A. KAJIAN TEORI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang
diinginkan dan mungkin menggunakan gugus pengganggundalam analisi secara
keseluruhan. Kadang gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
(Petrucci, 1987)
Ion Ni dengan Dimetilglioksima (DMG) dapat membentuk kompleks Ni(DMG)2
yang tak larut dalam air tetapi dapat larut baik dalam kloroform. Sejumlah kecil Ni dapat
dipisahkan dari campurannya dengan teknik ekstraksi pelarut, yaitu dengan cara
mengekstraksi Ni kedalam bentuk nikel-dimetilglioksim atau Ni(DMG)2 dari pelarut air
ke dalam pelarut khloroform.
Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana diketahui
bahwa kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-
Beer dalam range konsentrasi yang lebar.
A = Ɛ.b.C
Dimana:
A = Absorbansi
Ɛ = absorptivitas molar
b = lebar kuvet
C = konsentrasi.
(Tim Praktikum Dasar-dasar Analisis Kimia, 2021)
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan
banyak kemungkinan untuk pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri
antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara
konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan
membagi dirinya antara dua cairan yang tidak dapat campur. Semedikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada
temperatur tertentu.
Ekstraksi Pelarut | 1
Ekstraksi Pelarut | 2
ligan yang mempunyai dua atau lebih gugus. Banyaknya ikatan kovalen koordinasi
yang terjadi antara ligan dengan ion pusat disebut bilangan koordinasi. Pembentukan
kompleks oleh ligan bergantung pada kecenderungan untuk mengisi orbital kosong
dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Untuk memudahkan
ekstraksi maka ion logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul
netral menjadi kompleks tidak bermuatan.
(Khopkar, 1984)
Hasil ektraksi ion logam yang optimal sangat dipengaruhi oleh pH.
Berdasarkan hasil penelitian dilaporkan bahwa pH optimum untuk ektraksi nikel-
DMG adalah pada pH yang sedikit asam atau tepat basa (pH 8).
(Maimulyanti et al., 2014)
Ion nikel yang telah dipisahkan dengan ekstraksi pelarut selanjutnya dapat
dilakukan penetapan secara kuantitatif. Metode yang dapat dikembangkan pada Ni-
DMG adalah spektroskopi UV-Vis.
(Laili, 2000)
B. ALAT-ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN (isi sesuai prosedur yang akan digunakan)
Alat
1. Neraca Analitik (1 set)
2. Gelas Kimia 100 mL (2 buah)
3. Hotplate (1 set)
4. Pipet ukur (1 buah)
5. Labu ukur (1 buah)
6. Corong pisah (11 buah)
7. Statif dan Klem (1 set)
8. Buret (1 buah)
9. Spektrofotometer UV (1 set)
Bahan
1. Garam NiSO4.6 H2O (0,22 gram)
2. HNO3 6M (7,5 mL)
3. NaOH 2,5 M (secukupnya)
4. Asam asetat 6M (secukupnya)
5. Aquades (secukupnya)
6. Natrium Asetat (15 gr)
7. Natrium tartat (5,5 gr)
8. Natrium Tiosulfat (27,5)
9. Hidroksilamin hidroklorida 10% (11 mL)
10. Dimetilglioksim 1% (22 mL)
11. Kloroform (110 mL)
12. Kertas saring (11 buah)
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Ekstraksi Pelarut | 3
a) Pembuatan larutan standar induk Ni2+
1. Timbang sejumlah 0,22 gram garam NiSO4.6H2O ke dalam gelas kimia 100 mL.
2. Tambahkan 7,5 mL HNO3 6 M kedalam gelas kimia tersebut dan dipanaskan diatas
hotplate hingga seluruh garam nikel terlarut.
3. Netralkan dengan NaOH 2,5 M hingga terbentuk endapan nikel hidroksida pertama
kali.
4. Tambahkan asam asetat 6 M tetes demi tetes hingga seluruh endapan larut.
5. Larutkan dan tanda bataskan dalam labu ukur 50 mL dengan aquades.
c) Ekstraksi
1. Siapkan 10 buah corong pisah 100 mL. Masukkan masing-masing 0,0; 0,1; 0,2; 0,3;
0,4; 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 3,5 mL larutan induk standar Ni 2+ dengan menggunakan
buret.
2. Tambahkan 10 mL aquades kepada setiap corong pisah yang telah diisi larutan
standar induk standar Ni2+.
3. Masukkan masing-masing 10 mL larutan sampel air yang berbeda ke dalam 3 buah
labu corong pisah 100 mL.
4. Kedalam 13 corong pisah yang telah berisi masing masing larutan tambahkan
masing-masing 0,5 gram natrium tartat, 5,0 mL buffer, 2,5 gram natrium tiosufat,
1,0 mL hidroksilamin hidroklorida 10% dalam air dan 2,0 mL dimetilglioksim 1%
dalam etanol. Labu Erlenmeyer dikocok setelah penambahan semua pereaksi.
5. Tambahkan 10 mL khloroform kedalam setiap corong pisah, kemudian dilakukan
pengocokkan selama 3 menit untuk setiap erlenmeyer. Campuran dibiarkan hingga
kedua fasa terpisah sempurna.
6. Lapisan khloroform yang berada dibagian bawah dipipet dan disaring sebanyak 5-6
mL. Untuk mengurangi penguapan, ditambahkan ± 5 mm aquades ke dalamnya.
D. DATA PENGAMATAN
1. Tabel Absorbansi Larutan Standar Ni2+
Volume Larutan Standar (mL) Absorbansi
0,0 0,096
0,1 0,102
0,2 0,127
0,3 0,138
Ekstraksi Pelarut | 4
0,4 0,158
1,0 0,201
2,0 0,381
3,0 0,456
3,5 0,380
E. PERHITUNGAN
1. Menghitung pH teoritis pada larutan buffer
Menghitung mol CH3COONa
massaC H 3 COONa
mol C H 3 COONa=
Mr C H 3 COONa
15 g
mol C H 3 COONa=
82 g/ mol
mol C H 3 COONa=0,183 mol
M 2 × V 2=M 3 × V 3
0,522 M ×10 mL=M 3 ×50 mL
0,522 M ×10 mL
M 2=
50 mL
M 2=0,1044 M
Ekstraksi Pelarut | 5
pH=7−log 5,016
pH=7−0,7
pH=6,3
58,69 g/mol
Massa∋¿ ×0,22 g
262,8477 g/mol
Massa∋¿ 0,04913 g
Massa∋¿ 49,13 mg
Ekstraksi Pelarut | 6
kadar ∋ standar ( ppm )=98,26 ppm
Volume 2,0
2,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=196,52 ppm
Volume 3,0
3,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=294,78 ppm
Volume 3,5
3,5 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋ standar ( ppm ) =343,91 ppm
5. Kurva Kalibrasi
Volume Ni Konsentrasi Ni
Absorbansi
standar (ppm)
0 0 0.096
0.1 9.826 0.102
0.2 19.652 0.127
0.3 29.478 0.138
0.4 39.304 0.158
1 98.26 0.201
2 196.52 0.381
3 294.78 0.456
3.5 394.91 0.38
Kurva Kalibrasi
0.5
0.45
f(x) = 0 x + 0.11
0.4 R² = 0.91
0.35
Absorbansi
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Konsentrasi
Ekstraksi Pelarut | 8
Pada hasil praktikum di dapat kadar Ni dalam sampel A sebesar 3015 ppm dan pada
sampel B sebanyak 1515 ppm. Dengan persamaan regresi y = 0.001x + 0.1105 dan nilai R2
sebesar 0,9086.
Adapun pada saat pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer, kuvet yang
digunakan haruslah kuvet kuarsa tidak boleh menggunakan kuvet plastik karena pelarut
organik khloroform akan bereaksi dengan silikat pada kuvet plastik yang akan melelehkan
kuvet tersebut dan tentunya akan membuat pemeriksaan menjadi terganggu dan
menghasilkan absorbansi yang tidak sesuai dari seharusnya. Larutan blanko digunakan untuk
mengkalibrasi spektrofotometer yang diseting dengan absorban nol atau nilai transmitan
100% dan meminimalkan kesalahan sistematik.
Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:
Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna.
Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun
kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau
sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
G. KESIMPULAN
Melalui percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ekstraksi pelarut Ekstraksi
merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses
distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Pemisahan logam
Ni dapat dilakukan dengan ekstraksi pelarut dengan jenis ekstraksi khelat. Proses ekstrasi
Ni dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa reagen yaitu asam asetat, natrium
tartrat, dimetilglioksim, dan kloroform. Ni2+ tidak larut dalam pelarut nonpolar/pelarut
organik sehingga dibentuk menjadi senyawa kompleks terlebih dahulu dengan
menambahkan agen pengkelat yaitu dimetilglioksim (DMG) sehingga membentuk
kompleks Ni(DMG)2 yang dapat larut dalam pelarut organik kloroform.
Adapun kadar Ni yang diperoleh dalam sampel A sebesar 3015 ppm dan pada
sampel B sebanyak 1515 ppm. Dengan persamaan regresi y = 0.001x + 0.1105 dan nilai
R2 sebesar 0,9086.
H. REFERENSI
Ekstraksi Pelarut | 9
Laili, N.C., Murwani, I.K. 2000. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Nikel (II)
dengan Ligan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA). Surabaya: ITS
Maimulyanti, A., Prihadi, A.R. 2014. Pengaruh pH terhadap Efisiensi Ekstraksi dan
Angka Distribusi pada Pemisahan Ion Logam Nikel dengan Metode Ekstraksi
Pelarut. Warta Akab No.31 Hal 1-8
I. LAMPIRAN
a. Pre-lab
1. Apa keuntungan penentuan Ni dengan cara ekstraksi pelarut jika dibandingkan dengan
cara gravimetri ?
Jawab :
a. Pemisahan lebih baik karena derajat selektifitas tinggi akibat dari penggunaan
ligan pengkhelat sehingga didapat senyawa kompleks dan selanjutnya bisa
dianalisis menggunakan spektro UV-Vis ahan lebih baik
b. Waktu yang diperlukan tidak selama gravimetri
2. Faktor apa saja yang berpengaruh pada pemisahan ion logam secara ekstraksi pelarut?
Jawab :
a. pH
b. Agen pengkelat
c. Konsentrasi larutan yang digunakan
d. Keberadaan ion pengganggu
e. Adanya oksidator atau reduktor ion logan
f. Kejenuhan spesi ion logam
g. Jenis buffer
3. Hitung berapa ppm konsentrasi larutan induk standar Ni dan masing-masing hasil
pengencerannya?
Jawab :
Ekstraksi Pelarut | 10
a) Massa Ni standar dalam NiSO4.6H2O
¿
a. Massa∋¿ Ar∋ Mr NiS O .6 H O ×w NiS O 4 .6 H 2 O¿
4 2
58,69 g/mol
b. Massa∋¿ ×0,22 g
262,8477 g/mol
c. Massa∋¿ 0,04913 g
d. Massa∋¿ 49,13 mg
Ekstraksi Pelarut | 11
3,5 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=343,91 ppm
Ekstraksi Pelarut | 12