dengan aquadest panas sebanyak 10 kali
5. Endapan dimasukkan kedalam gelas piala, setelah itu ditambahkan 10
mL dan didiamkan
6. Tambahakan aquadest panas sampai 200 mL
7. Kemudian dititrasi dengan KMnO₄ 0,5000 N denga TAT pink seulas
8. Catat volume KMnO₄
%CaO =
(volume penitaran I − volume blanko) × N. KMnO4
× 28,04 × 100%
mg sampel
D. Penentuan MgO
1. Filtrat dari CaO dikisatkan sampai 200 mL
2. Setelah mendidih tambahkan diammonium hidrogen posfat sebanyak
10 mL, dinginkan dan tambahkan NH4OH sebanyak 30 mL lalu diaduk
sampai terbentuk endapan
3. Diaduk selama 15 menit
4. Didiamkam selama 10 jam, kemudian saring dengan kertas saring halus
5. Dibilas dengan larutan NH4OH : aquadest 1: 20
6. Endapan dimasukkan kedalam cawan platina, kemudian dipijarkan
kedalam furnace 10000C selama 1 jam
40
berat endapan − berat blanko
%MgO I = × 0,36207 × 100%
berat sampel
E. Penentuan Fe2O3
1. Ditimbang sampel sebanyak 0,5000 gram
2. Masukkan kedalam cawan platina
3. Tambahkan 2 gram Na2CO3 (sebagai penutup bagian atasnya) tutup
cawan platina, lebur dalam furnace 1000 ± 500C selama 30 menit
4. Keluarkan leburan dan dinginkan
5. Masukkan cawan + tutupnya kedalam gelas piala 600 mL yang telah
berisi aquadest panas ±25mL
6. Tutup gelas dengan kaca arloji, ditambahkan 25 mL HCl 1:1 yang telah
berisi aquadest panas
7. Bilas cawan dan tutupnya dengan aquadest dan keluarkan cawan+ tutup
8. Panaskan sampai mendidih, tambahkan SnCl2 tetes per tetes ( hingga
larutan tak berwarna atau bening)
9. Dinginkan filtratnya
10. Tambahkan 10 mL HgCl2 jenuh dan tambahkan 10 mL H3PO4
11. Tambahkan 2 tetes indikator BDS (Barium Diphenylamine Sulfonat)
12. Titrasi dengan K2Cr2O7 0,0250 N dengan TAT lembayung
(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 × 0,002
%𝐹𝑒2 𝑂3 𝐼 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
41
G. Penentuan SO3
1. Ditimbang 1,0000 gram sampel kedalam gelas piala 250 mL dengan
teliti
2. Dilarutkan dengan sedikit aquaedest
3. Ditambahkan HCl 1:1 sebanyak 15 mL lalu panaskan
4. Setelah mendidih tambahkan aquadest panas sampai volume 100 mL
5. Saring filtrat dengan kertas saring whatman 41
6. Filtratnya ditambahkan HCl 1:1 sampai warna merah, panaskan sampai
mendidih
7. Tambahkan BaCl 2% sebanyak 10 mL, lalu di diamkan 1 jam
8. Saring endapan dengan kertas saring whatman 42 bilas dengan
aquadest panas
9. Endapan di masukkan kedalam cawan platina dan dipijarkan kedalam
furnace suhu 8000C selama 30 menit
10. Dinginkan dalam desikator dan kemudian timbang berat endapan
3.5 Pengamatan
1. SiO2
Sampel + HCl → Larutan gel kuning → uap putih ↑ + HCl + Aquadest →
Saring larutan kuning(larutan a) → Endapan gel berwaran putih diabukan,
pengabuan ini terjadi selama 1 jam didapatkan endapan berwarna putih.
2. R2O3
Larutan kuning (larutan a) → dipanaskan + ditambahkan indikator MM →
Larutan berwarna merah + NH4OH → Larutan kuning dan endapan berwarna
coklat → Endapan disaring dan dicuci dengan NH4NO3 panas → filtrat
kuning (larutan b) untuk Cao dan MgO. Endapan coklat → dipijarkan.
Pengabuan ini selama 1 jam → Endapan coklat
42
3. CaO
Filtrat R2O3 berwarna kuning + Ammonium oksalat → endapan putih + H2O
+ H2SO4 → Larutan Bening → Titrasi dengan larutan KMnO4 → warna TAT
pink seulas
4. MgO
Filtrat dari CaO berwarna kuning + Aquadest + (NH4)2HPO4 →kuning +
NH4( Amoniak ) → endapan kuning → dipijarkan. didapatkan endapan
berwarna putih
5. Fe2O3
Sampel + HCl + H2O → kuning → panaskan + SnCl2 → warna bening +
Aquadest +HgCl2 + H3PO4 + Indikator BDS → Titrasi dengan K2Cr2O7 →
TAT berwarna lembayung (ungu)
6. SO3
Sampel + aquadest → Larutan hitam keabuan + HCl → Larutan kuning +
BaCl2 →larutan kuning. Endapan putih dipijarkan. Pengabuan ini selama 1
jam → Endapan putih
43
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Tabel 4.1.Hasil analisa kimia bottom Ash (BA) sebagai alternatif material
dengan metoda uji yang digunakan Standar asional Indonesia (SNI)
15- 2049- 2015
a. PEMBAHASAN
Pengujian kimia Bottom ash (BA) sebagai alternatif material yang
dilakukan dengan metoda yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI)15-
2049:2015, didapatkan hasil dengan melihat titik kritisnya masing-masing.
Titik kritis adalah suatu tahapan atau proses yang paling menentukan berhasil
atau gagalnya suatu pengujian.
Berikut beberapa titik kritis dalam melakukan suatu praktikum pengujian :
1) Penimbangan
Menimbang merupakan bagian yang penting dalam melakukan suatu
analisa terutama untuk analisa wet kimia karena membutuhkan ketelitian
yang cukup tinggi , ketika menimbang menggunakan neraca terutama
neraca analitik perhatikanlah terlebih dahulu kondisi neraca yang akan
44
digunakan,pastikan neraca dalam keadaan baik dan lihatlah keseimbangan
waterpass pada neraca, jika telah memastikan neraca dalam keadaan baik,
maka neraca siap digunakan. Timbanglah sampel dengan teliti agar hasil
analisa yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.
2) Melarutkan sampel
Pada saat melakukan analisa ketika melarutkan sampel dengan
pelarutnya pastikanlah sampel larut dengan sempurna, bila perlu aduk dan
tekan-tekan sampel yang belum larut dengan bantuan batang pengaduk
sehingga dapat mempermudah kita untuk melakukan praktikum
selanjutnya seperti menyaring.
3) Pemanasan
Pemanasan yang tidak sempurna dapat dapat mempengaruhi hasil
analisa karena pemanasan juga berfungsi untuk mempercepat jalannya
suatu reaksi jadi perhatikanlah suhu pada saat melakukan praktikum
4) Pengendapan
Pembentukkan endapan (pengendapan) adalah salah satu teknik untuk
memisahkan analit dari zat lain. Dalam melakukan suatu analisa biasanya
disarankan pemakaian pengendap berlebih karena kelarutan endapan-
endapan dapat berkurang atau menurun yang disebabkan oleh efek ion
yang sama (common ion-effect) kelebihan pengendap yang banyak tidak
diinginkan, bukan saja karena pemborosan pereaksi tetapi juga karena
endapan dapat cenderung melarut kembali dalam kelebihan pereaksi yang
banyak, membentuk ion rangkai komplek
Terbentuknya endapan atau tidak dalam suatu reaksi itu tergantung
kelarutan dari zat terlarut yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan
larut dalam sejumlah pelarut tertentu pada suhu tertentu. Dalam tahap
pengendapan ini analis harus teliti dan hati-hati dengan pengotor endapan
jika pengotor masuk kedalam endapan, dapat mengakibatkan
bertambahnya bobot dan kadar dari suatu sampel tersebut, oleh karena itu
dilakukan digestion atau aging/diperam, maksudnya adalah membiarkan
45
endapan terendam dalam larutan induknya untuk waktu tertentu (sesuai
prosedur kerja) fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Memurnikan endapan dari pengotornya
b. Memperbesar permukaan partikel
c. Supaya kristal-kristal menjadi lebih sempurna
Pencucian endapan bertujuan untuk menghilangkan atau
menyingkirkan kotoran yang terabsorbsi pada permukaan endapan
maupun yang terbawa secara mekanis.
Pemilihan larutan pencuci:
a. Larutan tersebut dapat semudah mungkin mencapai tujuan untuk
memurnikan endapan
b. Tidak melarutkan endapan terlalu banyak.
Tidak memakai larutan yang panas jika endapan dapat larut dalam
keadaan panas
Pada larutan pencuci ditambahkan sedikit ion senama dari
endapan untuk menekan pengionan endapan
Penambahan senyawa organik untuk mengurangi kepolaran
larutan pencuci
c. Untuk endapan yang berbentuk koloid, ditambahkan elektrolit untuk
mencegah peptisasi.
5) Penyaringan
Penyaringan harus dilakukan dengan hati-hati karena didalam
melakukan analisa semen umumnya penyaringan dilakukan dalam
keadaan panas, oleh karena itu jangan sampai ada yang tertumpah karena
akan sangat berdampak pada hasil analisa.
Penyaringan dilakukan dengan bantuan kertas saring, jadi
perhatikanlah kertas saring yang akan digunakan untuk analisa, berikut
tipe-tipe kertas saring yang digunakan dalam analisa semen:
46
Kertas saring whatman 40 adalah kertas saring medium, kertas saring
digunakan jika analis membutuhkan atau mengambil residu maupun
endapan dari sampel
Kertas saring whatman 41 adalah kertas saring bahan kasar yang
digunakan jika analis membutuhkan atau mengambil filtrat dari suatu
sampel
Kertas saring whatman 42 adalah kertas saring bahan halus yang
digunakan jika analis membutuhkan atau mengambil residu suatu
sampel
6) Pengaturan ph
pH suatu larutan sampel sangat mempengaruhi analisa yang akan
analis lakukan, oleh karena itu pH larutan sampel harus dikontrol agar
sampel jika ditambahkan pereaksi tertentu akan menghasilkan reaksi yang
diinginkan. Beberapa reaksi membutuhkan suasana larutan (asam/basa)
untuk dapat bereaksi.
7) Titrasi
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari
reaktan. Karena pengukuran volume memainkan peranan penting dalam
titrasi, maka dari itu dalam mentitrasi sampel analis harus berhati-hati
karena jika kelebihan satu tetes penitarpun maka akan melewati titik
akhir titrasi dan akan sangat mempengaruhi konsentrasi atau kadar dari
suatu sampel. Titik akhir titrasi bias diamati secara visual maupun dengan
menggunakan alat yang bernama fotometer.
Menggunakan metoda yang berbeda tentu kita juga menggunakan alat,
bahan dan cara kerja yang berbeda. Sehingga dari ini kita dapat
mengetahui bahwa didalam masing-masing metoda yang kita gunakan
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing –masing.
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis kimia bottom ash (ba) sebagai alternatif material
didapatkan kadar sebagai berikut :
5.2 Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
Jinis, Nahar. 1993. Pengertian Tentang Semen. Biro Pembinaan Dan Pengembangan
Personil. Padang : PT Semen Padang
49
LAMPIRAN
I. Foto Perusahaan
50
Kantor Utama PT Semen Padang
51
a. Laboratorium Produk
Ruang Timbang
b. Laboratorium Bahan
52
III. Diagram Alir Proses Industri
53
III. Foto Pengujian
Pengujian Fe2O3
54
Pengujian SiO2
Pengujian R2O3
Pengujian CaO
55
Pengujian MgO
Pengujian SO3
56
IV. Pembuatan Reagen dan Pereaksi
1. HCl 1:1
Tambahkan 1250 mL HCl p.amenggunakan gelas ukur dan masukkan
kedalam gelas piala, kemudian dilarutkan dalam 1250 mL aquades lalu diaduk
hingga homogen .
3. BaCl2 10%
Ditimbang 250,00 gram BaCl2, kemudian dilarutkan dalam 2500 mL
aquadest.
57
3. Tambahkan 60 mL pelarut gliserol etanol. Tambahkan 2,0000 gram
Stronsium Nitrat Anhidrat (Sr(NO3)2), masukkan batang pengaduk
magnetik,hubungkan dengan kondensor tegak.
4. Letakkan di atas plat pemanas yang berpengaduk magnetik, biarkan
selama 20 menit dengan kecepatan pengaduk sedang, kemudian
lepaskan kondensor.
5. Didihkan filtrat dengan segera, kemudian titrasi dengan larutan baku
Ammonium Asetat hingga titik akhir titrasi tidak berwarna.
5. KMnO4 0,25 N
Ditimbang 16 gram KMnO4 kemudian dilarutkan dalam 2L aquades bebas
CO2 yang telahdidinginkan.Adukdan homogenkan.
Timbang 0,2 gram AsamOksalat. Masukkan ke dalam gelas piala dan larutkan
dengan aquades.Tambahkan 10 ml H2SO4 1:1 panaskan hingga suhu ± 70ºC,
kemudian titrasi dengan KMnO4 (TAT pink seulas).Lakukan duplo.
8. NH4NO3 2%
Ditimbang 20 gram NH4NO3 p.a dilarutkan didalam 1000 mL aquades, diaduk
dan dihomogenkan.
58
9. NH4OH 1:1
1000 mL H3PO4 p.a dan dilarutkan dengan 1000 mL aquades, diaduk dan
dihomogenkan .
12. HgCl2 7%
1. Pengujian SiO2
SEBELUM + HF
SiO2(A) I II BLANKO
Beratcawan + endapan 25,8854g 26,3226 g 25,4443 g
Beratcawan 25,6334 g 26,0668g 254443 g
Beratendapan 0,2520 g 0,2558 g 0g
59
SETELAH + HF
= 49,82%
=49,72
%SiO2 I + %SiO2 II
%SiO2 rata − rata =
2
49,82% + 49,72%
=
2
=49,77%
2. Pengujian R2O3
R2O3 I II BLANKO
Beratcawan + endapan 24,3580 g 25,7715 g 22,4443 g
Beratcawan 24,2166 g 25,6304 g 22,4443 g
Beratendapan 0,1414 g 0,1411 g 0g
60
0,1414𝑔 − 0𝑔
= × 100%
0,5000 𝑔
= 28,28%
= 28,22%
%𝑅2 𝑂3 𝐼 + %𝑅2 𝑂3 𝐼𝐼
%𝑅2 𝑂3 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
28,28% + 28,22%
=
2
= 28,25%
3. Pengujian CaO
CaO I II BLANKO
Volume penitaran 6,7 ml 6,7 ml 0 ml
(6,7𝑚𝑙−0𝑚𝑙)×0,1674 𝑁
= × 28,04 × 100%
500 𝑚𝑔
= 6,29%
= 6,29%
61
%𝐶𝑎𝑂 𝐼 + %𝐶𝑎𝑂 𝐼𝐼
%𝐶𝑎𝑂 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
6,29% + 6,29%
=
2
= 6,29%
4. Pengujian MgO
MgO I II BLANKO
Beratcawan + endapan 21,4023 g 24,7150 g 22,4440 g
Beratcawan 21,3544 g 24,6674 g 22,4440g
Beratendapan 0,0479 g 0,0476 g 0,0000g
%MgO I + %MgO II
%MgO rata − rata =
𝟐
3,47%+3,45%
= 2
=3,45%
5. Pengujian Fe2O3
Fe2O3 I II BLANKO
Volume penitaran 9,6 ml 9,6 ml 0 ml
62
(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 × 0,008
%𝐹𝑒2 𝑂3 𝐼 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
9,60 𝑚𝑙 − 0 𝑚𝑙 × 0,008
= × 100%
0,5000 𝑔
= 15,36%
9,60𝑚𝑙 − 0, 𝑚𝑙 × 0,008
= × 100%
0,5000 𝑔
= 15,36%
%𝐹𝑒2 𝑂3 𝐼 + %𝐹𝑒2 𝑂3 𝐼𝐼
%𝐹𝑒2 𝑂3 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
15,36% + 15,36%
=
2
= 15,36%
6. Pengujian Al2O3
% Al2O3 I = %R2O3 - %Fe2O3
= 28,25% -15,36%
= 12,89%
HILANG PIJAR I II
Beratcawansebelumdipijar 27,3737 g 26,8204 g
Beratcawansetelahdipijar 27,2895 g 26,7360 g
Berat yang hilang 0,0842 g 0,0844 g
63
0,0842 𝑔
= × 100%
0,9998 𝑔
= 8,42%
0, 0844𝑔
= × 100%
0,9998 𝑔
= 8,44%
%𝐿𝑂𝐼 𝐼 + %𝐿𝑂𝐼 𝐼𝐼
%𝐿𝑂𝐼 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
8,42% + 8,44%
=
2
= 8,43%
8. Penngujian SO3
SO3 I II BLANKO
Beratcawan + endapan 21,6761 g 23,5148 g 25,4440 g
Beratcawan 21,6474 g 23,4878 g 25,4440 g
Beratendapan 0,0287 g 0,0270 g 0,0000g
0,0287 𝑔 − 0 𝑔
= × 0,343 × 100%
1,0000 𝑔
= 0,98%
0,0270𝑔 − 0 𝑔
= × 0,343 × 100%
1,0000 𝑔
64
= 0,93%
%𝑆𝑂3 𝐼 + %𝑆𝑂3 𝐼𝐼
%𝑆𝑂3 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
0,98% + 0,93%
=
2
= 0,96%
65
66
67