Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KIMIA FARMASI II

“PENETAPAN KADAR ACETOSAL

DALAM SACHARUM LACTIS”

Disusun oleh :

Kelompok 1 Ganjil

Nama/NIM:

1. Tasya Septiyani ( PO.71.39.1.18.035)


2. Yuliana Safitri ( PO.71.39.1.18.037)

Kelas: Reguler 2A

Dosen Pembimbing :

1. Dra. Sarmalina Simamora, Apt.M Kes


2. Dra. Hj Kusriati
3. Dewi Marlina, SF, Apt. M Kes
4. Yuniarti Eka Putri, AMF
5. Metha Vionari, S. Farm, Apt

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT tuhan semesta Alam. Berkat rahmat dan hidayahnya
laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu. Serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa manusia keluar dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.

Terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah praktikum kimia farmasi II, Serta
kepada para asisten lab yang turut memberikan konstribusi besar dalam penyelesaian laporan
praktikum kimia farmasi II ini.

Sehingga akhirnya terusunlah sebuah laporan resmi praktikum kimia farmasi II. Laporan
ini telah kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk memenuhi
tugas Praktikum kimia farmasi II.

Dalam laporan praktikum ini memuat metode serta hasil penelitian beserta analisa terhadap
data yang dilakukan di laboratorium. Serta tentunya dibawah pengawasan asisten yang
dilakukan secara metodik dan efisien.

Tentunya sangat disadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan
praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan laporan ini dikemudian hari.

Palembang, Maret 2020

Praktikkan

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................2

Daftar Isi ...........................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .......................................................................................4

B. Tujuan......................................................................................................5

C. Prinsip......................................................................................................5

BAB II Pembahasan

A. Landasan Teori........................................................................................6

B. Monografi................................................................................................7

BAB III Metodologi Percobaan

A. Alat dan Bahan........................................................................................8


B. Hasil Pengamatan....................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14
Daftar Pustaka.................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatkan reaksi asam-basa maka disebut sebagai titrasi asam-basa, titrasi redoks untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan
kadarnya disebut sebagai ”titran” dan biasanya di letakkan di dalam erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya
diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi
penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasiasam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu
bahwa reaksi asam-basaatau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. !
dapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat,titrasi asam kuat-basa
lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dantitrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa
disebut juga titrasi asidi-alkalimetri. "adar atau konsentrasi asam-basa larutan
dapatditentukan dengan metode Volumetri dengan teknik titrasi asam-basa. Volumetri
adalah teknik analisis kimia kuantitatif untukmenetapkan kadar sampel dengan
pengukuran volume larutan yangterlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan
kimiaditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indikator
dan kadar sampel untuk ditetapkan melaluiperhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen dengan menggunakan indikator
asam-basa. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan
disertai perubahanwarna indikatornya sedangkan titik akhir titrasi adalah saat terjadinya
perubahan warna indikator.

4
B. TUJUAN
Untuk menentukan kadar asetosal dengan menggunakan larutan baku NaOH

C. PRINSIP
Analisis senyawa asetosal menggunakan metode alkalimetri dengan menggunakan NaOH
sebagai penitrannya untuk menentukan kadar dari methampiron yang mempunyai potensial
reduksi lebih kecil daripada NaOH.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Obat analgesic adalah salah satu obat yang digunakan sebagai penahan rasa sakit
atau nyeri minor, diantarnya sakit kepala, sakit gigi. Sakit kepala, demam dan sakit gigi
sering dialami oleh masyarakat, oleh karena itu obat analgesic dapat didapatkan di apotik
terdekat tanpa resep dokter sekalipun. Salah satu obat analgesic adalah aspirin.
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat
yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Badan POM Indonesia
menyebutkan bahwa obat ini merupakan analgesik antiinflamasi pilihan pertama (Badan
POM, 2003). Asam asetilsalisilat dapat juga mengurangi resiko penyakit asma pada
orang dewasa (Graham, et al., 2006). Pada treatment menggunakan asam asetilsalisilat
dosis rendah dengan kombinasi clopidogrel memperlihatkan adanya kemampuan untuk
mencegah serangan stroke. (Connolly, et al., 2009).

Selain memiliki fungsi seperti diatas aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan
dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung (http://id.wikipedia.org/wiki/Aspirin.2013).

Aspirin termasuk dalam salah satu obat komersil yang bisa didapatkan di apotik
mana saja. Untuk pemakaian jangka panjang dengan dosis yang sedikit obat ini dapat
mencegah penyakit serangan jantung, sedangkan efek sampingnya adalah darah menjadi
sukar membek. Hal ini terjadi karena pada aspirin terkandung zat antikoagulan. Yang
kedua adalah konsumsi aspirin dapat menimbulkan sindrom reye terutama terjadi pada
anak-anak. Sindrom reye adalah penyait mematikan yang mengganggu fungsi otak dan
hati.
Karena itu untuk mengantisipasi dan menanggulangi efek samping dari aspirin

6
kita perlu untuk mengetahui berapa kadar aspirin yang boleh kita konsumsi. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui berapa kadar aspirin pada tablet yang dijual secara komersil,
tujuannya adalah agar kita mengetahui apakah kandungan pada tablet itu sudah sesuai
atau tidak. Sebagai analis kesehatan untuk kedepannya pengukuran kadar aspirin ini
berguna untuk mengetahui dan memantau kadar aspirin pada darah pasien yang sering
mengkonsumsi aspirin sehingga efek samping yang timbul dapat diminimalisir.

B. Monografi
Asetosal (asam asetil salisilat) BM = 180,16  Wikipedia Indonesia dan FI IV
-     Asam asetil salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 100,5 %
C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
-     Pemerian : hablur putih, umumnya seperti jarum / lempengan tersusun, atau serbuk
hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Stabil diudara kering, didalam udara
lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
-     Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform, dan
dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak.
-     Susut pengeringan : tidak lebih dari 0,5 %, lakukan pengeringan diatas silica gel p selama
5 jam.
-     Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
-     Indikasi : demam, rasa sakit setelah vaksinasi, sakit otot dan sakit gigi.
-     Kontra indikasi : demam berdarah, tukak lambung dan terapi antikoagulan, hipersensitif.
-     Dosis :
1.   Dewasa : 2-3 tablet sesudah makan, jika perlu diulangi tiap 4 jam.
2.   Anak-anak 6-12 tahun : 1-2 tablet sesudah makan, jika perlu dapat diulang tiap 6 jam.

7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


 Alat
1. Erlenmayer
2. Beaker Gelas
3. Pipet gondok
4. Pipet volume
5. Sendok spatula
6. Pipet tetes
7. Buret
8. Tiang Penyangga Buret
9. Timbangan Analitik
10. Labu takar
11. Gelas ukur
B. Bahan
1. Baku Primer : kalium biftalat
2. Baku Sekunder : NaOH
3. Aquadest
4. Indikator Phenolphtalein
5. Etanol 95 %
6. Sampel Acetosal

8
C. Hasil Pengamatan

No. Prosedur Keterangan


1. Metode Penetapan Kadar Alkalimetri
2. Sampel Acetosal
3. Prinsip Penetapan Kadar Netralisasi
4. Reakksi yang terjadi  Reaksi Pembakuan dengan kalium biftalat
4.1 Baku Primer dan Baku Sekunder

 Reaksi Penetapan Kadar Acetosal dengan


NaOH

5. Pembuatan Larutan
5.1 Pembuatan larutan baku
5.1.1 Baku primer 500 ml kalium biftalat 0,1 N
N X BE X Mr X Volume
Gram =
1000
0,1 x 1 x 204,22 x 500
=
1000
= 10,211 gram
Pembuatan :
1. Timbang seksama sejumlah ± 10,211 g yang
telah dihitung
2. Masukkan dalam labu takar
3. Tambahkan sejumlah aquadest, kocok ad larut
4. Tambahkan aquadest ad 50 ml
5. Lalu kocok dan ad homogen

5.1.2 Baku sekunder 2500 NaOH 0,1 diperlukan


N X BE X Mr x V
Gram =
1000
0,1 x 1 x 40 x 2500
=
1000
= 10 gram
Pembuatan
1. Siapkan labu takar 500 ml
2. Timbang seksama sejumlah NaOH yang
telah dihitung
3. Masukkan ke dalam labu takar 500 ml
4. Tambahkan sejumlah aquadest kocok ad
larut
5. Dinginkan kemudian tambahkan aquadest
ad 500 ml

9
5.1.3 Pembuatan Indikator A. Phenolphtalein (FI Edisi III)
100 ml Phenolphtalein, 200 mg PP, 60 ml etanol
90 % untuk 50 ml PP dibutuhkan
200
1. Phenolphtalein 200 mg = x 50 ml =100
100
mg
60
2. Etanol 90 % = x 50 ml = 30 ml
100
90
Etanol 95 % = x 30 ml = 28 ml
95
3. Tambahkan air ad 50 ml
Pembuatan :
1. Timbang seksama sejumlah Phenolphtalein
yang telah dihitung masukkan ke dalam
erlenmayer
2. Tambahkan 28 ml etanol 95 % kocok hingga
larut
3. Tambahkan air ad 50 ml

6. Prosedur kerja pembuatan Pembakuan NaOH dengan kalium biftalat


1. Isi buret dengan NaOH
2. Ambil 10 ml kalium biftalat dengan pipet
volume
3. Masukkan ke dalam erlenmayer
4. Tambahkan 1-2 tetes indikator Phenolphtalein
5. Titrasi dengan NaOH sampai warna merah
6. Lakukan titrasi 3x
7. Penetapan kadar acetosal 1. Timbang seksama 300 mg Acetosal
2. Larutkkan dalam erlenmayer 10 ml etanol 96%
3. Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan
indikator Phenolphtalein 1 ml NaOH ≈18,02
mg Acetosal
8. Persiapan sampel 1. Pindahkan sampel dari dalam pot ke dalam
mortar, gerus
2. Masukkan ke dalam pot kembali
3. Timbang teliti sampai ± 300 mg
9. Prosedur kerja Penetapan kadar Acetosal dalam sacharum
lactis
1. Timbang seksama sejumlah sampel setara
dengan 300 mg acetosal
2. Masukkan ke dalam erlenmayer larutkan
dalam 10 ml etanol
3. Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan
indikator PP sampai warna merah jambu
4. Tiap 1 ml NaOH 0,1 N≈ 18,02 mg acetosal.

10
Hitung kadar Acetosal dalam sampel
10. Data data perhitungan Volume kalium biftalat
10.1 Data Penimbangan V1 = 10,0 ml
V2 = 10,0 ml
V3 = 10,0 ml
V 1+V 2+V 3 10+10+10
V rata-rata BP = = = 10 ml
3 3
Penimbangan Acetosal
m1 = 0,3001 g
m2 = 0,3005 g
m3 = 0,3001 g
10.2 Data – data Titrasi
10.2.1 Titrasi Pembakuan Baku Pembakuan dengan kalium biftalat
Sekunder V1 = 0 – 11,5 ml = 11,5 ml
V2 = 12 ml – 23 ml = 11 ml
V3 = 0 – 11 ml = 11 ml
11,5 ml+11 ml +11 ml
V BS = = 11,17 ml
3
10.2.2 Titrasi Penetapan kadar Volume NaOH untuk Titrasi Acetosal
V1 = 0 – 9,5 ml = 9,5 ml
V2 = 10 ml – 19,5 ml = 9,5 ml
V3 = 20 – 29 ml = 9 ml
10.3 Data-data Perhitungan
10.3.1 Normalitas Baku Primer gr x 1000 10,211 x 1000
N BP = =
BE X Mr x Vol 204,22 x 500 x 1
10211
= = 0,1 N
102110
N BP X V BP 0,1 X 10
N BS = = = 0,089 N
V BS 11,17
10.3.3 Kadar Sampel a. Massa Acetosal 1
v x N BS x Mr x BE
= =
1000
9,5 x 0,089 x 180,16 x 1
1000
= 0.1523 g
Kadar massa 1
m. sebenarnya
= x 100 %
penimbangan
0,1523 g
= x 100 % = 50,74 %
0,3001 g
b. Massa 2
v x N BS x Mr x BE
= =
1000
9,5 x 0,089 x 180,16 x 1
1000
= 0,1523 g

11
Kadar massa 2
m. sebenarnya
= x 100 %
penimbangan
0,1523 g
= x 100 % = 50,68 %
0,3005 g
c. Massa 3
v x N BS x Mr x BE 9 x 0,089 x 180,16 x 1
= =
1000 1000
= 0,1443 g
Kadar massa 3
m. sebenarnya
= x 100 %
penimbangan
0,1443 g
= x 100 % = 48,08 %
0,3001 g
50,74 %+50,68 % +48,08 %
Kadar rata-rata =
3
= 49,83 %

10.3.4 Kadar sebenarnya 50 %


Sampel A
10.3.5 Penyimpangan 50 %−49,83 %
Penyimpangan = x 100 %
50 %
= 0,34 %

BAB IV

PENUTUP

12
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam percobaan ini yaitu didapatkan kadar asetosal dalam
saccharum lactis adalah 0,34 %.

B. SARAN
Adapun saran dari penulis adalah agar para praktikan lebih serius dan saling bekerja sama
dalam mengikuti praktikum,agar setiap praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan baik
dan lancar, serta dapat menjaga tata tertib didalam melakukan praktikum.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan    Republik


Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Departemen Kesehatan  Republik


Indonesia, Jakarta.

Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta. (Hal. 153 - 154)

Ganiswarna, Sulistia G. Farmakologi Dan Terapi Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia.1995.

14
LAMPIRAN

Penimbangan Acetosal

Memasukkan sampel ke dalam erlenmeyer

15
Masukkan NaOH (baku sekunder) ke dalalm buret

Ambil 10 ml kalium biftalat dengan pipet volume, masukkan ke dalam


erlenmeyer Setelah itu, tambahkan indikator pp dan titrasi dengan NaOH

Hasil Titrasi berwarna pink


16
17

Anda mungkin juga menyukai