Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI KINETIKA KIMIA I

REAKSI OKSIDASI IODIDA OLEH HIDROGEN PEROKSIDA


(PENGARUH KATALIS PADA REAKSI)

Oleh:

Fransiskus Tri Wahyu Hananto

652016021

Program Studi Kimia

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017
LAPORAN RESMI KINETIKA KIMIA I

Nama/Nim : Fransiskus Tri Wahyu Hananto (652016021)

Kelompok : Kelompok IV, Siang 12.00-16.00

Judul : Acara 2

Reaksi Oksidasi Iodida oleh Hidrogen Peroksida

(Pengaruh Katalis pada Reaksi)

TanggalPraktikum :Rabu, 8 November 2017

DASAR TEORI

Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi persatuan waktu. Perubahan konsentrasi


molekul reaktan atau konsentrasi molekul produk terhadap waktu akan terlihat adanya laju reaksi
kimia. Laju rekasi tidak tetap, melainkan berubah terus menerus seiring dengan perubahan
konsentrasi (Chang,2006).

Hidrogen peroksida bereaksi dengan iodida dalam suasana asam akan didapatkan persamaan
reaksi:

H2O2(aq) + 2I-(aq) + 2H+(aq) I2(aq) + 2H2O(l) (1)

Hasil akhir dari reaksi tersebut adalah iodium. Iodium dapat dideteksi dengan adanya
perubahan warna dengan cara ditambahkan larutan kanji. Cara untuk mengukur laju adalah
dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi iodium dalam jumlah tertentu.
Jumlah tertentu tersebut ditentukan dengan mereaksikan iodium dengan tiosulfat, persamaan
reaksinya:

I2(aq) + 2S2O32- (aq)  2I-(aq) + S4O62-(aq) (2)

Setelah tiosulfat telah bereaksi semua maka kelebihan iodium akan bereaksi dengan pati
membentuk larutan yang berwarna biru.

Pada persamaan 1 didapat rumus hukum laju:

Laju = k[I-]n[H2O2]m[H+]p

Dalam proses reaksi konsentrasi asam tetap maka luruh dalam tetapan laju reaksi sehingga
hukum laju:
Laju = k’[I-]n[H2O2]m

Bila reaksi ini merupakan reaksi irreversibel (karena adanya natrium tiosulfat yang akan
merubah iodium bebas menjadi asam iodida kembali) kecepatan reaksi yang terjadi besarnya
seperti pada reaksi pembentukannya, sampai konsentrasi terakhir tak berubah (Bird,1993). Pada
larutan yang mempunyai keasaman tinggi atau kadar iodida yang tinggi akan didapatkan
kecepatan reaksi yang lebih besar. Untuk menghitung kecepatan reaksi, yang dapat dihitung
adalah penjabaran kecepatan reaksi yang memerlukan besarnya konstanta kecepatan reaksi.
Menurut teori tumbukan, molekul A dan B akan bereaksi menjadi C apabila kedua molekul
tersebut bertumbukan secara intensif.
Hubungan laju reaksi dengan temperatur dijelaskan melalui persamaan Arhenius.
kenaikan temperatur akan meningkatkan gerakan molekul. Semakin banyak molekul yang
bergerak dengan kecepatan rata- rata tinggi akan memperbesar peluang terjadinya tumbukan
efektif, yaitu tumbukan yang mencapai energi pengaktifan, sehingga laju reaksi akan meningkat.
Dibawah ini adalah grafik yang menggambarkan energi kinetik molekul pada dua temperatur
yang berbeda, dimana energi aktivasi pada suhu yang lebih tinggi (T2 ) lebih kecil dari pada
energi aktivasi pada suhu rendah (T1 ).

Grafik1 Energi aktivasi pada dua temperatur yang berbeda

Konstanta laju reaksi (k) bergantung pada temperatur (T) dan besarnya energy aktivasi
(Ea).Hubungan k, T, dan Ea dapat dinyatakan dalam persamaan Arrhenius sebagai berikut :
−Ea
kAe RT ……………………………………………..(2.2)
Ea
ln k = ln A RT………………………………….…….(2.3)

Dimana A adalah faktor frekuensi dan R adalah konstanta gas (Schwedt, 1994).

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi
tetapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih
cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi (Chang, 2006).
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh
sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana
pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi
lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis
lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk
suatu perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu
proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di
mana C melambangkan katalisnya:
A + C → AC
B + AC → AB + C
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh reaksi
2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :
A + B + C → AB + C

Ada 2 jenis katalis :

1. Katalis pasif yaitu katalis yang tidak ikut bereaksi, hanya sebagai media reaksi saja.
2. Katalis aktif yaitu katalis yang ikut terlibat reaksi dan pada akhir rekasi terbentuk
kembali.

TUJUAN

1. Menentukan pengaruh katalis terhadap laju reaksi.


2. Menentukkan energi aktivasi dan faktor preeksponensial untuk reaksidengan katalis dan tanpa
katalis.

ALAT, BAHAN DAN METODE

Alat :

 Pipet volume  Beaker glass  Serbet


 Neraca 2 digit  Bunsen  Waterbath
 Neraca 4 digit  Kassa  Freezer
 Korek api  Erlenmeyer  Pilius
 Labu takar  Spatula
 Pipet tetes  Termometer

Bahan :

 H2SO4 1M  Aquades
 KI 0,1  H2O2 0,5M ;
 Na2S2O3 0,1M  (NH4)6Mo7O24.4H2O 5 x 10-5 M
 Pati 1%

Metode :

A. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi

1. Semua peralatan yang digunakan dibilas dengan air kran sebanyak 1 kali dan dengan
air aquades sebanyak 3 kali
2. Disiapkan larutan yang akan digunakan : H2SO4 1M; KI 0,1 M; Na2S2O3 0,1M; pati
1%; (NH4)6M07O24.4H2O 5x10-5 M dan H2O2 0,5M
3. Disiapkan 3 jenis campuran. Campuran I = 10 ml H2SO41M ; 20 ml KI 0,1 ; 10 ml
Na2S2O3 0,1M ; 40 ml pati 1% dan 420 ml aquades. Campuran II = 12 ml H2O20,5M ;
13 ml aquades. Campuran III (NH4)6M07O24.4H2O 5x10-5 M dan aquades sesuai
dengan rincian pada tabel 1.1
4. Diukur suhu awal masing-masing campuran lalu dirata-rata per komposisi. Semua
percobaan dilakukan pada suhu yang sama
5. Campuran 2 dan campuran 3 ditambahkan bersamaan kedalam campuran 1 dan
perhitungan waktu dimulai
6. Perhitungan waktu dihentikan ketika muncul warna biru dalam campuran
7. Suhu campuran diukur setelah reaksi (perubahan warna terjadi)
8. Percobaan dilakukan secara duplo

Tabel 1.1

Campuran Campuran II
NO Campuran III (ml)
I (ml) (ml)

1 25 25 0

2 25 25 2ml (NH4)6M07O24.4H2O 5x10-5 M + 23 ml aquades

3 25 25 4ml (NH4)6M07O24.4H2O 5x10-5 M + 21ml aquades

4 25 25 6ml (NH4)6M07O24.4H2O 5x10-5 M + 19 ml aquades


5 25 25 8ml (NH4)6M07O24.4H2O 5x10-5 M + 17 ml aquades

B. Penentuan energy aktivasi dan factor preeksponensial reaksi dengan katalis

1. Percobaan 1 diulangi dengan menggunakan komposisi 3 pada icebath dan waterbath


50oC
2. Percobaan dilakukan secara duplo

PEMBUATAN LARUTAN

a. Pembuatan KI 0,1 M

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑊 𝑣 (𝑚𝑙)

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 = ×
166,602 25

Gram = 0,415 gram.

Ditimbang 0,415 gram KI kemudian dilarutkan dengan sedikit akuades hingga larut.
Larutan kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan akuades
kedalamnya hing gagaris tera. Dihomogenkan.

b. Pembuatan pati 1%
40 𝑚𝑙
× 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
100 𝑚𝑙

Ditimbang 0,4 gram pati dilarutkan dengan akuades 40 ml. diaduk dan dipanaskan larutan
hingga mendidih.

c. PembuatanNa2S2O3 0,1 M

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑊 𝑣 (𝑚𝑙)

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 = ×
248,23 25

Gram = 0,6206 gram.

Ditimbang 0,6206 gram Na2S2O3 kemudian dilarutkan dengan sedikit akuades hingga
larut. Larutan kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan akuades
kedalamnya hingga garis tera dan dihomogenkan.
d. Pembuatan H2O2

Pekat 30% ≈ 12,91M

M1 . V1= M2 . V2

12,91.V1= 0,5 . 250

V1 = 9,68 ml

Diambil 9,68 ml H2O230% lalu dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan
akuades kedalamnya hingga garis tera dan dihomogenkan.

e. Pembuatan H2SO4 1 M
10 𝑥 % 𝑥 𝑑
[H2SO4] pekat = 𝑀𝑤
10 𝑥 96 𝑥1,84
= = 18 M
98,08

M1 . V1 = M2 . V2
18 .V1= 1 .10
V1 = 0,56 ml

Diambil 0,56 ml larutan H2SO4 pekat dimasukkan kedalam beacker glass dan ditambahkan
9,44 ml aquades.

f. Pembuatan (NH4)6M07O24.4H2O 5x10-5 M

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= ×
𝑀𝑊 𝑣 (𝑚𝑙)
-5 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
5x10 = 1235,86 × 100
Gram = 0,0062 gram.

Ditimbang 0,0062 gram (NH4)6M07O24.4H2O dan dilarutkan dengan sedikit aquades. Lalu
larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquades sampai garis tera
dan dihomogenkan.

HASIL PENGAMATAN

A.
Exp T campuran (OC) T akhir (OC) Waktu (s)
I II III I II I II
1 28 28 - 28 28 75 60
2 28 28 29 28 28 46 55
3 28 28 29 28 28 28 59
4 28 28 29 28 28 22 25
5 28 28 29 28 28 16 18
B. Waterbath
Exp T campuran (OC) T akhir (OC) Waktu (s)

I II III I II I II

3 50 50 50 50 50 4 6

Icebath
Exp T campuran (OC) T akhir (OC) Waktu (s)

I II III I II I II

3 14 14 14 14 14 38 37

PERHITUNGAN

Pengaruh konsentrasi reaktan pada laju reaksi kimia


Diketahui:
[KI] = 0,1 M, [Na2S2O3] = 0,1, dan [H2O2] = 0,5 M

Tabel perhitungan konsentrasi


Volume Volume
[KI] Volume Moles [Na2S2O3] Moles [H2O2] Moles
Run Na2S2O3 H2O2
mol/L KI (L) KI mol/L Na2S2O3 mol/L H2O2
(L) (L)
1 0,1 0,02 0,02 0,1 0,01 0,001 0,5 0,012 0,006
2 0,1 0,02 0,02 0,1 0,01 0,001 0,5 0,012 0,006
3 0,1 0,02 0,02 0,1 0,01 0,001 0,5 0,012 0,006
4 0,1 0,02 0,02 0,1 0,01 0,001 0,5 0,012 0,006
5 0,1 0,02 0,02 0,1 0,01 0,001 0,5 0,012 0,006

Tabel perhitungan konsentrasi mula-mula


Initial moles [KI]0 Initial moles Na2S2O3 Initial moles [H2O2]0
Run
KI mol/L Na2S2O3 mol/L H2O2 mol/L
1 0,02 0,2 0,001 0,01 0,006 0,06
2 0,02 0,2 0,001 0,01 0,006 0,06
3 0,02 0,2 0,001 0,01 0,006 0,06
4 0,02 0,2 0,001 0,01 0,006 0,06
5 0,02 0,2 0,001 0,01 0,006 0,06

Tabel perhitungan laju awal


Exp mol H2O2 used V total (L) [H2O2] used mol/L t (s) rate (M/s)
1 0,003 50 0,15 67,5 2,222 x 10-3
2 0,003 75 0,225 50,5 4,455 x 10-3
3 0,003 75 0,225 53,5 4,205 x 10-3
4 0,003 75 0,225 23,5 9,574 x 10-3
5 0,003 75 0,225 17 0,013 x 10-3

Table logaritma
Exp Log (rate) [H2O2]0 Log [H2O2]0 [I-]0 Log [I-]0
1 -2,653 0,06 -1,222 0,2 -0,699
2 -2.351 0,06 -1,222 0,2 -0,699
3 -2.376 0,06 -1,222 0,2 -0,699
4 -2,018 0,06 -1,222 0,2 -0,699
5 -4,886 0,06 -1,222 0,2 -0,699
Dari tabel diatas, dapat diperoleh 2 grafik untuk menentukkan orde reaksi [H2O2] dan [I-]. Grafik diatas
diperoleh dari persamaan berikut:
v = k[H2 O2 ]m [I − ]n
log v = log k + m log [H2 O2 ] + n log [I − ]
Orde reaksi [H2O2] diperoleh dari persamaan:
log v = m log[H2 O2 ] + (n log[I − ] + log k)
Orde reaksi [I-] diperoleh dari persamaan:
log v = m log[I − ] + (n log[H2 O2 ] + log k)

Grafik log (rate) terhadap log [H2O2]0

Log [H2O2]0
-1.221511
-3000 -2000 -1000 0 1000
y = 1,222
R² = 5E-17
Log rate

Log [H2O2]0
Linear (Log [H2O2]0)

-1.224077
Log (H2O2)0
Grafik Log (rate) terhadap Log [I-]0

Log [I-]0
-0.69872
-3000 -2000 -1000 0 1000
y = 0,699
R² = #N/A
Log rate

Log [I-]0
Linear (Log [I-]0)

-0.700188
Log (I-)0

Table perhitungan nilai K


Run [H2O2] [H2O2]1,22 [I-] [I-]0,69 v (M/s) K
1 0.01 3,63 x 10-3 0.02 67 x10-3 2,222 x 10-3 9,136
2 0.01 3,63 x 10-3 0.04 1,084x10-4 4,455 x 10-3 11321,704
-3 -5
3 0.01 3,63 x 10 0.06 1,435x10 4,205 x 10 -3 80724,892
4 0.02 8,45 x 10-3 0.06 1,435x10-5 9,574 x 10-3 78955,940
-3 -5
5 0.04 19 x 10 0.06 1,435x10 0,013 x 10 -3 47,680
k rata-rata 34211,9064

Pengaruh suhu reaktan pada laju reaksi kimia


Tabel Perhitungan nilai K tiap variasi suhu
Run T (0C) T (K) t (s) v (M/s) K ln k 1/T
-3
1 14 287 37,5 6 x 10 115184,1507 11,65 0,026
-3
2 50 323 5 0,045 x 10 863,8811 6,76 0,2
Ea 54,53
A 609259,7654
Dari data tersebut diperoleh grafik dari persamaan berikut:
Ea 1
ln k = ln A +
RT
Persamaan grafiknya sebagai berikut :
Grafik ln K terhadap 1/T (plot Arrhenius untuk reaksi Peroksida-Iodida)
Chart Title
14
12
10
8 Series1
ln k

6 Series2
4 Linear (Series1)
2 y = 6,56x + 13,32 Linear (Series2)
R² = 1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
1/T

Dari grafik diatas, kita mendapatkan nilai Energi Aktivasi (Ea) dan faktor Arrhenius sebagai berikut:
𝐸𝑎
 = 6,56
𝑅
Ea = 6,56 x 8,314 J/K.mol = 54,53 J.
 In A = 13,32
A = e13,32
A = 609259,7654

JAWAB PERTANYAAN

1. Tentukan laju reaksi ini pada suhu 70oC baik dengan menggunakan katalis atau tidak !

H2O2 + 2 I- + 2H+  I2 + H2O

m : 0,006 0,002 0,01

r : 0,001 0,002 0,002 0,002 0,002

s : 0,005 - 0,008 0,002 0,002

I2 + 2S2O32-  2I- + S4O63-

m : 0,002 0,001

r : 0,001 0,001 0,001 0,001

s : 0,001 - 0,001 0,001


 Menggunakan katalis (komposisi campuran ke 4)
1 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[I2] reaksi = = 0,0133 𝑀
75 𝑥10−3 𝑙

2 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[I2] awal = = 0,0267 𝑀
75 𝑥10−3 𝑙

1 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[I2] sisa = = 0,0133 𝑀
75 𝑥10−3 𝑙

[I2]reaksi 0,0133
k I2 = [I2]awal x t = 0,0267 𝑥 23,5 = 0,0212

2 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[2I-] reaksi = = 0,0267 𝑀
75 𝑥10−3 𝑙

2 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[2I-] awal = = 0,0267 𝑀
75 𝑥10−3 𝑙

1 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[2I-] sisa = = 0,0133 𝑀
75 𝑥10−3 𝑙

[I2]reaksi 0,0267
k [2I-] = [I2]awal x t = 0,0267 𝑥 23,5 = 0,0426

1𝑥10−3 𝑚𝑜𝑙
[S4O62-]reaksi = = 0,0133𝑀
75 𝑥 10−3 𝑙

1𝑥10−3 𝑚𝑜𝑙
[S4O62-]sisa = = 0,0133𝑀
75 𝑥 10−3 𝑙

0,0133
k[S4O62-] = 0,0133𝑀 𝑥 23,5 = 0,0426

𝑘 [2𝐼 − ]2 𝑥 𝑘[S4O62− ] 0,0426 𝑥 0,0426


V= = = 0,0856M/s
𝑘[𝐼2 ] 0,0212

 Tidak menggunakan katalis ( Komposisi campuran ke 1)


1 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[I2] reaksi = = 0,02 𝑀
50 𝑥10−3 𝑙

2 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[I2] awal = = 0,04 𝑀
50 𝑥10−3 𝑙

1 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[I2] sisa = = 0,02 𝑀
50 𝑥10−3 𝑙
[I2]reaksi 0,02
k I2 = [I2]awal x t = 0,04 𝑥 67,5 = 0,0074

2 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[2I-] reaksi = = 0,04 𝑀
50 𝑥10−3 𝑙

2 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[2I-] awal = = 0,04 𝑀
50 𝑥10−3 𝑙

1 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
[2I-] sisa = = 0,02 𝑀
50 𝑥10−3 𝑙

[I2]reaksi 0,04
k [2I-] = [I2]awal x t = 0,04 𝑥 67.5 = 0,0148

1𝑥10−3 𝑚𝑜𝑙
[S4O62-]reaksi = = 0,02𝑀
50 𝑥 10−3 𝑙

1𝑥10−3 𝑚𝑜𝑙
[S4O62-]awal = = 0,02𝑀
50 𝑥 10−3 𝑙

1𝑥10−3 𝑚𝑜𝑙
[S4O62-]sisa = = 0,02𝑀
50 𝑥 10−3 𝑙

0,02
k[S4O62-] = 0,02𝑀 𝑥 67,5 = 0,0148𝑀

𝑘 [2𝐼 − ] 𝑥 𝑘[S4O62− ] 0,0148 𝑥 0,0148


V= = = 0,0296𝑀/𝑠
𝑘[𝐼2 ] 0,0074

2. Tentukan waktu yang dibutuhkan untuk terbentuk warna biru pada percobaan 4 pada
suhu 70oC dengan menggunakan katalis atau tidak !

 Tanpa katalis
1 1
t = 𝑉 = 0,0296 = 33,78378 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

 Menggunakan katalis
1 1
t = 𝑉 = 0,0856 = 11,68224 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

3. Berikan pendapat anda tentang hasil percobaan dibandingkan dengan literatur!

Pada percobaan ini dilakukan penambahan katalisator pada campuran. Kemudian pada
hasil pengamatan, semakin banyak katalis yang ditambahkan, waktu yang didapatkan
akan semakin cepat. Hal ini berarti semakin banyak katalis yang ditambahkan maka
energi aktivasi reaksi semakin menurun. Alhasil pada ketiga percobaan, penggunaan
katalis akan mempercepat waktu larutan untuk berubah menjadi biru. Hal ini sesuai
dengan literatur yang ada.

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini, ketika air destilat+ HCL+ KI+ pati+ Na2S2O3, larutan campuran
tidak berwarna. Tetapi ketika larutan campuran ditambahkan H2O2, maka larutan campuran
berubah warna menjadi biru tua. Hal ini karena terjadi reaksi sebagai berikut:

2I − + 2H + + H2 O2 → I2 + 2H2 O
I2 (kuning) + 2S2 O3 2− → 2I − + S4 O6 2− reaksi berlangsung sangat cepat
I2 +Pati → Kompleks (biru tua)
Air destilat berfungsi sebagai larutan pengencer serta mencuci alat, larutan HCl sebagai
pemberi suasana asam, larutan KI sebagai substrat atau reduktor, pati sebagai pembentuk
kompleks pti iodin, larutan Na2S2O3 sebagai penangkap iodin agar tidak terakumulasi sehingga
tetap dalam bentuk ion iodida atau sebagai reagen pembatas, sedangkan larutan H2O2 berfungsi
sebagai oksidator.
Reaksi di atas merupakan reaksi oksidasi-reduksi. H2O2 merupakan oksidator dan KI
adalah reduktor. Reaksi ini dapat diamati dengan menambahkan larutan kanji sebagai indikator
adanya I2 (iodine) dalam larutan tersebut, larutan kanji juga digunakan untuk mengurangi
perubahan laju supaya perubahan warna bertahap, pengamatan ini ditunjukkan dengan perubahan
warna larutan dari tidakberwarna menjadi berwarna biru. Reaksi ini dapat dipercepat dengan
adanya ionion molibdat, dalam percobaan ini ion-ion itu berasal dari ammonium molibdat
(NH4)2MoO4.
Pada percobaan ini dilakukan penambahan katalisator pada campuran. Kemudian pada
hasil pengamatan, semakin banyak katalis yang ditambahkan, waktu yang didapatkan akan
semakin cepat. Hal ini berarti semakin banyak katalis yang ditambahkan maka energi aktivasi
reaksi semakin menurun. Alhasil pada ketiga percobaan, penggunaan katalis akan mempercepat
waktu larutan untuk berubah menjadi biru. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada.
Setelah dihitung, energi aktivasi yang didapat sebesar 54,53 J dan faktor preeksponensial
sebesar 609259,7654

KESIMPULAN

1. Katalis digunakan untuk mempercepat reaksi, semakin banyak katalis maka reaksi akan
semakin cepat.
2. Energi aktivasi reaksi sebesar 54,53 J dan faktor preeksponensial sebesar 609259,7654

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W F.,Julio de Paula. (2010).“Physical Chemistry ninth edition”.NewYork :W. H
Freeman and Company

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT Gramedia. Jakarta.

Chang,Raymond.(2006). “Kimia Dasar :Konsep-KonsepIntiJilid 2”. Jakarta :Erlangga

Oxtoby, D. W.(1999). “Prinsip-Prinsip Kimia Modern”. Jakarta: Erlangga.

Purba, Michael. (2007). “Kimia Untuk SMA kelas XI Semester 1”. Jakarta: Erlangga.

Schwedt, G.(1994).“Chemistry Analitycal”.USA :John Wiley Sons Inc

Syukri, 1999, Kimia Dasar 2, ITB Press, Bandung.

Ulfin, Ita dkk.(2010). “Kimia Dasar”. ITS Press : Surabaya

LAMPIRAN

 Tugas awal
 Laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai