Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA I

DISTRIBUSI UKURAN DAN SIFAT ALIR PARTIKEL

Disusun oleh :

KELOMPOK :4
KELAS PRAKTIKUM : FARMASI G

1. Sholicatus Suprianik (201810410311223)


2. Fela Husniawati (201810410311299)
3. Denissa Dwi Rahmadhania (201810410311305)
4. Ega Achmad Setyo N (201810410311309)
5. Faiz Nur Rendra Safira (201810410311317)
6. Amara Febrianti P. P (201810410311323)
7. Figa Ulivia Tristanti (201810410311335)
8. Isti Kefriyanti (201810410311339)
9. Savana Sonia Savira (201810410311341)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kerena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Farmasi I
tentang distribusi ukuran dan sifat alir partikel. Kami berharap laporan praktikum ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai bahan baku obat.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada berbagai pihak yang telah mendukung
terlaksananya praktikum distribusi ukuran dan sifat alir partikel. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam laporan praktikum ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan serta saran perbaikan laporan praktikum yang kami
buat di masa yang akan datang. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.

Malang, 4 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
2.1 Teori Umum................................................................................................................6
A. Distribusi Ukuran........................................................................................................6
B. Sifat Alir Zat Padat......................................................................................................9
BAB III METODE KERJA.....................................................................................................12
3.1 Alat dan Bahan..........................................................................................................12
3.2 Cara Kerja..................................................................................................................12
A. Distribusi Ukuran......................................................................................................12
B. Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat............................................................................13
3.3 Skema Kerja..............................................................................................................14
A. Distribusi Ukuran......................................................................................................14
B. Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat............................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................16
4.1 Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data.............................................................16
Tabel 1. Bobot Pengayak..................................................................................................16
Tabel 2. Distribusi Ukuran................................................................................................17
Tabel 3. Diameter Rata-rata Sampel.................................................................................17
Tabel 4. Hasil Penentuan Kecepatan Alir.........................................................................18
Tabel 5. Hasil Penentuan Sudut Istirahat..........................................................................19
4.2 Kurva Distribusi Ukuran Granul...............................................................................20
A. Kurva Diameter Ukuran Lubang (μm) terhadap Bobot Granul (%)..........................20
B. Kurva Diameter Ukuran Lubang (μm) terhadap %Kumulatif...................................20
4.3 Pembahasan...............................................................................................................21
BAB V PENUTUP...................................................................................................................24
5.1 Kesimpulan................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
LAMPIRAN.............................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik,
memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan
obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya
secara aman (Syamsuni, 2006).
Farmasi fisika adalah ilmu di bidang farmasi yang menerapkan ilmu fisika dalam
sediaan farmasi. Dalam farmasi fisika dipelajari sifat fisika dan berbagai zat yang
digunakan untuk membuat sediaan obat. Sehingga akan menghasilkan sediaan yang
sesuai, aman dan stabil yang nantinya akan didistribusikan kepada pasien yang
membutuhkan. Suatu obat mempunyai ukuran partikel yang akan membantu
penghancuran suatu obat. Salah satu sediaan obat yang berhubungan dengan ukuran
partikel adalah serbuk bagi yang biasa dibuat puyer untuk anak-anak, sediaan kapsul,
emulsi, dan sebagainya. Untuk bidang pembuatan kapsul, pengukuran untuk partikel
sangat penting dalam mencapai sifat alir yang diperlukan dan pencampuran yang besar
dari granul dan selain itu secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi
penglepasannya dari bentuk- bentuk sediaan yang diberikan secara oral, rectal maupun
topikal.
Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat kebanyakan
berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum. Ukuran partikel
bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan
penentu bagi sifat-sifat, baik sifat fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat
tersebut.
Penentuan distribusi ukuran partikel dilakukan pada sediaan yang berupa sistem
dispersi atau sediaan yang memiliki syarat mengenai keberadaan partikel dengan
ukuran tertentu. Sediaan dengan sistem dispersi contohnya adalah suspensi, sedangkan
sediaan yang dipersyaratkan keberadaan partikel dengan ukuran tertentu contohnya
adalah salep mata.
Ukuran partikel tidak hanya mempengaruhi luas permukaan suatu sediaan
obat, yang secara langsung mempengaruhi cepat atau lambatnya absorbsi obat dan
membantu daya larut suatu bahan obat tapi juga dapat mempengaruhi aktivitas biologik
dan efek terapinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan keseragaman kehalusan serbuk bahan obat dengan
metode pengayakan dan menentukan diameter rata-rata zat dengan metode ayakan?
2. Bagaimana cara menentukan kecepatan alir dan sifat alir zat padat?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi fluiditas atau aliran serbuk?

1.3 Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Menggunakan alat penentuan distribusi ukuran dan sifat alir zatpadat
2. Menentukan distribusi ukuran partikel dan diameter rata-rata zat padat dengan
metode ayakan
3. Menentukan kecepatan alir dan sifat alir zat padat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


A. Distribusi Ukuran
Distribusi ukuran dapat ditentukan dengan pengayak standar. Metode ini dapat
diterapkan untuk partikel-partikel dengan diameter >100 µm. Efisiensi dan kecepatan
pemisahan partikel berbanding terbalik dengan jumlah partikel yang diayak. Efektivitas
pemisahan menurun dengan cepat bila tebal bahan > 6-8 partikel.
Untuk menentukan keseragaman kehalusan serbuk bahan obat atau bukan (bahan
obat) dapat digunakan proses sebagai berikut, dengan menggunakan pengayak standar
yang disesuaikan dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Hindari pengocokan yang
terlalu lama yang dapat meningkatkan kehalusan serbuk selama proses pengujian.
Untuk serbuk yang sangat kasar,kasar dan agak kasar.
Letakkan 25-100 g serbuk yang akan diuji pada pengayak standar yang
dilengkapi dengan penutup dan pan penampung. Getarkan pengayak dengan arah
berputar horizontal dan secara vertikal dengan ketukan-ketukan pada suatu permukaan
yang keras selama tidak kurang dari 20 menit atau sampai pemisahan secara praktis
terjadi sempurna. Timbang jumlah serbuk pada pengayak dan pan penampung.
Untuk serbuk halus dan sangat halus.
Lakukan seperti pada serbuk kasar, kecuali jumlah sampel sebaiknya tidak lebih
dari 25 g, dan pengayak digetarkan tidak kurang dari 30 menit atau sampai pemisahan
secara praktis sempurna.
Dalam hal ini srbuk berminyak atau cenderung menutupi lubang pengayak, sikat
pengayak dengan hati-hati pada interval-interval selam proses pengujian. Hancurkan
gumpalan-gumpalan yang terbentuk selama proses.

Ukuran lubang dari masing-masing pengayak standar dinyatakan dalam satuan


“MESH” yang artinya jumlah lubang yang terdapat pada 1 inch panjang. Tabel
perbandingan ukuran macam-macam standar pengayak dapat dilihat pada karl kolb
scientific technical supplies ’74 p.527

Menurut Dalla Valle, ilmu partikel dituangkan dalam mikromeritik yaitu suatu
ilmu dan teknologi yang mempelajari tentang partikel kecil terutama mengenai ukuran
partikel. Ukuran partikel dalam bidang farmasi sangat penting karena berhubungan
dengan kestabilan suatu sediaan. Ukuran partikel juga menentukan sistem dispersi
farmasetik.
Dibawah ini pembagian sistem dispersi berdasarkan ukuran partikelnya.
(Sinala Santi, 2016)
Ukuran partikel Ukuran ayakan
Contoh
Mikrometer (µm) Milimeter kira-kira
Suspensi, emulsi,
0,5 - 10 0,0005 – 0,010 -
halus
Batas jarak
dibawah ayakan,
partikel emulsi
10 - 50 0,010 – 0,050 -
kasar, partikel
suspensi
terflokulasi
Batas bawah
50 - 100 0,050 – 0,100 325 - 140 ayakan, jarak
serbuk halus
150 - 1000 0,150 – 1,000 100 - 18 Jarak serbuk kasar
Ukuran granul rata-
1000 - 3360 1,000 – 3,360 18 - 6
rata

Pentingnya mengetahui ukuran partikel dalam bidang farmasi yaitu: (Sinala Santi,
2016)
a. Ukuran partikel berhubungan dengan luas permukaan dan tegangan antarmuka
karena sifat ini sangat memengaruhi sifat fisika, misalnya dari aspek
termodinamika, kimia misalnya dari aspek kelarutan (ionisasi) dan farmakologi
dari suatu obat misalnya efek kerja dari zat.
b. Ukuran partikel memengaruhi pelepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang
c. diberikan secara oral, topikal, parenteral, dan rektal, ketika secara teknologi
sekarang telah dikenal ukuran nanopartikel dan mikropartikel sehingga mudah
mengalami penghantaran ke side effect.
d. Ukuran partikel memengaruhi kekompakan tablet, kestabilan emulsi, dan
suspensi (kemudahan digojog).
e. Misalnya, ukuran partikel memegang peranan dalam laju pengendapan pada
sediaan suspensi sehingga melihat ukuran partikel, maka suspensi dibagi menjadi
dua tipe yaitu suspensi flokulasi dan suspensi deflokulasi.
f. Pada tablet dan kapsul, ukuran partikel menentukan sifat alir serta pencampuran
yang benar dari granul.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengukuran partikel salah
satunya adalah metode pengayakan. Metode pengayakan merupakan metode yang
sederhana dengan menggunakan alat/ mesin seperti ayakan, tetapi memiliki aturan
kecepatan dan ukuran ayakan (mesh) tertentu dan telah dikalibrasi. Metode ayakan ini
hanya bisa untuk bahan-bahan yang mempunyai ukuran minimal 44 mikrometer
(ayakan nomor 325). (Sinala Santi, 2016)
Prinsip Metode Ayakan yaitu Sampel diayak melalui sebuah susunan ayakan
menurut ukuran mesh yang disusun ke atas. Ayakan dengan nomor mesh kecil memiliki
lubang ayakan yang besar berarti ukuran partikel yang melewatinya juga berukuran
besar. Bahan yang akan diayak diletakkan pada ayakan teratas dengan nomor mesh
kecil. Partikel yang ukurannya lebih kecil dari lebar jala akan berjatuhan melewatinya.
Partikel yang tinggal pada ayakan (over size), membentuk bahan kasar. (Sinala Santi,
2016)
Faktor-faktor yang memengaruhi proses pengayakan antara lain: (Sinala Santi,
2016)
1. Waktu atau lama pengayakan.
Biasanya pengayakan dilakukan selama 5 menit. Pengayakan yang terlalu lama
dapat membuat sampel jadi pecah karena saling bertumbukan satu dengan yang
lain, sehingga bisa lolos melalui mesh selanjutnya. Jika kurang dari lima menit,
biasanya proses pengayakan akan kurang sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika sampel
sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
3. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin banyak
terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel. Dengan
demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu.
Keuntungan dari metode pengayakan antara lain: (Sinala Santi, 2016)
1. Sederhana, praktis, mudah, dan cepat.
2. Tidak membutuhkan keahlian tertentu dalam melakukan metodenya.
3. Dapat diketahui ukuran partikel dari kecil sampai besar.
4. Lebih mudah diamati.
Kerugian dari metode pengayakan antara lain: (Sinala Santi, 2016)
1. Tidak dapat mengetahui bentuk partikel secara pasti seperti pada metode
mikroskopi.
2. Ukuran partikel tidak pasti karena ditentukan secara kelompok (berdasarkan
3. keseragaman).
4. Tidak dapat menentukan diameter partikel karena ukuran partikel diperoleh
berdasarkan nomor mesh ayakan.
5. Adanya agregasi karena adanya getaran sehingga memengaruhi validasi data.
6. Tidak dapat melihat bentuk partikel dan dapat menyebabkan erosi pada bahan
bahan granul.
B. Sifat Alir Zat Padat
Sifat alir serbuk dalam farmasi diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu serbuk
yang mengalir bebas (free flowing) dan serbuk yang kohesif. Beberapa faktor penting
yang mempengaruhi sifat alir serbuk yaitu: ukuran, porositas, dan densitas serta tekstur
permukaan dari partikel.
Pada pembuatan sediaan tablet, kecepatan alir merupakan hal yang sangat
berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Untuk menghasilkan
tablet dengan bobot seragam, diperlukan suatu batas kecepatan alir minimum.
Kecepatan alir serbuk dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan
corong. Dari hasil penentuan kecepatan alir dengan corong, dapat juga ditentukan sudut
istirahat (angle of repose). Sudut istirahat mencerminkan gaya gesek (frictional force)
yang terjadi antara partikel serbuk. Semakin besar gaya gesek maka hambatan untuk
mengalir semakin besar hingga sudut istirahat semakin besar.
Dalam bidang farmasi, aliran suatu sediaan dikenal dengan istilah rheologi.
Rheologi berasal dari bahasa yunani yaitu rheo yang artinya mengalir dan logos yang
artinya ilmu.(Sinal Santi, 2016)
Rheologi dari suatu produk tertentu menggambarkan konsistensi dari bentuk cair
ke semisolid sampai padatan, dapat mempengaruhi penerimaan bagi pasien,
mempengaruhi stabilitas fisik dan bahkan mempengaruhi avabilitas biologis suatu zat
aktif. (Sinala Santi, 2016)
Pengukuran kecepatan aliran serbuk dapat dihitung dengan perbandingan berat
serbuk per satuan waktu pengaliran (g/detik). Dengan rumus: (Jurnal Farmasi Higea,
Vol. 4, No. 2, 2012.)
Kecepatan pengaliran = Berat serbuk (gram)
Waktu (detik)

Percobaan dilakukan dengan memasukkan serbuk kedalam corong yang bagian


bawahnya ditutupi jari, buka tutup corong dan hidupkan stopwatch, catat waktu yang
diperlukan untuk mengalir, serta mengukur tumpukan serbuk seperti kerucut dimana
dapat diukur tinggi tumpukan serbuk dan diameter dasar dengan persamaan: (Sinala
Santi, 2016)

Tan α = Tinggi puncak tumpukan (h)


Jari-jari tumpukan (r)

Sudut istirahat adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang
datar setelah serbuk tersebut tersebut mengalir bebas melalui suatu celah sempit.
Semakin kecil sudut diam semakin mudah serbuk mengalir. (Oktavia Maria, 2012)
Menurut Fudholi (1983) kecepatan alir dikatakan baik jika memiliki waktu alir
kurang dari 10 detik. Sifat alir granul dikatakan baik jika memiliki kecepatan alir
diantara 4-10 g/detik. (Aulton, 1988)

Tabel sudut istirahat dengan tipe aliran ( Yoga Windhu, 2007)

Sudut istirahat Sifat aliran


<25 Sangat baik
25 - 30 baik
30 - 40 Cukup baik
> 40 Sangat sukar

Tabel hubungan kecepatan alir dengan sifat aliran serbuk (Yoga Windhu, 2007)
Laju alir (g/s) Sifat aliran
>10 Sangat baik
4-10 baik
1,6 - 4 sukar
<1,6 Sangat sukar
Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat alir serbuk: (Sinala Santi, 2016)
1. Porositas atau rongga adalah volume relatif celah-celah ruang antara
dibandingkan dengan volume serbuk. Tidak termasuk pori-pori didalam partikel.
Semakin besar porositas maka semakin baik (Ragiman Widyana., dkk., 2012)
2. Kerapatan partikel adalah kerapatan bahan padat sebenarnya dan didefinisikan
sebagai berat persatuan volume. (Sinala Santi, 2016)
3. Bentuk partike,l secara umum partikel yang ekidimension (teratur = bulat, kubus)
semakin besar diameter maka sifat alir semakin baik, sedang partikel yang
anisometrik (tidak teratur) maka hasilnya bisa lain. Sifat alir yang baik ada pada
diameter optimum partikel. ( Ragiman Widyana., dkk., 2012)
4. Tekstur permukaan, secara umum semakin tidak beraturan maka sifat alir
semakin jelek, semakin halus maka semakin kecil gaya friksi antar partikel
sehingga semakin kecil gaya friksi antar partikel sehingga semakin mudah
mengalir, sebaliknya semakin kasar permukaan partikel maka semakin maka
semakin besar friksi antar partikel semakin sulit mengalir. (Ragiman Widyana.,
dkk., 2012)
5. Kandungan lembab, pada kondisi kandungan lembab yang tinggi ikatan antar
partikel akan semakin kuat, karena luas kotak antar permukaan serbuk naik.
Apabila gaya tarik antar partikel serbuk semakin kuat, maka serbuk akan semakin
sukar mengalir. (Ragiman Widyana., dkk., 2012)
Kegunaan mikromeritik bagi farmasi: (Ragiman Widyana., dkk., 2012)
a. Dalam sediaan farmasi
1. Untuk mengetahui dan menentukan bentuk sediaan obat yang cocok
2. Untuk mengetahui efek dan stabilitas obat
3. Untuk memperoleh informasi tentang lama absorbsi obat dalam tubuh
4. Untuk memperoleh informasi mengenai bentuk dan ukuran partikel yang
berpengaruh dalam pelepasan obat dari bentuk sediaanya didalam tubuh
(waktu hancur)
b. Dalam teknologi farmasi berhubungan dengan sifat alir dan dalam pelepasan zat
aktif dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parental, rektal, dan
tropikal
c. Dalam biofarmasetika berhubungan dengan absorbsi obat, semakin kecil ukuran
partikel semakin mudah diabsorbsi karena luas permukaan kasar.
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Alat:
1. Seperangkat pengayak standar
2. Timbangan
3. Mesin Penggetar Pengayak
4. Corong Standar
5. Stopwatch
6. Penggaris
Bahan:
1. Granul SDL
2. Amilum

3.2 Cara Kerja


A. Distribusi Ukuran
1. Timbang 25 gram granul.
2. Timbang bobot masing-masing pengayak serta pan penampung yang akan
digunakan.
3. Susun pengayak-pengayak tersebut dengan diameter lubang terbesar diletakkan di
atas dan pan penampung di bawah.
4. Letakkan susunan pengayak tersebut di atas mesin penggetar.
5. Letakkan granul yang sudah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup, dan
kencangkan.
6. Getarkan pengayak dengan besar getaran 5 rpm selama 5 menit.
7. Timbang bobot masing-masing pengayak beserta granul.
8. Hitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak serta pan
penampung.
9. Buat tabel serta hitung diameter rata-rata sampel tanpa sampel pada pengayak
paling atas.
10. Buat kurva distribusi granul serta kurva frekuensi kumulatif.
B. Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat
1. Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke bidang datar :
10,0 ± 0,2 cm.
2. Timbang teliti 25 gram dan 100 gram granul serta 25 gram dan 100 gram amilum
(W).
3. Tuang bahan tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup.
4. Buka tutup dasar lubang corong sambil jalankan stopwatch.
5. Catat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan dalam corong
habis (t detik)
6. Hitung kecepatan alir dengan rumus :
W
Kecepatan alir : gram/detik
t
7. Ukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir (h
cm).
8. Ukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan tersebut (r cm).
9. Hitung sudut istirahat dengan rumus :
−1 h
α : tan
r
3.3 Skema Kerja
A. Distribusi Ukuran

Ditimbang 25 gram granul

Ditimbang bobot masing-masing pan pengayak


Dan pan penampung

Susun pengayak (diameter lubang terbesar diletakkan


di atas dan pan penampung di bawah)

Letakkan susunan pengayak di atas mesin getar

Letakkan granul yang telah ditimbang di pengayak


Paling atas, tutup, kencangkan

Getarkan pengayak
(besar getaran 5 rpm, selama 5 menit)

Ditimbang bobot masing-masing


Pengayak beserta granul

Dihitung bobot granul pada masing-masing


Pengayak serta pan penampung

Buat tabel dan hitung diameter rata-rata


Sampel tanpa sampel pada pengayak
paling atas

Buat kurva distribusi ukuran granul


Dan kurva frekuensi kumulatif
B. Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat
.
Pasang corong pada (jarak ujung pipa
bawah ke bidang datar : 10,0 ± 0,2 cm)

Ditimbang teliti 25 g dan 100 g granul;


25 g dan 100 g amilum

Tuang bahan ke dalam


corong (dasar lubang ditutup)

Dibuka tutup dasar corong (stopwatch


Diambil dan dinyalakan)

Catat waktu yang diperlukan


(bahan mengalir – bahan dalam corong)

Hitung kecepatan aliran


W
Kecepatan aliran : gram/detik
t

Diukur tinggi timbunan bahan di bawah


Corong hasil penentuan kecepatan alir
(h cm)

Diukur jari-jari atas kerucut


Timbunan bahan (r cm)

Dihitung sudut istirahat


−1 h
α = tan
r
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan dan Pengolahan Data


Tabel 1. Bobot Pengayak
Bobot
Bobot Granul
Pengayak Pengayak +
(g)
Granul (g)
Diameter
No. Mesh Bobot (g)
Lubang (μm)
18 1000 347,37 344,31 1,94
30 600 341,55 351,39 9,84
40 425 305,60 311,37 5,77
60 250 289,34 294,00 4,66
80 180 284,33 285,63 1,3
140 106 273,86 274,90 1,04
Pan Penampung <106 257,45 257,90 0,45
Jumlah 25,0
Tabel 2. Distribusi Ukuran
Ukuran Granul Bobot granul
(µm) gram % % Kumulatif
>1000 µm 0,45 g 1,8 % 1,80 %
600 µm – 1000 µm 1,04 g 4,16 % 5,96 %
425 µm – 600 µm 1,3 g 5,2 % 11,16 %
250 µm – 425 µm 4,66 g 18,64 % 29,80 %
180 µm – 250 µm 5,77 g 23,08 % 52,88 %
106 µm – 180 µm 9,84 g 39,36 % 92,24 %
<106 µm 1,94 g 7,76 % 100%

Tabel 3. Diameter Rata-rata Sampel


Ukuran Lubang Rata-rata Ukuran Bobot sampel % Bobot
B×D
Ayakan (µm) Lubang Ayakan (g) Sampel
A B C D E
> 1000 µm 1000 µm 0,45 g 1,8 % 1800
600 µm – 1000 µm 800 µm 1,04 g 4,16 % 3328
425 µm – 600 µm 512,5 µm 1,3 g 5,2 % 2665
250 µm – 425 µm 337,5 µm 4,66 g 18,64 % 6291
180 µm – 250 µm 215 µm 5,77 g 23,08 % 4962,2
106 µm – 180 µm 143 µm 9,84 g 39,36 % 5628,48
< 106 µm 106 µm 1,94 g 7,76 % 822,56
Jumlah 25497,24

Diameter rata-rata (dav) =


∑ (% bobot sampel x rata−ratauk .lubang ayakan)
100
25497 ,24
=
100
= 254,9724 µm

Simpulan Tabel:
Jika dibandingkan dengan tabel dispersi ukuran partikel, maka rata – rata granul SDL
yang kami dapatkan sebanyak 254,9724 µm telah memenuhi persyaratan, karena masuk
rentang serbuk kasar yaitu (150 – 1000 µm).
Tabel 4. Hasil Penentuan Kecepatan Alir
Kecepatan
Bahan Replikasi Bobot (g) Waktu (s)
Alir (g/s)
Granul SDL 1 25 2 12.50 Rata-rata
Granul SDL 2 25 1.65 15.15 69,5
=
Granul SDL 3 25 1.60 15.63 5
Granul SDL 4 25 1.98 12.65 = 13,9 g/s
Granul SDL 5 25 1.84 13.59
Jumlah 69.5
Granul SDL 1 100 5.97 16.75
Granul SDL 2 100 6.06 16.50 Rata-rata
Granul SDL 3 100 6.04 16.56 83,21
= 5
Granul SDL 4 100 5.94 16.84
Granul SDL 5 100 6.04 16.56 = 16,64 g/s
Jumlah 83.21
Bahan Replikasi Bobot (g) Waktu (g) Kecepatan Alir (g/s)
Amilum 1 25 - -
Amilum 2 25 - -
Amilum 3 25 - -
Amilum 4 25 - -
Amilum 5 25 - -
Jumlah -
Bahan Replikasi Bobot (g) Waktu (g) Kecepatan Alir (g/s)
Amilum 1 100 - -
Amilum 2 100 - -
Amilum 3 100 - -
Amilum 4 100 - -
Amilum 5 100 - -
Jumlah -

W
Kecepatan alir :
t
gram/detik
Simpulan Tabel:
1. Granul SDL dengan bobot 25 g memiliki rata-rata kecepatan alir 13,9 g/s yang
berarti telah memenuhi syarat kecepatan alir dimana dalam 1 detik granul mengalir
sebanyak lebih dari 10 g, sehingga granul SDL dikatakan memiliki kecepatan alir
yang baik.
2. Granul SDL dengan bobot 100 g dikatakan memiliki kecepatan alir yang baik pula
karena memiliki rata-rata kecepatan alir 16,64 g/s.
3. Amilum memiliki kohesifitas yang sangat tinggi sehingga tidak bisa didapatkan
kecepatan alirnya.
Tabel 5. Hasil Penentuan Sudut Istirahat
Bahan Replikasi Bobot (g) h (cm) r (cm) α (° ¿
Granul 1 25 g 1,5 4.5 18,43°
Granul 2 25 g 1,8 4 24,23°
Granul 3 25 g 1,9 4,5 22,89°
Granul 4 25 g 1,9 4,5 22,89°
Granul 5 25 g 2 4,35 24,69°
Rata-Rata Sudut Istirahat 22,63°
Granul 1 100 g 4 6,65 31,03°
Granul 2 100 g 3,9 6,75 30,02°
Granul 3 100 g 3,9 6,9 29,48°
Granul 4 100 g 3,7 6,75 28,73°
Granul 5 100 g 3,6 6,6 28,61°
Rata-Rata Sudut Istirahat 29,57°

Replikas
Bahan Bobot (g) h (cm) r (cm) α (° ¿
i
Amilum 1 25 g - - -
Amilum 2 25 g - - -
Amilum 3 25 g - - -
Amilum 4 25 g - - -
Amilum 5 25 g - - -
Rata-Rata Sudut Istirahat -
Amilum 1 100 g - - -
Amilum 2 100 g - - -
Amilum 3 100 g - - -
Amilum 4 100 g - - -
Amilum 5 100 g - - -
Rata-Rata Sudut Istirahat -

−1 h
Sudut Istirahat (α) = tan
r

Simpulan Tabel:
1. Granul SDL bobot 25 g masuk ke dalam kategori sangat baik sifat alirnya karena
memiliki rata-rata sudut istirahat <25° yaitu 22,63°.
2. Granul SDL bobot 100 g merupakan granul dengan kategori baik sifat alirnya
karena memiliki rata-rata sudut istirahat yang masuk dalam rentang 25-30 yaitu
29,57°.
3. Amilum tidak didapatkan kecepatan alirnya, maka sudut istirahatnya pun tidak
dapat dihitung.
4.2 Kurva Distribusi Ukuran Granul
A. Kurva Diameter Ukuran Lubang (μm) terhadap Bobot Granul (%)
45.00%
39.36%
40.00%

35.00%

30.00%
Bobot Granul

25.00% 23.08%

20.00% 18.64%

15.00%

10.00% 7.76%
5.20% 4.16%
5.00%
1.80%
0.00%
<106 106-180 180-250 250-425 425-600 600-1000 >1000
Diameter Ukuran Lubang
B. Kurva Diameter Ukuran Lubang (μm) terhadap %Kumulatif
120%

100.00%
100% 92.40%

80%
%Kumulatif

60% 52.88%

40%
29.80%

20%
11.16%
5.96%
1.80%
0%
<106 106-180 180-250 250-425 425-600 600-1000 >1000
Diameter Ukuran Lubang

4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan dengan prosedur mengukur partikel
serbuk, menentukan kecepatan alir dan sudut istirahat pada sampel amilum dan granul
SDL.
Pada praktikum yang pertama yaitu melakukan pengukuran partikel dengan metode
pengayakan (shieving). Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran,yang
dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian,dapat dipisahkan
antara partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang tertinggal (butir kasar). (Voight,
1971).
Bahan yang digunakan untuk metode pengayakan adalah granul SDL. Pada metode
pengayakan digunakan 6 nomor ayakan berbeda dari mulai nomer 18, 30, 40, 60, 80,
dan 140. Ayakan disusun mulai dari ayakan nomer terkecil hingga terbesar.
Pada praktikum distribusi ukuran dengan metode pengayakan (Shieving) diperoleh
data: pada ayakan nomor 18, bobot granul 1,94 g; ayakan nomor 30, bobot granul 9,84
g; ayakan nomor 40, bobot granul 5,74g; ayakan nomor 60, bobot granul 4,66 g; ayakan
nomor 80, bobot granul 1,3 g; ayakan nomor 140, bobot granul 1,04 g; serta yang ada
di pan penampung adalah 0,44 g sehingga total bobot 25 g sesuai dengan jumlah
penimbangan bahan sebelum diayak.
Selanjutnya, setelah melalui pengolahan data, sampel granul SDL yang kami
ujikan memiliki diameter rata-rata 245,9724 μm dimana jika disandingkan dengan tabel
dispersi ukuran partikel maka masuk dalam serbuk kasar karena berada dalam rentang
serbuk kasar. Dalam praktikum ini dipilih waktu 5 menit agar partikel dalam
pengayakan tidak saling bertumbukan terlalu lama yang dapat menyebabkan sampel
menjadi lebih halus. Dalam pemilihan berat sampel yang akan diayak juga
mempengaruhi proses pengayakan karena jika sampel terlalu banyak maka, akan sulit
terayak, dan jika sampel terlalu sedikit maka sampel akan mudah turun dan terayak.
Intensitas getaran yang digunakan juga berpengaruh terhadap ukuran partikel dimana
jika intensitas getaran terlalu tinggi dapat mengakibatkan gesekan antar partikel
maupun dengan pan pengayak yang dapat menyebabkan partikel menjadi halus. (Sinala
Santi, 2016)
Ukuran partikel bahan obat mempunyai pengaruh dalam suatu penentuan sediaan
obat karena dapat berdampak pada sifat alir. (Ragiman Widyana., dkk., 2012)
Metode ayakan digunakan untuk memilih partikel yang lebih kasar,dan dapat
mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer (Sinala,2016).
Pada percobaan kedua yaitu menentukan kecepatan alir dengan metode corong.
Pada percobaan ini menggunakan dua bahan berbeda dengan berat berbeda agar dapat
membandingkan bagaimana kecepatan alir setiap bahan tersebut. Bahan yang
digunakan yaitu amilum 25 g dan 100 g serta granul SDL 25 g dan 100 g dengan
mereplikasi 5 kali. Hasil replikasi granul 25 g menghasilkan kecepatan alir yaitu 12,50
g/s; 15,15 g/s; 13,59 g/s; 15,63 g/s; 12,63 g/s dengan rata-rata 13,9 g/s, sedangkan
granul 100 g mendapatkan hasil 16,75 g/s;16,5 g/s;16,56 g/s;16,84 g/s;16,56 g/s dengan
rata-rata 16,64 g/s. Dari data tersebut menunjukkan bahwa granul SDL memiliki sifat
alir yang baik karena rata-rata kecepatan alirnya memenuhi persyaratan yaitu dalam 1
detik dapat mengalirkan lebih dari 10 g. Tetapi jika dibandingkan rata-rata kecepatan
alir granul SDL 25 g dengan 100 g, sifat alirnya lebih baik granul SDL 100 g.
Meskipun kedua bahan ini sama tetapi berbeda berat atau bobotnya, sehingga di sini
dapat dilihat bahwa semakin besar bobot maka semakin besar tekanan yang diberikan
serta semakin besar tarikan gravitas untuk bobot tersebut. (Rowe R.C. et al., 2009)
Diketahui setelah melakukan percobaan didapatkan hasil rata-rata kecepatan alir
untuk granul SDL 25 g adalah 13,9 g/s dan granul SDL 100 g adalah 16,64 g/s
sedangkan untuk amilum 25 g dan 100 g tidak dapat mengalir karena memiliki sifat alir
kohesif yang tinggi. Jika dihubungkan dengan teori maka terdapat beberapa faktor yang
dapat memepengaruhi sifat alir suatu serbuk. Serbuk granul memiliki porositas (celah)
yang tinggi sehingga semakin kecil kontak antar partikel maka kecepatan alir lebih
baik. (Ragiman Widyana., dkk., 2012). Amilum memiliki porositas yang rendah yang
dapat dilihat dari tidak mengalirnya serbuk amilum melalui lubang corong. Kemudian
serbuk granul memiliki kerapatan partikel yang besar dari amilum sehingga lebih baik
daripada amilum, bentuk partikel dari granul SDL terlihat jelas yaitu bulat dan
berdiameter besar dibandingkan dengan amilum sehingga semakin besar diameter maka
sifat alir semakin baik ditambah bentuk yang menambah faktor yang baik bagi sifat alir.
Tekstur permukaan dari granul SDL sangat halus sehingga semakin baik sifat alir.
Kandungan lembab dalam granul SDL lebbih rendah daripada amilum sehingga ikatan
antar partikel semakin lebih lemah, berbeda dengan amilum yang memiliki ikatan antar
partikel yang kuat sehingga sulit mengalir. (Ragiman Widyana., dkk., 2012).
Sifat aliran serbuk dapat pula ditentukan berdasarkan sudut istirahat serbuk. Sudut
istirahat ini terbentuk antara lereng timbunan serbuk dengan bidang datar. Pada hasil
pengamatan granul SDL 25 g memiliki rata-rata sudut istirahat 22,63° yang masuk
dalam kategori sudut istirahat sangat baik dimana kurang dari sudut <25° sedangkan
granul SDL 100 g memiliki rata-rata sudut istirahat rata-rata 29,573° yang masuk
dalam sudut istirahat baik dimana masuk dalam rentang rentang 25-30°. Jika dilihat
dari data yang diperoleh, granul SDL 25 g memiliki sudut istirahat yang lebih baik dari
granul SDL 100 g hal ini karena semakin berat bobot maka semakin besar bahan yang
dikeluarkan dari lubang kecil maka semakin besar bahan tersebut untuk membentuk
suatu diameter menyebar karena tekanan yang diberikan semakin besar. Maka dapat
dibandingkan antara sifat alir dan sudut istirahat, semakin kecil berat maka semakin
besar sifat alir tetapi semakin kecil sudut istirahat serta sebaliknya, dapat dilihat juga
bahwa ukuran partikel sangat berpengaruh terhadap sifat alir (Ragiman Widyana., dkk.,
2012). Sedangkan sudut istirahat amilum tidak dapat dihitung karena amilum tidak
dapat mengalir pada saat dilakukan percobaan menggunakan corong dikarenakan
kohesifitasnya yang baik. (Rahayuningsih, D., dkk., 2010)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Alat yang digunakan untuk penentuan distribusi ukuran partikel adalah ayakan
standar dan untuk uji kecepatan alir adalah corong. Untuk menentukan distribusi
ukuran dan diameter rata-rata partikel ditentukan dengan menghitung bobot sampel
yang tertinggal pada ayakan. Sampel diayak melalui sebuah susunan ayakan menurut
lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa
pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar, kemudian ayakan digetarkan dengan
vibrator (mesin penggerak) hingga interval waktu tertentu, setelah itu ditentukan bobot
sampel. Sedangkan untuk menentukan kecepatan dan sifat alir partikel dapat ditentukan
dengan mengalirkan partikel sampel yang diuji melalui corong kemudian ditentukan
kecepatan alir dan sudut istirahat sampel. Kecepatan alir ditentukan dari hasil bagi
bobot sampel yang diuji dengan waktu yang dibutuhkan sampel untuk mengalir
seluruhnya melalui corong. Untuk mengetahui sifat alir, ditentukan dahulu sudut
istirahat dari sampel dengan menghitung hasil bagi tinggi timbunan dengan jari-jari
timbunan sampel. Semakin kecil sudut istirahat suatu zat, semakin baik sifat alirnya.
Granul SDL memiliki sifat alir yang lebih baik daripada amilum. Hal ini
disebabkan amilum memiliki daya tarik antar partikel (kohesif) yang tinggi sehingga
sifat alirnya buruk. Dengan demikian, kecepatan alir SDL pun lebih baik daripada
amilum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Martin., 1993, Physical Pharmacy, 4th ed., Lea & Febiger, Philadelphia, London, P.
324-361

2. Florence A.T., and Attwood D., 1998, Physicochemical Principles Of Pharmacy, 3rd
ed. The Macmillan Press Ltd.

3. Carstensensen, J.T., 1993, Pharmaceutical Principles of Solid Dosage Form,


Technomic Publishing Company, Inc., Lancaster, Pennysylvania.

4. Carstensensen, J.T., 1997, Pharmaceutical principles of solid Dosage Form. John


Wiley and Sons, Inc., New York.

5. Allen, T., 1999, Particle Size Measurement, Vol. 1., 5th Ed, Kluwer Academia
Publishers, Dordrecht, Boston, London.

6. Allen, T., 1999, Particle Size Measurement, Vol. 2, 5th Ed, Kluwer Academia
Publishers, Dordrecht, Boston, London.

7. Sinala, Santi., 2016, Farmasi Fisik, Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan


8. Oktavia, Maria Dona., dkk., 2012, Pengaruh Besar Ukuran Partikel Terhadap Sifat-
Sifat Tablet Metronidazol, Padang, Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2

9. Widyana, Ragiman., dkk. 2012, Mikrometika, Bandung


10. Rahayuningsih, D., Siswanto, A., & Suparman, S. (2010). Pengaruh
Penggunaan Amilum Singkong Pregelatinasi Sebagai Bahan Penghancur Terhadap
Sifat Fisik Tablet Aspirin. Pharmacy: Jurnal Farmasi Indonesia, 7(03).
LAMPIRAN

Alat Percobaan:

Gambar 1. Alat ayakan


Sumber: http://www.cleanair.com/Services/AnalyticalServices

Gambar 2. Penyusunan Nomor Ayakan dari Mesh yang Paling Rendah ke Mesh yang Paling Tinggi
Sumber: http://www.particletechlabs.com/particle-size/sieve-analyses

Gambar 3. Flow tester granul


Sumber: https://is.gd/ux9UEP
Literature:

Anda mungkin juga menyukai