PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam industri pangan, perbaikan produk maupun pemilihan produk terbaik m
erupakan salah satu alternatif penunjang pemasaran. Keinginan konsumen yang selal
u menghendaki produk dengan mutu yang terbaik harus dapat dipenuhi, bila perusah
aan tersebut ingin menjaring keuntungan atas penjualan produk yang dihasilkan. Sala
h satu cara yang bisa diterapkan dalam memecahkan masalah tersebut adalah denga
n Uji deskriptif. Dengan penggunaan uji ini, perubahan mutu produk akibat perubahan
ini dapat diukur dan diketahui, apakah produk baru tersebut sama, lebih baik atau bah
kan lebih buruk daripada produk yang lama. Selain itu dapat juga ditentukan mutu pro
duk yang terbaik dan produk mana yang paling digemari oleh konsumen, sehingga unt
uk selanjutnya jenis dan tingkat produk tersebut dapat digunakan sebagai standar pro
ses pembuatan produk.
Uji deskriptif termasuk uji skalar karena hasil pengujian panelis dinyatakan dala
m besaran kesan dengan jarak atau interval tertentu. Angka atau nilai hasil uji
deskriptif hanya berbentuk nomor urut dan tidak menyatakan suatu besaran skalar. Di
samping itu uji ini juga tidak menyatakan contoh pembanding sebagai komoditi paling
yang tinggi nilainya, namun contoh tersebut hanya berfungsi sebagai pedoman dalam
membandingkan berbagai komoditi yang sama jenis tetapi berbeda mutunya.
Uji deskripsi merupakan penilaian sensorik berdasarkan sifat-sifat sensori yang
lebih kompleks, meliputi berbagai jenis sifat sensori yang menggambarkan keseluruha
n sifat komoditi tersebut. Uji ini dapat digunakan dalam industri pangan untuk menilai ti
ngkat pengembangan kualitas produk, mempertahankan atau menyeragamkan mutu,
sebagai alat diagnosis dan dapat berfungsi sebagai pengukuran pengawasan mutu.
Pengujian diawali dengan penilaian atribut mutu menggunakan metode Rating,
kemudian data ditransformasikan ke dalam bentuk grafik majemuk yang disusun secar
a radial dengan sudut antar dua garis radial yang sama besar. Masing-masing garis m
enggambarkan himpunan nilai mutu. Tujuan dari uji ranking adalah untuk mengetahui
besaran kesan yang diperoleh dari suatu komoditi sehingga dapat diketahui mutu dari
komoditi tersebut. Sedangkan untuk uji deskripsi bertujuan untuk memberikan penilaia
n terhadap suatu produk dengan memberikan gambaran keseluruhan sifat komoditi ya
ng diujikan.
B. Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang karakteristik produk.
2. Menilai dan menganalisis sifat sensorik secara keseluruhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis sensori deskriptif adalah metode analisis sensori dimana atribut sensori su
atu produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan dan dikuantifikasi dengan me
nggunakan panelis terlatih khusus untuk uji ini. Analisis ini dapat dilakukan untuk semua p
arameter sensori dan bebebrapa aspek dalam penentuan profil cita rasa atau profil tekstu
r (Setyaningsih et al., 2010).
Uji deskripsi, merupakan pengujian yang mendefinisikan karakteristik suatu produk
baik yang masih dalam tahapan labolatorium maupun komersial. Pengujian ini cocok digu
nakan dalam mengembangkan dan memformulsi suatu produk, pengujian ini membutuhka
n ketajaman sensori yang tinggi (Setyaningsih et al., 2010).
Pengujian deskriptif merupakan penilaian sensorik yang didasarkan pada sifat-sifat
sensorik yang lebih kompleks atau meliputi banyak sifat-sifat sensorik karena mutu komod
iti umumnya ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Uji deskriptif banyak sifat sensorik di
nilai dan dianalisa sebagai keseluruhan sehingga dapat menyusun mutu sensorik secara
keseluruhan. Sifat sensorik yang dipilih sebagai pengukur mutu adalah yang paling peka t
erhadap perubahan mutu dan paling relevan terhadap mutu (Susiwi, 2009).
Salah satu metode uji deskripsi adalah metode Analisis Deskriptif Kualitatif (Quanti
tive Deskriptive Analysis). Metode QDA didasarkan pada kemampuan panelis dalam men
gekpresikan persepsi produk dengan kata-kata menggunakan cara yang terpercaya. Ciri k
husus yang ditemukan pada metode QDA yaitu penggunaan baris yang tidak berstruktur,
adanya instruksi dimana panelis diminta memberikan tanda pada garis sesuai dengan int
ensitas persepsi yang diterima, serta panelis yang dilibatkan adalah panelis yang telah ter
seleksi melalui pengujian terlebih dahulu. Data yang diperoleh dari uji dengan metode ini
disajikan dalam bentuk grafik jaring laba-laba (spider web). Dengan nilai nol pada titik pus
at untuk setiap atribut. Selain disajikan dalam spider web, hasil pengujian dengan metode
ini juga dapat diolah dengan Principal Component Analysis (PCA) (Setyaningsih et al., 20
10).
Uji Qualitatif Descriptive Analysis digunakan untuk menilai karakteristik atribut mut
u sensori dalam bentuk angka-angka kuantitatif. Dalam industri uji QDA ini bermanfaat ant
ara lain untuk menilai mutu produk baru terhadap produk lama, terhadap mutu produk sai
ngan, menilai pengaruh penanganan terhadap suatu produk atau terhadap beberapa peru
bahan dalam pengolahan, untuk mendapatkan mutu produk yang seragam dari waktu ke
waktu, dari pengolahan ke pengolahan, analisa deskripsi dapat menolong penyelidikan pe
nyebab perubahan atau ketidakseragaman dapat segera diketahui dan tindakan perbaika
n dapat segera dilakukan, untuk dilakukannya diagnosis penyebab kemunduran, apakah k
arena mutu produk menurun atau sebab lainnya saat pasar suatu produk mundur, untuk
mengetahui mutu hasil pengolahan dan menentukan apakah mutu produk mengalami pen
yimpangan dari waktu ke waktu (Pramudito, 2010).
Pada uji–uji sebelumnya, penilaian sensorik didasarkan pada satu sifat sensorik.
Penilaian ini juga disebut penilaian satu dimensi. Mutu suatu komoditi pada umumnya
ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Pengujian deskripsi merupakan penilaian
sensorik yang berdasarkan sifat–sifat sensorik yang lebih kompleks, meliputi banyak sifat
sensorik (Soekarto, S.T., 1985).
Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa
faktor diantaranya citarasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya. Di samping itu ada faktor lain,
misalnya mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual
warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan (Winarno, F.G., 1997).
Mutu suatu produk merupakan keseluruhan sifat-sifat yang membedakan unit produk
yang satu dari unit produk yang lainnya, serta bersifat menentukan terhadap dapat diterim
a tidaknya (acceptability) unit produk tersebut oleh konsumen. Mutu suatu bahan akan da
pat diterima dan dihargai oleh konsumen dengan mempertimbangkan nilai faktor-faktor m
utu baik sifat inderawi seperti warna, tekstur maupun sifat yang tersembunyi (Kartika, dkk.,
1987).
Aroma adalah rasa dan bau yang sangat subyektif serta sulit diukur, karena setiap
orang mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang berbeda. Meskipun mereka dapat
mendeteksi, tetapi setiap individu memiliki kesukaan yang berlainan (Meilgaard et al.,
2000). Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah
menguap. Aroma yang dikeluarkan setiap makanan berbeda-beda. Selain itu, cara
memasak yang berbeda akan menimbulkan aroma yang berbeda pula (Moehyi,
1992). Flavour dan aroma adalah sensasi yang komplek dan saling
berkaitan. Flavour melibatkan rasa, bau, tekstur, temperatur dan pH. Evaluasi bau dan
rasa sangat tergantung pada panel citarasa dan flavour pada makanan selama
pengolahan (Lawrie,1995).
Sosis yang bermutu baik adalah produk sosis yang telah memenuhi standar mutu
secara kimia, secara organoleptik sosis harus kompak, kenyal atau bertekstur empuk,
serta rasa dan aroma yang baik sesuai dengan bahan baku yang digunakan. Kualitas
sosis sebagai produk daging ditentukan oleh kemampuan saling mengikat antara partikel
daging dan bahan-bahan yang ditambahkan (Koapaha, dkk., 2011). Syarat mutu sosis
daging dalam SNI 01-3820-1995 yaitu:
Selain sebagai buah meja, jambu biji (Psidium guajava) kerap dikonsumsi dalam b
entuk jus. Kandungan vitamin C-nya yang tinggi membuat buah ini digemari banyak konsu
men. Jus jambu biji, terutama yang daging buahnya berwarna merah, juga banyak dijual d
i supermarket sebagai jus dalam kemasan. Selain buahnya, beberapa orang kerap mema
nfaatkan daunnya untuk obat diare (Sobir dan Mega, 2011).
Kandungan vitamin C buah jambu biji merah enamkali lebih banyak daripada jer
uk manis,sepuluh kali kandungan vitamin C dari buah pepaya, 17 kali kandungan vitamin
C dari buah jambu air, dan 30 kali kandungan vitamin C dari buah pisang. Vitamin C san
gat baik sebagai zat antioksidan. Kandungan vitamin C pada jambu biji merah yaitu
183,50 mg/100 g, kalium sebesar 284 mg/100g, selain itu jambu biji merah juga merup
akan buah yang memiliki kandungan serat yang tinggi, yaitu 5,40 mg/100 g (United S
tate Departement of Agriculture, 2001).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Bahan
a. Sari Buah Jambu Merk Buavita c. Sosis Ayam Merk So Nice
b. Sari Buah Jambu Merk Nutriboost d. Sosis Ayam Merk Okay
Penyiapan gelas sampel, sari buah jambu, air minum, dan kuisioner
Penuangan sari buah jambu kedalam gelas sampel dengan 2 merk yang be
rbeda dan diberi kode pada kedua sari buah jambu yang akan diuji
Penuangan sari buah jambu kedalam gelas sampel dengan 2 merk yang be
rbeda dan diberi kode pada kedua sari buah jambu yang akan diuji
Jambu Biji
Parameter Kode 123 Parameter Kode 321
Rasa Manis
4
Rasa Pahit Rasa Asam
Kekentalan
KODE SOSIS
PARAMETER
237 289
Warna Coklat 4.28 3.48
Warna Merah 2.16 1.32
Aroma Daging 3.24 4
Rasa Daging 3.76 4.16
Rasa Asin 3.52 3.96
Rasa Gurih 3.92 4.24
Kelunakan 3.68 4.08
Kekenyalan 3.52 4.24
Rasa Asin
BAB V
PEMBAHASAN
1. Uji Deskriptif Jambu Biji
Praktikum evaluasi sensori kali ini adalah melakukan uji deskriptif terhadap 2 j
enis produk berupa sosis daging dan juga jus jambu merah yang telah banyak beredar se
cara komersial di pasaran. Adapun untuk jus jambu diberi kode 123 untuk merek buavita d
an kode 321 untuk merek dagang nutriboost. Uji deskriptif merupakan uji yang lebih kompl
eks dari uji sensori yang pernah dilakukan sebelumnya, terdiri dari beberapa aspek yang
diuji, sehingga panelis diminta untuk lebih teliti dalam melakukan pengujian.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Setyaningsih et al (2010) bahwa analis
is sensori deskriptif adalah metode analisis sensori dimana atribut sensori suatu produk at
au bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan dan dikuantifikasi dengan menggunakan pa
nelis terlatih khusus untuk uji ini. Analisis ini dapat dilakukan untuk semua parameter sens
ori dan bebebrapa aspek dalam penentuan profil cita rasa atau profil tekstur.
Pengujian deskriptif sangat erat hubungannya dengan penentuan mutu dari su
atu produk sehingga dapat menunjukkan kelayakan dari suatu produk untuk dikonsumsi p
ara konsumen. Sesuai dengan pernyataan oleh Kartika, dkk (1987) bahwa mutu suatu pro
duk merupakan keseluruhan sifat-sifat yang membedakan unit produk yang satu dari unit
produk yang lainnya, serta bersifat menentukan terhadap dapat diterima tidaknya (accept
ability) unit produk tersebut oleh konsumen. Mutu suatu bahan akan dapat diterima dan di
hargai oleh konsumen dengan mempertimbangkan nilai faktor-faktor mutu baik sifat inder
awi seperti warna, tekstur maupun sifat yang tersembunyi.
a) Uji Anova Rasa Manis
Sidik Ragam Pengaruh sari buah jambu berbeda merk terhadap rasa manis
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 5% F Tabel 1% Notasi 5%
Sampel 1 0.077 0.077 0.061 4.242 7.770 TIDAK NYATA
Panelis 25 46.00 1.840 1.461 1.723 2.159 TIDAK NYATA
Galat 25 31.48 1.259
Total 51 71.00
Adapun perhitungan tiap parameter dari dua sampel dilanjutkan menggunakan tabl
e ANOVA , hasil perhitungan menunjukkan bahwa (a) sari buah jambu merk 1 dan merk 2
tidak berbeda nyata pada parameter rasa manis pada tingkat 5 %.
b) Uji Anova Rasa Asam
Sidik Ragam Pengaruh sari buah jambu berbeda merk terhadap rasa asam
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 5% F Tabel 1% Notasi 5%
Sampel 1 0.308 0.308 0.244 4.242 7.770 TIDAK NYATA
Panelis 25 38.69 1.548 1.229 1.723 2.159 TIDAK NYATA
Galat 25 31.48 1.259
Total 51 66.69
Kemudian pada sari buah jambu merk 1 dan merk 2 tidak berbeda nyata pada parameter
rasa asam pada tingkat 5 %
c) Uji Anova Rasa Sepat
Sidik Ragam Pengaruh sari buah jambu berbeda merk terhadap rasa sepat
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 5% F Tabel 1% Notasi 5%
Sampel 1 0.481 0.481 0.382 4.242 7.770 TIDAK NYATA
Panelis 25 39.94 1.598 1.269 1.723 2.159 TIDAK NYATA
Galat 25 31.48 1.259
Total 51 63.44
d) Uji Anova Aroma Buah Jambu
Sidik Ragam Pengaruh sari buah jambu berbeda merk terhadap aroma buah jambu
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 5% F Tabel 1% Notasi 5%
Sampel 1 12.019 12.02 9.545 4.242 7.770 NYATA
Panelis 25 26.48 1.059 0.841 1.723 2.159 TIDAK NYATA
Galat 25 31.48 1.259
Total 51 72.98
sari buah jambu merk 1 dan merk 2 berbeda nyata pada parameter aroma buah ja
mbu pada tingkat 5 %
e) Uji Anova Kekentalan
Sidik Ragam Pengaruh sari buah jambu berbeda merk terhadap kekentalan
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 5% F Tabel 1% Notasi 5%
Sampel 1 1.231 1.231 0.977 4.242 7.770 TIDAK NYATA
Panelis 25 37.23 1.489 1.183 1.723 2.159 TIDAK NYATA
Galat 25 31.48 1.259
Total 51 60.23
sari buah jambu merk 1 dan merk 2 tidak berbeda nyata pada parameter kekentalan buah
jambu pada tingkat 5 %
f) Uji Anova Warna Merah Muda
Sidik Ragam Pengaruh sari buah jambu berbeda merk terhadap warna merah muda
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 5% F Tabel 1% Notasi 5%
Sampel 1 10.173 10.173 8.079 4.242 7.770 NYATA
Panelis 25 49.33 1.973 1.567 1.723 2.159 TIDAK NYATA
Galat 25 31.48 1.259
Total 51 98.83
Sari buah jambu merk 1 dan merk 2 berbeda nyata pada parameter warna merah muda p
ada tingkat 5 %. sari buah jambu merk 1 dan merk 2 tidak berbeda nyata pada parameter
warna merah muda pada tingkat 5 %
g) Uji Anova Rasa Buah Jambu
Sidik Ragam Pengaruh sari buah jambu berbeda merk terhadap parameter rasa buah jambu
Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung F Tabel 5% F Tabel 1% Notasi 5%
Sampel 1 0.077 0.077 0.061 4.242 7.770 TIDAK NYATA
Panelis 25 20.08 0.803 0.638 1.723 2.159 TIDAK NYATA
Galat 25 31.48 1.259
Total 51 52.08
TOTAL 49 33.28
TOTAL 49 59.62
TOTAL 49 35.78
TOTAL 49 31.92
e) Uji Anova Rasa Asin
SUMBER KERAGAMAN DB JK KT F HITUNG F TABEL 5% F TABEL 1% NOTASI 5%
TOTAL 49 31.62
TOTAL 49 29.68
TOTAL 49 49.28
TOTAL 49 51.28
Berdasarkan grafik menunjukkan bahwa sampel dengan kode 237 atau merek
okey lebih unggul pada rasa gurih dan warna cokelat, sedangkan pada sampel dengan ko
de 289 bermerek so nice memiliki keunggulan pada rasa daging, rasa gurih, rasa asin,
kelunakan, dan kekenyalan.
Adanya hasil bahwa pada sampe 237 dan 289 memiliki tingkat warna dan rasa
daging serta rasa gurih yang berbeda nyata maka dilakukan uji lebih lanjut, dan hasil men
unjukkan bahwa pada parameter rasa daging, rasa gurih, kelunakna dan kekenyalan sam
pel dengan kode 289 atau merek so nice lebih unggul dan untuk parameter warna cokelat
dan warna merah dengan kode 237 memiliki nilai yang lebih unggul.
BAB VI
KSIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uji deskriptif yang telah dilakukan pada sampel jus jambu dengan du
a merek berbeda yaitu kode 123 bermerek buavita dan kode 321 bermerek nutriboost dap
at ditarik kesimpulan bahwa :
1. Uji deskripsi yaitu uji yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik sensori y
ang penting pada suatu produk dan memberikan informasi mengenai derajat atau i
ntensitas karakteristik tersebut.
2. Uji deskripsi digunakan untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang karakteri
stik suatu produk. Oleh sebab itu, pada uji ini banyak sifat yang sensorik yang dinil
ai dan dianalisis secara keseluruhan.
3. Hasil Pengamatan pada praktikum ini yaitu sampel 321paling mendekati titik pusat,
yang menandakan bahwa sampel tersebut memiliki nilai mutu yang lebih unggul.
Selanjutnya diikuti oleh sampel 123 yang dari tiap parameter menjauhi titik pusat s
ehingga menandakan bahwa sampel memiliki nilai mutu yang dibawah sampel 123.
4. Manfaat dari dilakukannya uji deskriptif ini antara lain untuk menilai mutu produk b
aru terhadap produk lama, terhadap mutu produk saingan, menilai pengaruh pena
nganan terhadap suatu produk atau terhadap beberapa perubahan dalam pengol
ahan.
5. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan uji ambang rangsang yaitu ti
ngkat kenaikan rasa, kesan, konsentrasi, atau rangsangan telah terpikirkan dan at
au dengan penalaran praktikan sebagai panelis.
DAFTAR PUSTAKA