Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BOTANI FARMASI

SPERMATOPHYTA

DISUSUN OLEH :

NAMA : WAHYU DWI JESSICA


NIM : 1904067
KELAS :B
DOSEN PEMBIMBING : MIFTAHUR RAHMI, M. Pd

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN PERINTIS
PADANG
2020
SPERMATOPHYTA

1. Pengertian Spermatophyta
Tumbuhan berbiji atau sering disebut dengan spermatophyta
merupakan tumbuhan yang paling banyak di kenal oleh masyarakat umum.
Karena kebanyakan tumbuhan yang termasuk ke dalam kelompok tumbuhan
spermatophyta ini, sangat bersentuhan langsung dengan kepentingan hidup
manusia. Banyak tanaman yang dibudidayakan termasuk kelompok
spermatophyta.
Spermatophyta berasal dari kata sperma yang berarti biji
dan phyton yang berarti tumuhan. Biji adalah tumbuhan yang berfungsi
sebagai alat reproduksi. Oleh karena perkembangbiakannya dengan meng-
gunakan biji, maka secara sederhana tumbuhan yang demikian dimasukan
kedalam tumbuhan berbiji. Kadang-kadang biji dari tumbuhan kelompok ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Jadi di samping sebagai alat re-
produksi juga sebagai sumber pangan.
Tumbuhan yang termasuk kedalam kelompok spermatophyta ini
secara morfologi, sudah dapat dibedakan antara akar, batang, daun, sesuai
dengan pengertian sehari-hari. Artinya bahwa masyarakat secara umum,
yang dimaksud dengan akar, batang, dan daun adalah akar, batang dan daun
yang ada dan nampak dimiliki oleh tumbuhan berbiji. Karena memiliki akar,
batang dan daun serta menghasilkan biji maka golongan tumbuhan ini
disebut juga dengan cormophyta berbiji.
Nama untuk sebutan dari tumbuhan berbiji ini
adalah Anthophyta (tumbuhan berbunga), Phanerogamae (tumbuhan yang
perkawinannya terlihat), Embriophyta sifonogama (tumbuhan yang
berlembaga dan perkawinannya melalui pembuluh).
2. Ciri-Ciri Umum Spermatophyta
Menurut Nyoman Wijana (2014;129), ciri-ciri dari spermatophyta
adalah sebagai berikut :
a. Struktur perkembangbiakan yang khas adalah biji yang dihasilkan bunga
atau pun runjung. Setiap biji mengandung bakal tumbuhan, yaitu embrio
yang terbentuk oleh suatu prores reproduksi seksual. Sesudah bertunas
embrio ini tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.
b. Sperma atau sel kelamin jantan menuju ke sel telur atau sel kelamin
betina melalui tabung serbuk sari hanya terdapat pada tumbuhan berbiji.
c. Tumbuhan biji mempunyai jaringan pembuluh yang rumit. Jaringan ini
merupakan saluran menghantar untuk mengangkut air, mineral, makanan
dan bahan-bahan lain.
d. Pada hakikatnya tumbuhan berbiji memiiki pigmen hijau (klorofil) yang
penting untuk fotosintesis yaitu suatu proses dasar pembuatan makanan
pada tumbuhan.

Menurut Nyoman Wijana (2014;128-129), karakter dari tumbuhan biji


dilihat dari akar, batang, dan daun dapat diringkas seperti pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1.1. Karakter Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)
No Organ Karakter
Morfologi : akar serabut, akar tunggang
Anatomi : lapisan luar (epidermis), kulit dalam
(kortex), silinder pusat (stele) (xylem dan phloem)
1 Akar
Fungsi : alat untuk menyerap air dan mineral dari
dalm tanah serta untuk menancapkan diri ke tanah

Bentuk tumbuh : tegak, condong, berbaring dan


merayap
Anatomi : epidermis, korteks , stele (xylem da
phloem)
2 Batang
Fungsi : penghubung akar dan daun sehingga
batang dapat memtransportasikan air dan garam
mineraldari akar ke daun atau sebaiknya.

Morfologi tulang daun yang bervariasi


(palminervis, peninervis, rektinervis, curvinervis).
Anatomi : epidermis mesofil (jaringan tiang dan
3 Daun jaringan bunga karang), bunga karang ada xylem
ada phloem.
Fungsi : tempat berlangsungnya fotiosintesis.

Morfologi : alat kelamin jantan (benang sari)

4 Bunga penghasil sperma, dan ada alat kelamin betina


(putik) penghasil ovum.

Tumbuhan berbiji (spermatophyta) biasanya dibedakan menjadi dua


kelompok yaitu tumbuhan berbiji terbuka (gymnosperma) dan tumbuhan
berbiji tertutup (angiosperma) (Moertolo dkk, 1999;78-79).
1. Gymnospermae (Tumbuhan Beriji Terbuka)
Istilah “tumbuhan berbiji terbuka” merupakan terjemahan dari
“gimnosperma” yang berarti “biji telanjang. Gimnosperma mempunyai
bakal biji yang terbuka bebas tanpa pelindung baik sebelum maupun
sesudah pembuahan (fertilisasi). Bakal biji merupakan salah satu bukti
bahwa gimnosperma lebih berkembang dari pada tumbuhan paku, akan
tetapi belum semaju angiosperma yang bakal bijinya terlindung dan
terbungkus.
Kelompok tumbuhan ini mempunyai habitat yang terbatas.
Demikian juga kemampuan mereka untuk berkembangbiak secara
vegetatif sangat berkurang atau terbatas. Kelompok tumbuhan ini
dikenal pula mengalami pertumbuhan yang sangat lambat.
a. Klasifikasi Gymnospermae
Gymnospermae di bagi atas empat divisi yaitu:
1. Kelas Cycadophyta
Divisi inti berangotakan sembilan genus yang masih hidup
sampai sekarang dan meliputi sekitar 100 spesies. Meskipun
tidak ditemukan dalm fosil, tumbuhan ini diduga sudah muncul
pada zaman Trias kapur awal.
Jenis tumbuhan ini memiliki susunan daun dan bentuk
batang menyerupai pohon palem dan batangnya tang tidak
bercabang. Tumbuhan dari kelas ini bersifat dioecious (rumah
dua). Contoh Cicas rumpii (pakis haji), Zamia, dan Cycas
revoluta.
2. Kelas Gnetophyta
Ciri khas tumbuhan ini adalah memiliki batang lurus,
bercabang-cabang atau tidak. Bunga berkelamin tuggal, yaitu
strobilus jantan dan betina terdapat dalam satu pohon. Bunga
tersusun majemuk. Contoh Gnetum gnemon (melinjo)
(Moertolo dkk, 1999;78-79).
3. Kelas Coniferophyta
Tumbuhan coniferae mempunyai bentuk yang bervariasi,
ada yang tipis, ada yang tebal agak lebar, dan ada oula yang
berbentuk seperti jarum. Contoh dammar (Agethis alba), tusam
(Pinus merkusii), dan balsam (Abies balsamania) (Wijana,
2014;132)..
Tumbuhan biji terbuka ini memiliki peran yang pentig
bagi kehidupan penindustrian untuk industry kertas dan korek
api digunakan tumbuhan pinus dan dammar. Pinus dan dammar
juga digunakan sebagai bahan cat dan permis. Di samping itu
juga digunakan unutuk tanaman hias seperti Araucaria, Thuja,
dan Cupressus (Wijana, 2014;132).
4. Kelas Ginkgophyta
Anggota divisi ini hanya satu spesies, yaitu Ginkgo biloba.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli daratan cina. Tinggi
pohon dapat mencapai 30 meter, daun berbentuk kipas, mudah
gugur dan berumah dua (serbuk sari dan bakal biji dihasilkan
oleh individu yang berlainan). Berdasarkan bukti
fosil Ginkgo diperkiran hidup sejak zaman Jura (181 juta tahun
yang lalu) (Wijana, 2014;132).
Kelompok tumbuhan ini mempunyai habitat yang terbatas.
Demikian juga kemampuan mereka untuk berkembangbiak
secara vegetatif sangat berkurang atau terbatas. Kelompok
tumbuhan ini dikenal pula mengalami pertumbuhan yang
sangat lambat (Wijana, 2014;132).
b. Susunan Tubuh
Pada dasarnya perakaran gymnosperma ialah perakaran
tunggang. Kadang-kadang pada akar didapatkan mikoriza (pinus)
atau bintil-bintil (cycas). Umumnya tumbuhan ini mempunyai
batang yang tegak menjulang ke udara. Jenis –jenis tertentu
mempunyai batang berbaring (juniperus horizontalis) atau
batangnya menjadi umbi di dalam tanah (zamia). Batangnya
umumnya bercabang (pinus, cedrus), tetapi ada pula yang tanpa
cabang (cycas, bowenia) (Moertolo dkk, 1999;78-79).
Beberapa jenis (ginkgo, pinus) mempunyai percabangan yang
berbeda. Sebagian tumbuhan berbiji terbuka mempunyai mikrofil,
sebagian lain mempunyai megafil (Ginkgo, Gnetum). Beberapa
jenis tumbuhan mempunyai daun letak berhadapan atau bersilang
(Gnetum, Ephedra, welwitschia) (Moertolo dkk, 1999;78-79).
c. Reproduksi Gymnospermae
Serbuk sari terdapat pada badan yang di sebut strobilus. Ada
dua macam strobilus yaitu strobilus jantan dan strobilus betina.
Strobilus jantan menghasilkan spermatozoid, dan strobilus betina
menghasilkan ovum. Apabila strobilus jantan dan betina terdapat
pada satu pohon di sebut dengan tumbuhan berbunga satu (Wijana,
2014;130).
Contoh tumbuhan melinjo (Gnetum gnemon). Apabila
strobilus jantan dan betina terdapat pada pohon yang berbeda di
sebut dengan tumbuhan berumah dua. Contoh pakis haji (Cicas
rumphii) dan cemara gunung (Phinus merkusii). Pembuahan pada
tumbuhan Gymnospermae merupakan fertilisasi tunggal dengan
selang waktu antara penyerbukan dan pembuahan umumnya
berlangsung cukup lama (Wijana, 2014;130).

2. Angiospermae (Tumbuhan Biji Tertutup)


Tumbuhan berbiji tertutup atau angiosperma, terdapat di
lingkungan yang luas, mereka dapat ditemukan sebagai tumbuhan yang
hidup di tanah yang lembab maupun kering. Tumbuhan ini dapat
ditemukan pula sebagai tumbuhan air, bahkan di daerah pasang surut,
mereka dapat berupa tumbuhan epifit bahkan parasit (Moertolo dkk,
1999;88).
Perawakan mereka bervariasi. Ada yang berupa tumbuhan basah
(herba), semak, atau pohon dengan pertumbuhan sekunder yang kuat.
Bila pada gimnosperma umumnya hanya dikenal dua bentuk pohon
(bentuk palem atau bentuk cemara dengan mahkota daun berbentuk
kerucut), pada angiosperma arsitekturnya sangat bervariasi, walaupun
dasar percabangannya hanya dua macam, yaitu monopodial atau
simpodial (model: kelapa, kamboja, bamboo, ketapang, dll)
(Moertolo dkk, 1999;88).
Banyak diantara jenis tumbuhan ini yang berbunga dan berbuah
berulang kali, polikarpa. Beberapa jenis tumbuhan hanya dapat
berbunga dan berbuah sekali, monokarpa. Sepanjang hidupnya,
walaupun panjang hidupnya berbeda-beda, yaitu dapat semusim atau
setahun (jagung, kedelai), dua tahun (bit), beberapa tahun (sagu)
(Moertolo dkk, 1999;88).
Menurut Nyoman Wijana (2014;133), Ciri-ciri tumbuhan
Angiospermae adalah sebagai berikut :
 Mempunyai bunga yang sesungguhnya
  Daun yang pipih, lebar dengan susunan tulang yang
beranekaragam
 Bakal biji atau biji tidak tampak karena terbungkus dalam suatu
badan yang berasal dari daun buah, yaitu putik
 Selisih waktu yang relatif pendek antara penyerbukan dan
pembuahan
 Mengalami pembuahan ganda

Tumbuh-tumbuhan (filum Angiospermatophyta) dibagi menjadi dua


kelas yaitu:
1. Kelas Liliopsida (Monokotil)
Umumnya monokotil memiliki biji dengan satu kotiledon
(daun biji), daun-daun foliagennya sempit, dengan pembuluh-
pembuluh parallel, komponen-komponen bunga berbentuk kelipatan
tiga, sepal (kelopak) dan petal (mahkota) tidak dapat dibedakan
sehingga dikenal sebagai tepal. Jaringan-jaringan vaskular
(pengangkut) bertebaran dalam berkas acak di sepanjang batang,
dan karena tidak memiliki kambium batang (sel-sel penyekat aktif
yang menghasilkan kayu) maka sebagian besar monokotil bersifat
herba/menema.
Berikut ini adalah beberapa family anggota kelompok
monokotil  dengan beberapa contoh tumbuhannya :
a. Liliaceae
Contoh umum dari family ini adalah
lili (Lilium), asparagus (Asparagus cooperi), tumbuhan
merambat, sungsang (Gloriosa Superba), agave (Agave
sisalana), bawang besar (Allium cepa), bawang merah (A.
ascolinisum), dan bawang putih (A. sativum) (Syamsuri,
2006;153).
b. Palmae
Contoh family ini adalah kepala (Cocos) dan kurma
(Phoenix) (Syamsuri, 2006;153).
c. Gramineae
Contoh family ini adalah padi, gandum, rumput dan
bamboo (Syamsuri, 2006;153).
d. Orchidaceae
Family ini disebut juga keluarga anggrek. Beberapa
contohnya ialah anggrek Cattleya, Dendrobium, Phalaenopsis,
Arundina, Vanda, Epidendrum, Lealia, Oncidium dan
vanilla (Vanilla planifolia) (Syamsuri, 2006;153).
e. Musaceae
Contoh family ini dalah pisang raja, pisang tanduk dan
pisang kipas (Syamsuri, 2006;153).

f. Zingiberaceae
Contoh family ini adalah jahe dan lengkuas (Syamsuri,
2006;153).
2. Kelas Magnoliopsida (Dikotil)
Dikotil memiliki biji-biji dengan dua kotiledon, daun-daunnya
lebar dengan sebuah tulang daun ditengahnya dan pembuluh-
pembuluh bercabang, bagian-bagian bunga terbentuk dengan
kelipatan empat atau lima, biasanya kelopaknya kecil dan hijau,
mahkotanya lebar dan berwarna-warni, berkas-berkas vaskuler
tersusun dalam sebuah cincin di sekeliling tepi batang, dan karena
banyak tumbuhan dikotil memiliki kambium batang yang
menghasilkan kayu, maka ada bentuk-bentuk yang berkayu maupun
bentuk-bentuk herba (A Dorling, 2007;25). 
Berikut ini adalah beberapa family anggota kelompok dikotil
dengan beberapa contoh tumbuhannya.
a. Caryophyllaceae
Anggota Caryophyllaceae habitusnya herba dan merupakan
tanaman semusim atau tahunan. Tanaman ini sering digunakan
sebagai tanaman hias. Contohnya anatara  lain Dianthus
chinensis, D. caryophytallius, Arenaria dan
Agrotemma (Syamsuri, 2006;151).
b. Mognoliaceae
Anggota famili ini berupa pohon atau perdu dam bunga
cukup menarik. Contohnya antara lain cempaka putih
(Magnoliara), cempakaambon (Magnoliafigo) dan Liriodendron 
(Syamsuri, 2006;151).
c. Ranunculaceae
Anggotanya misal Clematis faniculata yang banyak
digunakan sebagai tanaman hias, jinten hitam (Nigela
sativa) untuk bumbu dapur, Delphidium dipakai sebagai bunga
potong, jukut (Drymaria corduta) yang hidup dip agar,
sepanjang sungai, tempat lembab dan banyak dipakai sebgai
obat cuci perut dan obat bisul (Syamsuri, 2006;151).
d. Papaveraceae
Contohnya adalah deruju atau celangkringan (Argemone
mexicana) dan Papever somniverum (Syamsuri, 2006;151).
e. Crucifera
Contonya adalah kubis (Brassica olariceae), sawi (B.
tugosa), lobak (Raphanus sativus) dan sawi tanah (Nasturlium
heterophyllum) (Syamsuri, 2006;152).
f. Rosaceae
Anggota dari family ini banyak kita kenal misalnya mawar,
apel, apricot, pir, rubus dan arbei (Syamsuri, 2006;152).
g. Leguminosae
Famili ini disebut polong-polongan misalnya flamboyan,
akasia, tuba, kembang merak, daun kupu-kupu, kaliandra,
kembang telang, jengkol, lamtoro, petai, kacang tanah, asam
serta kacang ercis dan buncis (Syamsuri, 2006;152)
h.  Malvaceae
Contoh tumbuhan ini adalah kembang sepatu dan kapas
(Syamsuri, 2006;152).
i. Cactaceae
Tumbuhan yang termasuk dalam family ini adalah semua
yang kelompok kaktus, yang mencapai hampir 1.500 spesies
contohnya adalah Cereus jamacaru, Opumtia monacaptha,
Epiphyllum, Perescia dan Ferocactus (Syamsuri, 2006;152).
j. Umbelliferae
Contohnya ialah ketembar, jinten, seledri, adas, jinten
putihdan tikim (Syamsuri, 2006;152).
k. Labiataa
Anggota famili ini banyak menghasilkan minyak aromatic,
misalnya daun poko yang mengandug menthol, nilam atau
dilem, lavender dan kumis kucing (Syamsuri, 2006;152).
l. Solanaceae
Contoh tumbuhan famili ini yang paling umum adalah
kentang, tomat, cabai, tembakau, terung dan kecubung
(Syamsuri, 2006;153).
m. Compositae
Family ini memiliki anggota yang paling banyak,misalnya
bandotan, selada, bunga matahari, Sonchus arvensis,
Chysanthemum, Dahlia, Solidago, Arthemisia, Aster, Gerbera
dan Zinnia (Syamsuri, 2006;153).

1. Susunan Tubuh
a. Akar
Pada tumbuhan berbiji tertutup, akar primer, yang
merupakan hasil perkembangan dari akar lembaga, dapat
berhenti berkembang tetapi diikuti dengan pembentukan
beberapa akar yang lain pada pangkal batang tumbuhan
dikotil pada dasarnya mempunyai perakaran tunggang,
walaupun banyak juga yang mempunyai perakaran serabut
terutama pada tumbuhan dikotil yang tidak berasal dari biji
(Moertolo dkk, 1999;88).
Akar pada dasarnya berfungsi menyerap air beserta
mineral terlarut dan memperkuat tegaknya batang, karena
tumbuhan angiosperma sangat bervariasi, dapat pula
mengubah atau mengembangkan fungsinya (penyimpanan
makanan: singkong, wortel; akar nafas: bakau, haustorium,
benalu; akar reproduksi: sukun, dsb). Penambahan fungsi
tersebut menyebabkan perubahan bentuk dan susunannya
(Moertolo dkk, 1999;88).
b. Batang
Fungsi batang yang utama ialah mendukung bagian-
bagian tumbuhan di atas tanah terutama daun, dan sebagai
penghubung antara akar dan daun. Batang, terutama batang
muda atau batang lunak, mempunyai jaringan pengangkut
(xylem, floem) terhimpun dalam berkas-berkas yang
tersusun kolateral (Moertolo dkk, 1999;89).
Pada tumbuhan dikotil, di dalam berkas pengangkut di
antara xylem dan floem terdapat jaringan, meristem yaitu
kambium. Disebut berkas pengangkut kolateral
terbuka.  Pada monokotil kambium tidak ditemukan (atau
bila ada, misalnya pada beberapa jenis Liliaceae, tidak
terdapat di dalam berkas pengangkut), sehingga di dalam
berkas pengangkut xylem berbatasan langsung dengan
floem, disebut berkas pengangkut kolateral tertutup
(Moertolo dkk, 1999;89).
c. Daun
Pada angiosperma dikenal empat macam susunan tulang
daun yaitu menyirip, menjari, sejajar, dan melengkung.
Susunan tulang daun pada dikotil umumnya ialah menyirip
atau menjari, sedangkan tulang daun melengkung dan sejajar
umumnya didapatkan pada monokotil, walaupun banyak
juga monokotil yang mempunyai tulang daun menyirip atau
menjari (Moertolo dkk, 1999;90).  
2. Reproduksi Angiospermae
Angiospermae dapat berkembangbiak secara generatif dan
vigetatif. Perkembangbiakan secraa generatif pada
angiospermae disebut dengan pembuahan ganda. Pembuahan
ganda artinya bahwa terjadi dua kali proses pembuahan yaitu
antara sperma 1 dengan ovum menghasilkan zigot (2n) dan
sperma 2 dengan inti kandung lembaga sekunder membentuk
endosperma (3n). Untuk menjelaskan pembuhan ganda ini dapat
dilakukan secara bertahap yakni pada serbuk sari dan pada putik
(Wijana, 2014;133).
a. Perkembangan serbuk sari
Serbuk sari yang jatuh di kepala putik terdiri atas satu sel
dengan dua dinding pembungkus, yaitu : eksin (selaput luar)
dan intin (selaput dalam). Eksin pecah kemudian intin
tumbuh memanjang membentuk buluh serbuk sari. Buluh
serbuk sari ini tumbuh menuju ke ruang bakal biji (Wijana,
2014;134).
Bersamaan dengan ini inti sel serbuk sari membelah
menjadi 2, yang besar dengan posisi di depan disebut dengan
inti vegetative yang berfungsi sebgai penunjuk jalan, dan
yang kecil di posisi di belakang disebut dengan inti
generatif. Inti generatif membelah lagi menjadi dua inti
generatif atau spermatozoid, yaitu inti generatif 1 (sperma 1)
dan inti generatif 2 (sperma 2) (Wijana, 2014;134).
b. Putik (pembentuk sel telur)
Bersamaan dengan perkembangan serbuk sari dalam
buluh serbuk sari, di dalam ruang bakal biji sel induk
megaspore (megasporosit/makrosporosit) membelah secara
meiosis menjadi 4 sel. Tiga di antaranya mati dan yang satu
tumbuh menjadi satu sel megaspora/makrospora (inti
kandung lembaga rimer) (Wijana, 2014;134).
Inti sel megaspora ini selanjutnya membelah secara
mitosis sebanyak tiga kali, sehingga terbentuk 8 inti. Ke-8
inti tersebut masing-masing terbungkus membran sehingga
menjadi sel yang terpisah. Karena itu sel-sel di dalam bakal
biji disebut multigamet (Wijana, 2014;134).
Langkah berikutnya, 8 sel tersebut membentuk formasi
di dalam bakal biji. Tiga sel menempatkan diri di bagian atas
bakal biji disebut antipoda. Yang dibagian bawah dekat
mikrofil, 3 sel menempatkan diri  berdekatan. Yang tengah
adalah ovum sedang yang mengapitnya kiri dan kanan
adalah sinergid. Dua sel yang tersisa bergerak ke tengah
bakal biji dan bersatu membentuk inti kandung lembaga
sekunder sehingga menjadi sel yang diploid (2n) (Wijana,
2014;134).
Apabila terjadi pembuahan inti generatif 1 (sperma 1)
membuahi ovum membentuk zigot, sedangkan inti generatif
2 (sperma 2) membuahi inti kandung lembaga sekunder
menghasilkan endosperma (3n). endosperma ini selanjutnya
berperan sebgai cadangan makanan untuk zigot. Inilah yang
dinamakan pembuahan ganda. Sementara itu inti vegatatif
akan mati setelah sampai di bakal biji (Wijana, 2014;134).
c. Ovul dan Produksi Sel Telur
Walaupun segelintir spesies tumbuhan tak berbiji bersifat
heterosfor, tumbuhan berbiji bersifat unik karena
mempertahankan megasporangium megaspora di dalam
sporofit induk. Selapis jaringan sporofit yang disebut
integument membungkus dan melindungi megasporangium.
Megasporangia gimnosperma dikelilingi oleh satu
integumen, sementara megasporangia angiosperma biasanya
memiliki dua integumen.
Struktur keseluruhan yaitu, megasporangium,
megaspore, dan integumennya disebut ovul (ovule). Di
dalam setiap ovul   (dari kata Latin ovulum, telur kecil),
gametofit betina berkembang dari megaspora dan
menghasilkan satu sel telur atau lebih.
d. Polen dan Produksi Sperma
Mikrospora berkembang menjadi serbuk polen (pollen
grain), atau serbuk sari) yang terdiri dari sebuah gametofit
jantan yang diselubungi oleh dinding polen. Dinding polen
yang tangguh, yang mengandung polimer sporopolenin,
melindungi serbuk polen ketika ditranspor dari tumbuhan
induk melalui angin.
Transfer polen ke bagian tumbuhan berbiji yang
mengandung ovul disebut polinasi (pollination). Jika serbuk
polen bergeminasi (mulai tumbuh) atau berkecambah,
tabung polen akan muncul dan melepaskan sperma ke dalam
gametofit betina di dalam ovul
DAFTAR PUSTAKA
Cambell, Neil A. 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hlm.186.

Kindersley, A Dorling. 2007. Ensiklopedia Sains dan Teknologi. Jakarta: Lentera


Abadi. hlm.25.

Moertolo, Ali dkk. 1999. Keanekaragaman Tumbuhan. Malang: Universitas


Negeri Malang Press. hlm.78

Syamsuri, Istamar Dkk. 2006. Biologi Jilid 1b. Jakarta: Erlangga. hlm.47-48.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum 1. Bandung: Angkasa. hlm.1

Wijana, Nyoman. 2014. Biologi Dan Lingkungan. Yogyakarta: Plantaxia. hlm.128

Siti Sutarmi Tjitrosomo, Botani Umum 1, Angkasa, Bandung, 1983, hlm.1

Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyte), Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta, 2013, hlm.1

Nyoman Wijana, Biologi Dan Lingkungan, Plantaxia, Yogyakarta, 2014, hlm.128


Ali Moertolo dkk, Keanekaragaman Tumbuhan, Universitas Negeri Malang Press,
Malang, 1999, hlm. 78

Istamar Syamsuri Dkk, Biologi Jilid 1b, Erlangga, Jakarta, 2006, Hlm. 47-48.

A Dorling Kindersley, Ensiklopedia Sains dan Teknologi, Lentera Abadi, Jakarta,


2007, hlm.25.

Neil A Cambell, Biologi Edisi 8 Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2008, hlm, 186

Anda mungkin juga menyukai