Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS BAHAN BAKU OBAT


“EEC 1”
Dosen Pengampu : 1.Apt. Sri Wardatun, M.Farm
2. Dra. Apt. Bina Lohita S., M.Pd., M.Farm.
3. Apt. Nhadira Nhestricia, S.Farm., M.KM.
4. Zaldy Rusli, M.Farm
5. Rikkit, S.Farm

Asisten Dosen : ANGGY INDAH PUSPITA DEWI


Nama penyusun : Zahra Agustina
Kelas : D Farmasi
Kelompok : Kelompok 5
Anggota kelompok : 066120126 Azmi Iqlima 066120129 Zahra Agustina
066120127 hazlinda elsa 066120129 Salsa Nabila

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Agar mahasiswa mengetahui tentang praktikum ekstrasi cairan – cairan.
1.2 Dasar Teori
Prinsip ekstraksi yaitu melarutkan komponen senyawa yang berada dalam
campuran/ bahan padat/ simplisia secara selektif dengan pelarut yang sesuai
dengan cara yang cocok sehingga diperoleh hasil secara kualitatif dan kuantitatif
memenuhi persyaratan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan air atau pelarut organik
terhadap bahan segar maupun bahan kering. Pada prinsipnya senyawa polar
diekstraksi dengan pelarut polar, senyawa semipolar diekstraksi dengan pelarut
semipolar, sedangkan senyawa non polar diekstraksi dengan menggunakan pelarut
non polar (Shimadzu) .
Metode ekstraksi cair padat (ECP) ada 2 cara, yaitu cara panas dan cara dingin.
Cara panas antara lain:
1. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur didihnya selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
2. Soxhlet
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi reaksi kontinu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Digesti
3. Digesti
Maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih
tinggi dari temperatur ruangan yaitu 40-50 °C.
4. Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada penangas air, bejana infus tercelup
dalam penangas air mendidih (96-98 °C) selama 15-20 menit.
5. Dekok
Sama seperti infus tetapi waktu lebih lama ± 30 menit (Schwarting AE.
1991).
6. Cara dingin antara lain:
1. Maserasi / Maserasi pengadukan : Proses ekstraksi simplisia menggunakan
pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.
2. Perkolasi : Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai ekstraksi
sempurna yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan (Crouch. 2007).
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat

1. Beaker glas

2. Corong pisah

3. Statif

4. Pipet tetes

2.1.2 Bahan

1. Air

2. Asetosal

3. Kloroform

4. NaOH

5. Oktanol

2.2 Cara Kerja

Ekstraksi 1

Aquadest Asetosal
1.Dimasukan 2.Ditambahkan pelarut
campuran sampel Oktanol kedalam
(aquadest + asetosal) corong pisah
kedalam corong
pisah

Fase air 3.Dilakukan pengocokan


hingga terjadi distribusi
diantara 2 fase, katup
Fase sesekali dibuka
organik

4.Didiamkan corong pada 5.Dipisahkan antara fase


statif sampai terbentuk 2 air dan fase organik
fase kedalam wadah

Dilakukan pengocokan

Setelah dipisahkan

Fase organik Fase air


Ekstraksi 2

1.Dimasukan fase polar 2.Ditambahkan perlarut


yang mengandung asetosal kloroform kedalam corong
kedalm corong pisah pisah

Fase air Fase organik 3.Dilakukan pengocokan


hingga terjadi distribusi
diantara 2 fase, katup
sesekali dibuka

Fase
organik

Fase air

Dilakukan pengocokan

5.Dipisahkan antara fase


air dan fase organik
kedalam wadah
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Senyawa yang ditimbang Volume NaOH N NaOH


(mg)

10 5,04

20 11,09

30 15,21 0,00986

40 20,21

50 25,44

Vol air yang Vol Oktanol yang


digunakan (mL) digunakan (mL)

25 50

Senya Residu Vol Air Vol


Vol Residu Residu
wa dalam Residu yang Oktanol
ume N dalam fase
ditimb fase fase air diguna yang
NaO NaOH fase air organik
ang organik (g) kan digunaka
H (mg) (g)
(mg) (mg) (mL) n (mL)
10 5,04 8,9529431 1,0470569 0,00104706 0,00895294

20 11,09 19,7000276 0,29997242 0,00029997 0,01970003

30 15,21 0,00986 27,0187033 2,9812967 0,0029813 0,0270187 50 25


40 20,21 35,9005913 4,0994087 0,00409941 0,03590059

50 25,44 45,1910461 4,80895386 0,00480895 0,04519105


Ca Co KD log P
0,00198778 0,0001162 0,06231375 -
1,2054161
0,0043739 3,33E-05
0,00599882 0,000331
0,00797082 0,0004551
0,01003354 0,0005339

3.2 Reaksi
3.3 Perhitungan

DATA PENGAMATAN KELOMPOK

Senyawa yang Volume NaOH N NaOH


ditimbang (mg)

10 5,04

20 11,09

30 15,21 0,00986

40 20,21

50 25,44

BM asetosal (g/mol)

180,16 g/mol

Residu dalam fase air (mg)

Residu 1

Residu 2
Residu 3

Residu 4

Residu 5

Residu dalam fase air (g)

Residu 1

Residu 2

Residu 3

Residu 4
Residu 5

Residu dalam fase Organik (mg)

Residu 1

Residu 2

Residu 3

Residu 4

Residu 5
Residu dalam fase Organik (g)

Residu 1

Residu 2

Residu 3

Residu 4

Residu 5

Vol air yang Vol Oktanol yang


digunakan (mL) digunakan (mL)

25 50

Koefisien air

( ) ( )
( )
Koefisien 1

Koefisien 2

Koefisien 3

Koefisien 4

Koefisien 5

Koefisien organik

( ) ( )
( )
Koefisien 1

Koefisien 2

Koefisien 3

Koefisien 4

Koefisien 5

Koefisien distribusi

koefisien 1 sampai 5
0,06231375
Log
=LOG(KD)

PERHITUNGAN SECARA EXEL

Senya Residu Vol Air Vol


Vol Residu Residu
wa dalam Residu yang Oktanol
ume N dalam fase
ditimb fase fase air diguna yang
NaO NaOH fase air organik
ang organik (g) kan digunaka
H (mg) (g)
(mg) (mg) (mL) n (mL)
10 5,04 8,9529431 1,0470569 0,00104706 0,00895294

20 11,09 19,7000276 0,29997242 0,00029997 0,01970003

30 15,21 0,00986 27,0187033 2,9812967 0,0029813 0,0270187 50 25


40 20,21 35,9005913 4,0994087 0,00409941 0,03590059

50 25,44 45,1910461 4,80895386 0,00480895 0,04519105

Ca Co KD log P
0,00198778 0,0001162 0,06231375 -1,2054161
0,0043739 3,33E-05
0,00599882 0,000331
0,00797082 0,0004551
0,01003354 0,0005339

3.4 Grafik

0,0006
y = 0,0623x - 8E-05
0,0005 R² = 0,8184

0,0004

0,0003
Co

0,0002

0,0001

0
0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012

Ca
3.5 Pembahasan

Pada praktikum kali ini mempelajari tentang ECC atau ekstrasi cair
cair. Ekstraksi cair cair adalah ekstraksi cair-cair atau yang dikenal dengan
ekstraksi solvent merupakan proses pemisahan fasa cair yang
memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut yang akan dipisahkan
antara larutan asal dan pelarut pengekstrak (solvent). Ekstraksi pelarut
adalah proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak
saling bercampur. Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi cair-cair
merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.

Dalam percobaan ECC menggunakan corong pisah, digunakan corong


pisah karna corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan
laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan
komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut
dengan densitas berbeda yang takcampur. Corong ini kemudian dibalik
dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan.

Dalam ekstraksi cair cair memiliki prinsip, prinsip ekstraksi yaitu


melarutkan komponen senyawa yang berada dalam campuran/ bahan
padat/ simplisia secara selektif dengan pelarut yang sesuai dengan cara
yang cocok sehingga diperoleh hasil secara kualitatif dan kuantitatif
memenuhi persyaratan. Prinsip metode ekstraksi cair-cair (ECC)
merupakan proses terjadinya penarikan atau pelarutan obat dari dalam
plasma dengan bantuan pelarut sesuai yang tidak saling bercampur.

Syarat – syarat pemisahan analit yaitu tempat, kadar, sifat fisika –


kimia, standar kemurnian, cemaran dan keadaan senyawa yang dipisahkan
harus di perhatikan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada proses
pemisahan yaitu :
1. Tempat senyawa atau komponen yang akan dipisahkan.
2. Kadar senyawa yang akan dipisahkan.
3. Sifat – sifat fisika dan kimia senyawa yang akan dipisahkan
4. Standar kemurnian yang dikehendaki.
5. Cemaran atau campuran yang akan menjaadi sumber gangguan pada
proses pemisahan.
6. Keadaan dan harga senyawa yang akan dipisahkan.

Dalam percobaan ECC dilakukan perhitungan dengan hasil koefisen,


Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat
dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Dalam kimia fisik,
suatu koefisien partisi (P) atau koefisien distribusi (D) adalah
perbandingan konsentrasi senyawa dalam campuran dua fase yang tak
larut pada kesetimbangan. Perbandingan ini merupakan ukuran perbedaan
kelarutan senyawa dalam dua fase tersebut.

Faktor – faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi, yaitu :


Faktor-faktor yang mempengaruhi Koefisien Distribusi, yaitu:
1. Temperatur
Yang digunakan semakin tinggi suhu maka reaksi akan semakin
cepat sehingga volumetitrasi menjadi kecil, akibatnya
berpengaruh pada nilai k.
2. Jenis Pelarut
Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah
menguap makaakan mempengaruhi volume titrasi, akibatnya
berpengaruh juga terhadap nilai k.
3. Jenis Terlarut
Apabila zat yang akan dilarutkan adalah zat yang mudah
menguap atauhigroskopis, maka akan mempengaruhi normalitas
(konsentrasi zat terlaruttersebut) akibatnya akan berpengaruh
pada nilai k.
4. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi zat terlarut, makin besar pula harga k.
Ekstraksi meliputi distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang
takdapat bercampur. Pelarut yang umum dipakai adalah pelarut air dan
pelarutorganik antara lain seperti kloroform, eter atau n-heksan. Garam-
garam anorganik,asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air serta
senyawa-senyawaorganik dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan
baik melalui ekstraksi kedalam air dari pelarut-pelarut yang kurang polar

Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan apabila suatu zat


terlarutterdistribusi antara dua pelarut yang tak dapat bercampur, maka
pada suatutemperatur yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat
angka bandingdistribusi yang konstan antara kedua pelarut itu dan angka
banding distribusi itutak bergantung pada spesi molekul lain yang
mungkin ada. Harga angka bandingberubah dengan sifat dasar kedua
pelarut, sifat dasar zat terlarut dan temperatur

Dalam menentukan nilai KD, Semakin besar nilai koefien distribusi


(KD) maka pemisahan yang dihasilkan akan semakin sempurna. Bila
koefisien distribusi suatu zat besar maka zat terlarut akan cenderung untuk
terdistribusi secara kuantitatif ke dalam pelarut pertama yaitu air. Yang
paling sering adalah zat terlarut diekstraksi dari larutan air ke dalam
pelarut organik yang tidak saling campur. Setelah terjadi pemisahan,
lapisan bawah (pelarut yang lebih berat) dikeluarkan. Adapun alat yang
dipergunakan dalam melakukan ekstraksi cair-cair ini adalah corong
pemisah.
Koefisien distribusi hanya memperhitungkan spesies tunggal dari
molekul atau ion dalam kedua fase cairan, tidak memperhitungkan
kemungkinan hasil reaksi sampingnya. Perbandingan distribusi yang
merupakan perbandingan konsentrasi semua spesies zat terlarut dalam
setiap fase.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum kali ini dengan judul “ECC 1”, maka dapat disimpulkan
bahwa:
 Ekstraksi cair cair adalah ekstraksi cair-cair atau yang dikenal dengan
ekstraksi solvent merupakan proses pemisahan fasa cair yang
memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut yang akan dipisahkan
antara larutan asal dan pelarut pengekstrak (solvent).

 Semakin besar nilai koefien distribusi (K¬D) maka pemisahan yang


dihasilkan akan semakin sempurna.

 Bila koefisien distribusi suatu zat besar maka zat terlarut akan cenderung
untuk terdistribusi secara kuantitatif ke dalam pelarut pertama yaitu air
DAFTAR PUSTAKA

 Instruction Manual Gas Chromatograph Shimadzu-17A


 Gritter RJ, Bobbitt JM, Schwarting AE. 1991. Pengantar Kromatografi.
Edisi kedua. Bandung: Penerbit ITB.
 Skoog, Holler, Crouch. 2007. Principles of Instrumental Analysis. 6th ed.
Thomson Belmont: Brooks/Cole.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai