53
Eynon dapat digunakan
0), penentuan gula reduksi
Eynon merupakan cara penentuan secara volumetris, dalam hal ini
10 ml atau 25 ml reagensia soxhlet direduksi (dititrasi) dengan menggunakan
larutan sampel. Jumlah gula reduksi dapat diketahui dari Tabel Lane-Eynon
berdasarkan volume larutan contoh yang dibutuhkan untuk titrasi tersebut.
Eynon digunakan untuk menentukan dekstrosa, maltosa dan
gula terkait yang terkandung dalam sirup glukosa dengan cara mereduksi tembaga
Pancoast,1980). Dalam pereaksi fehling
yang dalam suasana basa akan diendapkan
oksidasi-reduksi
gula reduksi
digunakan untuk menentukan besarnya DE pada sirup glukosa dengan persamaan
2.5
54
4.6.2 Penentuan Kadar Dextrose Metode High Performance Liquid
Chromatographic (HPLC)
Menurut Adnan (1987) dalam Sudarmaji, dkk (1997), HPLC adalah salah
satu jenis kromatografi partisi cairan-cairan. Keuntungan pemakaian kromatografi
partisi, dibandingkan dengan kromatografi adsorbsi adalah karena daya ulangnya
yang lebih baik dan dari data kelarutannya, hasilnya sudah dapat diramalkan.
Koefisien distribusinya konstan dalam jangka konsentrasi yang agak luas,
sehingga dapat dihasilkan puncak yang simetris dan lebih tajam. Menurut
Hendayana (2006), kromatografi cairan kinerja tinggi mempunyai keuntungan
pada kemampuannya untuk menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil
pada suhu tinggi.
Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut: dengan bantuan pompa fasa
gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam
aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan
komponen-komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara
solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang interaksinya dengan fasa
diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat
berinteraksi dengan fasa diam maka solut-solut tersebut akan keluar dari kolom
lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor
kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC
menggambarkan jumlah peak dan luas peak, dimana jumlah peak menyatakan
jumlah komponen sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran (Hendayana, 2006).
55
Dalam AOAC 1990, penentuan sirup glukosa jagung dengan
menggunakan instrument HPLC dengan menggunakan fasa gerak aquades yang
murni, menurut Warthesen (1984) dengan menggunakan sampel sirup glukosa
jagung dengan fasa gerak yang sama dengan menggunakan dua micro-guard
prekolom yang terdiri dari penukar kation dan penukar anion.
Proses partisi dari kromatografi, sangat peka terhadap perbedaan berat
molekul dan polaritas solut. Karena komponen-komponen karbohidrat
mempunyai berat molekul dan polaritas yang berbeda-beda, maka HPLC dapat
melakukan pemisahan terhadap komponen-komponen karbohidrat tersebut.
Pemisahan dimaksud, dilakukan di dalam kolom berdasarkan atas waktu retensi
relatif dari masing-masing komponen. Analisa dengan teknik HPLC ini sangat
kritis terhadap perubahan kondisi kerja, sehingga apabila akan melakukan analisa
sejumlah besar sampel dianjurkan untuk melakukan preparasi seluruh sampelnya,
pencucian dan stabilisasi kolom, dan baru dilakukan analisa secara sinambungan
seluruh sampelnya. Cara ini dapat lebih menjamin kondisi analisa yang relatif
konstan (Adnan dalam Sudarmaji, dkk ,1997).
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kuantitatif dan sekaligus
kualitatif. Untuk analisa kualitatif dengan membandingkan kromatogram sampel
dengan kromatogram baku pembanding berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan
untuk analisa kuatitatif dapat digunakan dengan persamaan (Masruri, 2009):
Cx = Ax / Ap X Cp ....(2.6)
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
56
Cp = Konsentrasi standar
Ax = Peak area sampel
Ap = Peak area standar
57
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2010, di
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium instrument
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Pati ubi kayu yang digunakan adalah pati ubi kayu yang diproduksi PT.
Sungai Budi, enzim Liquozyme Supra (EC 3.2.1.1) dan Optimax 4060 VHP, HCl
5%, NaOH 5%, reagen Iodine Test, dan aquades.
Bahan yang digunakan untuk mengetahui mutu glukosa adalah dextrose
anhidrat (p.a), CuSO
4
.5H
2
O, KNa tartrate.4H
2
O (garam Rochelle), NaOH, HCl, ,
aquades, kertas saring, aquabides dan indikator methylene blue.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian pembuatan sirup glukosa kasar
adalah timbangan analitik, oven, desikator, waterbath, penangas api, autoclave,
beaker glass, gelas ukur, gelas arloji, spatula, termometer, stopwacth, botol
aquades, cawan petri, corong Buchner, botol tertutup, pikcometer, instrumen
58
HPLC, buret, erlenmeyer, pipet tetes, pipet ukur, stirer, batu didih, labu ukur, pH
meter dan penjepit.
3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap yang terdiri dari
2 faktor. Faktor I terdiri dari lima level dan faktor II terdiri dari lima level. Dari
dua faktor tersebut diperoleh dua puluh lima kombinasi satuan percobaan.
Faktor I : konsentrasi enzim Optimax 4060 VHP (C)
C1 : 0,2 L/t DS
C2 : 0,3 L/t DS
C2 : 0,4 L/t DS
C4 : 0,5 L/t DS
C3 : 0,6 L/t DS
Faktor II : lamanya sakarifikasi (T)
T1 : 24 jam
T2 : 32 jam
T3 : 48 jam
T4 : 60 jam
T5 : 72 jam
59
Diagram 3.1. Diagram Proses pembuatan glukosa
3.4 Tahapan-Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Hidrolisis Pati Ubi kayu (Manihot Esculenta)
1) Likuifikasi dengan Menggunakan -amilase (Liquozyme Supra)
PATI UBI JALAR
LIKUIFIKASI
SAKARIFIKASI
Konsentrasi
0,2 L/t DS
(C1)
Konsentrasi
0,4 L/t DS
(C2)
Konsentrasi
0,6 L/t DS
(C3)
HPLC
analisa
DE
terbaik
Konsentrasi
0,3 L/t DS
(C1)
Konsentrasi
0,5 L/t DS
(C1)
T1 (24 jam)
T2 (36 jam)
T3 (48 jam)
T4 (60 jam)
T5 (72 jam)
T1 (24 jam)
T2 (36 jam)
T3 (48 jam)
T4 (60 jam)
T5 (72 jam)
T1 (24 jam)
T2 (36 jam)
T3 (48 jam)
T4 (60 jam)
T5 (72 jam)
T1 (24 jam)
T2 (36 jam)
T3 (48 jam)
T4 (60 jam)
T5 (72 jam)
T1 (24 jam)
T2 (36 jam)
T3 (48 jam)
T4 (60 jam)
T5 (72 jam)
60
2) Penentuan konsentrasi Optimum Enzim Optimax 4060 VHP dan Waktu
Optimum pada Tahap Sakarifikasi
b. Penentuan kadar glukosa dengan Metode High Performance Liquid
Chromatographic (HPLC)
c. Analisis data
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Hidrolisis Pati Ubi kayu (Manihot Esculenta)
3.5.1.1 Likuifikasi dengan Menggunakan -amilase (Liquozyme Supra)
Ditimbang pati sebanyak 1636 gram dilarutkan ke dalam gelas ukur 5000
mL dengan menggunakan aquades sampai 4000 mL dengan melakukan
pengadukan agar pati larut ke dalam aquades sehingga didapatkan suspensi pati.
kemudian dilakukan pengaturan pH suspensi pati, jika belum mencapai pH 5,3-6
maka ditambahkan larutan HCL 5% atau NaOH 5%, kemudian ditambahkan
Liquozyme Supra konsentrasi 2,4 L/t DS. Selanjutnya dipanaskan hingga
mencapai suhu 105
o
C dengan dilakukan pengadukan selama + 5 menit (Kearsley,
1995). Tahapan likuifikasi ini berakhir ditandai dengan dilakukan uji kualitas
dengan melakukan Iodine test untuk mengetahui masih ada tidaknya amilosa
dalam tahapan likuifikasi ini, yang ditandai apabila sedikit larutan ditetesi dengan
sedikit iodin larutan akan berwarna merah kecoklatan, kemudian dilakukan
inaktivasi enzim dengan ditambahkan HCL 5% hingga pH 3,5.
61
3.5.1.2 Sakarifikasi
Pada tahapan sakarifikasi ini, hasil dari tahapan likuifikasi berupa
maltodextrin dibagi menjadi lima bagian, masing-masing bagian akan digunakan
sebagai bahan sakarifikasi dengan konsentrasi enzim yang berbeda untuk
menentukan konsentrasi Optimax 4060 VHP dan waktu optimum pada tahap
sakarifikasi.
3.5.1.2.1 Penentuan Waktu Optimum Sakarafikasi Pada Konsentrasi 0,2 L/t
DS Optimax 4060 VHP
Maltodextrin hasil likuifikasi sebanyak 750 mL dalam beaker glass 1000
mL didinginkan sampai suhu kamar dengan dilakukan pengaturan pH, jika belum
mencapai pH 4,5 maka ditambahkan larutan HCl 5% atau NaOH 5%. Setelah itu,
maltodextrin yang sudah diatur pHnya ditambahkan Optimax 4060 VHP dengan
konsentrasi 0,2 L/t DS disertai dengan pengadukan. Setelah terbentuk suspensi
dari campuran maltodextrin dan Optimax 4060 VHP suspensi dibagi menjadi lima
bagian masing-masing 150 mL dimasukkan kedalam botol tertutup, kemudian
masing-masing suspensi pada botol tertutup diinkubasi dalam waterbath dengan
waktu yang berbeda-beda 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam pada suhu
55-60
o
C dengan dilakukan pengontrolan pH pada kondisi 4,5 (Kearsley, 1995).
Kemudian dilakukan dilakukan inaktivasi kerja enzim dengan menambahkan HCl
5% hingga pH 3,5 dan disaringan untuk memperoleh sirup glukosa dengan
menggunakan corong Buchner.
62
3.5.1.2.2 Penentuan Waktu Optimum Sakarafikasi Pada Konsentrasi 0,3 L/t
DS Optimax 4060 VHP
Maltodextrin hasil likuifikasi sebanyak 750 mL dalam beaker glass 1000
mL didinginkan sampai suhu kamar dengan dilakukan pengaturan pH, jika belum
mencapai pH 4,5 maka ditambahkan larutan HCl 5% atau NaOH 5%. Setelah itu,
maltodextrin yang sudah diatur pHnya ditambahkan Optimax 4060 VHP dengan
konsentrasi 0,3 L/t DS disertai dengan pengadukan. Setelah terbentuk suspensi
dari campuran maltodextrin dan Optimax 4060 VHP suspensi dibagi menjadi lima
bagian masing-masing 150 mL dimasukkan kedalam botol tertutup, kemudian
masing-masing suspensi pada botol tertutup diinkubasi dalam waterbath dengan
waktu yang berbeda-beda 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam pada suhu
55-60
o
C dengan dilakukan pengontrolan pH pada kondisi 4,5 (Kearsley, 1995).
Kemudian dilakukan dilakukan inaktivasi kerja enzim dengan menambahkan HCl
5% hingga pH 3,5 dan disaringan untuk memperoleh sirup glukosa dengan
menggunakan corong Buchner.
3.5.1.2.3 Penentuan Waktu Optimum Sakarafikasi Pada Konsentrasi 0,4 L/t
DS Optimax 4060 VHP
Maltodextrin hasil likuifikasi sebanyak 750 mL dalam beaker glass 1000
mL didinginkan sampai suhu kamar dengan dilakukan pengaturan pH, jika belum
mencapai pH 4,5 maka ditambahkan larutan HCl 5% atau NaOH 5%. Setelah itu,
maltodextrin yang sudah diatur pHnya ditambahkan Optimax 4060 VHP dengan
konsentrasi 0,4 L/t DS disertai dengan pengadukan. Setelah terbentuk suspensi
dari campuran maltodextrin dan Optimax 4060 VHP suspensi dibagi menjadi lima
63
bagian masing-masing 150 mL dimasukkan kedalam botol tertutup, kemudian
masing-masing suspensi pada botol tertutup diinkubasi dalam waterbath dengan
waktu yang berbeda-beda 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam pada suhu
55-60
o
C dengan dilakukan pengontrolan pH pada kondisi 4,5 (Kearsley, 1995).
Kemudian dilakukan dilakukan inaktivasi kerja enzim dengan menambahkan HCl
5% hingga pH 3,5 dan disaringan untuk memperoleh sirup glukosa dengan
menggunakan corong Buchner.
3.5.1.2.4 Penentuan Waktu Optimum Sakarafikasi Pada Konsentrasi 0,5 L/t
DS Optimax 4060 VHP
Maltodextrin hasil likuifikasi sebanyak 750 mL dalam beaker glass 1000
mL didinginkan sampai suhu kamar dengan dilakukan pengaturan pH, jika belum
mencapai pH 4,5 maka ditambahkan larutan HCl 5% atau NaOH 5%. Setelah itu,
maltodextrin yang sudah diatur pHnya ditambahkan Optimax 4060 VHP dengan
konsentrasi 0,5 L/t DS disertai dengan pengadukan. Setelah terbentuk suspensi
dari campuran maltodextrin dan Optimax 4060 VHP suspensi dibagi menjadi lima
bagian masing-masing 150 mL dimasukkan kedalam botol tertutup, kemudian
masing-masing suspensi pada botol tertutup diinkubasi dalam waterbath dengan
waktu yang berbeda-beda 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam pada suhu
55-60
o
C dengan dilakukan pengontrolan pH pada kondisi 4,5 (Kearsley, 1995).
Kemudian dilakukan dilakukan inaktivasi kerja enzim dengan menambahkan HCl
5% hingga pH 3,5 dan disaringan untuk memperoleh sirup glukosa dengan
menggunakan corong Buchner.
64
3.5.1.2.5 Penentuan Waktu Optimum Sakarafikasi Pada Konsentrasi 0,6 L/t
DS Optimax 4060 VHP
Maltodextrin hasil likuifikasi sebanyak 750 mL dalam beaker glass 1000
mL didinginkan sampai suhu kamar dengan dilakukan pengaturan pH, jika belum
mencapai pH 4,5 maka ditambahkan larutan HCl 5% atau NaOH 5%. Setelah itu,
maltodextrin yang sudah diatur pHnya ditambahkan Optimax 4060 VHP dengan
konsentrasi 0,6 L/t DS disertai dengan pengadukan. Setelah terbentuk suspensi
dari campuran maltodextrin dan Optimax 4060 VHP suspensi dibagi menjadi lima
bagian masing-masing 150 mL dimasukkan kedalam botol tertutup, kemudian
masing-masing suspensi pada botol tertutup diinkubasi dalam waterbath dengan
waktu yang berbeda-beda 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam dan 72 jam pada suhu
55-60
o
C dengan dilakukan pengontrolan pH pada kondisi 4,5 (Kearsley, 1995).
Kemudian dilakukan dilakukan inaktivasi kerja enzim dengan menambahkan HCl
5% hingga pH 3,5 dan disaringan untuk memperoleh sirup glukosa dengan
menggunakan corong Buchner.
3.5.2 Uji Hasil Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Glukosa)
3.5.2.1 Penentuan Dextrose Equivalent (DE)
3.5.2.1.1 Penyiapan Larutan Sampel
Sampel gula hasil hidrolisis ditimbang sebanyak 1,5 g dipindahkan dalam
gelas beker 100 mL, kemudian dilarutkan dengan 50 mL aquades, setelah itu
dipindahkan secara akurat ke dalam labu ukur 250 mL dan ditambahkan aquades
sampai tanda batas selanjutnya dikocok agar menjadi homogen (Pancoast,1980).
65
3.5.2.1.3 Pembuatan Larutan Fehling Standar
Larutan Fehling standar dibuat dari pencampuran larutan Fehling A dan
larutan Fehling B. Larutan Fehling A dibuat dengan cara, padatan CuSO
4
.5H
2
O
ditimbang sebanyak 34,64 g kemudian dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL
dan ditambahkan 100 mL aquades untuk melarutkan, setelah itu larutan
CuSO
4
.5H
2
O dipindahkan ke dalam labu takar 500 mL dan ditambahkan aquades
sampai tanda batas, selanjutnya larutan dikocok agar menjadi homogen.
Kemudian, larutan Fehling B dibuat dengan cara, padatan KNaC
4
H
4
O
6
.4H
2
O
ditimbang sebanyak 173 g dan 50 g NaOH kemudian dimasukkan kedalam gelas
beker 250 mL dan ditambahkan 100 mL aquades untuk melarutkan, setelah itu
campuran larutan KNaC
4
H
4
O
6
.4H
2
O dan NaOH dipindahkan ke dalam labu takar
500 mL dan ditambahkan aquades sampai tanda batas, selanjutnya larutan dikocok
agar menjadi homogen (Pancoast,1980).
3.5.2.1.4 Standarisasi Larutan Fehling
Tahapan pertama, dextrose anhidrat (p.a) sebanyak 10 g dikeringkan
dengan oven pada 70 C selama 4 jam, kemudian ditimbang 1,5 g dilarutkan
dengan aquades, diencerkan sampai 500 mL dalam labu ukur dan dikocok hingga
homogen digunakan sebagai larutan gula invert standar. Tahapan kedua, dipipet
10 mL campuran larutan Fehling standar yaitu 5 mL larutan Fehling A dan 5 mL
larutan Fehling B ke dalam Erlenmeyer 250 mL pada kondisi segar, serta
disiapkan larutan dextrose standar dalam buret 50 mL untuk titrasi. Tahapan
berikutnya, dimasukkan batu didih sebagai anti bumping ke dalam erlenmeyer dan
66
dititrasi dengan meneteskan 0,5 mL serta dipanaskan diatas stirer selama 2
menit, setelah itu untuk mengetahui titik akhir titrasi dimasukkan + 2 tetes
indikator methylene blue 1% dan dititrasi kembali dengan meneteskan sedikit
demi sedikit larutan gula invert standar, diatas stirer dengan dipanaskan hingga
warna biru menghilang dan menyudahi titrasi dalam waktu + 1 menit (Anonim,
1993).
3.5.2.1.5 Penentuan Gula Reduksi Larutan Sampel
Tahapan awal dipipet 10 mL campuran larutan Fehling standar yaitu 5 mL
larutan Fehling A dan 5 mL larutan Fehling B ke dalam Erlenmeyer 250 mL pada
kondisi segar, serta disiapkan larutan sampel (sirup glukosa) dalam buret 50 mL
untuk titrasi. Tahapan berikutnya, dimasukkan batu didih sebagai anti bumping ke
dalam erlenmeyer dan dititrasi dengan meneteskan 0,5 mL serta dipanaskan
diatas stirer selama 2 menit, setelah itu untuk mengetahui titik akhir titrasi
dimasukkan + 2 tetes indikator methylene blue 1% dan dititrasi kembali dengan
meneteskan sedikit demi sedikit larutan sampel (sirup glukosa), diatas stirer
dengan dipanaskan hingga warna biru menghilang dan menyudahi titrasi dalam
waktu + 1 menit (Pancoast,1980). Nilai DE dihitung dengan persamaan (Anonim,
1999):
250mL x faktor tabel x 10
sampel titer mL Berat sampel g % DS sampel
3.1
67
3.5.2.2 Penentuan kadar glukosa dengan Metode High Performance Liquid
Chromatographic (HPLC)
3.5.2.2.1 Preparasi sirup glukosa
Sebelum sampel glukosa dianalisa dengan instrument HPLC, sampel sirup
glukosa sebanyak 20 mL disentrifugasi selama 30 menit lalu disaring dengan
filter 0,45 m (Ratnayani, 2009). Setelah itu didapatkan sampel sirup glukosa
untuk analisa HPLC lebih lanjut.
3.5.2.2.2 Preparasi Instrumen HPLC
Instrument HPLC dikondisikan dengan memulai diinjekkan pelarut
aquabides sebanyak 20 mL pada 0,1 mL per menit dalam suhu operasi untuk
meningkatkan laju alir 0,6 mL per menit dan dimungkinkan untuk
menyeimbangkan selama 45 menit dengan perkiraan kondisi operasi instrument
sebagai berikut (Anonim, 2009):
Laju Alir : 0,6 mL / menit
Suhu Kolom : 85
o
C
Tekanan : 3,2 MPa
3.5.2.2.3 Pengukuran Standar Glukosa dengan HPLC
dalam pengukuran standar glukosa terlebih dahulu disiapkan larutan
standar dengan konsentrasi 0,5% (b/b). kemudian, diinjeksikan ke dalam injector
model UGK sebanyak 20 mL pada suatu by passed injection port yang
bertekanan, kemudian kran by pass dibuka, sehingga sampel glukosa standar
masuk ke dalam kolom yang bertekanan, dari alat HPLC yang menggunakan fasa
68
gerak aquabides dan detektor refraksi indeks, didapatkan kromatogram yang
menggambarkan waktu retensi masing-masing komponen dalam glukosa standar
yang nantinya digunakan sebagai kromatogram standar untuk analisa sampel sirup
glukosa (Adnan (1987) dalam Sudarmaji, dkk (1997)).
3.5.2.2.4 Penentuan Konsentrasi (%) Sirup Glukosa dengan HPLC
Sampel yang sudah dipreparasi, disaring lagi untuk kemudian diinjeksikan
ke dalam injector model UGK sebanyak 20 mL pada suatu by passed injection
port yang bertekanan, kemudian kran by pass dibuka, sehingga sampel masuk ke
dalam kolom yang bertekanan, dari alat HPLC yang menggunakan fasa gerak
aquabides dan detektor refraksi indeks, didapatkan kromatogram yang
menggambarkan waktu retensi masing-masing komponen dalam sampel diamati
pada printer untuk selanjutnya menafsirkan proporsi komponen yang terbanding
dalam sampel. Sampel sebelum diinjeksikan ke dalam kolom, terlebih dahulu
diinjeksikan larutan standar glukosa standar sebagai pembanding (Adnan (1987)
dalam Sudarmaji, dkk (1997)). Metode HPLC ini digunakan untuk analisa
kuantitatif dan sekaligus kualitatif. Untuk analisa kualitatif dengan
membandingkan kromatogram sampel dengan kromatogram baku pembanding
berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa kuatitatif dapat digunakan
dengan persamaan (Masruri, 2009):
Cx = Ax / Ap X Cp ....(3.3)
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
69
Cp = Konsentrasi standar
Ax = Peak area sampel
Ap = Peak area standar
3.6 Analisa data
3.6.1 Analisis Data Dextrose Equivalent DE
Data yang diperoleh dari hasil analisa DE berupa berupa besarnya nilai DE
atau % DE. Data dianalisis ragam (Two Way ANOVA) untuk menguji adanya
pengaruh variasi konsentrasi enzim dengan lama sakarifikasi sebagai terhadap
nilai DE yang merupakan tolok ukur kemurnian sirup glukosa. Apabila terdapat
adanya pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
dengan tingkat signifikansi 5 % untuk mengetahui perlakuan yang berpengaruh
atau berbeda nyata di antara perlakuan yang lain.
3.6.2 Analisis Data HPLC
Data diperoleh dari hasil HPLC berupa komponen yang terdapat dalam
hasil penelitian dan % glukosa yang ada dalam hasil penelitian. Data tersebut
diidentifikasi dan digunakan sebagai pembanding nilai DE yang memuat
informasi dimana konsentrasi enzim dan lamanya sakarifikasi yang baik.
70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini telah dilakukan produksi sirup glukosa dari pati Ubi
Kayu (Manihot Esculenta) dan penentuan konsentrasi optimum enzim sakarifikasi
(OPTIMAX 4060 VHP) serta lama sakarifikasi terbaik dalam hidrolisis enzimatis.
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu preparasi larutan pati 29,32%
(% berat kering), hidrolisis yang meliputi tahapan likuifikasi dan sakarifikasi,
penentuan nilai Dextrose Equivalent (DE) serta penentuan % komponen glukosa
pada hasil hidrolisis yang mempunyai DE terbaik. pada hidrolisis tahapan
sakarifikasi dilakukan variasi enzim OPTIMAX 4060 VHP (0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan
0,6 L/t DS).
8.1. Hidrolisis Enzimatis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta)
4.1.1 Likuifikasi
Proses likuifikasi pati dilakukan dengan kombinasi dua proses, yaitu
gelatinisasi dan dextrinisasi sampai batas tertentu untuk mencegah retrogradation
pada proses lebih lanjut (Alan dalam Schenck, 1992), dengan diikuti
penambahkan enzim -amilase.
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan dalam pembuatan sirup
glukosa ini adalah pati ubi kayu yang merupakan polisakarida. Pada ubi kayu
terdapat amilosa sebanyak 17% dan amilopektin 83% (Makfoeld, 2001 dalam
Purba, 2008). Semakin banyak kandungan amilopektin maka pati tersebut akan
mudah larut dalam air (Bailey, 1986). Dalam penelitian ini menggunakan pati ubi
71
kayu yang mempunyai spesifikasi serta kualitas yang dapat langsung digunakan
untuk bahan pembuatan maltodextrin dalam proses likuifikasi sebagai tahapan
awal menuju proses sakarifikasi.
Kadar amilosa dapat mempengaruhi kemudahan pati untuk dimasak yang
dapat dilihat dari suhu dan waktu gelatinisasinya (Munarso dan Jumali 1998
dalam Astuti, 2006). Semakin tinggi kandungan amilosa maka akan semakin lama
dan semakin tinggi suhu yang dibutuhkan agar pati dapat tergelatinisasi
sempurna. meskipun pati yang tergelatinisasi dengan sempurna, amilosanya lebih
peka terhadap serangan enzim daripada amilopektin, hal ini hanya berdampak
pada lama waktu sakarifikasi yang dibutuhkan untuk menghidrolisis pati secara
sempurna (Blitz dan Grosch 1999, Astuti 2006).
Kadar amilosa dalam pati juga berpengaruh terhadap sirup glukosa yang
dihasilkan, karena semakin besar amilosa dalam pati akan menyebabkan
persentase partikel pati yang tidak larut, dengan demikian tidak semua komponen
pati terhidrolisis dan terkonversi menjadi glukosa (dextrose) karena banyak
amilosa yang tidak dapat terhidrolisis.
Pada penelitian ini konsentrasi suspensi pati (sebagai susbtrat) yang
digunakan adalah 29,32% berat kering, tahapan pertama dengan cara pati ubi kayu
ditimbang pati sebanyak 1636 gram dilarutkan dengan aquades hingga volume
campuran aquades dan sampel hingga mencapai 4000 mL dengan melakukan
pengadukan agar pati larut ke dalam aquades sehingga membentuk suspensi pati.
Penentuan berat kering dilakuakan dengan menimbang suspensi pati yang sudah
homogen dengan menggunakan densitas, dari besarnya nilai densitas suspensi pati
72
dengan menggunakan table korelasi lampiran 14 ditentukan nilai berat kering (%
Dry Substance) suspensi pati. Pada penelitian besar densitas substansi pati adalah
1,128 gr/mL yang menunjukkan bahwa berat kering (%Dry substance) suspensi
pati sebesar 29,32%.
Pada tahapan hidrolisis ini diberikan katalis untuk mempercepat reaksi
hidrolisis dengan menambahkan enzim amilase Liquozyme Supra dengan
konsentrasi 2,4 L/t DS. Enzim amylse ini dalam proses hidrolisis awal (tahapan
liquifikasi) ini akan memecah polisakarida pati ubi kayu menjadi bentuk
maltodextrin. Menurut Winarno (1992), Mekanisme kerja -amilase adalah
degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara, adapun
mekanisme reaksi kerja enzim -amilase adalah:
Pati ((C
6
H
10
O
5
)n)
%
13,5
Jadi, dipipet HCl 37% sebanyak 13,5 mL dan dilarutkan dengan aquades
dalam labu ukur 100 mL.
2. Pembuatan NaOH 5 %
Ditimbang NaOH sebanyak 5 g dan dilarutkan dengan aquades dalam labu
ukur 100 mL.
3. Pembuatan reagen Fehling A
Ditimbang CuSO
4
.5H
2
O sebanyak 34,64 g dilarutkan dengan aquades
dalam labu ukur 500 mL.
4. Pembuatan reagen Fehling B
Ditimbang padatan KNaC
4
H
4
O
6
.4H
2
O sebanyak 173 g dan 50 g NaOH
dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 500 mL.
5. Pembuatan indikator Methylen Blue (MB)
Ditimbang 1 gram Methylen Blue dilarutkan dengan aquades dalam labu
ukur 100 mL.
6. Pembuatan reagen Iodine Test
Ditimbang 6 gram kalium iodida dan 2 gram iodine dilarutkan dengan
aquades dalam labu ukur 100 mL.
112
Lampiran 3. Pembuatan Konsentrasi Enzim
Pembuatan konsentrasi Enzim (Dosis Enzim) dibuat dengan :
1. Pembuatan Konsentrasi Enzim Likuifikasi dengan Liquozyme Supra 2,4 L/t
DS
2,4
2,4
1 1,128
0,2932
2,4
0,8
2. Pembuatan Konsentrasi Enzim Sakarifikasi OPTIMAX 4060 VHP 0,2 L/t DS
0,2
0,75
0,75
0,2
0,75 1,146
0,32
0,2
0,06
113
Lanjutan Lampiran 3
3. Pembuatan Konsentrasi Enzim Sakarifikasi OPTIMAX 4060 VHP 0,3 L/t DS
0,3
0,75
0,75
0,3
0,75 1,146
0,32
0,3
0,08
4. Pembuatan Konsentrasi Enzim Sakarifikasi OPTIMAX 4060 VHP 0,4 L/t DS
0,4
0,75
0,75
0,4
0,11
5. Pembuatan Konsentrasi Enzim Sakarifikasi OPTIMAX 4060 VHP 0,5 L/t DS
0,2
0,75
0,75
0,5
0,14
114
Lanjutan Lampiran 3
6. Pembuatan Konsentrasi Enzim Sakarifikasi OPTIMAX 4060 VHP 0,6 L/t DS
0,6
0,75
0,75
0,6
0,75 1,146
0,32
0,6
0,17
Catatan:
DS = Dry Substance (yang diperoleh dari tabel korelasi Lampiran. 13)
SG = Specific gravity (diperoleh dari perhitungan densitas larutan dengan
menggunakan piknometer)
115
Lampiran 4. Nilai mL titrasi penentuan Dextrose Equivalent (DE)
Sampel U1 T1 T2 Rata-rata Sampel U1 T1 T2 Rata-rata
C1T11 (A) 23.7 24.1 23.9 C1T12 (A') 24.1 24.1 24.1
C1T21 (B) 24.2 24 24.1 C1T22 (B') 23.9 24 23.95
C1T31 (C) 22.8 23 22.9 C1T32 (C') 22.1 23.8 22.95
C1T41 (D) 22.4 23.8 23.1 C1T42 (D') 22.2 21.9 22.05
C1T51 (E) 22.1 23.8 22.95 C1T52 (E') 22.2 22 22.1
C2T11 (F) 24.1 24 24.05 C2T12 (F') 24.2 24 24.1
C2T21 (G) 23.9 24 23.95 C2T22 (G') 24.4 24.1 24.25
C2T31 (H) 22 22.1 22.05 C2T32(H') 23.1 22.9 23
C2T41 (I) 22.2 21.9 22.05 C2T42 (I') 22.2 22 22.1
C2T51 (J) 22.2 22 22.1 C2T52 (J') 21.9 22.1 22
C3T11 (K) 23.6 24.2 23.9 C3T12 (K') 24.2 24 24.1
C3T21 (L) 23.1 22.9 23 C3T22 (L') 22.1 22.1 22.1
C3T31 (M) 22 22 22 C3T32 (M') 22.2 22.2 22.2
C3T41 (N) 22.2 22.2 22.2 C3T42 (N') 22.2 22 22.1
C3T51 (O) 22 22.4 22.2 C3T52 (O') 22.4 21.6 22
C4T11(P) 23.9 24 23.95 C4T12 (P') 23.2 23.2 23.2
C4T21 (Q) 23.2 22.8 23 C4T22 (Q') 22.1 22.2 22.15
C4T31(R) 23 22.8 22.9 C4T32 (R') 22.4 22.3 22.35
C4T41 (S) 22.4 22 22.2 C4T42 (S') 22 22.2 22.1
C4T51 (T) 22.1 22.1 22.1 C4T52 (T') 22.4 22 22.2
C5T11 (U) 23 23.2 23.1 C5T12 (U') 22.1 21.9 22
C5T21 (V) 22.1 21.9 22 C5T22 (V') 22.2 22.2 22.2
C5T31 (W) 23 23 23 C5T32 (W') 22 22.6 22.3
C5T41 (X) 22.1 22 22.05 C5T42 (X') 22.4 22 22.2
C5T51 (Y) 22.2 22.2 22.2 C5T52 (Y') 22 22.3 22.15
Keterangan:
U1 = Ulangan ke-1
U2 = Ulangan ke-2
T1 = Titrasi ke-1
T2 = Titrasi ke-2
116
Lampiran 5. Nilai Berat Jenis (SG) Sirup Glukosa
No
[E]
L/t DS
Lama
sakarifikasi
U1 U2
Berat
Pikno &
Glukosa
berat
glukosa SG
Berat
Pikno &
glukosa
berat
glukosa SG
1 0,2 24 jam 44.9861 29.63 1.185 44.8512 29.5 1.180
2 36 jam 44.8267 29.48 1.179 44.8461 29.5 1.180
3 48 jam 44.8742 29.53 1.181 44.8231 29.48 1.179
4 60 jam 44.8276 29.48 1.179 44.9387 29.59 1.183
5 72 jam 44.7976 29.45 1.178 44.9478 29.6 1.184
6 0,3 24 jam 44.9516 29.6 1.184 44.8134 29.46 1.178
7 36 jam 44.8331 29.49 1.179 44.8183 29.47 1.179
8 48 jam 44.9343 29.59 1.183 44.8142 29.47 1.179
9 60 jam 44.8304 29.48 1.179 44.8326 29.48 1.179
10 72 jam 44.8246 29.48 1.179 44.9397 29.59 1.184
11 0,4 24 jam 44.8012 29.45 1.178 44.8262 29.48 1.179
12 36 jam 44.8461 29.5 1.180 44.8177 29.47 1.179
13 48 jam 44.8963 29.55 1.182 44.8072 29.46 1.178
14 60 jam 44.8128 29.46 1.178 44.8126 29.46 1.178
15 72 jam 44.8989 29.55 1.182 44.7978 29.45 1.178
16 0,5 24 jam 44.8231 29.47 1.179 44.9611 29.61 1.184
17 36 jam 44.8922 29.55 1.182 44.8711 29.53 1.181
18 48 jam 44.8964 29.55 1.182 44.8231 29.48 1.179
19 60 jam 44.8276 29.48 1.179 44.8431 29.49 1.18
20 72 jam 44.8116 29.46 1.179 44.8214 29.47 1.179
21 0,6 24 jam 44.9012 29.55 1.182 44.8763 29.53 1.181
22 36 jam 44.8246 29.48 1.179 44.8166 29.47 1.179
23 48 jam 44.8341 29.49 1.179 44.7962 29.45 1.178
24 60 jam 44.8017 29.45 1.178 44.9276 29.58 1.183
25 72 jam 44.6717 29.32 1.173 44.6228 29.28 1.171
Keterangan:
U1 = Ulangan ke-1
U2 = Ulangan ke-2
117
Lampiran 6. Nilai mL titrasi, factor Fehling, Densitas (SG) dan %DS (Dry
substance)
Sampel U1
Nilai
Sampel U2
Nilai
mL titrasi SG %DS
mL titrasi SG %DS
C1T11 (A) 23.9 1.185 40.87 C1T12 (A') 24.1 1.18 39.98
C1T21 (B) 24.1 1.179 39.09 C1T22 (B') 23.95 1.18 39.98
C1T31 (C) 22.9 1.181 39.98 C1T32 (C') 22.95 1.179 39.09
C1T41 (D) 23.1 1.179 39.09 C1T42 (D') 22.05 1.1834 39.98
C1T51 (E) 22.95 1.178 39.09 C1T52 (E') 22.1 1.184 39.98
C2T11 (F) 24.05 1.184 39.98 C2T12 (F') 24.1 1.1785 39.09
C2T21 (G) 23.95 1.179 39.09 C2T22 (G') 24.25 1.1789 39.09
C2T31 (H) 22.05 1.183 39.98 C2T32(H') 23 1.1786 39.09
C2T41 (I) 22.05 1.179 39.09 C2T42 (I') 22.1 1.1792 39.09
C2T51 (J) 22.1 1.179 39.09 C2T52 (J') 22 1.1837 39.09
C3T11 (K) 23.9 1.178 39.09 C3T12 (K') 24.1 1.179 39.09
C3T21 (L) 23 1.18 39.98 C3T22 (L') 22.1 1.1789 39.09
C3T31 (M) 22 1.182 39.98 C3T32 (M') 22.2 1.1784 39.09
C3T41 (N) 22.2 1.178 39.09 C3T42 (N') 22.1 1.1784 39.09
C3T51 (O) 22.2 1.182 39.09 C3T52 (O') 22 1.178 39.09
C4T11(P) 23.95 1.179 39.09 C4T12 (P') 23.2 1.1844 39.98
C4T21 (Q) 23 1.182 39.98 C4T22 (Q') 22.15 1.181 39.98
C4T31(R) 22.9 1.182 39.98 C4T32 (R') 22.35 1.179 39.09
C4T41 (S) 22.2 1.179 39.09 C4T42 (S') 22.1 1.1796 39.09
C4T51 (T) 22.1 1.179 39.09 C4T52 (T') 22.2 1.1789 39.09
C5T11 (U) 23.1 1.182 39.98 C5T12 (U') 22 1.181 39.98
C5T21 (V) 22 1.179 39.09 C5T22 (V') 22.2 1.1788 39.09
C5T31 (W) 23 1.179 39.09 C5T32 (W') 22.3 1.1779 39.09
C5T41 (X) 22.05 1.178 39.09 C5T42 (X') 22.2 1.183 39.98
C5T51 (Y) 22.2 1.173 39.09 C5T52 (Y') 22.15 1.171 39.98
Keterangan:
U1 = Ulangan ke-1
U2 = Ulangan ke-2
118
Lampiran 7. Perhitungan Nilai Kadar Dextrose equivalent (DE)
%
Sampel U1
Nilai
mL titrasi %DS DE
C1T11 (A) 23.9 40.87 84.46
C1T21 (B) 24.1 39.09 87.57
C1T31 (C) 22.9 39.98 90.11
C1T41 (D) 23.1 39.09 91.36
C1T51 (E) 22.95 39.09 91.96
C2T11 (F) 24.05 39.98 85.8
C2T21 (G) 23.95 39.09 88.12
C2T31 (H) 22.05 39.98 93.58
C2T41 (I) 22.05 39.09 95.71
C2T51 (J) 22.1 39.09 95.5
C3T11 (K) 23.9 39.09 88.31
C3T21 (L) 23 39.98 89.72
C3T31 (M) 22 39.98 93.8
C3T41 (N) 22.2 39.09 95.07
C3T51 (O) 22.2 39.09 95.07
C4T11(P) 23.95 39.09 88.12
C4T21 (Q) 23 39.98 89.72
C4T31(R) 22.9 39.98 90.11
C4T41 (S) 22.2 39.09 95.07
C4T51 (T) 22.1 39.09 95.5
C5T11 (U) 23.1 39.98 89.33
C5T21 (V) 22 39.09 95.93
C5T31 (W) 23 39.09 91.76
C5T41 (X) 22.05 39.09 95.71
C5T51 (Y) 22.2 39.09 95.07
119
Lanjutan Lampiran 7
Sampel U2
Nilai
mL titrasi %DS DE
C1T12 (A') 24.1 39.98 85.62
C1T22 (B') 23.95 39.98 86.16
C1T32 (C') 22.95 39.09 91.96
C1T42 (D') 22.05 39.98 93.58
C1T52 (E') 22.1 39.98 93.37
C2T12 (F') 24.1 39.09 87.57
C2T22 (G') 24.25 39.09 87.03
C2T32(H') 23 39.09 91.76
C2T42 (I') 22.1 39.09 95.5
C2T52 (J') 22 39.09 95.93
C3T12 (K') 24.1 39.09 87.57
C3T22 (L') 22.1 39.09 95.5
C3T32 (M') 22.2 39.09 95.07
C3T42 (N') 22.1 39.09 95.5
C3T52 (O') 22 39.09 95.93
C4T12 (P') 23.2 39.98 88.95
C4T22 (Q') 22.15 39.98 93.16
C4T32 (R') 22.35 39.09 94.43
C4T42 (S') 22.1 39.09 95.5
C4T52 (T') 22.2 39.09 95.07
C5T12 (U') 22 39.98 93.8
C5T22 (V') 22.2 39.09 95.07
C5T32 (W') 22.3 39.09 94.64
C5T42 (X') 22.2 39.98 92.95
C5T52 (Y') 22.15 39.98 93.16
120
Lanjutan Lampiran 7
Volume glukosa = 250 mL
Berat sampel = 1,5 gram
Faktor tabel = 49,5(hasil standarisasi larutan fehling dengan dextrose
p.a)
Ulangan1 (U1):
%
250 mL x 49.5 x 10
23.9 mL 1,5 g 40.87
84.46
Ulangan 2 (U2):
%
250 mL x 49.5 x 10
24.1mL 1,5 g 39.98
85.62
121
Lampiran 8. Nilai Kadar Dextrose equivalent (DE)
Konsentrasi
Enzim
(L/t DS)
Lama
Sampel U1 Sampel U2
Kadar DE
total Rata-rata
sakarifikasi
U1 U2
0.2 24 jam C1T11 (A) C1T12 (A') 84.460 85.624 170.084 85.042
0.2 36 jam C1T21 (B) C1T22 (B') 87.573 86.16 173.733 86.867
0.2 48 jam C1T31 (C) C1T32 (C') 90.111 91.961 182.072 91.036
0.2 60 jam C1T41 (D) C1T42 (D') 91.364 93.584 184.948 92.474
0.2 72 jam C1T51 (E) C1T52 (E') 91.961 93.372 185.334 92.667
0.3 24 jam C2T11 (F) C2T12 (F') 85.802 87.573 173.375 86.687
0.3 36 jam C2T21 (G) C2T22 (G') 88.122 87.032 175.153 87.577
0.3 48 jam C2T31 (H) C2T32(H') 93.584 91.761 185.346 92.673
0.3 60 jam C2T41 (I) C2T42 (I') 95.715 95.498 191.213 95.607
0.3 72 jam C2T51 (J) C2T52 (J') 95.498 95.932 191.431 95.715
0.4 24 jam C3T11 (K) C3T12 (K') 88.306 87.573 175.879 87.94
0.4 36 jam C3T21 (L) C3T22 (L') 89.719 95.498 185.217 92.609
0.4 48 jam C3T31(M) C3T32 (M') 93.797 95.068 188.865 94.433
0.4 60 jam C3T41 (N) C3T42 (N') 95.068 95.498 190.567 95.283
0.4 72 jam C3T51 (O) C3T52 (O') 95.068 95.932 191.001 95.500
0.5 24 jam C4T11(P) C4T12 (P') 88.122 88.945 177.067 88.534
0.5 36 jam C4T21 (Q) C4T22 (Q') 89.719 93.162 182.880 91.44
0.5 48 jam C4T31(R) C4T32 (R') 90.111 94.430 184.541 92.27
0.5 60 jam C4T41 (S) C4T42 (S') 95.068 95.498 190.567 95.283
0.5 72 jam C4T51 (T) C4T52 (T') 95.498 95.068 190.567 95.283
0.6 24 jam C5T11 (U) C5T12 (U') 89.330 93.797 183.127 91.564
0.6 36 jam C5T21 (V) C5T22 (V') 95.932 95.068 191.001 95.500
0.6 48 jam C5T31(W) C5T32 (W') 91.761 94.642 186.403 93.202
0.6 60 jam C5T41 (X) C5T42 (X') 95.715 92.952 188.667 94.333
0.6 72 jam C5T51 (Y) C5T52 (Y') 95.068 93.162 188.23 94.115
Keterangan:
U1 = Ulangan ke-1
U2 = Ulangan ke-2
122
Lampiran 9. Analisa kadar dextrose equivalent untuk menentukan perlakuan yang
berpengaruh untuk analisa HPLC
Sampel U1 Sampel U2
Konsentrasi
Enzim (L/t
DS)
Lama
sakarifikasi
Kadar DE total Rata-rata
U1 U2
C1T11 (A) C1T12 (A') 0.2 24 jam 84.460 85.624 170.084 85.042
C1T21 (B) C1T22 (B') 0.2 36 jam 87.573 86.16 173.733 86.867
C1T31 (C) C1T32 (C') 0.2 48 jam 90.111 91.961 182.072 91.036
C1T41 (D) C1T42 (D') 0.2 60 jam 91.364 93.584 184.948 92.474
C1T51 (E) C1T52 (E') 0.2 72 jam 91.961 93.372 185.334 92.667
C2T11 (F) C2T12 (F') 0.3 24 jam 85.802 87.573 173.375 86.687
C2T21 (G) C2T22 (G') 0.3 36 jam 88.122 87.032 175.153 87.577
C2T31 (H) C2T32(H') 0.3 48 jam 93.584 91.761 185.346 92.673
C2T41 (I) C2T42 (I') 0.3 60 jam 95.715 95.498 191.213 95.607
C2T51 (J) C2T52 (J') 0.3 72 jam 95.498 95.932 191.431 95.715
C3T11 (K) C3T12 (K') 0.4 24 jam 88.306 87.573 175.879 87.94
C3T21 (L) C3T22 (L') 0.4 36 jam 89.719 95.498 185.217 92.609
C3T31 (M) C3T32 (M') 0.4 48 jam 93.797 95.068 188.865 94.433
C3T41 (N) C3T42 (N') 0.4 60 jam 95.068 95.498 190.567 95.283
C3T51 (O) C3T52 (O') 0.4 72 jam 95.068 95.932 191.001 95.500
C4T11(P) C4T12 (P') 0.5 24 jam 88.122 88.945 177.067 88.534
C4T21 (Q) C4T22 (Q') 0.5 36 jam 89.719 93.162 182.880 91.44
C4T31(R) C4T32 (R') 0.5 48 jam 90.111 94.430 184.541 92.27
C4T41 (S) C4T42 (S') 0.5 60 jam 95.068 95.498 190.567 95.283
C4T51 (T) C4T52 (T') 0.5 72 jam 95.498 95.068 190.567 95.283
C5T11 (U) C5T12 (U') 0.6 24 jam 89.330 93.797 183.127 91.564
C5T21 (V) C5T22 (V') 0.6 36 jam 95.932 95.068 191.001 95.500
C5T31 (W) C5T32 (W') 0.6 48 jam 91.761 94.642 186.403 93.202
C5T41 (X) C5T42 (X') 0.6 60 jam 95.715 92.952 188.667 94.333
C5T51 (Y) C5T52 (Y') 0.6 72 jam 95.068 93.162 188.23 94.115
Total
2292.474 2314.794 4607.267 2303.634
FK = (
)
2
/np
= (4607.267)
2
/(2)(25) = 21226913.38 / 50 = 424538.2675
JKT =
FK
= (84.460
2
+ + 93.162
2
) 424538.2675 = 573.8804976
123
JKP =
2
/n - FK
= (170.084
2
/2 + + 188.23
2
/ 2) - 424538.2675
= 425047.2013 - 424538.2675 = 508.9337464
JKG = JKT JKP
= 573.8804976- 508.9337464 = 64.94675126
SK db JK KT F Hitung F Tabel
Perlakuan 24 508.933746 21.205573 8.16268
1.96
(0.05)
Galat Percobaan 25 64.9467513 2.5978701
TOTAL 49 573.880498
Berdasarkan analisis ragam di atas F hitung > F tabel (8,16) dan (1,96), maka
tolak H
0
dan dapat disimpulkan bahwa sakarifikasi dengan penambahan konsentrasi
enzim dan lama sakarifikasi berpengaruh sangat nyata (p< 0,05) terhadap kadar DE sirup
glukosa, sehingga dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji BNT untuk mengetahui
perlakuan mana yang berpengaruh.
BNT (0.05) =
(0.01/2)
(db galat) 2 /
=
(0.01/2)
(25) 22.5978701/2
=
(0.005)
(25) 1,972
= 2,787 (1,612)
= 4.492
124
Lanjutan Lampiran 9
Perlakuan dan nilai tengah
Perlakuan dan nilai tengah
A F B G K P C Q U
85.04
86.69 86.87 87.58 87.94 88.53 91.04 91.44 91.56
A
85.04
0 1.646 1.825 2.535 2.898 3.492 5.994* 6.398* 6.522*
F 86.69 0 0.179 0.889 1.252 1.846 4.349 4.753* 4.876*
B 86.87 0 0.71 1.073 1.667 4.169 4.574* 4.697*
G 87.58 0 0.363 0.957 3.459 3.864 3.987
K 87.94 0 0.594 3.096 3.501 3.624
P 88.53 0 2.502 2.907 3.03
C 91.04 0 0.404 0.528
Q 91.44 0 0.123
U 91.56 0
R 92.27
D 92.47
L 92.61
H 92.67
E 92.67
W 93.2
Y 94.11
X 94.33
M 94.43
N 95.28
S 95.28
T 95.28
O 95.5
V 95.5
I 95.61
J 95.72
Keterangan:
Tanda *, yang berarti berbeda nyata pada taraf nyata = 0.05
125
Lanjutan Lampiran 9
Perlakuan dan nilai tengah
Perlakuan dan nilai tengah
R D L H E W Y X M
92.27 92.47 92.61 92.67 92.67 93.2 94.11 94.33 94.43
A
85.04
7.228* 7.432* 7.567* 7.631* 7.625* 8.16* 9.073* 9.292* 9.391*
F 86.69 5.583* 5.787* 5.921* 5.985* 5.979* 6.514* 7.427* 7.646* 7.745*
B 86.87 5.404* 5.608* 5.742* 5.806* 5.806* 6.335* 7.248* 7.467* 7.566*
G 87.58 4.694* 4.898* 5.032* 5.096* 5.09* 5.625* 6.538* 6.757* 6.856*
K 87.94 4.331 4.535* 4.669* 4.733* 4.727* 5.262* 6.175* 6.394* 6.493*
P 88.53 3.737 3.941 4.075 4.139 4.133 4.668* 5.581* 5.8* 5.899*
C 91.04 1.234 1.438 1.573 1.637 1.631 2.166 3.079 3.297 3.397
Q 91.44 0.83 1.034 1.168 1.233 1.227 1.761 2.675 2.893 2.992
U 91.56 0.707 0.911 1.045 1.109 1.103 1.638 2.551 2.77 2.869
R 92.27 0 0.204 0.338 0.402 0.397 0.931 1.845 2.063 2.162
D 92.47 0 0.134 0.199 0.193 0.727 1.641 1.859 1.958
L 92.61 0 0.064 0.058 0.593 1.506 1.725 1.824
H 92.67 0 0 0.529 1.442 1.661 1.76
E 92.67 0 0.535 1.448 1.666 1.766
W 93.2 0 0.913 1.132 1.231
Y 94.11 0 0.218 0.318
X 94.33 0 0.099
M 94.43 0
N 95.28
S 95.28
T 95.28
O 95.5
V 95.5
I 95.61
J 95.72
Keterangan:
Tanda *, yang berarti berbeda nyata pada taraf nyata = 0.05
126
Lanjutan Lampiran 9
Perlakuan dan nilai tengah
Perlakuan dan nilai tengah
N S T O V I J
95.28 95.28 95.28 95.5 95.5 95.61 95.72
A
85.04
10.24* 10.24* 10.24* 10.46* 10.46* 10.56* 10.67*
F 86.69 8.596* 8.596* 8.596* 8.813* 8.813* 8.919* 9.028*
B 86.87 8.417* 8.417* 8.417* 8.634* 8.634* 8.74* 8.849*
G 87.58 7.707* 7.707* 7.707* 7.924* 7.924* 8.03* 8.139*
K 87.94 7.344* 7.344* 7.344* 7.561* 7.561* 7.667* 7.776*
P 88.53 6.75* 6.75* 6.75* 6.967* 6.967* 7.073* 7.182*
C 91.04 4.247 4.247 4.247 4.464 4.464 4.571* 4.679*
Q 91.44 3.843 3.843 3.843 4.06 4.06 4.166 4.275
U 91.56 3.72 3.72 3.72 3.937 3.937 4.043 4.152
R 92.27 3.013 3.013 3.013 3.23 3.23 3.336 3.445
D 92.47 2.809 2.809 2.809 3.026 3.026 3.132 3.241
L 92.61 2.675 2.675 2.675 2.892 2.892 2.998 3.107
H 92.67 2.61 2.61 2.61 2.827 2.827 2.934 3.043
E 92.67 2.616 2.616 2.616 2.833 2.833 2.94 3.048
W 93.2 2.082 2.082 2.082 2.299 2.299 2.405 2.514
Y 94.11 1.168 1.168 1.168 1.385 1.385 1.492 1.6
X 94.33 0.95 0.95 0.95 1.167 1.167 1.273 1.382
M 94.43 0.851 0.851 0.851 1.068 1.068 1.174 1.283
N 95.28 0 0 0 0.217 0.217 0.323 0.432
S 95.28 0 0 0.217 0.217 0.323 0.432
T 95.28 0 0.217 0.217 0.323 0.432
O 95.5 0 0 0.106 0.215
V 95.5 0 0.106 0.215
I 95.61 0 0.109
J 95.72 0
Keterangan:
Tanda *, yang berarti berbeda nyata pada taraf nyata = 0.05
127
Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam (Two Way Anova) pengaruh konsentrasi enzim
dan lama sakarifikasi terhadap kadar Dextrose equivalent (DE)
UNIANOVA
KadarDE BY KonsentrasiEnzim Lamasakarifikasi
/METHOD = SSTYPE(3)
/INTERCEPT = INCLUDE
/POSTHOC = KonsentrasiEnzim Lamasakarifikasi ( TUKEY DUNCAN BONFERRONI
)
/EMMEANS = TABLES(KonsentrasiEnzim)
/EMMEANS = TABLES(Lamasakarifikasi)
/EMMEANS = TABLES(KonsentrasiEnzim*Lamasakarifikasi)
/PRINT = HOMOGENEITY
/CRITERIA = ALPHA(.05)
/DESIGN = KonsentrasiEnzim Lamasakarifikasi KonsentrasiEnzim
*Lamasakarifikasi .
Univariate Analysis of Variance
[DataSet0]
Between-Subjects Factors
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
.20
.30
.40
.50
.60
KonsentrasiEnzim
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
Lamasakarifikasi
N
Levene's Test of Equality of Error Variances
a
Dependent Variable: KadarDE
. 24 25 .
F df1 df2 Sig.
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
Design:
Intercept+KonsentrasiEnzim+Lamasakarifikasi+
KonsentrasiEnzim * Lamasakarifikasi
a.
128
Lanjutan Lampiran 10
Estimated Marginal Means
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: KadarDE
508.934
a
24 21.206 8.163 .000
424538.268 1 424538.268 163417.8 .000
103.762 4 25.940 9.985 .000
320.322 4 80.080 30.825 .000
84.850 16 5.303 2.041 .053
64.947 25 2.598
425112.148 50
573.880 49
Source
Corrected Model
Intercept
KonsentrasiEnzim
Lamasakarifikasi
KonsentrasiEnzim *
Lamasakarifikasi
Error
Total
Corrected Total
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .887 (Adjusted R Squared = .778)
a.
1. KonsentrasiEnzim
Dependent Variable: KadarDE
89.617 .510 88.567 90.667
91.652 .510 90.602 92.702
93.153 .510 92.103 94.203
92.562 .510 91.512 93.612
93.743 .510 92.693 94.793
KonsentrasiEnzim
.20
.30
.40
.50
.60
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. Lamasakarifikasi
Dependent Variable: KadarDE
87.953 .510 86.903 89.003
90.798 .510 89.749 91.848
92.723 .510 91.673 93.772
94.596 .510 93.546 95.646
94.656 .510 93.606 95.706
Lamasakarifikasi
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
129
Lanjutan Lampiran 10
3. KonsentrasiEnzim * Lamasakarifikasi
Dependent Variable: KadarDE
85.042 1.140 82.695 87.389
86.867 1.140 84.519 89.214
91.036 1.140 88.689 93.383
92.474 1.140 90.127 94.822
92.667 1.140 90.320 95.014
86.687 1.140 84.340 89.035
87.577 1.140 85.229 89.924
92.673 1.140 90.326 95.020
95.607 1.140 93.259 97.954
95.715 1.140 93.368 98.063
87.940 1.140 85.592 90.287
92.609 1.140 90.261 94.956
94.433 1.140 92.085 96.780
95.283 1.140 92.936 97.631
95.500 1.140 93.153 97.848
88.534 1.140 86.186 90.881
91.440 1.140 89.093 93.788
92.270 1.140 89.923 94.618
95.283 1.140 92.936 97.631
95.283 1.140 92.936 97.631
91.564 1.140 89.216 93.911
95.500 1.140 93.153 97.848
93.202 1.140 90.854 95.549
94.333 1.140 91.986 96.681
94.115 1.140 91.768 96.462
Lamasakarifikasi
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
KonsentrasiEnzim
.20
.30
.40
.50
.60
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
130
Lanjutan Lampiran 10
Post Hoc Tests
KonsentrasiEnzim
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KadarDE
-2.0347 .72081 .064 -4.1516 .0823
-3.5357* .72081 .000 -5.6527 -1.4188
-2.9450* .72081 .003 -5.0620 -.8281
-4.1257* .72081 .000 -6.2426 -2.0087
2.0347 .72081 .064 -.0823 4.1516
-1.5011 .72081 .259 -3.6180 .6159
-.9103 .72081 .715 -3.0273 1.2066
-2.0910 .72081 .054 -4.2079 .0259
3.5357* .72081 .000 1.4188 5.6527
1.5011 .72081 .259 -.6159 3.6180
.5907 .72081 .922 -1.5262 2.7077
-.5899 .72081 .922 -2.7069 1.5270
2.9450* .72081 .003 .8281 5.0620
.9103 .72081 .715 -1.2066 3.0273
-.5907 .72081 .922 -2.7077 1.5262
-1.1807 .72081 .488 -3.2976 .9363
4.1257* .72081 .000 2.0087 6.2426
2.0910 .72081 .054 -.0259 4.2079
.5899 .72081 .922 -1.5270 2.7069
1.1807 .72081 .488 -.9363 3.2976
-2.0347 .72081 .092 -4.2535 .1841
-3.5357* .72081 .000 -5.7546 -1.3169
-2.9450* .72081 .004 -5.1638 -.7262
-4.1257* .72081 .000 -6.3445 -1.9069
2.0347 .72081 .092 -.1841 4.2535
-1.5011 .72081 .477 -3.7199 .7177
-.9103 .72081 1.000 -3.1292 1.3085
-2.0910 .72081 .077 -4.3098 .1278
3.5357* .72081 .000 1.3169 5.7546
1.5011 .72081 .477 -.7177 3.7199
.5907 .72081 1.000 -1.6281 2.8095
-.5899 .72081 1.000 -2.8087 1.6289
2.9450* .72081 .004 .7262 5.1638
.9103 .72081 1.000 -1.3085 3.1292
-.5907 .72081 1.000 -2.8095 1.6281
-1.1807 .72081 1.000 -3.3995 1.0381
4.1257* .72081 .000 1.9069 6.3445
2.0910 .72081 .077 -.1278 4.3098
.5899 .72081 1.000 -1.6289 2.8087
1.1807 .72081 1.000 -1.0381 3.3995
(J) KonsentrasiEnzim
.30
.40
.50
.60
.20
.40
.50
.60
.20
.30
.50
.60
.20
.30
.40
.60
.20
.30
.40
.50
.30
.40
.50
.60
.20
.40
.50
.60
.20
.30
.50
.60
.20
.30
.40
.60
.20
.30
.40
.50
(I) KonsentrasiEnzim
.20
.30
.40
.50
.60
.20
.30
.40
.50
.60
Tukey HSD
Bonferroni
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Based on observed means.
The mean difference is significant at the .05 level. *.
131
Lanjutan Lampiran 10
Homogeneous Subsets
Lanjutan Lampiran 10
Lamasakarifikasi
KadarDE
10 89.6171
10 91.6518 91.6518
10 92.5621
10 93.1529
10 93.7428
.064 .054
10 89.6171
10 91.6518
10 92.5621 92.5621
10 93.1529 93.1529
10 93.7428
1.000 .059 .133
KonsentrasiEnzim
.20
.30
.50
.40
.60
Sig.
.20
.30
.50
.40
.60
Sig.
Tukey HSD
a,b
Duncan
a,b
N 1 2 3
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 2.598.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.
a.
Alpha = .05.
b.
132
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KadarDE
-2.8452* .72081 .005 -4.9622 -.7283
-4.7695* .72081 .000 -6.8864 -2.6525
-6.6429* .72081 .000 -8.7599 -4.5260
-6.7030* .72081 .000 -8.8199 -4.5860
2.8452* .72081 .005 .7283 4.9622
-1.9242 .72081 .088 -4.0412 .1927
-3.7977* .72081 .000 -5.9146 -1.6808
-3.8577* .72081 .000 -5.9747 -1.7408
4.7695* .72081 .000 2.6525 6.8864
1.9242 .72081 .088 -.1927 4.0412
-1.8735 .72081 .101 -3.9904 .2435
-1.9335 .72081 .085 -4.0504 .1834
6.6429* .72081 .000 4.5260 8.7599
3.7977* .72081 .000 1.6808 5.9146
1.8735 .72081 .101 -.2435 3.9904
-.0600 .72081 1.000 -2.1770 2.0569
6.7030* .72081 .000 4.5860 8.8199
3.8577* .72081 .000 1.7408 5.9747
1.9335 .72081 .085 -.1834 4.0504
.0600 .72081 1.000 -2.0569 2.1770
-2.8452* .72081 .006 -5.0641 -.6264
-4.7695* .72081 .000 -6.9883 -2.5506
-6.6429* .72081 .000 -8.8618 -4.4241
-6.7030* .72081 .000 -8.9218 -4.4842
2.8452* .72081 .006 .6264 5.0641
-1.9242 .72081 .132 -4.1430 .2946
-3.7977* .72081 .000 -6.0165 -1.5789
-3.8577* .72081 .000 -6.0765 -1.6389
4.7695* .72081 .000 2.5506 6.9883
1.9242 .72081 .132 -.2946 4.1430
-1.8735 .72081 .155 -4.0923 .3453
-1.9335 .72081 .128 -4.1523 .2853
6.6429* .72081 .000 4.4241 8.8618
3.7977* .72081 .000 1.5789 6.0165
1.8735 .72081 .155 -.3453 4.0923
-.0600 .72081 1.000 -2.2788 2.1588
6.7030* .72081 .000 4.4842 8.9218
3.8577* .72081 .000 1.6389 6.0765
1.9335 .72081 .128 -.2853 4.1523
.0600 .72081 1.000 -2.1588 2.2788
(J) Lamasakarifikasi
36.00
48.00
60.00
72.00
24.00
48.00
60.00
72.00
24.00
36.00
60.00
72.00
24.00
36.00
48.00
72.00
24.00
36.00
48.00
60.00
36.00
48.00
60.00
72.00
24.00
48.00
60.00
72.00
24.00
36.00
60.00
72.00
24.00
36.00
48.00
72.00
24.00
36.00
48.00
60.00
(I) Lamasakarifikasi
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
Tukey HSD
Bonferroni
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Based on observed means.
The mean difference is significant at the .05 level.
*.
133
Lanjutan Lampiran 10
Homogeneous Subsets
KadarDE
10 87.9532
10 90.7985
10 92.7227 92.7227
10 94.5962
10 94.6562
1.000 .088 .085
10 87.9532
10 90.7985
10 92.7227
10 94.5962
10 94.6562
1.000 1.000 1.000 .934
Lamasakarifikasi
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
Sig.
24.00
36.00
48.00
60.00
72.00
Sig.
Tukey HSD
a,b
Duncan
a,b
N 1 2 3 4
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 2.598.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.
a.
Alpha = .05.
b.
134
Lampiran 11. Penentuan Kadar DE Dengan Metode HPLC
a. Kromatogram sampel sirup glukosa
135
Lanjutan lampiran 11
b. Kromatogram Standar glukosa
136
Lanjutan lampiran 11
a. Perhitungan nilai glukosa dalam sampel hasil HPLC adalah:
1 1 2 2
4,069% 100 2 10
2
4,069% 100
10
2 40,69 %
b. Perbandingan nilai gula hasil analisa metode Lane Eynon dan hasil HPLC
sampel optimum:
Volume glukosa = 250 mL
Berat sampel = 1,5 gram
mL titran = 22,1
Faktor tabel = 49,5(hasil standarisasi larutan fehling dengan
dextrose p.a)
%
volume glukosa mLx faktor tabel mg
sampel titer mL Berat sampel g. 1000
100%
%
250 mLx 49.5 mg
22.1 mL 1,5 g. 1000
100%
% 37,33%
Jadi kesimpulanya adalah nilai % glukosa hasil HPLC (40,69%) lebih besar
dibandingkan dengan % glukosa dengan menggunakan metode Lane Eynon
(37,33%)
137
Lampiran 12. Dokumentasi
10.1 Proses likuifikasi
10.2 Proses sakarifikasi
10.3 Purifikasi
10.4 Sirup Glukosa setelah purifikasi
10.5 Titrasi penentuan Dextrose
Equivalent (DE)
10.6 Penentuan Dextrose dengan
Instrumen HPLC
138
Lampiran 13. Tabel Eynon-Lane
mL larutan gula
yang diperlukan
Faktor dekstrosa ~
mg dekstrosa dari 5 mL
larutan Fehling
mg dextrose per 100
mL
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
49.1
49.2
49.3
49.3
49.4
49.5
49.5
49.6
49.7
49.8
49.8
49.9
49.9
50.0
50.0
50.1
50.2
50.2
50.3
50.3
50.4
50.4
50.5
50.5
50.6
50.6
50.7
50.7
50.8
50.8
50.9
50.9
51.0
51.0
51.0
51.1
327
307
289
274
260
247.4
235.8
225.5
216.1
207.4
199.3
191.8
184.9
178.5
172.5
167.0
161.8
156.9
152.4
148.0
143.9
140.0
136.4
132.9
129.6
126.5
123.6
120.8
118.1
115.5
113.0
110.6
108.4
106.2
104.1
102.2