Anda di halaman 1dari 29

FARMAKOLOGI

By : Bella Sakti Oktora

Farmakodinamika

Mekanisme kerja obat :


1. Mempengaruhi enzim
2. Mempengaruhi proses transport
3. Mempengaruhi biosintesis dalam mikroorganisme
4. Efek osmotik
5. Pembentukan kompleks
6. Reaksi netralisasi

4 protein target utama obat :


1. Reseptor
2. Obat berikatan pada kanal ion
3. Obat berikatan pada enzim
4. Obat berikatan pada molekul pembawa

Ligan yang berikatan dengan reseptor dan mempengaruhi aktivitas sel :


1. Hormon
2. Autoksin / paracrine factor
3. Neurotransmitter
4. Cytokines
5. Membran-bound ligans
6. Drug / chemicals

Interaksi obat-reseptor : 1. Agonis  Ada langsung dan tidak langsung


2. Antagonis (menurunkan atau mencegah efek agonis)

Antagonis : 1.) Melibatkan molekul reseptor agonis : 1. Antagonis kompetitif


2. Antagonis non kompetitif
2.) Tidak melibatkan molekul reseptor agonis : 1. Antagonis kimiawi
2. Antagonis farmakokinetik
3. Antagonis fungsional dan fisiologi

Berdasarkan bentuk dan proses serta respon, reseptor terdiri dari 4:


1. Reseptor terkait kanal ion (Ion Channel)
2. Reseptor terhubung dengan G protein (G protein Couple Receptor (GPCRs))
3. Reseptor terkait dengan tyrosin kinase (Tyrosine Kinase Linked receptor)
4. Reseptor inti (nuclear receptor)
1. Reseptor Terkait Kanal Ion
Ligan (obat) berinteraksi dengan reseptor  signal  konformasi reseptor  kanal ion terbuka
 ion masuk  depolarisasi/hiperpolarisasi

2. G-Protein Coupled Receptors


 Terdiri dari subunit α, β, dan γ
α berinteraksi dengan reseptor, dengan GDP/GTP, dan dengan enzim effector (atau kanal
ion)
 Tipe G-protein = Gs, Gj, Go, Gq

Transmisi sinyal terdiri dari 4 tahap:


1. Ikatan ligan (obat) dengan reseptor
2. Reseptor mengaktifkan G-protein
3. G-protein yang aktif akan mengaktifkan enzim tertentu/mempengaruhi kanal ion tertentu
4. Aktivasi enzim menyebabkan perubahan konsentrasi “second messenger”

- Subunit α adalah komponen enzimatik (mengikat GTP dan menghidrolisisnya menjadi


GDP)
- Subunit β dan γ tetap berikatan satu sama lain dan berasosiasi dengan α saat berikatan
dengan GDP

3. Receptor Tyrosine Kinase


4. Reseptor Inti
 Cytosolic receptors
 Nuclear receptors

Ikatan Obat-Reseptor  Semua jenis ikatan (ikatan ion, jembatan hydrogen, ikatan hidrofob melalui gaya
van der waals)
ADVERSE DRUG REACTION (ADR)

Contoh efek samping yang tidak diinginkan tapi jadi efek utama

Lanotten

Obat Hipertensi
Efek samping :
Pertumbuhan rambut  Sebagai obat penumbuh rambut
Proscar

Obat Hipertensi
Prostat

ADR :
1. Efek toksis
2. Alergi
3. Efek sekunder : Suprainfeksi dan resistensi
4. Teratogen
5. Toleransi, habituasi dan adiksi

Reaksi Alergi :
1. Tipe I (Reaksi segera / Immediate)
2. Tipe II (Reaksi Cyolysis)
3. Tipe III (Reaksi Arthus)
4. Reaksi Pseudoalergi
5. Tipe IV (Reaksi Lambat / Delayed)

Alergi
- Reaksi organ yang berubah terhadap senyawa tertentu (allergen)
- Kepekaan yang berbeda terhadap antigen  proses imunologi
Resistensi dan Supra Infeksi
- Resistensi : Proses evolusi / adaptasi organsime pada lingkungan yang di(ber)ubah
- Supra Infeksi : Infeksi sekunder dengan parasit yang berlainan
Teratogen
Kerja obat yang dapat menimbulkan kerusakan janin (cacat)
Toleransi, Habituasi dan Adiksi
- Toleransi : dinaikkan dosis terus menerus untuk mencapai efek terapetik yang sama
Contoh : diazepam , oksazepam, efedrin, propanolol dan narkotik
- Habituasi : Kebiasaan yang dapat terjadi melalui beberapa cara
- Adiksi : Ketagihan  cirinya ketergantungan jasmanik dan rohani
Contoh : amfetamin, narkotik (morfin, heroin, kokain)
OBAT SISTEM SARAF

 Sistem Saraf Pusat (SSP) :


- Otak
- Sumsum Tulang Belakang
 Sistem Saraf Tepi (SST) :
- Syaraf Kranial
- Syaraf Spinal

Sistem Syaraf Tepi (SST)

Sistem Syaraf Somatik Sistem Syaraf Otonom

Syaraf Simpatik Syaraf Parasimpatik

Neurotransmitter : agen kimiawi yang berperan mentransmisi impuls melalui sinaps

Neurotransmitter:
1. Eksitasi : asetilkolin, norepineprin, dopamine, glutamate, histamine
2. Menginhibisi : gamma aminobutyric acid (GABA)
SISTEM SYARAF OTONOM

Fungsi : mengatur secara otomatis keadaan fisiologik yang konstan.


Contoh: fungsi jantung, sostem saraf, system gastrointestinal dan kelenjar, suhu tubuh, peredaran
darah, dll.

Saraf SSO :  otot polos (bronchi, lambung, usus, pembuluh darah, dll)
 Otot lurik (jantung)
 Kelenjar (ludah, keringat dan pencernaan)

SSO :
1. Simpatik  orang marah
2. Parasimpatik  orang istirahat

 Efek Saraf Simpatik dan Parasimpatik

Organ / jaringan Simpatis Parasimpatis


Mata Dilatasi Kontriksi pupil
Paru-paru Dilatasi bronkiolus Kontriksi bronkiolus dan (+)
seksresi
Jantung Denyut meningkat Denyut menurun
Pembuluh darah Kontriksi Dilatasi
Gastrointestinal Relaksasi otot polos saluran GI Peristaltik meningkat
Kandung kemih Relaksasi otot kandung kemih Kontriksi
Uterus Relaksasi -
Kelenjar saliva - Salivasi meningkat

 Saraf Simpatik
 Dikenal sebagai system Adrenergik karena neurotransmitternya Adrenalin dan noradrenalin
(dikenal juga dengan nama epinefrin dan norepinefrin)
 Obat yang menyerupai neurotransmitternya disebut obat adrenergic / simpatomimetik /
agonis adrenergic
 Obat yang menghambat efek  penghambat adrenergic / simpatolitik / antagonis adrenergic
 Organ reseptor : α (α1 dan α2) dan β (β1 dan β2)

 Saraf Parasimpatik
 Dikenal sebagai kolinergik karena neurotransmitternya asetilkolin
 Obat yang menyimpan asetilkolin disebut obat kolinergik / parasimpatomimetik / agonis
kolinergik
 Obat yang menghambat efek asetilkolin disebut antikolinergik / parasimpatolitik / antagonis
kolinergik
 Organ reseptor kolinergik bersifat
- Nikotinik : dapat dirangsang oleh alkaloid nikotin
- Muskarinik : dapat dirangsang oleh alkaloid muskarin
 Asetilkolin dapat diinaktifasi oleh Asetilkolin esterase (kolinesterase)
OBAT ADRENERGIK

Mekanisme kerja adrenergic:


1. Bekerja langsung
Langsung merangsang reseptor adrenergic
Contoh: epinefrin dan norepinefrin, efedrin dll
2. Bekerja tidak langsung
Merangsang pelepasan norepinefrin dari ujung saraf simpatis dengan jalan merangsang saraf yang
bersangkutan
3. Bekerja campuran
merangsang reseptor adrenergic dan merangsang pelepasan norepinefrin pada ujung saraf
terminal

Penggunaan obat-obat adrenergic


1. Kardiovaskuler
- Syok kardiogenik
- Antiaritmia
- Hipotensi
- Vasokontriksi lokal
2. Pernapasan
- Dekongestan Nasal : efedrin, fenilefrin
- Asma bronkial : Efinefrin, norepinefrin
3. Reaksi Alergi : epinefrin, norepinefrin
4. Mata
5. SSP
- Parkinson
- Narkolepsi
- Obesitas : metamfetamin, destroamfetamin
6. Sistem Metabolisme

OBAT ANTI ADRENERGIK

Adalah obat penghambat adrenergic (adrenolitik / simpatolitik)

Mekanisme kerja penghambat adrenergic


1. Bekerja Langsung
Sebagai antagonis reseptor  langsung menduduki reseptor α (α bloker) dan β (β bloker)
Obat-obatnya disebut juga sebagai antagonis adenoreseptor / adrenoreseptor bloker
2. Bekerja Tidak Langsung
Menghambat pelepasan neurotransmitter norepineprin dan epinefrin
Disebut juga penghambat neuron adrenergic
Contoh : Guanetidin, Guanal sulfat

Adrenolitik :
1. Kerja langsung :
a. α bloker (selektif dan non selektif)
b. β bloker (selektif dan non selektif)
2. Kerja tidak langsung :
Penghambat syaraf adrenergic

1. Adrenolitik kerja langsung


a. α bloker non selektif
ada 3 golongan
 Derivat Haloalkilamin
Dibenamin dan Fenoksibenzamin
 Fenoksibenzamin memblok reseptor α1 dan α2 pada otot polos arteri dan vena
sehingga melebar (dilatasi)  penurunan tekanan darah
Penggunaan : untuk mengobati Feokromositoma, yaitu tumor anak ginjal yang
melepaskan sejumlah besar norepinefrin dan epinefrin ke dalam
sirkulasi darah dan akan menimbulkan hipertensi
Obat ini mengurangi efek buruk dari norepinefrin dan epinefrin
 Derivat Imidazolin
Fentolamin dan Tolazolin
Penggunaan : mengatasi hipertensi dan pseudoobstruksi (pelengketan /
penyumbatan semu usus akibat relaksasi berlebihan yang
disebabkan oleh kelebihan epinefrin) pada penderita
feokromositoma. Mengatasi hipertensi akibat penghentian obat.
b. α1 dan α2 bloker selektif
 α1 bloker selektif
Prazosin sebagai prototype, terazosin, dosazosin, trimazosin dan bunazosin
Penggunaan : hipertensi, gagal jantung, penyakit vascular perifer dan mengurangi
vasospasme dan hipertropi prostate benigna.
E.S : hipotensi (sering pusing), sakit kepala, mengantuk dll
 α2 bloker selektif
Yohimbin
Penggunaan : impotensi
c. Antagonis adenoreseptor β (β bloker)
Propanolol
o Obat-obat β bloker kardioselektif (mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap
reseptor β1 daripada β2)
Contoh : asebutolol, metoprolol, atenolol dan bisoprolol
o β bloker lain disebut non selektif karena mempunyai afinitas yang sama terhadap
kedua reseptor β1 dan β2

Efek antagonis adrenoreseptor β


o Kardiovaskular
Pada jantung akan mengurangi denyut dan kontraktilitas miokard
o Efek Metabolik
Propanolol menghambat glikogenolisis di sel hati dan otot rangka sehingga
mengurangi efek hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa dalam darah) dari
epinefrin eksogen maupun endogen
Propanolol menghambat aktivitas enzim lipase dalam sel lemak, sehingga
menghambat pelepasan asam lemak bebas dalam sirkulasi yang ditimbulkan untuk
peningkatan aktivitas simpatis waktu kegiatan fisik / stress emosional.
o Saluran Pernapasan
Efek bronkokontriksi (yang diperantarai oleh adrenoreseptor β2)
o Efek lain
β bloker menghambar tremor yang ditimbulkan oleh epinefrin / obat adrenergic
lainnnya melalui reseptor β
β bloker menghambat relaksasi uterus yang disebabkan oleh katekolamin melalui
reseptor β2

E.S Antagonis Adenoreseptor β


o Gagal jantung
o Bronkhospasme
o Gangguan sirkulasi perifer
o Gejala putus obat
o Agonis
o Hipoglikemia
o Efek sentral

Penggunaan klinik β bloker


o Angina pectoris
Obat-obat antiangina : Nadolol, Atenolol, Metoprolol (angina pasca infark
miokardium), Propanolol (aritmia dan angina paska infark miokardium)
o Aritmia
Obat-obat antiaritmia : Asebutolol (aritmia ventrikel)
o Hipertensi
o Infark Miokard (kematian jaringan otot jantung)
Obat-obat infark miokard : Piridolol, Timolol (paska infark miokardium)
o Tirotoksitosis
o Migren
o Glaucoma
Timolol topical (tetes mata)
o Ansietas (kecemasan)

2. Adrenolitik Kerja Tidak Langsung


a. Penghambat saraf adrenergic
Obat penghambat saraf adrenergic
 Guanetidin  yang kerjanya mirip = Guanadrel
Indikasi : antihipertensi
 Reserpin
Indikasi : hipertensi
OBAT KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK

Obat kolinergik (Parasimpatomimetik)


Mekanisme kerja :
a. Kerja langsung pada reseptor
Betanekol klorida, Karbakol dan Pilokarpin (untuk glaucoma)
b. Kerja tak langsung
c. Reversibel
Neostigmin, Prostigmin, Piridostigmin, Ambenomium klorid, Edrotonium klorid (untuk
myastenia grafis / kelemahan dan keletihan otot), Fisostigmin (eserin) untuk oftalmentik
d. Irreversibel
Golongan Organofosfat sebagai insektisida, Paration (dalam bidang pertanian), Malathion (untuk
kutu rambut), gas saraf yang digunakan dalam peperangan (golongan organofosfat), Sarin, Soman

Kegunaan Obat-obat kolinergik


a. Glaukoma
Karbakol, Pilokarpin, Fisostigmin (kerja singkat), Demekariu dan Ekotiofat (kerja lama)
b. Myastenia gravis
Neostigmin (kerja singkat), Piridostigmin (kerja sedang), Ambenomium (kerja lama) dan
Edrofonium (mendiagnosa Miastemia gravis, masa kerja sangat singkat)
c. Demensia Alzheimer
Takrin, Rivastigmin, Donepezil
d. Atonia (keadaan kelemahan otot polos)

Antidotum (penawar) pada overdosis obat golongan kolinergik adalah dengan obat golongan
antikolinergik Atropin.

Kegunaan obat-obat antikolinergik


a. Tukak peptic (tukak lambung)
Pirenzepin, Isopropamid, Mepenzolat, Oksifenomium, Propantelin, Glikopirolat
b. Antispasmodik (Antispasmolitik / pereda kejang dari saluran lambung / usus)
Disiklomin, Butilskopolamin
c. Parkinson
Benztropin, Biperiden, Prosilkidin dan Triheksifinidil
d. Midriasis
Untuk melebarkan pupil dan siklofegia
Homatropin, Siklopentolat dan Tropikamid
e. Prabedah
Atropin, Glikopirolat, Skopolamin
f. Hiperhidrous
Skopolamin
g. Inkontinensia
Emepromium
Obat golongan Antikolinergik
1. Alkaloid Belladona
2. Atropin (Atropin Sulfat)
o Hyosciamin (/- atropine atau levo atropin)
o Homatropin
o Skopolamin (/- hyoscine)
o Ipratropium
o Butilskopolamin
o Metilskopolamin (skopolamin metil bromide)
2.1 Fentomium
2.2 Emepromium
3. Zat-zat Amin Tersier
3.1 Perenzepin
3.2 Oksifensiklimin
3.3 Oksibutinin
ANTIPSIKOTIK

Beberapa jenis gangguan jiwa (mental disorder)


1. Neurose
2. Psikose
3. Sindrom Bordeline
4. Mania
5. Schizofrenia

Penyebab gangguan jiwa


1. Teori infeksi virus  pada janin
2. Teori dopamine
3. Obat-obat penyebab psikose

Farmakoterapi
1. Pemberian Antipsikosis
a. Neuroleptika dosis efektif tinggi (diberikan dalma dosis terbagi 2-3 kali / hari)
Khlorpromazin, Perazin, Thiondazin
Diutaman untuk schizo yang disertai penyakit organic, missal schizo dengan gangguan hepar
b. Neuroleptika dosis rendah (1-2 kali/hari)
Flupenazin HCl, Flupenazin depo, Trifluoperazin, Haloperidol, Pimozid

Golongan Obat Antipsikotik


a. Antipsikotik Klasik
Klorpromazin, Haloperidol
b. Antipsikotik Atypis
Sulfirida, Klozapin, dll

Efek Samping
a. Gejala ekstra pyramidal (GEP) yang berhubungan dengan daya antidopaminnya
o Parkinson
o Dystonia akut
o Akathisia
o Dyskinesia tarda
o Sindrom neuroleptic maligna
b. Galaktorrea (banyak keluar air susu)
c. Sedasi
d. Hipotensi ortostatis
e. Efek antikolinergik
f. Gejala antiserotonin
g. Gejala penarikan
h. Efek lain terhadap darah untuk obat tertentu : Kolzapin  agranulositosis
i. Kehamilan dan Laktasi
Obat-obat tambahan
Bila obat antipsikotik efeknya kurang memuaskan, ditambah salah satu obat :
o Benzodiazepin
o Litium
o Antidepresif trisiklin (amitripfilin)
o Karbamazepin

OBAT ANTIKONVULSI / SEIZURE / EPILEPSI

Gejala :
 Gangguan kesadaran / pingsan
 Kejang umum / fokal
 Drops attacks
 Gangguan sensasi sesaat
 Gangguan psikik
 Gangguan paroksismal, episodic

Tipe seizure
1. Tonic-clonic seizures
2. Absence seizures
3. Atypical Absences
4. Serangan Mioklonik
5. Serangan tonik, atonik
6. Serangan parsial

Cara diagnosis
 Anamnesa (penderita dan saksi mata)
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang : EEG , CT scan , MRI , laboratorium

Obat-obat antikonvulsi (epilepsi)


1. Senyawa Barbiturat
Luminal (phenobarbital), metilfenobarbital
2. Benzodiazepin
Diazepam, klonazepam dan nitrozepam
3. Asam valproat
ANESTETIKA

Menurut penggunaannya:
1. Anestetika inhalasi
Eter, kloroform dan halotan yang berbentuk cairan serta N2O, siklopropan dan kloretil yang
berbentuk gas
2. Anestetika injeksi
Diazepam, barbital, hidroksidion dan propanida

Premedikasi dan Postmedikasi


 maksud utama premedikasi
 Meniadakan kegelisahan
Morfin / petidin
Sedative : klorpromazin, diazepam / phenobarbital
 Menghentikan sekresi ludah dan dahak
Atropine dan skopolamin (bersama morfin)
 Mempunyai efek anestetik

 post medikasi dilakukan untuk menghilangkan efek samping seperti gelisah dan mual
Klorpromazin

Obat-obat anestesia umum


1. Eter
2. Trikloretilen
 Untuk anestetik singkat (obstetric / gigi)
3. Haloten
Galamin dan suksametomium
4. Enfluran
5. Propotol
6. Tiopental
 Untuk induksi pada bedah kecil (daerah sekitar mulut)
7. Midazolam
8. Domperidol

Penggolongan Anestetik Lokal


1. Senyawa-senyawa ester (PABA / Para Amino Benzoic Acid)
Benzokain, Procain, Oksibuprokain, Butakain dan Tetrakain
2. Senyawa-senyawa amida
Lidokain, Prilokain, Mepikain, Bupicakain, Cinchokain dll
3. Golongan lain
Kokain, Benzi alcohol dan fenol

Obat-obat anestetik local


1. Kokain 5. Mepivakain 9. Etil klorida
2. Prokain 6. Cinchokain 10. Fenol
3. Lidokain 7. Articain 11. Benzil alkohol
4. Benzokain 8. Pramokain
OBAT PARKINSON DAN ALZHEIMER

Penggolongan obat Parkinson


1. Anti Kolinergik
Tribeksefenidil, Biperiden, Orferadin, Prosiklidin, Deksetimida
2. Dopaminergik (agonis dopamin)
Levodopa, Amantadin, Bromokriptin, Lisurida, Pergolida dan Selegelin
3. Penghambat - COMT (Coteckol – O – Methyl - Transferase)
Folkapon dan Enkapor

Obat-obat Demensia
1. Kolinesterase Inhibitor
Taksin, Donepezil, Rivastigmin, Metriforat, Milamelin
2. Obat-obat Alternatif
Asam liponat, Vitamin E, Ekstrak ginko biloba

ANTIEMETIK

Mekanisme terjadinya muntah


1. Akibat rangsangan langsung
2. Tidak Langsung Melalui CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone)
3. Rangsangan Melalui Kulit Otak

Obat Antiemetik
1. Antikolinergik
Skopolamin, Hyosiamin (scopoderm transdermal)
 Antihistamin
Siklizin, Meklizin, Dimenhidrat, Prometazin
2. Antagonis dopamine
a. Propulsivum (prokinetik)
1. Metoklopramida (primperan, opram)
2. Domperidon
b. Derivat fenotiazin
Ferfenazin, proklorfrenazin, tietilferazin
c. Derivat butirofenon
kolaperidol
3. Antagonis serotonin
Ondansetron (zofran)
Granisetron dan Tropisetron
4. Kortikosteroid
Cleksametason
5. Benzodiazepin
6. Kanabinoida
Pengobatan Mual dan Muntah
1. Mabuk darat (motion sickness)
Siklizin (4 jam), meklizin, skopolamin (16 jam)
Jahe
2. Muntah kehamilan (morning sickness)
Siklizin, Meklizin / Vitamin B6 (piridoksin)
Jahe
3. Muntah akibat obat-obat kanker (oncolitica)
 Untuk emetogen ringan : antiemetic, metokloporamida / deksametason
 Untuk emetogen kuat : kombinasi 3 obat : antagonis serotonin, deksametason dan lonazepam (iv)
4. Muntah karena radioterapi
Metoklopromid, antiserotonin

Obat Emetik
Diinduksi dengan cara :
1. Mencolokan jari
2. Sirup ipekak
3. Apomorfin

ANALGETIK

Narkotik / Analgetik Opioid

Analgesik Analgesik Antipiretik


Non Narkotik
Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

Obat Pirai (encok)

Asetaminofen

Para Amino fenol


Fenasetin
Analgetik Antipiretik

Antipirin
Pirazolon
Aminopirin

Dipiron
Penggolongan Analgetik Opioid
1. Agonis Opiate
Morfin, Kodein, Heroin, Nicomorfin
Sintetis : Metadon dan derivatnya
2. Antagonis Opiate / morfin
Nalokson, Nalorfin, Pentozosin, Buprenorfin, Nalbifen
3. Kombinasi

Obat Opioid
1. Morfin  antidotumnya nalokson
2. Kodein
3. Kanabis
4. Fentanil dan Sulfentanil
5. Metadon
6. Dekstromoramida
7. Nalokson
8. Nalorfin
9. Naltrekson

Hijau : sintetik

Analgetik Antiinflamasi
Golongan Obat AINS
 Penghambat COX – I
Indomethacin, Sulindac
 Pengambat COX – I dan COX – II
Meclofenamat, Ibuprofen, Aspirin
 Penghambat COX – II
Celecoxib, Rofecoxib

Obat AINS
1. Asam Karboksilat
a. Asam Asetat
- Derivat Asam Fenil Asetat
Diklofenak, Fenklofenak
- Derivat Asam Asetat Inden / Indol
Indometasin, Sulindak, Tolmetin
b. Derivat Asam Salisilat
Aspirin, Benorilat, Diflunisal, Salsalat
c. Derivat Asam Propionat
Asam Tiaprofenat, Fenbufen, Flurbiprofen, Ibuprofen, Ketoprisfen, Naproksen
d. Derivat Asam Fenamat
Asam Mefenamat, Meklofenamat
2. Asam Enolat
a. Derivat Pirazolon
Azapropazon, Fenilbutazon, Oksifenbutazon
b. Derivat Oksikam (Piroksikam, Tenoksikam)
Obat Pirai
Kolkisin
Fenilbutazon
Akut
Oksifenbutazon
Indometasin
Obat Pirai

Alopurinol
Kronis Probenesid
Sulfinpirazon

Obat-obat asam urat


1. Alopurinol
2. Benzobromaron
3. Probenesid

OBAT SALURAN PENCERNAAN

Obat Lambung

Obat Saluran Pencernaan Obat Diare

Laksansia

Pengobatan Ulkus
1. Antasida
2. Antagonis reseptor H-2
Famotizidin, Nizatidin, Roxatidin, Ranitidin, Simetidin
3. Proton Pump Inhibitor (PPi)
Lansoprazol, Omeprazol, Pantoprazol
4. Sucralfat ; Bi-colloid

Golongan Obat Diare


1. Chemoterapetika
Tetrasiklin, Doksisiklin, Kotrimoksazol, Ciprofloksasin, Kloramfenikol, Eritromisin
2. Obstipansia
 Penekan peristaltic : Opiat dan Derivat Petidin (Defenoksilat dan Loperamid),
antikolinergik (Atropin, Ekstrak Belladona)
 Adsorbensia : kaolin-pectin, garam bismuth, Carbo adsorben
 Astringensia, tannin, garam bismuth, aluminium
3. Spasmolitik
Papaverin dan oksifenomium
Golongan Obat Laksansia
1. Laksansia Kontak
Derivat antrakinon (Rhamnus, cascara sagrada, Senna, rhei.)
Derivat difenil metan (bisakodil, pikosulfat, fenolftalein)
Minyak kastor (oleum ricini)
2. Laksansia Osmotik
MgSO4 / sitrat, Na2SO4, manitol, sorbitol, laktitol dan laktulosa
3. Zat-zat pembesar volume
Zat lendir, agar-agar, metil selulosa dan CMC, zat-zat nabati psyllium, Gom sterculia dan katul
4. Zat-zat pelican dan Emmolienta
Na docusinat, Na laurilsulfoasetat dan Paraffin cair

OBAT SALURAN PERNAPASAN

ISPA
1. Rinitis
2. Sinusitis
Dekongestan nasal, banyak cairan (minum), asetaminofen dan istirahat, untuk sinusitis akut dan
berat diberikat antibiotik
3. Faringitis
Obat kumur, tablet hisap, banyak minum, asetaminofen (jika suhu naik), antibiotic (jika infeksi
bakteri)
4. Tonsilitis Akut
Obat kumur, banyak minum, antibiotic dan asetaminofen
5. Laringitis Akut
Istirahat biasa dan berhenti merokok, banyak minum, pengobatan infeksinya
6. Flu

Golongan obat untuk mengatasi gejala flu


1. Dekongestan Hidung dan Sistemik
Fenileprin, Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin, Efedrin
2. Antihistamin
Dipenhidramin, Klorfeniramin maleas
3. Antitusif
Kodein, Hidrokodon
4. Ekspektoran

Gangguan Ventilasi
1. Gangguan ventilasi restriktif (membatasi)
2. Gangguan ventilasi obstruktif (menghalangi)
a. Bronkitis kronik
antibiotik
b. Bronkiestasis
c. Emfisema
d. Asam Bronkial
Obat Asma dan COPD (Chrome Obstructive Pulmonary Diseases)
1. Anti alergi
a. Zat yang berkhasiat menstabilkan mast cells
Kromoglikat, Nedocromil
b. Antihistamin
Ketotifen, Oksatomida
c. Kortikosteroid
- Obat kortikosteroid non inhalasi
Prednison, prednisolone, deksametason, triamsinolon dll
- Kortikosteroid inhalasi
Beklometason, (dipropionat), Budesonia, Flutikason, Flunilsolida
d. Zat-zat Anti Leukotrien (LT)
- Lipoksigenase bloker : Zileuton dan antihistamin, sefirizin, loratadin, ezalastin dan ebastin
- LT reseptor bloker : Zapirlukast, Pranlukast, Montelukast

Bronkodilator
1. Adrenergik
- Adrenergik kerja langsung
a. α– adrenergic (Adrenalin, Efedrin)
β2-adrenergik
1. Adrenalin
2. Efedrin (derivate adrenalin)
Fenil propanolamin
3. Isoprenalin
- Adrenergik kerja tak langsung
Salbutamol, Terbutalin dan Fenoterol, Trequinol (derivate isokinolin), Prokaterol, Rimiterol
2. Antikolinergik (Ipratropium, Deptropin)
3. Derivat Xantin
Tablen sustained release (euphyllin)
1. Teofillin
2. Aminofilin (teofilin etil diamin)
Mukolitik dan Ekspektoran
- Asetil sistein
- Karbosistein
- Ambroxol
- Kalium iodide
- Ammonium klorida

Pengobatan serangan Asma


1. Serangan akut
- Diberi suatu β2 mimetik dengan suppose aminofilin
- Bila belum memberi efek dalam 15 menit diberi injeksi iv aminofilin dan atau salbutamol
- Pada serangan hebat ditambah hidrokortison / prednisone iv
- Tindakan terakhir diinjeksi adrenalin
2. Status asmaticus
- Pemberian oksigen dan banyak air hidrokarbon iv atau
- Injeksi iv dengan salbutamol dan teofilin (aminofilin)
3. Terapi pemeliharaan
a. Asma ringan (serangan 1 x sebulan)
Obat beta adrenergic kerja singkat
Salbutamol / Terbutalin (1-2 inhalasi / minggu)
b. Asma sedang (serangan 1-4 x sebulan)
Obat-obat penekan peradangan
Kortikosteroid inhalasi
c. Asma agak serius (1-2 x seminggu)
Obat kortikosteroid dan beta adrenergic / kolinergik
d. Asma serius (3 x seminggu)
Obat beta adrenergic kerja panjang, kortikosteroid dan teofillin

Penanganan COPD
1. Bronkitis Kronik
Dengan antibiotic
- Bakterisid : Amoxicillin, Klotrimoksazol, Sefadrin dan Sefraklor
- Bakteriostatik : Doksisiklin
2. Asma (Asma Bronkial)
Dengan antibiotik
OBAT BATUK

Terapi Batuk
- Batuk tidak produktif : Antitusif
- Batuk produktif : mukolitik, ekspektoran

Antitusif
- Narkotik  kodein
- Non narkotik  noskapin, dektrometorphan

Ekspektoran
- Ipekak
- Ammonium klorida (NH4Cl)
- Gliseril guaiakolat
- Mukus kental, kuning  mukolitik, antibiotic
 Mukolitik :
 Bromheksin
 Ambroxol
 Asetil sistein

OBAT KARDIOVASKULER

Obat Angina Pektoris

Obat Antiaritmia

Obat Mempengaruhi Jantung Obat Kardiomiopati / gagal


jantung

Obat Sistem Obat Kelainan Klep Jantung


Kardiovaskuler

Diuretik
Obat Mempengaruhi
Peredaran darah Obat Antihipertensi

Obat Antihiperlipidemia

Obat Haemopoetik
Obat Mempengaruhi Darah
Obat Trombolitik
Obat Angina Pektoris (aliran berkurang, nyeri)
 Aterosklerosis
Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin
 Untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol
 Pengobatan Angina Pektoris

Terapi Angina

Farmakologis Non Farmakologis

Nitrat organik β bloker Ca channel CABG PTCA


bloker

ISDN Acebutolol Amlodipin


ISMN Atenolol Diltiazem
Nitrogliserin Metoprolol Felodipin
Propanolol Nicardipin
Nifedipin
Nitredipin
Verapamil

Obat-obat Angina Pektoris


A. Vasodilator coroner  nitrat organic
B. Penghambat Adrenoreseptor (β bloker)
C. Penghambat Kanal Ca / Kalsium Antagonis

A. Vasodilator Coroner  nitrat organic


- Isosorbid dinitrat (ISDN) dan Isosorbid Mononitrat (ISMN)
- Nitrogliserin
- Nitrogliserin sublingual
- Amyl nitrat
- Sildenafil

B. Penghambat Adrenoreseptor β
- Asebutolol - Nadolol
- Propanolol - Metoprolol
- Alprenolol - Atenolol
- Timolol
C. Penghambat Kanal Ca
Ada 5 golongan

Selektif:
- Dihidropiridin : Nifedipin, Nikardipin, Felodipin, Amlodipin, dll
- Difeninalkilamin : Verapamil, Galopamil, Tiapamil dll
- Benzodiazepin : Diltiazem

Menghambat kanal Ca dan Na:


- Diperazin : Sinarizin, Flunalrizin dll
- Lain-lain : Prenilamin, Perheksilin dll

Jenis Angina Pektoris


1. Angina Stabil / Angina Aterosklerotik (nyeri hilang dengan istirahat / pemberian nitrogliserin)
2. Angina Prinzmetal / Angina Variant / Angina Vasospastik
3. Angina tak stabil

Penggunaan klinik obat-obat anti angina


1. Angina stabil kronik
Jarang  nitrat kerja singkat
Sering  Pengobatan jangka panjang
A. Tahap I : monoterapi
 Nitrat kerja lama
 Beta bloker
 Penghambat kanal kalsium
B. Tahap II : terapi kombinasi 2 obat
 Nitrat kerja lama dan penghambat kana Ca2+
 Beta bloker + penghambat kanal Ca2+
C. Tahap III : terapi kombinasi 2 obat
2. Angina Variasi  Vasospasme coroner  untuk terapi jangka panjang
a. Tahap I : monoterapi dengan salah satu penghambat kanal Ca
b. Tahap II : penghambat kanal Ca2+ + nitrat kerja lama
c. Tahap III : nitrat kerja lama dan penghambat kanal Ca diganti
d. Tahap IV : kombinasi 2 penghambat kanal
Nifedipin + Diltiazem
3. Angina tidak stabil
Tahap I : Farmakoterapi awal : pengobatan intensif, obat terpilih untuk terapi awal :
Nitrogliserin sublingual, bila hasil kurang memuaskan ditambah penghambat kanal
kalsium / beta bloker
Tahap II : arteriografi coroner, bila triple terapi tidak berhasil mengatasi iskemia miocard
dalam 6-12 jam perlu dilakukan arteriografi koroner
Tahap III : tergantung dari hasil arteriografi : terapi dilanjutkan bisa dengan terapi
trombolitik, angioplasty (PTCA) / bedah pintas coroner harus dilakukan segera
ARITMIA  denyut jantung tidak teratur
Tipe aritmia :
1. Atrial Tachycardias
- Atrial Fibrillation
- Atrial Flutter
- Paroxysimal Atrial Tachycardia (PTA)
2. Ventrikular Arrhytmias
3. Bradycardias
4. Premature Contractions

Obat Aritmia
1. Kelas I A : Kuinidin, Prokainamid dan Disopiramid
Kelas I B : Lidokain, Fenitpin, Tokainid dan Meksiletin
Kelas I C : Flekainid, Enkainid dan Profafenon
2. Penghambat Adrenoreseptor β
Atenolol, Bisoprolol, Nadolol dll
3. K- Channel Bloker
Amiodaron, Otalol dan Bretylium (bretylate)
4. Antagonis Kalsium

PENYAKIT KLEP JANTUNG

Obat kelainan katup jantung


- Diuretik
- Obat-obat antiartimia
- Vasodilator
- ACE Inhibitor
- Beta bloker
- Antikoagulan (pengencer darah)
KARDIOMIOPATI
 Hilang kemampuan memompa darah dan berdenyut normal

Pengobatan Kardiomiopati Hipertropik

Farmakologi Pembedahan

Mempengaruhi kerja Mempengaruhi volume Mycomectomy


jantung darah

Beta bloker Diuretik

Disopramide

Ca Antagonis

Pengobatan Gagal Jantung

Farmakologi Non Farmakologi

Digitalis Diuretik Transplantasi Terapi Aritmia


Jantung (defibrillator)
ACE Inhibitor Beta bloker
Cardiac Resynchronization Therapy
(CRT)

Penanganan non farmakologis Gagal Jantung


- Transplantasi jantung
- Cardiac Resynchronization Therapy (CRT)
- Terapi Antiartimia

Gagal Jantung Kongestif  Gangguan jantung kiri dan kanan bersamaan


Obat Gagal Jantung
- Digitalis (digoksin)
- Diuretik
- ACE Inhibitor
- Beta bloker

Non Farmakologis
- Tirah basing
- Oksigen
- Diet

Farmakologis
- Terapi Nitrat dan Vasodilator Koroner
- Diuretik
- Sedatif
- Digitalis
- Inotropik Positif

Golongan Obat Diuretik


1. Diuretik Kuat / Diuretik Lengkungan (Loop)
Furosemid, Bumetamida dan Etakrinat
2. Derivat Thiazid
Hidroklorotiazid, Klortalidon, Mefrusida, Indapamida, Xipamida, Klopamida
3. Antagonis Aldosteron / hemat kalium
Spironolakton, Kanrenoat, Amilorida, Tiamperen
4. Diuretik osmotic
Manitol, Sorbitol, Urea, Gliserin, Isosorbid
5. Penghambat karbon anhydrase
Asetazolamida

Penggunaan Obat Diuretik


- Hipertensi
- Gagal jantung

Obat-obat Diuretik
1. Furosemid (turunan sulfonamida)
2. Asam efekrinat (derivat fenoksi asetat)
3. Hidroklorthiazida (HCT) turunan klortiazida dari sulfonamida
Sediaan HTC (turunan HTC) dengan kombinasi : lorinid, dytenzyde
4. Klortalidon (derivate sulfonamid, mirip tiazida)
Indapomida, Klopamida, Mefrusida
5. Spironolakton
6. Amilorida (turunan pirazin)
7. Triamteren (derivate pteradin)
8. Acetazolamida (derivate sulfonamid)
9. Manitol (C6H14O6)
10. Daun kumis kucing

HIPERTENSI
Faktor penyebab hipertensi
A. Garam
B. Drop (liquorice)
C. Stress (ketegangan emosional)
D. Merokok
E. Pil anti hamil
F. Hormon pria dan kortikosteroid
G. Kehamilan

Mekanisme kerja obat antihipertensi


- Meningkatkan pengeluaran air = diuretic
- Memperlambat kerja jantung = beta bloker
- Memperlebar pembuluh = vasodilator
- Menstimulasi SSP = alfa – agonis sentral
- Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung dan pembuluh
- α-1 bloker, α1 dan 2 -bloker, β bloker, α - β bloker
1. Diuretik
Thiazid, Hidroklorotiazid dikombinasi dengan penghemat K Spironolakton, Amilorida,
Triamteren
2. Beta bloker
Propanolol, Metoprolol, Labetolol, Piridolol, Alprenolol, Atenolol, Acebutolol
3. Antagonis Ca
Nifedipin, Nicardipin dll
 Ca – overload – bloker = melawan kenaikan kadar Ca berlebihan dalam sel
 Ca – entery – bloker = menghambat pemasukan Ca ke dalam sel miokard
4. Alfa bloker
Prazosin, Alfurozosin
 α - bloker tak selektif (Fentolamin)
 α – bloker selektif (Prazosin, Doxazosin, Terazosin, Alfuzasin, Burazosin)
 α2 - bloker selektif
5. Simpatolitik Kerja Pusat dan Perifer
(golongan agonis α2 adrenergik)
Klonidin, Metildopa, Reserpin, Guanfenesin
6. Vasodilator
Hidralazin, Minoksidil  hipertensi berat dan sedang
Nitroprusid, Diazoksid  hipertensi akut dan darurat
7. Antagonis Angiotensin (RAA)
Kaptropil, Perindopsil, Benazepil, Losartan
ANTIHIPERLIPIDEMIA

Obat antihiperlipidemia
- Penyerap asam empedu : Kolestiramin, Kolestipol
- Penghambat sitesa lipoprotein : Niasin
- Penghambat koenzim A reduktase :
 Adrenalin, Fluvastatin
 Lovastatin
 Pravastatin
 Simvastatin  jika LDL tinggi
- Derivat asam fibrat :
 Klofibrat
 Fenofibrat
 Gemfibrosil
Jika LDL normal  trigliserida

HAEMOPOETIK

Penyebab Anemia
1. Megaloblaster
Coaliakia (diare hipersensitif terhadap gluten)
Kloramfenikol, Sulfonamid, Antidiabetik oral, Fenotiazin
2. Ferri Prive
3. Anemia Lainnya
a. Anemia aplastis
Kloramfenikol, Karbonazol, Sitostatik (Busulpan, Doksorubisin), Insektisida
b. Anemia Hemolitis

Obat-obat Anemia
1. Besi (Fe)
Ferofumarat, Ferrosulfat, Fe glukonat, Fe sorbitol sitrat
Antidotum keracunan Fe : injeksi desferrioksamin (pikat Fe)
2. Asam Folat
Vitamin B11 (dalam daging, ikan hati, sayuran hijau)
3. Sianokobalamin
Vitamin B12

TROMBOLITIK
 Obat trombolitik
 Antikoagulan

1.) Obat Trombolitik


Obat-obat fibrinolysis
1. Anistreptase
2. Alteplase : TPA (Tissue Plasminogen Activator)
3. Urokinase
2.) Obat Antikoagulan
1. Zat dengan kerja langsung
Heparin, Enaxoparin, Nadroparin
2. Zat dengan kerja tak langsung
 Mempunyai rumus mirip vitamin K
Vit K1 : Fitomenadidon, K3 : Menadion  pembentukan factor pembeku protrombin
 Antikoagulan pengikat ion kalsium (Na sitrat, Na EDTA, Asam Oksalat)
 Na sitrat dalam darah mengikat Ca2+ kompleks Ca sitrat
 Na Edetat mengikat Ca2+  kompleks sebagai antikoagulan

Obat Antikoagulansia
1. Enoxaparin : Nadroparin
2. Warfarin  derivate asetonilbenzil dari kumarin
3. Asetokumoral
4. Febrokumon
5. Heparin  Glukosamino glikon = Glukosamin = Asam Glukurorat

Obat Antitrombotik
Asam asetil salisilat (Asetosal), Dipiridamol, Indobuten, Epoprostenol
1. Asam asetil salisilat
2. Dipiridamol
3. Indobufen (anti platelet)

Anda mungkin juga menyukai