Setiap tahun penyakit infeksi menyebabkan kematian pada 3,5 juta orang yang sebagian besar terdiri dari anak-anak miskin dan anak-anak tertinggal dinegara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2014). Data lain menyatakan bahwa pada tahun 2013, terdapat 6,3 juta anak-anak dibawah 5 tahun meninggal, dimana setiap harinya terjadi 17.000 kematian. Dari data tersebut sekitar 83% kematian disebabkan oleh penyakit infeksi, kelahiran dan kondisi gizi yang didapatkan oleh anak-anak (WHO, 2015). Penyakit infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasit dan protozoa. Salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi yaitu bakteri Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok- kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak (Kemenkes, 2011). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) perkembangan penyakit infeksi di Indonesia dapat dilihat dari beberapa data penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan memiliki angka prevalensi sebesar 25%, pneumonia memiliki insiden 1,8% dan prevalensi 4,5% hepatitis memiliki angka prevalensi dua kali lebih tinggi pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007 yakni 1,2% sedangkan untuk diare memiliki insiden dan prevalensi pada semua umur di Indonesia adalah 3,5% dru17,0%. Pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik memerlukan produk baru yang memiliki potensi tinggi. Penelitian zat yang berkhasiat sebagai antibakteri perlu dilakukan untuk menemukan produk antibiotik baru yang berpotensi untuk menghambat atau membunuh bakteri yang resisten antibiotik dengan harga yang terjangkau. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan zat aktif pembunuh bakteri yang terkandung dalam tanaman obat. Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah kopi (Yaqin, 2016). Kopi merupakan salah satu dari bahan minuman yang tidak mengandung alkohol dan disenangi banyak orang. Ditinjau dari segi medis, kopi dapat merangsang pernapasan, membantu asimilasi danpencernaan makanan, menurunkan sirkulasi darah di otak, menenangkan perasaan mental yang berkepanjangan dan badan letih, sebagai obat penolong diare, serta pencegah muntah sesudah operasi. Selain sebagai minuman, kopi juga dapat digunakan dalam industri makanan sebagai penambah rasa. Misalnya dalam industri makanan ringan dan permen (Suwanto dan Octavianty,2010). Kopi merupakan salah satu komoditas terbesar yang ada didalam kehidupan masyarakat. Kopi sebagai bahan pangan yang paling sering dikonsumsi di dunia ini. Jenis kopi yang banyak dibudidayakan yaitu kopi arabika (coffea arabika) dan robusta (coffea canephora). Sumatera Selatan merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia (Panggabean, 2019). Chlorogenic acid dan caffeic acid, yang merupakan asam organik non volatile dalam kopi, dapat mencegah pertumbuhan beberapa bekteri gram-positif dan gram-negatif diantaranya bakteri Eschericia coli, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas fluorescens, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus lactis, dan Streptococcus faecalis. Selain itu, kafein, asam organik non-volatile, senyawa fenolik, trigonelline, cholorogenic acid dan komponen aromatik dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba (Fardiaz, 1995). Pada penelitian sebelumnya, ekstrak biji kopi robusta (Coffea robusta) dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus (Yaqin, 2016). Beberapa penelitian lain terkait dengan biji kopi adalah bahwa ekstrak etanol biji kopi arabika (Coffea arabica) mempunyai daya antibakteri terhadap bakteri Staphyllococcus mutans. Hal tersebut diduga akibat adanya senyawa aktif pada ekstrak biji kopi yang berfungsi sebagai antibakteri. Senyawa-senyawa tersebut seperti caffeic acid, trigonelline, cholorogenic acid, alkaloid, flavonoid, tanin dan terpenoid (Syahputra, 2013). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Kopi Arabika (Coffea arabica) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus” agar dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
1.2 Rumusan Masalah
Menurut data WHO, sekitar 83% kematian disebabkan oleh penyakit infeksi. Penyakit ini pada umumnya diderita oleh penderita berusia kurang lebih 5 tahun. Pengobatan penyakit infeksi pada bakteri yang resisten terhadap antibiotik memerlukan produk baru yang memiliki potensi tinggi. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan zat aktif pembunuh bakteri yang terkandung dalam tanaman obat. Salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah kopi. Dalam hal ini peneliti ingin melakukan uji antibakteri dengan ekstrak biji kopi arabika (Coffea arabica) sebagai antibakteri Staphylococcus aureus.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1) Apakah ekstrak etanol biji kopi arabika (Coffea arabica) memiliki daya hambat dan daya bunuh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus? 2) Pada konsentrasi berapa ekstrak etanol biji kopi arabika (Coffea arabica) memiliki Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh metode pengujian dan konsentrasi ekstrak etanol biji kopi arabika (Coffea arabica) dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 1.4.2 Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol biji kopi arabika (Coffea arabica) memiliki daya hambat dan daya bunuh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 2) Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak etanol biji kopi arabika (Coffea arabica) memiliki Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat Memberikan informasi mengenai manfaat biji kopi arabika (Coffea arabica) sebagai tanaman obat yang dapat menjadi alternatif pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
1.5.2 Bagi Institusi
Menambah bahan bacaan diperpustakaan dan menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan biji kopi arabika (Coffea arabica).
1.5.3 Bagi Peneliti
Menarnbah wawasan peneliti dalam bidang mikrobiologi kefarmasian terutama manfaat dalam biji kopi arabika (Coffea arabica) terhadap efektivitas bakteri Staphylococcus aureus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopi Arabika (Coffea arabica)
2.2 Infeksi 2.3 Antibakteri 2.4 Bakteri Staphylococcus aureus 2.5 Antibiotik 2.5.1 Clindamycin 2.6 Ekstrak 2.7 Ektraksi 2.8 Metode Pengujian Bakteri 2.8.1 Metode Difusi 2.8.2 Metode Dilusi 2.9 Skrining Fitokimia 2.10 Kerangka Teori 2.11 Penelitian Terkait