Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 6 XII IA 1

1. Wa Ode Azzahra (6)


2. Novalita Jufri (12)
3. Ilham (18)
4. Wa Ode Friza Nurbani (24)
5. Nurie Shulfie Syadzwinny (30)
6. Nining Syafitri (36)
7. Eilin Angela Y. (42)
8. Nursafitri Anhufi (48)
LAPORAN
PERCOBA
AN KIMIA
UJIAN PRAKTIKUM
2009

SMA NEGERI 1 BAU – BAU


Percobaan 1

1. Judul Percobaan : LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

2. Tujuan Percobaan : Membedakan Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

3. Teori Singkat :

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik,


sedangkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut non elektrolit.

Kemampuan elektrolit menghantarkan arus listrik dalam larutannya disebabkan


oleh adanya ion – ion yang dihasilkan dari reaksi ionisasi elektrolit dalam air.

Reaksi umum ionisasi dapat dituliskan sebagai berikut :

AxBy (s) air



x Ay+ (aq) + yB x- (aq)

Reaksi ini tidak dapat terjadi pada non elektrolit, di mana proses pelarutan pada
non elektrolit hanya proses pelarutan biasa, yang tidak disertai proses ionisasi.
Misalnya :

C6H12O6 (s) air



C6H12O6 (aq)

Semakin besar kemampuan elektrolit terionisasi, semakin banyak jumlah ion yang
dihasilkan dari reaksi ionisasi, maka akan semakin kuat daya hantar listrik yang
dihasilkan.

Elektrolit yang terionisasi sempurna atau mendekati sempurna dan memiliki daya
hantar listrik kuat disebut elektrolit kuat, sedangkan elektrolit yang hanya terionisasi
sebagian dan memilliki daya hantar lemah disebut elektrolit lemah.

Untuk membedakan larutan elektrolit kuat dan non elektrolit, dilakukan uji
elektrolit yaitu dengan mengalirkan arus listrik ke dalam larutan. Perbedaan dapat dilihat
dari menyala tidaknya lampu pada alat uji atau ada tidaknya gas pada kedua elektroda
yang digunakan.

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 2


Larutan elektrolit kuat menghasilkan gas pada kedua elektrodanya, dan dapat
menyalakan lampu.
Larutan elektrolit lemah tidak dapat menyalakan lampu, tetapi menghasilkan gas
pada kedua elektrodanya.
Larutan non elektrolit tidak dapat menyalakan lampu atau menghasilkan gas pada
elektroda.

4. Alat dan Bahan :


a) Alat yang digunakan :
 1 set alat uji elektrolit.
 3 buah gelas kimia 100ml.

b) Bahan yang digunakan :


 Larutan NaCl.
 Larutan CH3COOH.
 Larutan sukrosa.

5. Langkah Kerja :
a. Masukkan 50 mL larutan NaCl, CH3COOH, dan sukrosa masing – masing ke
dalam gelas kimia 100 mL.
b. Rangkailah alat uji elektrolit sebagaimana gambar :

c. Masukkan elektroda berturut – turut ke dalam larutan NaCl, CH3COOH, dan


sukrosa.(sebelum elektroda dimasukkan ke dalam larutan, elektroda harus dalam
keadaan netral dan kering).

d. Amati perubahan yang terjadi pada elektroda dan lampu.


6. Pengamatan :

Hasil Pengamatan
No Larutan Pengamatan Keterangan

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 3


Lampu Elektroda
1 NaCl Menyala Banyak gelembung Elektrolit Kuat
2 CH3COOH Tidak Menyala Ada Gelembung Elektrolit Lemah
3 Sukrosa Tidak Menyala Tidak Ada Gelembung Non Elektrolit

7. Kesimpulan :

1. Larutan NaCl yang dialiri arus listrik memiliki banyak gelembung dan lampu menyala
terang. Ini menunjukkan bahwa larutan NaCl termasuk elektrolit kuat.
2. Larutan CH3COOH yang dialiri arus listrik memiliki sedikit gelembun g dan lampu
tidak menyala. Ini menunjukkan bahwa larutan CH3COOH termasuk elektrolit lemah.
3. Larutan sukrosa yang dialiri arus listrik tidak terdapat gelembung dan lampu tidak
menyala. Ini menunjukkan bahwa larutan sukrosa termasuk larutan non elektrolit.

Percobaan 3

1. Judul Percobaan : LAJU REAKSI

2. Tujuan Percobaan :
Menentukan Larutan yang Berbeda Konsentrasinya Berdasarkan Perbedaan
Kecepatan Reaksi dari Masing – Masing Larutan

3. Teori Singkat :

Laju reaksi suatu system reaksi dapat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu konsentrasi,
suhu, luas permukaan sentuhan dan penggunaan katalisator.

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 4


Untuk konsentrasi larutan, semakin besar konsentrasi zat yang digunakan dalam
reaksi, maka laju reaksi akan semakin besar dan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan reaksi akan semakin singkat.

4. Alat dan Bahan :


a. Alat yang digunakan :
 1 rak tabung
 4 buah tabung reaksi
 Stopwatch
 Pipet tetes

b. Bahan yang digunakan :


 Larutan HCl 5M
 Larutan HCl 1 M
 Batu pualam

5. Langkah Kerja :
a. Masukkan masing – masing 10 mL HCl 5M dan HCl 1 M ke dalam 2 buah tabung
reaksi.
b. Ambil 2 butir kecil batu pualam dengan ukuran yang relative sama, masukkan ke
dalam masing – masing. Catat waktu yang digunakan hingga batu pualam tersebut
habis.

6. Pengamatan :

Hasil Pengamatan :
Waktu yang dibutuhkan pada reaksi dengan X (HCl 1 M) = 2 menit 43 detik.
Waktu yang dibutuhkan pada reaksi dengan Y (HCl 5 M) = 16 detik.

7. Kesimpulan :

Secara umum, konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi. Semakin tinggi
konsentrasi berarti semakin banyak molekul – molekul dalam setiap satuan luas ruangan, dengan
demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi
berarti kemungkinan untuk menghasilkan tumbukan efektif semakin besar sehingga reaksi
berlangsung lebih cepat dan waktu yang dibutuhkan semakin sedikit. Begitu pula sebaliknya.
Sehingga pada percobaan tersebut, dapat diketahui bahwa larutan berlabel X merupakan larutan
yang memiliki konsentrasi yang lebih besar dengan waktu yang relative singkat (16 detik)
dibandingkan larutan berlabel Y yang memiliki konsentrasi yang lebih kecil dengan waktu yang
relatif lama (2 menit 43 detik).
Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 5
Dapat pula disimpulkan, laju reaksi sebanding dengan konsentrasi dan berbanding
terbalik dengan waktu.
M
Laju Reaksi =
waktu

konsentrasi HCl (M)

Waktu (t)

Percobaan 5

1. Judul Percobaan : TITRASI ASAM BASA

2. Tujuan Percobaan :
Menentukan Konsentrasi Larutan dengan Menggunakan Larutan Baku

3. Teori Singkat :
Konsentrasi suatu larutan dapat ditentukan berdasarkan konsentrasi zat lain.
Larutan yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan yang lain disebut larutan
baku, di mana konsentrasi larutan ini diketahui secara pasti.

Proses penentuan konsentrasi larutan dengan cara ini disebut titrasi. Dan jika
pasangan larutan yang digunakan dalam proses ini adalah larutan asam dan basa, maka
proses ini disebut titrasi asam – basa. Misalnya, menentukan konsentrasi larutan HCl
dengan menggunakan larutan baku NaOH.

Proses titrasi dilakukan dengan penggunaan perangkat alat titrasi seperti pada
gambar :

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 6


4. Alat dan Bahan :
a. Alat yang digunakan :
 Statif
 Buret 50 mL atau 25 mL
 Gelas Erlemeyer
 Pipet tetes

b. Bahan yang digunakan :


 Larutan NaOH 0,02M
 Larutan HCl x M
 Indikator PP

5. Langkah Kerja :
a. Masukkan larutan baku NaOH 0,02 M ke dalam buret hingga angka 0.
b. Masukkan 10 mL larutan HCl xM ke dalam Erlenmeyer, dan tetesi dengan
indicator PP.
c. Lakukan titrasi dengan menetesi larutan dalam labu Erlenmeyer dengan larutan
NaOH (selama penetesan, labu Erlenmeyer harus digoyang dengan arah
memutar).
d. Titrasi dihentikan setelah larutan dalam Erlenmeyer tepat merah.
e. Catat jumlah larutan NaOH yang digunakan.

6. Pengamatan :

Hasil Pengamatan :
- Volume HCl x M yang digunakan = 10 mL.
- Volume NaOH 0, 02 M yang digunakan = 5, 8 mL.

7. Perhitungan :
a.M1.V1 = b.M2.V2
M. 10 = 2 x 10-2 x 5,8

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 7


0,02 x 5,8
M =
10
M = 0, 0116 M

8. Kesimpulan :

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan konsentrasi HCl
diperlukan konsentrasi NaOH yang telah ditentukan secara pasti dan volume NaOH sendiri. Di
mana volume NaOH ditentukan dari banyaknya NaOH yang diperlukan untuk menjadikan
larutan HCl tepat merah pada proses titrasi.

Percobaan 6

1. Judul Percobaan : ELEKTROLISIS

2. Tujuan Percobaan : Mempelajari Reaksi–Reaksi yang Terjadi pada Sel


Elektrolisis

3. Teori Singkat :

Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana terjadi bentuk perubahan energy
listrik menjadi energy kimia.

Dalam sel ini, pada saat arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit, akan
terjadi pemisahan ion – ion dalam larutan, di mana ion – ion positif (kation) akan
mendekati elektroda negative (katoda) dan ion – ion negative (anion) akan mendekati
elektroda positif (anoda).

Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi ion atau air dan pada anoda akan terjadi
oksidasi anion atau air, atau logam elektroda, bergantung pada jenis elektrolit serta anoda
yang digunakan,

Rangkailah sel elektrolisis sederhana seperti pada gambar di bawah ini :

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 8


4. Alat dan Bahan :
a. Alat yang digunakan :
 Statif
 Tabung Koduktivitas
 Power supply atau baterray
 Sepasang elektroda

b. Bahan yang digunakan :


 Larutan CuSO4
 Larutan KI
 Larutan Na2SO4

5. Langkah Kerja :
a. Rangkailah instrument elektrolisis seperti pada gambar.
b. Masukkan larutan CuSO4 dan/atau KI, dan/atau Na2SO4 dalam labu
konduktivitas.
c. Masukkan elektroda pada kedua mulut tabung.
d. Tetesi larutan dengan menggunakan indicator (CuSO4 dengan indicator
MO, dan KI, Na2SO4, dengan indicator PP).
e. Alirkan arus listrik 6 volt – 12 volt ke dalam larutan.
f. Perhatikan dan catat perubahan – perubahan yang terjadi pada larutan
ataupun elektroda.

6. Pengamatan :
Hasil Pengamatan
Larutan yang
No Pada Larutan Pada Elektroda
dielektrolisis

Katoda (–), berwarna ungu. Katoda (–), ada gelembung.


1 KI
Anoda (+), berwarna kuning. Anoda (+), ada gelembung.

2 CuSO4
Katoda (–), berwarna kekuning Katoda (–), timbul endapan,
– kuningan. sedikit gelembung.

Anoda (+), berwarna jingga. Anoda (+), tidak timbul


endapan, ada banyak
gelembung.

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 9


Katoda (–), berwarna ungu.
Katoda (–), ada gelembung.
3 Na2SO4
Anoda (+), berwarna bening
Anoda (+), ada gelembung.
(tidak berwarna).

7. Kesimpulan :

 Elektrolisis KI
Hasil pengamatan menunjukkan perubahan warna pada larutan. Katoda ( - )
berwarna ungu dan anoda (+) berwarna kuning. Hal ini menunjukkan reaksi
menghasilkan larutan yang sifatnya basa (reduksi H2O pada katoda). Sementara,
pada elektroda, katoda dan anoda memiliki banyak gelembung. Hal ini
menunjukkan ada gas yang dihasilkan oleh katoda ataupun anoda. Katoda
menghasilkan gas hydrogen (reduksi H2O) dan anoda menghasilkan gas Iodin
(Oksidasi 2I -).

Sebagaimana reaksinya :
K(-) : 2H2O + 2e 2OH - + H2
A(+) : 2I - I2 + 2e
2H2O + 2I - 2OH - + I2

 Elektrolisis CuSO4
Hasil pengamatan menunjukkan perubahan warna pada larutan. Katoda (-)
berwarna kekuning – kuningan dan pada anoda (+) berwarna jingga. Hal ini
menunjukkan reaksi menghasilkan larutan yang sifatnya asam (oksidasi H2O)
pada anoda. Sementara, pada elektroda, katoda terdapat endapan dan anoda tidak
terdapat endapan (banyak gelembung). Hal tersebut menunjukkan, pada katoda
terjadi reduksi Cu2+ yang menghasilkan endapan Cu dan pada anoda terjadi
oksidasi H2O yang menghasilkan gas oksigen (O2).

Sebagaimana reaksinya :

K(-) : 2Cu2+ + 4e 2Cu


A(+) : 2H2O 4H+ + O2 + 4e
2Cu2++ 2H2O 2Cu + 4H+ + O2

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 10


 Elektrolisis Na2SO4
Hasil pengamatan menunjukkan perubahan warna pada larutan. Pada katoda (-),
berwarna ungu dan pada anoda(+) tidak mengalami perubahan warna. Hal ini
menunjukkan reaksi menghasilkan larutan yang sifatnya netral. Basa pada katoda
(reduksi H2O) + asam pada anoda (oksidasi H2O). Sementara, pada elektroda,
kedua – duanya menghasilkan gelembung, baik katoda maupun anoda. Hal ini
menunjukkan ada gas yang dihasilkan oleh katoda maupun anoda. Katoda
menghasilkan gas hydrogen(H2) (reduksi H2O) dan anoda menghasilkan gas
oksigen (O2) (oksidasi H2O).
Sebagaimana reaksinya :

K(-) : 4H2O + 4e 4OH - + 2H2


A(+) : 2H2O 4H+ + O2 + 4e
2H2O 2H2 + O2

Kelompok 6 XII IA 1 2009 Page 11

Anda mungkin juga menyukai