Anda di halaman 1dari 10

FARMAKOTERAPI I

NAMA : WAHYU DWI JESSICA


NIM : 1904067
KELAS : B

DOSEN PENGAMPU : Apt, LOLA AZYENELA, M.Farm


GAGAL GINJAL KRONIS

Genetik
Jenis kelamin
Penyebab Sistemik F Usia
Gagal ginjal A
kronis adalah kondisi K
D ketika fungsi ginjal E Obesitas
menurun secara
Penyakit Vaskular T
E T Merokok
bertahap akibat O
F I Alkohol dan obat
kerusakan jaringan R
I O Penyakit Glomerulus
ginjal. Secara medis,
N gagal ginjal kronis L
R Riwayat keluarga
I didefinisikan sebagai O
Penyakit E Berat badan lahir rendah
S penurunan laju G
penyaringan ginjal Tubulointerstisial S Gagal ginjal akut
I I
selama 3 bulan atau I
lebih.  K
Penyebab Lain O Diabetes mellitus
Hipertensi
Obstructive sleep apnea
MANIFESTASI KLINIK GAGAL GINJAL KRONIK
 Manifestasi kardiovaskuler pada gagal ginjal
kronis mencangkup hipertensi (akibat retensi cairan
dan natrium dari aktivitas system rennin-  Perubahan neuromuscular
angiotensin-aldosteron), gagal jantuing kongestiv, mencangkup perubahan tingkat
01 edema pulmoner (akibat cairan berlebih), dan kesadaran, tidak mampu
perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial berkonsentrasi, kedutan otot,
oleh toksin uremik). dan kejang.

03
Gejala gastrointestinal juga
sering terjadi dan menyangkut
anoreksia, mual, muntah dan  Manifestasi kelainan kulit
cegukan. pada penderita gagal ginjal
kronis
02
04
PENATALAKSANAAN GAGAL GINJAL KRONIS
NON FARMAKOLOGI

Pengaturanasupanprotein :
mulaidilakukanpadaLFG≤6
0ml/mnt
Pengaturan asupan kalori: 30-35
kkal/kgBB/hari3)
kkal/kgBB/hari3)
Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori
total danmengandung jumlah yang sama antara
asam lemak bebas jenuh dantidak jenuh

Pengaturan asupan karbohidrat:


50-60% dari kalori total5)
Garam (NaCl): 2-3gram/hari6)
Kalium: 40-70 mEq/kgBB/hari
Fosfor: 5-10 mg/kgBB/hari
(pasien HD: 17 mg/hari)8)
Kalsium: 1400-1600 mg/hari9)
Besi: 10-18 mg/hari

Magnesium: 200-300 mg/hari11)


Asam folat pasien HD: 5 mg12)
Air: jumlah urin 24 jam + 500 ml (insensible
water loss)
Penatalaksanaan penyakit Gagal Ginjal
Kronis dengan penyakit Diabetes Mellitus
secara farmakologi
You can place your own image here

Metformin direkomendasi untuk kebanyakan pasien


dengan tipe diabetes 2 dengan gagal ginjal kronik stadium
1 atau 2 yang memiliki fungsi renal stabil yang tidak
berubah selama 3 bulan terakhir (derajat A). Metformin
mungkin dilanjutkan pada pasien dengan gagal ginjal
kronik stabil stadium 3 (derajat B). Rekomendasi praktek
klinis: Metformin seharusnya dihentikan jika terdapat
perubahan akut dalam fungsi renal atau selama periode
penyakit yang dapat menimbulkan perubahan tersebut
(misalnya ketidaknyamanan gastrointestinal atau dehidrasi)
atau menyebabkan hipoksia (misalnya gagal jantung atau
respirasi). Perawatan khusus seharusnya dilakukan untuk
pasien yang juga mengkonsumsi ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker, obat antiinflamasi nonsteroid
atau diuretik, atau setelah pemberian kontras intravena
You can place your own image here
karena risiko gagal ginjal akut dan sehingga akumulasi
asam laktat, terbesar untuk pasien ini
Penatalaksanaan penyakit Gagal Ginjal Kronis dengan penyakit Hipertensi
secara farmakologi

Ambang batas untuk pengobatan dengan antihipertensi pada pasien dengan


gangguan fungsi ginjal atau proteinuria yang menetap adalah tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Tekanan darah
optimal adalah tekanan darah sistolik <130 mmHg dan tekanan darah
diastolik <80 mmHg, atau lebih rendah jika proteinuria lebih dari 1 g dalam
24 jam. Tiazid kemungkinan tidak efektif dan diperlukan dosis tinggi
diuretika kuat. Peringatan khusus untuk penggunaan penghambat ACE pada
gangguan fungsi ginjal, lihat bab 2.3.5, namun penghambat ACE dapat
efektif. Antagonis kalsium dihidropiridin dapat juga ditambahkan.
PENANGANAN KOMPLIKASI PADA PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIS

ANEMIA
Terapi ESA dimulai setelah identifikasi faktor lain yang
Pada evaluasi anemia memberi memperberat anemia dan lakukan koreksi terlebih
kemungkinan diagnosis anemia dahulu. Selain ltu pastikan bahwa status besi cukup
defisiensi besi dapat diterapi dini dan untuk memulai terapi ESA. Dalam pemberian ESA
tepat. Sebelum terapi ESA harus hendaknya dipertimbangkan antara potensi manfaat
dilakukan pemeriksaan status besi. pemberian ESA untuk mengurangi kebutuhan transfusi
Status besi dikatakan cukup sebagai dan memperbaiki gejala anemia dengan potensi risiko
syarat memulai terapi ESA bila seperti stroke, trombosis akses vaskuler dan hipertensi.
saturasi transferin (satT)> 20 % dan
feritin serum > 100 ug/L (pasien pre-
dialisis) dan > 200 ug/L (pasien
dialisis). Bila ditemukan defisiensi
besi maka defisiensi besi haruslah
dikoreksi terlebih dahulu
ASIDOSIS
METABOLIK
Klasifikasi dari
Klasifikasi dari
asidosis metabolik
dibedakan menjadi Tablet Natrium Larutan Shohl’s
dua kategori yakni Bikarbonat
asidosis metabolik
dengan kategori
ringan sampai
dengan sedang dan
asidosis metabolik
dengan kategori
berat. Pasien dengan
asidosis metabolik
ringan sampai
dengan sedang DAY 1 DAY 2 DAY 3 DAY 4
adalah apabila pH
pasien sebesar 7.20-
7.40 dan dengan
serum bikarbonat
sebesar 12-20
mEq/L. Sedangankan
pasien dengan
asidosis metabolik Tablet Salut Enteric Pengikat Phospat
berat adalah apabila Bikarbonat
pH pasien < 7.20 dan
dengan serum
bikarbonat sebesar <
12 mEq/L
GANGGUAN METABOLISME
TULANG
Strategi ke depan dalam penatalaksanaaan GMT-PGK adalah (1) ) mencegah dan
mengatasi hiperfostaemia dan 2) menghambat hiperplasi kelenjar
paratiroid.Modalitas terapi tergantung pada stadium penyakit dan tujuan terapi
yang diberikan. Pada stadium pradialisis, terapi terutama ditujukan pada
pengendalian fosfat. Usaha ini dilakukan dengan, 1) pemberian diet rendah fosfat,
2) pemberian pengikat fosfat (phosphate binders). Pemberian diet rendah fosfat
terkendala dengan malnutrisi yang bisa terjadi pada penderita. Berbagai jenis
pengikat fosfat sudah tersedia, baik yang calcium base maupun yang noncalcium
base, namun usaha pengendalian fosfat pada penderita penyakit ginjal kronik tetap
menjadi masalah. Dialisis, walaupun dalam jumlah terbatas dikatakan dapat
mengurangi hiperfosfatemia. Hasil yang baik dilaporkan terjadi pada hemodialisis
setiap hari (daily hemodyalisis). Pemberian Vitamine D3 Receptor Activator
(VDRA) dengan tujuan menghambat terjadinya hiperparatiroidisme sekunder,
dilaporkan banyak memberikan hasil, walau masih terdapat sedikit kontroversi.
Pemberian preparat calcimemetik yang dapat mengakibatkan down regulation
Calcium Sensing Receptor (CsR) sehingga sekresi PTH dapat dihambat,
dilaporkan juga banyak memberikan hasil

Dan apabila sudah terjadi hipertrofi kelenjar paratiroid (parathyroid


adenoma), atas indikasi tertentu, dilakukan paratireoidektomi; baik
medical maupun surgical.
THANKS
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai