240210140065
I. TUJUAN
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk dapat melaksanakan pengujian
inderawi menggunakan uji skoring dan uji ranking mulai dari persiapan,
penyajian, tabulasi data, dan pengambilan kesimpulan didasarkan pengujian
statistik.
dilakukan pada penilaian sifat sensorik yang spesifik seperi tekstur pejet pada
nasi, warna merah pada tomat, rasa langu pada hasil olah kedelai atau sifat
sensorik umum seperti sifat hedonik atau sifat-sifat sensorik kolektif seperti pada
pengawasan mutu komoditi (Sofiah dan Tjutju, 2008).
Pengujian skoring ini, panelis diminta untuk menilai penampilan sampel
berdasarkan intensitas atribut atau sifat yang dinilai. Oleh karena itu, dalam
pengujian ini digunakan panelis yang terpilih dan terlatih. Tipe pengujian ini
sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu (Kartika,
dkk., 1988). Sampel dengan skor yang paling baik kualitasnya diberikan nilai
yang paling besar, sedangkan sampel dengan skor terendah kualitasnya diberikan
nilai yang paling kecil.
3.2. Bahan
3.2.1 Uji Skoring
1. Sari buah apel merk Buavita (162)
2. Sari buah apel merk United Juice (472)
3. Sari buah apel merk Superindo (444)
4. Sari buah apel merk Jungle Juice (580)
5. Sari buah apel merk Diamond (650)
3.2.2 Uji Rangking
1. Mie Instan merk ABC (277)
2. Mie Instan merk Gaga (185)
3. Mie Instan merk Sukses (698)
4. Mie Instan merk Sedap (514)
5. Mie Instan merk Indomie (371)
IV. PROSEDUR
4.1. Uji Skoring
1. Lima jenis sampel sari buah apel disajikan.
2. Kemanisan, flavor, warna, kekentalan, rasa, dan after taste masing-masing
sampel diamati.
3. Sampel diberikan skor berdasarkan kesan yang didapat pada tiap
indikatornya. Makin tinggi nilai skor, makin baik mutu sampel tersebut.
4. Data hasil pengujian ke-15 panelis ditabulasi.
Syifa Urrohmah
240210140065
masing panelis yaitu Buavita (162), United Juice (472), Superindo (444), Jungle
Juice (580), dan Diamond (650). Tiap sampel sari buah diberikan kode secara
acak dan diamati kemanisan, flavor, warna, kekentalan, rasa, dan after taste.
Prosedur pengujian skoring dilakukan dimulai setelah panelis mencicipi
sampel secara bergantian, masing-masing panelis mengurutkan tiap jenis sampel
dalam bentuk angka dengan skala 1 sampai 5, tidak boleh berulang. Semakin
tinggi skor yang diberikan, semakin baik mutu produk tersebut.
Setelah pengujian skoring selesai dilakukan, data ke-15 panelis ditabulasi,
kemudian ditransformasi dengan rumus + 0,5. Data awal penilaian panelis
dirubah menjadi data transformasi adalah untuk mengubah skala pengukuran data
asli menjadi bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi yang
mendasari analisis ragam. Transformasi data terdapat beberapa jenis, salah
satunya seperti yang dilakukan pada praktikum adalah transformasi akar.
Transformasi akar berfungsi untuk membuat ragam penilaian menjadi homogen.
Data transformasi merupakan akar dari data awal ditambah dengan 0,5
( data awal + 0,5).
Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan ANOVA (analysis
varians) atau uji F. Jika nilai f hitung sampel yang diperoleh lebih besar
dibandingkan dengan f 0.5 (f tabel) maka pengujian dilanjutkan dengan DMRT
(Duncan Multiple Range Test) untuk menentukan perbedaan nyata antar
perlakuan. Berikut pembahasan uji skoring yang dilakukan ditinjau dari beberapa
parameter yaitu kemanisan, kekentalan, aroma, warna, dan juga after taste.
( , ) ⋯ ( , )
JK Panelis = − 255,11 = 0,11062
( , ) ⋯ ( , )
JK Sampel = − 255,11 =0,48325
( / )
Fh (Panelis/Sampel) =
sampel yang dinilai pada pengujian, sehingga perlu dilakukan uji Duncan untuk
mengetahui letak perbedaan antar sampel.
Hasil akumulasi awal parameter kemanisan pada sampel sari buah apel
menunjukkan sampel dengan skor tertinggi pada parameter kemanisan adalah
sampel united juice dengan skor 53, dan yang terkecil adalah sampel jungle juice
dengan skor 39. Berdasarkan tabel 3 diketahui nilai Fh sampel < F0.5 pada taraf
kepercayaan 5%, artinya panelis menyatakan bahwa tidak terdapat keragaman
yang signifikan pada sampel atau sampel dinyatakan sama. Hal ini menunjukan
bahwa panelis memiliki kemampuan yang sama dalam menilai parameter
kemanisan untuk sampel Sari buah apel, atau panelis memiliki tingkat kepekaan
yang rendah. Sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjutan yaitu uji duncan.
( , ) ⋯ ( , )
JK Panelis = − 252,10 = 0,02
( , ) ⋯ ( , )
JK Sampel = − 252,10 = 0,29
( / )
Fh (Panelis/Sampel) =
Syifa Urrohmah
240210140065
Hasil akumulasi awal parameter rasa atau flavor pada sampel sari buah
apel menunjukkan sampel dengan skor tertinggi pada parameter flavor adalah
sampel sari buah superindo dengan skor 50, dan yang terkecil adalah sampel
Buavita dan Diamond dengan skor 42. Berdasarkan tabel 6 diketahui nilai Fh
sampel < F0.5 pada taraf kepercayaan 5%, artinya panelis menyatakan bahwa tidak
terdapat keragaman dari segi flavor yang signifikan pada semua sampel atau
sampel dinyatakan sama. Hal ini menunjukan bahwa panelis memiliki
kemampuan yang sama dalam menilai parameter flavor untuk sampel Sari buah
apel, atau panelis memiliki tingkat kepekaan yang rendah. Sehingga tidak perlu
dilakukan uji lanjutan yaitu uji duncan untuk mencari tingkatan perbedaan nyata
dari sampel.
(∑ ) ( . )
= = = 252.53
. … .
= − FK = 0.039
. … .
= − FK = 3.61
Berdasarkan tabel 10 diketahui nilai Fh sampel > F0,5 taraf kepercayaan 5%,
artinya ada keragaman yang signifikan pada penilaian semua kode sampel ditinjau
dari segi parameter warna. Hal ini juga menunjukan bahwa panelis memiliki
perbedaan kemampuan untuk penilaian sampel Sari buah apel berdasarkan
parameter warna dan mendapatkan rangsangan yang berbeda-beda dari masing-
masing sampel. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lanjutan berupa uji duncan.
Uji Duncan
.
Sx = = = 0.0994
LSR = Sx × SSR
Tabel 11. Tabel Uji Hedonik Terhadap Warna Sari Buah Apel
Sampel
Rata-rata Awal Penilaian Taraf Nyata
Merek Kode
Superindo 444 1,73 b
Jungle Juice 580 3,2 a
Buavita 162 3,2 a
United Juice 472 3,4 a
Diamond 650 3,53 a
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Syifa Urrohmah
240210140065
Berdasarkan data pada tabel 11, hasil dari perhitungan statistik tabel sidik
ragam dan pengujian duncan menunjukan, bahwa sari buah apel dengan merk
jungle juice, buavita, United Juice, dan Diamond memiliki skor warna yang sama
dan keempat sampel tersebut sama-sama memiliki skor tertinggi diantara sampel
lainnya. Sampel dengan huruf yang sama pada kolom taraf nyata menunjukkan
bahwa sampel tersebut tidak bebeda nyata atau sama ditinjau dari segi warnanya.
Sari buah jambu merk Superindo memiliki warna yang paling berbeda diantara
keempat sampel lainnya.
Sari buah merk Diamond memiliki skor warna tertinggi bila dilihat dari
rata-rata awal panelis senilai 3.53, sedangkan sari buah merk Superindo memiliki
skor warna terendah dari rata-rata panelis senilai 1.73. Sehingga, berdasarkan
parameter warna, sari buah apel Diamond memiliki kualitas paling unggul.
(∑ ) ( . )
= = = 256.71
. … .
= − FK = 0.38
. … .
= − FK = 2.52
Berdasarkan hasil uji Duncan (taraf 5%) diatas, rata-rata sampel yang
diberi huruf sama tidak berbeda nyata. Maka sampel sari buah apel dengan merk
Superindo dan Jingle Juice memiliki tingkat kekenatalan yang sama. Dan Sampel
sari buah merk Buavita, Diamond dan United Juice memiliki tingkat kekentalan
yang sama. Sampel merk Superindo dan Jingle Juice memiliki tingkat kekentalan
yang berbeda dengan sampel merk Buavita, Diamond dan United Juice.
Sampel sari buah apel dengan merk United Juice mempunyai kualitas
kekentalan paling baik dengan nilai rata-rata awal 3,73 sednagkan sampel sari
buah merk Jungle Juice dari segi kekentalan memiliki kualitas yang paling rendah
dibandingkan dengan sampel lainnya.
Syifa Urrohmah
240210140065
(∑ ) ( , )
= = = 243,71
. … .
= − FK = 108,87
, … ,
= − FK = 101,63
yang berbeda-beda dari masing-masing sampel. Oleh karena itu, perlu dilakukan
uji lanjutan berupa uji duncan untuk mengetahui taraf perbedaan nyata dari setiap
sampel.
Uji Duncan
,
Sx = = = ,
LSR = Sx × SSR
2 3 4 5
SSR 2.84 2.99 3.08 3.15
LSR 0,586744 0,617734 0,636328 0,65079
Kode Sampel 162 580 650 444 473
Rata-rata 2,4 2,4 2,6667 3 4,06667
a 3,41588
b 2,363672
Berbeda dengan uji skoring, pada uji ranking panelis diminta membuat
urutan contoh-contoh yang diuji menurut perbedaan tingkat mutu sensorik. Dalam
urutan jenjang ini, jarak (interval) antara jenjang ke atas dan ke bawah tidak harus
sama. Misalnya jenjang no.1 dan 2 tidak harus sama dengan perbedaan jenjang 2
dan 3. Uji ranking jauh berbeda dengan uji skoring, dalam uji ranking
komoditi/sampel diurutkan atau diberi nomor urut. Urutan pertama selalu
menyatakan yang paling tinggi. Angka-angka ini tidak menyatakan besaran
skalar, hanya nomor urut saja sesuai dengan tingkatannya.
Sampel yang digunakan dalam pengujian ranking pada praktikum kali ini
adalah mie instan. Ada 5 merk mie instan yang akan disajikan ke masing-masing
panelis yaitu mie ABC (277), mie Gaga (185), Mie Sukses (698), Mie Sedap
(514), dan Mie Indomie (371). Tiap sampel mie instan diberikan kode secara acak
dan diamati warna, flavor, cicip, rasa, dan kekenyalan.
072 3 1 2 4 5
073 1 5 2 3 4
074 3 5 4 1 2
Jumlah 38 42 46 41 58
Rata-rata 2,53 2,80 3,07 2,73 3,87
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
5.2.3.Parameter Cicip
Tabel 25. Data Hasil Pengujian Rangking Terhadap Cicip
Warna
Kode
Gaga ABC Indomie Sedap Sukses
Panelis
185 277 371 514 698
059 2 4 4 1 5
060 1 4 3 3 5
061 3 4 3 1 2
062 1 3 2 4 5
063 4 3 3 2 5
064 1 3 2 2 4
065 1 4 2 5 3
066 5 4 1 2 3
067 1 3 5 2 4
068 1 4 4 2 5
070 1 2 2 3 4
071 1 3 5 2 4
072 3 1 2 5 4
073 1 4 4 5 2
074 3 4 2 1 5
Jumlah 29 50 44 40 60
Rata-rata 1,93 3,33 2,93 2,67 4,00
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Syifa Urrohmah
240210140065
6.2 Saran
1. Diperlukan pelatihan dan pengarahan untuk menambah pemahaman panelis
dan meningkatkan keakuratan penilaian.
Syifa Urrohmah
240210140065
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, B., B. Hastuti dan W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM : Yogyakarta.
Soewarno T.S. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Sofiah, B.D. dan Tjutju S.A. 2008. Penilaian Indera. Universitas Padjadjaran :
Jatinangor.
Tien, R.M. dan Sugiyono. 1989. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan DirJen Pendidikan Tinggi PAU Pangan dan
Gizi IPB : Bogor.