PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
PERCOBAAN 5
OBAT-OBAT OTONOM (SIMPATOMIMETIKA)
DISUSUN OLEH
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
2016
LAPORAN AKHIR
PERCOBAAN 5
OBAT-OBAT OTONOM (SIMPATOMIMETIKA)
SENIN, 18 APRIL 2016
I. Tujuan Percobaan
II. Teori
Sistem saraf otonom merupakan saraf yang bekerja tanpa
dikendalikan oleh kesadaran umum namun dapat berjalan sesuai
fungsinya. Sistem saraf ini berfungsi mengendalikan dan memelihara
organ-organ tubuh bagian dalam misalnya jantung, saluran nafas, saluran
cerna, kelenjar-kelenjar dan pembuluh darah. Obat otonom adalah obat
yang bekerja pada berbagai bagaian susunan saraf otonom, mulai dari sel
saraf sampai dengan sel efektor. Secara anatomi susunan saraf otonom
terdiri atas praganglion, ganglion dan pascaganglion yang mempersarafi
sel efektor. Serat eferen persarafan otonom terbagi atas sistem persarafan
simpatis dan parasimpatis. Obat-obat otonom simpatomimtika terutama
bekerja pada reseptor yang diperantarai syaraf simpatik. Terutama
golongan obat adrenergic karena efeknya mirip perangsangan syaraf
adrenergik atau efek neurotransmitter adrenergik. Syaraf simpatik terutama
memberi respons terhadap stimulus “ fight or flight”.
Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan
parasimpatis memperlihatkan fungsi antagonis. Bila yang satu
menghambat suatu fungsi maka yang lain memacu fungsi tersebut. Contoh
midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis dan miosis dibawah
pengaruh parasimpatis.
Respon sel efektor pada peransangan saraf otonom.
Organ efektor Impuls Impuls
adrenergik/simpatis kolinergik/parasimpatik
Mata Midriasis Miosis
Jantung Denyut bertambah Denyut menurun
Vena Konstriksi, dilatasi -
Sekresi kel. Lbng Berkurang Bertambah
Alat kelamin Ejakulas Ereksi
Kel. keringat Sekresi local Sekresi umum
Kerja obat adrenergik dibagi dalam 7 jenis yaitu:
1) Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan
mukosa, dan terhadap kelenjar liur dan keringat.
2) Penghambatan organ perifer : otot polos, usus, bronkus, dan pembuluh
darah otot rangka.
3) Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung dan
kekuatan kontraksi.
4) Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan
kewaspadaan, aktivitas psikomotor, dan pengurangan nafsu makan.
5) Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot,
lipolosis dan penglepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.
6) Efek endokrin, misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan
hormon hipofisis.
7) Efek parasimpatik, dengan akibat hambatan atau peningkatan
penglepasan neurotransmitter NE atau Ach (secara fisiologis, efek
hambatan lebih penting).
V. Hasil Pengamatan
VII. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan mengamati perubahan yang
terjadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian beberapa obat tersebut
dapat mempengaruhi kerja saraf otonom terutama pada bagian mata
kelinci yang menyebabkan pupil membesar ataupun mengecil.
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com
Obat – obat Penting
A Textbook of Clinical Pharmacology and Therapeutics 5th edition
halaman 423
http://upa-fafa.blogspot.co.id/2014/05/obat-obat-pada-sistem-
saraf-otonom.html
Palembang, 18 April 2016
Dosen Pembimbing :
1. Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong., Apt, M.kes
2. Drs. Benjamin M. Noer., Apt, M.M
3. Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt