Anda di halaman 1dari 53

Teknologi Bersih dan

Minimalisasi Limbah
Popok Sekali Pakai (Pospok) vs. Popok Kain
KELOMPOK 7

Hani Noor Absharina 21080116120009


Debora Christina Tambunan 21080116120001
Eva Aulia Firdaus 21080116120026
Zulfa Maharani 21080116120038
Dwi Muji Raharyani 21080116120018
Jetri Murfa Filia Utami 21080115120005
Anindya Nugraheni Rosyada 21080115140074
Pebriasi Sinaga 21080115120026
Life Cycle Assessment
Standar internasional untuk Life Cycle Assessment, ISO14040
(ISO 2000), menyatakan bahwa:
LCA adalah metode atau proses untuk menilai dampak
terhadap lingkungan dan potensinya yang disebabkan oleh
produk sepanjang siklusnya dari input hingga produk jadi,
dengan:
LCA ?  Inventarisasi dan input dan output dari siklus produk;
 Mengevaluasi potensi dampak lingkungan yang terkait
dengan input dan output; dan
 Menafsirkan hasil analisis inventarisasi dan penilaian
dampak yang sesuai dengan tujuan penelitian
LCA mempelajari aspek lingkungan dan dampak potensial di
seluruh siklus hidup produk, dari pengambilan bahan baku
sampai produksi, penggunaan barang oleh konsumen, hingga
LCA ? akhirnya dibuang dan pembuangan. Dampak umum
membutuhkan berbagai pertimbangan termasuk penggunaan
sumber daya, dampak kesehatan, dan konsekuensi ekologis.
 Tujuan dan Ruang Lingkup
 Analisis Siklus Barang/Produk
Elemen-  Penilaian Dampak yang Ditimbulakn Siklus Produk
Elemen Kunci  Interpretasi Siklus Barang
dari LCA  Pelaporan
 Ulasan Kritis
Popok Sekali Pakai
(Disposable
Diapers)
 Popok sekali pakai adalah popok yang dapat langsung dibuang dan
dinilai lebih praktis karena tidak perlu dicuci seperti popok kain
biasanya.
 Pospak dibuat melalui proses pemutihan dengan menggunakan
berbagai bahan kimia. Dalam pospak terkandung Dioxin, Sodium
Polyacrilate, pewarna, parfum, plastik, tolluene, Xylene,
Popok Sekali Pakai Ethylbenzene, Dipentene. Dioxin adalah by product dari proses
(Disposable pemutihan serat kertas yang membuat pospak nampak putih dan
bersih. Dioxin bersifat karsinogenik atau dapat meningkatkan
Diapers ) resiko kanker. Sodium Polyacrilate adalah gel serupa kristal yang
dapat menyerap cairan urine – sebagian sumber mengatakan
bahkan dapat menampung sampai dengan 800xlipat beratnya di
air
POPOK SUPER PENYERAP (ULTRAS)

Jenis Ultras adalah tipe popok sekali pakai yang paling dominan
dijual di pasar, sekitar 94 persen dari pasar pada tahun 1999
(Mintel, 2000). Popok sekali pakai dijual dalam beberapa ukuran
untuk berat bayi yang berbeda – beda, ukuran yang paling populer
berkisar antara bayi yang beratnya antara 9 sampai 18 kg
(Mintel,2000).
Klasifikasi
POPOK BIASA

 Tidak ada polimer penyerap super


 Mengandalkan bubur kapas sebagai penyerap
 Dianggap kurang diminati karena tidak ada produsen
besar yang memproduksi popok ini
Popok Kain
(reusable diapers)
Popok reusable yang terbuat dari serat alami, bahan-bahan
buatan manusia, atau kombinasi keduanya. Mereka sering
terbuat dari industri kapas yang akan di putihkan atau diberi
warna natural. Bahan-bahan kain serat alami lainnya termasuk
Popok Kain wol, bambu, dan serat rami. Buatan manusia bahan penyerap
(Reusable lapisan microfiber toweling internal atau eksternal waterproof
Diapers) lapisan poliuretan laminasi (PUL) dapat digunakan. Kain
poliester microfleece atau suedecloth yang sering digunakan
dalam popok kain sebagai "staydry" karena memiliki sifat
penyerap dari serat sintetis tersebut.
Pospak vs Popok Kain
POSPAK

 Praktis
 Fashionable
 Daya serap tinggi

Kelebihan
POPOK KAIN

 Lebih murah dan hemat


 Bebas dari bahan kimia
 Dapat disimpan kembali dan digunakan untuk anak kedua.
POSPOK

 Membutuhkan dana yang lebih besar


 Tidak dapat dipakai lagi/disimpan
 Mengandung bahan kimia

Kekurangan
POPOK KAIN

 Memakai banyak detergen dan air


 Mudah bocor dan harus diganti secara berkala.
 Membutuhkan banyak waktu untuk dicuci dan dikeringkan.
Analisis Metode LCA
pada Kasus Pospak dan
Popok Kain di Inggris
(2001-2001)
Langkah-Langkah dalam Metode LCA

Goal and
Scope
Life Cycle
Inventory

Life Cycle Impact


Assessment

Interpretation
Goal and Scope
 GOALS :
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai dampak potensi “Life
Cycle Assessment” yang terkait dengan penggunaan popok
sekali pakai dan popok kain di Inggris pada tahun 2001-2002.
Selanjutnya tujuan analisis ini dibagi menjadi dua yaitu ;
1. Untuk mengkompilasi siklus hidup secara rinci dengan
Goals and Scope lingkungan yang terkait dengan produksi, penggunaan dan
Pospak vs Popok pembuangan popok sekali pakai dan popok kain,

Kain mempertimbangkan berbagai pilihan untuk membersihkan


popok reuseable, dan pilihan pembuangan untuk popok
sekali pakai
2. Menggunakan data siklus untuk membandingkan potensi
dampak lingkungan yang timbul dari popok sekali pakai
dan popok kain.
 SCOPE :

Cakupan pada penelitian dicondongkan ke arah “Penggunaan


popok kepada anak yang berumur kurang dari atau sama
dengan 2,5 tahun, di Inggris, untuk periode 2001- 2002”.
Alasan untuk fokus pada anak usia 2,5 tahun adalah bahwa
Goals and Scope anak dengan usia ini, merupakan usia puncak seorang
Pospak vs balita dalam pemakaian popok sebelum akhirnya persentase

Popok Kain pemakaiannya berkurang.

 BOUNDARY :
Analisis ini tak membahas mengenai jenis produk popok yang
digunakan di pasaran. Melainkan hanya fokus pada tipe
popok yang mencakup popok sekali pakai dan popok kain
Life Cycle Inventory
 Pada langkah ini akan dilakukan pendataan dan
pembobotan proses pada siklus hidup (life cycle) popok
sekali pakai, mulai dari sejak produksi hingga sampai ke
Life Cycle tangan konsumen.
Inventory  Metode pengambilan data menggunakan sistem kuisioner
untuk Pospak yang dibagikan ke berbagai industri di UK yang
memproduksi popok yang berfokus pada data konsumsi
proses produksi (energi, air dan material) dan data emisi.
Berikut adalah tahapan “life cycle” popok sekali pakai (pada
kasus di Inggris) sejak produksi hingga menjadi sampah ;
1. PRODUKSI POPOK SEKALI PAKAI
Dari hasil kuisioner yang telah didapat, di simpulkan bahwa
seluruh industri popok secara tipikal menggunakan
Life Cycle memproduksi dengan proses mekanis yang bersifat kontinyu.
Inventory Proses yang tersebut berjalan secara otomatis sejak
untuk Pospak menginputan komposisi hingga proses pengemasan.
2. TRANSPORTASI KE OUTLET PENGECER
Karena keterbatasan data, maka diasumsikan bahwa produk
popok yang dimaksud dianggap telah ditansportasikan
sejauh 500 km ke outlet pengecer dalam 40 ton truk.
Berikut rata-rata proses
produksi meliputi input/output
data tiap ton popok
3. OUTLET PENGECER
Berdasarkan hasil penelitian, belum ditemukan data yang jelas
mengenai penggunaan energi oleh toko pengecer popok.
Namun dapat diasumsikan jika toko yang dimaksud adalah
supermarket, dengan konsumsi tipikal 3.2 juta kWh (sesuai

Life Cycle dengan konsumsi kebutuhan listrik di UK tahun 1998) yang


mana 48 % digunakan untuk alat pendingin, dan 8 % untuk
Inventory pemanggang roti (J Sainsbury, 1988). Jika kita mengalokasikan
untuk Pospak sisa 44% nya untuk kebutuhan dasar dengan total penjualan
29 juta poundsterling pertoko maka perhitungan ini sama
dengan 0.049 kWh / poundsterling atau 138 kWh perton
popok, dengan asumsi harga 12.7 pence perpopok (WEN,
2004)
4. TRANSPORTASI KE RUMAH KONSUMEN
Berdasarkan asumsi yang dibuat oleh Competition Comission
(2000) 76% konsumen menggunakan kendaraan pribadinya
untuk sampai ke supermarket dan sekitar 65%-nya

Life Cycle mengemudi hingga 10 menit perjalanan dengan rata-rata biaya


44.31 poundsterling. Jika kita asumsikan kecepatan
Inventory
perjalanannya adalah 30 mph itu berarti perjalanan yg
untuk Pospak ditempuh setiap pembelian popok adalah 5 mil. Jika
diasumsikan perminggu konsumen membeli popok selama 2.5
tahun maka perjalanan ini sebanding dengan 108.5 mil atau
174.6 km.
5. PENGGUNAAN
Berdasarkan hasil survey Environmental Agency UK, penggunaan
popok pada umumnya dalam satu hari adalah 4.16 popok/hari.
Dengan akumulasi total penggunaan selama 2.5 tahun sama
dengan 3796 popok atau setara dengan 169.5 kg.
Namun untuk keperluan pembuangan urin dan feses ke unit
Life Cycle insinerasi dan landfill, digunakanlah dua scenario perhitungan.
Yaitu Geigy (Lenter, 1981) dan Forfar (Campbell and McIntosh,
Inventory 1998), dengan rincian
untuk Pospak • Skenario Geigy, penggunaan popok selama 2.5 tahun
adalah sebanyak 3796 popok dengan sampah popok
sebesar 391.4 kg dan sampah kemasan sebanyak 3 kg
• Skenario Mixed penggunaan popok selama 2.5 tahun
adalah sebanyak 3796 popok dengan sampah popok
sebesar 537.6 kg dan sampah kemasan sebanyak 3 kg
6. PEMBUANGAN
Di Inggris, pada tahun 2000 sebanyak 8% sampah padat
perkotaan diproses secara insinerasi dan sebanyak 80% diproses
dengan cara landfill. Dan pada kondisi ini, sampah popok
sebagian diproses secara insinerasi dan sebagian ditimbun
sebagai landfill.

Life Cycle Hasil analisis dari (WISARD waste: Integrated Systems Assessment
for Recovery and Disposal) menyatakan bahwa kebutuhan energi
Inventory pada proses landfill telah terkover dengan adanya gas
untuk Pospak manajemen, dan pemulihan energi dari pembakaran produk.
Sedangkan kebutuhan listrik untuk model insinerasi adalah 450
kWh perton sampah

Berikut data Life Cycle Inventory sejak proses awal hingga akhir
 Pada tahap ini memang ditemukan berbagai variasi
penggunaan jenis popok kain yang ada di masyarakat. Oleh
karena itulah ERM dan Environmental Agency UK melakukan
survey terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian
ataupun pembobotan siklus hidup popok kain. Survey
Life Cycle
tentunya dilakukan dengan pendekatan yang berbeda
Inventory sesuai dengan kondisi eksisiting
untuk Popok
 Setelah dilakukan survey baik oleh ERM ataupun
Kain Environmental Agency, disimpulkan bahwa jenis popok kain
handuk adalah jenis yang paling banyak diminati di pasaran.
Dengan jumlah peminat 37% dari total pengguna popok
segala jenis di Inggris (ERM, 2000-2001)
1. KEBUTUHAN LISTRIK
Dari kedua jenis popok yang sedang diulas dalam proses
produksinya emang membutuhkna listrik untuk kepentingan
produksinya. Namun dalam penelitian ini tidak menyebutkan
secara jelas besaran daya yang dibutuhkan dalam proses
Life Cycle produksi.
Inventory 2. PRODUKSI KAPAS
untuk Popok Data input/output kapas akan dijelaskan pada slide selanjutnya
3. PRODUKSI PEMINTALAN KAPAS
Kain Pada taraf ini penulis telah mengalokasikan kehilangan
material dan konsumsi listrik. Berdasarkan BTTG (BTTG, 1990)
dan Rudramoothy et al., (2000), telah dialokasikan 10 kWh
perkilo produksi dan 10% kehilangan material.
Data input/output kapas pada
popok kain.
4. TRANSPORTASI HASIL PINTALAN KE UK
Penulis telah mengalokasikan 6500 km perjalanan laut (New
York ke UK) dan 1000 km perjalanan darat (di UK dan US)
5. PRODUKSI POPOK
Popok kain memang sebagian kecil diproduksi di UK tapi
Life Cycle mayoritas masyarakat percaya bahwa pada tahun-tahun
Inventory tersebut popok kebanyakan diproduksi di timur yaitu negara

untuk Popok Pakistan dan India


Menurut hasil survey Environmental Agency berat rata-
Kain rata popok kain 0,21 kg; sementara menurut survey ERM
setiap 1 kg popok pasti tidak jauh-jauh dari 12 gram
kemasan PE. Sementara popok kain sendiri rata-rata memiliki
berat berkisar antara 100-130 gram.
Terry nappy manufacturing inputs per tonne of nappies produced
Input Quantity kg
Hydrogen peroxide (35%) 71 kg
Formic acid 5 kg
Caustic soda (50%) 18 litres
Optical whitener 18 litres
Softener 30 litres
Water 18,000 litres
Grid electricity 1792 kWh
Natural gas 11,246 kWh
Sumber: UK terry nappy manufacturer
6. PRODUKSI DETERGEN
Karena popok kain bisa digunakan berkali-kali, sehingga
produksi detergen perlu dimasukkan dalam “life cycle”
Life Cycle popok kain untuk keperluan pencucian. Hasil survey ERM
Inventory menyatakan bahwa dosis untuk sekali pencucian popok
untuk Popok rata-rata adalah 108 gram
Kain 7. TOKO PENGECER
Untuk keperluan studi, diasumsikan konsumsi listrik yg
digunakan adalah 0.049 kWh/pounsterling
Table 5.5 Purchase price of reusable nappy materials
Description Unit Price per No of Cost over 2.5
unit, £ units years
Terry nappy* 1 nappy 1.90 47.5 £90.25
Detergent 1 kg 1.30 30.8 £40.03
Sanitiser 1 kg 6.00 10.2 £61.32
Liners 100 2.70 32.7 £88.31
Softener 1 kg 0.89 15.3 £13.59
Wrap/pant* 1 wrap/pant 0.40 19.2 £7.68
Total £301.18
* Wraps/pants and nappies are a relatively insignificant cost. Therefore we
have assumed that they are purchased in a supermarket. In reality, they
would be purchased on the high street, via mail order or through the Internet.
8. TRANSPORTASI MATERIAL POPOK KE RUMAH-RUMAH
Berdasarkan asumsi yang dibuat oleh Competition
Comission (2000) 76% konsumen menggunakan kendaraan
pribadinya untuk sampai ke supermarket dan sekitar 65%-
nya mengemudi hingga 10 menit perjalanan dengan rata-
Life Cycle rata biaya 44.31 poundsterling. Jika kita asumsikan
Inventory kecepatan perjalanannya adalah 30 mph itu berarti
untuk Popok perjalanan yg ditempuh setiap pembelian popok adalah 5

Kain mil. dengan shopping value 301.18 pounsterling yang


setara dengan 5.2 persen alokasi. Jika diasumsikan
perminggu konsumen membeli popok selama 2.5 tahun
maka perjalanan ini sebanding dengan 67.9 mil atau 109.4
km.
9. PENGGUNAAN POPOK
Anak-anak usia 2.5 tahun rata-rata menggunakan 6.1 popok
perharinya. Dengan persentase 50% pelapis dibilas dan 5-%
lainnya dibuang. Dan berdasarkan survey pula, didapat hasil
bahwa popok pada umunya akan dicuci setiap dua hari sekali.
Life Cycle Penggunaan popok meliputi:
Inventory - Pembilasan
untuk Popok - Perendaman

Kain - Pencucian
- Penggunaan detergen
- Penggunaan pelembut
- Pengering
- Seterika
10.MASA PAKAI
Life Cycle Popok kain pada umumnya kan terus digunakan hingga nilai
Inventory gunanya habis (rusak)
untuk Popok
Kain
Life Cycle Impact Assessment
Impact profile for disposable nappy system (Mixed Scenario: 1 child,
2.5 years, 4.16 changes)
Impact Unit Total Raw Retail Consumer End of life
Category materials, electricity transport waste
nappy and home management
manufacture packaging
and transport

to retail
Abiotic % 100 96.0 3.8 4.7 -4.4
resource
depletion
kg Sb eq 4.82 4.63 0.18 0.22 -0.21
Global % 100 74.3 4.4 6.4 15.0
warming
(GWP100)
kg CO2 626 465 27 40 94
eq
Ozone layer % 100 8.8 7.7 0 83.6
depletion

Pospok (ODP)

Photochemica
kg CFC-
11 eq
%
0.000
26
100
0.000023

57.4
0.000020

3.7
0

16.1
0.000219

22.9

(Studi Kasus) l oxidation

Acidification
kg C2H2
%
0.174
100
0.100
95.1
0.006
3.9
0.028
3.9
0.040
-3.0
kg SO2 3.78 3.60 0.15 0.15 -0.11
eq
Eutrophication % 100 93.2 4.8 0 2.0
kg PO4 0.338 0.315 0.016 0 0.007
eq
Human % 100 82.1 17.8 0 0.1
toxicity
kg 1,4-DB 49.4 40.5 8.8 0 0.1
eq
Fresh water % 100 38.7 12.9 0 48.4
aquatic
ecotoxicity
kg 1,4-DB 7.01 2.72 0.91 0 3.4
eq
Terrestrial. % 100 86.2 4.8 0 9.0
ecotoxicity
kg 1,4-DB 1.92 1.66 0.09 0 0.17
eq
Note: ital.ics indicate less well developed impact methodologies
Pospok
(Studi Kasus)
Interpretation
Jadi, tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan
popok sekali pakai dan popok reusable. Sedangkan dampak
lingkungan yang ditimbulkan adalah sebagai berikut :
 Pemanasan global;
 Penipisan ozon
 Pembentukan kabut asap musim panas;
Interpretasi  Menipisnya cadangan non-terbarukan (menipisnya sumber
LCA daya abiotik);
 Pencemaran air hara (eutrofikasi);
 Pengasaman;
 Toksisitas manusia; dan
 Air dan langkah-langkah toksisitas terestrial.
Meskipun keduanya memiliki dampak yang mirip, tahapan
siklus hidup yang merupakan sumber utama untuk dampak
ini berbeda untuk setiap sistem.

 Untuk sistem popok sekali pakai, dampak ke lingkungan

Interpretasi paling utama adalah ketika proses produksi bahan baku dan
konversi bahan ke dalam komponen popok sekali pakai,
LCA misalnya, pulp dan penyerap polimer.

 Untuk popok reusable, sumber dampak lingkungan utama


adalah pembangkit listrik yang digunakan dalam mencuci
dan mengeringkan popok.
 Pemanasan global dan penipisan sumber daya selama 2,5 tahun yang
diasumsikan, disebabkan karena penggunaan popok setara dengan
mengendarai mobil antara 1300 dan 2200 mil

 Di Inggris, ada lebih dari 20 juta mobil di jalan. Dengan demikian,


pemakaian popok oleh anak-anak di Inggris dalam hasil satu tahun akan
setara dengan konsumsi dan emisi dari 98.600 mobil yang masing-
Interpretasi masing digerakkan dengan rata-rata 12.000 mil.

LCA  Hasil studi menunjukkan bahwa produsen popok sekali pakai harus
fokus pada penurunan berat bahan dan perbaikan di bidang manufaktur
bahan. Sedangkan, untuk popok kain hendaknya fokus pada
penghematan energi listrik dan energi air yang digunakan dalam
mencuci dan mengeringkan popok tersebut
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai