DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Diah Ratnadewi
DASAR TEKNIK
KULTUR SEL/JARINGAN TANAMAN
PRAKTIKUM (BIO 305)
DASAR TEKNIK KULTUR SEL/JARINGAN TANAMAN
PRAKTIKUM (BIO 305)
Disusun oleh:
Diah Ratnadewi
Koordinator mata kuliah Kultur Sel & Jaringan
untuk mahasiswa S1 – semester 4 - 6
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
1
DASAR TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN
PRAKTIKUM (BIO 305/542)
TEKNIK ASEPTIK
1. Sterilisasi alat-alat gelas, instrumen, media dan bahan kimia. Sterilisasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Yang paling banyak dipergunakan adalah dengan autoklaf,
pemanasan kering dalam oven, penyaringan, dan sterilisasi dengan bahan kimia. Untuk
memilih mana yang akan dipergunakan, perlu di pertimbangkan sifat bahan yang akan
disterilkan.
2. Ruang kerja yang memadai. Yang terpenting adalah ruangan untuk pemindahan bahan
tanaman ke dalam medium. Ruang ini dapat berupa ruangan sederhana seperti kotak
pemindahan atau yang istimewa berupa kotak atau kamar yang dilengkapi dengan
“laminar air flow cabinet atau LAFC”. Tujuan penggunaan ruang kerja semacam ini
adalah untuk mengurangi kontaminasi yang berasal dari udara saat mengerjakan kultur
atau pemindahan kultur.
3. Teknik manipulasi dan cara kerja pelaksana. Ini mungkin merupakan sumber
kontaminasi paling umum dalam laboratorium. Aliran udara yang berasal dari
pernapasan dan pembicaraan, debu atau partikel lain yang terhambur dari tubuh
pelaksana, atau bahan yang tersentuh oleh pelaksana, dapat mengakibatkan kontaminasi.
4. Bahan tanaman dan eksplan yang disterilisasi dengan baik untuk kultur baru. Berbagai
bahan pensteril dapat digunakan untuk mendapatkan kultur yang aseptik. Yang perlu
diwaspadai adalah mikroorganisme yang telah menginfeksi jaringan dalam eksplan:
kontaminasi kultur terjadi setelah beberapa minggu karena mikroba tersebut hidup
dalam ruang antar sel bahan tanaman.
1. Kecuali kalau ditentukan lain, untuk pembuatan media biasanya digunakan bahan
kimia murni ”reagent grade”.
3. Dalam pembuatan larutan baku, perlu dicatat bobot dan volume setiap bahan yang
dipergunakan pada botolnya.
2
4. Pada botol larutan baku perlu juga dicatat tanggal terakhir pembuatannya.
1. Garam anorganik. Larutan baku hara makro biasanya dibuat dengan konsentrasi 100 x
atau 200 x konsentrasinya dalam medium. Setiap garam hara makro dibuat larutan
bakunya sendiri-sendiri secara terpisah. Larutan baku hara mikro dibuat dengan
konsentrasi 1000 x konsentrasinya dalam medium. Kecuali Fe dan kadang-kadang KI,
garam-garam mikro biasanya dibuat menjadi satu larutan baku.
3. Zat Tumbuh. Auksin dan sitokinin sintetik masing-masing dibuat larutan bakunya
dengan konsentrasi 100-1000 x konsentrasinya dalam medium.. Untuk memudahkan
pelarutan seringkali dipergunakan beberapa mililiter etanol atau larutan basa atau asam,
atau pemanasan. Cek lebih dulu, kelarutan terbesarnya di dalam pelarut apa.
Untuk menjaga agar jangan sampai terjadi perubahan dalam bahan yang ada dalam
larutan baku, larutan-larutan tersebut disimpan dalam kulkas suhu + 4ºC).
3
Tabel 1. Larutan baku untuk medium Murashige & Skoog (MS)
Bahan Konsentrasi
A. Garam-garam Anorganik
1. NH4NO3 16.50 g/100 mL
2. KNO3 19.00 g/100 mL
3. MgSO4. 7 H2O 7.40 g/100 mL
4. KH2PO4 3.40 g/100 mL
5. CaCl. 2 H2O 8.80 g/100 mL
6. Fe EDTA
a. FeSO4 7 H2O 1.392 g/100 mL
b. Na2EDTA. 2 H2O 1.862 g/100 mL
B. Vitamin
1. Asam nikotinat 100 mg/100mL
2. Piridoksin HCl 100 mg/100mL
3. Tiamin HCl 100 mg/100 mL
4. Mio-Inositol 100 mg/L, ditimbang langsung
D. Asam amino
1. Glisin 200 mg/100 mL
4
Tabel 2. Komposisi medium Murashige dan Skoog
L media
7. Hara mikro
a. KI 0.83 )
b. H3BO3 6.2 )
c. MnSO4. 4 H2O 22.3 )
d. ZnSO4. 7 H2O 8.6 ) 1
e. Na2MoO4. 2 H2O 0.25 )
f. CuSO4. 5 H2O 0.025 )
g. CoCl2. 6 H2O 0.025 )
8. Sukrosa 30 000 30 g
9. Inositol 100 100 mg
10. Nicotinic acid 0.5 0.5
11. Pyridoxine HCl 0.5 0.5
12. Thiamine HCl 0.1 0.1
13. Glycine 2.0 1
14. IAA
15. Kinetin
5
Cara membuat medium Murashige dan Skoog (MS)
6
CARA MEMPERSIAPKAN DAN BEKERJA DI DALAM
LAMINAR AIRFLOW CABINET (LAFC)
Pekerjaan sterilisasi eksplan dilakukan di dalam Laminar Airflow Cabinet (LAFC) yang
sudah disiapkan agar aseptik.
Bahan sterilan hendaknya berupa larutan yang baru dibuat agar efektif. Selama sterilisasi,
pengocokan secara manual perlu sering dilakukan agar proses sterilisasi berlangsung lebih
saksama.
7
Beberapa Contoh Sterilisasi Eksplan
1. Cuci biji tembakau dengan air bersih/kran. Tiriskan. Biji jeruk dan bulir padi
langsung dikupas kulitnya.
2. Di dalam LAFC, sterilisasi dalam alkohol 70 % selama 30 detik.
3. Lalu pindahkan ke dalam larutan Bayclin (NaClO 5.25 %) 10-20 % selama 5-20
menit. Masing-masing larutan ditambah 1-2 tetes Tween 80 %.
4. Bilas 3 x dengan akuades steril.
5. Tiriskan secara aseptik, dan siap ditanam dalam medium.
1. Cuci bahan tanaman secara saksama dengan sabun dan dibilas bersih dengan air
kran. Tiriskan.
2. Potong menjadi besaran tertentu agar seluruh jaringan nantinya terendam dalam
larutan sterilan.
3. Lakukan di dalam LAFC: Sterilisasi dengan larutan fungisida Dithane M-45 2 g/l
dan bakterisida Agrept 2 g/l masing-masing selama 30 menit. Lalu bilas dengan
akuades steril 1 x.
4. Pindahkan ke dalam alkohol 70 % selama 30 detik.
5. Selanjutnya ke dalam larutan Bayclin 10 % + 2 tetes Tween 80% selama 15
menit.
6. Bilas lagi 3 x dengan akuades steril.
7. Tiriskan secara aseptik, dan bahan siap digunakan sebagai eksplan.
Bahan eksplan:
1. Stem disk (dasar siung bawang putih, setebal 2 mm)
2. Tunas muda di dalam siung.
Sterilisasi eksplan:
Siung disterilisasi dalam benlate 2 g/L selama 10 menit, bilas dengan akuades steril. Lalu
direndam dalam alkohol 70% selama 2 menit, bilas lagi dengan akuades steril 3 kali.
Media kultur: Media B5 (Gamborg) + vitamin, NAA 0,5 mg/L dan 2 taraf 2-iP (atau BAP): 2
dan 4 mg/L, Sukrosa 3%, agar 7 g/L. pH 5,7.
1. Stem disk dibagi 2 bagian. Ditanam di 1 media dengan posisi atas/bawah berlawanan
(ditunjukkan oleh asisten)
8
2. Belah siung secara hati-hati sehingga tunas di dalam siung tidak rusak. Lalu tunas
tersebut dibagi 2 bagian secara membujur. Keduanya ditanam di media yang sama.
Pengamatan:
Pertumbuhan tunas dan perakaran (jumlah tunas, jumlah akar, atau kalus yang tumbuh)
selama 4 minggu.
9
ORGANOGENESIS DARI KOTILEDON SEMANGKA
Bahan tanaman:
Biji semangka direndam dalam air selama 4-15 jam, dipotong ujungnya yang berlawanan
dengan letak embrio dengan skalpel. Lalu dikecambahkan secara aseptik dalam media in
vitro.
Sterilisasi biji yang telah dilukai tersebut dalam Bayclin 5% (NaOCl 5.25%) + 2 tetes Tween
80 selama 25 menit. Bilas dengan akuades steril 3 x.
Tanam dalam media ¼ MS tanpa ZPT.
Prosedur:
1. Ambil kecambah semangka dari botol kultur secara aseptik.
2. Letakkan dalam cawan Petri, dan pisahkan kotiledonnya tanpa mengikutsertakan
apeks.
3. Potong kotiledon menjadi 4 bagian secara melintang.
4. Tanam ke-4 eksplan dalam 1 media kultur; bagian abaxial menyentuh media.
5. Amati pertumbuhannya hingga 4 minggu.
6. Pindahkan planlet yang muncul ke media pembesaran, dan amati hingga 4 minggu.
7. Planlet dengan tinggi minimum 2 cm dipindahkan ke media perakaran.
8. Amati tumbuhnya akar pada 10 dan 21 hari. Planlet dengan akar sepanjang min. 1 cm
siap dipindahkan ke fase aklimatisasi.
Media: MS dasar
1. Media perkecambahan: ¼ MS dasar + 30 g/L sukrosa, tanpa ZPT
2. Media regenerasi: MS dasar + 30 g/L sukrosa + 1.25 mg/L BA.
3. Media pemanjangan: MS dasar + 30 g/L sukrosa, tanpa ZPT.
4. Media perakaran: MS dasar + 20 g/L sukrosa + IBA 0.2 mg/L.
Prosedur:
1. Ikuti butir 1 dan 2 di atas.
2. Potong bagian basal kotiledon (bagian yg dekat dengan tangkai) dan gunakan sebagai
eksplan.
3. Amati kultur pada hari ke 9 sampai 12 di bawah mikroskop stereo. Beberapa mungkin
sudah menumbuhkan kuncup-kuncup adventif pada pinggiran eksplan.
4. Pada minggu ke 4 hitung jumlah tunas dan kuncup per eksplan dari setiap genotipe.
5. Setelah itu ikuti butir 4 – 6 di atas.
10
ORGANOGENESIS LANGSUNG DARI DAUN KRISAN
Bahan eksplan:
Daun muda, panjang 2-5 cm. Diambil bagian jaringan tulang daun, 0.5 – 1 cm2.
Letakkan pada posisi sisi bawah daun (abaxial) menempel pada media.
11