PARADISE FARMA
“PRODUKSI SUSPENSI INJEKSI HYDROCORTISON”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah Teknologi Sediaan Steril tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini pula kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dosen pembimbing dan berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini serta teman satu tim yang telah bekerja sama dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa tentang Teknologi
Sediaan Steril, membantu mereka dalam memahami materi – materi yang dipelajari serta
menambah pengetahuan tentang materi Teknologi Sediaan Steril.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tentu punya banyak kekurangan. Untuk
itu, penulis dengan berlapang dada menerima masukan dan kritikan yang bersifat membangun
dari berbagai pihak demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.2 TUJUAN..........................................................................................................................2
1.3 MANFAAT......................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................8
BAB IV.....................................................................................................................................35
PENGENALAN PRODUK......................................................................................................35
4.1 BAHAN...........................................................................................................................35
ii
4.2 FORMULASI SUSPENSI INJEKSI HYDROCORTISON............................................37
4.4 PERHITUNGAN............................................................................................................39
BAB V......................................................................................................................................46
PENUTUP.................................................................................................................................46
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................46
5.2 Saran................................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................47
ETIKET PRODUK...................................................................................................................49
BROSUR PRODUK.................................................................................................................50
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
pasien yang membutuhkan pengobatan steroid tetapi tidak dapat
minum obat oral, dan secara perioperatif pada pasien yang
menggunakan pengobatan steroid jangka panjang. untuk
mencegah krisis adrenal . Ini juga dapat disuntikkan ke sendi yang
meradang akibat penyakit seperti asam urat .
Dibandingkan dengan hidrokortison, prednisolon sekitar empat
kali lebih kuat dan deksametason sekitar empat puluh kali lebih kuat
dalam efek anti-inflamasinya. Prednisolon juga dapat digunakan
sebagai pengganti kortisol, dan pada tingkat dosis pengganti
(daripada tingkat anti-inflamasi), prednisolon sekitar delapan kali
lebih kuat daripada kortisol. Efek sampingn hydrocortison yaitu
rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering, folikulitis,
hipertrikosis,erupsi akneiform, dll
1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui definisi, ciri-
ciri, contoh, cara penggunaan, cara pembuatan dan hal-hal yang perlu diperhatikan
pada saat produksi, distribusi, penyimpanan dan penggunaan dari Suspensi Injeksi
hydrocortison sesuai dengan persyaratan yang sudah distandarisasi.
1.3 MANFAAT
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memperkenalkan dan mengetahui
rancangan formulasi Suspensi Injeksi hydrocortison dengan nama brand “INSON”
kepada masyarakat umumnya dan khususnya mahasiswa farmasi sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukkan untuk penggunaan oral.
Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel- partikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada
mata.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam mediumcair
yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratanuntuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
6
2.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi :
a) Ukuran partikel
Ukuran pertikel erat hubungannya dengan luas penampang dan daya tekan ke atas
cairan suspensi tersebut. Hubungan antara ukuran partikel berbanding terbalik
dengan luas penampang. Sedangkan luas penampang dan daya tekan ke atas
merupakan hubungan yang linear. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin
kecil luas penampangnya, sedangkan semakin besar luas penampang maka daya
tekan keatas cairan akan semakin menghambat gerakan partikel untuk mengendap.
b) Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental suatu cairan maka kecepatan alirannya makin turun. Kecepatan aliran
dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang
terdapat didalamnya. Dengan menambah viskositas cairan gerakan turun yang
dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat
dibuktikan dengan hukum “STOKES”
Keterangan :
v = kecepatan aliran
g = gravitasi
η = viskositas cairan
Apabila didalam ruangan berisi partikel dengan jumlah besar, maka partikel
akan susah melakukan gerakan bebas karena terjadi benturan antara partikel tersebut.
c) Sifat/muatan
7
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat
mempengaruhinya.
Dilihat dari faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari partikel
merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi
merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi
merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat
alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5-
9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan Ph tersebut menjadi diluar
5-9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab
dengan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah
dirusak bakteri sehingga harus ditambahkan zat pengawet (preservattive).
Chondrus
Tragacanth
Algin
Derivat selulosa
Yang paling terkenal adalah carbophol 934, merupakan serbuk putih bereaksi
asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit. Sehingga
banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas
yang baik, diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan
elektrolit. Hal tersebut mengakibatkan penurunan viskositas larutan.
Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah
terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi
kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya
udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudak
kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi
tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut
kontak ± 900 serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut
10
memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat
padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
Metode praecipitasi
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan
larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan
bahan pensuspensi. Contoh cairan orgnanik : etanol, propilenglikol, dan
polietilenglikol.
Sistem flokulasi
Sistem deflokulasi
1. Flokulasi
d. Sedimentasi tidak membentuk cake yang keras dan padat serta mudah
terdispersi kembali seperti semula.
2. Deflokulasi
1. Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (V u) terhadap volume mula-
mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (V u) terhadap
volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Vo).
3. Metode reologi
Digunakan cara freeze- thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik
beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat
pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel
dan sifat kristal.
12
2.2 Formulasi Suspensi Injeksi hydrocortison
Membuat suspensi stabil secara fisik ada 2 kategori :
Apabila dikendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah stuctured vehicle
13
b. Kategori II
Metode analitik untuk menentukan impurities dalam substansi bahan baku atau
komponen sisa pada produk akhir farmasetika. Metode ini termasuk perhitungan
kembali secara kuantitatif dan uji batas.
c. Kategori III
Metode analitik ini untuk menentukan performa karakteristik. (contoh: disolusi,
pelepasan obat)
d. Kategori IV
Metode analitik untuk identifikasi suatu substansi tertentu.
Perubahan lain adalah soal BIOBURDEN. CPOB: 2012 menaruh perhatian yang
sangat serius tentang masalah bioburden ini. Terdapat begitu banyak klausul
mengenai bioburden ini, baik sebelum proses sterilisasi maupun pasca sterilisasi.
Selain itu, proses sterilisasi dengan menggunakan sinar UV sudah tidak
Diperbolehkan lagi. Satu hal lagi yang cukup menonjol dari CPOB : 2012 adalah
adanya persyaratan yang sangat ketat, terutama untuk produk-produk yang dibuat
secara Aseptis (tidak dilakukan sterilisasi akhir).
14
Untuk zona Kelas A, pemantauan partikel hendaklah dilakukan selama proses
kritis berlangsung, termasuk perakitan alat, kecuali bila dijustifikasi bahwa
kontaminasi yang terjadi dalam proses dapat merusak alat penghitung partikel
atau menimbulkan bahaya, misal organisme hidup dan bahan berbahaya
radiologis. Pada kasus demikian, pemantauan selama kegiatan rutin penyiapan
alat hendaklah dilakukan sebelum terpapar ke risiko kontaminasi tersebut di atas.
Pemantauan selama kegiatan proses yang disimulasikan hendaklah juga
dilakukan. Frekuensi pengambilan sampel dan ukuran sampel dalam pemantauan
zona Kelas A hendaklah ditetapkan sedemikian rupa sehingga mudah diintervensi.
Kejadian yang bersifat sementara dan kegagalan sistem apa pun dapat terdeteksi
dan memicu alarm bila batas waspada terlampaui. Jumlah rendah dari partikel
yang berukuran > 5,0 μm di lokasi di titik pengisian pada saat proses pengisian
berlangsung tidak selalu dapat tercapai. Hal ini dapat diterima karena ada sebaran
partikel atau tetesan produk itu sendiri.
Sistem yang sama dianjurkan untuk Kelas B, walaupun frekuensi pengambilan
sampel dapat dikurangi. Kepentingan akan sistem pemantauan partikel hendaklah
ditetapkan berdasarkan efektivitas pemisahan Kelas A dan Kelas B yang
berdampingan. Pemantauan Kelas B hendaklah dilakukan pada frekuensi dan
jumlah sampel yang memadai sehingga perubahan pola kontaminasi dan
kegagalan sistem dapat terdeteksi dan memicu alarm bila batas waspada
terlampaui
Sistem yang sama dianjurkan untuk Kelas B, walaupun frekuensi pengambilan
sampel dapat dikurangi. Kepentingan akan sistem pemantauan partikel hendaklah
ditetapkan berdasarkan efektivitas pemisahan Kelas A dan Kelas B yang
berdampingan. Pemantauan Kelas B hendaklah dilakukan pada frekuensi dan
jumlah sampel yang memadai sehingga perubahan pola kontaminasi dan
kegagalan sistem dapat terdeteksi dan memicu alarm bila batas waspada
terlampaui.
Sistem pemantauan partikel udara dapat terdiri dari beberapa alat penghitung
partikel yang independen; suatu jaringan dari serangkaian titik pengambilan
sampel yang dihubungkan dengan manifold pada satu penghitung partikel; atau
kombinasi dari kedua sistem tersebut. Sistem yang dipilih hendaklah disesuaikan
dengan ukuran partikel.
15
Untuk mendapatkan ruang dengan kelas kebersihan A, B dan C yang akan
digunakan untuk produksi, produk dengan sterilisasi akhir sebagainya memenuhi
beberapa persyaratan berikut:
Pembagian kelas. Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan
sesuai dengan EN ISO 14644-1. Klasifikasi hendaklah dibedakan dengan
jelas dari pemantauan lingkungan pada saat operasional. Jumlah
maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap Kelas
kebersihan adalah sebagai berikut:
16
BAB III
Dan saat ini, PT. Paradise Farma telah jauh berkembang dari awal mulanya
sebagai usaha farmasi yang dikelola di garasi rumah pendirinya di wilayah Jakarta
Utara. Selama lebih dari 40 tahun sejarah Perusahaan, pengembangan usaha telah
gencar dilakukan melalui akuisisi strategis terhadap perusahaan-perusahaan farmasi
lainnya, membangun merek-merek produk yang unggul dan menjangkau pasar
internasional dalam rangka transformasi.
Pada tahun 2000, PT. Paradise berlokasi di Jl.Baranang Siang No.26 - 27, Kb.
Pisang, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat dan menjadi salah satu
perusahaan produk kesehatan terbaik di kota Bandung serta nutrisi yang terintegrasi
dengan daya inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan
keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit ditandingi
dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang
lebih baik.
Agar produksi berjalan, maka produk yang dihasilkan harus didukung oleh
sistem distribusi pemasaran yang baik dan tersebar luas. Untuk menunjang
kelancaran produksi dan distribusi ini, PT. Paradise Farma mempunyai distributor
tunggal yaitu PT. Enseval Putra Magatranding yang mempunyai beberapa cabang
yang tersebar luas di Indonesia yaitu : Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang,
Denpasar, Medan, Padang, Palembang, Manado, Banjarmasin, Samarinda, Ujung
Pandang, dll.
17
Partisipasi lainnya, PT. Paradise Farma adalah mengadakan kegiatan dalam
bidang ilmu pengetahuan, misalnya :
1) Mengadakan kerjasama dengan lembaga pendidikan, yaitu sebagai tempat
penelitian mahasiswa kimia, AKA, SMAK, dan lain-lain.
2) Mengadakan atau mengikuti seminar-seminar yang erat kaitannya dengan
obat-obatan dan kesehatan yang diadakan untuk tenaga sarjana, Analis dan
Asisten Apoteker.
3) Publikasi, yaitu penerbitan majalah Cermin Dunia Kedokteran
Berbagai macam jenis obat yang diproduksi di PT. Paradise Farma Tbk. ,
berikut ini beberapa jenis obat yang diproduksi :
1) Tablet
2) Tablet salut
3) Cream
4) Kapsul
5) Injeksi/Ampul
6) Sirup
Pada tanggal 25 September 2003 PT. Paradise Farma Tbk. memperoleh izin
produksi dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM)
dan pada awal tahun 2005 PT. Paradise Farma Tbk. mulai melaksanakan
produksinya.
Misi
1. Sebagai penyedia dan pelayanan produk yang berkualitas
- Gedung produksi
19
- Teknik
- Gudang
20
- Lapangan parkir
- Koperasi
- Mess
21
- Kantin
Bangunan PT. Paradise Farma Tbk. terdiri dari dua bagian yaitu bangunan
kantor dan bangunan pabrik.
22
3.4 STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi dalam suatu perusahaan memegang peranan penting yang
menunjukkan adanya pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab setiap
departemen atau bidang yang dapat memudahkan penetapan kebutuhan informasi dalam
suatu organisasi.
23
24
3.5 ASPEK CPOB
1. MANAJEMEN MUTU
Manajemen mutu PT. Paradise Farma Tbk. ditangani oleh Departemen
Quality Operation/QO, dimana pada departemen ini terdapat bagian Pemastian
Mutu/Quality Assurance (QA) dan Pengawasan Mutu/Quality Control (QC).
Quality Operation/QO menjamin kualitas produk yang dihasilkan dengan
memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh pada kualitas produk, baik secara
langsung maupun tidak langsung. QO dipimpin oleh seorang Manajer QO yang
bertanggung jawab langsung kepada Group Head dan juga Plant Head.
- Peranan Manajer QO yaitu:
Mengkoordinasikan tanggung jawab antara QA dan QC serta menangani masalah
yang membutuhkan pertimbangan lebih lanjut.
25
tersebut telah memenuhi persyaratan. Untuk bahan baku dan produk jadi yang
memenuhi syarat akan diberi label “BAIK” sedangkan yang tidak memenuhi
syarat akan diberi label “TOLAK” disertai “Alasan Tolak Barang”. Bagian QA
dan QC saling berhubungan dan bekerjasama dalam cross check mutu produk
serta menangani masalah yang berkaitan dengan mutu produk.
2. PERSONALIA
Secara garis besar personalia mengenai pembuatan produk sediaan
suspensi sama dengan personalia bagian pembuatan produk farmasi lainnya,
perbedaan yang berarti terletak pada kualifikasi personil atau operator mengingat
bahwa produk yang dibuat merupakan produk steril.
Pada produksi sediaan steril juga perlu dilakukan kontrol terhadap personil
dalam hal higenitas, pakaian hendaklah diatur sedemikian agar terhindar dari
kontaminasi, kondisi kesehatan personil juga perlu di cek. Semua orang yang
masuk ke dalam ruang produksi steril haruslah menggunakan APD yang sesuai
seperti yang tercantum pada CPOB. Pakaian kerja steril reguler termasuk sarung
tangan untuk kelas B dan C hendaklah selalu diganti tiap memasuki ruangan.
Penggantian dan pencucian pakaian kerja hendaklah disesuaikan agar mencegah
terjadinya kontaminasi.
26
keterbatasan dari in line system adalah harga mesin yang sangat mahal sehingga
biasanya hanya industri yang besar saja yang mampu untuk membelinya.
4. PERALATAN
Mesin peniup/pengisi/penyegel merupakan satu rangkaian mesin, di mana
dalam suatu operasi yang kontinu (in line system). Wadah produk dibentuk dari
granulat termoplastis, diisi dan kemudian disegel, semua dilakukan oleh satu unit
mesin otomatis. Mesin yang digunakan untuk pembuatan produk dengan
sterilisasi akhir hendaklah dipasang dalam lingkungan minimal kelas D.
Lingkungan kerja dibuat memenuhi persyaratan jumlah partikel dan mikroba pada
kondisi “non operasional” dan memenuhi persyaratan jumlah mikroba pada saat
beroperasi. Peralatan kritis yang harus dikualifikasi adalah alat yang digunakan
untuk sterilisasi akhir, seperti autoclave dan oven.
Hal penting yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan in line
system adalah sebagai berikut:
a. Desain dan kualifikasi peralatan,
27
b. Validasi dan reprodusibilitas dari pembersihan di tempat dan sterilisasi di
tempat,
c. Tingkat kebersihan lingkungan latar belakang di mana peralatan tersebut
ditempatkan,
d. Pelatihan dan pakaian kerja operator (dalam pengisian bahan baku atau pada
saat maintenance mesin).
28
Untuk mengendalikan kebersihan mikrobiologis dari berbagai tingkat kebersihan
pada saat kegiatan berlangsung, area bersih hendaklah dipantau. Saat kegiatan
aseptik berlangsung, pemantauan hendaklah dilakukan sesering mungkin dengan
metode cawan papar, pengambilan sampel udara secara volumetris (volumetric
air), dan pengambilan sampel permukaan (cara apus dan cawan kontak). Area
bersih hendaklah tidak terkontaminasi oleh kegiatan pengambilan sampel saat
melakukan pemantauan. Hasil pemantauan hendaklah dipakai untuk bahan
pertimbangan saat dilakukan peninjauan catatan bets untuk pelulusan produk jadi.
Hendaklah dilakukan pemantauan terhadap permukaan dan personil setelah proses
kritis.
Hendaklah ditentukan batas deteksi cemaran mikrobiologis untuk batas
waspada dan batas bertindak, dan untuk pemantauan tren mutu udara di dalam
area bersih. Batas, yang diberikan dalam satuan pembentuk koloni (colony
forming units – cfu), untuk pemantauan mikrobiologis dalam area bersih
disajikan.
Higiene Perorangan
29
6. PRODUKSI
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyartan mutu serta memenuhi ketentuan
izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
Tahapan produksi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Bahan awal
Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan, hendaklah
memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan dan diberi label
dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Persediaan bahan awal
hendaklah diperiksa dalam selang waktu tertentu. Bahan awal yang cenderung
rusak atau turun potensinya atau aktifitasnya selama dalam penyimpanan
hendaknya ditandai secara jelas, disimpan terpisah dan secepatnya
dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasok.
b. Validasi proses
Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat. Validasi
hendaklah dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan
hasilnya disimpan dengan baik. Perubahan penting dalam proses, peralatan
atau bahan harus divalidasi ulang untuk menjamin bahwa perubahan tersebut
tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
c. Sistem penomoran Bets dan Lot
Sistem ini diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan
atau produk jadi suatu bets atau lot dapat dikenali dengan nomor bets atau lot
tertentu dan tidak digunakan secara berulang.
30
d. Penimbangan dan penyerahan
31
atau diolah ulang ke bets berikutnya hanya setelah dievaluasi secara kritis oleh
bagian pengawasan mutu.
h. Karantina produk jadi dan penyerahan ke gudang produk jadi
Karantina produk jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum produk jadi
diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan. Setelah bagian pengawasan mutu
meluluskan suatu bets atau lot, produk jadi tersebut hendaklah dipindahkan dari
daerah karantina ke tempat gudang produk jadi.
i. Pengawasan distribusi produk jadi
Sistem distribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga menjamin produk
jadi yang pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu.
j. Penyimpanan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi Bahan
disimpan rapi dan teratur untuk mencegah risiko tercampur baur atau pencemaran
serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.
k. Perjanjian kontrak
Pembuatan obat berdasarkan kontrak berarti pembuatan sebagian atau keseluruhan
dari suatu obat oleh satu atau lebih pabrik (disebut penerima kontrak) untuk
kepentingan pihak lain (disebut pemberi kontrak). Pemberi kontrak hendaklah
memastikan bahwa penerima kontrak telah memiliki izin operasional dan sertifikat
CPOB yang sesuai dengan bentuk sediaan obat yang akan dikontrakan.
Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas produk ruahan
menjadi
produk jadi. Proses pengemasan dilaksanakan dibawah pengawasan ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas barang yang sudah dikemas. Sebelum
kegiatan pengemasan dimulai dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa
peralatan dan ruang kerja dalam keadaan bersih dan bebas dari produk dan sisa produk
lain atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan yang dilakukan.
Sebelum menempatkan bahan pengemas pada jalur pengemasan diadakan
pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan yang bersangkutan oleh petugas yang
1
ditunjuk sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan. Pada penyelesaian proses
pengemasan produk yang sudah dikemas diperiksa dengan teliti untuk memastikan
bahwa produk obat
tersebut sesuai dengan persyaratan dalam prosedur pengemasan induk. Hanya obat
jadi yang berasal dari satu batch pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu
plat. Bila ada karton yang tidak penuh maka jumlah yang ada didalamnya dituliskan
pada karton tersebut.
Produk dalam status karantina diberi label “karantina” dan disimpan dalam rak
khusus untuk karantina atau di tempat yang diberi tanda khusus sehingga mudah
dibedakan dengan produk yang telah diluluskan.
Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah yang ada di Industri PT. Paradise Farma Tbk. diantaranya:
1. Pengolahan Limbah Cair
Sumber limbah cair berasal dari air cucian atau bilasan di ruang produksi dan air
cucian atau bilasan alat-alat di laboratorium.
2
Gambar 2.1 Denah bak pengolahan limbah cair PT. Paradise Farma Tbk.
Keterangan gambar:
A = Saluran masuk
B = Bak penampung
C = Mesin pompa
D = Bak Netralisasi
E = Bak Aerasi I
F = Bak Aerasi II
G = Bak Sedimentasi
H = Bak Biokontrol
3
Oxygen Demand) bila telah memenuhi syarat nilai BOD dan COD maka limbah
cair yang telah diolah tersebut dapat dibuang ke lingkungan.
7. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu di PT. Paradise Farma dilakukan oleh bagian Quality Control
(QC) dan Quality Assurance (QA) di bawah Departemen QO. Sesuai dengan yang
tertera pada CPOB, departemen tersebut independen dan terpisah dengan bagian lain,
khususnya dengan Departemen Produksi. Pengawasan mutu hendaklah mencakup
semua kegiatan analitik yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan
4
sampel dan pemeriksaan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi.
Kegiatan ini juga mencakup uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian
yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannnya. Bagian QC
bertanggung jawab dalam menganalisis semua bahan baku dan produk jadi yang
masuk ke gudang (logistik) dengan menggunakan metode analisis (MA) yang telah
disusun oleh bagian Analytical Development (Departemen R&D).
Untuk keselamatan personil, disediakan alat pelindung diri (APD) seperti pakaian
kerja, penutup kepala, masker, kaca mata pelindung, sarung tangan, pelindung telinga,
dan sepatu kerja. APD tersebut juga berfungsi untuk meminimalisasi kontaminasi
terhadap produk sehingga kualitas produk tetap terjaga. Peranan apoteker dalam
pengawasan mutu adalah sebagai manajer atau supervisor yang bertanggung jawab
untuk memastikan pengujian sampel dilakukan berdasarkan Good Laboratory
Practices (GLP). Selain itu, manajer atau supervisor juga menentukan suatu sampel
dirilis atau ditolak berdasarkan hasil analisis yang dilakukan.
5
Pada PT. Paradise Farma terdapat pula proses audit. Audit internal dilakukan dua
kali dalam setahun oleh suatu tim internal PT. Paradise Farma yang telah terlatih dan
tersertifikasi sedangkan audit oleh pihak eksternal dilakukan setiap tahun oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Badan Sertifikasi Nasional (BSN). Saat ini
PT. Paradise Farma telah berhasil melakukan resertifikasi ISO 9001 sekaligus
memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan OHSAS 18001/SMK3 yang merupakan
sertifikasi terhadap sistem manajemen lingkungan dan sistem manajemen kesehatan
dan keselamatan kerja.
6
bahan pengemas, proses produksi, teknologi pembuatan, kondisi penyimpanan,
indikasi, dosis atau penambahan informasi mengenai keamanan obat seperti interaksi
obat, kontraindikasi, dan lain-lain. Selain itu, dapat juga dilakukan penghentian
distribusi, penarikan obat dari pasar, atau penghentian produksi dan distribusi obat.
10. DOKUMENTASI
Dokumentasi spesifikasi dan instruksi pemeriksaan bahan atau produk di PT.
Paradise Farma disusun oleh Bagian Analytical Development (Departemen R&D)
dalam bentuk Approved Manufacture List untuk spesifikasi dan metode analisis (MA)
sedangkan dokumen hasil pemeriksaan dibuat oleh Laboratorium QC. Dokumentasi
formula, prosedur, metode, dan instruksi dalam proses produksi disusun oleh bagian
Formulation Development (R&D) dan Bagian Packaging Development dalam bentuk
Kartu Produksi (KP). Pelaksanaan proses produksi didokumentasikan oleh Bagian
Produksi dalam bentuk KP. Setelah proses produksi selesai, KP ditutup secara online
dan berfungsi sebagai catatan bets. Dokumen hasil pemeriksaan oleh laboratorium QC
dan catatan bets ditangani sebagai Catatan Pengolahan Bets (CPB). Dokumen KP
disimpan minimal hingga 1 tahun setelah waktu kadaluarsa produk jadi. Penataan
dokumen secara sistematis telah dilakukan oleh PT. Paradise Farma . Penataan ini
ditujukan untuk memudahkan pencarian dokumen.
PT. Paradise Farma membagi dokumentasi menjadi empat tingkatan, yaitu
company manual, company procedure, support document, dan company record.
7
Company manual
Berisi pernyataan kebijakan yang menggambarkan tujuan perusahaan dalam
menjalankan bisnis.
Company procedure
Menggambarkan aktivitas yang dilakukan di dalam perusahaan.
Support document
Dokumen yang menjelaskan aktivitas secara detail dan digunakan sebagai
pedoman dalam menjalankan tugas, misalnya Prosedur Tetap, Kartu Produksi,
Formula Dasar, Metode Analisis, Deskripsi Tugas, Rencana Induk Validasi,
Protokol Validasi dan dokumen lain yang digunakan sebagai pedoman kerja.
Company record
Formulir, check list, lembar kerja yang diisi dengan data dalam pengerjaan di
lapangan; termasuk juga memorandum, notulen rapat, surat masuk, surat keluar,
register dalam komputer online, dan daftar persyaratan produk.
8
out dilakukan setiap enam bulan sekali agar dapat mengevaluasi kinerja rekanan sesuai
dengan keinginan perusahaan. Evaluasi ini meliputi penyerahan, penyimpangan
kualitas, dan kelengkapan.
Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang lebih
sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan sedangkan kualifikasi dilakukan
minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang signifikan). Namun, tidak tertutup
kemungkinan kalibrasi dan kualifikasi dilaksanakan di luar jadwal yang telah
ditetapkan sebelumnya, yaitu jika dicurigai ada masalah dengan alat, seperti suhu
pengering (FBD) yang kurang tinggi sehingga pengeringan tidak optimal dan lain-lain.
Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana Induk Validasi
(RIV) yang merupakan dokumen yang merangkum filosofi perusahaan secara
keseluruhan dan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kinerja yang
baik.
9
Validasi yang dilakukan di PT. Paradise Farma meliputi validasi proses, validasi
fasilitas dan sarana penunjang, validasi metode analisa, validasi pembersihan serta
validasi komputer.
a. Validasi metode analisa di PT. Paradise Farma dilakukan oleh Bagian Analytical
Development di Departemen R&D. Penentuan metode analisa mengacu pada
beberapa standar, diantaranya Farmakope Indonesia, United State Pharmacopea,
Japan Pharmacopea, Europe Pharmacopea dan beberapa pustaka lain.
b. Validasi pembersihan dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan
untuk proses produksi produk tertentu atau sampling bahan baku tertentu yang
ditentukan berdasarkan Risk Analysis (Worst case). Validasi pembersihan
dilakukan terhadap mesin atau peralatan setelah digunakan untuk proses produksi
produk tertentu.
c. Validasi fasilitas dan sistem penunjang dilakukan terhadap Heating, Ventilating,
and Air Conditioning (HVAC) System; Water System; Compressed Air System;
Pure Steam: Dust Collection System; Gas System; Plant Steam; Electricity;
fasilitas (bangunan di area produksi); dan peralatan.
d. Validasi proses yang dilakukan PT. Paradise Farma mengacu pada sejumlah
pedoman, diantaranya PIC/S, GMP Guidelines of Canada dan FDA Guidelines on
General Principle of Process Validation. Jika terjadi modifikasi dalam proses atau
terdapat perubahan sistem maupun peralatan yang terlibat dalam proses tersebut
perlu dilakukan revalidasi. Pelaksanaan revalidasi PT. Paradise Farma Tbk.
berdasarkan RIV, yaitu tiga tahun sekali atau jika
terjadi suatu perubahan yang harus segera ditindaklanjuti dengan validasi. Dalam
beberapa hal,validasi dilakukan pada keadaan terburuk untuk menjamin bahwa
proses tersebut dapat diterima pada situasi yang ekstrim. Validasi proses harus
dapat membuktikan kelayakan suatu proses pada skala produksi sehingga juga
dapat menjamin konsistensi kualitas produk suatu line dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan.
10
13. MEDIA FILL
Media fill adalah simulasi pengisian produk secara aseptik dengan menggunakan
media steril sebagai ganti produk yang diisikan ke dalam ampul/vial:
Pelaksanaan
1. Frekuensi :
Sebelum penggunaan fasilitas baru atau setiap kali setelah renovasi
Secara berkala setiap 6 bulan è untuk setiap jalur pengisian
Untuk setiap jenis/besar kemasan (vial, ampul dsb.)
Dilakukan secara bergilir (1 tahun sekali) oleh semua operator yang terlibat.
2. Jumlah Suspensi
Jumlahnya harus merefleksikan jumlah produksi rutin. Menurut survei PMA è
antara 1000-5000.
3. Media
Yang sering digunakan adalah media berspektrum luas seperti :
11
Thioglycollate; atau
TSB ( Trypticase-soy broth);
Media lain : TGYE (Tryptone glucose yeast extraxt), BHI (Brain-heart infusion)
atau SCD (Soybean casein digest agar).
Media harus diperiksa sterilitas sebelum digunakan.
4.Rekonstitusi
Dilakukan untuk proses pengisian serbuk steril (media steril).
Harus disediakan alat pengisi yang sesuai dan diletakkan setelah mesin
Pengisi serbuk sebelum proses penutupan (rubber stopper dan alucap).
Larutan yang umum digunakan : WFI steril atau pepton buffer steril.
Volume pelarut diperhitungkan supaya dapat melarutkan media yang digunakan.
5.Inkubasi
Botol terisi harus diinkubasikan pada posisi terbalik
Masa inkubasi è 14 hari dibagi menjadi 2 periode :
7 hari pertama pada suhu 30 – 35o C è suhu untuk pertumbuhan bakteri
7 hari berikutnya pada suhu 20 –25o C untuk pertumbuhan mold and yeast
7. Pelaksanaan
Worst case dalam arti harus melihat jumlah dan waktu pengisian dalam 1 hari. Bila
proses pengisian 1 hari : 3000 botol dan dikerjakan dalam 2 shift dengan kali sterilisasi
botol maka proses validasinya harus mencerminkan situasi tersebut.
12
8. Sterilisasi
Metode :
Uap panas basah, uap panas kering, radiasi, gas (ethylene oxide) atau filtrasi
(proses pengisian aseptis)
Metode pilihan è sterilisasi dengan cara panas (uap panas basah and uap panas
kering)
Validasi :
Semua cara sterilisasi harus divalidasi
Perhatian khusus harus diberikan untuk non pharmacopoeial atau standar
lainnya atau menyangkut not a simple aqueous atau oily solution
Loading patterns untuk semua proses sterilisasi
Harus diverifikasi secara berkala è 6 bulanan, tahunan atau setelah dilakukan
modifikasi yang bermakna
Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Cara Panas
Waktu yang cukup agar seluruh muatan sterilisasi mencapai suhu yang
dipersyaratkan harus ditetapkan untuk setiap “load” catat dan observasi tiap
penyimpangan sistim dan siklus sterilisasi Periode pendingingan. Perlu diperhatikan
kontaminasi terhadap muatan yang sudah disterilkan sterilkan semua cairan atau gas
pendingin yang bersentuhan dengan produk.
13
Selain produk dalam wadah yang disegel, produk yang akan disterilkan hendaklah
dibungkus dengan bahan yang memungkinkan
Penghilangan udara
Penetrasi uap panas basah tetapi
Dapat mencegah rekontaminasi setelah sterilisasi
Semua bagian muatan hendaklah bersentuhan dengan agens pensteril pada suhu
dan waktu yang disyaratkan. uap yang dipakai pada proses sterilisasi harus
mempunyai mutu yang tepat dan tidak mengandung zat tambahan yang dapat
mencemari produk atau peralatan.
Contoh : Sistem Sterilisasi Autoclave
Sterilisasi Cara Panas Kering
Cocok untuk cairan bukan-air atau serbuk kering. Udara dalam “kamar sterilisasi”
Sirkulasi
Bertekanan positif untuk mencegah masuknya udara tidak steril udara masuk
melalui filter HEPA, bila dipakai untuk menghilangkan pirogen, validasi è uji
tantang endotoksin
Contoh : Sistem Sterilisasi Oven /Tunnel
14
BAB IV
PENGENALAN PRODUK
4.1 BAHAN
1. Hydrocortison Acetas (Farmakope Indonesia Ed III, Halaman 290)
Pemerian serbuk hablur putih atau hampir putih tidak berbau. Kelarutan sangat
sukar larut dalam air dan eter, agak sukar larut dalam etanol (95%) dan dalam aseton,
Sukar larut dalam Kloroform. Penyimpanan dalam wadah tertutup kedap, terlindung
dari cahaya. Khasiat dan kegunaan Adrenoglukokortikoidum.
15
Natrium klorida berbentuk serbuk hablur putih atau hablur tidak berwarna
mempunyai rasa asin. Sinonimnya Natrii Chloridum. NaCl berkhasiat sebagai
Pengisotonis. Kelarutannya Agak larut dalam etanol, larut dalam 250 bagian etanol
95%, larut dalam 10 bagian gliserin, larut dalam 2,8 bagian air. Rentan pH NaCl 6,7-
7,3 dengan Wadah dan penyimpanan yang tertutup baik. Inkompatibilitas cairan
Natrium Klorida encer bersifat korosif terhadap besi. Bereaksi membentuk endapan
dengan perak, timah, dan garam raksa. Pengoksidasi kuat yang melepaskan klorin dari
larutan natrium klorida. Daya larut dari bahan pengawet metilparaben dapat menurun
dalam larutan natrium klorida.
4. Aqua pro Injectione (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition hal 766-
768)
Cairan jernih, tidak berbau tidak berbau dan tidak berasa.Sinonim Air steril untuk
injeksi.Berkhasiat sebagai Pelarut.Disimpan dalam wadah dosis tunggal, dari kaca
atau plastic, tidak lebih besar dari 1L.
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari
cahaya.
16
Dosis : Ia; infiltrasi local, 5mg sampai 50mg
Catatan :
Digunakan Hidrokortison asetat serbuk sangat halus.
Sebagai zat tambahan digunakan zat dapar, zat pendispersi dan
zat pensuspensi
pH 5,0 sampai 7,0
Dibuat dengan cara teknik aseptic
Sediaan berkekuatan lain : 50mg
b. Alat-alat
Di PT. Paradise Farma, kami menggunakan mesin mesin canggih untuk setiap
pengolahan produk, adapun mesin tersebut terdiri dari:
1. Mesin sterilisasi
2. Mesin pencampur bahan
3. Mesin pengemas sediaan
4. Mesin packing produk
5. Mesin finishing produk
Semua mesin tersebut, dipesan langsung dari Digital Mechine yang ada di Jepang.
Dengan menggunakan mesin canggih tersebut, produk yang kami hasilkan bernilai
tinggi dan tentunya steril bebas dari tangan manusia langsung.
17
Sterilisasi alat (Vial) dengan oven pada suhu 180ºC selama 60 menit, dan bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan Suspensi injeksi Hydrocortison yang sudah melalui
tahap penimbangan terlebih dahulu.
4.4 PERHITUNGAN
Perthitungan Isotonis (Tonisitas)
E = = = 0,08
Konsentrasi
C Hydrocortisoni acetas =
W NaCl = 0,9 -
= 0,9 – ( 2,5 x 0,8 )
= 0,9 – 0,2
= 0,7 gr / 100ml
Perthitungan Bahan
Volume untuk 3 vial = (n x v) + 6 ml
= ( 3 x 10,7 ml) + 6 ml
= ml + 6 ml
= ml ≈ 50 ml
Dilebihkan 5% =
18
c. Na Cmc =
a. Penimbangan Bahan
19
4. Untuk mendapat keyakinan terhadap sterilisasi produk steril yang dibuat secara aseptik
tanpa sterilisasi akhir diperlukan tindakan khusus.
5. Untuk membuat produk steril diperlukan suatu ruangan terpisah yang khusus
dirancang. Memasuki ruangan ini hendaklah melalui suatu ruang penyangga udara
atau jalan terusan lain yang sesuai. Ruangan hendaklah selalu bebas debu dan dialiri
udara yang melewati saringan bakteri. Tekanan udara dalam ruangan hendaklah lebih
tinggi dari ruangan di sebelah.
Saringan yang digunakan ini hendaklah diperiksa pada waktu pemasangan dan secara
berkala. Semua permukaan dalam daerah pengolahan hendaklah dirancang dengan
tepat sehingga memudahkan kebersihan dan pembasmihamaan. Penghitungan rutin
mikroba dalam ruangan hendaklah dilakukan sebelum dan selama proses pengolahan.
Hasil perhitungan hendaklah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Data
perhitungan mikroba hendaklah didokumentasikan.
6. Pembuatan produk steril memerlukan tiga kualitas ruangan yang berbeda:
7. Ruang ganti pakaian dimana di satu daerah pakaian kerja pabrik ditanggalkan dan di
daerah sebelahnya yang bersih pakaian pelindung steril dikenakan.
8. Ruang bersih yang digunakan untuk kegiatan bersih namun tidak harus kegiatan steril.
Ruang ini digunakan juga untuk persiapan komponeft dan pembuatan larutan. Produk
yang akan disterilisasi akhir dapat diproses di ruang ini. Ruang ini, dalam pedoman
disebut Ruang Kelas HI, tidak boleh mengandung lebih dari 3.500.000 partikel
berukuran 0,5 mikron atau lebih, 20.000 partikel berukuran 5 mikron atau lebih, serta
tidak lebih dari 500 mikroba viabel setiap meter kubik udara.
9. Ruang steril digunakan untuk kegiatan steril. Petugas masuk ke ruang ini melalui suatu
ruang penyangga udara atau cara lain yang sesuai. Ruang ini, dalam pedoman disebut
Ruang Kelas II, tidak boleh mengandung lebih dari dari 350.000 partikel berukuran
0,5 mikron atau lebih, 2000 partikel berukuran 5 mikron atau lebih, serta tidak lebih
dari 100 mikroba viabel setiap meter kubik udara. Setiap meter kubik udara di bawah
aliran udara laminer dalam ruang steril tidak boleh mengandung lebih dari 3.500
partikel berukuran 0,5 mikron atau lebih dan tidak boleh mengandung partikel
berukuran 5 mikron atau lebih serta kandungan mikroba viabel harus kurang dari satu.
Dalam pedoman. daerah di bawah aliran udara laminer disebut Ruang Kelas I.
20
10. Penting diperhatikan bahwa kontaminasi mikroba di ruangan bersih dan ruangan
steril tidak melebihi nilai batas yang ditentukan. Daerah ini hendaklah dipantau
terhadap kontaminasi mikroba.
11. Produk ini disterilisasikan akhir dengan cara dimasukkan ke dalam Autoclave pada
suhu 121 derajat Celcius selama 30 menit karena semua bahan obat tahan
pemanasan.
Uji pH
Larutan Infus di uji pH sebelum
dimasukkan kedalam infuse.
21
Dimasukkan kertass indicator pH universal dalam
plat tetes. Dibaca pH nya.
Syarat : pH stabil NaCl yaitu 4,5-7,0 (Depkes RI. 1978: 203 )
QC ( QUALITY CONTROL )
Uji pH ( FI IV hal. 1039 – 1040 )
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.
Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam.
Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali
dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air
bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.
22
Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o – 25oC
Kekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril )
Metode uji :
Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi 2 bagian ) lalu diinkubasi
Prosedur uji:
Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan.
Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji, inkubasi selama tidak
kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin
sekurang-kurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8
dan pada hari terakhir dari masa uji.
Uji pirogenitas
Secara biologik (Metode Seibert 1920: USP XII 1942)
Cara menghilangkan pirogen :
1) Untuk alat atau zat yang tahan terhadap pemanasan (jarum suntik, alat suntik dan
lain-lain) dipanaskan pada sushu 250°C selama 30 menit.
2) Untuk aqua p.i bebas pirogen.
a) Dilakukan oksidasi dengan cara :
Didihkan dengan larutan H2O2 1% selama 1 jam.
Satu liter air dapat diminum, ditambah 10 ml larutan KmnO4 0,1 N dan 5ml
larutan 1N, disuling dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti
pembuatan air untuk injeksi.
b) Dilakukan dengan cara absorpsi dari asbes. Lewatkan saring dengan
penyaringan bakteri dari asbes pengabsorpsi 0,1 % (Carbon adsorbens 0,1%
pada suhu 60°C selama 5-10 menit) sambil sekali-kali diaduk, kemudian
disaing dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam proses produksi sediaan steril Suspensi Injeksi hydrocortison ini
digunakan metode sterilisasi akhir dimana yang menjadi parameter kritisnya adalah
sterilitas, jumlah pirogen dan jumlah endotoksin bakteri tersebut. Semua proses
produksi berlangsung pada ruang dengan kelas kebersihan C dan D.
5.2 Saran
Semoga setelah membaca makalah ini pembaca lebih mudah untuk memahami tentang
validasi sediaan suspensi injeksi Hydrocortison.
Meskipun saya menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu saya perbaiki. Hal ini dikarenakan
masih minimnya pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari Ibu sangat saya harapkan untuk perbaikan ke depannya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012, Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB, hal. 28-
36, 95-99.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2013, Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang BaikAneks 1 Pembuatan Produk Steril, hal. 83, 95-99,
Dirjen POM, 1994, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, hal. 908-909, 1032.
Food and Drug Administration, 2012, Guidance Media Fills for Validation of Aseptic
Preparations for Positron Emission Tomography (PET) Drugs, USA, p. 2.
United States Pharmacopeia Convention, 2013, United States Pharmacopeia: Injections, 36th
Edition, United States Pharmacopeia, USA, pp. 1-5.
World Hearth Organization, 2006, Basic Principle of GMP: Sterile Pharmaceutical Product,
25
Direktorat Jenderal POM Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal POM Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, Leon., Herbert A. Lieberman., Joseph L. Kanig. 2012. Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Jakarta : Universitas Indonesia.
ETIKET PRODUK
26
BROSUR PRODUK
27