Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum

FARMASI FISIKA
“DISOLUSI”

OLEH :
KELOMPOK II (DUA)
KELAS A S1 FARMASI 2018

ASISTEN
LISA EFRIANI PULUHULAWA

LABORATORIUM TAKHNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
Lembar Pengesahan

FARMASI FISIKA
“DISOLUSI”

OLEH :
KELOMPOK II (DUA)
KELAS B D3 FARMASI 2018

Gorontalo, November 2019


Mengetahui NILAI

Asisten

LISA EFRIANI PULUHULAWA


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarkatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Farmasi Fisika Percobaan
Disolusi ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Ucapan terimakasih kepada dosen penanggung jawab Ibu Nur Ain
Thomas, S.Si. M.Si. Apt., kepada asisten penanggung jawab percobaan kelarutan
dan koefisien distribusi kak Lisa Efriani Puluhulawa serta kepada seluruh asisten
Praktikum Farmasi Fisika 2019 yang telah membimbing kami sehingga laporan
ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya
memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari kakak asisten, agar
laporan ini dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, November 2019

Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................... 2
1.2.1 Maksud ............................................................................................ 2
1.2.2 Tujuan ............................................................................................. 2
1.3 Manfaat Percobaan .......................................................................... 2
1.4 Prinsip Percobaan ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3
2.1 Dasar Teori ...................................................................................... 3
2.1.1 Definisi ............................................................................................ 3
2.1.2 Metode Uji Disolusi ........................................................................ 4
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Disolusi.......................... 5
2.2 Uraian Bahan ................................................................................... 8
2.2.1 Alkohol............................................................................................ 8
2.2.2 Asam mefenamat ............................................................................. 8
2.2.3 Aquadest .......................................................................................... 9
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan ...................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 12
3.2.1 Alat ................................................................................................ 12
3.2.2 Bahan ............................................................................................ 12
3.3 Cara Kerja ..................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 15
4.1 Hasil ............................................................................................. 15
4.1.1 Hasil Pengamatan .......................................................................... 15
4.1.2 Grafik Kecepatan Disolusi ............................................................ 16
4.1.3 Perhitungan ................................................................................... 16
4.1.4 Data Serapan Asam Mefenamat .................................................... 17
4.2 Pembahasan ................................................................................... 17
BAB V PENUTUP .................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 23
5.2 Saran .............................................................................................. 23
5.2.1 Saran Untuk Jurusan ..................................................................... 23
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium ............................................................ 23
5.2.3 Saran Untuk Asisten...................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi dalam bahasa Yunani disebut dengan “Pharmacon” (medika/
obat). Farmasi sendiri yaitu seni dan ilmu dalam penyediaan bahan-bahan sumber
alam dan bahan sintesis yang sesusai untuk didistribusikan dan juga dipakai dalam
pengobatan serta pencegahan suatu penyakit. Pada umumnya, farmasi meliputi
pengetahuan mengenai identifikasi, kombinasi, analisa dan juga standarisasi obat
serta pengobatan. Termasuk juga sifat-sifat obat dan distribusinya serta dalam hal
penggunaannya. Dalam farmasi terdapat bidangi lmu farmasi fisika.
Menurut (Sinala, 2016) farmasi fisika adalah kajian atau cabang ilmu
hubungan antara fisika (sifat-sifat fisika) dengan kefarmasian (sediaan farmasi,
farmakokinetik, serta farmakodinamiknya) yang mempelajari tentanga nalisis
kualitatif sertakuantitatif senyawa organik dan anorganik yang berhubungan
dengan sifat fisikanya serta menganalisis pembuatan dan pengujian hasil akhir
dari sediaan obat. Sediaan obat yang dihasilkan dalam bidang farmasi, sebelum
dilepas di pasaran harus melalui beberapa pengujian untuk menstandarisasi dan
menjamin kualitas segala aspek sediaan. Pengujian sediaan farmasi termasuk
salah satunya adalah uji disolusi.
Uji disolusi dapat dijadikan control pengembangan formulasi obat dan
kualitas. Hal ini tidak hanya dapat digunakan sebagai alat utama untuk memantau
konsistensi dan stabilitas produk obat tetapi juga sebagai teknik yang relative
cepat dan murah untuk memprediksi penyerapan in vivo suatu sediaan obat (Santi,
2016 )
Uji disolusi memberikan gambaran perubahan jumlah zat aktif yang
terlarut di dalam medium. Laju disolusi atau kecepatan melarutnya suatu obat
sangat penting karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan
zat tersebut melarut ke dalam media pelarutnya sebelum diserap ke dalam tubuh.
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun, harus memiliki daya larut
dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa senyawa yang relative tidak
dapat dilarutkan biasanya memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna,
sehingga menghasilkan respon terapeutik yang minimum.
Berdasarkan latar belakang diatas dilakukan praktikum farmasi fisika
percobaan uji disolu sisehingga mahasiswa dapat menerapkannnya dalam
pengujian sediaan akhir farmasi yang telah dibuat karena pada dasarnya obat yang
dikonsumsi untuk dapat berefek pada tempat kerjanya, maka obat harus
mengalami proses disolusi dalam cairan tubuh manusia.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2. 1 Maksud
Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan laju disolusi dari suatu
obat menggunakan alat uji disolusi.
1.2. 2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan laju disolusi obat tablet dexamethason
dengan kecepatan 50 rpm dan 100 rpm.
2. Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi laju
disolusi suatu obat.
1.3 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat menentukan laju disolusi oabt tablet dexamethason
dengan kecepatan 50 rpm dan 100 rpm.
2. Agar mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi laju
disolusi suatu obat.
1.4 Prinsip percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu penentuan konstanta kecepatan
disolusi dari obat tablet dexamethason yang terdisolusi dalam media disolusi
dengan menggunakan alat uji disolusi dan menentukan kadar absorbansi
menggunakan alat spektrofotometer UV-VIS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi
Disolusi adalah proses melarutnya suatu obat. Agar suatu obat diabsorpsi,
mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat absorpsi. Sebagai
contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul
tidak dapat diabsorpsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu
tempat dalam saluran lambung. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung
dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan
berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus (Ansel, 1985).
Disolusi mengacu pada proses ketika fase padat (misalnya tablet atau
serbuk) masuk dalam fase larutan, seperti air. Ketika obat melarut partikelpartikel
padat melarut dan molekul demi molekul bercampur dengan cairan dan menjadi
bagian dari cairan tersebut. Oleh sebab itu, disolusi obat adalah proses ketika
molekul obat dibebaskan dari fase padat dan masuk ke dalam fase larutan
(Annajiah, 2015).
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan ke dalam beaker
yang berisi air atau dimasukkan ke dalam saluran cerna (saluran gastrointestinal),
obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet
tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami pemecahan menjadi
partikel-partikel yang halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa
berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana
obat tersebut diberikan (Martin, 1993).
Pada waktu suatu partikel obat mengalami disolusi, molekulmolekul obat
pada permukaan mula-mula masuk ke dalan larutan menciptakan suatu lapisan
jenuh obat larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan-
lapisan ini dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, lapisan-lapisan
difusi obat melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membran
biologis serta absorpsi terjadi. Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan
lapisan difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat yang dilarutkan dari
permukaan partikel obat dan proses absorpsi tersebut berlanjut.
Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau
jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu,
laju obat yang terabsorpsi terutama akan tergantung kesanggupannya menembus
pembatas membran. Tetapi, jika laju disolusi untuk suatu partikel obat lambat,
misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan,
proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang menentukan laju dalam
proses absorpsi.
Perlahan-lahan obat yang larut tidak hanya bisa diabsorpsi pada suatu laju
rendah, obat-obat tersebut mungin tidak seluruhnya diabsorpsi atau dalam
beberapa hal banyak yang tidak diabsorpsi setelah pemberian oral, karena batasan
waktu alamiah bahwa obat bisa tinggal dalam lambung atau saluran usus halus.
Dengan demikian, obat-obat yang sukar larut atau produk obat yang formulasinya
buruk bisa mengakibatkan absorpsi tidak sempurna dari obat tersebut serta
lewatnya dalam bentuk tidak berubah keluar sistem melalui feses (Ansel, 1985).
Disolusi merupakan tahapan yang membatasi atau tahap yang mengontrol
laju biabsorpsi obat-obat yang mempunyai kelarutan rendah, karena tahapan ini
seringkali merupakan tahapan yang paling lambat dari berbagai tahapan yang ada
dalam penglepasan obat dari sediaannya dan perjalanannya ke dalam sirkulasi
sistemik.
Laju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut telah diajukan
dalam batasan-batasan kuantitatif oleh Noyes dan Whitney pada tahun 1897 dan
telah dikerjakan dengan teliti oleh peneliti-peneliti lain. Persamaan tersebut
dituliskan sebagai berikut:
dM Ds dC DS
= (Cs-C) atau = (Cs-C)
dt h dt Vh
Dimana M adalah massa zat terlarut yang dilarutkan pada waktu t, dM/dt
adalah laju disolusi dari massa tersebut (massa/waktu). D adalah koefisien difusi
dari zat terlarut dalamlarutan, S adalah luas permukaan zat padat yang menyentuh
larutan, h ketebalan difusi, Cs kelarutan dari zat padat, yakni, konsentrasi larutan
jenuh dari senyawa tersebut pada temperatur percobaan, dan C konsentrasi zat
terlarut pada waktu t. Besarnya dC/dt adalah laju disolusi dan V adalah volume
larutan (Martin,1993).
2.1.2 Metode Uji Disolusi
1. Metode Keranjang/ Alat Tipe 1
Alat ini terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca
atau bahan transparan yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang
digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup
sebagian di dalam suatu tangas yang mempertahankan suhu dalam wadah
pada 370 selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air
dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat termasuk lingkaran
tempat alat diletakkan tidak akan memberikan gerakan, goncangan atau
getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perpuatan alat pengaduk.
2. Metode Dayung/ Alat Tipe 2
Pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari dayung dan batang
sebagai pengaduk. Batang pengaduk berada pada posisi sedemikian
sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu
vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.
Dayung melewati diameter batang sehingga dasar dayung dan batang rata.
Jarak 25 mm antara dayung dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan
selama pengujian berlangsung.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Disolusi
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusiantara lain adalah sebagai
berikut (Shargel, 2005):
1. Pengadukan
Kondisi pengadukan akan sangat berpengaruh pada kecepatan
disolusi yang dikontrol difusi dengan ketebalan lapisan difusi berbanding
terbalik pada kecepatan putaran pengadukan.
2. Suhu
Umumnya semakin tinggi suhu medium akan semakin banyak zat
aktif yang terlarut. Adanya kenaikan suhu selain dapat meningkatkan
gradien konsentrasi juga akan meningkatkan tetapan difusi, sehingga akan
menaikkan kecepatan disolusi.
3. Medium Kelarutan
Sifat medium kelarutan akan mempengaruhi uji pelarutan. Medium
larutan hendaknya tidak jenuh obat. beberapa peneliti telah menggunkana
cairan lambung yang diencerkan, HCl 0,1 N, dapar fosfat, caira lambung
tiruan, air dan cairan usus tiruan tergantung dari sifat produk obat dan
lokasi dalam saluran pencernaan dan perkiraan obat yang akan terlarut.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alcohol, Ethyl hydroxide.
Nama Kimia : Etanol
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C2H5OH.


Berat Molekul : 46,07 g/mol.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dandalam eter P.
Khasiat : Sebagai antiseptic pada pemakaian untuk jaringan hidup
dan sebagai desinfektan (membasmi kuman penyakit)
pada jaringan mati lebih tepatnya alat alat laboratorium.
Kegunaan : Pensteril alat laboratorium, pelarut, dan penstabil.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya,ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.2.2 Aqua Destilata (Dirjen POM, 1979: 96; Rowe et al, 2009)
Nama resmi : AQUADESTILLATA.
Nama lain : Air suling,Aquades
Nama kimia : Hidrogen Oksida
Rumus struktur :

Rumus Molekul : H2O.


Berat Molekul : 18,02 g/mol.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunya rasa,
tidak berbau.
Khasiat : Pelarut.
Kegunaan : Sebagai pembersih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.3 DEXAMETASON (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi :
Nama lain : Ibuprofen, ibuprofenas, ibuprofenox
Nama kimia :9-Fluoro-11β,17,21-trihidroksi-16αmetilpregna
1,4-diena-3,20-dion
Rumus struktur :

Rumus Molekul : C22H29FO5


Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai praktis putih,
tidak berbau, stabil diudara. Melebur pada
suhu lebih kurang 250º disertai peruraian
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Disolusi dilaksanakan pada tanggal 22 november 2019 pada
pukul 14.00 sampai 16.00. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium
Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada praktikum kali ini, alat yang digunakan yakni terdiri dari akuarium,
dispo, gelaskimia, heaker, kertassaring, labu disolusi, lap halus, stirrer, vial.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alkohol 70%, aquadest,
label, tablet ibuprofen, tissu.
3.2.2 Cara Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3) Dirangkai alat disolusi, diatur pada suhu 370c
4) Diatur stirer 50 rpm
5) Dimasukkan air sebanyak 900 ml kedalam labu disolusi
6) Diatur waktu menggunakan stopwatch
7) Dimasukkan tablet dexamatason kedalam labu disolusi
8) Disetiap 5 menit, 10, 15 menit, diambil 5 ml cairan pada labu disolusi
menggunakan dispo dan dimasukkan 5 ml aquades kedalam labu disolusi
9) Dihitung absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-VIS
10) Diatur stirer 100 rpm
11) Diulangilangkah 5-9
12) Dihitung konsentrasi untuk 50 rpm dan 100 rpm
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
1) Kecepatan 50 rpm

No Waktu Absorbansi

1. 5 menit 0,230

2. 10 menit 0,315

3. 15 menit 0,420

4. 20 menit 0,511

a = 0,132
b = 0,019
r = 0,998

2) Kecepatan 100 rpm


No Waktu Absorbansi

1. 5 menit 0,530

2. 10 menit 0,667

3. 15 menit 0,780

4. 20 menit 0,812

a = 0,457
b = 0,019
r = 0,940
4.1.2 Grafik Kecepatan Disolusi
a. Grafik Kecepatan Disolusi pada Kecepatan 50 rpm

KURVA BAKU y = 0.019x + 0.132


0.6 R² = 0.9985
0.5
Absorbansi

0.4 Series1
0.3 Linear (Series1)
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
50 rpm

b. Grafik Kecepatan Disolusi pada Kecepatan 100 rpm

KURVA BAKU
1 y = 0.0192x + 0.4575
R² = 0.9403
0.8
Absorbansi

0.6 Series1
0.4
Linear (Series1)
0.2
0
0 5 10 15 20 25
100 rpm

4.1.3 Perhitungan
a. Kecepatan50 rpm
1) 5 Menit
Dik : y = 0,230
a =0,132
b =0,019
Dit : Nilai x =……?
Peny : y = bx + a
0,230 = 0,019x + 0,132
0,019x = 0,230 - 0,132
0,019x = 0,098
x = 5,157 mg/ml
2) 10 Menit
Dik : a = 0,132
b = 0,019
y = 0,315
Dit : Nilai x =……?
Peny : y = bx + a
0,315 = 0,019x + 0,132
0,019x = 0,315 - 0,132
0,019x = 0,183
x = 9,631 mg/ml
3) 15 Menit
Dik : a = 0,132
b = 0,019
y = 0,42
Dit : Nilai x =……?
Peny : y = bx + a
0,42 = 0,019x + 0,132
0,019x = 0,42 - 0,132
0,019x = 0,288
x = 15,157 mg/ml
4) 20 Menit
Dik : a = 0,132
b = 0,019
y = 0,511
Dit : Nilai x =……?
Peny : y = bx + a
0,511 = 0,019x + 0,132
0,019x = 0,511 - 0,132
0,019x = 0,379
x = 19,947 mg/ml
b. Kecepatan100 rpm
1) 5 Menit
Dik : a = 0,457
b = 0,019
y = 0,53
Dit : Nilai x =……?
Peny : y = bx + a
0,53 = 0,019x + 0,457
0,019x = 0,53 - 0,457
0,019x = 0,073
x = 3,842 mg/ml
2. 10 Menit
Dik : a = 0,457
b = 0,019
y = 0,667
Dit : Nilai x =……?
Peny : y = bx + a
0,667 = 0,019x + 0,457
0,019x = 0,667 - 0,457
0,019x = 0,21
x = 11,05 mg/ml
3. 15 Menit
Dik : a = 0,457
b = 0,019
y = 0,78
Dit : Nilai x =……?
Peny : y = bx + a
0,78 = 0,019x + 0,457
0,019x = 0,78 - 0,457
0,019x = 0,323
x = 17 mg/ml
4. 20 Menit
Dik : a = 0,457
b = 0,019
y = 0,812
Dit : Nilai x =……?
Peny : y = bx + a
0,812 = 0,019x + 0,457
0,019x = 0,812 - 0,457
0,019x = 1,77
x = 93,516 mg/ml

4.1.4 Data Serapan tablet ibu profen

Kecepatan W (menit) C(mg/ml) C/W(mg/ml.menit)

50 rpm 5 5,157 1,03

10 9,631 0,963

15 15,157 0,01

20 19,947 0,997

5 3,842 0,768

10 11,05 0,105

100 rpm 15 17 0,133

20 93,516 4,675

4.2 Pembahasan
Disolusi merupakan suatu proses dimana zat padat terlarut dalam pelarut
tertentu yaitu pemindahan massa dari permukaan padat ke fase cair. Disolusi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana molekul zat terlarut (seperti zat
aktif) dilarutkan dalam medium pelarut. Disolusi obat adalah suatu proses
pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat kedalam media pelarut
(Marcos, 2015; Martin, 1993).
Dexamethasone adalah obat yang berfungsi untuk mengobati kondisi seperti
arthritis, gangguan darah/hormon/sistem kekebalan tubuh, reaksi alergi, masalah
kulit dan mata tertentu, masalah pernapasan, gangguan usus tertentu, dan kanker
tertentu. Obat ini juga digunakan sebagai tes untuk gangguan kelenjar adrenal
(sindrom Cushing). Obat dexamethasone adalah hormon kortikosteroid
(glukokortikoid). Obat ini mengurangi respon defensif alami tubuh dan
mengurangi gejala seperti pembengkakan dan reaksi alergi. Obat ini juga dapat
digunakan untuk mencegah mual dan muntah yang disebabkan oleh kemoterapi
kanker. (Katzung, B.G., 2002; Siswando dan Soekardjo, B., 2000)
Tujuan pada percobaan disolusi ini adalah untuk mengetahui dan memahami
cara penentuan laju disolusi menggunakan alat uji disolusi serta dapat
menentukan nilai absorbansi obat tablet dexamethason menggunakan
spektrofotometer UV-VIS.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Aquarium, dispo, gelas
kimia, heaker, kertas saring, labu disolusi, lap halus dan stirrer. Adapun bahan
yang digunakan adalah alcohol 70 %, aquades, tablet ibuprofen dan tisu. Sebelum
melakukan percobaan alat yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan alkohol 70 % menurut Sylvia (2008), tujuannya adalah untuk
membersihkan alat dari mikroba selain itu alkohol 70% juga dapat berfungsi sebai
antiseptik dan desinfektan.
Alat disolusi dirangkai dan diatur pada suhu 37°C menurut Roth (1988)
hal ini betjuan untuk menyesuaikan alat dengan suhu tubuh manusia, dimana suhu
tubuh normal manusia berkisar antara 35°C - 37°C. Setelah itu,dimasukkan
aquades sebanyak 900 ml kedalam labu disolusi yang telah dibersihkan, lalu
dimasukkan obat ibuprofen dan diatur kecepatan stirrer 50 rpm serta diukur waktu
menggunakan stopwatch. Menurut Jones (2008), kecepatan stirrer
menggambarkan gerakan peristatik dalam lambung dan usus.
Pada waktu 5 menit, dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5 ml
menggunakan dispo kemudian dimasukkan ke dalam vial yang diberi label.
Begitu pula pada waktu 10 menit, 15 menit, dan 20 menit. Segera setelah proses
pengambilan sampel, dimasukkan sebanyak 5 ml aquadest ke dalam labu
disolusi. Penggantian volume tersebut bertujuan agar volume dalam labu tetap
900 ml sesuai kondisi awal sebelum dilakukan sampling yang dikenal dengan
sebutan kondisi sink (Manik, 2017).
Sama halnya dengan perlakuan sebelumnya, dilakukan uji disolusi yang
digital stirrernya diatur dengan kecepatan sebesar 100 rpm. kecepatan stirrer
menggambarkan gerakan peristatik dalam lambung dan usus (Jones, 2008)
Dilakukan pengukuran nilai absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-
VIS. Masing-masing sampel dimasukkan kedalam kuvet secara bergantian
sebanyak 3 ml menggunakan pipet mikro. Kuvet tersebut kemudian dimasukkan
kedalam spektrofotometer UV-VIS. Prinsip kerja spektrofotometer UV-VIS yaitu
apabila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada medium homogen,
sebagian dari sinar masuk akan di pantulkan, sebagian diserapdalam medium dan
sisanya diteruskan. Cahaya yang diteruskan ini, akan di ubah menjadi arus listrik
oleh detector dan dapat dibaca dan ditampilkan padabagian read out (Basset,
1994).
Didapati hasil dari uji laju disolusi dengan kecepatan pengadukan 50 rpm
pada menit ke-5 yaitu 5,157 mg/ml, menit ke-10 yaitu 9,631 mg/ml, menit ke-15
yaitu 15,157 mg/ml dan menit ke-20 yaitu 19,947 mg/ml. pada kecepatan
pengadukan 100 rpm dalam waktu 5 menit yaitu 3,842 mg/ml,10 menit yaitu
11,05 mg/ml,15 menit, 17 mg/ml dan dalam waktu 20 menit yaitu 93, 516 mg/ml.
Pada praktikum ini, terjadi beberapa kemungkinan kesalahan yang
memungkinkan dapat berpengaruh pada saat pembacaan nilai absorbansi pada
spektrofotometer UV-VIS, diantaranya adalah kesalahan dalam melakukan
pengambilan sampel atau sampling. Dimana tempat pengambilan sampel tidak
rata pada setiap menitnya. Selain itu, kemungkinan kesalahan yang terjadi adalah
kurang telitinya praktikan dalam mengukur bahan yang akan digunakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil laju disolusi untuk tablet dexametason dengan kecepatan
pengadukan 50 rpm pada menit ke-5 yaitu 5,157 mg/ml, menit ke-10 yaitu
9,631 mg/ml, menit ke-15 yaitu 15,157 mg/ml dan menit ke-20 yaitu
19,947 mg/ml. pada kecepatan pengadukan 100 rpm dalam waktu 5 menit
yaitu 3,842 mg/ml,10 menit yaitu 11,05 mg/ml,15 menit, 17 mg/ml dan
dalam waktu 20 menit yaitu 93, 516 mg/ml.
2. Laju disolusi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu,
pengadukan, dan medium kelarutan.
5.2 Saran
5.2.1 Jurusan
Pihak jurusan sebaiknya mempersiapkan mahasiswa agar mempunyai
kemampuan akademik, sehingga mahasiswa yang bersangkutan mampu
melakukan praktikum dibagian apapun
5.2.2 Laboratorium
Sebaiknya alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan dan tingkatkan
lagi agar saat praktikum bisa digunakan dengan baik dan maksimal tanpa adanya
kekurangan.
5.2.3 Asisten
Diharapkan agar adanya kerja sama antara asisten dan praktikan lebih
ditingkatkan lagi dengan banyak memberi wawasan tentang praktikum farmasi
fisika.

Anda mungkin juga menyukai