Anda di halaman 1dari 12

WORKSHEETS PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR (KI 226)

SEMESTER GENAP 2020-2021

JUDUL PERCOBAAN : Ekstraksi Pelarut “Penentuan Kadar Logam Ni Dalam Sistem


Klorofom/ Air/ Dimetilglioksima”
HARI DAN TANGGAL : Sabtu, 1 Mei 2021
PERCOBAAN
TUJUAN PERCOBAAN : 1. Memisahkan logam Ni dari campuran dengan ekstraksi pelarut
2. Menentukan kadar Ni dalam sampel

A. KAJIAN TEORI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang
diinginkan dan mungkin menggunakan gugus pengganggundalam analisi secara
keseluruhan. Kadang gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
(Petrucci, 1987)
Ion Ni dengan Dimetilglioksima (DMG) dapat membentuk kompleks Ni(DMG)2
yang tak larut dalam air tetapi dapat larut baik dalam kloroform. Sejumlah kecil Ni dapat
dipisahkan dari campurannya dengan teknik ekstraksi pelarut, yaitu dengan cara
mengekstraksi Ni kedalam bentuk nikel-dimetilglioksim atau Ni(DMG)2 dari pelarut air
ke dalam pelarut khloroform.
Penentuan kadar nikel dilakukan dengan metode spektrofotometri, dimana diketahui
bahwa kompleks berwarna Ni(DMG)2 dalam khloroform mengikuti hukum Lambert-
Beer dalam range konsentrasi yang lebar.
A = Ɛ.b.C
Dimana:
A = Absorbansi
Ɛ = absorptivitas molar
b = lebar kuvet
C = konsentrasi.
(Tim Praktikum Dasar-dasar Analisis Kimia, 2021)
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan
banyak kemungkinan untuk pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri
antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara
konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan
membagi dirinya antara dua cairan yang tidak dapat campur. Semedikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada
temperatur tertentu.
Ekstraksi Pelarut | 1

Sheren Hana Elia


(Underwood, 1998)
Ekstraksi pelarut atau biasa disebut penyarian, merupakan suatu proses
pemisahan dimana suatu zat terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak bercampur.
Penyarian merupan proses pemisahan dimana suatu zat terdistribusi kedalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur. Kegunaan besar dari penyarian ini adalah
kemungkinan untuk pemisahan dua senyawa atau lebih berdasarkan perbedaan
koefisien distribusinya (Kd).
(Rudi, 2010)
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara dua
fasa air yang tidak saling bercampur[3]. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik.
Cara ini dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Melalui proses
ekstraksi, ion logam dalam pelarut air ditarik keluar dengan suatu pelarut organik
(fasa organik). Secara umum, ekstraksi ialah proses penarikan suatu zat terlarut dari
larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air
(fasa air). Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya
dengan menggunakan pelarut
(Suyanti, 2008)
Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-
pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih
dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida. Lagipula, bila
cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan air, eter dan air, dikocok bersama-
sama dalam satu bejana dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan
memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan seperti itu dikatakan sebagai tak-dapat-
campur (karbon disulfida dan air) atau setengah-campur (eter dan air), bergantung
apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau setengah larut. Jika iod
dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air kemudian didiamkan, iod
akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut. Suatu keadaan kesetimbangan terjadi
antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan iod dalam air.
(Svehla, 1985)
Ion logam dalam senyawa kompleks disebut ion pusat, sedangkan ion atau
molekul netral yang mempunyai pasangan elektron bebas disebut ligan. Kompleks
kelat atau sepit adalah kompleks yang terbentuk apabila ion pusat bersenyawa dengan

Ekstraksi Pelarut | 2
ligan yang mempunyai dua atau lebih gugus. Banyaknya ikatan kovalen koordinasi
yang terjadi antara ligan dengan ion pusat disebut bilangan koordinasi. Pembentukan
kompleks oleh ligan bergantung pada kecenderungan untuk mengisi orbital kosong
dalam usaha mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Untuk memudahkan
ekstraksi maka ion logam yang bermuatan harus dinetralkan oleh ion atau molekul
netral menjadi kompleks tidak bermuatan.
(Khopkar, 1984)
Hasil ektraksi ion logam yang optimal sangat dipengaruhi oleh pH.
Berdasarkan hasil penelitian dilaporkan bahwa pH optimum untuk ektraksi nikel-
DMG adalah pada pH yang sedikit asam atau tepat basa (pH 8).
(Maimulyanti et al., 2014)
Ion nikel yang telah dipisahkan dengan ekstraksi pelarut selanjutnya dapat
dilakukan penetapan secara kuantitatif. Metode yang dapat dikembangkan pada Ni-
DMG adalah spektroskopi UV-Vis.
(Laili, 2000)

B. ALAT-ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN (isi sesuai prosedur yang akan digunakan)
 Alat
1. Neraca Analitik (1 set)
2. Gelas Kimia 100 mL (2 buah)
3. Hotplate (1 set)
4. Pipet ukur (1 buah)
5. Labu ukur (1 buah)
6. Corong pisah (11 buah)
7. Statif dan Klem (1 set)
8. Buret (1 buah)
9. Spektrofotometer UV (1 set)
 Bahan
1. Garam NiSO4.6 H2O (0,22 gram)
2. HNO3 6M (7,5 mL)
3. NaOH 2,5 M (secukupnya)
4. Asam asetat 6M (secukupnya)
5. Aquades (secukupnya)
6. Natrium Asetat (15 gr)
7. Natrium tartat (5,5 gr)
8. Natrium Tiosulfat (27,5)
9. Hidroksilamin hidroklorida 10% (11 mL)
10. Dimetilglioksim 1% (22 mL)
11. Kloroform (110 mL)
12. Kertas saring (11 buah)
C. PROSEDUR PERCOBAAN

Ekstraksi Pelarut | 3
a) Pembuatan larutan standar induk Ni2+
1. Timbang sejumlah 0,22 gram garam NiSO4.6H2O ke dalam gelas kimia 100 mL.
2. Tambahkan 7,5 mL HNO3 6 M kedalam gelas kimia tersebut dan dipanaskan diatas
hotplate hingga seluruh garam nikel terlarut.
3. Netralkan dengan NaOH 2,5 M hingga terbentuk endapan nikel hidroksida pertama
kali.
4. Tambahkan asam asetat 6 M tetes demi tetes hingga seluruh endapan larut.
5. Larutkan dan tanda bataskan dalam labu ukur 50 mL dengan aquades.

b) Pembuatan larutan buffer


1. Encerkan 8,7 mL asam asetat 6 M menjadi 100 mL.
2. Tambahkan 10 mL larutan asam asetat yang telah diencerkan ke dalam 40 mL
aquades yang mengandung 15 gram natrium asetat.

c) Ekstraksi
1. Siapkan 10 buah corong pisah 100 mL. Masukkan masing-masing 0,0; 0,1; 0,2; 0,3;
0,4; 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 3,5 mL larutan induk standar Ni 2+ dengan menggunakan
buret.
2. Tambahkan 10 mL aquades kepada setiap corong pisah yang telah diisi larutan
standar induk standar Ni2+.
3. Masukkan masing-masing 10 mL larutan sampel air yang berbeda ke dalam 3 buah
labu corong pisah 100 mL.
4. Kedalam 13 corong pisah yang telah berisi masing masing larutan tambahkan
masing-masing 0,5 gram natrium tartat, 5,0 mL buffer, 2,5 gram natrium tiosufat,
1,0 mL hidroksilamin hidroklorida 10% dalam air dan 2,0 mL dimetilglioksim 1%
dalam etanol. Labu Erlenmeyer dikocok setelah penambahan semua pereaksi.
5. Tambahkan 10 mL khloroform kedalam setiap corong pisah, kemudian dilakukan
pengocokkan selama 3 menit untuk setiap erlenmeyer. Campuran dibiarkan hingga
kedua fasa terpisah sempurna.
6. Lapisan khloroform yang berada dibagian bawah dipipet dan disaring sebanyak 5-6
mL. Untuk mengurangi penguapan, ditambahkan ± 5 mm aquades ke dalamnya.

d) Pengukuran dengan spektrofotometer


1. Setiap larutan (standar dan sampel) yang diperoleh dari hasil ekstraksi diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm, yang sebelumnya telah di-nol-kan
dengan blanko.
2. Buatlah kurva kalibrasi dari absorbansi larutan standar dan ditentukan konsentrasi
sampel dengan perhitungan berdasarkan kurva yang diperoleh.

D. DATA PENGAMATAN
1. Tabel Absorbansi Larutan Standar Ni2+
Volume Larutan Standar (mL) Absorbansi
0,0 0,096
0,1 0,102
0,2 0,127
0,3 0,138
Ekstraksi Pelarut | 4
0,4 0,158
1,0 0,201
2,0 0,381
3,0 0,456
3,5 0,380

2. Tabel Absorbansi Larutan Sampel


Sampel Air Absorbansi
A 0,412
B 0,262

E. PERHITUNGAN
1. Menghitung pH teoritis pada larutan buffer
 Menghitung mol CH3COONa
massaC H 3 COONa
mol C H 3 COONa=
Mr C H 3 COONa
15 g
mol C H 3 COONa=
82 g/ mol
mol C H 3 COONa=0,183 mol

 Menghitung pengenceran CH3COOH


M 1 × V 1=M 2 ×V 2
6 M × 8,7 mL=M 2 × 100 mL
6 M × 8,7 mL
M 2=
100 mL
M 2=0,522 M

M 2 × V 2=M 3 × V 3
0,522 M ×10 mL=M 3 ×50 mL
0,522 M ×10 mL
M 2=
50 mL
M 2=0,1044 M

 Menghitung mol CH3COOH


mol CH3COOH ¿ M C H 3 COOH × V C H 3 C OOH
mol CH3COOH ¿ 0,1044 M ×0,05 L
mol CH3COOH ¿ 0,00522 mol

 Menghitung pH larutan buffer


¿
¿
¿
¿
pH=−log 5,016 ×10−7

Ekstraksi Pelarut | 5
pH=7−log 5,016
pH=7−0,7
pH=6,3

2. Massa Ni standar dalam NiSO4.6H2O


Massa∋¿ Ar∋ ¿ ×w NiS O 4 .6 H 2 O¿
Mr NiS O4 .6 H 2 O

58,69 g/mol
Massa∋¿ ×0,22 g
262,8477 g/mol
Massa∋¿ 0,04913 g
Massa∋¿ 49,13 mg

3. Kadar Ni standar (ppm)


massa∋( mg)
kadar ∋standar ( ppm)=
V ∋(L)
49,13 mg
kadar ∋standar ( ppm )=
0,05 L
kadar ∋ standar ( ppm)=982,6 ppm

4. Kadar Ni standar (ppm) pada tiap volume untuk absorbansi


 Volume 0,0
0,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= × 982,6 ppm
10 mL
kadar ∋ standar ( ppm )=0 ppm
 Volume 0,1
0,1 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋ standar ( ppm )=9,826 ppm
 Volume 0,2
0,2 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=19,652 ppm
 Volume 0,3
0,3 mL
kadar ∋s tandar ( ppm )= × 982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=29,478 ppm
 Volume 0,4
0,4 mL
kadar ∋standar ( ppm )= × 982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=39,304 ppm
 Volume 1,0
1,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL

Ekstraksi Pelarut | 6
kadar ∋ standar ( ppm )=98,26 ppm
 Volume 2,0
2,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=196,52 ppm
 Volume 3,0
3,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=294,78 ppm
 Volume 3,5
3,5 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋ standar ( ppm ) =343,91 ppm
5. Kurva Kalibrasi

Volume Ni Konsentrasi Ni
Absorbansi
standar (ppm)
0 0 0.096
0.1 9.826 0.102
0.2 19.652 0.127
0.3 29.478 0.138
0.4 39.304 0.158
1 98.26 0.201
2 196.52 0.381
3 294.78 0.456
3.5 394.91 0.38

Kurva Kalibrasi
0.5
0.45
f(x) = 0 x + 0.11
0.4 R² = 0.91
0.35
Absorbansi

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Konsentrasi

6. Menentukan kadar Ni dalam sampel


Sampel A (Absorbansi = 0,412)
y=0,001 x +0,1105
Ekstraksi Pelarut | 7
0,412=0,001 x +0,1105
0,412−0,1105
x=
0,001
x=301,5 ppm x 10=3015 ppm

Sampel B (Absorbansi = 0,262)


y=0,001 x +0,1105
0,262=0,001 x +0,1105
0,262−0,1105
x=
0,001
x=151,5 ppm x 10=1515 ppm

F. DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum “Penentuan Kadar Logam Ni Dalam Sistem Klorofom/ Air/
Dimetilglioksima” dilakukan dengan metode ekstraksi pelarut praktikan dapat mencapai
tujuan. Pemisahan dalam praktikum ini berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu
pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur. Tujuan dari percobaan kali ini
adalah untuk memisahkan logam Ni dari campurannya dengan eksatraksi pelarut dan juga
menentukan kadar Ni dalam sampel dengan metode spektrofotometri.
Suatu senyawa kompleks adalah suatu senyawa yang terdiri dari atom  pusat dan
sejumlah ligan yang terikat melalui ikatan koordinasi dengan erat dengan atom pusat. Untuk
mengetahui apakah telah terjadi pembentukan kompleks, biasanya kedalam suatu senyawa
ditambahkan reagen tertentu yang menyebabkan timbulnya warna  pada larutan yang
dianalisis. Pada penentuan nikel sebagai kompleks nikel - dimetilglioksim dilakukan dengan
cara ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah.
Ni merupakan ion logam yang tidak dapat larut dalam senyawa nonpolar, oleh karena
itu Ni harus diubah menjadi senyawa non polar dengan cara membentuknya menjadi senyawa
kelat. Agen pengkelat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Dimetilglioksin. Ion
logam Ni2+ dijadikan senyawa kompleks terlebih dahulu dengan DMG menjadi senyawa
kompleks Ni(DMG)2 agar dapat terekstraksi ke fasa organik yang akhirnya dapat diukur pada
panjang gelombang 420 nm.
Penambahan natrium tartat pada tahapan ekstraksi bertujuan untuk membentuk
kompleks dengan Fe(III) dalam campuran sehingga tidak mempengaruhi hasil ekstraksi.
Sedangkan penambahan buffer berfungsi untuk menciptakan suasana sedikit asam, karena ion
Ni2+ dapat membentuk kompleks dengan dimetilglioksima dengan baik pada suasana sedikit
asam atau tepat basa hal ini dikarenakan pada pH tertentu ion bebas dari Ni(II) semakin
banyak sehingga pembentukan kompleks Ni(DMG)2. Penambahan Natrium tiosulfat
berfungsi untuk membentuk kompleks anion Cu(S2O3)2- yang tidak terekstrak ke dalam
kloroform sehingga hasil ekstraksi untuk Ni akan maksimal. Sedangkan Hidroksilamin
hidroklorida adalah untuk mencegah oksidasi kompleks Ni(DMG) 2 menjadi kompleks lain
yang memiliki nilai absorbansi yang berbeda.

Ekstraksi Pelarut | 8
Pada hasil praktikum di dapat kadar Ni dalam sampel A sebesar 3015 ppm dan pada
sampel B sebanyak 1515 ppm. Dengan persamaan regresi y = 0.001x + 0.1105 dan nilai R2
sebesar 0,9086.
Adapun pada saat pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer, kuvet yang
digunakan haruslah kuvet kuarsa tidak boleh menggunakan kuvet plastik karena pelarut
organik khloroform akan bereaksi dengan silikat pada kuvet plastik yang akan melelehkan
kuvet tersebut dan tentunya akan membuat pemeriksaan menjadi terganggu dan
menghasilkan absorbansi yang tidak sesuai dari seharusnya. Larutan blanko digunakan untuk
mengkalibrasi spektrofotometer yang diseting dengan absorban nol atau nilai transmitan
100% dan meminimalkan kesalahan sistematik.
Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:
 Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blanko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna.
 Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun
kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
 Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau
sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

G. KESIMPULAN
Melalui percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ekstraksi pelarut Ekstraksi
merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses
distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Pemisahan logam
Ni dapat dilakukan dengan ekstraksi pelarut dengan jenis ekstraksi khelat. Proses ekstrasi
Ni dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa reagen yaitu asam asetat, natrium
tartrat, dimetilglioksim, dan kloroform. Ni2+ tidak larut dalam pelarut nonpolar/pelarut
organik sehingga dibentuk menjadi senyawa kompleks terlebih dahulu dengan
menambahkan agen pengkelat yaitu dimetilglioksim (DMG) sehingga membentuk
kompleks Ni(DMG)2 yang dapat larut dalam pelarut organik kloroform.
Adapun kadar Ni yang diperoleh dalam sampel A sebesar 3015 ppm dan pada
sampel B sebanyak 1515 ppm. Dengan persamaan regresi y = 0.001x + 0.1105 dan nilai
R2 sebesar 0,9086.

H. REFERENSI

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta

Ekstraksi Pelarut | 9
Laili, N.C., Murwani, I.K. 2000. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Nikel (II)
dengan Ligan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA). Surabaya: ITS

Maimulyanti, A., Prihadi, A.R. 2014. Pengaruh pH terhadap Efisiensi Ekstraksi dan
Angka Distribusi pada Pemisahan Ion Logam Nikel dengan Metode Ekstraksi
Pelarut. Warta Akab No.31 Hal 1-8

Petrucci. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

Rudi. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari: Universitas Haluoleo

Suyanti. 2008. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Asam di-2-etilheksilfosfat.


Yogyakarta: SDM Teknologi Nuklir.

Svehla, G. 1985. VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimikro Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka

Tim Praktikum Dasar-dasar Analisis Kimia.(2021). Petunjuk Praktikum Dasar-dasar


Analisis Kimia. Bandung: Departemen Pendidikaan Kimia FPMIPA UPI

I. LAMPIRAN
a. Pre-lab
1. Apa keuntungan penentuan Ni dengan cara ekstraksi pelarut jika dibandingkan dengan
cara gravimetri ?
Jawab :
a. Pemisahan lebih baik karena derajat selektifitas tinggi akibat dari penggunaan
ligan pengkhelat sehingga didapat senyawa kompleks dan selanjutnya bisa
dianalisis menggunakan spektro UV-Vis ahan lebih baik
b. Waktu yang diperlukan tidak selama gravimetri
2. Faktor apa saja yang berpengaruh pada pemisahan ion logam secara ekstraksi pelarut?
Jawab :
a. pH
b. Agen pengkelat
c. Konsentrasi larutan yang digunakan
d. Keberadaan ion pengganggu
e. Adanya oksidator atau reduktor ion logan
f. Kejenuhan spesi ion logam
g. Jenis buffer

3. Hitung berapa ppm konsentrasi larutan induk standar Ni dan masing-masing hasil
pengencerannya?
Jawab :
Ekstraksi Pelarut | 10
a) Massa Ni standar dalam NiSO4.6H2O
¿
a. Massa∋¿ Ar∋ Mr NiS O .6 H O ×w NiS O 4 .6 H 2 O¿
4 2

58,69 g/mol
b. Massa∋¿ ×0,22 g
262,8477 g/mol
c. Massa∋¿ 0,04913 g
d. Massa∋¿ 49,13 mg

b) Kadar Ni standar (ppm) pada tiap volume untuk absorbansi


 Volume 0,0
0,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= × 982,6 ppm
10 mL
kadar ∋ standar ( ppm )=0 ppm
 Volume 0,1
0,1 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 pp m
10 mL
kadar ∋ standar ( ppm )=9,826 ppm
 Volume 0,2
0,2 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=19,652 ppm
 Volume 0,3
0,3 mL
kadar ∋standar ( ppm )= × 982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=29,478 ppm
 Volume 0,4
0,4 mL
kadar ∋standar ( ppm )= × 982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=39,304 ppm
 Volume 1,0
1,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋ standar ( ppm )=98,26 ppm
 Volume 2,0
2,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=196,52 ppm
 Volume 3,0
3,0 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=294,78 ppm
 Volume 3,5

Ekstraksi Pelarut | 11
3,5 mL
kadar ∋standar ( ppm )= ×982,6 ppm
10 mL
kadar ∋standar ( ppm )=343,91 ppm

Sheren Hana Elia

Ekstraksi Pelarut | 12

Anda mungkin juga menyukai