Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan Farmakologi Neuropsikiatri

A. Obat-obat Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat yang bekerja pada ssp secara sedative & mempunyai efek
utama terhadap aktivitas mental & perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatri. (obat
psikiatrik obat narkotik)
Prinsip titrasi dosis
1. Dosis awal (dosis anjuran)
2. Dosis efektif (berefek supresi gejala sasaran)
3. Dosisi optimal (mengendalikan gejala sasaran) dan dipertahankan hinga jangka waktu
tertentu
4. Dosis pemeliharaan (dosis kecil untuk mencegah kambuhnya gejala)
5. Tappering off
keterangan :
1 ke 2 dinaikkan secara cepat
2 ke 3 dinaikkan secara gradual
3 ke 4 diturunkan secara gradual
Penggunaan klinis obat harus memperhatikan :
o Sesuai dengan situasi dan kondisi individual (failored)
o Penyesuaian secara bertahap (stepwise)
o Pantau terus menerus (monitoring)
o Terencana dan terprogram (rational management)
Obat Acuan
Setiap obat psikotropik mempunyai prototype sebagai obat acuan, dimana obat lain yang
segolongan selalu mengacu pada obat acuan tersebut, baik dalam perbandingan efektifitas obat
(efek primer dan sekunder) maupun dalam dosis (dose ekuivalen)
Penggolongan
Asas Penggolongan :
1. Kesamaan efek terhadap supresi gejala sasaran
2. Kesamaan dalam susunan kimiawi obat
3. Kesamaan dalam mekanisme kerja obat
Penggolongan Obat Psikotropika :
1. Anti Psiokosis
Chlorpromazine, sediaan obat : Tablet. 15-100 mg, dosis anjuran 150-600 mg/hari
Perphenazine
Fluphenazine
Aripiprazole
Clozapine
Olanzapine
Mekanisme kerja :
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya di
sistem limbic & sistem ekstrapiramid
Ada juga yang memblokade dopamine dan serotonin sekaligus

2. Anti Depresi
Amitriptyline (obat acuan), Drag 25 mg, dosis anjuran 75-150 mg/hari
Amoxapine
Tieneptine
Clomptamine
Fluxoxamine
Duloxentine
Venlafaxine
Mekanisme kerja :
Menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter
Menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oksidase sehingga terjadi
peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut
yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin

3. Anti Mania
Lithium Carbonate (obat acuan), Sediaan : tablet 200-300-400-500 mg. Dosis anjuran
250-500 mg/hari
Haloperidol
Carbamazepine
Valproic acid
Divelproex Na
Mekanisme kerja :
Mengurangi dopamine reseptor supersensitivity dengan meningkatkan Cholinergic
muscarinic activity & menghambat cyclic AMP & Phospoinositides

4. Anti Anxietas
Diazepam (obat acuan), sediaan tablet 2-5 mg, dosis anjuran 2-3 x 2-5 mg/hari
Chlordiazepoxide
Lorazepam
Clobazam
Alprazolam
Sulpride
Buspirone
Mekanisme kerja :
Bereaksi dengan reseptornya sehingga meng-reinforse the inhibitory action of
GABA.ergic neuron sehingga hiperaktivitas mereda

5. Anti Insomnia
Fenobarbital, sediaan tablet 100 mg ; Nitrazepam, tab : 5 mg. Dosis anjuran 5-10
mg/hari
Zolpidem
Estazolam
Flurazepam
Mekanisme kerja :
Menekan & menghambat REM sleep dan meningkatkan delta sleep

6. Anti Obsesif kompulsif


Chlomipiramin (obat acuan) sediaan tablet 25 mg. Dosis anjuran 75-200 mg/hari
Fluvoxamine
Sertraline
Citalopram
Fluoxentine
Paroxentine
Meknaisme kerja :
Sebagai serotonin reuptake blocker sehingga hipersensitivitas berkurang
7. Anti Panik
Imipiramin (obat acuan), sediaan tablet 25 mg. dosis anjuran 75-150 mg/hari
Moclubemide
Sertraline
Fluoxentine
Paracetine
Mekanisme kerja :
Menghambat re-uptake serotonin pada celah sinaps pada celah neuron sehingga terjadi
serotonin & efektivitas reseptor
serotonin 2-4 minggu kemudian menyebabkan sensitivitas reseptor
sehingga terjadi serangan panic.

B. ANASTESI
Defenisi :
Tindakan menghilangkan rasa sakit dalam pembedahan, atau berbagai prosedur lain yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh
Anastesi umum : hilangnya nyeri disertai hilangnya kesadaran
Anastesi local : hilangnya nyeri tanpa hilang kesadaran
Anastetik : obat untuk anastesi
Farmakodinamik :
Dasar terjadinya stadium anastesi atau adanya perbedaan kepekaan berbagai bagian ssp
terhadap anastesi
Farmakokinetik :
Efek pada :
CV
Sistem pernapasan
Ginjal
Efek obat
Hati
Uterus
Anastesi Umum :
Penggolongan anastetik umum :
1. Gas : N2O, Siklopropan
N2O :
Gas tak berwarna, tidak berbau
Anastesi kuat
Stadium 1 & 2 cepat terlewati
Efek samping : hipoksia, vomit, nausea
Halotan :
Cairan tidak berwarna, tidak mudah terbakar
Induksi cepat
Post op jarang terjadi vomit, nausea

2. Inhalasi : ether, chloroform, isofluran, enfluran, sevofluran, desfluran, siklopropan.


Chloroform :
Cairan, tidak mudah menguap
protein daripada ether
aplikasi open drop
efek samping : hepatotoxic
Enfluran :
tidak berwarna, tidak mudah terbakar
saliva sedikit
induksi cepat
efek samping : vomit, nausea, depresi napas, delirium

3. Intravena : Ketamin, thiopental, etamidat, propofol, broperidol, benzodiazepine,


barbiturate
Ketamin :
Tidak berwarna
Pulsus
Es : Depresi napas
Aplikasi IV, IM
Thiopental :
Gol. Barbiturate
Efek samping : laryngosapasmus
Induksi cepat
Drug of action cepat
Aplikasi : IV, IM
Pemberian terus menerus (obat jenuh) menyebabkan recovery lama
Sistem Anastesi :
a) Inhalasi
1. Open drop system
2. Semi open drop system
3. Semi closed system
4. Closed system
b) Injeksi : IV, IM
Trias Anastesi
Efek hipnotik
Efek analgesia
Efek relaksasi otok
Stadium Anastesi
Stadium 1 (analgesia)
Dari saat pemberian hingga hilang kesadaran.
Tidak terasa nyeri & bisa untuk pembedahan ringan
Stadium 2 (eksitasi)
Saat hilang kesadaran hingga muncul pernapasan teratur
Delirium, eksitasi & gerakan diluar kehendak, apneu/hiperapneu, muntah, tonus otot
meningkat dan harus cepat dilalui. inkontinensia
Stadium 3 (pembedahan)
Saat pernapasan teratur hilangga pernapasan spontan hilang
Tingkat 1 :
Nafas teratur, spontan, pernapasan dada dan perut, gerakan bola mata diluar
kehendak, miosis, tonus otot masih ada
Tingkat 2 :
Pernafasan teratur dg frekuensi lebih kecil, bla mata tidakbergerak, pupil melebar,
otot rangka mulai lemas, reflex laring menghilang
Tingkat 3 :
Pernafasan perut lebih nyata, otot intercostal lumpuh, relaksasi sempurna otot
rangka, pupil melebar
Tingkat 4 :
pernapasan perut sempurna, otot intercostal lumpuh sempurna, pupil sangat lebar,
reflex cahaya hilang
Stadium 4 (depresi MO)
Pernafasan perut melemah
PD kolaps
Jantung berhenti berdenyut
Dapat disusul kematian
Medikasi Pra-Anastetik
Tujuan :
1. Mengurangi rasa cemas menjelang pembedahan
2. Memperlancar induksi
3. Mengurangi kegawatdaruratan akitab anastesi
4. Mengurangi hipersalivasi
5. Mengurangi bradikardi & muntah selama anastesi
Jenis-jenis obat premedikasi :
1. Anti kolinergik : Atropin sulfat, Glycopyrrolate
2. Transquilizer :
Phenothiazine : promazine, chlorpromazine,
Butyrophenone : droporidole
Benzodiazepin : Diazepam, midazolam
3. Sedative-hipnotik : xylazine, metomidate hydrochloride
Golongan obat medikasi pranastesi :
Analgesic narkotik : morfin
Sedative barbiturate : sekubarbital & fenobarbital
Benzodiazepine : diazepam, lorazepam, midazolam
Antikolinergik : atropine & skopolamin
Neuroleptic : gol. Fenotiazin
Efek samping dan intoksikasi :
Delirium
Muntah
Pemekatan urin dan oligouria
Merusak mukosilier
Depresi napas
Desfluran : iritatif
Halotan : gangguan fungsi hati, bradikardi
Metoksifluran : kerusakan tubulus ginjal dan bisa gagal ginjal
Enfluran : depresi miokard
C. Obat-Obat Otonom
Saraf simpatis : bersifat adrenegrik, melepaskan epinefrin sebagai neurotransmitter
Saraf parasimpatik : bersifat kolinergik, melepaskan asetilkolin sebagai neurotransmitter
Reseptor kolinergik :
o Nikotinik (N)
1. Nikotinik neural : terdapat di ganglia otonom adrenal medulla & ssp
2. Nikotinik otot : terdapat disambungkan otot saraf
o Muskarinik
1. M1 : diganglia & kelenjar
2. M2 : jantung
3. M3 : otot polos dan kelenjar
4. M4 : jantung
5. M5 : ganglia & kelenjar
Reseptor adrenergic :
o Reseptor
1. 1 : otot polos (PD, sal. Kemih, usus) & jantung
2. 2 : otak, otot polos PD, sel pankreas, trombosit
o Reseptor
1 : jantung dan sel junxtaglomerular
2 : otot polos (bronkus, PD, sal.cerna, sal. Kemih, uterus)
3 : jar. Lemak
cara kerja obat otonom
menghambat sintesa & pelepasan NT
mempengaruhi pelepasan NT
ikatan reseptor
hambatan destruksi/ambilan transmitter
prinsip pengobatan otonom
1. parasimpatomimetik / kolinergik
aktivasi ss parasimpatis
2. simpatomometik/adrenergic
aktivasi saraf simpatis
3. parasimpatolitik
hambat timbulnya efek saraf parasimpatis
4. simpatolitik
hambat timbulnya efek simpatis

penggunaan di klinik
1. agonis muskarinik
asetil kolin
a. asetilkolin klorida/bromide, ampul 200 mg, dosis 10-100 mg, IV
b. metakolin klorida, tab : 200 mg
indikasi :
atonia sal. Cerna
atonia kandung kemih
antikolinesterase
a. fisostigmin salisilat
eserir salisilat (obat tetes mata, oral dan parenteral)
b. prostigmin bromide
neostigmine bromide tablet oral 15 mg/tab
indikasi :
1. atonia otot polos
2. sebagai miotikum
3. miastenia gravis
4. peny. alzeimer
2. antagonis muskarinik
atropine sulfat (M1,M2,M3)
0,25 & 0,5 mg tab & suntikan
Indikasi :
disentri, colitis, diverticulitis
medikasi, preanastetik
piranzepin (M1)
25 mg/tab
indikasi : tukak duodeni
3. obat adrenergic
epinefrin (semua reseptor adrenergic)
a. injeksi larutan steril 1 mg/ml epi HCl
b. inhalasi epinefrin 1% epi HCl
c. epinefrin tetes mata
Indikasi :
a. syok anafilaktif & reaksi hipersensitivitas
b. sesak akibat bronkokontriksi
klonidin ( 2)
150-300 mg/hari
indikasi : decongestan hidung dan rhinitis
4. obat anti adrenergic
Prazosin ( 1)
Tab 1 mg & 2 mg. dosis 2-3 x /hari
Indikasi : hipertensi
Yohimbin ( 2)
4 x 5 mg/ hari
indikasi : disfungsi ereksi pd pria dan hipertensi
Propranolol (beta 1 dan 2)
Tablet 10 & 40 mg
Indikasi : pasien hipertensi & gagal jantung

Anda mungkin juga menyukai