Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN SIFAT KIMIA FISIKA BAHAN

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

Dosen Pengampu:
Endang Ciptawati, S.Si., M.Si
Dr. Nazriati, M.Si

Oleh:

Kelompok 1 Offering D 2020

Affriza Sefi Azzahra (200331618909)


Agustin Tria Retnani (200331618824) ***
Dyna Silviana (200331618914)

LABORATORIUM KIMIA FISIKA DEPARTEMEN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2022
A. Tujuan
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat menentukan kelarutan zat
pada berbagai suhu dan menentukan kalor pelarutan differensial.

B. Dasar Teori
Kelarutan merupakan ukuran banyaknya zat terlarut yang akan melarut dalam
pelarut pada suhu tertentu. Dua zat yang memiliki jenis dan besar gaya antar molekul
yang sama akan cenderung saling melarutkan. Kelarutan didefinisikan sebagai jumlah
maksimum zat terlarut yang melarut dalam sejumlah pelarut tertentu dan pada suhu
tertentu. Suhu berpengaruh terhadap kelarutan beberapa senyawa ionik di dalam air.
Secara umum, meskipun tidak semua kelarutan zat padatan meningkat dengan
meningkatnya suhu. Contohnya, proses pelarutan CaCl2 ialah proses eksotermik dan
pelarutan NH4NO3 endotermik. Namun, kelarutan kedua senyawa itu meningkat
dengan meningkatnya suhu (Roni & Herawati, 2019).
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya bervariasi
(Barosoh, 2004). Larutan dibedakan menjadi tiga diantaranya, larutan jenuh, larutan
tidak jenuh dan larutan lewat jenuh. Apabila batas kelarutan tercapai, maka zat yang
dilarutkan akan dalam batas kesetimbangan. Hal ini menandakan apabila zat terlarut
ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh. Kemudian apabila zat yang dilarutkan
dikurangi akan terjadi larutan tidak jenuh. Oleh karena itu, suhu perlarutan sangat
berpengaruh terhadap kesetimbangan (Sukardjo, 1997).
Larutan jenuh merupakan larutan yang dibuat dengan larutan yang mengandung
solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan. Dengan kata lain bahwa larutan yang
partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan
zat). Larutan jenuh ini terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion < Ksp. Kemudian untuk
larutan tidak jenuh merupakan larutan yang mengandung zat terlarut dengan
konsentrasi lebih kecil daripada larutan jenuh dan larutan yang mengandung sejumlah
solute yang larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya. Larutan
tidak jenuh ini terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp. Sedangkan larutan lewat
jenuh merupakan larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang
diperlukan untuk larutan jenuh. Dengan kata lain bahwa larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan lewat jenuh ini terjadi terjadi
apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp. (Yusnidar, 2019).
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan
yang tidak larut. Keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut :

A(p)↔ A(l)
Dimana :
A (l) : molekul zat terlarut
A (p) : molekul zat yang tidak larut
Tetapan kesimbangan proses pelarutan tersebut :
𝑎𝑧 𝑎𝑧
k= = = Yzmz
𝑎𝑧∗ 1
Dimana :
az : keaktifan zat yang larut
az : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat
dalam keadaan standar
yz : koefisien keaktifan zat yang larut
mz : kemolalan zat yang larut yang karena larutan jenuh disebut kelarutan

Hubungan antara tetapan kesetimbangan dengan suhu dirumuskan oleh Van’t Hoff :
𝑑𝐼𝑛𝑠 𝑑∆𝐻
=
𝑑𝑇 𝑅𝑇 2
∆𝐻
∫ 𝑑 𝐼𝑛 𝑠 = ∫ 𝑑𝑇
𝑅𝑇 2
∆𝐻
In s = − +C
𝑅𝑇
∆𝐻 1
Log s =− +C
2,303𝑅 𝑇
𝑠2 ∆𝐻 𝑇2− 𝑇1
Atau In = [ ]
𝑠1 𝑅 𝑇2𝑇1
Dimana :
ΔH = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)
R = konstanta gas ideal (1,987 kal/g mol K)
T = suhu (K)
s = kelarutan per 1000 gr solute
C. Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan :

1. Beaker glass 1000 mL 7. Erlenmeyer


2. Beaker glass 250 mL dan 100 mL 8. Labu ukur
3. Tabung reaksi besar 9. Kaca arloji
4. Batang pengaduk 10. Buret dan statif
5. Termometer 11. Kaki tiga dan kasa
6. Pipet volume 12. Spiritus
Bahan yang dibutuhkan :

1. Asam oksalat 4. Aquades


2. NaOH 1M 5. Es
3. Indikator fenolftalein

D. Langkah Kerja
1. Langkah Kerja

Asam Oksalat

- Diambil 50 mL larutan asam oksalat yang telah dididihkan pada gelas


beaker kecil.
- Diukur suhu menggunakan termometer hingga mencapai 60˚C,
kemudian dimasukkan gelas beaker kecil ke dalam gelas beaker besar
yang sudah diisi es.
- Diaduk larutan hingga suhu turun sampai 40˚C, kemudian larutan dipipet
10 mL dan diencerkan hingga 100 mL dalam labu ukur 100 mL.
- Diambil larutan hasil pengenceran sebanyak 10 mL dan diletakkan pada
erlenmeyer.
- Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes.
- Dilakukan titrasi menggunakan buret yang telah diisi dengan larutan
NaOH.
- Dicatat volume yang diperoleh dari hasil titrasi.
- Dilakukan proses yang sama pada asam oksalat dengan suhu 30˚C, 20˚C,
dan 10˚C.
- Pada setiap temperatur, dilakukan percobaan secara duplo.

Hasil

2. Skema Alat Percobaan


E. Data pengamatan
Suhu Suhu (K) Volume Volume NaOH
(oC) H2C2O4
V1 V1 Rata-Rata
40 313 10 mL 3,6 mL 3,4 mL 3,5 mL
30 303 10 mL 3,0 mL 2,9 mL 2,95 mL
20 293 10 mL 2,0 mL 1,7 mL 1,85 mL
10 283 10 mL 1,5 mL 1,6 mL 1,55 mL

● Konsentrasi Asam Oksalat


a) Pada suhu 40˚C
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 1
M C2H2 O4 = M NaOH ×V NaOH × ×
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐶2𝐻2𝑂4 𝑉𝐶2𝐻2𝑂4
1𝐿 1 𝐸𝑘𝑣 1 1000 𝑚𝐿
= 1M × 3,5 mL × × × ×
1000 𝑚𝐿 2 𝐸𝑘𝑣 100 1
= 0,0175 M
b) Pada suhu 30˚C
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 1
M C2H2 O4 = M NaOH ×V NaOH × ×
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐶2𝐻2𝑂4 𝑉𝐶2𝐻2𝑂4
1𝐿 1 𝐸𝑘𝑣 1 1000 𝑚𝐿
= 1M × 2,95 mL × × × ×
1000 𝑚𝐿 2 𝐸𝑘𝑣 100 1
= 0,01475 M
c) Pada suhu 20˚C
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 1
M C2H2 O4 = M NaOH ×V NaOH × ×
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐶2𝐻2𝑂4 𝑉𝐶2𝐻2𝑂4
1𝐿 1 𝐸𝑘𝑣 1 1000 𝑚𝐿
= 1M × 1,85 mL × × × ×
1000 𝑚𝐿 2 𝐸𝑘𝑣 100 1
= 0,00925 M
d) Pada suhu 10˚C
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 1
M C2H2 O4 = M NaOH ×V NaOH × ×
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐶2𝐻2𝑂4 𝑉𝐶2𝐻2𝑂4
1𝐿 1 𝐸𝑘𝑣 1 1000 𝑚𝐿
= 1M × 1,55 mL × × × ×
1000 𝑚𝐿 2 𝐸𝑘𝑣 100 1
= 0,00775 M

● Perhitungan Kalor Pelarutan Differensial


Temperature Konsentrasi Log M ln M 1/T (K)
(˚C) C2H2O4

40 ˚C = 313 K 0,0175 M -1,7569 -4,0456 0,0032

30 ˚C = 303 K 0,01475 M -1,8312 -4,2165 0,0033


20 ˚C = 293 K 0,00925 M -2,0338 -4,6831 0,0034

10 ˚C = 283 K 0,00775 M -2,1106 -4,8601 0,0035

𝑀(𝑇2) 𝛥𝐻𝐷𝑆 𝑇2 − 𝑇1
𝑙𝑜𝑔 = [ ]
𝑀(𝑇1) 2,303 𝑅 𝑇2 ⋅ 𝑇1

1. Kalor diferensial untuk data 1 dan 2


0,0175 𝛥𝐻𝐷𝑆 313 − 303
𝑙𝑜𝑔 = [ ]
0,01475 2,303 (8,314 𝐽 𝐾) 313 𝑥 303
𝑚𝑜𝑙
𝛥𝐻𝐷𝑆
𝑙𝑜𝑔 1,186 = [0,0001054]
𝐽
19,147 𝐾)
𝑚𝑜𝑙
𝐽
𝛥𝐻𝐷𝑆 = 13.458,25
𝑚𝑜𝑙

2. Kalor diferensial untuk data 2 dan 3


0,01475 𝛥𝐻𝐷𝑆 303 − 293
𝑙𝑜𝑔 = [ ]
0,00925 2,303 (8,314 𝐽
𝐾) 303 𝑥 293
𝑚𝑜𝑙
𝛥𝐻𝐷𝑆
log 1,595 = [0,0001126]
𝐽
19,147 𝐾)
𝑚𝑜𝑙
𝐽
𝛥𝐻𝐷𝑆 = 34.478,32
𝑚𝑜𝑙

3. Kalor diferensial untuk data 3 dan 4


0,00925 𝛥𝐻𝐷𝑆 293 − 283
𝑙𝑜𝑔 = [ ]
0,00775 2,303 (8,314 𝐽 𝐾) 293 𝑥 283
𝑚𝑜𝑙
𝛥𝐻𝐷𝑆
𝑙𝑜𝑔 1,194 = [0,0001205]
𝐽
19,147 𝐾)
𝑚𝑜𝑙
𝐽
𝛥𝐻𝐷𝑆 = 12.235,7
𝑚𝑜𝑙

F. Analisis Data dan Pembahasan


Percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu bertujuan untuk menentukan
kelarutan suatu zat pada berbagai suhu dan menentukan kalor differensial pelarutnya
dimana suhu merupakan factor yang mempengaruhi kelarutan. Apabila suhu larutan
larutan tinggi maka semakin besar kelarutannya. Prinsip dari percobaan kali ini
adalah menentukan kelarutan dari asam oksalat dari berbagai suhu mulai dari 40℃,
30℃, 20℃, dan 10℃ dengan menggunakan metode titrasi. Titran yang digunakan
untuk titrasi adalah NaOH 1M dan titrat yang digunakan adalah asam oksalat yang
telah diencerkan. Asam oksalat berbentuk padatan kristal berwarna putih dengan
rumus H2C2O4 yang memiliki karakteristik kelarutan yang sensitive terhadap suhu
sehingga asam oksalat digunakan dalam percobaan kali ini.
Pada percobaan kali ini mula-mula dilarutkan asam oksalat dalam akuades
sambil dipanaskan hingga suhu 60℃ dengan tujuan agar asam oksalat dapat larut
sempurna. Asam oksalat akan mengendap jika suhunya kurang dari 60℃ dan jika
suhunya diatas 60℃ maka asam oksalat akan menguap. Berikut reaksi asam oksalat
dengan air.
C2H2O4 (s) + H2 O(l) → C2H2O4 (aq)
Setelah larutan asam oksalat sudah jenuh, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi besar dan dimasukkan dalam beaker glass yang telah diisi air dan es, es
berfungsi untuk menurunkan suhu dari larutan asam oksalat kemudian diukur
suhunya dengan thermometer alcohol.
Ketika suhu larutan asam oksalat sudah mencapai 40℃, 30℃, 20℃, dan
10℃, diambil larutan asam oksalat dengan menggunakan pipet volume sebanyak 10
mL kemudian di encerkan dengan akuades menggunakan labu ukur hingga
volumenya 100 mL. Tujuan dilakukannya pengenceran agar konsentrasi dari asam
oksalat menurun sehingga ketika dititrasi prosesnya berlangsung cepat. Setelah
dilakukan pengenceran, diambil 10 mL tersebut kemudian ditambahkan 2 tetes
indicator pp. Indicator pp bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi dan
digunakannya indicator pp karena asam oksalat merupakan asam lemah dan NaOH
adalah basa kuat sehingga pada akhir titrasi larutan akan bersifat basa yang
mengakibatkan indicator pp akan berwarna merah muda hingga merah tua pada pH
basa yaitu diatas pH 9,0. Berikut reaksi yang terjadi ketika asam oksalat dititrasi
dengan NaOH
C2H2O4 (aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O3 (aq) + 2H2O(l)
Volume rata-rata NaOH yang digunakan pada suhu asam oksalat 40℃,
30℃, 20℃, dan 10℃ adalah 3,5 mL, 2,95 mL, 1,85 mL, dan 1,55 mL. Dengan data
tersebut konsentrasi asam oksalat pada suhu 40℃, 30℃, 20℃, dan 10℃ dapat
ditentukan. Konsentrasi asam oksalat pada suhu 40℃, 30℃, 20℃, dan 10℃ berturut-
turut adalah 0,0175 M, 0,01475 M, 0,00925 M, dan 0,00775 M. Sehingga dari hasil
titrasi tersebut dapat diketahui bahwa volume NaOH yang digunakan untuk
menitrasi berkurng seiring dengan menurunnya suhu dari asam oksalat. Jumlah asam
oksalat yang larut sebanding dengan volume larutan NaOH yang digunakan
sehingga banyaknya partikel yag larut dipengaruhi oleh konsentrasi larutan. Maka
dari itu, ketika konsentrasi larutan tinggi maka volume titran yang digunakan akan
semakin banyak sehingga kelarutan semakin besar.
Setelah didapatkan data konsentrasi larutan asam oksalat pada suhu 40℃,
30℃, 20℃, dan 10℃ selanjutnya dapat ditentukan hubugan antara log M terhadap
1/T.
Grafik yang diperoleh sebagai berikut:
0
0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034 0,00345 0,0035 0,00355

-0,5

-1
Log M

-1,5 y = -1263,7x + 2,3003


R² = 0,9611
-2

-2,5
1/T

Dengan menggunakan grafik dapat dihitung kalor differensial sebagai berikut:


𝛥𝐻𝐷𝑆
𝐺𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 = −
2,303 . 𝑅
𝛥𝐻𝐷𝑆
−1263,7 = −
2,303 . 𝑅
𝛥𝐻𝐷𝑆 = 1263,7 × 2,303 × 8,314
24.196,2 𝐽
𝛥𝐻𝐷𝑆 =
𝑚𝑜𝑙
24,196 𝑘𝐽
𝛥𝐻𝐷𝑆 =
𝑚𝑜𝑙
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelarutan asam oksalat berkurang seiring menurunnya suhu. Pada suhu 40°C
kelarutan asam oksalat sebesar 0,0175 M, pada suhu 30°C sebesar 0,01475 M,
pada suhu 20°C sebesar 0,00925 M, dan pada suhu 10°C sebesar 0,00775 M.
2. Kalor differensial pelarutan asam oksalat sebesar 24,196 kJ/mol. Nilainya
bernilai positif yang artinya proses kelarutan berlangsung secara endoterm.

H. Daftar Pustaka
Barosoh, Umi L.U. 2004. “Diktat Kimia Dasar 1”. Banjar Baru: Universitas Lambung
Mangkurat.
Cahyani, Rahayu. 2011. Jurnal Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Daniels et al. 1970. Experimental Pgysical Chemistry 7th Ed. New York: Mc Graw
Hill.
Roni, K. A., & Herawati, N. (2019). KIMIA FISIKA 1. Palembang: Rafah Press UIN
Raden Fatah Palembang.
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB
Sukardjo, Pr. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Tim Kimia Fisika. 2017. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Tony Bird. 1987. Penuntun Praktikum untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia.

Yusnidar, Yusuf. 2019. Belajar Mudah kimia Analisis. Jakarta: EduCenter Indonesia.
Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa yang dimaksud dengan kalor differensial?


Kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol zat dilarutkan dalam satu
mol pelarut, yang mana pada kalor differensial bergantung pada konsentrasi
larutan.
2. Jika proses berupa proses endoterm, bagaimana perubahan harga kelarutan jika
suhu dinaikkan?
Pada proses endoterm, naiknya suhu dapat meningkatkan energi kinetik partikel
sehingga terjadi tumbukan antar partikel dan membuat kelarutannya semakin
tinggi. Jadi pelarut dengan suhu tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut
daripada pelarut dengan suhu yang lebih rendah.
I. Lampiran

NaOH 1M Proses pengaturan suhu Asam oksalat suhu 40C

Asam Oksalat suhu 30C Titrasi suhu 40C Titrasi suhu 30C

Titrasi suhu 20C Titrasi suhu 10C

Anda mungkin juga menyukai