Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang mempunyai
bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu dicirikan dengan adanya
bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthopyta). Biji
dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan. Dengan
kata lain, biji dapat dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual (generatif).
Selain itu, ada juga pembiakan secara aseksual (vegetatif). 
Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu tumbuhan
berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pada
tumbuhan biji terbuka, biji tidak tertutup dengan daging buah atau daun buah
(karpelum). Misalnya, pada cemara, pinus, dan damar. Sementara itu, pada tumbuhan
berbiji tertutup, biji di tutupi oleh daging buah atau daun buah. Misalnya, pada
mangga, durian, dan jeruk. Dalam tumbuhan berbiji banyak sekali ordo ataupuun
famili dari tiap divisi. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan berbiji merupakan
tumbuhan yang dapat dikatakan tumbuhan yang memiliki bagian yang sangatlah
banyak.
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta tahun
yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae banyak diwakili
oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini menjadi batu bara :
Pteridospermophyta (paku biji), Bennettophyta dan Cordaitophyta. Anggota-
anggotanya yang lain dapat melanjutkan keturunannya hingga sekarang.
Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari salah satu
kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku biji).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Gymnospermae?
2. Apa saja ciri-ciri Gymnospermae?
3. Bagaimana reproduksi Gymnospermae?
4. Bagaimana proses penyerbukn dan pembuahan?
5. Bagaimana klasifikasii Gymnospermae?
6. Apa pengertian Cycadophyta?
7. Bagaimana klasifikasi Cycadophyta?
8. Apa pengertian dari Anthophyta?
9. Bagaimana pembagian internal (taksonomi)?
10. Bagaiaman klasifikasi macam dan manfat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Gymnospermae
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Gymnospermae
3. Untuk mengetahui reproduksi Gymnospermae
4. Untuk mengetahui proses penyerbukan dan pembuahan
5. Untuk mengetahui klasifikasi Gymnospermae
6. Untuk mengetahui pengertian dari Cycadophyta
7. Untuk mengrtahui klasifikasi Cycadophyta
8. Untuk mengetahui pengertian dari Anthophyta
9. Untuk mengetahui pembagian internal (taksonomi)
10. Untuk mengetahui klasifikasi macam dan manfaat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Gymnospermae
Menurut Campbell (2005:300), Tumbuhan adalah kelompok makhluk hidup
eukariota multi seluler yang merupakan autotrof fotosintetik dan memiliki jaringan
yang sudah berkembang dengan baik. Tumbuhan hidup pada berbagai lingkungan
darat, mulai dari lingkungan basah hingga pada daerah padang pasir atau tundra.
Semua jenis tumbuhan dimasukan kedalam plantae. Tumbuhan berbiji dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan
Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) meliputi tumbuhan yang berupa semak – semak atau pohon –
pohon yang batangnya keras dan berkayu. Gymnospermae bereproduksi secara
seksual. Gymnospermae belum memiliki bunga sesungguhnya. Bakal bijinya terletak
pada daun buah atau makrosporofil yang disebut strobilus betina. 21 Serbuk sari
terletak pada mikrosporofil. Mikrosoporofil itu sendiri, terletak pada bagian yang
disebut strobilus jantan. Gymnospermae memiliki daur hidup yang mirip dengan
paku heterospora Gymnospermae dikelompokkan menjadi empat divisi, yakni
Pinophyta, Cycadophyta, Ginkgophyta, dan Gnetophyta. Tumbuhan dibagi menjadi
dua, yaitu tumbuhan tak berpembuluh (non vaskuler) dan tumbuhan berpembuluh
(vaskuler). Tumbuhan tak berpembuluh yaitu lumut, sedangkan tumbuhan
berpembuluh terdiri atas tumbuhan tak berbiji, yaitu paku dan tumbuhan berbiji
(Briggs, 1997).
Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang mempunyai
bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu dicirikan dengan adanya
bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthopyta). Biji
dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan.
Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu tumbuhan berbiji
terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae).

3
Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka. Gymnospermae
berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang dan sperma yang
berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai tumbuhan berbiji terbuka
(Mulia, 2005).
Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae atau Magnoliphyta), biji atau bakal
biji selalu terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak terlihat dari luar. Pada
Gymnospermae, biji nampak (terekspos) langsung atau terletak di antara daun-daun
penyusun  strobilus atau runjung.
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta tahun
yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae banyak diwakili
oleh kelompok yang sekarang sudah punah dan kini menjadi batu bara
Gymnospermae berasal dari Progymnospermae melalui proses evolusi biji.
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti morfologi yang ada. Selanjutnya
Progymnospermae dianggap sebagai nenek moyang dari tumbuhan biji.
Progymnospermae mempunyai karakteristik yang merupakan bentuk antara
Trimerophyta dan tumbuhan berbiji. Meskipun kelompok ini menghasilkan spora,
tetapi juga menghasilkan pertumbuhan xylem dan floem sekunder seperti pada
Gymnospermae. Progymnospermae juga sudah mempunyai kambium berpembuluh
yang bifasial yang mampu menghasilkan xilem dan floem sekunder. Kambium
berpembuluh merupakan ciri khas dari tumbuhan berbiji. Salah satu contoh
Progymnospermae adalah tipe Aneurophyton yang hidup pada jaman Devon, sudah
menunjukkan system percabangan tiga dimensi dengan stelenya yang bertipe
protostele. Contoh lainnya adalah tipe Archaeopteris yang juga hidup di jaman
Devon. Kelompok ini dianggap lebih maju karena sudah menunjukkan adanya system
percabangan lateral yang memipih pada satu bidang dan sudah mempunyai struktur
yang dianggap sebagai daun. Batangnya mempunyai stele yang bertipe eustele yang
menunjukkan adanya kekerabatan dengan tumbuhan berbiji yang sekarang.
Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka. Gymnospermae
berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang dan sperma yang

4
berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai tumbuhan berbiji terbuka
(Suryowinoto ,1983).

  B. Ciri-ciri Gymnospermae
Menurut (Mulia, Ricki M. 2005) Gymnospermae memiliki ciri-ciri sebagai berikut
1. Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.
2. Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba. Batang dan akar
berkambium sehingga dapat tumbuh membesar. Akar dan batang tersebut selalu
mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Berkas pembuluh pengangkutan
kolateral terbuka. Xilem pada gymnospermae hanya terdiri atas trakeid saja
sedangkan floemnya tanpa sel-sel pengiring.
3. Mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
4.  Bentuk perakaran tunggang.
5. Daun sempit, tebal dan kaku.
6. Tulang daun tidak beraneka ragam.
7. Tidak memiliki bunga sejati.
8. Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan dan sel telur
terdapat dalam strobilus betin
9.  Struktur perkembangbiakan yang khas adalah biji yang dihasilkan bunga
ataupun runjung.   Setiap biji mengandung bakal tumbuhan , yaitu embrio yang
terbentuk oleh suatu proses reproduksi seksual. Sesudah bertunas embrio ini
tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.
10. Sperma atau sel kelamin jantan menuju kesel telur atau sel kelamin betina
melalui tabung serbuk sari hanya terdapat pada tumbuhan berbiji.
11.  Tumbuhan biji mempunyai jaringan pembuluh yang rumit. Jaringan ini
merupakan saluran menghantar untuk mengangkut air, mineral, makanan dan
bahan – bahan lain.
12. Tumbuhan berbiji terbuka memiliki pigmen hijau (klorofil) yang penting untuk
fotosintesis yaitu suatu proses dasar pembuatan makanan pada tumbuhan.

5
13. Gymnospermae memiliki batang yang tegak lurus dan bercabang-cabang.
Daunnya jarang yang berdaun lebar, jarang yang bersifat majemuk, dan system
pertulangan daunnya tidak banyak ragamnya. Hal ini sangat berbeda dengan
karakteristik daun yang terdapat pada angiospermae yang sistem pertulangannya
beraneka ragam.

C. Reproduksi
Organ reproduksi pada gymnospermae disebut konus atau strobilus.
Tumbuhan berbiji terbuka tidak memiliki bunga, sporofil terpisah-pisah atau
membentuk srobilus jantan dan betina. Makrosporofil dan makrosporangium yang
tampak menempel pada strobilus betina. Letak makrosporofil dan mikrosporofil
terpisah. Sel kelamin jantan berupa spermatozoid yang masih bergerak aktif. Di
dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk
butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk
yang bersayap.
 Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium
terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang
haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara
pada satu ruang arkegonium.
Pada Gymnospermae sering terjadi poliembrioni, walaupun hanya ada satu
embrio yang terus berkembang karena adanya pembelahan beberapa arkegonia. Air
sudah tidak digunakan sebagai media fertilisasi karena adanya pembentukan buluh
serbuk pada serbuk sari yang berkecambah.
Pada Coniferophyta dan Gnetophyta spermanya tidak mempunyai flagel,
sehingga buluh serbuk menghantarkannya langsung ke mulut arkegonia. Serta pada
Cycas dan Gingko fertilisasinya merupakan bentuk antara kondisi pada paku-pakuan
dan tumbuhan tanpa biji lainnya, yaitu spermanya mampu berenang bebas dan bentuk
pada tumbuhan berbiji yaitu spermanya tidak mampu bergerak bebas. Gametofit
jantan umumnya bersifat haustorial, yaitu menyerap makanan dari ovulum ketika
tumbuh, walaupun dibutuhkan buluh serbuk tetapi tidak langsung masuk ke

6
arkegonium. Buluh serbuk tersebut tumbuh dan menetap di dalam nuselus selama
berbulan-bulan sebelum menuju gametofit betina. Setelah sampai di mulut gametofit
betina, buluh serbuk robek dan melepaskan sel sperma yang berflagel banyak.
Sperma tersebut kemudian menuju ke arkegonium dan membuahi telur. Dengan
adanya buluh sperma tersebut maka tumbuhan berbiji tidak ada lagi yang bergantung
pada ketersediaan air pada fertilisasinya (Sinaga, 1993).

D. Proses Penyerbukan dan Pembuahan


Penyerbukan yang terjadi pada tumbuhan berbiji terbuka selalu dengan cara
anemogami (penyerbukan dengan bantuan angin). Serbuk sari jatuh langsung pada
bakal biji. Selang waktu antara penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang.
Pembuahan yang terjadi pada gymnospermae disebut pembuahan tunggal (setiap inti
generatif melebur dengan inti sel telur). Mikropil terdedah ke udara bebas.
Pembuahan pada gymnospermae disebut pembuahan tunggal, karena tiap-tiap inti
sperma membuahi satu sel telur.
Strobilus jantan  serbuk sari  jatuh pada tetes penyerbukan (ujung
putik)  buluh serbuk  membelah  inti tabung dan inti spermatogen  inti
spermatogen  membelah  dua inti sperma  membuahi sel telur di dalam ruang
arkegonium  zigot  lembaga di dalam biji tumbuhan baru (Sinaga, 1993).
 
E. Klasifikasi Gymnospermae
Gymnospermae terdiri dari beberapa divisi baik yang sudah punah maupun
yang masih ada sampai sekarang, yaitu mencakup 3 divisi yang telah punah dan 4
divisi yang masih bertahan.
Tumbuhan Gymnospermae yang sudah punah adalah:
1. Bennetophyta
2. Cordaitophyta
3. Pteridospermophyta, sudah punah namun dianggap sebagai moyang
Angiospermae.

7
Divisi Cycadophyta, yang mempunyai daun menyerupai palem, agak menyerupai
tumbuhan Cycas yang sekarang. Kelompok ini (Bennetitales) juga mengikuti garis
evolusi yang sama seperti tumbuhan berbiji yang ada sampai sekarang. Namun
terdapat perbedaan, yaitu sifat biseksualisme pada strobilusnya dan aspek lainnya.
Kelompok yang menyerupai Cycas ini hidup pada jaman Jura dan Creta.

F. Cycadophyta
Ordo ini dicirikan dengan bentuk dan susunan daun yang mirip dengan pohon
palem. Batang tidak bercabang, akar serabut, dan ujung daun mudanya menggulung
seperti daun tumbuhan paku muda, termasuk dalam tumbuhan berumah dua. Alat
kelamin jantan dan alat kelamin betina terdapat pada pohon yang berbeda. Pohon
jantan mempunyai tongkol dengan kotak-kotak berisi serbuk sari. Pohon betina
membentuk daun buah yang pipih yang pada lekukan tepi daun buah terdapat bakal
biji (Singh, 1999).
Ordo ini beranggotakan sembilan genus yang masih hidup sampai sekarang
dan meliputi sekitar 100 spesies. Meskipun tumbuhan ini tidak ditemukan dalam fosil
diduga sudah muncul pada zaman trias sampai kapur awal. Tanda-tanda khas
golongan ini adalah batang tidak bercabang, daun majemuk tersusun sebagai tajuk di
pucak pohon. Cycadales baik ditemukan baik di wilayah tropic maupun subtropik,
misalnya Zamia dan Cycas rumphii (pakis haji) (Singh, 1999).

Adapun ciri – ciri umum dari ordo Cycadales adalah :


a. Berupa pohon, seperti kelapa sawit dengan pertulangan daun sejajar. Batang tidak
bercabang, daunnya majemuk, tersusun sebagai tajuk di puncak pohon.
b. Berumah dua, artinya ada tanaman jantan yang menghasilkan strobilus jantan dan
tanaman betina yang menghasilkan strobilus betina pada tanaman yang berbeda.
c. Anggota ini menghasilkan strobilus yang besar. Meskipun demikian, rata – rata
reproduksinya rendah. Dari 15 – 20 strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas
jantan, hanya satu atau dua saja yang siap melepaskan serbuk sarinya. Strobilus
jantan ini menghasilkan aroma yang membuat serangga tertarik untuk datang.

8
Setelah datang, serangga tersebut akan memakan strobilus dan berkembang biak.
Pada saat yang sama, strobilus betina menghasilkan bau yang dapat mengusir
serangga yang datang kepadanya. Setelah beberapa waktu, strobilus betina
menghasilkan aroma yang justru menarik serangga yang berasal dari strobilus
jantan. Sambil membawa mikrospora dari strobilus jantan, serangga tersebut
menuju strobilus betina dan terjadilah polinasi.
d. Daun berbagi menyirip, tersusun roset batang, daun muda menggulung.
e. Mirip palma berkayu berbentuk pohon atau semak.
f. Strobilus terminalis, uniseksualis, dioecious.
g. Strobilus jantan mengandung banyak sekali mikrosporofil yang tersusun spiral
dengan mikrosporangia pada permukaan bawah.
h. Gamet jantan (spermatozoid) motil, di lingkungan air, penting untuk
penyerbukan.
i. Jumlah ovuli dua atau lebih pada tiap megasporofil.
j. Megasporofil mirip bulu ayam, tersusun longgar di ujung batang atau tersusun
rapat dan kompak.

G. Klasifikasi Cycadophyta
1. Kingdom                 : Plantae (tumbuhan)
2.   Subkingdom         : Tracheobionta (berpembuluh)
3. Superdivisio         : Spermatophyta (menghasilkan biji)
4. Divisio                  : Cycadophyta (sikas)
5.   Kelas                    : Cycadopsida
6. Ordo                     : Cycadales
7. Familia                  : Cycadaceae
8. Genus                   : Cyca
9. Spesies                  : Cycas rumphii

9
Ciri-Ciri Pakis Haji
a. Tumbuhan Biji Terbuka Yang Berbentuk Menyerupai Pohon Kelapa.
b. Daun Berbentuk Pita Dan Bertulang Daun Sejajar
c. Daun Yang Masih Muda Menggulung Seperti Tumbuhan Paku
d. Batangnya Tidak Bercabang.
e. Susunan Anak Daunnya Yang Tersusun Berpasangan
f. Berakar Tunggang
g. Klorofil Tidak Di Dalam Kloroplas, Tetapi Tersebar Di Seluruh Sitoplasma.
h. Memiliki Pigmen Fikosianin
i. Tumbuhan Jantan Memiliki Runjung Besar Yang Tumbuh Dari Ujung Batang

Habitat :
Jenis ini dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis.
Manfaat :
Buah pakis dapat mengobati diabetes mellitus dan perdarahan
menstruasi,batang pakis dapat mengobati hepatitis, daun pakis dapat mengobati bisul,
radang kulit bernanah, atau luka bakar, pada daun pakis rambat berguna untuk
penyakit amandel dan darah tinggi.
Akar beberapa jenis pakis haji dapat diinfeksi oleh sejenis Cyanobacteria,
Anabaena cycadeae , yang pada gilirannya menguntungkan kedua pihak ( simbiosis
mutualistis). Akar yang terinfeksi akan membentuk semacam bintil-bintil yang berisi
jasad renik tersebut. Beberapa pakis haji yang besar dapat dimakan bagian teras
batangnya, karena mengandung pati.

10
H. Pengertian Anthophyta
Tumbuhan berbunga atau Anthophyta ("tumbuhan bunga") adalah himpunan
terbesar tumbuhan yang hidup di daratan. Namanya diambil dari cirinya yang paling
khas, yaitu membuat organ reproduksi dalam bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah
modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem pembuahan tertutup. Sistem
pembuahan tertutup ini juga menjadi ciri khasnya yang lain, sehingga himpunan ini
dikenal pula menjadi Angiospermae ("berbiji terbungkus/tertutup"). Ciri yang
terakhir ini membedakannya dari himpunan tumbuhan berbiji (Spermatophyta) yang
lain:  tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Nama lain yang juga dikenakan
kepadanya adalah  Magnoliophyta  ("tumbuhan sekerabat dengan agnolia").
Nama Angiospermae diambil dari penggabungan dua ujar bahasa Yunani
Lawas: αγγειον (aggeion, "penyangga" atau "pelindung") dan σπερμα (sperma,
bentuk jamak untuk "biji") yang diperkenalkan oleh Paul Hermann pada tahun 1690.
Dalam beberapa besar sistem taksonomi modern, himpunan ini sekarang
menempati takson menjadi divisio. Namun demikian, Sistem klasifikasi APG II dan
pelanjutnya, Sistem klasifikasi APG III, yang berlandaskan pengelompokan filogeni
versi APG, tumbuhan berbunga ditempatkan dalam suatu klad yang tidak menempati
suatu takson dan dinamakan angiosperms.
Anthophyta merupakan golongan tumbuhan berbunga yang anggotanya
memiliki variasi morfologik beragam (Sinnott and Wilson, 1955). Organ generatif
berupa bunga menunjukkan spesifikasi taksa yang menempati kategori tertentu dalam
klasifikasi, sehingga sifat ciri organ tersebut dapat ditentukan sebagai karakter
diagnostik takson yang dimaksud (Singh, 1999).
Berdasarkan bentuk, ukuran, kelengkapan dan jumlah bagian penyusun bunga,
dapat disusun urutan mulai dari sifat sederhana menuju ke sifat yang lebih kompleks
(Scalgel, et al, 1968). Walaupun antara kedua keadaan tersebut dapat dibandingkan
perbedaannya, keduanya tetap memiliki kesamaan pada bagian-bagian tersebut.
Fenomena demikian merupakan cerminan hubungan kekerabatan yang digunakan
sebagai dasar klasifikasi filogenetik (Singh, 1999). Sifat yang sederhana tidak
selamanya dipandang sebagai bentuk primitif atau sebaliknya, karena selama

11
perjalanan evolusi ada sebagian penyusun bunga yang tidak berfungsi secara efektif
dan mengalami reduksi (Suryowinoto, 1983).
Kondisi alam yang dinamis menuju pada kesetimbangan, membuat keadaan
ini memaksa organisme termasuk tumbuhan untuk melakukan penyesuaian agar tetap
terjaga keberadaannya. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
variasi baik secara keseluruhan maupun sebagian organ (Jones and Wilkins, 1971).
Sehubungan dengan hal di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Penelusuran
Evolusi Anthophyta Berdasarkan Variasi Morfologik Bunga”.
Anthophyta adalah nama suatu golongan tumbuhan yang dicirikan oleh adanya organ
bunga sebagai alat reproduksi seksual atau organum reproduktivum bersifat generatif
(Tjitrosoepomo, 1970). Struktur bunga yang bervariasi dapat menunjukkan
spesifikasi yang unik. Jumlah bagian penyusun bunga dapat digunakan sebagai dasar
pengklasifikasian tumbuhan pada kategori kelas. Organ bunga merupakan salah satu
petunjuk untuk mempermudah pelacakan pada tingkat familia.
Evolusi bunga tidak terlepas dengan fungsi, karena suatu perubahan dapat
terjadi hanya pada bagian tertentu dari bunga dan tidak harus pada seluruh unit
penyusun bunga. Pada kondisi ekstrim beberapa bagian penyusun bunga dapat
mengalami reduksi atau menghilang, sehingga pada kasus tertentu terjadi
pengurangan jumlah. Kasus yang sebaliknya dapat terjadi sehingga terjadi
penambahan jumlah penyusun bunga (Brigss and Walters, 1997). Adanya hal
tersebut, mengindikasikan adanya bunga yang tersusun kompleks dan sederhana,
namun arah evolusi sudah tentu yakni dari bentuk primitif menuju modern dan tidak
mungkin evolusi berjalan mundur (Scalgel, et al, 1968).

Ciri-ciri khas
Menurut (Radford, 1974)Tumbuhan berbunga dibedakan dari himpunan lain
berlandaskan apomorfi (ciri-ciri terwariskan) yang khas dikembangkan oleh
himpunan ini. Biasanya ciri-ciri ini terletak pada pasangan reproduktif. Berikut
adalah ciri-ciri tersebut:

12
a. Bunga
Bunga menjadi penciri yang paling realitas dan membedakannya dari himpunan
tumbuhan berbiji yang lain. Bunga membantu himpunan tumbuhan ini
memperluas kebijakan evolusi dan lungkang (ruang prasyarat hidup
atau niche) ekologisnya sehingga membikinnya sangat berlandaskan untuk hidup
di daratan.
b. Benang sari
Stamen atau benang sari tidak dekat semakin ringan daripada organ dengan fungsi
serupa pada tumbuhan berbiji terbuka (yaitu strobilus). Benang sari telah
berevolusi untuk dapat beradaptasi dengan penyerbuk dan untuk
mencegah pembuahan sendiri. Adaptasi ke arah ini juga memperluas jangkauan
ruang hidupnya.
c. Ukuran gametofit jantan sangat tereduksi
Gametofit jantan yang sangat tereduksi (berada dalam serbuk sari dan hanya
terdiri dari tiga sel) sangat membantu mengurangi waktu selang penyerbukan, di
saat serbuk sari mencapai organ betina, dan pembuahan. Selang waktu normal
selang kedua tahap tersebut biasanya 12-24 jam. Pada Gymnospermae waktu
yang diperlukan untuk hal tersebut dapat mencapai setahun.
d. Karpela menutup rapat bakal biji
Karpela atau daun buah rapat membungkus bakal biji atau ovulum, sehingga
mencegah pembuahan yang tidak dimohon. Sel sperma akan dikontrol
oleh putik untuk membuahi sel telur (ovum). Setelah pembuahan, karpela dan
beberapa jaringan di sekitarnya juga akan mengembang menjadi buah. Buah
berfungsi adaptif dengan melindungi biji dari perkecambahan yang tidak dimohon
dan membantu proses penyebaran ke wilayah yang semakin lebar.
e. Ukuran gametofit betina sangat tereduksi
Sebagaimana pada gametofit jantan, ukuran gametofit betina juga sangat
berkurang menjadi hanya tujuh sel dan aman dalam bakal biji. Ukuran yang
mengecil ini membantu mempercepat perkembangan hidup tumbuhan. Hanya
himpunan Angiospermae yang memiliki perilaku semusim dalam proses

13
kehidupannya. Perilaku ini membikinnya sangat gampang menjelajah lungkang
yang tidak dekat semakin lebar.
f. Endosperma
Pembentukan endosperma pada biji adalah ciri khas Angiospermae yang sangat
daptasi karena melengkapi embrio atau kecambah dengan cadangan kebutuhan
hidup dalam perkembangannya. Endosperma secara fisiologis juga memperkuat
kekuatan serap biji akan hara yang diperlukan tumbuhan belia dalam
perkembangannya. dan
Pada awal mulanya, nama Angiospermae dimaksudkan oleh Paul Hermann
(1690) untuk seluruh tumbuhan berbunga dengan biji yang terbungkus dalam
kapsula, dan dipertentangkan dengan Gymnospermae menjadi tumbuhan berbunga
dengan buah achene atau berkarpela terbelah. Dalam pemahamannya, semuanya buah
atau pasangannya dianggap menjadi biji dan "terbuka". Kedua istilah ini dipakai
oleh Carolus Linnaeus dengan pemahaman yang sama tetapi digunakan menjadi
nama-nama dari kelas Didynamia (Tjitrosoepomo, 1970). 
Ketika Robert Brown pada tahun 1827 menemukan bakal biji yang benar-
benar terbuka (tak terlindung) pada sikas dan tumbuhan runjung, beliau memberikan
nama Gymnospermae untuk kedua himpunan tumbuhan ini. Tahun 1851 Wilhelm
Hofmeister menemukan perubahan-perubahan yang terjadi pada kantung embrio dari
tumbuhan berbunga (penyerbukan berganda). Hasil penemuan ini merupakan
Gymnospermae menjadi kelas yang benar-benar berbeda dari dikotil, dan istilah
Angiospermae mulai diterapkan untuk semua tumbuhan berbiji yang bukan kedua
himpunan yang dibicarakan Robert Brown. Pemahaman terakhir inilah yang sedang
bertahan sampai sekarang (Tjitrosoepomo, 1970). 
Dalam sistem taksonomi modern, himpunan tumbuhan berbunga ditempatkan
pada beragam takson. Selain Angiospermae, himpunan ini dikata juga
dengan Anthophyta ("tumbuhan bunga"). Sistem Wettstein dan Sistem Engler
menaruh Angiospermae pada tingkat subdivisio. Sistem Reveal mengisikan semua
tumbuhan berbunga dalam subdivisio Magnoliophytina, namun pada edisi lanjut
memisahkannya menjadi Magnoliopsida, Liliopsida, dan Rosopsida. Sistem

14
Takhtajan dan sistem Cronquist mengisikan himpunan ini ke dalam tingkat divisio
dengan nama Magnoliophyta. Sistem Dahlgren dan sistem Thorne (1992)
menggunakan nama Magnoliopsida dan meletakkannya pada tingkat kelas. Saat ini,
sistem klasifikasi yang paling kesudahan, seperti sistem APG (1998) dan sistem APG
II (2003), tidak kembali merupakannya menjadi satu himpunan takson tersendiri
melainkan menjadi suatu klade tanpa nama botani resmi dengan nama angiosperms
(sistem ini menggunakan nama-nama bahasa Inggris atau diinggriskan untuk nama-
nama tidak resmi) (Tjitrosoepomo, G., 1970).

I. Pembagian internal (taksonomi)


Klasifikasi internal kumpulan ini menjalani jumlah perubahan. Sistem
klasifikasi Cronquist (1981) sedang jumlah dipakai tetapi mulai dipertanyakan
keakuratannya dari sisi filogeni terutama karena bertentangan dengan hasil-hasil
penyelidikan molekular. Kesepakatan umum tentang bagaimana tumbuhan berbunga
dikelompokkan mulai tercapai sejak hasil "Angiosperm Phylogeny Group" (APG)
dikeluarkan pada tahun 1998 dan diperbaharui pada tahun 2003sebagai Sistem
klasifikasi APG II.
Sistem klasifikasi Cronquist membagi tumbuhan berbunga dijadikan dua
kelompok: Magnoliopsida dan Liliopsida. Nama pemeri lain yang diizinkan dalam
Pasal 16 ICBN menjadikan Dicotyledoneae (dikotil) dan Monocotyledoneae
(monokotil) atas dasar sejarah dan memperlihatkan satu ciri cukup mudah bagi
diawasi meskipun tak selalu demikian: tumbuhan dikotil memiliki dua daun
lembaga sedangkan tumbuhan monokotil memiliki satu daun lembaga.
Sistem APG, yang memakai konsep kladistika dan jumlah memakai metode
pengelompokan statistika (clustering) serta memasukkan data-data molekular,
mendapati bahwa monokotil menjadikan kumpulan monofiletik atau holofiletik, dan
menamakannya monocots (bentuk jamak dari monocot), tetapi dikotil ternyata tak
demikian (disebut sebagai kumpulan bersifat parafiletik). Meskipun demikian
terdapat kumpulan besar dikotil yang monofiletik yang
dinamai eudicots atau tricolpates. Nama eudicot berarti "dikotil sejati" karena

15
memperlihatkan ciri-ciri yang biasa dinyatakan sebagai ciri khas dikotil, seperti
bunga dengan empat atau lima mahkota bunga dan empat atau lima kelopak bunga.
Sisa dari pemisahan ini, yang tetap parafiletik, biasa dinamakan
sebagai paleodicots (paleo- berarti "purba" atau "kuno") bagi keadaan mudah
penyebutan. Penyelidikan memakai filogeni yang memakai data-data molekular
hingga kini telah menemukan delapan kumpulan utama pada tumbuhan berbunga,
yaitu monocots, eudicots, Amborellaceae, Nymphaeales,  Austrobaileyales,
Chloranthales, Ceratophyllales, dan magnoliids (Sudarnadi, 1989).

J. Keanaekaragaman Macam dan Manfaat


Jenis tumbuhan berbunga diperkirakan berkisar selang 250.000 hingga
400.000 yang dapat dikelompokkan hingga paling sedikit 402 suku (berdasarkan
taksiran dalam Sistem APG II). Sistem APG 1998 menyatakan terdapat 462 suku.
Monokotil mencakup sekitar 23% dari keseluruhan spesies dan "dikotil sejati"
(eudicots) mencakup 75% dari keseluruhan spesies.

Sepuluh besar suku tumbuhan sesuai keadaan jumlahnya jenis menjadikan sebagai
berikut:
1. Asteraceae atau Compositae (suku kenikir-kenikiran): 23.600 jenis
2. Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan): 21.950
3. Fabaceae atau Leguminosae (suku polong-polongan): 19.400
4. Rubiaceae (suku kopi-kopian): 13.183
5. Poaceae, Glumiflorae, atau Gramineae (suku rumput-rumputan): 10.035
6. Lamiaceae atau Labiatae (suku nilam-nilaman): 7.173
7. Euphorbiaceae (suku kastuba-kastubaan): 5.735
8. Cyperaceae (suku teki-tekian): 4.350
9. Malvaceae (suku kapas-kapasan): 4.225
10. Araceae (suku talas-talasan): 4.025

Kesepuluh suku di atas mencakup beragam jenis tumbuhan penting dalam


kehidupan manusia, patut dalam anggota pertanian, kehutanan maupun industri. Suku

16
rumput-rumputan jelas menjadikan suku terpenting karena membuat berbagai sumber
energi pangan bagimanusiadan ternak dari padi, gandum, jagung, jelai, haver, jewawu
t, tebu, serta sorgum. Suku polong-polongan menempati lokasi terpenting kedua,
sebagai sumber protein nabati dan sayuran utama dan berbagai peran budaya lain
(kayu, pewarna, dan racun). Suku nilam-nilaman beranggota jumlah tumbuhan
penghasil minyak atsiri dan bahan obat-obatan.

Sebagian suku penting lainnya dalam kehidupan manusia menjadikan


1. Solanaceae (suku terong-terongan), sebagai sumber pangan penting terutama
sayuran
2. Cucurbitaceae (suku labu-labuan), sebagai sumber sayuran penting
3. Brassicaceae atau Cruciferae (suku sawi-sawian), sebagai sumber sayuran dan
minyak pangan penting
4. Alliaceae (suku bawang-bawangan), sebagai sumber sayuran bumbu penting
5. Piperaceae (suku sirih-sirihan), sebagai sumber rempah-rempah penting.
6. Arecaceae atau Palmae (suku pinang-pinangan), sebagai pendukung
kehidupan penting warga agraris daerah tropika
7. Rutaceae (suku jeruk-jerukan), Rosaceae (suku mawar-mawaran), dan
Myrtaceae  (suku jambu-jambuan) jumlah membuat buah-buahan penting.
8. Tumbuhan berbunga juga dijadikan pemasok sumberdaya dunia dalam
bentuk kayu, kertas, serat (misalnya kapas, kapuk, henep, sisal, serat manila),
obat-obatan (digitalis, kamfer), tumbuhan hias (ruangan maupun terbuka), dan
berbagai daftar panjang kebaikan lain

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka. Gymnospermae


berasal dari bahasa Yunani, yaitu gymnos yang berarti telanjang dan sperma yang
berarti biji, sehingga gymnospermae dapat diartikan sebagai tumbuhan berbiji
terbuka. Cycadophyta dengan bentuk dan susunan daun yang mirip dengan pohon
palem. Batang tidak bercabang, akar serabut, dan ujung daun mudanya menggulung
seperti daun tumbuhan paku muda, termasuk dalam tumbuhan berumah dua. Alat
kelamin jantan dan alat kelamin betina terdapat pada pohon yang berbeda. Pohon
jantan mempunyai tongkol dengan kotak-kotak berisi serbuk sari. Pohon betina
membentuk daun buah yang pipih yang pada lekukan tepi daun buah terdapat bakal
biji. Tumbuhan berbunga atau Anthophyta ("tumbuhan bunga") adalah himpunan
terbesar tumbuhan yang hidup di daratan. Namanya diambil dari cirinya yang paling
khas, yaitu membuat organ reproduksi dalam bentuk bunga

B. Saran

Bagi pembaca semoga setelah membaca ini dapat mengetahui tentang


Gymnosperme tersebut, Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekeliruan yang ada   dalam makalah ini, sehingga kami menerima segala
masukannya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Briggs, D. and S. M. Walter, 1997. Plant Variation and Evolutions. 3rd. New York :
Cambridge University Press.

Scalgel, R. F., G. E. Rouse, J. R. Stein, R. J. Bandoni. W. B. Schofield and T. M. C.


Taylor, 1968.    An evolutionary Survey of the Plant Kingdom. California :
Wadsworth publishing Company, Inc.

Radford, A. E., W. C. Dickison, J. R. Massey and C. R. Bell., 1974. Vascular Plant


Systematics. New York : Harper and Row Publisher.

Singh, G, 1999 Plant Systematic. New Hampshire : Science Publisher, Inc.


Sinnott, E. W. and K. S. Wilson, 1955. Botany : Principle and Problem. 5th. New
York : Mc. Graw – Hill Book Company, Inc.

Sudarnadi, H, 1989. Taksonomi Tumbuhan Berpembuluh I. Bogor : Institut Pertanian


Bogor.

Suryowinoto,M,1983. Monocotyledoneae: Aspek – aspek Dasar yang Mempengaruhi


Klasifikasi Filogenetik. Yogyakarta : Fakultas Biologi UGM.

Tjitrosoepomo, G., 1970. Morfologi Tumbuhan : Susunan Luar Tumbuh-tumbuhan


Berkormus Beserta Petunjuk Mencandra Tumbuh-tumbuhan. Yogyakarta :
Fakultas Biologi UGM.

Sugeng P. 2004. Aneka Kehidupan. Jakarta: Arena.


Sinaga, Meity. 1993. Budidaya Tumbuhan Biji Terbuka. Jakarta: Penerbit   Swadaya.
Mulia, Ricki M. 2005. Gymnospermae. Diposkan oleh Budi Utomo di 02.28

19

Anda mungkin juga menyukai