Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nanda MuIyana

Nim : 1904058

keIas : B

Resume

Reseptor adalah molekul protein yang menerima sinyal kimia dari luar sel. Ketika


sinyal kimia semacam itu berikatan dengan reseptor, mereka menyebabkan beberapa bentuk
respons seluler / jaringan, misalnya perubahan aktivitas listrik sel. Reseptor dapat terikat
pada membran sel, sitoplasma, atau nukleus, yang masing-masing hanya dapat dilekati oleh
jenis molekul sinyal tertentu. Molekul pemberi sinyal yang melekat pada suatu reseptor
disebut ligan, yang dapat berupa suatu peptida atau molekul kecil lain
seperti neurotransmiter, hormon, obat, atau toksin.

Fungsi Reseptor adalah :

untuk menerima berbagai sumber rangsangan atau pun impuls pada tubuh manusia yang
bertindak secara langsung sebagai reseptor yang pada umumnya adalah organ indra.

Jenis – jenis reseptor

 Reseptor ionotropik
Reseptor terkait kanal ion teraktivasi ligan (reseptor ionotropik) biasanya menjadi target
neurotransmiter cepat seperti asetilkolin (nikotinik) dan GABA; dan aktivasi reseptor ini
menghasilkan perubahan gerakan ion melintasi membran. Mereka memiliki struktur
heteromer dimana setiap subunit terdiri dari domain pengikat ligan ekstraseluler dan
domain transmembran di mana domain transmembran pada gilirannya mencakup empat
heliks alfa transmembran. Rongga pengikat ligand terletak di antarmuka antara subunit.
 Reseptor terhubung protein G
Reseptor terhubung protein G (reseptor metabotropik) adalah keluarga reseptor terbesar
dan termasuk reseptor untuk beberapa hormon dan neurotransmiter misalnya dopamin dan
glutamat. Mereka terdiri dari tujuh heliks alfa transmembran. Lengkung yang
menghubungkan heliks alfa membentuk domain ekstraseluler dan intraseluler. Situs
pengikatan untuk ligan peptida yang lebih besar biasanya terletak di domain ekstraseluler
sedangkan situs pengikatan untuk ligan non-peptida yang lebih kecil sering terletak di
antara tujuh heliks alfa dan satu lengkungan ekstraseluler. Reseptor yang disebutkan di
atas digabungkan ke sistem efektor intraseluler yang berbeda melalui protein G.
 Reseptor tirosin kinas
Reseptor yang terkait dengan kinase terdiri dari domain ekstraseluler yang mengandung
situs pengikatan ligan dan domain intraseluler, sering kali dengan fungsi enzimatik,
dihubungkan oleh heliks alfa transmembran tunggal. Contoh reseptor terkait kinase
yaitu reseptor insulin.
 Reseptor inti
Meskipun reseptor ini disebut reseptor inti, sebenarnya mereka terletak di sitoplasma dan
bermigrasi ke inti setelah mengikat dengan ligan. Reseptor terdiri dari daerah pengikat
ligan ujung C, domain pengikat DNA inti (DBD) dan domain ujung N yang berisi
wilayah AF1 (fungsi aktivasi 1). Wilayah inti memiliki dua zinc finger yang bertanggung
jawab untuk mengenali sekuens DNA khusus untuk reseptor ini. Ujung N berinteraksi
dengan faktor-faktor transkripsi seluler lainnya dengan cara yang tidak bergantung ligan;
dan tergantung pada interaksi ini, ia dapat memodifikasi pengikatan/aktivitas reseptor.
Reseptor steroid dan hormon tiroid adalah contoh dari reseptor tersebut
Reseptor membran dapat diisolasi dari membran sel dengan prosedur ekstraksi kompleks
menggunakan pelarut, deterjen, dan/atau pemurnian afinitas.
Struktur dan aksi reseptor dapat dipelajari dengan menggunakan metode biofisik
seperti kristalografi sinar-X, NMR, dichroism lingkaran, dan interferometri polarisasi
ganda. Simulasi komputer tentang perilaku dinamis dari reseptor telah digunakan untuk
mendapatkan pemahaman tentang mekanisme aksi mereka.

 Agonis: Obat dengan asosiasi cepat dan disosiasi cepat.


 Agonis parsial: Obat dengan hubungan sedang dan disosiasi menengah.
 Antagonis: Obat dengan asosiasi cepat dan disosiasi lambat
Dogma utama farmakologi reseptor adalah bahwa efek obat berbanding lurus dengan jumlah
reseptor yang ditempati. Lebih lanjut, efek obat berhenti ketika kompleks reseptor obat
terdisosiasi.
Ariëns dan Stephenson memperkenalkan istilah "afinitas" dan "efikasi" untuk
menggambarkan aksi ligan yang terikat pada reseptor.

 Afinitas: Kemampuan suatu obat untuk bergabung dengan reseptor untuk


menciptakan kompleks reseptor-obat.
 Efikasi: Kemampuan kompleks reseptor obat untuk memulai respons.
Agonis versus antagonis
Tidak setiap ligan yang berikatan dengan reseptor juga mengaktifkan reseptor itu. Kelas ligan
bisa dibagi menjadi:

 Agonis (penuh), dapat mengaktifkan reseptor dan menghasilkan respons biologis yang
kuat. Ligan endogen alami dengan efikasi terbesar untuk reseptor yang diberikan menurut
definisi adalah agonis penuh (efikasi/kemanjuran 100%).
 Agonis parsial, tidak mengaktifkan reseptor dengan efikasi maksimal, bahkan dengan
pengikatan maksimal, menyebabkan respons parsial dibandingkan dengan agonis penuh
(khasiat antara 0 dan 100%).
 Antagonis, mengikat reseptor tetapi tidak mengaktifkannya. Antagonis menghasilkan
blokade reseptor, menghambat pengikatan agonis dan agonis terbalik (inverse agonist).
Antagonis reseptor dapat bersifat kompetitif (atau reversibel), dan bersaing dengan
agonis untuk reseptor, atau mereka dapat menjadi antagonis ireversibel yang
membentuk ikatan kovalen (atau ikatan nonkovalen afinitas sangat tinggi) dengan
reseptor dan benar-benar memblokirnya. Omeprazole merupakan inhibitor
pompa proton adalah contoh dari antagonis ireversibel. Efek dari antagonisme ireversibel
hanya dapat dibalik dengan sintesis reseptor baru.
 Agonis terbalik (inverse agonist), mengurangi aktivitas reseptor dengan menghambat
aktivitas konstitutifnya (efikasi negatif).
 Modulator alosterik: Agonis tidak mengikat ke situs pengikatan pada reseptor
melainkan pada situs pengikatan alosterik tertentu, tempa mereka memodifikasi efek
agonis. Misalnya, benzodiazepin (BZD) mengikat ke situs BZD pada reseptor GABA-A
dan mempotensiasi efek GABA endogen.

SOAI

1. Obat migren akut yang bekerja dengan menstimulir dan memblok reseptor alfa-adrenergik
(5HT1) dan serotoninergik dengan efek vasodilatasi ringan adalah…..
a. Analgetik
b. Antagonis reseptor serotonin
c. Metilsergida
d. Ergotamin tartrat

jawab : d. Ergotamin tartrat

2. Dibawah ini adalah gplongan obat Parkinson, kecuali :


a. Agonis dopamine
b. Penghambat COMT
c. Antipasmolitik
d. Penghambat mono amin oksidase

jawab : c. Antipasmolitik

3. Obat yang bekerja dengan menstimulir dan memblok reseptor alfa adrenergik (5HT1) dan
serotoninergik dengan efek vasodilatasi ringan adalah...
a. Bellapheen
b. Cafergot
c. Imigran
d. A dan B benar

jawab : d. A dan B benar

4. Zat untuk pembekuan darah yang bekerja memblokade reseptor glikoprotein IIb/IIIa
sehingga menghambat agregasi trombosit adalah :
a. Clopidogel
b. Vitamin K
c. Ticlopidine
d. Absiksimab

jawab : d. Absiksimab

5. Golongan obat Parkinson yang bias menembus sawar otak 1-3% adalah :
a. Antikolinergik
b. Karbidova
c. Levodopa
d. Agonis dopamine

jawab : c. Levodopa
Anggriani: Evaluasi Penggunaan Obat Hipertensi Golongan Angiotensin Reseptor Bloker
Pada Pasien Yang Intoleransi Ace Inhibitor 21 Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No. 1 p-
ISSN: 2406-9299 e-ISSN: 2579-4469

setiap orang dengan tekanan darah sistolik secara rasional hipertensi dikaitkan dengan
>140 mmHg atau diastolik >90 mmHg resiko tinggi dengan kejadian
didiagnosis hipertensi. Sedangkan WHO kardiovaskuler maka mengatur tekanan
(World Health Organization) berdasarkan darah ke tingkat yang di rekomendasikan
tekanan sistolik maupun diastolik, yaitu bertujuan untuk pencegahan primer dan
jika sistolik 160 mmHg dan diastolik sekunder penyakit kardiovaskuler. Obat
95mmHg. Dengan pergantian definisi ini anti hipertensi yang sering digunakan
prevalensi hipertensi menjadi dua kali sesuai rekomendasi JNC 7 adalah diuretik,
lipat. Hipertensi umumnya mulai pada usia penghambat enzim konversi angiotensin
muda, sekitar 5-10% pada 20-30 tahun. (ACE inhibitor), penghambat reseptor
Bagi pasien hipertensi yang berusia antara angiotensin (ARB), penyekat Beta dan
40-70 tahun, setiap peningkatan tekanan antagonis calcium (CCB). Terapi
darah sistolik sebesar 20 mmHg atau mengunakan ACE inhibitor merupakan
tekanan darah diastolik sebesar 10 mmHg terapi yang aman dan konvensional.
akan meningkatkan risiko penyakit Walaupun obat ini efektif dan dijadikan
kardiovaskular seperti serangan jantung pilihan utama, namun obat ini sering
dan stroke. Di Amerika, menurutNational menimbulkan efek samping batuk yang
Health and Nutrition Examination Survey sangat mengganggu. Batuk kering yang
(NHNES III); paling sedikit 30% dari persisten dapat dijelaskan secara
jumlah pasien hipertensi tidak menyadari farmakologi karena ACE inhibitor
kondisi mereka, dan hanya 31% pasien menghambat penguraian dari bradikinin.
yang diobati untuk mencapai target Batuk yang disebabkan tidak menimbulkan
tekanan darah yang diinginkan yaitu penyakit tetapi sangat mengganggu kepada
dibawah140/90 mmHg. Di Indonesia, pasien. Hal ini menyebabkan pemilihan
dengan tingkat kesadaran akan kesehatan obat golongan angiotensin II
yang lebih rendah, jumlah pasien yang receptorblocker sebagai terapi alternative
tidak menyadari bahwa dirinya menderita (Dipiro). METODOLOGI PENELITIAN
hipertensi dan yang tidak mematuhi Metode penelitian ini meliputi penelusuran
minum obat kemungkinan lebih besar. pustaka, penetapan kriteria obat, penetapan
Healthy People 2010 for Hypertension kriteria pasien dan kriteria penggunaan
menganjurkan perlunya pendekatan yang obat. Dilanjutkan dengan pengambilan
lebih komprehensif dan intensif guna data, pengolahan dan analisa data, dan
mencapai pengontrolan tekanan darah pengambilan kesimpulan. HASIL DAN
secara optimal . Tingginya tekanan darah PEMBAHASAN Hasil analisis kuantitatif
merupakan salah satu faktor yang penggunaan obat Antihipertensi golongan
menentukan dimulainya terapi ARB di Poli Ginjal Hipertensi RS. Hasan
farmakologi. Menurut pedoman NICE Sadikin Bandung pada bulan Juli sampai
(National Institute for Health and Clinical) Desember 2013 adalah : Tabel 1. Jumlah
Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Dinding arteri akan mengalami penebalan
kelamin Jumlah Persentase Pria 54 50.9 oleh karena adanya penumpukan zat
Wanita 52 49.1 Jumlah total pasien 106 kolagen yang melapisi otot, sehingga
100 Faktor gender berpengaruh pada pembuluh darah akan berangsur- angsur
terjadinya hipertensi, dimana pria lebih menyempit dan menjadi kaku. Disamping
banyak dibanding wanita. Pria diduga itu, pada usia lanjut sensitivitas pengaturan
mempunyai gaya hidup yang cenderung tekanan darah yaitu reflex baro reseptor
dapat meningkatkan tekanan darah di mulai berkurang, demikian juga halnya
banding dengan wanita. Namun setelah dengan peran ginjal, dimana aliran darah
mendekati menopause, prevalensi dan laju filtrasi glomerulus menurun.
hipertensi pada wanita cenderung Tabel 3. Data Penggunaan Obat ACE
meningkat (Depkes 2006). Hal tersebut Inhibitor Obat ACE Inhibitor Jumlah
dikarenakan adanya pengaruh hormon Persentase Captopril 97 91.5 Lisinopril 9
estrogen yang dapat melindungi wanita 8.5 Jumlah total pasien 106 100 ACE
dari penyakit kardiovaskuler dan kadar inhibitor menghambat perubahan
hormon ini akan menurun ketika Angiotensin I menjadi Angiotensin II,
menopause. Data Riskesda 2007 dimana Angiotensin adalah vasokontriktor
menyebutkan bahwa prevalensi penderita poten yang juga merangsang sekresi
hipertensi di Indonesia lebih besar pada aldosteron.ACE I juga memblok degradasi
wanita (8.6%) dibanding pria (5.8%). bradikinin dan merangsang sintesa zat-zat
Sedangkan menurut Depkes RI 2006 yang menyebabkan vasodilatasi, termasuk
sampai umur 55 tahun,, pria lebih banyak prostaglandin E2 dan prostasiklin.
menderita hipertensi dibanding wanita. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek
Dari umur 55 – 74 tahun sedikit lebih penurunan tekanan darah dari ACE I,
banyak wanita dibanding pria yang tetapi juga bertanggung jawab terhadap
menderita hipertensi. Tabel 2. Jumlah efek batuk kering yang sering dijumpai
Pasien Berdasarkan Kelompok Usia Usia pada penggunaan ACE I. ACE I dapat di
Jumlah Persentase 0 - 18 tahun 0 0 19 - 40 toleransi dengan baik oleh kebanyakan
tahun 12 11.3 41 - 64 tahun 79 74.5 > 65 pasien tetapi tetap mempunyai efek
tahun 15 14.2 Jumlah total pasien 106 100 samping. ACE I mengurangi aldosteron
Dengan bertambahnya umur, resiko dan dapat meningkatkan konsentrasi
terkena hipertensi menjadi lebih besar kalium serum. Biasanya kenaikannya
sehingga prevalensi hipertensi di kalangan sedikit tetapi terlihat terutama pada pasien
lanjut usia cukup tinggi yaitu sekitar 40% penyakit ginjal kronis, atau diabetes
dengan kematian sekitar diatas 65 tahun mellitus, suplemen Kalium atau diuretik
(Depkes2006). Individu berumur 55 tahun hemat kalium. Tabel 4. Data Respon
memiliki 90% resiko untuk mengalami Intoleransi ACE Inhibitor Respon
hipertensi. Penyakit hipertensi umumnya intoleransi Jumlah Persentase Batuk 53
berkembang pada saat usia seseorang 50.0 Tensi tidak stabil 33 31.1 Adanya
mencapai separuh baya yaitu cenderung gangguan pada ginjal 20 18.9 Jumlah total
meningkat khususnya lebih dari 40 tahun pasien 106 100 Intoleransi adalah ketidak
bahkan pada usia diatas 60 tahun keatas. mampuan tubuh dalam mentolerir suatu
Setelah usia 45 tahun terjadi peningkatan obat dan menimbulkan efek samping yang
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. tidak diinginkan Diperoleh data sebanyak
50% pasien mengalami respon intoleransi penggunaan ARB, yaitu menurut efek
batuk akibat pemberian dari ACE inhibitor inhibisi dalam 24 jam, tingkat afinitasnya
yang mana dapat di jelaskan mekanisme terhadap reseptor AT1 dibanding AT2 dan
kerja ACE inhibitor dapat merangsang waktu paruh obat Tabel 6. Data Terapi
bradikinin dan dapat menyebabkan Kombinasi Obat Hipertensi Terapi
batuk.Golongan ARB digunakan untuk Kombinasi Obat Hipertensi Jumlah
menangani pasien dengan hipertensi, Persentas e ARB ( Tanpa kombinasi ) 26
terutama terhadap pasien yang intoleransi 24.5 ARB + Amlodipin 44 41.5 ARB +
dengan terapi ACE inhibitor. Target Diltiazem 2 1.9 ARB + Amlodipin+
farmakologi dari sistem renin angiotensin Furosemid 6 5.7 ARB + Nipedipin 2 1.9
tidak hanya untuk mengatur tekanan darah ARB + Amlodipin + Bisoprolol 9 8.5 ARB
tapi juga untuk perlindungan pada + Amlodipin + Klonidin 2 1.9 ARB +
vaskuler. ARB lebih toleran dari ACE Bisoprolol + Nipedipin 2 1.9 ARB +
inhibitor dan mungkin jadi pilhan terapi Amlodipin + Bisoprolol + Klonidin 1 0.9
yang praktis. Studi klinis menunjukan ARB + Furosemid 2 1.9 ARB+ Bisoprolol
efikasi dari irbesartan, losartan, valsartan + Hidroklortiazid 3 2.8 ARB + Furosemid
dan telmisartan dalam managemen + Spironolakton 2 1.9 ARB + Furosemid +
Chronic Kidney Disease (CKD). Semua Hidroklortiazid 1 0.9 ARB +
golongan ARB terbukti efektif dalam Hidroklortiazid 2 1.9 ARB + Amlodipin +
peningkatan beberapa aspek disfungsi Hidroklortiazid 2 1.9 Jumlah total pasien
ginjal. Penurunan proteinuria dengan ARB 106 100 Menurut European Society of
juga terkait dengan peningkatan hasil Hypertension 2003, kombinasi dua obat
kardiovaskuler. Setelah dekade penelitian untuk hipertensi ini dapat dilihat pada
sekarang ada bukti substansial untuk gambar dibawah ini dimana kombinasi
menunjukan bahwa ARB memberikan obat yang dihubungkan dengan garis tebal
pilihan pengobatan berkhasiat untuk adalah kombinasi yang efektif. Gambar 1.
pencegahan perkembangan penyakit ginjal Kombinasi yang memungkinkan dari kelas
pada pasien hipertensi dengan atau tanpa yang berbeda untuk obat obat hipertensi.
diabetes. Tabel 5. Data Penggunaan Obat Kombinasi terapi Angiotensin Reseptor
ARB Obat ARB Jumlah Persentase Bloker dengan Calsium Chanel Blocker
Candersartan 36 34.0 Irbesartan 10 9.4 (CCB) di rekomendasikan sebagai salah
Telmisartan 25 23.6 Valsartan 35 33.0 satu terapi hipertensi yang efektif. .The
Jumlah total pasien 106 100 Anggriani: Sub Analysis of Heart Institute of Japan
Evaluasi Penggunaan Obat Hipertensi Candersartan Randomize Trial for
Golongan Angiotensin Reseptor Bloker Evaluationin Coronary Artery Disease
Pada Pasien Yang Intoleransi Ace (HIJCREATE) dalam sebuah studi
Inhibitor 23 Jurnal Farmasi Galenika menggambarkan bahwa kombinasi
Volume 4 No. 1 p-ISSN: 2406-9299 e- candersartan dan amlodipin mengurangi
ISSN: 2579-4469 Spesifikasi penggunaan resiko utama kejadian penyakit
ARB berdasarkan efektivitasnya dalam cardiovaskuler. Hasil ini menunjukkan
menghambat ikatan angiotensin II dan bahwakombinasi Angiotensin Reseptor
reseptornya dapat dijadikan ukuran untuk Bloke (ARB) danCalsium Chanel Blocker
mempertimbangkan golongan mana yang (CCB) mungkin memiliki keuntungan
dapat dipilih. Terdapat 3 parameter tidak hanya untuk menurunkan tekanan
darah, tetapi juga dalam mencegah meningkatkan kadar Kalium sedangkan
kejadian cardiovaskulery ang berisiko Hidroklortiazid menurunkan kadar
tinggi pada pasienhipertensi (Nihon, Kalium. Kombinasi ARB dengan
2011). Hasil analisa kualitatif adalah Spironolakton, kedua obat tersebut dapat
analisis mengenai data yang digunakan meningkatkan kadar kalium dalam darah
untuk mengkaji ketepatan penggunaan berpotensi terjadi interaksi yang
obat berdasarkan standar penggunaan obat membahayakan. Hati-hati dalam
yang telah ditetapkan untuk melihat penggunaan dilakukan pemantauan ketat
interaksi obat antihipertensi dengan (Baxter, 2012). Tabel 8. Potensi Interaksi
membandingkan data yang diperoleh Obat ARB dengan Obat Tambahan lain
terhadap standar yang telah ditetapkan ARB + Terapi tambahan Jumlah
untuk menilai ketepatan penggunaan obat Persentase Interaksi Signifikasi Asam
antihipertensi golongan ARB, untuk Salisilat 3 21.4 farmakokinetika Signifikan
indikasi dan dosis sudah tepat sesuai Natrium diklofenak 1 7.1 Farmakodinamik
dengan standar American Hospital Antagonis Signifikan Suplemen kalium 6
Formulary Service dan Drug Information 42.9 farmakokinetika Signifikan
Handbook. Tabel 7. Potensi Interaksi Obat Meloksikam 4 28.6 Farmakodinamika
ARB dengan Obat Hipertensi lain Antagonis Signifikan Total Jumlah 14 100
Kombinasi Jumla h Persentase Jenis ARB bila diberikan dengan suplemen
Interaksi Signifikasi ARB + Bisoprolol 23 Kalium berpotensi terjadinya
52.3 Farmakodinamik sinergis Signifikan hiperkalemia. ARB dengan asam salisilat
ARB + Furosemid 11 25 Farmakokinetika terjadi interaksi dimana kombinasi
Signifikan Anggriani: Evaluasi keduanya dapat meningkatkan kadar
Penggunaan Obat Hipertensi Golongan kalium, dilakukan pemantauan hasil
Angiotensin Reseptor Bloker Pada Pasien kalium dalam darah. Pemantauan kadar
Yang Intoleransi Ace Inhibitor 24 Jurnal kalium dalam darah di perlukan untuk
Farmasi Galenika Volume 4 No. 1 p-ISSN: mencegah terjadinya hipokalemia atau
2406-9299 e-ISSN: 2579-4469 ARB + hiperkalemia. ARB dengan Meloksikam
Spironolakton 2 4.5 Farmakokinetika dan Natrium diklofenak yang merupakan
Signifikan ARB + Hidroklortiazid 8 18.2 golongan analgetik yang mempunyai
Farmakokinetika Signifikan Total potensi mekanisme kerja menghambat sintesa dari
interaksi obat 44 100 Kombinasi ARB prostaglandin di dalam jaringan tubuh.
dengan Bisoprolol keduanya NSAID menurunkan efek dari obat ARB
meningkatkan serum kalium dalam darah melalui farmakodinamika
berpotensi terjadi interaksi. Pemantauan antagonis.Berpotensi terjadi interaksi yang
dilakukan dengan pemeriksaan kadar berbahaya.Hati-hati dalam penggunaan
Kalium. Kombinasi ARB dengan dilakukan pemantauan. NSAID
Furosemid, dimana ARB dapat mengurangi sintesis prostaglandin
meningkatkan kadar Kalium sedangkan vasodilatasi ginjal dan dengan demikian
Furosemid menurunkan kadar Kalium, mempengaruhi hemostatis cairan dan dapat
efek interaksi belum jelas tapi mengurangi efek dari obat anti
kemungkinan interaksi dapat terjadi perlu hipertensi.Selain itu pemakaian NSAID
dilakukan pemantauan. Kombinasi ARB dapat mengakibatkan kerusakan ginjal,
dengan Hidroklortiazid dimana ARB terutama pada pasien lanjut usia (Baxter,
2012). KESIMPULAN Berdasarkan tujuan antagonist (CCB). Pharmaceutical Care
untuk mengevaluasi penggunaan obat untuk penyakit hipertensi : Depkes RI
Angiotensin Reseptor Bloker sebagai 2006. Rahnawan, A (2009). Makalah
terapi bagi pasien yang intoleransi ACE kesehatan tentang Peranan Angiotensin
inhibitor di dapatkan hasil dasar pemilihan Reseptor Bloker. Wells, B.G., Dipiro,
ARB seperti Candersartan, Irbesartan, J.T.,et. Al.(2008). Pharmacoterapy
Telmisartan, Valsartan diberikan pada Handbooks Seventh edition. Mc Graw-Hill
pasien yang intoleransi ACE inhibitor Medical. Baxter, Karen, (2012) ,
dengan respon batuk sebanyak 50%, Stockley’s Drug Interaction Eight Edition,
karena dalam pengobatan dan pemantauan Pharmacetical Press, London.
tekanan darah pasien tidak stabil sesuai
target yang diharapkan sebanyak 31.1%
dan 18.9% pasien diindikasikan adanya
gangguan terhadap ginjal dengan kadar
Ureum Kreatinin yang tinggi juga adanya
protein urea dan mikro albuminaria dalam
urin penderita. DAFTAR PUSTAKA
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR,
Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al.
The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Anggriani: Evaluasi
Penggunaan Obat Hipertensi Golongan
Angiotensin Reseptor Bloker Pada Pasien
Yang Intoleransi Ace Inhibitor 25 Jurnal
Farmasi Galenika Volume 4 No. 1 p-ISSN:
2406-9299 e-ISSN: 2579-4469 Treatment
of High Blood Pressure: the JNC 7 report.
Harvey, R.A & Champe, P.C. Farmakologi
Ulasan Bergambar. Penerbit EGC. Lacy,
C.F, L. L. Amstrong, M.P.Goldman, and
L. L. Lance,2010-2011, Drug Information
Handbook, 19th ed.,Lexi-Comp, Ohio.
Mc. Evoy, G.K.,2011, American Hospital
Formulary Service, American Society of
Health System Pharmacist, Bethesda,
(Ebook) National Institute for Health and
Clinical Excelance.Hypertension
Management ofhypertension in adults in
primary care. London: NICE. Nihon R,
2011; 69(11):2059-63 (ISSN: 0047-1852)
Indication and advantage of combination
therapy with angiotensin Ii reseptor
blocker (ARB) and calcium channel

Anda mungkin juga menyukai