Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul
Stoikiometri Reaksi
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengamati salah satu cara termudah untuk mempelajari stoikiometri
beberapa reaksi
2. Dapat mengamati perubahan reaksi kimia melalui stoikiometri reaksi
3. Dapat menentukan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri
C. Dasar Teori
Stoikiometri berasal dari kata-kata Yunani, stochein (unsur) dan metrein
(mengukur), berarti mengukur unsur-unsur, dalam hal ini adalah partikel-partikel atom,
ion, molekul atau elektron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam
reaksi kimia. Stoikiometri, menyangkut cara (perhitungan kimia) untuk menimbang dan
menghitung spesi-spesi kimia atau dengan kata lain, stoikiometri adalah kajian tentan g
hubungan-hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia (Alimin dkk, 2009 : 110).
Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif
stoikiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian, terdapat
suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Dikatakan
reaktan yang habis sebagai reaktan yang terbatas. Dalam setiap persoalan stoikiometri
perlu untuk menentukan reaktan yang mana yang terbatas untuk mengetahui jumlah
produk yang dihasilkan. Contohnya methanol (CH3OH) dikenal juga sebagai metil alkohol
atau biasa disebut sebagai alkohol sederhana. Methanol digunakan sebagai bahan bakar
dalam motor dan merupakan pengganti potensial minyak bumi. Metanol dapat dibuat
dalam industri dengan mencampur gas CO dan H2 (Sastrohamidjojo, 1998 : 105).
Reaksi kimia merupakan pusat perhatian dari ilmu kimia, dan perhatian utama
dinyatakan bahwa reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi
terbentuk dari beberapa zat aslinya, yang disebut zat pereaksi. Biasanya suatu reaksi kimia
disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna, pembentukan endapan atau
timbulnya gas. Pada zaman sekarang, analisis kimia kadang-kadang menggunakan
peralatan canggih. Hal ini diperlukan untuk membuktikan bahwa reaksi benar-benar terjadi
(Petrucci, 1987 : 42).
Sebagian besar reaksi dalam laboratorium kimia dasar dilakukan dengan larutan,
antara lain karena mencampur suatu reaktan dalam larutan membantu dalam mencapai
kontak erat antara atom, ion atau molekul yang diperlukan agar reaksi dapat berlangsung
(Petrucci, 1987 : 117).
Reaksi kimia sangat berpegaruh dalam kehidupan, sebagai contoh makanan yang
dikonsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga bagi tubuh. Nitrogen dan
hydrogen bergabung membentuk amonia yang digunakan sebagai pupuk. Bahan bakar dan
plastik dihasilksan dari minyak bumi. Pati dalam tanaman daun disintesis dari CO2 dan
H2O oleh pengaruh sinar matahari (Sastrohamidjojo, 1998 : 94).
Ketika semua reaktan dipakai seluruhnya dan serempak dalam suatu reaksi kimia.
Reaktan dikatakan berada dalam proporsi stoichiometric proportion yang artinya reaktan-
reaktan berada dalam rasio mol yang dikendalikan oleh koefisien dalam persamaan yang
setara. Kondisi ini kadang-kadang diperlukan, contohnya dalam analis kimia tertentu. Pada
reaksi lain, seperti dalam reaksi pengendapan, salah satu reaksi terkonversi sempurna
menjadi produk menggunakan reaktan yang berlebihan. Reaktan yang terpakai seluruhnya,
yaitu reaktan pembatas (limiting reactan),menentukan kuantitas produk yang terbentuk
(Petrucci, 1987 : 122).
Ada beberapa faktor tambahan dalam stoikiometri reaksi baik di laboratorium
maupun di pabrik manufaktur. Pertama, hasil yang terhitung dari suatu reaksi mungkin
tidak sebagaimana yang tampak. Secara spesifik, banyaknya produk mungkin secara tidak
5
terhindarkan, kurang diharapkan. Kedua, jalur untuk menghasilkan bahan kimia yang
diinginkan mungkin memerlukan beberapa reaksi yang dilakukan secara berturut-turut.
Dan ketiga, dalam beberapa kasus, dau atau lebih reaksi mungkin berlangsung serempak
(Petrucci, 1987 : 124).
Reaksi kimia yaitu suatu proses dimana zat diubah menjadi satu atau lebih senyawa
baru. Apa yang terjadi jika gas hidrogen terbakar diudara dan untuk membentuk air. Reaks
ini dapat digambarkan dengan persamaan kimia berikut:
H2 + O2 H2O
Dimana tanda + berarti bereaksi dengan dan tanda panah berarti menghasilkan, jadi
penulisan lambang-lambang ini dapat dibaca. Molekul hidrogen bereaksi dengan molekul
oksigen dan menghasilkan air. Reaksi dianggap berlangsung dari kiri ke kanan ditunjukkan
oleh tanda panah (Chang, 2005 : 70).
Menurut Sastrohamidjojo (1998 : 107) Reaksi kimia dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
1. Reaksi kimia yang berlangsung tanpa perpindahan elektron. Reaksi-reaksi yang
terjadi dengan tidak ada perpindahan elektron biasanya meliputi penggabungan atau
pemisahan ion-ion atau molekul-molekul. Contohnya, reaksi dengan tidak adanya
perpindahan electron terjadi bila larutan berair natrium klorida dengan larutan berair
nitrat.
2. Reaksi kimia yang berlangsung dengan terjadinya perpindahan electron.
Reaktan biasanya tidak terdapat dalam jumlah stoikiometri yang tepat. Yaitu dalam
perbandingan yang ditunjukkan oleh persamaan setara. Karena tujuan reaksi adalah
menghasilkan kuantitas maksimum senyawa yang berguna dari sejumlah tertentu dari
material awal, seringkali satu reaktan dimasukkan dalam jumlah berlebih untuk menjamin
bahwa reaktan yang lebih mahal seluruhnya diubah menjadi produk yang diinginkan.
Konsekuensinya beberapa reaktan akan tersisa pada akhir reaksi. Reaktan yang pertama
kali habis digunakan pada reaks kimia disebut pereaksi pembatas karena jumlah
maksimum produk yang terbentuk tergantung pada berapa banyak jumlah awal dari
reaktan ini. Jika reaktan ini telah digunakan semua, tidak ada lagi produk yang akan
terbentuk (Chang, 2005 : 77).
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan
metode JOB atau metode variasi kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan
pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya
sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan
perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik
terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik
stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah pereaksinya. Jika mol yang bereaksi
diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor
maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur terhadap komposisi campuran
(Sutrisno, 1986 : 247).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
1 Gelas Kimia 1 Sebagai wadah untuk
(Gelas Piala) menyimpan larutan
CuSO4, NaOH, HCl dan
untuk mencampurkan
larutan CuSO4 dan
NaOH serta larutan
NaOH dan HCl
2 Gelas Ukur 1 Sebagai alat untuk
mengukur volume
larutan NaOH, CuSO4,
dan HCl

3 Termometer 1 Sebagai alat untuk


100˚C mengukur suhu larutan
NaOH, CuSO4, dan HCl

4 Batang Pengaduk 1 Sebagai alat pengaduk


campuran larutan
CuSO4 dan NaOH serta
larutan HCl dan NaOH

5 Neraca Analitik 1 Sebagai alat untuk


menimbang berat
larutan NaOH, CuSO4,
dan HCl

6 Pipet Tetes 1 Sebagai alat untuk


memindahkan larutan
dalam jumlah yang
relatif sedikit (tetes)

7 Spatula 1 Sebagai alat untuk


memindahkan atau
mengambil larutan
dalam bentuk yang
telah bereaksi
2. Bahan

No NamaBaha Kategori SifatFisik Sifat Kimia


n
1 CuSO4 1 M Khusus - Berupa cairan - Larut dalam air
(Tembaga - Berwarna putih atau - Sebagai cairan dihidrasi
Sulfat) kuning dengan logam Zn yang
bersifat higroskopik
2 NaOH 1 M Khusus - Berupa cairan putih - Bersifat higroskopik
dan 2 M higroskopik - Sangat korosif terhadap
jaringan organik
3 HCl 1 M Khusus - Berbentuk larutan - Larut dalam air
- Tidak berwarna - Bersifat asam
- Berbau tajam - Bersifat racun
- Dapat larut dalam
benzena
4 Aquadest Umum - Tidak berwarna - Tidak dapat terbakar
- Tidak berbau - Tidak bersifat korosif
E. Prosedur Kerja
1. Stoikiometri Sistem NaOH – CuSO4

20 ml NaOH 2 M 5 ml CuSO4 1 M

Memasukkan ke dalam Memasukkan ke dalam


gelas kimia gelas kimia

Mengukur dan mencatat Mengukur dan mencatat


temperatur awal temperatur awal

Menimbang berat awal Menimbang berat awal

Mencampurkan kedua larutan

Campuran 20 ml NaOH 2 M dan


5 ml CuSO4 1 M

Mengaduk dengan menggunakan batang pengaduk


Mengamati temperatur dan berat akhir

TC = 30°C
Berat campuran = 24,05 g
15 ml NaOH 2 M 10 ml CuSO4 1 M

Memasukkan ke dalam Memasukkan ke dalam


gelas kimia gelas kimia

Mengukur dan mencatat Mengukur dan mencatat


temperatur awal temperatur awal

Menimbang berat awal Menimbang berat awal

Mencampurkan kedua larutan

Campuran 15 ml NaOH 2 M dan


10 ml CuSO4 1 M

Mengaduk dengan menggunakan batang pengaduk


Mengamati temperatur dan berat akhir

TC = 29°C
Berat campuran = 23,89 g
10 ml NaOH 2 M 15 ml CuSO4 1 M

Memasukkan ke dalam Memasukkan ke dalam


gelas kimia gelas kimia

Mengukur dan mencatat Mengukur dan mencatat


temperature awal temperature awal

Menimbang berat awal Menimbang berat awal

Mencampurkan kedua larutan

Campuran 10 ml NaOH 2 M dan


15 ml CuSO4 1 M

Mengaduk dengan menggunakan batang pengaduk


Mengamati temperatur dan berat akhir

TC = 29°C
Berat campuran = 58,26 g
5 ml NaOH 2 M 20 ml CuSO4 1 M

Memasukkan ke dalam Memasukkan ke dalam


gelas kimia gelas kimia

Mengukur dan mencatat Mengukur dan mencatat


temperature awal temperature awal

Menimbang berat awal Menimbang berat awal

Mencampurkan kedua larutan

Campuran 5 ml NaOH 2 M dan


20 ml CuSO4 1 M

Mengaduk dengan menggunakan batang pengaduk


Mengamati temperatur dan berat akhir

TC = 29°C
Berat campuran = 24,28 g
1. Stoikiometri Asam-basa

2,5 ml NaOH 12,5 ml HCl

Menimbang berat dengan Menimbang berat dengan


menggunakan neraca menggunakan neraca
analitik
Mengukur dan mencatat Mengukur dan mencatat
temperatur temperatur

Mencampurkan kedua larutan

Menimbang larutan dengan neraca analitik

Mengukur dan mencatat temperturnya

TA NaOH = 29oC
TA H2SO4 = 27oC

12,5 ml NaOH 2,5 ml HCl

Menimbang berat dengan Menimbang berat dengan


menggunakan neraca menggunakan neraca
analitik
Mengukur dan mencatat Mengukur dan mencatat
temperatur temperatur

Mencampurkan kedua larutan

Menimbang larutan dengan neraca analitik

Mengukur dan mencatat temperturnya

TA NaOH = 30oC
TA HCl = 28oC
F. Hasil Pengamatan

1. Stoikiometri CuSO4 - NaOH


a. Pengukuran suhu
NaOH - CuSO4 TA
Tc ∆T
mL Ml NaOH CuSO4
20 5 36oc 27oc 30oc
15 10 30oc 26oc 29oc
10 15 28oc 26oc 29oc
5 20 28oc 26oc 29oc

b. Pengukuran berat
NaOH – CuSO4 Berat awal
NaOH CuSO4 Berat campuran
mL mL
17 8 17,2392 g 5,7445 g 83,3997 g
12 13 32,7766 g 63,1534 g 82,4618 g
7 18 70,1970 g 67,1481 g 72,6291 g
2,5 23,5 1,5874 g 69,2941 g 77,3895 g

c. Pengukuran volume campuran dan perubahan warna


NaOH – CuSO4
Volume campuran Perubahan warna
mL mL
17 8 21,5 ml Biru Muda
12 13 19 ml Biru
7 18 18 ml Biru tua
2,5 23,5 15 ml Biru pucat

2. Stoikiometri Asam – Basa (NaOH – HCl)


a. Pengukuran suhu
NaOH – HCl TA
NaOH HCl TC ∆T
mL mL
3 12 30oc 29oc 29oc o
c
12 3 30oc 29oc 29oc o
c

b. Pengukuran berat
NaOH – HCl Berat awal
NaOH HCl Berat campuran
mL Ml
3 12 2,1709 g 6,4938 g 56,0538 g
12 3 12,6810 g 7,8210 g 57,9674 g
c. Pengukuran volume campuran dan perubahan warna
NaOH – HCl
Volume campuran Perubahan warna
mL mL
3 12 15 ml Tidak berwarna
12 3 16 ml Tidak berwarna

PERHITUNGAN:
A. Stoikiometri sistem CuSO4 dan NaOH
1. Menghitung jumlah mol campuran larutan CuSO4 dan NaOH
a. 20ml NaOH dan 5ml CuSO4
- Untuk 20 ml NaOH
Mmol NaOH = V x M
= 20 ml x 2 mol/L
= 40 mmol
- Untuk 5 ml CuSO4
Mmol CuSO4= V x M
= 5 ml x 1 mol/L
= 5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH+ CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 40 5 - -
Bereaksi : 5 5 5 5
Setimbang : 35 0 5 5

b. 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4


- Untuk 15ml NaOH
Mmol NaOH = V x M
= 15 ml x 2 mol/L
= 30 Mmol
- Untuk 10 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V x M
= 10 ml x 1 mol/L
= 10Mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4+ CuOH
Mula-mula : 30 10 - -
Bereaksi : 10 10 10 10
Setimbang : 20 0 10 10

c. 10ml NaOH dan 15 ml CuSO4


- Untuk 10 ml NaOH
Mmol NaOH = V x M
= 10 ml x 2 mol/L
= 20 Mmol
- Untuk 15 ml CuSO4
Mmol CuSO4= V x M
= 15ml x 1 mol/L
= 15Mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 20 15 - -
Bereaksi : 15 15 15 15
Setimbang : 5 0 15 15

d. 5 ml NaOH dan 20ml CuSO4


- Untuk 5 ml NaOH
Mmol NaOH = V x M
= 5 ml x 2 mol/L
= 10Mmol
- Untuk 20 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V x M
= 20 ml x 1 mol/L
= 20 mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 10 20 - -
Bereaksi : 20 20 20 20
Setimbang : 10 0 20 20
e. Grafik perbandingan jumlah Mmol campuran dengan suhu campuran (T akhir) TA
(oc)
35

34 Perbandingan Mmol NaOH Dengan suhu


33

32

31
Series 1
30

29

28
5 14 24 34

Perbandingan Mmol CuSO4 Dengan suhu


40

35

30

25
Series 1
20

15

10

0
8 13 18 23.5

Interprestasi grafik :
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat
mempengaruhi suhu.
f. Perhitungan massa larutan
- Untuk 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
Massa 20 ml NaOH = 21,32 gr
Massa 5 ml CuSO4 = 4,228 gr
Massa 20 ml NaOH + 5 ml CuSO4 = 21,32 + 4,2228
= 25,548 gr
Massa campuran 20 ml NaOH + 5mL CuSO4 = 24,05 gr
- Untuk 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
Massa 15 ml NaOH = 15,26 gr
Massa 10 ml CuSO4 = 9,748 gr
Massa 15 ml NaOH + 10 ml CuSO4 = 15,26 + 9,748
= 25,08 gr
Massa campuran 15 ml NaOH + 10 CuSO4 = 23,89 gr
- Untuk 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
Massa 10 ml NaOH = 10,26 gr
Massa 15 ml CuSO4 = 14,78 gr
Massa 10 ml NaOH + 15 ml CuSO4= 10,26 + 14,78
= 25,04 gr
Massa campuran 10 ml NaOH + 15 mL CuSO4 = 58,28 gr
- Untuk 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
Massa 5 ml NaOH = 5,87 gr
Massa 20 ml CuSO4 = 20,59 gr
Massa 5 ml NaOH + 20 ml CuSO4 = 5,87 + 20,59
= 26,46 gr
Massa campuran 5 ml NaOH + 20 ml CuSO4 = 24,28 gr

B. Stoikiometri Asam-Basa NaOH dan H2SO4


1. Menghitung jumlah mmol campuran larutan NaOH dan H2SO4
a. 2,5ml NaOH dan 12,5 ml H2SO4
- Untuk 2,5ml NaOH
Mmol NaOH = V x M
= 2,5 ml x 2 mol/L
= 5 Mmol
- Untuk 12,5 ml H2SO4
Mmol H2SO4 =VxM
= 12,5 ml x 1 mol/L
= 12,5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH +H2SO4 NaSO4+ H2O
Mula-mula : 5 12,5 - -
Bereaksi : 12,5 12,5 12,5 12,5
Setimbang : 7,5 0 12,5 12,5

b. 12,5 ml NaOH dan 5 ml H2SO4


- Untuk 12,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V x M
= 12,5 ml x 2 mol/L
= 25 Mmol
- Untuk 2,5 ml H2SO4
Mmol H2SO4 = V x M
= 2,5 ml x 1 mol/L
= 2,5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH +H2S04 NaSO4 + H2O
Mula-mula : 25 2,5 - -
Bereaksi : 2,5 2,5 2, 5 2,5
Setimbang : 0 2,5 2,5

2. Grafik perbandingan jumlah mmol campuran dengan suhu campuran (TAkhir) (oc)
Perbandingan Mmol NaOH Dengan suhu
35

30

25

20 Series 1

15

10

0
6 24

Perbandingan Mmol HCl Dengan suhu


35

30

25

20 Series 1

15

10

0
12 3

Interprestasi grafik:
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat
mempengaruhi suhu.
3. Perhitungan massa larutan
- Untuk 2,5 ml NaOH dan 12,5 ml H2SO4
Massa 2,5 ml NaOH = 1,843 gr
Massa 12,5 ml H2SO4 = 11,78 gr
Massa 2,5 ml NaOH + 12,5 ml H2SO4 = 1,843 + 11,78 = 13,623gr
Massa campuran 2,5 ml NaOH + 12,5 H2SO4 = 13,50 gr
- Untuk 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml H2SO4
Massa 12,5 ml NaOH = 10,70 gr
Massa 2,5 ml H2SO4 = 12,02 gr
Massa 12,5 ml NaOH + 2,5 ml H2SO4=10,70 + 12,02 = 22,72 gr
Massa campuran 12,5 ml NaOH + 2,5 H2SO4 = 12,42 gr
G. Pembahasan
Dari hasil percobaan dapat diperoleh bahwa temperatur larutan sebelum dicampur (T A)
berbeda dengan larutan yang telah dicampurkan (T C). Pada percobaan stoikiometri CuSO4-
NaOH larutan yang digunakan yaitu NaOH 2 M dan CuSO4 1 M, dimana dengan kuantitas
misalnya berbeda, masing-masing memiliki kuantitas molar yang berbeda.
Pada percobaan pertama, mencampurkan 20 mL NaOH 2M dengan 5 mL CuSO4 1 M
sambil diaduk. Maka akan terjadi perubahan warna, yaitu biru dengan suhu campuran 30ºC
dan berat campuran 24,05 gr.
Pada percobaan yang kedua, mencampurkan 15 mL NaOH dengan 10 mL CuSO4, maka
terjadi perubahan warna biru muda dengan suhu campuran 29ºC dan berat campuran 23,89 gr.
Pada percobaan yang ketiga, mencampurkan 10 mL NaOH dengan 15 mL CuSO4, maka
terjadi perubahan warna yaitu biru tua dengan suhu campuran 29ºC dan berat campuran 58,26
gr.
Pada percobaan yang keempat, mencampurkan 5 mL NaOH dengan 20 mL CuSO4, maka
terjadi perubahan warna biru pucat dengan suhu campuran 29 ºC dan berat campuran 24,28
gr.
Pada pencampuran NaOH dan H2SO4 menghasilkan suatu campuran yang berbeda-
beda tergantung dari temperatur awal masing-masing senyawa dan volume zat yang
dicampurkan dengan perbandingan jumlah yang berbeda-beda dan diaduk antara senyawa
H2SO4 dan senyawa basa NaOH tidak terjadi perubahan warna, tidak terbentuk endapan,dan
warna larutan tetap bening. Begitu pula pada pencampuran antara NaOH dan CuSO4 terjadi
hal yang sama.
Pada percobaan mengenai stoikiometri asam-basa antara NaOH dalam mengukur suhu
dilakukan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5
mL NaOH dan 12,5 mL H2SO4 dengan pengukur termometer didapatkan suhu campuran
adalah 280C, suhu H2SO4 adalah 270C dan suhu NaOH adalah 290C. Pada perlakuan kedua
yaitu dengan mencampurkan 12,5 mL NaOH dan 2,5 mL H2SO4 dengan pengukuran
termometer didapatkan suhu NaOH 300C, suhu H2SO4 280C dan suhu campuran adalah 270C.
Dalam mengukur berat dilakukan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu
dengan mencampurkan 2.5 ml NaOH dan 12,5 ml H2SO4 dengan pengukur neraca analititik
sehingga didapatkan berat NaOH adalah 1,843 gr, H2SO4 adalah 11,78 gr dan berat
campuran adalah 13,50 gr. Reaksi ini tidak termasuk dalam stoikiometri karena mengenai
hukum kekekalan massa yang berbunyi “ massa zat sebelum dan sesudah itu sama” maka
seharusnya dapat dilihat bahwa massa dari NaOH dan H2SO4 memiliki massa awal dari
masing-masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran,
tetapi pada percobaan tidak terjadi demikian. Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan
12,5 ml NaOH dan 2,5 ml H2SO4 dengan pengukuran neraca analitik sehingga di dapatkan
berat NaOH adalah 10,70 gr, H2SO4 adalah 12,02 gr dan berat campuran adalah 12,42 gr.
Reaksi ini pula tidak termasuk dalam stoikiometri seperti halnya reaksi sebelumnya.
H. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan yaitu:

1. Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan
metode JOB atau metode variasi kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan
pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar
totalnya sama.
2. Apabila terdapat dua zat yang dicampurkan bereaksi maka akan menyebabkan
terjadinya perubahan suhu, warna dan endapan (wujud).
Daftar Pustaka

Alimin, dkk.2009.Kimia Dasar 1.Makassar : Alaudin University Press


Chang. Raymond.2005.Kimia Dasar.Jakarta : Erlangga
Petrucci, Ralph.1987.General Chemistry, Principles and Modern Application Fourth
Edition.Terj.Seminar Achmadi.Kimia Dasar.Jakarta : Erlangga
Sastrohamidjojo, Hardjono.1998.Kimia Dasar.Yogyakarta : UGM Press
Sutrisno.1986.Kimia Dasar 2.Bandung : ITB

Anda mungkin juga menyukai