Anda di halaman 1dari 18

A.

Judul
Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm.
B. Tujuan
1. Memahami prinsip reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
2. Mengamati perbedaan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm melalui
percobaan.
C. Dasar Teori
Termodinamika merupakan ilmu operasional, yang berhubungan
dengan sifat-sfat makroskopik yang pada dasarnya dapat diukur. Tujuan
ilmu ini adalah memprediksi jenis-jenis proses kimia dan fisika yang
mungkin, dan dalam kondisi yang bagaimana, serta menghitung secara
kuantitatif sifat-sifat keadaan kesetimbangan yang timbul pada saat suatu
proses berlangsung (Oxtoby, 2001 : 189).
Termodinamika kimia membahas perubahan energi yang menyertai
reaksi. Perubahan energi ini memberi petunjuk dalam menentukan
seberapa cepat reaksi berlangsung dan sempurna tidaknya reaksi.
Termodinamika membahas perubahan energi yang dimanifestasikan
sebagai kalor reaksi (Δ𝐻) (Howan, 2019 : 12).
Perubahan energi juga dimanifestasikan sebagai energi listrik yang
diukur dalam bentuk voltase yang diperlukan atau dihasilkan dari jumlah
perubahan kimia. Kerja yang dilakukan melawan gaya luar (tekanan
udara) juga merupakan manifestasi dari perubahan energi (Howan, 2019
:12).
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja atau mentransfer
kalor. Menurut kimiawan, kerja adalah perubahan energi yang langsung
dihasilkan dari suatu proses. Sedangkan, kalor adalah energi yang
digunakan sehingga menyebabkan suhu suatu objek meningkat (Mulyanti,
2015 : 122).
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 + 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
Menurut Hukum Kekekalan Energi yang menyatakan bahwa total
energi di alam ini diasumsikan konstan. Jadi, menurut perspektif makhluk,

1
energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi energi hanya
mengalami pengubahan dari satu jenis energi ke jenis energi lain
(Mulyanti, 2015 : 122).
Dalam mempelajari suatu peristiwa, kita harus memperhatikan
suatu bagian yang disebut sistem. Oleh sebab itu, sistem adalah bagian
tertentu dari alam yang menjadi pusat perhatian untuk dipelajari.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Jika kita
ingin mempelajari reaksi kimia dalam tabung reaksi, maka zat kimia yang
ada di dalam tabung disebut sistem sedangkan yang di luar zat kimia
termasuk tabung sendiri dan udara di atas permukaannya adalah
lingkungan (Syukri, 1999 : 70).
Konsep kesetimbangan sangat penting dalam menentukan arah
proses, karena semua proses spontan menuju ke keadaan setimbang.
Sistem disebut dalam keadaan konstan atau setimbang jika tidak terjadi
perubahan yang berarti antara sistem dengan lingkungannya,bila keduanya
mengadakan kontak satu sama lain. Kesetimbangan ada tiga macam yaitu
kesetimbangan mekanik, termal, dan listrik (Syukri, 1999 : 71).
Kalor adalah aliran energi yang masuk atau keluar dari sebuah
sistem termodinamika yang merupakan hasil dari perbedaan suhu antara
sistem dan lingkungan. Selama sistem dan lingkungan berada dalam
kontak termal, energi kalor dari keduanya membentuk persamaan suhu
atau kesetimbangan termal. Energi kalor mengalir dari daerah tinggi
suhunya ke daerah yang suhunya rendah. Ketika suhu dalam keadaan
setimbang, maka aliran kalor berhenti (Gammon, 2013 : 231).
Reaksi kimia berlangsung disertai dengan perubahan energi berupa
penyerapan atau pelepasan kalor. Karena reaksi kimia berlangsung pada
tekanan tetap, maka perubahan energi baik dalam bentuk penyerapan kalor
maupun pelepasan kalor tersebut dirujuk sebagai perubahan entalpi (Δ𝐻).
Berdasarkan hal tersebut reaksi kimia dibagi menjadi dua, yaitu (Mulyanti,
2015 :125).

2
1. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang membutuhkan energi
dengan menyerap kalor dari lingkungan ke sistem. Karena sistem (reaksi
kimia) menerima energi maka entalpi sistem bertambah dari perubahan
entalpi bernilai positif (Δ𝐻=+). Dengan perkataan lain, Δ𝐻 produk lebih
besar dibandingkan dengan Δ𝐻 pereaksi (Mulyanti, 2015 : 125).
∑ΔH produk> ∑ΔH pereaksi
ΔH = ∑ΔH produk - ∑ΔH pereaksi > 0
ΔH = ∑ΔH kanan - ∑ΔH kiri > 0
Dalam bentuk diagram reaksi dapat digambarkan sebagai berikut :
H

Produk
Y-------

Δ𝐻 = 𝐻𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 𝐻𝑝𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
=𝑦−𝑥
=𝑦>𝑥
Δ𝐻 > 0
X -------
Pereaksi

Di sisi lain dari sudut pandang lingkungan, karena kalor mengalir


dari lingkungan ke sistem maka suhu lingkungan mengalami penurunan
akibatnya akan ada efek dingin pada proses fisika atau reaksi kimia yang
bersifat endoterm (Mulyanti, 2015 :125).
2. Reaksi Eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia atau perubahan fisik yang
melibatkan kalor dengan q bernilai negative. Reaksi eksoterm dapat
menghangatkan wadah karena kalor keluar. Energi dari reaksi eksoterm
berkurang (Gammon, 2013 : 234).
Δ𝐻 reaksi eksoterm adalah negatif karena sistem melepaskan
sejumlah kalor lingkungan dan Δ𝐻 reaksi endoterm adalah positif yang

3
berarti sistem menyerap sejumlah kalor dari lingkungan (Sugiawati, 2013 :
29).
Energi reaksi didapatkan dari ikatan kimia. Ketika ikatan rusak,
energi dibutuhkan. Ketika pembentukan ikatan, maka energi dilepas.
Masing-masing tipe ikatan memiliki energi ikatan yang spesifik. Ini dapat
diprediksi apakah reaksi kimia akan melepas atau membutuhkan kalor
dengan menggunakan energi ikatan. Ketika energi digunakan untuk
membentuk ikatan dibandingkan melepas ikatan maka kalor dilepas, ini
dikenal dengan reaksi eksoterm. Ketika sebuah reaksi membutuhkan
pemasukan atau pengeluaran energi, maka ini dikenal sebagai reaksi
eksoterm atau endoterm (Maleque, 2013 :7).
Reaksi pemutusan ikatan merupakan reaksi endoterm, sedangkan
reaksi pembentukan ikatan adalah reaksi eksoterm. Suatu reaksi dengan
oksigen termasuk persamaan termokima dari perubahan entalpi
pembakaran (Lestari, 2018 :2).
Contoh reaksi eksoterm dan reaksi endoterm (Nayak, 2014 : 556) :
a. Fotosintesis adalah contoh dari reaksi endoterm. Pada proses ini,
tumbuhan menggunakan energi dari matahari untuk mengubah karbon
dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen. Prosesnya :
𝑀𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 + 6 𝐶𝑂2 + 𝐻2 𝑂 ⥃ 𝐶6 𝐻12 𝑂6 + 6 𝑂2
b. Campuran sodium dan klorin membentuk garam dapur adalah contoh
reaksi eksoterm. Rumusnya :
Na(s) + 0,5 Cl2 (s) ⥃ NaCl (s)
Menurut Chang (2010 : 167) proses eksotermik cenderung
merupakan reaksi spontan tetapi bukan berarti reaksi ini yang selalu
terjadi. Reaksi eksotermik pun bisa berlangsung tidak spontan. Untuk
membuat prediksi seperti ini, kita memerlukan kuantitas termodinamika
yang lain. Salah satunya yaitu perubahan entalpi yang hampir setara
dengan Δ𝐸 untuk kebanyakan proses. Yang satunya ialah entropi (s), yakni
ukuran keacakan atau ketidakteraturan suatu sistem.

4
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama alat Kategori Gambar Fungsi
Sebagai tempat atau wadah
Gelas
1 1 untuk larutan HCl 1 M,
Kimia
NaOH 1 M, dan aquadest.
Sebagai tempat untuk
mereaksikan:
1. Larutan NaOH 1 M
dengan larutan HCl 1 M
2. Aquadest dengan
Tabung padatan NH4NO3
2 1
Reaksi 3. Aquadest dengan
padatan NaOH
4. Aquadest dengan
larutan H2SO4.
5. Aquadest dengan
padatan KNO3.
Sebagai tempat meletakkan
Rak Tabung tabung reaksi yang berisi
3 1
Reaksi larutan HCl, NaOH,
NH4NO3, H2SO4, KNO3.

Untuk mengukur larutan


4 Gelas Ukur 1 larutan HCl 1 M, NaOH 1
M, dan aquadest

Untuk mengukur suhu


5 Termometer 1 larutan HCl 1 M, NaOH 1
M, dan aquadest .

5
Untuk
memindahkan larutan HCl
6 Pipet tetes 1
1 M, NaOH 1 M , H2SO4
dan aquadest.
Berfungsi untuk
mengambil padatan
7 Spatula 1 NH4NO3, KNO3 NaOH
untuk dimasukan kedalam
tabung reaksi

Alat untuk mengukur


waktu selama percobaan
8 Stopwatch 1 ketika mengamati
perubahan temperatur
setiap 60 detik

6
2. Bahan
Nama
No Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
Bahan
- Berwarna Putih - Reaktif terhadap
Padatan
- Berbentuk Padat hidroksida dari
Amonium
1. Khusus logam alkali
Nitrat
- Membentuk nitrat
(NH4NO3)
alkali dan amonia

- Berwarna putih, - Larut dalam air


- Berbentuk padat - Bereaksi secara
- Massa molar : eksotermis
Padatan 39,99719/molar - Reaktif dengan
Natrium - Titik lebur 38oC oksidator dan
2. Khusus
Hidroksida - Titik didih 1390oC logam
(NaOH) - Tidak mudah
terbakar
- Bersifat korosif
dan higroskopis

- Densitas 1,84 kg pada - Asam kuat


suhu 40oC - Bersifat Korosif
Asam Sulfat
- Berat molekul 98 - Bersifat sangat
3. (H2SO4) Khusus
gr/mol reaktif
Pekat
- Titik didih : 315.338oC - Memiliki elektron
- Titik lebur : 10oc valensi dua
- Berwarna putih - Larutan dalam
Padatan
- Titik lebur : 334oC alkohol
Kalium
4. Khusus - Titik didih : 400oC - Pengoksidasi kuat
Nitrat
- Massa molar :101,103
(KNO3)
g/mol
5. Asam Khusus - Massa molar : 36,46 - Dapat dilarutkan

7
Klorida gr/mol dalam alkali
(HCl) 1 M - Titik lebur :27,31oC hidrokloro forum
- Titik didih 110oC dan eter
- Oksidator kuat
- Racun bagi
pernapasan

- Massa molar : 37,8871 - Larut dalam air


Natrium gr/ mol - Reaktif dengan
Hidroksida - Massa jenis 2,1 g/ cm3 oksidator dan
6. Khusus
(NaOH) 1 - Warna putih logam
M - Titik lebur : 318oC - Bersifat korosif
- Titik didih : 1390oC dan higroskopis
- Tidak dapat
- Titik didih : 100oC
terbakar
- Tidak berwarna
- Tidak beracun
7. Aquadest Umum - Berat molekul 18,01
- Memiliki pH 7
gr/mol
(netral)
- Berbentuk cairan

8
E. Prosedur kerja
1. Reaksi Penetralan
HCl 1 M NaOH 1 M
- Memasukkan 5 ml - Memasukkan 5 ml
larutan HCl 1 M ke larutan NaOH 1 M ke
dalam tabung reaksi (A) dalam tabung reaksi (B)
- Mengukur temperatur - Mengukur temperatur
larutan tersebut larutan tersebut

- Memasukkan larutan NaOH ke dalam


tabung reaksi yang berisi HCl.
- Mengocok tabung reaksi secara perlahan.
- Mengamati perubahan temperatur.
- Mencatat temperaturnya setiap 60 detik
selama 5 menit.

Suhu Awal HCl : 31oC


Suhu Awal NaOH : 30oC
Suhu Akhir : 35oC

9
2. Reaksi Penetralan
a, Padatan NH4NO3

- Memasukkan 5 ml aquadest ke dalam tabung rekasi dan


mengukur temperaturnya.
- Menambahkan padatan NH4NO3 ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 spatula.
- Mengocok tabung reaksi secara perlahan
- Mengamati perubahan temperatur dan mencatat
temperaturnya setiap 60 detik selama 3 menit.
Mencatat temperaturnya setiap 60 detik selama 5 menit.

Suhu Awal : 30oC


Suhu Akhir : 26oC

b. Padatan NaOH

- Memasukkan 5 ml aquadest ke dalam tabung reaksi dan


mengukur temperaturnya.
- Menambahkan padatan NaOH ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 spatula.
- Mengocok tabung reaksi secara perlahan
- Mengamati perubahan temperatur dan mencatat
temperaturnya setiap 60 detik selama 3 menit.
Mencatat temperaturnya setiap 60 detik selama 5 menit.

Suhu Awal : 30oC


Suhu Akhir : 44oC

10
b. H2SO4 Pekat

- Memasukkan 5 ml aquadest ke dalam tabung reaksi dan


mengukur temperaturnya.
- Menambahkan 15 tetes H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi s
- Mengocok tabung reaksi secara perlahan
- Mengamati perubahan temperatur dan mencatat
temperaturnya setiap 60 detik selama 3 menit.

Suhu Awal : 30oC


Suhu Akhir : 33oC

c. Padatan KNO3

- Memasukkan 5 ml aquadest ke dalam tabung reaksi dan


mengukur temperaturnya.
- Menambahkan padatan KNO3 ke dalam tabung reaksi
sebanyak 1 spatula.
- Mengocok tabung reaksi secara perlahan
- Mengamati perubahan temperatur dan mencatat
temperaturnya setiap 60 detik selama 3 menit.
Mencatat temperaturnya setiap 60 detik selama 5 menit.

Suhu Awal : 30oC


Suhu Akhir : 29oC

11
F. Hasil Pengamatan
1. Reaksi Penetralan
T2
Larutan T1 (60 s) (120 s) (180 s) (240 s) (300 s)
HCl 1 M 31oC
35oC 35oC 35oC 35oC 35oC
NaOH 1 M 30oC

2. Reaksi Pelarutan
Suhu
Persamaan Jenis Diagram Tingkat
No. Akhir
Reaksi Awal Reaksi Energi
1 2 3

NH4NO3 (aq)

NH4NO3 (s) + H2O (l) ⥃


1 NH4NO3 (aq) 300C 250C 260C 260C Endoterm
0-
NH4NO3 (s) +
H2O(l)

NaOH (s) +
H2O(l)

NaOH (s) + H2O(l) →


2 300C 470C 47℃ 47℃ Eksoterm
NaOH (aq) 0-

NaOH (aq)

12
NH4NO3 (aq)

H2SO4 (l) + H2O (l) →


3 300C 330C 33℃ 33℃ Eksoterm
H2SO4 (aq)
0-
NH4NO3 (s) +
H2O(l)

NaOH (s) +
H2O(l)

KNO3 (s) + H2O (l) →


4 300C 280C 28℃ 29℃ Endoterm 0-
KNO3 (aq)

NaOH (aq)

NH4NO3 (aq)

0-
NH4NO3 (s) +
H2O(l)

13
G. Pembahasan
Reaksi Penetralan
Reaksi penetralan merupakan reaksi yang terjadi antara asam dan basa.
Reaksi asam-basa dalam medium air biasanya menghasilkan garam dan
air, yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain

H+ dan suatu anion selain OH‑ atau O2-.

Reaksi I
2HCl + Mg → MgCl2 + H2
Pada reaksi diatas, mula-mula HCL bersuhu 290C setelah
ditambahkan dengan Mg, suhu bertambah menjadi 340C, yang berarti pada
reaksi ini, suhu campuran reaksi mengalami kenaikan, karena sistem
melepaskan kalor kelingkungan. Jadi reaksi ini disebut sebagai reaksi
eksoterm.

Reaksi II
CaO + H2O → Ca(OH)2

14
Pada reaksi diatas, mula-mula H2O bersuhu 290C setelah
ditambahkan dengan CaO, suhu bertambah menjadi 300C, yang berarti
pada reaksi ini, suhu campuran reaksi mengalami kenaikan, karena sistem
melepaskan kalor kelingkungan. Jadi reaksi ini disebut sebagai reaksi
eksoterm.

Reaksi III
NaOH + H2O → Na+ + OH-
Pada reaksi diatas, mula-mula H2O bersuhu 290C setelah
ditambahkan dengan NaOH, suhu bertambah menjadi 330C, yang berarti
pada reaksi ini, suhu campuran reaksi mengalami kenaikan, karena sistem
melepaskan kalor kelingkungan. Jadi reaksi ini disebut sebagai reaksi
eksoterm.

Reaksi IV
Co(NH2)2 + H2O → Co2 + 2NH3
Pada reaksi diatas, mula-mula H2O bersuhu 290C setelah
ditambahkan dengan Co(NH2)2, suhu berkurang menjadi 280C, yang
berarti pada reaksi ini, suhu campuran reaksi mengalami penurunan,
karena terjadi penyerapan kalor oleh sistem dari lingkungan. Jadi reaksi ini
disebut sebagai reaksi endoterm.

Reaksi V
NH4Cl + H2O → NH4+ + Cl-
Pada reaksi diatas, mula-mula H2O bersuhu 290C setelah
ditambahkan dengan NH4Cl, suhu berkurang menjadi 280C, yang berarti
pada reaksi ini, suhu campuran reaksi mengalami penurunan, karena
terjadi penyerapan kalor oleh sistem dari lingkungan. Jadi reaksi ini
disebut sebagai reaksi endoterm.

15
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa, 2 jenis zat atau larutan dicampur akan membentuk
suatu reaksi kimia apabila diukur suhu akhirnya mengalami kenaikan
dibandingkan suhu awalnya maka reaksi tersebut termasuk reaksi
eksoterm karena sistem melepaskan kalor kelingkungan sedangkan apabila
mengalami penurunan suhu maka disebut reaksi endoterm karena terjadi
penyerapan kalor dari lingkungan ke sistem.

16
17
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2010. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Gammon, Raymond. 2013. General Chemistry. USA : Houston Mifflin Company.
Howan. 2019. Kajian Kalor Reaksi Tembaga Sulfat (CuSO4.5H2O) Melalui Prototipe
Kalorimeter. Jurnal Kimia. Vol.4 (1) : 2598-5868.
Lestari. 2018. Deskripsi Miskonsepsi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Termokimia Pada
Siswa Kelas XI MAN Kubu Raya. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol.7 (9).
Maleque. 2013. Effect Of Exothermic / Endothermic Chemical. Journal Thermodynamics.
Vol.
Mulyanti, Sri. 2015. Kimia Dasar Jilid I. Bandung : Alfabeta.
Nayak, Sharaddha. 2014. Exothermic Reaction For An Experimental Study. Journal
Chemistry. Vol. 1 (10) : 2348-991X.
Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Sugiawati, Vinsenia. 2013. Penggunaan Strategi Konflik Kognitif Dalam Pembelajaran TPS
Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Termokimia. Jurnal Nalar
Pendidikan. Vol.1 (1) : 2339 : 0794.
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai