Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN PERBANDINGAN STANDAR KARUNG TENUN POLIPROPILENA

UNTUK BAHAN PANGAN CURAH

Comparative Study of Woven Polypropylene Sacks Standard


for Bulk Packaging o f Foodstuff

Yani Kartika Pertiwi1, Teguh Martianto2, dan Ageng Priatni3

1,2,3Balai
Besar Kulit, Karet dan Plastik
JL. Sokonandi No. 9 Yogyakarta 55166, Indonesia

E-mail: yanipertiwi@gmail.com

Abstrak

Karung tenun polipropilena digunakan sebagai kemasan bahan pangan curah karena ringan, memiliki daya tembus
uap rendah, tahan terhadap bahan kimia, lemak, dan air. Standar untuk produk ini sangat penting karena kontak
langsung dengan bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah SNI ISO 23560:2011 perlu
diperbarui dengan mengacu pada ISO 23560:2015 menggunakan analisis perbandingan. Karung tenun polipropilena
yang memiliki kapasitas 25 kg dan 50 kg, masing-masing sebanyak 5 variasi merk diuji sesuai dengan ISO
23560:2015. Hasil analisis perbandingan menunjukkan nilai kadar abu maksimal 3% dipersyaratkan dalam ISO
23560:2015, sedangkan di SNI ISO 23560:2011 tidak mempersyaratkan. Berdasarkan hasil uji sesuai ISO
23560:2015 untuk parameter konstruksi, sebagian besar sampel berkualitas kurang baik. Hasil uji kadar abu
menunjukkan hanya sampel 50 E, 25 B dan 25 E yang memenuhi syarat mutu dari ISO 23560:2015. Residu uji kadar
abu merupakan kalsium karbonat sebagai pengisi yang tidak terbakar sempurna, sehingga kadar abu yang tinggi
mengindikasikan bahwa kualitas karung tenun PP rendah. Kadar filler juga dapat dilihat dari tampilan visual, dimana
sampel karung yang berwarna putih mengandung banyak CaCO3. Hasil uji jatuh memiliki hubungan dengan nilai
kadar abu, dimana sampel yang memiliki kadar abu tertinggi tidak memenuhi syarat mutu uji jatuh. SNI ISO
23560:2011 perlu diperbarui mengacu pada ISO 23560:2015 dengan memasukkan kadar abu ke dalam syarat mutu
karung tenun PP untuk bahan pangan curah.
Kata kunci: kajian perbandingan, karung, polipropilena, SNI

Abstract

Polypropylene woven sacks used as foodstuff packaging because its resistance to chemicals, fats, water, have light
weight and low vapor penetration. Since it directly contact with foodstuff, the standard is necessary. This study aimed
to assess whether SNI ISO 23560:2011 needs to be updated with reference to ISO 23560:2015. Polypropylene
woven sacks which have capacity 25 kg and 50 kg, each with 5 variations of brands tested in accordance with ISO
23560:2015. The comparison results showed that ash content was required in ISO 23560:2015, while in SNI ISO
23560:2011 was not required. The test results showed most of the samples have poor quality. The ash content test
showed that only samples of 50 E, 25 B and 25 E met the quality requirements. The ash residue was CaCO3 as
sacks filler that did not burn completely. Hence, high ash content indicated the low quality of PP woven sacks. The
filler content could also be seen from the visual appearance, where the white sack contains a lot of CaCO 3. Samples
with hight ash content did not meet the drop test requirements. SNI ISO 23560:2011 needs to be updated referring to
ISO 23560:2015 by including ash content into the quality requirements.
Keywords: comparative study, sacks, propylene, SNI

1. PENDAHULUAN produk saat penyimpanan. Selain itu, propilena


memiliki degradabilitas yang baik di antara
poliolefin (Allahvaisi, 2012 ). Polipropilena
Polimer jenis polipropilena sesuai untuk memiliki ketahanan yang tinggi terhadap bahan
pengemasan bahan makanan karena permeabel kimia sehingga sangat baik jika digunakan
terhadap gas sehingga mengurangi kontaminasi sebagai kemasan bahan makanan (Sari, Dali, &
Prosiding PPIS 2021 – Tangerang Selatan, 4 November 2021: Hal 93-102

Harmain, 2017). Penggunaan polipropilena mengatur syarat mutu karung tenun


sebagai kemasan makanan maupun bahan polipropilena (PP) untuk kemasan bahan
pangan telah dilakukan antara lain untuk umbi pangan curah adalah adalah ISO 23560:2015.
iles-iles (Dwiyono, Sunarti, Suparno, & Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Haditjaroko, 2014), gabah kering dan beras apakah SNI ISO 23560:2011 perlu diperbarui
(Millati, Akbar, Susi, & Rahmi, 2016), stik rumput dengan mengacu pada ISO 23560:2015
laut (Sari, Dali, & Harmain, 2017), cabai merah menggunakan analisis perbandingan. Hasil
keriting (Lamona & Purwanto , 2015), bekatul kajian ini diharapkan berupa spesifikasi terbaik
beras merah (Septian, Bayuaji, Sihite, Aeni, & dari syarat mutu produk karung tenun
Romadhon, 2020). polipropilena (PP) untuk kemasan bahan
Karung tenun polipropilena (PP) pangan curah.
merupakan wadah yang terbuat dari bahan
tenun polipropilena, tertutup di satu sisi, pada 2. TINJAUAN PUSTAKA
hal tertentu dikombinasikan dengan bahan
fleksibel yang lain, misalnya, lapisan dalam 2.1 Karung tenun polipropilena (PP) untuk
untuk memperoleh sifat yang diinginkan untuk kemasan bahan pangan curah
pengisian, penyimpanan dan distribusi dari Polipropilena merupakan bahan plastik terbaik
komoditas yang dikemas (Badan Standardisasi untuk pengemasan produk makanan karena
Nasional, 2011). Karung tenun PP dirancang memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak
untuk dapat dilipat berkali-kali agar mudah serta daya tembus uap yang rendah (Wibowo,
dikirim dan sebagai wadah penyimpanan untuk 2019). Karung tenun polipropilena berupa
produk curah kering (Elgohary, Abo, & El kemasan hasil anyaman berbentuk melingkar
Amaim, 2018). Wadah penyimpan berbahan PP berbahan baku polipropilena. Karung tenun PP
tergolong dalam kemasan primer, yaitu lebih diminati dibanding karung goni karena
kemasan yang kontak langsung dengan barang lebih ringan dan lebih tahan terhadap air,
yang dikemas (Millati, Akbar, Susi, & Rahmi, sehingga dalam waktu singkat telah
2016). Pemberlakuan standar untuk produk ini menggantikan fungsi karung goni sebagai
sangat penting karena penggunaannya yang kemasan (Sulaeman, 2018). Selain itu, karung
secara langsung bersinggungan dengan bahan tenun polipropilen mudah didapat, harga lebih
pangan. murah serta kedap udara (Dwiyono, Sunarti,
Sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun Suparno, & Haditjaroko, 2014).
2014 mengenai standardisasi, dokumen Standar Karung tenun polipropilena dibuat melalui
Nasional Indonesia (SNI) untuk metode uji dan tiga tahapan yaitu pembuatan benang plastik
spesifikasi mutu produk yang masih valid namun menggunakan mesin ekstruksi, perajutan
telah berusia di atas 5 (lima) tahun dapat benang plastik menggunakan mesin circular
mengakibatkan keraguan dan keengganan para loom serta tahap finishing (Susanti, 2012). Pada
produsen untuk memenuhi tuntutan konsumen- tahap ekstruksi, campuran polipropilena dan
konsumennya yang berbasis pada ilmu bahan pengisi (filler) umumnya kalsium karbonat
pengetahuan dan teknologi termutakhir. (CaCO3) dimasukkan ke dalam mesin ekstruder
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun yang akan menghasilkan lembaran/film
2014, salah satu asas dari standardisasi adalah kemudian didinginkan dan dipadatkan lalu
koheren. Penjelasan dari asas koheren adalah dipotong menjadi benang pita. Benang ini
pelaksanaan kegiatan standardisasi dan kemudian ditenun menggunakan alat tenun
penilaian kesesuaian mengikuti perkembangan melingkar, yang menghasilkan kain melingkar
internasional agar hasilnya harmonis. Oleh dengan lebar yang diinginkan. Gulungan kain
karena itu, sangat penting untuk meninjau tenun dibawa ke bagian finishing untuk dipotong
kesesuaian SNI dengan standar internasional dan dijahit sesuai ukuran yang diinginkan
yang diterbitkan oleh International Standard (Sharma & Alagh, 2021). Pita harus ditenun
Organization (ISO). cukup rapat sehingga bahan pangan yang
Standar Nasional Indonesia (SNI) terbaru dikemas tidak bocor keluar karung. Konstruksi
yang mengatur spesifikasi kualitas dari karung tenun harus cukup kasar untuk memastikan
tenun polipropilena (PP) untuk kemasan bahan bahwa karung yang telah diisi tidak slip dari
pangan curah adalah SNI ISO 23560:2011. SNI tumpukan karung (International Standard
ini merupakan adopsi identik dari ISO Organization, 2015).
23560:2008. Standar internasional terbaru yang

94
Kajian Perbandingan Standar Karung Tenun Polipropilena untuk Bahan Pangan Curah
(Kartika Pertiwi, Teguh Martianto, Ageng Priatni)

2.2 Standar karung tenun polipropilena kapasitas 25 kg dan 50 kg, masing-masing


untuk kemasan bahan pangan curah sebanyak 5 variasi merk serta beras sebagai
SNI ISO 23560:2011 mengatur syarat produk bahan pangan yang digunakan saat uji
mutu dari karung tenun polipropilena (PP) untuk jatuh. Setiap merk karung dilakukan
kemasan bahan pangan curah. Dokumen ini pengambilan sampel sesuai ketentuan dari ISO
merupakan adopsi identik dari ISO 23560:2008. 23560:2015 yaitu 3 bal untuk jumlah karung ≤
Standar ini digunakan untuk karung tenun PP 12500 pada lot, 13 contoh untuk inspeksi visual
berkapasitas 50 kg atau 25 kg yang berfungsi dan pengukuran dimensi dan massa, 8 contoh
untuk pengiriman dan penyimpanan bahan untuk pengukuran kekuatan putus dan
pangan seperti sereal, gula dan kacang- perpanjangan putus, kekuatan putus setelah
kacangan. Jika disyaratkan pengguna, karung terpapar radiasi UV dan kekuatan putus jahitan.
harus dilengkapi dengan lapisan dalam yang Peralatan yang digunakan antara lain mistar
mudah dipasang dan berbahan poliolefin sesuai baja merk Kenko, Muffle Furnace merk NEY
persyaratan untuk kontak makanan. Persyaratan Barkmeyer Division M-525 Series II, neraca
mutu terdiri dari pengkondisian dan kondisi uji, elektronik merk Mettler Toledo Tipe AB-204-
parameter konstruksi, ketahanan UV, massa bal S/FACT, mesin uji universal merk Zwick/Roell
dan uji jatuh. Parameter konstruksi terdiri dari Tipe Z020. Prosedur uji disesuaikan dengan ISO
kapasitas, dimensi, massa karung, rata-rata kuat 23560:2015 kecuali ketahanan UV karena alat
putus bahan tenun, perpanjangan saat putus sedang tidak berfungsi. Pengujian dilakukan
bahan tenun dan rata-rata kuat putus pada bulan Agustus tahun 2021 di laboratorium
sambungan bawah (Badan Standardisasi Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik.
Nasional, 2011). Laboratorium ini telah terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN). Selanjutnya
Standar internasional terbaru yang
dilakukan analisis perbandingan antara SNI ISO
mengatur kualitas dari karung tenun PP
23560:2011 sebagai standar dalam negeri dan
berkapasitas 50 kg atau 25 kg adalah ISO
ISO 23560:2015 sebagai standar internasional
23560:2015. Parameter yang dipersyaratkan
sedangkan data hasil uji dianalisa secara
antara lain parameter konstruksi (kapasitas,
deskriptif.
dimensi, massa karung, rata-rata kuat putus
bahan tenun, perpanjangan saat putus bahan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
tenun, rata-rata kuat putus sambungan bawah,
kadar abu), pengkondisian dan kondisi uji,
parameter konstruksi, ketahanan UV, massa bal 4.1 Analisa perbandingan SNI ISO
dan uji jatuh (International Standard 23560:2011 dan ISO 23560:2015
Organization, 2015). Tabel 1 menunjukkan perbandingan syarat mutu
karung tenun polipropilena untuk kemasan
bahan pangan curah parameter konstruksi dari
3. METODE PENELITIAN
SNI ISO 23560:2011 dan ISO 23560:2015. Tipe
I adalah produk karung tenun polipropilena
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kapasitas 50 kg sedangkan tipe II merupakan
karung tenun polipropilena yang memiliki kapasitas 25 kg.

Tabel 1. Perbandingan syarat mutu karung tenun polipropilena untuk kemasan bahan pangan curah
parameter konstruksi SNI ISO 23560:2011 dan ISO 23560:2015
SNI ISO 23560: 2011
ISO 23560: 2015
No. Parameter Uji (IDT – 2000)
Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II
1 Kapasitas (kg) 50 25 50 25
2 Dimensi
2.1 Panjang bagian dalam (cm) 10020 6520 10020 6520
2.2 Lebar bagian dalam 570−1 480−1 570−1 480−1
3 Massa karung (g) 13594 6743 13594 6743
4 Rerata kekuatan putus bahan
tenun

95
Prosiding PPIS 2021 – Tangerang Selatan, 4 November 2021: Hal 93-102

SNI ISO 23560: 2011


ISO 23560: 2015
No. Parameter Uji (IDT – 2000)
Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II
4.1 Arah panjang (N) > 918 > 816 > 918 > 816
4.2 Arah lebar (N) > 918 > 816 > 918 > 816
5 Rerata perpanjangan putus
bahan tenun
5.1 Arah panjang (%) (20 ± 5) (20 ± 5) (20 ± 5) (20 ± 5)
5.2 Arah lebar (%) (20 ± 5) (20 ± 5) (20 ± 5) (20 ± 5)
6 Rerata kekuatan putus > 377 > 377 > 377 > 377
sambungan bawah (N)
7 Kadar abu (untuk stabilisasi UV - - maksimal 3% maksimal 3%
bahan)

Berdasarkan Tabel 1, perbedaan syarat waktu lama serta penyimpanan diletakkan jauh
mutu ada di parameter kadar abu yaitu dari sinar matahari (Yang, Hu, Zhong, Chen,
maksimal 3% untuk ISO 23560:2015, Chen, & Yam, 2016).
sedangkan SNI ISO 23560:2011 tidak Pengujian kadar abu digunakan untuk
mempersyaratkan parameter kadar abu. menentukan apakah suatu produk mengandung
Pengujian uji kadar abu merujuk pada ISO bahan pengisi (filler). Hasil uji akan
3451-1: 2008 metode A menggunakan mengidentifikasi total konten pengisi namun
temperatur 600 °C ± 25 °C dimana dilakukan tidak dapat mengidentifikasi jenis bahan pengisi
kalsinasi langsung yaitu membakar bahan tanpa dilakukan prosedur pengujian tambahan
organik dan memanaskan residu pada suhu (Intertek Group). Berdasarkan hal tersebut,
tinggi sampai massa konstan tercapai pengujian kadar abu terbukti diperlukan
(International Standard Organization, 2008). sehingga sebaiknya ditambahkan dalam syarat
Kadar abu pada ISO 23560:2015 mutu SNI karung tenun polipropilena (PP) untuk
dilakukan untuk stabilisasi UV bahan karung kemasan bahan pangan curah.
tenun (International Standard Organization,
2015). Degradasi polimer dipengaruhi oleh 4.2 Hasil uji karung tenun polipropilena (PP)
radiasi UV atau energi tinggi radiasi, panas, untuk kemasan bahan pangan curah sesuai
oksigen, kelembaban, tekanan mekanis dan ISO 23560:2015
faktor lingkungan (Tochácek & Vrátnícková,
Hasil pengujian produk karung tenun
2014). Iradiasi UV dapat menyebabkan
polipropilena (PP) sesuai ISO 23560:2015 Tipe I
pembentukan produk hasil degradasi dari aditif
(kapasitas 50 kg) parameter konstruksi
kemasan dan bermigrasi ke dalam produk yang
ditunjukkan pada Tabel 2, sedangkan untuk Tipe
dikemas. Hal tersebut menyebabkan perubahan
II (kapasitas 25 kg) parameter konstruksi
yang tidak diinginkan atau bahkan toksisitas
ditunjukkan pada Tabel 3.
sehingga lebih baik hindari paparan UV dalam

Tabel 2. Hasil uji karung tenun PP Tipe I (50 kg) parameter konstruksi sesuai ISO 23560:2015
Hasil Uji Sampel
Pengujian Persyaratan
50 A 50B 50C 50D 50E
Panjang bagian dalam (cm) 100-102 89,0 89,5 98,7 87,9 89,9
Lebar bagian dalam (cm) 56 – 57 56,2 56,8 59,9 56,7 56,4
Massa karung (g) 131– 144 50,8 65,1 58,9 55,3 52,3
Rata-rata kuat putus bahan tenun

Arah panjang (N) Min. 918 417,2 447,5 381,6 418,4 560,3

Arah lebar (N) Min. 918 428,2 381,3 403,5 449,2 549,2

Perpanjangan saat putus bahan tenun

96
Kajian Perbandingan Standar Karung Tenun Polipropilena untuk Bahan Pangan Curah
(Kartika Pertiwi, Teguh Martianto, Ageng Priatni)

Hasil Uji Sampel


Pengujian Persyaratan
50 A 50B 50C 50D 50E
Arah panjang (%) 15 – 25 25,8 20,1 24,4 22,9 27,6
Arah lebar (%) 15 – 25 28,6 19,5 26,6 23,2 30,5
Rata-rata kuat putus
Min. 337 150,6 224,2 140,2 150,5 247,9
sambungan bawah (N)
Kadar abu (%) Maks.3 15,27 18,57 16,95 17,77 0,09

Tabel 3. Hasil uji karung tenun PP Tipe II (25 kg) parameter konstruksi sesuai ISO 23560:2015
Hasil Uji Sampel
Pengujian Syarat
25 A 25 B 25C 25D 25 E
Panjang bagian dalam (cm) 65 – 67 73,3 70,9 74,2 73,8 71,3
Lebar bagian dalam (cm) 47 – 48 45,3 45,8 46,0 45,8 46,2
Massa karung (g) 64 – 71 32,4 37,9 34,6 32,4 39,7
Rata-rata kuat putus bahan tenun

Arah panjang (N) Min. 816 438,1 591,6 425,6 387,2 568,1

Arah lebar (N) Min. 816 431,3 536,6 421,7 393,7 549,3

Perpanjangan saat putus bahan tenun


Arah panjang (%) 15 – 25 25,1 25,4 24,8 24,2 22,9
Arah lebar (%) 15 – 25 24,1 23,6 23,8 25,5 24,6
Rata-rata kuat putus sambungan
Min. 337 157,8 243,5 148,7 138,8 251,4
bawah (N)
Kadar abu (%) Maks.3 16,4 0,01 16,09 15,35 0,36

Data hasil uji pada Tabel 2 menunjukkan Uji kuat putus bahan tenun dan
bahwa untuk parameter dimensi, hampir seluruh perpanjangan putus bahan tenun mengacu pada
sampel Tipe I tidak memenuhi syarat uji ISO 13934-1:2013. Metode ini menentukan
parameter dimensi (panjang bagian dalam, lebar penentuan gaya maksimum dan perpanjangan
bagian dalam, massa karung). Tabel 3 pada gaya maksimum benda uji dalam
menunjukkan bahwa seluruh sampel Tipe II keseimbangan dengan atmosfer standar untuk
tidak memenuhi syarat mutu parameter dimensi. pengujian, dan benda uji dalam keadaan basah.
Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa rata- Spesimen uji kain dengan dimensi tertentu
rata kuat putus bahan tenun arah panjang diperpanjang dengan kecepatan konstan sampai
maupun arah lebar, baik sampel Tipe I maupun putus (International Standard Organization,
Tipe II tidak memenuhi persyaratan dari ISO 2013).
23560:2015. Uji tersebut bertujuan untuk Faktor utama yang berpengaruh terhadap
mengetahui kekuatan dari suatu tenunan, yaitu kekuatan benang karung plastik PP adalah
beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu bahan baku yaitu polipropilena dan bahan
contoh uji hingga putus (Haryati, Widowati, & pengisi (kalsium karbonat). Semakin banyak
Wahyuningsih, 2012). filler maka benang menjadi mudah putus karena
Berdasarkan Tabel 2 dan 3, hasil uji komposisi CaCO3 yang terdiri dari 80% kapur.
perpanjangan saat putus bahan tenun arah Kekuatan tarik benang terhadap proses
panjang dan lebar, baik Tipe I maupun Tipe II penarikan menjadi rendah sehingga mudah
terdapat beberapa sampel yang tidak memenuhi putus (Zaman & Afiatna, 2017). Kerapatan
syarat mutu dari ISO 23560:2015. Perpanjangan tenunan juga berpengaruh karena semakin
putus adalah pertambahan panjang pada saat rapat tenunan maka semakin kuat pula tenunan
putus dibandingkan dengan panjang semula, tersebut (Haryati, Widowati, & Wahyuningsih,
dinyatakan dalam persen (Haryati, Widowati, & 2012).
Wahyuningsih, 2012).

97
Prosiding PPIS 2021 – Tangerang Selatan, 4 November 2021: Hal 93-102

Hasil pengujian rata-rata kuat putus meningkat (Elsheikh, Shawky, Darwish, &
sambungan bawah (N) menunjukkan bahwa Elsamea, 2018).
baik sampel Tipe I maupun Tipe II tidak Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa dari
memenuhi persyaratan dari ISO 23560:2015. hasil uji kadar abu hanya sampel 50 E, 25 B dan
Metode uji parameter ini mengacu pada ISO 25 E yang memenuhi syarat mutu dari ISO
13935-1:2014 dimana spesimen uji kain dengan 23560:2015. Kandungan abu dalam komposit
dimensi tertentu yang memiliki jahitan di tengah, berbasis PP bervariasi tergantung pada
diperpanjang tegak lurus ke jahitan dengan komposisi produk jadi. Residu (abu) terbentuk
kecepatan konstan sampai jahitan pecah karena adanya pengisi (filler), yang tidak
(International Standard Organization, 2014). sepenuhnya terdegradasi pada temperatur
Kekuatan sambungan jahit dinyatakan pengujian (Dobrzyńska-Mizera, Knitter, &
sebagai beban yang dibutuhkan untuk Barczewski, 2019).
mematahkan sambungan yang dijahit. Faktor Polipropilena memiliki titik leleh 160-166
yang memengaruhi yaitu panjang jahitan dimana ˚C (Rudend & Hermana, 2020), sedangkan
semakin panjang maka kekuatan sambungan kalsium karbonat sebagai filler pada karung
makin menurun. Pemilihan benang juga tenun PP memiliki titik lebur sebesar 825 °C
memengaruhi kekuatan sambungan (Vilhanová (Hariyanto, Sari, & Pujiastuti, 2020). Hal tersebut
& Langová, 2019). Faktor lain adalah kerapatan menunjukkan bahwa residu uji kadar abu
jahitan, semakin rapat maka semakin tinggi merupakan kalsium karbonat yang tidak
beban putus sambungan. Kepadatan jahitan terbakar sempurna setelah kalsinasi karena
juga berpengaruh, dimana semakin padat temperatur uji yang digunakan sebesar 600 °C
jahitan maka nilai kekuatan sambungan (Alassali, Picuno, Samara, Diedler, Fiore, &
Kuchta, 2019).

Tabel 4. Hasil uji jatuh karung tenun PP Tipe I (50 kg) sesuai ISO 23560:2015
Hasil Uji Sampel
Parameter Persyaratan
50 A 50 B 50 C 50 D 50 E
Karung Karung
Karung Karung Karung
mengalami rusak,
Bagian bawah mengalami mengalami mengalami
Karung tidak deformasi, terbelah
pada deformasi, deformasi, deformasi,
pecah dan tidak tidak pecah pada bagian
ketinggian tidak pecah tidak pecah tidak pecah
hilang isinya dan tidak rata dan
1,2 m dan tidak dan tidak dan tidak
hilang isinya
hilang isinya hilang isinya hilang isinya
isinya tumpah
Tidak
Karung
dilakukan uji Karung Karung Karung
mengalami
Bagian rata 1 pada tahap mengalami mengalami mengalami
Karung tidak deformasi,
pada ini karena deformasi, deformasi, deformasi,
pecah dan tidak tidak pecah
ketinggian karung telah tidak pecah tidak pecah tidak pecah
hilang isinya dan tidak
1,6 m rusak pada dan tidak dan tidak dan tidak
hilang
bagian hilang isinya hilang isinya hilang isinya
isinya
bawah.
Tidak
Karung
dilakukan uji Karung Karung Karung
mengalami
Bagian rata 2 pada tahap mengalami mengalami mengalami
Karung tidak deformasi,
pada ini karena deformasi, deformasi, deformasi,
pecah dan tidak tidak pecah
ketinggian karung telah tidak pecah tidak pecah tidak pecah
hilang isinya dan tidak
1,6 m rusak pada dan tidak dan tidak dan tidak
hilang
bagian hilang isinya hilang isinya hilang isinya
isinya
bawah.

Tabel 5. Hasil uji jatuh karung tenun PP Tipe II (25 kg) sesuai ISO 23560:2015
Hasil Uji Sampel
Parameter Persyaratan
25 A 25 B 25 C 25 D 25 E
Bagian bawah Karung Karung Karung Karung
Karung tidak Karung
pada mengalami mengalami mengalami mengalami
pecah dan tidak sedikit
ketinggian deformasi, deformasi, deformasi, deformasi,
hilang isinya bocor
1,2 m tidak pecah tidak pecah tidak pecah tidak pecah

98
Kajian Perbandingan Standar Karung Tenun Polipropilena untuk Bahan Pangan Curah
(Kartika Pertiwi, Teguh Martianto, Ageng Priatni)

dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak


hilang isinya hilang isinya hilang isinya hilang
isinya
Karung
Karung Karung Karung
mengalami
Bagian rata 1 mengalami mengalami mengalami
Karung tidak Karung deformasi,
pada deformasi, deformasi, deformasi,
pecah dan tidak sedikit tidak pecah
ketinggian tidak pecah tidak pecah tidak pecah
hilang isinya bocor dan tidak
1,6 m dan tidak dan tidak dan tidak
hilang
hilang isinya hilang isinya hilang isinya
isinya
Karung
Karung Karung Karung
mengalami
Bagian rata 2 mengalami mengalami mengalami
Karung tidak Karung deformasi,
pada deformasi, deformasi, deformasi,
pecah dan tidak sedikit tidak pecah
ketinggian tidak pecah tidak pecah tidak pecah
hilang isinya bocor dan tidak
1,6 m dan tidak dan tidak dan tidak
hilang
hilang isinya hilang isinya hilang isinya
isinya

Parameter uji jatuh mengacu pada ISO Tabel 2 merupakan nilai yang tertinggi dibanding
7965-2:1993 yang menetapkan metode sampel karung Tipe I lainnya. Hal yang sama
pengujian benturan vertikal pada karung yang juga berlaku pada sampel 25 A, dimana nilai
terisi penuh dengan cara dijatuhkan. Pengujian kadar abu paling tinggi dibanding karung tenun
ini dilakukan untuk menyelidiki efek dari dampak PP Tipe II sesuai Tabel 3. Hal tersebut
vertikal atau sebagai bagian dari tes pengukuran menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar abu
kemampuan karung dalam menahan sistem maka kualitas karung tenun PP semakin rendah
distribusi akibat dijatuhkan. Karung yang diisi karena semakin banyak filler.
dinaikkan di atas permukaan yang kaku dan Hasil pengujian rata-rata kuat putus
dilepaskan untuk menabrak permukaan ini bahan tenun dan kadar abu berdasarkan Tabel
setelah jatuh bebas dimana kondisi atmosfer, 2 hingga Tabel 5 menunjukkan bahwa jika nilai
ketinggian penurunan dan posisi telah diatur kuat putus bahan tenun tinggi maka kadar abu
terlebih dahulu (International Standard karung tenun PP rendah. Kadar abu yang
Organization, 1993). rendah mengindikasikan kadar polipropilena
Berdasarkan Tabel 4 dan 5, diketahui lebih tinggi dari kandungan filler dalam
bahwa terdapat karung yang tidak memenuhi komposisi karung tenun polipropilena. Kuat
persyaratan ISO 23560:2015 yaitu sampel 50 B putus bahan tenun yang semakin tinggi
yang rusak terbelah serta sampel 25 A yang menunjukkan bahwa kualitas bahan karung
sedikit bocor. Sampel karung lain yang memiliki tenun PP semakin baik. Hasil ini semakin
kapasitas 50 kg maupun 25 kg tidak pecah dan menegaskan pentingnya parameter uji kadar
tidak hilang isinya namun mengalami deformasi abu dalam syarat mutu karung tenun PP untuk
(perubahan bentuk). bahan pangan curah sehingga SNI ISO
Hasil uji jatuh memiliki hubungan dengan 23560:2011 perlu diperbarui mengacu pada ISO
nilai kadar abu. Nilai kadar abu sampel 50 B dari 23560:2015.

Gambar 1. Sampel karung tenun PP

99
Prosiding PPIS 2021 – Tangerang Selatan, 4 November 2021: Hal 93-102

Hubungan kualitas karung tenun PP DAFTAR PUSTAKA


dengan kadar filler juga dapat dilihat dari
tampilan visual seperti ditunjukkan pada Alassali, A., Picuno, C., Samara, H., Diedler, S.,
Gambar 1, dimana sampel 50 E, 25 B dan 25 E Fiore, S., & Kuchta, K. (2019). Antimony
transparan/bening sedangkan sampel lain Mining from PET Bottles and E-Waste
berwarna putih. Polipropilena merupakan jenis Plastic Fractions. Sustainability 11(15),
plastik yang memiliki sifat transparan / bening 1-14.
(Zaman & Afiatna, 2017) sedangkan kalsium Allahvaisi, S. (2012 ). Polypropylene in the
karbonat berwarna putih (Hariyanto, Sari, & Industry of Food Packaging. In F.
Pujiastuti, 2020). Karung tenun PP yang Doğan, Polypropylene (pp. 3-22).
transparan mengindikasikan kandungan filler Rijeka: InTech.
(CaCO3) lebih rendah dibandingkan karung yang Badan Standardisasi Nasional. (2011). Karung
berwarna putih. tenun polipropilen (PP) untuk kemasan
bahan pangan curah. Jakarta: BSN.
5. KESIMPULAN Dobrzyńska-Mizera, M., Knitter, M., &
Barczewski, M. (2019). Walnut shells as
a filler for polymeric materials. Drewno
Perbedaan syarat mutu karung tenun PP untuk Vol. 62, No. 203, 153-168.
bahan pangan curah antara ISO 23560:2015 Dwiyono, K., Sunarti, T. C., Suparno, O., &
dan SNI ISO 23560:2011 adalah parameter Haditjaroko, L. (2014). Penanganan
kadar abu yaitu maksimal 3% untuk ISO pascapanen umbi iles-iles
23560:2015, sedangkan di SNI ISO 23560:2011 (Amorphophallus muelleri Blume) studi
tidak ada syarat tersebut. Berdasarkan hasil uji kasus di Madiun, Jawa Timur. Jurnal
sesuai ISO 23560:2015 untuk parameter Teknologi Industri Pertanian 24 (3), 179-
konstruksi, sampel yang diuji baik Tipe I maupun 188.
Tipe II sebagian besar berkualitas kurang baik. Elgohary, D., Abo, Y., & El Amaim. (2018). The
Hasil uji kadar abu menunjukkan sampel 50 E, influence of using different textile
25 B dan 25 E saja yang memenuhi syarat structures and yarn counts on the
mutu. Residu uji kadar abu merupakan filler mechanical properties of woven sacks.
(CaCO3) yang tidak terbakar sempurna, Journal of the Textile Association, 301-
sehingga kadar abu yang tinggi 308.
mengindikasikan kualitas karung tenun PP Elsheikh, K., Shawky, M., Darwish, H., &
rendah karena kandungan filler yang tinggi. Elsamea, E. (2018). Prediction of seam
Kadar filler juga dapat dilihat dari tampilan performance of light weight woven
visual, dimana sampel yang berwarna putih fabrics. International Journal of
mengandung banyak CaCO3. Hasil uji jatuh Engineering and Technical Research
terkait dengan nilai kadar abu, dimana sampel Volume-8, Issue-6, 10-13.
yang memiliki kadar abu tertinggi tidak Hariyanto, A., Sari, V. K., & Pujiastuti, C. (2020).
memenuhi syarat mutu uji jatuh. SNI ISO Kinetika Reaksi Pembentukan Kalsium
23560:2011 perlu diperbarui mengacu pada ISO Fosfat dari Asam Fosfat dan Cangkang
23560:2015 dengan memasukkan kadar abu ke Kerang Darah. Journal of Chemical and
dalam syarat mutu karung tenun PP untuk Process Engineering Vol. 01 No. 02 ,
bahan pangan curah. 32-38.
Haryati, S., Widowati, & Wahyuningsih, U.
UCAPAN TERIMA KASIH (2012). Kualitas hasil tenunan kantong
plastik bekas antara teknik pilin dan
teknik lipat. Fashion and Fashion
Terima kasih kami ucapkan kepada Balai Besar Education Journal 1 (1) , 1-6.
Kulit, Karet dan Plastik serta Badan International Standard Organization. (1993).
Standardisasi dan kebijakan Jasa Industri Sacks-Drop test-Part 2: Sacks made
Kementerian Perindustrian atas dukungan yang from thermoplastic flexible film. Geneva:
diberikan untuk penelitian ini. International Standard Organization.
International Standard Organization. (2008).
Plastics-Determination of ash-Part 1:

100
Kajian Perbandingan Standar Karung Tenun Polipropilena untuk Bahan Pangan Curah
(Kartika Pertiwi, Teguh Martianto, Ageng Priatni)

General methods. Geneva: International lama penyimpanan terhadap kadar air,


Standard Organization. sifat fisik, dan organoleptik bekatul
International Standard Organization. (2013). beras merah. Jurnal Nutrisi Ternak
Textiles-Tensile properties of fabrics- Tropis dan Ilmu Pakan 2(4), 198-206.
Part 1: determination of maximum force Sharma, T., & Alagh, P. (2021). Process and
and elongation at maximum force using factor analysis in the manufacturing of
the strip method. Geneva: International woven polypropylene packaging textiles.
Standard Organization. International Journal of Home Science
International Standard Organization. (2014). 7(2), 109-115.
Textiles-Seam tensile properties of Sulaeman, B. (2018). Pemanfaatan limbah
fabrics and made-up textile articles- Part karung plastik. PENA TEKNIK: Jurnal
1: Determination of maximum force to Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik Volume 3,
seam rupture using the strip method. Nomor 1, 93-106.
Geneva: International Standard Susanti, T. W. (2012). Analisis pengendalian
Organization. kualitas produk akhir karung ukuran
International Standard Organization. (2015). 56x110 cm (DOPP) dengan metode C-
Woven polypropylene sacks for bulk Chart pada PT. Hardo Solo Plast
packaging of foodstuff. Geneva: Surakarta. Surakarta: Universitas
International Standard Organization. Sebelas Maret.
Intertek Group. (n.d.). Ash Content ASTM Tochácek , J., & Vrátnícková, Z. (2014). Polymer
D2584, D5630, ISO 3451. Retrieved life-time prediction: The role of
September 12, 2021, from Intertek: temperature in UV accelerated ageing of
https://www.intertek.com/polymers/testlo polypropylene and its copolymers.
pedia/ash-content-analysis/ Polymer Testing 36 (2014), 82–87.
Lamona, A., & Purwanto , Y. (2015). Pengaruh Vilhanová, A., & Langová, N. (2019). Strength of
Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu stitched joints of the coating upholstery
Rendah Terhadap Perubahan Kualitas fabrics. Ann. WULS–SGGW, For. and
Cabai Merah Keriting Segar. Jurnal Wood Technol. 106, 91-98.
Keteknikan Pertanian Vol. 3 No. 2, 145- Wibowo, P. D. (2019). Pengaruh karakteristik
152. fisik, kimia, dan mikrobiologi fruit leather
Millati, T., Akbar, A., Susi, & Rahmi, A. (2016). mangga selama penyimpanan dalam
Pengaruh jenis kemasan terhadap kemasan polipropilen dan polietilen.
kondisi penyimpanan gabah kering Palembang: Universitas Sriwijaya.
panen, rendemen giling dan beras Yang, Y., Hu, C., Zhong, H., Chen, X., Chen, R.,
kepala. ZIRAA’AH, Volume 41 Nomor 1, & Yam, K. (2016). Effects of Ultraviolet
103-112. (UV) on Degradation of Irgafos 168 and
Rudend , A. J., & Hermana, J. (2020). Kajian Migration of Its Degradation Products
Pembakaran Sampah Plastik Jenis from Polypropylene Films. Journal of
Polipropilena (PP) Menggunakan Agricultural and Food Chemistry 64, 41,
Insinerator. Jurnal Teknik ITS Vol. 9, 7866–7873.
No. 2, D124-D130. Zaman , A., & Afiatna, F. A. (2017). Desain
Sari, S. D., Dali, F., & Harmain, R. M. (2017). eksperimen kekuatan tarik benang plastik
Masa Simpan Stik Rumput Laut menggunakan metode Taguchi di
Fortifikasi Tepung Udang Rebon dalam perusahaan woven. Seminar Nasional
Kemasan Polipropilen. Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi (pp. 1-9). Jakarta :
Perikanan dan Kelautan. Volume 5 Fakultas Teknik Universitas
Nomor 4, 107-112. Muhammadiyah Jakarta.
Septian, M. H., Bayuaji, P., Sihite, M., Aeni, R.
N., & Romadhon, W. (2020). Pengaruh

101
Prosiding PPIS 2021 – Tangerang Selatan, 4 November 2021: Hal 93-102

102

Anda mungkin juga menyukai