3. Teori Singkat :
Reaksi ini tidak dapat terjadi pada non elektrolit, di mana proses pelarutan pada
non elektrolit hanya proses pelarutan biasa, yang tidak disertai proses ionisasi.
Misalnya :
Semakin besar kemampuan elektrolit terionisasi, semakin banyak jumlah ion yang
dihasilkan dari reaksi ionisasi, maka akan semakin kuat daya hantar listrik yang
dihasilkan.
Elektrolit yang terionisasi sempurna atau mendekati sempurna dan memiliki daya
hantar listrik kuat disebut elektrolit kuat, sedangkan elektrolit yang hanya terionisasi
sebagian dan memilliki daya hantar lemah disebut elektrolit lemah.
Untuk membedakan larutan elektrolit kuat dan non elektrolit, dilakukan uji
elektrolit yaitu dengan mengalirkan arus listrik ke dalam larutan. Perbedaan dapat dilihat
dari menyala tidaknya lampu pada alat uji atau ada tidaknya gas pada kedua elektroda
yang digunakan.
5. Langkah Kerja :
a. Masukkan 50 mL larutan NaCl, CH3COOH, dan sukrosa masing – masing ke
dalam gelas kimia 100 mL.
b. Rangkailah alat uji elektrolit sebagaimana gambar :
Hasil Pengamatan
No Larutan Pengamatan Keterangan
7. Kesimpulan :
1. Larutan NaCl yang dialiri arus listrik memiliki banyak gelembung dan lampu menyala
terang. Ini menunjukkan bahwa larutan NaCl termasuk elektrolit kuat.
2. Larutan CH3COOH yang dialiri arus listrik memiliki sedikit gelembun g dan lampu
tidak menyala. Ini menunjukkan bahwa larutan CH3COOH termasuk elektrolit lemah.
3. Larutan sukrosa yang dialiri arus listrik tidak terdapat gelembung dan lampu tidak
menyala. Ini menunjukkan bahwa larutan sukrosa termasuk larutan non elektrolit.
Percobaan 3
2. Tujuan Percobaan :
Menentukan Larutan yang Berbeda Konsentrasinya Berdasarkan Perbedaan
Kecepatan Reaksi dari Masing – Masing Larutan
3. Teori Singkat :
Laju reaksi suatu system reaksi dapat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu konsentrasi,
suhu, luas permukaan sentuhan dan penggunaan katalisator.
5. Langkah Kerja :
a. Masukkan masing – masing 10 mL HCl 5M dan HCl 1 M ke dalam 2 buah tabung
reaksi.
b. Ambil 2 butir kecil batu pualam dengan ukuran yang relative sama, masukkan ke
dalam masing – masing. Catat waktu yang digunakan hingga batu pualam tersebut
habis.
6. Pengamatan :
Hasil Pengamatan :
Waktu yang dibutuhkan pada reaksi dengan X (HCl 1 M) = 2 menit 43 detik.
Waktu yang dibutuhkan pada reaksi dengan Y (HCl 5 M) = 16 detik.
7. Kesimpulan :
Secara umum, konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi. Semakin tinggi
konsentrasi berarti semakin banyak molekul – molekul dalam setiap satuan luas ruangan, dengan
demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi
berarti kemungkinan untuk menghasilkan tumbukan efektif semakin besar sehingga reaksi
berlangsung lebih cepat dan waktu yang dibutuhkan semakin sedikit. Begitu pula sebaliknya.
Sehingga pada percobaan tersebut, dapat diketahui bahwa larutan berlabel X merupakan larutan
yang memiliki konsentrasi yang lebih besar dengan waktu yang relative singkat (16 detik)
dibandingkan larutan berlabel Y yang memiliki konsentrasi yang lebih kecil dengan waktu yang
relatif lama (2 menit 43 detik).
Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 5
Dapat pula disimpulkan, laju reaksi sebanding dengan konsentrasi dan berbanding
terbalik dengan waktu.
M
Laju Reaksi =
waktu
Waktu (t)
Percobaan 5
2. Tujuan Percobaan :
Menentukan Konsentrasi Larutan dengan Menggunakan Larutan Baku
3. Teori Singkat :
Konsentrasi suatu larutan dapat ditentukan berdasarkan konsentrasi zat lain.
Larutan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan yang lain disebut larutan
baku, di mana konsentrasi larutan ini diketahui secara pasti.
Proses penentuan konsentrasi larutan dengan cara ini disebut titrasi. Dan jika
pasangan larutan yang digunakan dalam proses ini adalah larutan asam dan basa, maka
proses ini disebut titrasi asam – basa. Misalnya, menentukan konsentrasi larutan HCl
dengan menggunakan larutan baku NaOH.
Proses titrasi dilakukan dengan penggunaan perangkat alat titrasi seperti pada
gambar :
5. Langkah Kerja :
a. Masukkan larutan baku NaOH 0,02 M ke dalam buret hingga angka 0.
b. Masukkan 10 mL larutan HCl xM ke dalam Erlenmeyer, dan tetesi dengan
indicator PP.
c. Lakukan titrasi dengan menetesi larutan dalam labu Erlenmeyer dengan larutan
NaOH (selama penetesan, labu Erlenmeyer harus digoyang dengan arah
memutar).
d. Titrasi dihentikan setelah larutan dalam Erlenmeyer tepat merah.
e. Catat jumlah larutan NaOH yang digunakan.
6. Pengamatan :
Hasil Pengamatan :
- Volume HCl x M yang digunakan = 10 mL.
- Volume NaOH 0, 02 M yang digunakan = 5, 8 mL.
7. Perhitungan :
a.M1.V1 = b.M2.V2
M. 10 = 2 x 10-2 x 5,8
8. Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan konsentrasi HCl
diperlukan konsentrasi NaOH yang telah ditentukan secara pasti dan volume NaOH sendiri. Di
mana volume NaOH ditentukan dari banyaknya NaOH yang diperlukan untuk menjadikan
larutan HCl tepat merah pada proses titrasi.
Percobaan 6
3. Teori Singkat :
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana terjadi bentuk perubahan energy
listrik menjadi energy kimia.
Dalam sel ini, pada saat arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit, akan
terjadi pemisahan ion – ion dalam larutan, di mana ion – ion positif (kation) akan
mendekati elektroda negative (katoda) dan ion – ion negative (anion) akan mendekati
elektroda positif (anoda).
Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi ion atau air dan pada anoda akan terjadi
oksidasi anion atau air, atau logam elektroda, bergantung pada jenis elektrolit serta anoda
yang digunakan,
5. Langkah Kerja :
a. Rangkailah instrument elektrolisis seperti pada gambar.
b. Masukkan larutan CuSO4 dan/atau KI, dan/atau Na2SO4 dalam labu
konduktivitas.
c. Masukkan elektroda pada kedua mulut tabung.
d. Tetesi larutan dengan menggunakan indicator (CuSO4 dengan indicator
MO, dan KI, Na2SO4, dengan indicator PP).
e. Alirkan arus listrik 6 volt – 12 volt ke dalam larutan.
f. Perhatikan dan catat perubahan – perubahan yang terjadi pada larutan
ataupun elektroda.
6. Pengamatan :
Hasil Pengamatan
Larutan yang
No Pada Larutan Pada Elektroda
dielektrolisis
2 CuSO4
Katoda (–), berwarna kekuning Katoda (–), timbul endapan,
– kuningan. sedikit gelembung.
7. Kesimpulan :
Elektrolisis KI
Hasil pengamatan menunjukkan perubahan warna pada larutan. Katoda ( - )
berwarna ungu dan anoda (+) berwarna kuning. Hal ini menunjukkan reaksi
menghasilkan larutan yang sifatnya basa (reduksi H2O pada katoda). Sementara,
pada elektroda, katoda dan anoda memiliki banyak gelembung. Hal ini
menunjukkan ada gas yang dihasilkan oleh katoda ataupun anoda. Katoda
menghasilkan gas hydrogen (reduksi H2O) dan anoda menghasilkan gas Iodin
(Oksidasi 2I -).
Sebagaimana reaksinya :
K(-) : 2H2O + 2e 2OH - + H2
A(+) : 2I - I2 + 2e
2H2O + 2I - 2OH - + I2
Elektrolisis CuSO4
Hasil pengamatan menunjukkan perubahan warna pada larutan. Katoda (-)
berwarna kekuning – kuningan dan pada anoda (+) berwarna jingga. Hal ini
menunjukkan reaksi menghasilkan larutan yang sifatnya asam (oksidasi H2O)
pada anoda. Sementara, pada elektroda, katoda terdapat endapan dan anoda tidak
terdapat endapan (banyak gelembung). Hal tersebut menunjukkan, pada katoda
terjadi reduksi Cu2+ yang menghasilkan endapan Cu dan pada anoda terjadi
oksidasi H2O yang menghasilkan gas oksigen (O2).
Sebagaimana reaksinya :