Anda di halaman 1dari 49

ANNELIDA

Annelida adalah kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan


cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Istilah kata Annelida berasal dari bahasa Yunani
dari kata annulus yang berarti cincin, dan oidos yang berarti bentuk. Annelida
merupakan cacing dengan tubuh bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati
(hewan selomata) dan bernapas melalui kulitnya. Terdapat sekitar 15.000 spesies
annelida dengan panjang tubuh mulai dari 1 mm-3 m. Filum Annelida hidup di air
tawar, air laut, dan di tanah. Umumnya annelida hidup secara bebas, meskipun ada
yang bersifat parasit.  

A. Ciri-Ciri Annelida (Cacing Gelang) 

Annelida memiliki ciri-ciri/karakteristik antaralain sebagai berikut... 

 Memiliki tubuh bersegmen (beruas-ruas yang mirip dengan cincin) dan


memiliki otot. 
 Bersifat tripoblastik selomata, simetri bilateral, dan metameri
 Mempunyai sistem pencernaan sempurna (mulut, kerongkongan, perut otot,
tembolok, usus, dan anus). 
 Tubuh dilapisi dengan kutikula tipis dan lembab
 Sistem respirasi melalui permukaan kulit dan berlangsung difusi
 Sistem saraf berupa ganglion otak dan tali syaraf yang tersusun dari tangga
tali. 
 Sistem peredaran darah annelida adalah tertutup dengan tersusun dari
pembuluh darah yang mempunyai hemoglobin
 Sistem ekskresinya berupa nefridia atau nefrostom 
 Sifat kelamin annelida adalah hermaprodit, jadi reproduksi secara generatif
dengan cara konjugasi, dan secara vegetatif dengan fragmentasi/ generasi
(mempunyai daya regenerasi yang tinggi) 

 B. Cara Hidup Annelida 


Umumnya Annelida hidup bebas, tetapi ada juga yang hidup dengan parasi menemel
dan bergantung pada inangnya. Kebanyakan dari Annelida hidupnya di perairan laut
dan air tawar, dan sebagian lagi hidup ditanah dengan tempat lembab. 

C. Sistem Organ Annelida 

 Sistem peredaran darah: Annelida memiliki sistem peredaran darah tertutup


dan pada pembuluh darah mengandung hemoglobin, sehingga darah berwarna
merah. Fungsi pembuluh darah annelida adalah menghantarkan nutrisi dan
oksigen ke seluruh tubuh. Di bagian kulit, terdapat sejumlah pembuluh darah
kecil, karena bernafas melalui kulit
 Sistem pernafasan: Annelida dalam sistem pernafasan berlangsung di seluruh
kulit permukaan tubuhnya, tetapi ada sumber yang menyatakan bahwa, ada
juga spesies yang melalui insang.  
 Sistem pencernaan: Annelida memiliki sistem pencernaan lengkap yang
teridir dari mulut, faring, esofagus, usus, dan anus.  
 Sistem ekskresi: Annelida memiliki organ ekskresi berupa nefridia (organ
ekskresi yang merupakan saluran), nefrostom (corong bersilia dalam tubuh),
dan nefrotor (pori tubuh tempat kotoran keluar). Setiap segmen memiliki
organ ekskresinya masing-masing. 
 Sistem reproduksi:  Annelida memiliki sistem perkembangbiakan secara
seksual. Satu Annelida mempunyai 2 alat kelamin yaitu jantan dan betina
(hermafrodit),  tetapi reproduksi secara aseksual tetap membutuhkan dua
individu yang akan mengatur dirinya sedimikian rupa sehingga dapat
menukarkan sperma. Lalu, dari hasil sperma tersebut, akan dilepas dari kepala
cacing, tinggal dan berkembang dalam tanah. Sebagian annelida bereproduksi
secara aseksual dengan fragmentasi diikuti dengan regenerasi. 

D. Klasifikasi Annelida 
a. PolyChaeta 
PolyChaeta merupakan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari
2 kata yaitu Poli yang berarti banyak, dan Chaeta berarti rambut. Sehingga
PolyChaeta adalah kelas dengan rambut paling banyak di filum Annelida. PolyChaeta
memiliki bagian tubuh yang terdiri dari kepala, mata, dan sensor palpus. Sedangkan
hidup PolyChaeta hidup di air. PolyChaeta mempunyai tubuh bersegmen dengan
struktur mirip daging yang bentuknya mirip dayung, hal ini disebut Parapodia
(tunggal = parapodium). Berfungsi sebagai alat gerak. Sebagian besar dari
PolyChaeta, memiliki Parapodia berfungsi sebagai insang karena terdapat pembuluh
darah halus. Di setiap parapodium terdapat rambut halus yang sifatnya kaku yang
biasanya disebut seta, rambut dilapisi kutikula sehingga licin. Umumnya ukuran
tubuh PolyChaeta adalah 5-10 cm

Contoh Jenis PolyChaeta 


 Eunice viridis (Cacing Palolo), sebagai bahan makanan (mengandung protein
tinggi)
 Lysidice oele (Cacing Wawo), sebagai bahan makanan (mengandung protein
tinggi) 
 Nereis domerlili, Nereis Virens, Neanthes Virens (cacing air laut). 
 Arenicola sp, 

Ciri-Ciri PolyChaeta 
 Berambut banyak 
 Hidup di laut dan dapat dibedakan antara jantan dan betina 
 Mempunya parapodia (alat gerak) 
 Memiliki panjang tubuh sekitar 5-10 cm, dengan diameter 2-10 mm. 
 Tinggal dalam tabung dan ada juga hidup bebas
 Tubuh dapat dibedakan menjadi prostomium (kepala) dan peristomium
(segmen pertama). 

b. OligoChaeta
OligoChaeta berasal dari bahasa Yunani dari kata Oligo yang berarti sedikit,
dan Chaeta yang berarti rambut. Kelas OligoChaeta merupakan kelas filum Annelida
yang mempunya sedikit rambut. Banyak anggota dari OligoChaeta yang hidup di
dalam tanah atau tempat lembab, tetapi ada juga yang hidup di air. Karena
mempunyai sedikit rambut seta dan tidak mempunyai parapodia, sehingga kepalanya
kecil, tidak memiliki alat peraba, dan tidak memiliki bintik mata. Pada lapisan kulit
terdapat bagian saraf dengan fungsi untuk menerima rangsangan. OligoChaeta
bersifat hermaprodit/monoceus dengan perkembangbiakan secara generatif dengan
perkawinan, dan secara vegetatif dengan regenerasi. Terdapat Kitellum (Selzadel)
yang berfungsi sebagai alat reproduksi. Pada ruas 9-11 terdapat receptaculum seminis
yang berfungsi sebagai penampung sel-sel spermatozoa.
Contoh Jenis OligoChaeta
 Moniligaster houtenil (Cacing tanah sumatra) 
 Tubifex sp (Cacing air tawar/sutra), berperan sebagai indikator pencemaran
air. 
 Lumbricus terestris, Pheretima sp (Cacing Tanah), berperan membantu aerasi
tanah sehingga menyuburkan tanah
 Perichaeta musica (C.Hutan)

Ciri-Ciri OligoChaeta
 Tidak mempunyai parapodia 
 Mempunyai seta pada tubuhnya yang bersegmen 
 Memiliki sedikit rambut
 Kepala berukuran kecil, tanpa alat peraba/tentakel dan mata 
 Mengalami penebalan antara segmen ke 32-37, yang disebut dengan klitelum.
 Telur terbungkus oleh kokon
 Daya regenerasi tinggi 
 Hidup air tawar atau darat
 Hermafrodit 

c.Hirudenia 
Hirudenia merupakan kelas filum Annelida yang tidak memiliki seta (rambut) dan
tidak memiliki parapodium di tubuhnya. Tubuh Hirudinea yang pipih dengan ujung
depan serta di bagian belakang sedikit runcing. Di segmen awal dan akhir terdapat
alat penghisap yang berfungsi dalam bergerak dan menempel. Gabungan dari alat
penghisap dan kontraksi serta relaksasi otot adalah mekanisme pergerakan dari
Hirudinea. Kebanyakan dari Hirudinea merupakan ekstoparasit yang sering didapati
di permukaan luar inangnya. Ukuran Hirudinea beragam dari 1-30 cm.

Hirudinea hidup pada inangnya untuk menghisap darah dengan cara menempel.
Sebagian mereka membuat luka pada permukaan tubuh inang sehingga dapat
menghisap darahnya, sedangkan sebagian lain mensekresikan suatu enzim yang
dapat melubangi kulit, dan jika itu terjadi maka waktunya mensekresikan zat anti
pembeku darah, kebanyakan tidak terasa saat kelas ini menempel pada inangnya
karena ia menghasilkan suatu zat anastesi yang dapat menghilangkan rasa sakit.

Jenis ini dikenal dengan sebutan lintah.

Contoh Jenis Hirudenia


 Heaemodipso zeylanice (Pacet), hidup di darat, tempel lembab, dan menempel
pada daun
 Hirudo javanica (lintah yang terdapat di pulau jawa). 
 Dinobdelia Ferox (lintah yang terdapat di India) 
 Hirudo medicinalis (lintah), hidup di air tawar. 

Ciri-Ciri Hirudenia 
 Tidak memiliki parapodia dan seta di segmen tubuhnya 
 Ukuran tubuh beragam mulai dari 1-30 cm. 
 Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing.
 Hidup air tawar, darat, dan air laut. 
 Memiliki zat antikoagulasi 

E. Peranan Annelida 
Annelida memiliki beberapa peran yang dapat dimanfaatkan atau
menguntungkan dan merugikan kehidupan manusia. Peran annelida adalah sebagai
berikut. 
a. Peranan Annelida yang mengutungkan/bermanfaat
 Makanan manusia, karena cacing memiliki sumber protein yang berpotensi
dimasukkan sebagai bahan makan manusia seperti halnya daging sapi dan
ayam 
 Bahan baku ternak, memiliki kandungan protein, lemak dan mineral yang
tinggi, cacing tanah dimanfaatkan sebagai makanan ternak misalnya unggas,
udang, kodok, dan ikan. 
 Bahan baku obat, Cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam,
menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit
gigi dan tipus.  
 Bahan baku kosmetik, Cacing tanah diolah untuk dgunakan sebagai pelembab
kulit dan bahan baku pembuatan lipstik. 
 Lintah digunakan untuk membersihkan nanah pada luka yang telah terinfeksi 
 Hirudin bermanfaat menyimpan darah untuk keperluan transfusi darah 

b. Peranan Annelida yang merugikan


 Menimbulkan penyakit cacing pita, cacing darah, cacing hati, cacing perut,
cacing kremi, cacing tambang, cacing filaria. 
 Menyebabkan anemia, seperti cacing darah, cacing tambang, pacet, dan
lintah. 

ARTHOPODA

Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas, berukuku dan bersegmen.


Istilah Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu arthro
yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Arthropoda merupakan hewan
tripoblastik selomata dan bilateral simetris. Tubuh Arthropoda terdiri dari kepala,
dada, dan abdomen yang keseluruhan dibungkus oleh zat kitin dan kerangka luar
(eksoskeleton).  Umumnya diantara ruas-ruas terdapat bagian yang tidak memiliki zat
kitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah untuk digerakkan. Di waktu tertentu kulit dan
tubuh Arthropoda mengalami pergantian kulit (eksdisis)
A. Sistem Organ Arthropoda 
 Sistem Pencernaan Arthropoda: Pencernaam Arthropoda merupakan sistem
pencernaan yang sempurna dengan dilengkapi alat pencernaan lengkap yang
terdiri dari mulut, kerongkongan, usus, dan anus . Mulut dilengkapi dengan
alat-alat mulut dan anus terdapat di segmen posterior
 Sistem Peredaran Darah Arthropoda: Peredaran darah Arthropoda adalah
terbuka dan darahnya berwarna biru, karena mengandung hemosianin. 
 Sistem Pernapasan Arthropoda: Arthropoda memiliki sistem
pernapasan berupa trakea, insang, paru-paru buku atau melalui seluruh
permukaan tubuhnya. 
 Sistem Ekskresi Arthropoda: Arthropoda memiliki sistem ekskresi yang
berupa kelenjar hijau atau dengan pembuluh malpigih yang berupada pada
usus belakang
 Sistem Saraf Arthropoda: Sistem saraf arthropoda berupa tangga tali dan alat
peraba yang berupa antena. Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan
pengendalian seluruh kegiatan 
 Sistem Reproduki Arthropoda: Reproduksi Arthropoda dilakukan secara
seksual dan aseksual (partenogenesis dan paedogenesis). Sistem reproduksi
Arthropoda adalah terpisah, artinya ada hewan jantan dan ada juga hewan
betina. 

B. Ciri-Ciri Arthropoda 
Berikut ciri-ciri/karakteristik umum dari arthropoda yaitu sebagai berikut... 
 Mempunyai 3 bagian tubuh utama yakni tubuh bersegmen (ruas), rangka luar
(eksoskeleton) keras, dan ekor. 
 Tubuh yang terdiri dari caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut)
yang bersegmen-segmen 
 Tubuh terbungkus kutikula sebagai kerangka luar yang terbuat dari zat protein
dan zat kitin 
 Memiliki ukuran tubuh yang beragam 
 Bentuk tubuh simteris bilateral 
 Sifat hidup arthropoda adalah parasit, hetertropik, dan hidup dengan bebas
 Memiliki alat pernapasan yang berupa trakea, insang, dan paru-paru
(berbuku) 
 Bereproduksi secara aseksual dan seksual 
 Alat pencernaan yang sempurna atau lengkap mulai adri mulut,
kerongkongan, usus, dan anus 
 Arthropoda hidup di air tawar, darat, laut, dan udara
 Sistem peredaran darah arthropoda adalah terbuka dengan darah yang tidak
mengandung hemoglobin melainkan hemosianin

C. Klasifikasi Arthropoda

Berdasarkan struktur tubuhnya, Arthropoda dibedakan dalam 4 kelas antara lain


sebagai berikut... 
1. Crustacea (Udang-Udangan)
Crustacea merupakan hewan akuatif (air) yang terdapat di air laut dan air
tawar. Crustacea memiliki tubuh yang bersegmen (beruas) dan terdiri dari
sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Di bagian anterior
(ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan pada posteriornya (ujung
belakangnya) sempit Di bagian kepala Crustacea terdapat beberapa alat mulut yang
berupa sepasang antena, pasang mandibula (untuk mengigit mangsanya), pasang
maksilia, pasang maksilibed. Alat gerak Crustacea berupa kaki (kaki satu pasang
dalam setipa ruas di abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak dan
menempel di dasar perairan. 
a. Sistem Organ Crustacea 
 Sistem Pencernaan Crustacea:  Crustacea memiliki alat pencernaan berupa
mulut yang berada di bagian anterior tubuhnya, sedangkan esofagus, lambung,
usus dan anus berada di bagian posterior. Crustacea mempunya kelenjar
pencernaan atau hati yang berada di kepala-dadad di kedua sisi dari abdomen.
Sedangkan untuk sisa pencernaan dibuang di anus, selain itu dibuang melalui
alat ekskresi yang disebut kelenjar hijau yang berada di dalam kepala.
Crustacea memakan hewan-hewan kecil. 
 Sistem Peredaran Darah Crustacea: Crustacea disebut dengan peredaran darah
terbuka. Peredaran darah terbuka adalah darah yang beredar tanpa dengan
melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan
dengan hemosianin dengan daya ikatnya terhadap O2 (Oksigen) renda. 
 Sistem Saraf Crustacea: Susunan crustacea berupa tangga tali. Ganglion otak
berhubungan pada alat indera ialah antena sebagai alat peraba, statocyst
sebagai alat keseimbangan dan mata majemuk (facet) yang bertangkai
 Sistem Pernapasan Crustacea: Crustacea bernafas dengan insang. Kecuali
dengan Crustacea yang bertubuh sangat kecil bernapas di seluruh permukaan
tubuhnya. 
 Sistem Reproduksi Crustacea: Alat reproduksi crustacea umumnya terpisah,
kecuali pada sebagian crustacea rendah. Alat kelamin betina terletak di
pasangan kaki ketiga. Sedangkan pada alat kelamin jantan terletak di
pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara ekskternal (diluar tubuh). 

b. Ciri-Ciri Crustacea 
 Mempunyai dua pasang antena
 Memiliki kepala yang menyatu dengan dada (sefalotoraks) 
 Crustacea memiliki tubuh yang terdiri dari sefalotoraks dan abdomen 
 Mempunyai eksoskeleton dari zat tanduk/kitin
 Tidak mempunyai pembuluh darah kapiler
 Dapat mengalami pelepasan kulit dari tubuhnya 
 Pertukaran udara terjadi secara difusi
 Sebagian dari pernapasan menggunakan insang 

c. Klasifikasi Crustacea: Berdasarkan dari ukuran tubuhnya, Crustacea


dikelompokkan dalam beberapa macam antara lain sebagai berikut... 
1). Entomostraca (Udang Tingkat Rendah): Umumnya kelompok Entomostraca
adalah penyusun zooplankton, yang melayang-layang di dalam air dan sebagai
makanan ikan. Adapun pembagian ordo yang termasuk dalam Entomostraca adalah
sebagai berikut... 
 Branchiopoda, Contohnya adalah Daphnia pulex dan Asellus aquaticus yang
disebut dengan kutu air dan salah satu penyusun zooplankton, dengan
perkembangbiakan secara parthenogenesis
 Ostracoda, Contoh adalah Cypris candida, codona suburdana, yang hidup di
air tawar dan laut sebagai plankton, dengan tubuh kecil dan dapat bergerak
dengan antena. 
 Copepoda, Contohnya adalah Argulus indicus, Cylops, hidup di air laut dan
air tawar, dan merupakan hewan planton dan parasit dengan segmentasi tubuh
yang jelas. 
 Cirripedia, Contohnya adalah lepas atau bernake, Sacculina yang dengan
kepala dan dada yang ditutupi oleh karapaks yang berbentuk cakram dan
hidup di laut dengan melekat pada batu atau benda lain.

2). Malakostraca (Udang Tingkat Tinggi): Malakostraca adalah hewan dengan


kebanyakan hiduip di laut, dan juga di air tawar dengan tubuh yang terdiri dari
sefalotoraks serta perut (abdomen). Malakostraca terbagi dalam 3 ordo antara lain
sebagai berikut... 
 Isopoda, bentuk tubuh pipih, dorsiventral, dengan berkaki sama. Contohnya
Onicus asellus (kutu perahu) dan Limnoria lignorum yang keduanya adalah
pengerek kayu
 Stomatopoda, Contohnya adalah squilla empusa (udang belalang) yang hidup
di laut, dengan bentuk mirip belalang sembah dan memiliki warna yang
mencolok. Di bagian belakang kepala terdapat karapaks. Kepala yang
dilengkapi dengan dua segmen anterior yang dapat bergerak, mata dan
antena. 
 Decapoda, Contohnya adalah udang dan ketam. Hewan yang mempunyai kaki
sepuluh dan merupakan kelompok dari udang yang memiliki peranan yang
penting bagi kehidupan manusia yang digunakan sebagai sumber makanan
kaya akan protein. Contohnya adalah udang, kepiting, ketam dan rajungan. 
d. Peranan Crustacea Bagi Kehidupan Manusia 

1). Peranan Crustacea yang menguntungkan: 


 Sebagai bahan makanan yang kaya akan protein tinggi, seperti udang, lobster,
dan kepiting 
 Dalam bidang ekologi, hewan yang tergolong dengan zooplankton menjadi
sumber bagi makanan ikan, seperti anggota Branchiopoda, Ostracoda dan
Copepoda. 

2). Peranan Crustacea yang merugikan: 


 Sebagai perusak galangan kapal (perahu) dari anggota Isopoda 
 Sebagai parasit ikan, kura-kura, seperti pada anggota Cirripedia dan
Copepoda 
 Sebagai perusak pematang sawah atau saluran irigasi seperti ketam

2. Myriapoda (Hewan Berkaki Banyak)

Myriapoda adalah gabungan dari kelas Chilopoda dan Diplopoda yang tubuh
beruas-ruas dari setiap ruasnya memiliki satu pasang atau dua pasang kaki. Tubuh
yang dibagi-bagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan abdomen (perut). Hewan yang
dijumpai berada di daerah tropis yang berhabitat di darat khususnya yang banyak
mengandung sampah seperti kebun dan dibawah batu-batuan.

a. Sistem Organ Myriapoda 

 Sistem Saraf Myriapoda: Sistem saraf myriapoda disebut dengan tangga tali
dengan alat penerima rangsang yang berupa satu pasang mata tunggal dan satu
pasang antena digunakan sebagai alat peraba. 
 Sistem Pencernaan Myriapoda: Pencernaan Myriapoda adalah lengkap dan
memiliki kelenjar ludah. Chilopoda bersifat karnivor dengan gigi yang
beracun pada segmen pertama, sedangkan pada Diplopoda bersifat herbivor
dengan pemakan sampah dan daun-daunan. 
 Sistem Pernapasan Myriapoda: Organ pernapasan berupa satu pasang trakea
berspirakel yang berada di kanan kiri di setiap ruas, kecuali di Diplopoda yang
terdapat dua pasang di tiap ruasnya. 
 Sistem Peredaran Darah Myriapoda: Myriapoda memiliki peradaran darah
yang bersifat terbuka. Organ transportasi yang berupa jantung dengan panjang
dan terletak memanjang di bagian punggung tubuh. Di Chilopoda terdapat
sepasang ostium di tiap segmen, sedangkan pada Diplopoda terdapat dua
pasang ostium di tiap segmen. Dengan darah yang tidak berwarna merah
karena tidak mengandung hemoglobin (Hb), melainkan dengan hemosianin
yang larut dalam plasma. Dari jatung darah kemudian dipompa ke dalam
arteri ke tiap segmen, dan kembali ke jantung lewat hemosoel (rongga tubuh
yang mengambil bagian dalam peredaran darah). 
 Sistem Reproduksi Myriapoda: Myriapoda melakukan reproduksi secara
seksual, yaitu dengan pertemuan ovum dan sperma (fertilisasi iinternal).
Myriapoda ada yang vivipar dan ovipar. 
 Sistem Ekskresi Myriapoda: Organ ekskresi berupa dua pasang pembuluh
Malpighi yang berugas dengan mengeluarkan cairan yang mengandung unsur
Nitrogen (N). 

b. Ciri-Ciri Myriapoda 
 Di bagian kepala terdapat satu pasang antena sebagai alat peraba dan sepasang
mata tunggal (ocellus) 
 Terdapat penambahan jumlah segmen yang terjadi di setiap pergantian kulit 
 Memiliki tubuh yang memanjang mirip dengan cacing
 Setiap segmen tersebut terdapat lubang respirasi yang disebut dengan tentakel 
 Memiliki alat gerak pada kelompok hewan Chilopoda dengan satu sepasang
kaki disetiap segmen perut kaki, sedangkan pada Diplopoda memiliki dua
sepasang kaki di setiap segmen perut, kecuali pada segmen terakhirnya
c. Klasifikasi Myriapoda: Myriapoda dibedakan dalam dua sub kelas antara lain
sebagai berikut... 
1). Kelas Chilopoda: Contoh dari kelas Chilopoda adalah Scolopendra morsitans, dan
Lithobius forticatus atau yang mencakup berbagai macam jenis lipan (kelabang).
Ciri-ciri Chilopoda adalah sebagai berikut..
 Tubuh agak gepeng 
 Terdiri dari kepala dan badan yang beruas-ruas dari 15-73 ruas. dari setiap
ruas memiliki satu pasanng kaki, kecuali ruas (segmen) di bagian belakang
kepala dan dua segmen terakhirnya. 
 Pada segmen di belakang kepala terdapat satu pasang "taring bisa" (masiliped)
yang berfungsi untuk membutuh mangsanya. 
 Pada kepala terdapat sepasang antena yang terdiri dari 12 segmen, dengan dua
kelompok mata tunggal dan mulut. 
 Hewan yang memangsa hewan kecil yang berupa insecta, mollusca, cacing
dan binatang kecil lainnya
 Bersifat karnivora 
 Habitat dibawah batu-batuan/timbuna tumbuhan yang telah membusuk 

2). Kelas Diplopoda: Contohnya pada kaki seribu (julus nomerensi). Ciri-ciri
diplopodia adalah sebagai berikut...
 Pada umumnya mempunyai 30 pasang kaki atau lebih
 Memiliki bentuk tubuh yang siinder (bulan memanjang), 
 Terdapat sebagian segmen yang menyatu dengan di setiap segmen terdapat 2
pasang kaki
 Hidup sebagai karnivora, 
 Banyak dijumpai dibawah serasah, bebatuan, atau dalam tanah dan selalu
menghindar dari cahaya 
 Memiliki gerakan yang lambat dan jika terdapat getaran, tubuhnya akan
membentuk melingkar dengan bentuk spiral atau bola 
 Di bagian kepala terdapat sepasang antena, dua pasang mata tunggal, dan alat
mulut tanpa taring bisa

d. Peran Myriapoda Bagi Kehidupan Manusia 


Myriapoda tidak memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia. Bahkan dianggap
mengganggu walau tidak membayakan. Namun, Myriapoda ternyata memiliki andil
dalam memecah bahan-bahan organik atau serasah untuk membentuk humus. 
3. Arachnoidea

Kata Arachnoidea berasal dalam bahasa Yunani dari kata arachno yang berarti laba-
laba yang disebut dengan kelompok laba-laba. Arachnoidea meliputi kalajengking,
laba-laba, tungau atua caplak. Umumnya Arachnoidea bersifat parasit yang
merugikan manusia, hewan dan tumbuhan. Ciri-ciri Arachnoidea adalah sebagai
berikut

a. Sistem Organ Arachnoidea 


 Sistem Pencernaan Arachnoidea: Makanan ditangkap dengan jaringa tepi dan
ada juga yang diisap dari inangnya oleh Arachnoidea yang hidup sebagai
parasit. Alat pencernaan makanan berturut-turut mulai dari mulut, perut, usus
halus, usus besar, kantung, feses, dan anus. Alat pencernaan juga dilengkapi
dengan 5 pasang usus buntu yang berada di bagian depan dan hati di bagian
abdomen. 
 Sistem Peredaran Darah Arachnoidea: Peredaran darah Arachnoida memiliki
sistem peredaran darah terbuka dan menggunkana jantung pembuluh serta
arteri. Jantung pembuluh terdiri atas kantung otot yang mempunyai ostium
pada setiap ruas. 
 Sistem Pernapasan Arachnoidea: Organ respirasi Arachnoidea adalah dengan
paru-paru buku yang beradai di daerah perut depan. 
 Sistem Syaraf Arachonidea:  Arachnoidea berupa persatuan ganglion-
ganglion yang disebut dengan sistem saraf tangga tali. 
 Alat Indera Arachnoidea: Arachnoidea memiliki depalan buah amta yang
secara sederhana dan sepasang pedipalpus yang fungsinya mirip dengan
antena. 
 Sistem Reproduksi Arachnoidea: Arachnoidea berkembangbiakan secara
seksual yaitu dengan persatuan ovum dan sperma yang terjadi dalam tubuh
betina (fertilisasi internal). Hewan jantan dan betina terpisah (diesis). Ada
yang ovipar, ovovivipar dan vivipar. 

b. Ciri-Ciri Arachnoidea
 Tubuh bersegmen yang terdiri dari sefalotoraks dan abdomen (tidak beruas). 
 Mempunyai enam pasang anggota gerak 
 Hidup di darat, air laut, dan ada juga yang parasit.  
 Memiliki jumlah mata yang beragam 
 Di bagian kepala-dada tidak terdapat antena, namun memiliki sebagian pasang
mata tunggal, mulut kelisera dan pedipalpus

c. Klasifikasi Arachnoidea: Arachnoidea diklasifikasi dalam 3 ordo antara lain


sebagai berikut... 
1). Scorpionida: Scorpionida merupakan kelompok hewan kala dan tertua dari
seluruh anggota Arthropoda darat. Contoh jenis Scorpionida adalah kalajengking
(Vejovis sp, Hadrurus sp, Centrurus sp) dan Ketonggeng (Buthus). Ciri-ciri ordo
Scorpionida adalah sebagai berikut.
 Memiliki perut yangberuas-ruas dan ruas terakhir berupa menjadi alat
pembela diri 
 Mempunyai pedipalpus yang berbentuk mirip catut yang besar 
 Mempunyai chelisera yang kecil 
 Memiliki sengat

2). Arachneida: Arachneida merupakan kelompok laba-laba dan mampu membentuk


sarang (jaring) dengan benang-benang sutera karena memiliki spinneret. Spinneret
merupakan organ yang ada didepan anu. Contoh jenis Arachneida misalnya Nephilla
maculata (laba-laba raksasa), Gasthero cantha (laba-laba berduri), Heteropoda
venatoria (laba-laba pemburu), Myangale javanica (laba-laba burung). Ciri-Ciri
Arachnida adalah asebagai berikut...
 Tubuh terdiri dari cephalithorax dan abdomen. 
 Di sefalotoraks terdapat 6 alat tambahan seperti 1 pasang kalisera yang
mengandung racun, 1 pasang pedilpalpus, 4 pasang kaki jalan. 
 Badan tiadk bersegmen 
 Memiliki spineret
 Alat ekskrei berupa tabung Maphigi yang menuju ke anus 

3. Acarina: Acarina merupakan kelompok caplak/tungau yang memiliki tubuh yang


tidak berbuku-buku yang pada umumnya parasit pada burung dan mamalia termasuk
manusia. Contoh jenis Acarina adalah Dermosentor andersoni (tungau), Sarcoptes
scabei (cablak kudis), Dermotex folicurum (caplak rambut pada manusia),
Rhipicephalus sanguincus (caplak anjing), Cermanyssus galinae (tungau ayam),
Boophilus annulatus, Trombicula deliensis (tungau), Tarsonemus transhicens (tungau
kuning parasit pada tomat). Ciri-ciri acarina adalah sebagai berikut...

 Tubuh tidak bersegmen


 Abdomen menyatu dengan sefalotoraks 
 Pernapasan dengan difusi pada seluruh permukaan tubuh/trakea
 Bersifat parasit 
 Mempunyai mulut yang dapat menusuk dan menghisap. 

d. Peranan Arachnoidea 
Arachnida bermanfaat dalam pengendalian populasi serangga terutama pada serangga
hama. Namun pada hewan-hewan, Arachnida lebih banyak merugikan teurtama
hewan-hewan acarina

4. Insecta/Hexapoda (Serangga)
Insecta berasal dari bahasa latin yang berarti Insecti yang berarti serangga. Insecta
adalah satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang. Penyebaran insecta
sangat luas dengan keanekaragaman tinggi di antara kelas-kelas yang lain dari
perairan hingga puncak gunung dari khatulistiwa hingga ke kutub. Jumlah spesies
Insecta cukup banyak yang sedikitnya didunia sekitar 750.000 spesies yang
dikelompokkan ke dalam 100 suku dan 26 ordo. Cabang ilmu biologi yang
mempelajari serangga adalah Entomologi.

a. Sistem Organ Insecta 


 Sistem Pernapasan Insecta: Insecta memiliki organ pernapasan berupa trakea
yang berspirakel dengan terletak di kanan-kiri pada tiap ruas yang sebagian
larva bernapas dengan insang trakea pada bagian perutnya. 
 Sistem Pencernaan Insecta: Dibeberapa jenis serangga terjadi di mulut,
kerongkongan, lambung depan, lambung otot, lambung kelenjar, usus dan
anus (dubur). Makanan yang dicerna secara mekanis di lambung otot dan
secara kimiawi di lambung kelenjar. 
 Sistem Syaraf Insecta: Insecta memiliki sistem saraf yang berupa tangga tali
dengan penerima rangsangan berupa mata faset (majemuk, antena alat
pembuat suara dan alat pendengar. 
 Sistem Peredaran Darah Insecta: Insecta memiliki tipe sistem peredaran darah
terbuka yang tidak memiliki pembuluh balik (vena). Darah tidak mengandung
hemoglobin (Hb) sehingga tidak mengangkut oksigen atau karbondioksida
tetapi berfungsi sebagai pengangkut makanan. 
 Sistem Ekskresi: Insecta memiliki pengeluaran zat sisa melalui pembuluh
malphigi. 
 Sistem Reproduksi Insecta: Insecta terkadang mengalami partenogenesis
maupun paedogenesis. Arti Partenogenesis adalah perkembangan embrio
tanpa dibuahi oleh spermatozoid. Seerti lebah. Sedangkan arti Paedogenesis
adalah partenogenesis yang berlangsung di tubuh larva. Seperti Diptera.
Dalam perkembangan ke dewasa. Insecta mengalami perubahan bentuk luar
dan dalam dari fase telur ketingkat dewasa yang disebut dengan metamorfosis.
Fertilisasi secara internal yang artinya pembuahan sel telur oleh spermatozoid
yang berlangsung dalam tubuh induk betina. 

b. Ciri-Ciri Insecta/Hexapoda (Serangga)


 Tubuh yang tersusun dari kepala, dada, dan perut 
 Mulut yang bertipe pengigit, penghisap, dan penelan 
 Mempunyai 3 pasang kaki
 Sebagian dari besar hidup di darat
 Tubuh insecta beruas-ruas yang terdiri dari segmen: kepala (cephalo) yang
ada di sepasang mata faset (majemuk), Dada (toraks) terdapat di sepasang
kaki yang beruas-ruas, Perut (abdomen) terdiri dari 11 ruas. 

c. Klasifikasi Insecta (Serangga): Berdasarkan dari ada atau tidaknya sayap. Insecta
dibedakan menjadi dua macam subkelas antara lain sebagai berikut...
1). Apterygota (tak bersayap): Berukuran kecil sekitar 0,5 cm dan mempunya antena
panjang. Contohnya: hewan kelas ini adalah kutu buku
2). Pterygota (bersayap):  merupakan kelompok insecta yang sayapnya berasal dari
tonjolan luar dinding tubuh yang disebut dengan Eksopterigo. Kelompok lain yang
sayapnya berasal dari tonjolan dalam dinding tubuh disebut dengan Endopterigota.

Berdasarkan tipe mulutnya, anggota Pterygota terbagi menajdi beberapa tipe antara
lain sebagai berikut..

 Tipe mulut penjilat, Contoh hewan tipe mulut penjilat adalah Ordo Diptera,
seperti lalat (Musca sp).  
 Tipe mulut penghisap, Contoh hewan tipe mulut penghisap ialah Ordo
Lepidoptera, seperti Attacus sp
 Tipe mulut penggigit-penghisap, Contoh hewan tipe mulut penggigit-
penghisap yaitu ordo hymenoptera, seperti lebah madu (apis mellifera)  
 Tipe mulut penggigit-pengunyah, Contohnya adalah Ordo Orthoptera, seperti
belalang (Valanga sp). 

Berdasarkan proses metamorfosis, Pterygota dibedakan dalam 2 kelompok


antara lain sebagai berikut...

 Hemimetabola: Hemimetabola adalah kelompok serangga yang memiliki


sayap dan mengalami metamorfosis yang tidak sempurna. Kelompok yang
terdiri dari 14 ordo, diantaranya adalah Orthoptera, Hemiptera, dan
Homoptera. Contohnya dari Hemimetabola adalah belalang (Valanga sp),
walang sangit (leptocoriza sp), Capung merah (Crocotermis sp), dan
Tonggeret (Dundubia mannifera). 
 Holometabola: Holometabola adalah kelompok serangga yang memiliki sayap
dan metamorfosis sempurna. Kelompok holometabola terdiri atas 9 ordo,
seperti coleoptera, Hymeroptera, lepidoptera, dan Diptera. Contoh
holometabola adalah kunang-kunang (Photinus sp), undur-undur (mymeleon
frontalis), lalat rumah (musca domestica), dan kupu-kupu jeruk (papilio
memmon) 

d. Peranan Insecta
 Peran Insecta yang menguntungkan 
 Insecta merupakan golongan kupu-kupu dan lebah yang sangat membantu
para petani karena dapat membantu proses penyerbukan pada bunga 
 Insecta dibudidayakan karena dapat menghasilkan madu. Seperti lebah madu
(Apis mellifera). 
 Dalam bidang industri, kupu-kupu, ulat sutera membuat kepompong yang
menghasilkan sutra (contoh. Bombix mori). 
 Untuk obat-obatan tradisionl. seperti madu (apis dorsata, apis indica, apis
melifera). 
 Sebagian dari insecta tanah berperan sebagai traktor alami

COELENTERATA

Coelenterata (Cnidaria) adalah hewan invertebrata yang mempunyai rongga


dengan bentuk tubuh seperti tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel.  Pada
saat berenang, mulut coelenterata menghadap ke dasar laut. Tubuh Coelenterata
(hewan berongga) adalah terdiri atas jaringan luar (eksoderm) dan jaringan dalam
(endoderm) serta sistem otot yang membujur dan menyilang (mesoglea). Istilah
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani dari kata Coeles yang berarti rongga dan
interon yang berarti usus. Funggsi rongga tubuh pada Coelenterata adalah sebagai alat
pencernaan (gastrovaskuler).
Coelenterata lebih dikenal dengan sebutan Cnidaria. Istilah Cnidaria berasal
dari bahasa Yunan dari kata cnida yang berarti penyengat karena sesuai dengan
namanya cnidaria yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terdapat pada tentakel
yang ada disekitar mulut. Contoh Coelenterata (Hewan berongga) adalah ubur-ubur,
hydra, dan anemon laut.
A. Ciri-Ciri Coelenterata 

Coelenterata memiliki ciri khas dengan karasteristik dari hewan seluruh hewan
coelenterata. Ciri-ciri coelenterata umum adalah sebagai berikut...

 Multiseluler, dan radial simetris (memotong bidang melalui pusat


menciptakan segmen identik, mereka memiliki bagian atas dan bawah tapi
tidak ada sisi) 
 Merupakan hewan invertebrata. 
 Memiliki bentuk seperti tabung
 Dikelilingi tentakel di sekitar mulut
 Lapisan tubuh coelenterata terdri dari jaringan luar (eksoderm), jaringan
dalam (endoderm), serta sistem otot yang membujur dan menyilang
(mesoglea)
 Memiliki knidoblast, yaitu sel eksoderm yang berisi racun yang berduri
disebut dengan nematocyt. 
 Hidup di air tawar, air laut, secara solider (melekat pada dasar perairan) dan
berkoloni. 
 Memiliki sel penyengat (nematosis) 
 Merupakan hewan karnivora (memakan invertebrata kecil)
 Tidak memiliki organ atau sistem organ
 Tidak memiliki otak, namun hanya impuls saraf yang berjalan melalui tubuh
mereka dan dapat mendeteki sinyal di lingkungannya. 
 Sistem pencernaan coelenterata : di eksoderm terdapat tentakel berbentuk
gelembung disebut Hipnotoxin yang memiliki kait-kait dari benang. Jika
menangkap mangsa, tentakel menarik makanan ke arah mulut dan
mendorongnya ke dalam rongga tubuh. Makanan dicerna oleh enzim yang
akan beredar ke seluruh rongga tubuh dan kemudian diserap oleh endoderm.
Sistem pencernaan coelenterata disebut dengan Gastrovaskuler. 
 Sistem pernapasan adalah sistem saraf difus (baur). 
 Coelenterata memiliki alat gerak yang berupa tentakel 

B. Klasifikasi Coelenterata (Cnidaria) 


Coelenterata (Cnidaria) memiliki sekitar 10.000 spesies yang telah diidentifikasi.
Coelenterata terbagi dalam beberapa kelas yaitu sebagai berikut...

"Ubur-Ubur"

1. Hydrozoa: Hydrozoa berasal dari bahasa yunani, dari kata hydro yang berarti air,
dan zoon yang berarti hewan. Hydrozoa merupakan hewan yang sebagian besar hidup
di laut dan terdapat sebagian dari spesiesnya hidup di air tawar. Hydrzoa hidup
sebagai polip, medusa, atau keduanya. Gastrodermis Hydrozoa tidak mengandung
nematosista.
Polip hidup secara soliter atau berkoloni. Pada saat polip soliter hydra membentuk
tunas yang telah memiliki mulut dan tentakel yang akan lepas dari induknya. Namun
pada polik yang berkoloni seperti Obelia, tunas-tunas tetap menempel pada induknya
dan saling berhubungan, disebut dengan koloni hidroid. Koloni hidroid menetap pada
suatu tempat dengan hidroriza, yaitu percabangan horisontal (mirip akar) yang
tertanam di dalam substrak.
2. Scyphozoa: Istilah Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani, dari kata skyphos
yang berarti mangkuk, dan zoon yang berarti hewan. Scyphozoa merupakan hewan
yang hidup di laut dan sebagai ubur-ubur sejati, karena medusa memiliki bentuk
dominan dalam siklus hidupnya. Umumnya medusa berenang secara bebas, dengan
membentuk seperti payung dengan ukuran diamater sekitar 2-40 cm, sampai ada juga
yang mencapai 2 m. Medua memiliki warna yang menarik, misalnya jingga,
kecoklatan, kesumba. Ordo Stauromedusae (Lucernariida) mempunyai medua yang
bertangkai pada bagian aboral dan sesil atau menempel pada ganggang dan juga
benda lainnya. Terdapat Scyphozoa tidak mepunyai bentuk polip, seperti atolla, dan
pelagia. Namun terdapat juga yang memiliki benuk polik, tetapi dengan ukuran kecil
berupa skifistoma. contohnya pada aurelia. Scyphozoa umumnya diesis dan gonad
terdapat di gastrodermis. Sel telur atau sperma masuk ke dalam rongga gastrovaskuler
dan dikeluarkan melalui mulut. Fertilisasi dapat terjadi secara eksternal di air luat
atau di koral. Contoh Scyphozoa adalah Aurlia, Cyanea, Perphylla Chrysaora, dan
Rhizostoma.
3. Anthozoa: Istilah anthozoa berasal dari bahasa Yunani, dari kata anthos yang
berarti bunga, dan zoon yang berarti hewan. Anthozoa merupakan hewan laut yang
memiliki bentuk mirip bunga. Anthozoa hidup sebagai polip soliter atau berkoloni
dan tidak mempunyai bentuk medusa. Terdapat anthozoa yang membentuk rangka
dalam atau rangka luar dari zat kapur, namun ada juga yang tidak membentuk rangka.
Rongga gastrovaskuler pada Anthozoa bersekat-sekat dan mengandung nematosista.
Gonat ada di gastrodermis.
4. Cubozoa: Dulu, Cobozoa terdapat dalam golongan Scyphozoa, namun setelah
ditemukan perbedaan yang mendasar. Kemudian dijadikan kelas tersendiri.
Perbedaan tersebut adalah Cubozoa mengalami metamorfosis lengkap dari polip
hingga ke medusa payung (ytubuh) berbentuk kotak, dan memiliki lensa mata yang
kompleks. Cubozoa merupakan ubur-ubur sejati. Medua memiliki bentuk lonceng
dengan empat sisi yang datar, sehingga menyerupai bentuk kubus. Memiliki tinggi
lonceng mencapai 17 cm dengan jumlah tentakel 4 buah atau empat rumpun yang
panjangnya mencapai 2 m. Cubozoa dapat berenang cepat secara horisontal dengan
bagian aboral sebagai anteriornya. Habitat Cubozoa di laut tropis dan subtropis
dengan makanan utamanya adalah ikan. Sebagian cubozoa berdampak buruk bagi
perenang karena sengatan nematosistanya dapat menyebabkan luka yang sulit
disembukan, sampai menyebabkan kematian dalam waktu 3-20 menit. Contohnya
pada Chironex fleckeri (sea waspas) di perairan Indo-Pasifik.
Reproduksi Coelenterata  
Cara reproduksi coelentera (cnidaria) adalah dengan cara vegetatif dan generatif.
Vegetatif adalah membentuk tunas dan polip. Sedangkan secara generatif adalah
persamaan sel telur dan sel jantan pada bagian medusaPeranan Coelenterata

ECHINODERMATA

Echidodermata adalah kelompok hewan berduri yang bergerak lamban dengan


bantuan kaki tabung dan berada di kelaman laut. Istilah echinodermata berasal dari
bahasa Yunani dari kata echi yang berarti berduri, dan derma yang berarti kulit.
Echinodermata hidup di laut atau air payau. Echinodermata tidak hidup parasit,
dengan beberapa spesies hidup menempel (sesil). Pada Echinodermata dewasa
mempunyai bagian tubuh berbentuk simetri radial yaitu bagian tubuh yang
mendistribusikan dalam susunan melingkar disekitar poros tengah. Sedangkan pada
bagian larvanya mempunyai tubuh yang simeteri bilateral, yaitu bagian tubuh yang
satu berdampingan dengan bagian tubuh yang lain, dan jika ditarik garis dari depan
ke belakang terlihat bagian tubuh sama antara kiri dan kanan. Larva echinodermata
merupakan hewan mikroskopis, transparan, bersilia, dan umumnya berenang bebas di
laut. 
1. Struktur dan Fungsi Tubuh Echinodermata
Echinodermata mempunyai kulit keras yang tersusun dari zat kapur dengan
lima lengan berbentuk seperti jari, dan organ-organ tubuh yang berjumlah/kelipatan
lima. Pada umumnya hewan ini bertubuh kasar karena terdapat tonjolan kerangka dan
duri di tubuhnya. Bentuk tubuh echinodermata umumnya seperti bintang, bulat, pipih,
bulat memanjang, dan seperti tumbuhan. Sedangkan pada bagian tubuhnya oral (yang
memiliki mulut) dan aboral (tidak mempunyai mulut). Pada permukaan tubuh
Echinodermata umumnya berduri, baik pendek tumpul maupun panjang berduri.
Echinodermata tidak mempunyai otak dan memiliki Ambulakral yang berfungsi
dalam mengatur pergerakan.
2. Sistem Organ Echinodermata 
 Sistem peredaran darah, Echinodermata memiliki sistem peredaran darah yang
masih belum. Jika digambarkan secara sederhana, pembuluh darah berawal
dari yang mengelilingi mulut, setelah itu berjabang pada setiap kaki tabung. 
 Sistem pernapasan,  Echinodermata dilakukan engan menggunakan insang
atau pupula (tonjolan pada rongga tubuh). 
 Sistem persarafan, Echinodermata terdiri atas saraf yang berbentuk lingkaran
(cincin) yang mempersarafi mulut, dan saraf radial yang mirip tali
mempersarafi pada bagian lengan atau kaki tabung. 
 Sistem pencernaan,  berupa mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Dapat
dikatakan, sistem pencernaannya sudah sempurna. Tetapi tidak terdapat
sistem ekskresi pada hewan Echinodermata.  

3. Ciri-Ciri Echinodermata
 Tubuh echinodermata terdiri atas 3 lapisan dan mempunyai rongga tubuh atau
disebut dengan tripoblastik
 Memiliki bentuk tubuh yang simetri bilateral pada saat masih larva, dan disaat
dewasa bentuk tubuhnya simteri radial
 Mempunyai kulit tubuh yang terdiri atas zat kitin
 Bergerak dengan ambulakral yaitu kaki tabung dengan lubang-lubang kecil
yag berfungsi untuk menghisap.  
 Mempunyai sistem pencernaan sempurna kecuali bintang laut yang tidak
mempunya anus.
 Tidak memiliki sistem ekskresi
 Perkembangbiakan secara seksual
 Pada permukaan tubuh terdiri atas tonjolan-tonjolan yang menyerupai duri
 Mempunyai sistem tabung jaringan hidrolik 

4. Reproduksi Echinodermata
Echinodermata berkembang biak secara seksual, yaitu hewan jantan dan
betina yang melepaskan sel gametnya ke air laut, dan proses fertilisasi yang
berlangsung secara eksternal (di dalam air laut). 

5. Cara Hidup Echinodermata


Echinodermata adalah hewan yang hidup secara bebas artinya habitat hewan
ini dapat dimana saja, bisa di laut pantai sampai laut dalam. Makanan tergantung
kepada jenisnya. Contoh makanan adalah plankton, atau organisme yang mati atau
membusuk. 
6. Klasifikasi Echinodermata
a. Kelas Archoidea: Kelas archoidea adalah hewan yang dengan bentuk bintang yang
biasa disebut bintang laut. Astroida sering ditemukan di laut pantai. Astroidea
merupakan spesies terbanyak dari kelas filum echinodermata yaitu terdapat 1.600
spesies. Archoidea mempunyai bagian tubuh oral (bagian tubuh dengan mulut) dan
bagian aboral (bagian tubuh dengan anus). Kelas yang mempunyai sistem
ambularaklakral terdiri atas pembuluh darah air (jaringan hidrolik) yang membentuk
kaki/lengan, Bagian kaki/lengan memiliki fungsi sebagai alat gerak, untuk menempel,
dan untuk menemukan makanan. Pada ujung kaki terdapat bintik mata yang mampu
membedakan terang dan gelap. Bintang laut memiliki duri yang tumpul dan pendek.
Disekelilingi duri terdapat duri kecil yang dinamakan pedicelaria yang berfungsi
untuk menangkap makanan dan melindungi tubuh dari kotoran. Pada bagian dekat
anus terdapat lubang air disebut dengan medreporit. Archoidea mempunyai saluran
cincin yang berada di pusat tubuh, serta saluran radial yang merupakan cabang
saluran cincin di bagian lengan. 

b. Kelas Echinoidea: Echinoidea merupakan kelas echinodermata yang tubuhnya


dipenuh mirip duri. Bulu Babi atau landak laut merupakan salah satu jenis dari kelas
Echinoidea. Bentuk tubuh dari echinoidea adalah agak bulat dan tidak mempunyai
lengan, tetapi terdapat duri yang jumlahnya banyak. Terdapat dri ang pendek dan
panjang. Duri echinoidea memiliki bentuk zat kapur. Tubuh echinoidea mempunyai
otot dengan fungi untuk memutar duri tersebut sehingga dapat bergerak. Mulut hewan
ini mempunyai struktur yang mirip rahang membantu dalam memakan mangsa. 

c. Kelas Crinoidea: Crinoidea mempunyai bentuk tubuh yang mirip dengan bunga
atau tumbuhan. Crinoidea adalah anggota fillum echinodermata yang spesies paling
sedikit yaitu terdapat 550 spesies. dan kelompok paling primitif dari filum
echinodermata. Hewan yang hidup di pantai sampai kedalaman laut 3.500 meter
dibawah permukaan laut. Tubuh yang tidak mempunyai duri, dan jika mempunyai
tangkai disebut dengan lillia laut (jika bertangkai akan menempel pada dasar laut
dengan sirri, yaitu bagian ujung tangkai memiliki zat tanduk), sedangkan yang tidak
mempunyai tangkai disebut dengan bintang laut berbulu. Di bagian dasar tubuh
(kaliks) jenis yang terdapat sisi oral (mulut) dan sisi anus sedangkan di bagian
lengannya berjumlah banyak yang mengelilingi di bagian kaliks tersebut. Umumnya
jumlah lengan Crinoidea adalah kelipatan lima dan mempunyai cabang yang disebut
dengan pinula. Di sisi oral terdapat celah yang bersilia disebut dengan celah
ambulakral. Celah tersebut berfungsi dalam menangkap makanan berupa cairan,
zooplankton, atau partikel lainnya yang tersebar di laut. 

d. Kelas Ophiuroidea: Kelas Ophiuroidea merupakan kelas berbentuk menyerupai


bintang laut, tetapi memiliki lengan yang lebih panjang dan lebih kurus dan cakram
pusat tubuh yang lebih jelas. Jika kaki digerakkan maka pergerakannya mirip dengan
ular, sehingga Kelas Ophiuroidea disebut dengan Bintang Mengular. Kaki tabungnya
ini tidak mempunyai penyedot dan bergerak dengan mencambukkan kakinya,
sehingga kaki ini lebih mudah patah. Pada kaki atau lengan berfungsi menangkap
mangsanya, kemudian memasukkan ke dalam laut. Sebagian jenis dari pemakan
cacing, moluska, suspensi atau bangkai. Hewan ini tidak mempunyai anus dan
umumnya hidup di sela bebatuan. 

e. Kelas Holothuroidea:  Holothuroidea merupakan hewan yang bentuk tubuh bulat


memanjang dari permukaan oral ke permukaan aboral. Tubuhnya terlihat seperti
bentuk buah timun sehingga sering disebut dengan timun laut. Tetapi konsistensi
tubuhnya sedikit berbeda dengan kelas lain dan memiliki tubuh halus dan lunak serta
tergolong memiliki bagian bagian tubuh yang berkelipatan lima dengan sistem
ambulakral. Mentimun laut mempunyai tentakel di bagian oral yang berjumlah 10-30
buah. Tubuhnya terdapat kaki ambulakral denan fungsi bergerak dan bernapas.
Pergerakan dilakukan dengan kontraksi otot ditubuhnya. Jenis hewan ini adalah
hermafrodit (2 alat kelamin dalam satu tubuh), namun ada juga yang genokhoris (1
kelamin 1 individu). Pembuahan (fertilisasi) di air laut kemudian berkembang
menjadi larva aurekularia. Makannya adalah plankton atau zat organik dalam laut. Ia
melindungi diri dari mangsanya dengan memuntahkan organ dalam tubuhnya,
sehingga mangsanya akan memakan organ itu, selanjutnya mentimun laut
membentuk kembali organ yang dimuntahkan tadi. 

7. Peranan Echinodermata

Echinodermata banyak dimanfaatkan manusia dalam berbagai hal. Peran


echinodermata adalah sebagai berikut..
Peran Echinodermata yang menguntungkan: Echinodermata dimanfaatkan manusia,
antara lain:
 Bulu babi dapat diambil gonadnya untuk dikonsumsi. Jepang memiliki
peternakan bulu babi yang luas. Di wilayah Indonesia, terdapat di Nusa
Tenggara Timur (NTT) dan Kendari.
 Holothuria (mentimun laut) diperdagangkan sebagai teripang kering atau
kerupuk teripang. Hongkong merupakan pusat perdagangan teripang dunia. Di
negeri China, mentimun laut dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai bahan
obat-obatan.
  Echinodermata memakan bangkai-bangkai, sehingga pantai menjadi bersih

Peran Echinodermata yang merugikan: Sedangkan peranan merugikan, antara lain:

 Bintang laut sering memakan kerang mutiara di tempat budidaya kerang


mutiara.
 Achanbasther merupakan hama pada terumbu karang, karena memakan polip
Coelenterata. 

MOLLUSCA
Mollusca adalah kelompok hewan yang bersifat tripoblastik slomata dan
invertebrata yang bertubuh lunak dan multiseluler. Istilah Mollusca berasal dari
bahasa Yunani dari kata molluscus yang berarti lunak. Mollusca termasuk dalam
hewan yang lunak baik yang dengan cangkang ataupun tanpa cangkang. Seperti dari
berbagai jenis kerang-kerangan, siput, kiton, dan cumi-cumi serta kerabatanya.
Mollusca merupakan filum yang terbesar kedua dari kerajaan binatang (Animalia)
setelah filum Arthropoda. Pada saat ini, diperkirakan terdapat 75 ribu jenis, dengan
ditambah 35 ribu jenis yang dalam bentuk posil. Molluska hidup di air laut, air tawar,
payau, dan darat. Habitat Mollusca dapat berada di palung benua laut sampai
pegunungan yang tinggi, dan bahkan dapat ditemukan dengan mudah di sekitar
rumah kita. Molluska dipelajari pada cabang zoologi yang disebut dengan malakologi
(malacology). 
Ciri-Ciri Mollusca 
 Memiliki ukuran dan tubuh yang bervariasi 
 Mempunyai lunak dan tidak beruas-ruas
 Merupakan tripoblastik selomata
 Merupakan hewan invertebrata (tidak mempunyai tulang belakang) 
 Hidup di air dan didarat
 Mempunyai cincin syarat yang merupakan sistem syaraf
 Organ ekskresi berupa nefridia
 Mempunyai radula (lidah bergigi) 
 Bersifat hewan heterotrof 
 Berkembangbiak secara seksual 
 Mollusca memiliki struktur tubuh yang simetri bilateral
 Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mineral
 Merupakan hewan hermafrodit yaitu mempunyai 2 kelamin (jantan dan
betina) dalam satu tubuh. 
 Tubuhnya terdiri atas kaki muskular, dengan kepala yang berkembang
beragam menurut kelasnya. Kaki yang beradapatasi untuk bertahan di
substrat, menggali dan membor substrat, berang atau melakukan pergerakan.

Struktur Tubuh Mollusca


Tubuh Mollusca mempunyai 3 truktur utama antara lain sebagai berikut... 
 Kaki, adalah penjuluran bagian tubuh yang terdiri dari otot-otot. Kaki
Mollusca berfungsi untuk bergerak, merayap, atau menggali. Sebagian jenis
Mollusca kaki digantikan dengan tentakel yang berfungsi dalam menangkap
mangsa.  
 Massa Viseral, adalah bagian tubuh yang lunak tempat terdapatnya organ-
organ tubuh. Massa yang dselubungi oleh jaringan tebal yang disebut dengan
mantel. 
 Mantel, adalah bagian yang menyelubungi dan melindungi massa viseral.
Pada mantel terdapat rongga cairan yang merupakan tempat lubang insang,
anus dan cairan hasil ekskresi. Mantel dapat mensekresikan komponen yang
membentuk cangkang.

Sistem Organ Mollusca 

1. Sistem Peredaran Darah Mollusca


Sistem peredaran darah Mollusca adalah sistem peredaran darah terbuka, kecuali pada
kelas cephalopoda. Arti sistem peredaran darah terbuka adalah darah mengalir dari
rongga terbuka pada tubuh dan tidak ada arteri atau vena utamanya yang dapat
meningkatkan tekanan darah, sehingga tekanan darahnya lambat dan juga organ
tergenang oleh darah. Sistem peredaran darahnya terdiri dari jantung dan pembuluh
darah, jantung terdiri dari satu atau dua atrium dan satu ventrikel. 
2. Sistem Pencernaan Mollusca 
Sistem pencernaan Mollusca terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus dan anus.
Pada jenis Mollusca tertentu, dibagian mulutnya terdapat organ seperti rahang dan
lidah yang bergerigi yang dapat bergerak ke depan dan belakang. 
3. Sistem Saraf Mollusca 
Sistem saraf Mollusca terdiri dari cincin saraf yang mengelilingi esofagus dan serabut
saraf lainnya dengan menyebar dari cincin tersebut untuk mempersarafi berbagai
organ. 
4. Sistem Ekskresi Mollusca
Sistem ekskresi Mollusca adalah berupa Nefridia yang berperan mirip dengan ginjal,
Nefridia juga mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk cairan. 
5. Sistem Respirasi Mollusca
Sistem respirasi Mollusca ini berbeda-beda, jika hewan yang hidup di air maka yang
berperan adalah insang, sedangkan yang hidup di darat melalui paru-paru namun juga
dapat terjadi melalui pertukaran udara dengan menggunakan terdapat di mantel,
sistem ini berfungsi mirip dengan paru-paru. 

Klasifikasi Mollusca

Molluska diklasifikasi berdasarkan bentuk struktur tubuhnya terbagi menjadi 5


kelompok antara lain sebagai berikut.
1. Kelas Amphineura
Amphineura adalah kelompok dengan cangkang berjumlah 8 yang tersusun dari atap
rumah pada tubuhnya. Cangkang tersebut berbuat dari zat kapur. Hewan mempunyai
tubuh simetri bilateral dengan tubuh seperti telur dan pipih. Hewan ini terdapat di laut
dan biasanya menempel di bebatuan dan bernapas menggunakan insang. Sistem
pencernaan berawal dari mulut dan berakhir dengan anus. Ia memiliki kaki berbentuk
pipih, dan memiliki struktur lidah parut (Ranula) yang dilengkapi dengan struktur
mulut di bagian kepala. Tidak memiliki tentakel dan tidak mempunyai mata.
Anggotanya sekitar 700 spesies dan setiap larva hasil pembuahan secara seksual
disebut trafoko.

2. Kelas Cephalopoda
Cephalopoda adalah kelompok dengan dua kaki di bagian kepalanya dan
hewan yang tidak memiliki cangkang. Tubuhnya terdiri dari kepala, leher, dan badan.
Bagian kepala relatif besar dan 2 buah mata dan terdapat 10 bagian memanjang pada
bagian kepala, 8 diantaranya berfungsi sebagai lengan berukuran panjang yang
disebut dengan tentakel. Hewan ini mempunyai rongga mantel yang ditutupi oleh
mantel khas yang ada padanya. Habitatnya dilaut dan bernapas dengan insang,
memiliki sistem pencernaan yang lengkap dengan sistem peredaran darah tertutup,
dan fertilisasi terjadi di air laut. Cephalopoda dapat berubah warna denagn cepat
karena mempunyai otot khusus dan zat kromatofora yang melakukan kombinasi
perubahan warna tubuhnya. Pada umumnya melarikan diri dari mangsanya dengan
menghasilkan sejenis cairan seperti tinta. Angggotanya dikenal adalah gurita dan
cumi-cumi.

3. Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelompok yang memfungsikan perut sebagai alat
gerak. Istilah Gastropoda berasal dan terdiri dari 2 kata yaitu gaster yang berarti perut
dan Podos yang berarti kaki. Gastropoda menghasilkan lendir pada bagian perut yang
berfungsi untuk melindungi dan mempermudah dalam bergerak. Gastropoda
mempunyai cangkang dengan bentuk tubuh yang simetri bilateral. Di bagian kepala
terdapat 2 buah tentakel yang berfungsi sebagai alat indra penglihatan dan
penciuman. Gastropoda merupakan hewan hermafrodit (2 jenis alat kelamin dalam 1
tubuh), alat kelaminnya disebut Ovotestis yang menghasilkan sperma dan ovum.
Sistem pernapasan Gastropoda adalah paru-paru atau insang yang terletak di dalam
rongga mantel. Hewan ini memiliki mulut yang bergerigi dapat dikatakan penuh gigi
hal ini disebut dengan radula. Gastropoda memakan tumbuhan, tetapi ada juga yang
memangsa hewan lainnya. Sistem pencernaan Gastropoda lengkap dan sistem
ekskresi hewan ini melalui nefridia yang bekerja seperti ginjal. Contoh hewan
gastropoda adalah siput.

4. Kelas Scaphopoda
Scaphopoda merupakan kelompok hewan yang mempunyai cangkang dengan bentuk
tajam yang mirip taring atau terompet. Habitat hewan ini terdapat di daerah
berlumpur atau berpasir, dan hidup dengan menanamkan diri di daerah tersebut. Di
bagian ujung cangkangnya terdapat lubang yang berfungsi untuk beradaptasi diri
pada habitatnya. Scaphopoda mempunyai kaki kecil yang digunakan untuk bergerak,
di bagian kepala terdapat beberapa tentakel dan tidak mempunyai insang. Contoh
schopoda adalah dentalium.

5. Kelas Bivalvia/ Pelecypoda/ Lammaelibarachiata


Kelas ini adalah kelompok hewan mollusca yang mempunyai kaki pipih dan
cangkang yang terdiri dari 3 lapisan. Macam-macam lapisan cangkangnya adalah
sebagai berikut...
 Periostrakum, yaitu lapisan paling luar yang terdiri dari zat kitin dengan
fungsi sebagai pelindung tubuh.  
 Prismatic, adalah lapisan tengah yang terdiri dari kristal CaCo3 
 Nakreas, ialah lapisan paling akhir yang terdiri dari CaCo3 halus, yang
berfungsi untuk menghasilkan sekret lapisan mutiara.
 Kaki, hewan ini memiliki bentuk kaki mirip dengan katak yang pipih, dan
bernapas dengan insang yang berlapis-lapis. Pelecypoda mempunyai alat
keseimbangan yang disebut dengan statocis yang terletak dekat ganglion
pedal. Reproduksi jenis hewan ini berlangsung secara seksual dan membentuk
larva yang disebut dengan glosidium. Sistem peredaran darahnya merupakan
sistem peredaran darah tertutup. Anggotanya sekitar 300 spesies.  

Reproduksi Mollusca
Mollusca merupakan hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan
betina dalam satu individu (berumah satu), tetapi ada juga yang alat kelaminnya
terpisah (berumah dua). Oleh sebab itu, cara reproduksinya dengan cara fertilisasi
internal. 
Peranan Mollusca
Mollusca sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, banyak jenis mollusca
digunakan dalam berbagai hal. Macam-macam kegunaan mollusca adalah sebagai
berikut.
 Sebagai bahan makanan (cumi-cumi, sotong, kerang)
 Sebagai perhiasan (kerang dan tiram)
 Serbuk cangkang kerang laut berpotensi sebagai obat maag

NEMATHELMINTHES

Nemathelmintes (Cacing Gilig) adalah hewan yang bersifat Pseudoselomata yang


keseluruhan anggotanya terdiri dari berbagai cacing gilig dengan bentuk tubuh
silinder memanjang, tidak beruas-ruas dan sangat panjang. Pseudoselomata adala
hewan yang memiliki rongga tubuh semu. Nemathelmintes atau Aschelminthes
merupakan filum yang pernah digunakan pada kerajaan Hewan (Animalia). Sekarang
pengelompokknya tidak digunakan karena polifletik. Namun pengelompokannya
masih sering digunakan untuk kemudahan.  Istilah Nemathelminthes berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari kata nematos artinya benang dan nelminthes artinya
cacing. 

A. Ciri-Ciri Nemathelmintes (Cacing Gilig) 

 Memiliki bentuk tubuh bulat panjang dengan ujung yang runcing, tripoblastik
dan simetri bilateral. Arti triploblastik adalah hewan dari kingdom animalia
yang mempunyai 3 lapisan tubuh. 

 Pada umumnya mempunyai ukuran mikroskopis


 Terdapat rongga tubuh semu (pseudoselomata) 
 Ukuran betina lebih besar dibandingkan dengan jantan
 Tidak bersegmen
 Sistem pencernaan yang sempurna diantarnya mulut, faring, usus, dan anus. 
 Bernapas secara defusi melalui permukaan tubuh
 Memiliki sifat kosmopolit di air tawar, air laut, dan sebagai parasit
 Memiliki kulit yang halus, licin, dengan dilapisi kutikula. Fungsi kutikula
adalah melindungi diri dari enzim inangnya. Kutikula akan bertambah kuat,
jika cacing gilig hidup di usus inangnya daripada hidup bebas.
 Tidak terdapat jantung dalam peredaran darah, tetapi memiliki cairan yang
menyerupai darah 

B. Klasifikasi Nemathelmintes (Cacing Gilig)


1. Ascaris Lumbriocides (Cacing Perut) 
 Hidup didalam usus manusia 
 Bereproduksi secara aseksual 
 Menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan 
 Tubuh jantan lebih melengkung dan lebih kecil dibandingkan dengan betina 

Penjelasan Ascaris Lumbriocides : Cacing yang berparasit di usus halus manusia.


Dengan ukuran betina lebih panjang dibandingkan dengan cacing jantan. Panjang
cacing dapat mencapai 25 cm, dengan diameter tubuh sekitar 0,5 cm. Setiap hari
betina mampu menghasilkan sampai dengan 200.000 telur.  

Daur Hidup Ascaris Lumbriocoides : 


Telur keluar bersama feses penderita => termakan oleh manusia => menetas menjadi
larva dalam usus halus => larva menembus dinding usus => ikut aliran darah ke
jantung => masuk ke paru-paru => trakea => tertelan lagi => lambung => kemudian
menjadi dewasa di usus halus. 
2. Anclyostoma Duodenale (Cacing Tambang) 
 Habitat di pertambangan pada daerah tropis 
 Hidup parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh yang terdapat pada
usus halus manusia
 Dapat menimbulkan penyakit acylostoiasis 

Penjelasan Anclyostoma Duodenale : Cacing jenis ini banyak ditemukan di daerah


pertambangan. Dengan panjang tubuh sekitar 1-1,5 cm. Bersifat parasit di usus
manusia dengan gigi-gigi kaitnya menghanbatkan diri pada dinding usus dan
menghisap darah dari inangnya, sehingga cacing ini menyebabkan penyakit anemia.
Larva cacing ini menginfeksi manusia melalui kulit telapak kaki yang tidak beralas. 

Daur Hidup Ancylostoma Duodenale (Cacing Tambang) : 


Telur kelur bersama feses penderita => di tanah menetas menjadi larva => larva
menembus kulit telepak kaki (tanpa alas) => ikut aliran darah ke jantung => masuk
ke paru-paru => trakea => tertelan => lambung => di usus menjadi cacing dewasa. 
3. Oxyuris Vermicularis (Cacing Kremi) 
 Hidup besar di usus besar manusia 
 Dapat melakukan autoinfeksi yaitu bagi penderita dapat menularkan
infeksinya

Penjelasan Oxyuris Vermicularis : Cacing jenis ini disebut juga Enterobios


vermicularis yang parasit di usus besar manusia. Jika ingin bertelur, cacing betina
akan bermigrasi ke daerah pada sekitar anus sehingga menimbulkan rasa gatal. Jika
terdapat kesengajaan menggaruknya, maka cacing tersebut tertelan kembali jika tanpa
mencuci tangan. Cacing betina memiliki panjang sekitar 1 cm, sedangkan bagi cacing
jantang memiliki panjang sekitar 0,5 cm.
4. Wuchereria Bancrofti (Cacing Rambut) 
 Hidup dalam pembuluh limfa 
 Dapat menyebabkan penyakit elefantiasis atau kaki gajah 
Penjelasan Wuchereria bancrofti : Cacing jenis ini disebut dengan Filaria bancrofti
(cacing filaria). Cacing yang menyebabkan penyakit kaki gajah (filariasis,
elefantiasis), dengan tanda pembengkakan pada daerah kaki atau organ lain seperti
skrotum. Terdapat banyak populasi cacing dalam saluran getah bening yang
mengakibatkan penyumbatan di saluran kelenjar getah bening yang menimbulkan
penyumbatan pada cairan getah bening terhadap suatu organ. 

5. Trichinella Spiralis 
 Hidup dalam otot manusia 
 Menyebabkan penyakit trikhinosis, yaitu kerusakan pada otot manusia

Penjelasan Trichinella Spiralis :  Trichinella spiralis bersifat parasit pada manusia dan
hewan (tikus, anjing, dan babi).  Bagi yang terinfeksi cacing jenis ini dinamakan
dengan trichinosis. Trichinella spiralis merupakan cacing dengan sistem pencernaan
semurpuna. Sistem pernapasan secara defusi melalui permukaan tubuh. Alat ekskresi
berupa nefridium sistem saraf tangga tali. 

C. Reproduksi Nemathelmintes (Cacing Gilig) 


Sistem reproduksi Nemathelmintes (cacing gilig) pada umumnya bereproduksi secara
seksual yang bersifat gonokoris. Arti gonokoris adalah organ kelamin jantan dan
betina terpisah dari individu yang berbeda.  Sedangkan pada fertilisasi, terjadi secara
internal. Telur fertilisasi membentuk kista yang hidup di lingkungan yang tidak
menguntungkan. Membentuk kista dengan tujuan untuk melindungi diri. 

D. Peranan Nemathelmintes (Cacing Gilig) 


Nemathelmintes terdiri dari dua macam ada yang bebas dan ada yang parasit.
Bagi jenis nemathelmintes yang bebas berperan dalam tanah yang becek dan didasar
perairan untuk menguraikan sampah-sampah organik. Sedangkan bagi
nemathelmintes yang parasit manusia dan hewan dalam  tubuh inangnya dan
memperoleh dengan menyerap nutrisi dan darah dari inangnya yang menyebabkan
kerugian dengan menimbulkan penyakit ascariasis, filariasis, trichinosis, dan anemia.
PLATHIHELMINTHES
Pengertian Platyhelmintes (Cacing Pipih) adalah filum dalam kerajaan Animalia
(hewan) yang bersifat tripoblastik yang hidup parasit dan memiliki bentuk tubuh yang
rata (pipih). Terdapat 18.500 spesies dari Platyhelmintes (cacing pipih). Istilah
Platyhelmintes berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Platy yang berarti
pipih dan Helmintes yang cacing. Platyhelmintes merupakan filum ketiga dari kindom
animalia (hewan) setelah porifera dan coelenterata.

A. Struktur dan Fungsi Tubuh Platyhelmintes (Cacing Pipih) - Platyhelmintes (cacing


pipih) adalah cacing yang tergolong triplobalstik aselomata karena memiliki 3 lapisan
embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. Platyhelmintes
(cacing pipih) memiliki struktur dan fungsi tubuh yang berbeda dengan cacing
golongan lainnya antara lain sebagai berikut.

1. Sistem Pencernaan : Sistem pencernaan Platyhelmintes (cacing pipih) adalah


gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus.
Sistem pencernaan Platyhelmintes (cacing pipih) dimulai dari mulut, faring, dan ke
kerongkongan. Pada bagian belakang kerongkongan terdapat usus yang bercabang ke
seluruh tubuh. Sehingga usus tidak hanya mencerna makanan tapi usus juga
mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.

2. Sistem Syaraf : Terdapat beberapa macam sistem saraf pada Platyhelmintes (cacing
pipih) antara lain sebagai berikut.
 Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem saraf yang paling sederhana. Pada
sistem tersebut, pusat susunan saraf disebut dengan ganglion otak terdapat
pada bagian kepala dan jumlah sepasang. Dari kedua ganglion otak tersebut
keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri dan kanan tubuh yang
dihubungkan dengna serabut saraf melintang. 
 Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun
dari sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa
sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor,
dan sel asosiasi (perantara). 

3. Indera: Dari beberapa jenis Platyhelmintes (cacing pipih) mempunyai sistem


penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap
cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian
anterior (kepala). Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di
seluruh tubuhnya. Beberapa spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula
(telinga), statosista (pengatur keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk
mengetahui arah aliran sungai). Pada umumnya Platyhelmintes (cacing pipih)
memiliki sistem osmoregulasi yang disebut dengan protonefridia. Sistem ini terdiri
dari saluran pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang
berjumlah sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan
secara difusi melalui dinding sel.

4. Reproduksi : Walaupun Platyhelmintes (cacing pipih) merupakan hewan


hemafrodit, beberapa cacing tidak bisa melakukan perkawinan secara individu.
Reproduksi dilakukan secara aseksual dan seksual. Reproduksi seksual adalah dengan
menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum terjadi di dalam tubuh. Fertilisasi dapat
dilakukan sendiri atau dengan pasangan lain. 

B. Ciri-Ciri Platyhelmintes (Cacing Pipih) - Platyhelmintes (cacing pipih) memiliki


beberapa ciri-ciri/karakteristik umum antara lain sebagai berikut... 
 Memiliki bentuk tubuh pipih, simetris dan tidak bersegmen
 Ukuran tubuh mikroskopis dan ada juga yang memiliki panjang tubuh 20 cm
yaitu cacing pita. 
 Memiliki satu lubang yaitu di mulut tanpa dubur 
 Mempunyai daya regenerasi yang tinggi, dan bersifat hermafodit (dua
kelamin)
 Hidup parasit dan ada juga yang hidup bebas
 Habitat di air tawar, air laut, tempat lembab, atau dalam tubuh organisme
lain. 
 Melakukan perkembangbiakan (bereproduksi) secara generatif dengan
perkawinan silang dan bereproduksi secara vegetatif yaitu membelah diri
 Sensitif dengan cahaya 
 Tidak memiliki sistem pernapasan. Cacing pipih menggunakan pori-pori
sebagai tempat masuknya oksigen. Masuknya oksigen ke pori-pori dengan
cara difusi. 
 Tidak mempunyai rongga sejati, namun memiliki simetri bilateral 
 Tidak memiliki sistem pencernaan lengkap. Pencernaan platyhelmintes
(cacing pipi) melalui rongga gastrovaskular
 Mempunyai sistem saraf tanggal tali dan memiliki mata
 Platyhelminthes (cacing pipih) tidak mempunyai pembuluh darah. Sehingga
rongga gastrovaskular beperan mendistribusikan nutrisi ke seluruh tubuh. 
 Platyhelminthes (cacing pipih) bersifat triploblastik (memiliki tiga lapisan
embrional), yaitu epidermis (lapisan luar), mesodermis (lapisan tengah), dan
endodermis (lapisan dalam).
C. Klasifikasi Platyhelmintes (Cacing Pipih) - Platyhelmintes (cacing pipih)
dibedakan menjadi 3 kelas antara lain sebagai berikut... 
 Turbellaria (Cacing Rambut Getar) : Kelas turbellaria adalah bagian dari
Platyhelmintes (cacing pipih) yang menggunakan bulu getar sebagai alat
geraknya. Contohnya: Planaria   
 Trematoda (Cacing Isap) : Kelas Trematoda adalah bagian dari Platyhelmintes
(cacing pipih) yang memiliki alat hisap yang dilengkapi kait yang berfungsi
melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup secara parasit pada
manusia dan hewan. Contoh Trematoda adalah fasciola (cacing hati),
Clonorchis, dan Schistosoma. Pada trematoda dewasa hidup dalam usus, hati,
ginjal, paru-paru dan pembuluh darah vertebrata.

 Cestoda (Cacing Pita) : Kelas Cestoda (cacing pita) adalah bagian


Platyhelmintes (cacing pipih) yang memiliki kulit yang dilapisi dengan kitin
sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing pipih hidup parasit
pada hewan, contohnya adalah taenia solium dan T. Saginata. Spesies ini
memiliki skoleks yang berfungsi atau digunakan untuk menempel pada usus
inang. Reproduksi taenia adalah menggunakan telur yang telah dibuahi dan
didalamnya terkandung larva yang disebut dengan onkosfer. 
D. Siklus Hidup/Daur Hidup Platyhelmintes (Cacing Pipih) 
1. Fasciola hepatica : telur (bersama feces) > larva bersilia (mirasidium) > siput air
(lymnea auricularis atau lymnea javanica) > sporokista > redia > serkaria > keluar
dari tubuh siput > menempel pada rumput/tanaman air > membentuk kista
(metaserkaria) > dimakan domba (hepatica)/sapi(gigancatia) > usus > hati > sampai
dewasa
2. Chlornosis sinensis : telur (bersama feces) > mirasium > siput air > sporosista
>menghasilkan redia > menghasilkan serkaria > keluar dari tubuh siput > ikan air
tawar (menempel di ototnya) > membentuk kista (metaserkaria) > ikan dimakan >
saluran pencernaan > hati > sampai dewasa 
3. Schistosoma javanicum : telur ( bersama feces > mirasidium > siput air >
sporosista > menghasilkan redia > menghasilkan serkaria > keluar dari tubuh siput >
menembus kulit manusia > pembuluh darah vena. 
4. Taenia saginata/taenia solium : Proglotid (bersama feces) > mencemari makanan
babi > babi > usus babi (telur menetas jadi hexacan) > aliran darah > otot/daging
(sistiserkus) > manusia > usus manusia (sistiserkus pecah > skolex menempel di
dinding usus) > sampai dewasa di manusia > keluar bersama feces. 

E. Peranan Platyhelmintes (Cacing Pipih) - Umumnya Platyhelmintes merupakan


cacing yang merugikan karena bersifat parasi pada manusia dan hewan, namun
terdapat spesies Platyhelmintes (cacing pipih) yang tidak merugikan manusia atau
hewan yaitu Planaria. Planaria memiliki peranan yang dimanfaatkan sebagai makanan
ikan. Platyhelmintes (cacing pipih) lebih banyak memberikan dampak kerugian bagi
manusia dan hewan, karena cacing tersebut parasit dalat hewan, ketika manusia
mengkonsumsinya, dampaknya dapat merugikan manusia karena terinfeksi cacing
yang dapat menyebakan masalah-masalah bagi kesehatan manusia.

F. Usaha-Usaha Mencegah Platyhelmintes (Cacing Pipih) - Platyhelmintes


merupakan cacing yang umumnya merugikan manusia dan hewan, sehingga
diperlukan usaha yang dapat berupaya mencegah masuknya atau terinfeksi
Platyhelmintes (cacing pipih) antara lain sebagai berikut....
 Memutuskan daur hidupnya
 Menghidari infeksi dari larva cacing
 Tidak membuang tinja sembarangan dan membuat tinja secara teratur (sesuai
dengan syarat-syarat hidup sehat)
 Tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging sampai
matang).

PORIFERA

Porifera adalah hewan invertebrata yang tidak memiliki jaringan sejati


(parazoa), tanpa organ dan jaringan yang tidak terspesialisasi dan tubuhya memiliki
terdapat banyak pori. Porifera merupakan anggota dari Animalia yang merupakan
paling sederhana atau primitif. Habitat dan Cara hidup porifera adalah sebagian besar
hidupnya di laut dan sebagin kecil lagi hidup di air tawar. Pada umumnya porifera
hidupnya ada didaerah pada perairan yang dangkal dan juga jernih, namun juga
diperairan berpasir atau berlumpur. Porifera dewasa hidupnya sesil atau melekat di
suatu substrak. Profera hidup secara heterotrof dengan jenis makanan bakteri dan
plankton. 

1. Ciri-Ciri Porifera - Dalam membedakan spesies dari filum porifera, maka perlunya
anda mengetahui ciri-ciri porifera secara umum. Ciri-ciri porifera adalah sebagai
berikut.
 Hewan yang bersel banyak (metazoa) yang paling sederhana atau primitif
 Sebagian besar hidup di laut dangkal dengan kedalaman sekitar 3,5 meter
 Bentuk tubuh porifera menyerupai vas bunga/piala dan melekat pada dasar
perairan
 Tubuhnya terdiri dua lapisan sel (diploblastik) dengan lapisan luarnya
(epidermis) yang tersusun atas sel-sel yang memiliki bentuk pipih, disebut
dengan pinakosit. 
 Pada epidermis yang terdapat porus/lubang kecil yang disebut dengan ostia
yang dihubungkan oleh saluran ke rongga tubuh (spongocoel)
 Lapisan dalamnya tersusun dari sel-sel yang berleher dan berflagel yang
disebut dengan koanosit yang berfungsi untuk mencernakan makanan
 Di dalam mesoglea terdapat juga beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel
skleroblas, sel arkheosit. 
 Di antara epidermis dan koanosit memiliki lapisan tengah yang berupa bahan
kental yang disebut dengan mesoglea atau mesenkin
 Sel amubosit atau amuboid yang berfungsi untuk mengambil makanan yang
telah dicerna di dalam koanosit. Sel skleroblasnya berfungsi dengan
membentuk duri (spikula) atau spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat
atau silikat
 Spongin tersusun dari serabut-serabut spongin yang lunakm berongga dengan
membentuk seperti spon. 
 Sel arkheosit berfungsi sebagai sel reproduktif, misalnya pembentuk tunas,
pembentukan gamet, pembentukan bagian-bagian yang rusak dan regenerasi. 
Makanan porifera berupa partikel zat organik atau makhluk hidup kecil yang masuk
bersama air melalui pori-pori tubuhnya. Makanan lalu ditangkap oleh flagel pada
koanosit yang kemudian makanan dicerna di dalam koanosit. Dengan demikian
pencernaannya secara intraselluler. Setelah dicerna, zat makanan tersebut diedarkan
oleh sel-sel amubosit ke sel-sel lainnya. Zat sisa makanan yang dikeluarkan melalui
oskulum bersama sirkulasi air.

2. Reproduksi Porifera - Porifera berkembang biak secara aseksual dan seksual.


Berikut penjelasan reproduksi porifera secara seksual dan aseksual.
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual dengan pembentukan tunas (budding). Tunas yang
dihasilkan kemudian memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru,
atau tetap menempel pada induknya sehingga menambah jumlah bagian-bagian dari
kelompok Porifera.
b. Reproduksi Seksual 
Reproduksi seksual berlangsung dengan persatuan antara sel telur dan
spermatozoid, yang akan menghasilkan zigot, selanjutnya berkembang menjadi larva
yang berflagel. Larva tersebut dapat berenang dan keluar melalui oskulum. Bila
menemukan tempat yang seksual, larva akan menempel kemudian tumbuh menjadi
porifera baru.
3. Tipe Tubuh Porifera 
Berdasarkan sistem saluran air yang terdapat pada Porifera, hewan ini
dibedakan atas tiga tipe tubuh, yaitu tipa Ascon, tipe Sycon, dan tipe Rhagon.
a. Tipe Ascon 

Tipe ascon merupakan tipe Porifera yang mempunyai sistem saluran air
sederhana. Air masuk melalui pori yang pendek, lurus ke spongocoel (rongga tubuh)
lalu keluar melalui oskulum. Contoh ; Leucoslenia.

b. Tipe Sycon 
Tipe Sycon merupakan Porifera yang mempunyai dua tipe saluran air, tetapi hanya
radialnya yang mempunyai koanosit. Air masuk melalui pori-ke saluran radial yang
berdinding koanosit-spongocoel-keluar melalui oskulum. Contoh : Scypha
c. Tipe Rhagon (Leucon) 
Tipe Rhagon merupakan Porifera yang bertipe saluran air yang kompleks atau
rumit. Porifera memiliki lapisan mesoglea yang tebal dengan sistem saluran air yang
bercabang-cabang. Koanosit dibatasi rongga bersilia berbentuk bulat. Air masuk
melalui pori-saluran radial yang bercabang-cabang-keluar melalui oskulum. Misalnya
: Euspongia dan Spongila.
4. Klasifikasi Porifera - Berdasarkan atas kerangka tubuh atau spikulanya, Porifera
dibagi menjadi tiga kelas.
a. Kelas Calcarea
  Kerangka tubuh pada kelas Calcarea berupa spikula yang mirip dengan duri-
duri kecil dari kalsium karbonat. Misalnya Scypha, Leucosolenia, dan Grantia 
Ciri-Ciri Calcarea
 Rangka tersusun atau kalsium karbonat
 Tubuhnya berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau silinder
 Tingginya kurang dari 10 cm 
 Hidup di laut

b. Kelas Hexatinellida 
Kerangka tubuh kelas Hexatinellida berupa spikula bersilikat atau kersik (SiO2).
Umumnya berbentuk silinder atau corong. Misalnya Euplectella aspergillum. 
Ciri-Ciri Hexatinellida
 Spikula berjumlah enam 
 Tubuhnya berwarna merah pucat dan bentuknya seperti vas
 Hidup di laut pada kedalaman 200-1000 meter

c. Kelas Demospongia 
Kelas tubuh kelas Demospongia terbuat spongin saja, atau campuran dari spongin dan
zat kersik. Misalnya Euspongia sp. dan Spongilla sp.

Ciri-Ciri Demospongia
 Tersusun dari spongin
 Tubuhnya berwarna merah cerah karena mengandung pigmen yang terdapat
pada amoebosit
 Tinggi dan diameternya menjadi lebih dari 2 meter
 Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang
 Hidup dilaut dan di air tawar

5. Peranan Porifera - Adapun manfaat porifera dalam kehidupan manusia. Manfaat


Porifera adalah sebagai berikut..
 Hewan Demospongia hidup dilaut dimanfaatkan sebagai spons untuk mandi
dan pembersih   
 Zat kimia yang dikeluarkan dapat mengobati penyakit kanker
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R. 2006. Kumpulan Koleksi Bivalvia. Pusat Penelitian Kelautan. Jakarta


Hibberd, Ty and Kirrily Moore. 2009. Field Identification Guide to Heard Island
and McDonnal Islands Benthic InvertebratesI. Australian antartic Division. Australia
Jasin, M., 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya.

Surabaya.

Kimball, J.W., 1999. Biologi Jilid III Edisi V. Erlangga. Jakarta.

Marshall, A.J., 1972. Textbooks of Zoology Invertebrata. The Macmillan Press

LTD. London.

Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno, Bambang S. (2007). BIOLOGI SMA Jilid 1

untuk Kelas X Berdasarkan Standar Isi 2006. Jakarta: Penerbit Erlangga.

ISBN : 979-781-726-1.

Romimohtarto, K., 2007. Biologi laut. Djambatan. Jakarta.

Sugiri, N., 1989. Zoologi Avertebrata II. IPB. Bogor.

Widayati, Hartini Etik. Biologi. Intan Pariwara

Anda mungkin juga menyukai