FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
REFARAT
TB PARU
OLEH :
Fifi Alfiah
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2018
BAB1
PENDAHULUAN
lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti. Penyakit TB disebabkan oleh
Menurut laporan WHO pada tahun 2016, 10,4 juta orang jatuh sakit dengan
TB, dan 1,7 juta meninggal karena penyakit ini (termasuk 0,4 juta di antara orang
dengan HIV). Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Tujuh negara menyumbang 64% dari total, dengan India
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5
juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
(140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan
kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB
Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun. Jumlah kasus TB di
Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada 1 juta kasus TB
baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41
2
per 100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per
semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh
kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional
3
BAB II
LAPORAN KASUS
1. DATA PASIEN
DATA PASIEN
Nama : Tn.S
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No. RM : 30-73-09
2. ANAMNESIS
B. Anamnesis terpimpin :
Pasien MPKM dengan keluhan batuk bercampur darah segar sejak pagi
(-), mual (-), muntah (-), demam tidak, riwayat demam ada sejak 1 minggu
yang lalu, keringat malam hari (+), pasien juga mengeluhkan penurunan
cokelat, frekuensi 1 kali sehari, tidak ada BAB darah atau BAB bercampur
4
lendir. BAK frekuensi 2 kali sejak semalam, tidak bercampur darah atau
batuk berlendir
Riwayat penyakit yang sama (TB) ada kakak satu tahun yang lalu
E. Riwayat Pengobatan:
F. Riwayat pribadi:
Riwayat merokok (+) sejak umur 17 tahun dan berhenti sejak 1 tahun
yang lalu
3. PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis:
Status Gizi:
Status Vitalis:
5
TD = 120/80 mmHg; N = 82 x/i; P = 20 x/i; S = 36,6 oC (axilla)
Kepala :
sekret (-/-), darah (-/-), deviasi septum (-), telinga normotia, sekret (-/-), darah
Leher :
Faring tidak hiperemis, tonsil (T1/T1), tidak ada massa tumor, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada deviasi trakea, tidak ada
pembesaran tiroid.
Thoraks :
pernafasan.
Palpasi : Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru, batas paru-hepar ICS VI, batas paru
- - + +
- - - -
- - - -
6
Jantung :
Perkusi : Batas atas jantung kanan = ICS II linea parasternalis dextra, batas
Abdomen :
Palpasi : Massa tumor (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Ekstremitas:
Akral hangat, edema tidak ada, deformitas tidak ada, fraktur tidak ada,
4. RESUME
Pasien MPKM dengan keluhan batuk bercampur darah segar sejak pagi
), mual (-), muntah (-), demam tidak, riwayat demam ada sejak 1 minggu yang
lalu, keringat malam hari (+), pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan
frekuensi 1 kali sehari, tidak ada BAB darah atau BAB bercampur lendir. BAK
7
frekuensi 2 kali sejak semalam, tidak bercampur darah atau tidak ada nyeri
berkemih.
NOT detected.
5. DIAGNOSIS
TB PARU
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Mikrobiologi
7. PENATALAKSANAAN
OAT kategori 1
Phytomenadione 1x1
8. PROGNOSIS
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai
organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi.
Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membrana selnya
sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan
dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap
2.2. Epidemiologi
dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002,
dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada satu
orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah
yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah
pendduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih
besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk .(1)
Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang
9
atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti
tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV
yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul. (1)
kematian kedua setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa
golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit
positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga
perempat dari kasus TB ini berusia 15 – 49 tahun. Pada tahun 2004 WHO
menular (BTA positif) pada setiap 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih
(1)
menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China.
penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei,
khususnya yang didapat yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah
atau berdahak yang mengandung BTA. Lingkungan hidup yang sangat padat dan
10
pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses
2.4. Patogenesis
Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi karena
tersebut bersifat sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di
makrofag. Respons awal pada jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah berupa
sebukan sel radang, baik sel leukosit polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit
mononukleus. Kuman berproliferasi dalam sel, dan akhirnya mematikan sel fagosit.
Sementara itu sel mononukleus bertambah banyak dan membentuk agregat. Kuman
berproliferasi terus, dan sementara makrofag (yang berisi kuman) mati, sel fagosit
mononukleus masuk dalam jaringan dan menelan kuman yang baru terlepas. Jadi
bertambah banyak dan tampak pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut
berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya, namun tidak ada
ikatan interseluler dan bentuknya pun tidak sama dengan sel epitel.
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak, dan sebagian sel
datia ini berbentuk sel datia Langhans (inti terletak melingkar di tepi) dan sebagian
11
berupa sel datia benda asing (inti tersebar dalam sitoplasma). (1)
Lama kelamaan granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler
dan fibroblas. Di bagian tengah mulai terjadi nekrosis yang disebut perkijuan, dan
kelamaan terjadi penimbunan garam kalsium pada bahan perkijuan. Bila garam
kalsium berbentuk konsentrik maka disebut cincin Liesegang . Bila mikroba virulen
granuloma satelit yang dapat berpadu sehingga granuloma membesar. Sel epiteloid
dan makrofag menghasilkan protease dan hidrolase yang dapat mencairkan bahan
kaseosa. Pada saat isi granuloma mencair, kuman tumbuh cepat ekstrasel dan terjadi
Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu yang belum pernah
terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang telah terinfeksi
sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras dengan disertai nekrosis
A.Tuberkulosis Paru
12
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru).(1)
13
lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
c. Kasus pindahan (Transfer In)
adalah penderita yang sedang
mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah
berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus membawa
surat rujukan/pindah
d. Kasus lalai berobat
adalah penderita yang sudah berobat paling kurang
1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali
berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif.
e. Kasus Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap
positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan
atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan.
f. Kasus kronik
adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas)
negatif dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif,
terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OA T yang adekuat akan lebih
mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif,
namun setelah mendapat pengobatan OA T selama 2 bulan ternyata
tidak ada perubahan gambaran radiologik
14
B. Tuberkulosis ekstra paru
15
TB paru BTA+
TB paru
TB TB paru BTA-
TB ekstra paru
Kasus baru
Kasus kambuh
Tipe Penderita
TB Paru
Kasus pindah
Kasus lalai
berobat
Kasus gagal
pengobatan
Kasus kronik
Kasus kronik
16
Nyeri dada
Hemoptisis
Dispneu
Demam dan berkeringat, terutama pada malam hari
Berat badan berkurang
Anoreksia
Malaise
Ronki basah di apex paru
Wheezing (mengi) yang terlokalisir
Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya. Pada tipe infeksi
yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa gejala
pneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala tuberkulosis primer dapat juga
terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih
berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi
dingin pada malam hari, temperatur subfebris, batuk berdahak lebih dari dua
minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah di sekitar
batuk darah yang masif. Tuberkulosis postprimer dapat menyebar ke berbagai organ
17
1. Konjungtiva anemis
2. Demam subfebris
3. Badan kurus
4. Perkusi redup atau hipersonor atau timpani jika terdapat kavitas yang besar
2.6. Diagnosis
langsung, biakan dan tes cepat. Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya
thoraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang terlatih TB. Pada sarana
antibiotika spektrum luas (Non OAT dan Non kuinolon) yang tidak memberikan
perbaikan klinis.
berdasarkan pemeriksaan foto thoraks saja. Foto thoraks tidak selalu memberikan
18
Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak secara
19
Tersangka Penderita TB
(Suspek TB)
Berikan Antibitotik
Periksa Ronsen Dada
Spektrum Luas
Penderita TB
BTA (+) Hasil BTA Hasil BTA
+++ ---
++-
20
Terduga TB
Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien
riwayat kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan dengan riwayat kontak erat dengan pasien TB RO,
HIV(-) atau tidak diketahui status HIV nya pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan bakteriologis dengan mikroskop atau Tes cepat
Molekuler (TCM)
(- -) (+ +)
(+ -) MTB
Sensitive Interminate Resistance
Negatif
Foto Antibiotik
thorax Non OAT Ulangi
Terkontaminasi
pemeriksaan TB RR
Bakteriologis
TCM Foto thorax
(Mengikuti alur
Tidak yang sama
Gambaran
mendukung dengan alur hasi
mendukung Memulai pengobatan TB RO;
TB; pemeriksaan BTA
TB Pengobatan TB Lakukan pemeriksaan biakan
Bukan TB negative)
Lini 1 dan Uji Kepekaan OAT Lini 1
dan Lini 2
TB terkontaminasi
Klinis
Tidak ada
Ada perbaikan TB RR; TB Pre
perbaikan Klinis, TB XDR
Klinis TB MDR XDR
ada fakor resiko TB
Bukan TB
TB terkonfirmasi Lanjutkan Pengobatan TB RO
Klinis pengobatan dengan Panduan Baru
TB RO
Pengobatan TB
lini I
21
2.7. Penatalaksanaan
(HRZE)/5(HR)E.
4) Panduan obat OAT untuk pasien TB resisten obat: OAT lini ke-2 yaitu;
Panduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2
dan 4 jenis obat dalam 1 tablet. Dosisnya disesuaikan dengan BB pasien. Paduan
ini dikemas dalam 1 paket untuk 1 pasien untuk 1 masa pengobatan. (2)
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari isoniazid (H),
rifampisin (R), pirazinamide (Z), dan etambutol (E) yang dikemas dalam bentuk
blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk pasien yang tidak bisa
diberikan dengan dosis harian maupun dosis intermitten (diberikan 3 kali/ minggu)
22
Dosis rekomendasi OAT lini-1 untuk dewasa:
Dosis rekomendasi
Harian 3 kali per minggu
Obat
Dosis Maksimum
Maksimum Dosis(mg/kgBB)
(mg/kgBB) (mg)
Izoniazid (H) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin (R) 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid (Z) 25 (20-30) 35 (30-40)
Etambutol (E) 15 (14-20) 30 (25-35)
Streptomisin (S) 15 (12-18) 15 (12-18)
23
30-37 kg 2 tab 4KDT +500 mg 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
Streptomisin inj +2 tab etambutol
38-54 kg 3 tab 4KDT +750 mg 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT
Streptomisin inj +3 tab Etambutol
55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+1000 mg Steptomisin +4 tab etambutol
inj
>71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+1000 mg (>dosis maksimal) +5 tab etambutol
Streptomisin inj
24
Kategori Kasus Panduan Obat yang Dianjurkan Keterangan
-TB paru BTA+, BTA-, lesi luas 2RHZE/4HR atau
I 2RHZE/6 HE atau
-TB diluar paru kasus berat 2RHZE/4R3H3
-Kambuh 3 RHZE/6HR Bila streptomisin
alergi, dapat
diganti kanamisin
II
2.8. Komplikasi
arthropathy
25
DAFTAR PUSTAKA
26