Anda di halaman 1dari 36

TUGAS TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PRA FORMULASI DAN FORMULASI SEDIAAN TABLET SUSTAINED RELEASE


DOSEN:
1. Yayah Siti Juariah, S.Si, Msi, Apt
2. Rahmi Hutabarat, S.Si, M.Si. Apt

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Risa Afriliyanti (17334009)
2. Olivia Octavianti (17334011)
3. Khaerunnisa (17334010)
4. Tri Yuniati (17334019)
5. Vidya Retno Prabandari (17334020)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


Program Studi Farmasi-P2K
Jakarta
2018-2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah Teknologi Sediaan Solid
“Pra-formulasi dan Formulasi”.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang Pra-Formulasi dan Formulasi dalam Teknologi Sediaan Solid, baik bagi
para pembaca pada umumnya maupun bagi para penyusun khususnya.
Penyusun juga menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab, itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Teknologi Sediaan Solid yaitu Ibu Yayah Siti Juariah, S.Si, Msi, Apt dan Ibu
Rahmi Hutabarat, S.Si, M.Si. Apt yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyusun makalah ini dengan baik.
Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa menyertai kita.
Jakarta, Oktober 2018

Penyusun

Teknologi Sediaan Solid | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

TUJUAN PENULISAN ......................................................................................................... 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 4

BAB III

PRA FORMULASI ............................................................................................................... 10

BAB IV

FORMULASI ....................................................................................................................... 17

BAB V

PEMBAHASAN .................................................................................................................... 27

KESIMPULAN ...................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA................................... ........................................................................ 32

Teknologi Sediaan Solid | ii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting


dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang
manufacturing obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan
vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan
sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang
berkualitas.
Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya agar
dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standar kualitas yang
dipersyaratkan. Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut
untuk dapat bersaing dengan industri farmasi baik dalam negeri maupun luar
negeri agar dapat memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat.
Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan
obat yang bermutu bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
pedoman bagi industri farmasi untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu
yaitu dengan CPOB (cara pembuatan obat yang baik). Pada tahun 2006,
pemerintah telah memperbarui CPOB ini, yang kemudian lebih dikenal dengan
CPOB ini.
Bentuk sediaan lepas lambat (Sustained release) banyak mendapatkan
perhatian dalam pengembangan sistem penghantaran obat karena dibandingkan
bentuk sediaan konvensional, bentuk lepas lambat memiliki beberapa kelebihan.
Antara lain sediaan lepas lambat dapat mengurangi efek samping, mengurangi
jumlah penggunaan, mengurangi fluktuasi obat dan secara umum dapat
meningkatkan kenyamanan bagi pasien (Welling, 1997).

Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained release) dirancang supaya


pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat segera

Teknologi Sediaan Solid | 1


setelah pemakaiannya, secara tepat menghasilkan efek terapeutik yang diinginkan
secara berangsur-angsur dan terus menerus melepaskan sejumlah obat lainnya
selama periode waktu yang diperpanjang biasanya 8 sampai 12 jam (Ansel et al.,
2005).

Menurut Rao et al, (2001), tujuan utama dari sediaan lepas lambat adalah
untuk mempertahankan kadar terapeutik obat dalam darah atau jaringan selama
waktu yang diperpanjang. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar
obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis.

Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya obat sering


terhambat dengan adanya efek samping obat ataupun karena pelepasan obat tidak
sesuai pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat dibuat dalam bentuk controlled
release atau sediaan lepas terkendali. Sediaan lepas terkendali ini mengatur
pelepasan obat di dalam tubuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas
obat pada reseptornya.

Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan bagian dari
bentuk controlled relese. Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang
menyebabkan obat terlepas ke dalam tubuh dalam waktu yang lama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud preformulasi?
2. Apa yang dimaksud formulasi?
3. Apa yang dimaksud desain dormulasi?
4. Apa definisi sediaan tablet?
5. Apa macam – macam sediaan obat tablet?
6. Apa komponen sediaan tablet?
7. Apa keuntungan dan kerugian sediaan tablet?
8. Apa contoh data preformulasi sediaan tablet?
9. Apaalat-alat yang digunakan untuk membuat sediaan tablet?

Teknologi Sediaan Solid| 2


C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui maksud preformulasi.
2. Untuk mengetahui maksud formulasi.
3. Untuk mengetahui maksud desain formulasi.
4. Untuk mengetahui definisi sediaan tablet.
5. Untuk mengetahui macam – macam sediaan obat tablet.
6. Untuk mengetahui komponen sediaan tablet.
7. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan tablet.
8. Untuk mengetahui contoh data preformulasi sediaan tablet.
9. Untuk mengetahui beberapa alat yang digunakan dalam membuat
sediaan tablet.

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini tak lain adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Teknologi Sediaan berupa melakukan suatu diskusi
dan mempresentasikan hasil diskusi tersebut dengan materi “Pra-Formulasi
dan Formulasi” dengan penugasan akhir yaitu penyerahan makalah dari hasil
presentasi tersebut.

Teknologi Sediaan Solid| 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Studi Preformulasi
1. Defenisi Preformulasi
Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau
aktivitas formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi.
Preformulasi penting bagi formulator untuk mendapatkan profil fisika-kimia
yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai suatu
aktifitas perkembangan formulai seluruh informasi ini diketahui sebagai
preformulasi (Lieberman, 1990).
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang
mana ahli farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam
pertanyaan yang manadianggap penting dalam formulasi yang stabil, efektif
dan bentuk yang aman. Beberapa parameter seperti ukuran kristal dan bentuk,
sifat ph, solubility, sifat ph stabilitas, polymorphisin, efek pembagian,
permaebilitas obat dan disolusi dievaluasi selamaevaluasi tersebut mungkin
saja terjadi. Interaksi dengan berbagai bahan – bahan inert yang dimaksudkan
untuk penggunaan dalam bentuk akhir, yang mana diketahui. Data yang
didapat dari evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat dari
pendahuluan farmakologi dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi
informasi yang mengizinkan pemilihan dari dosis yangoptimum mengandung
bahan – bahan inert yang paling diminati perkembanganya dalam
perkembangan (Gennaro, 1998).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak
dalam tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung
mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau bahan tambahan.
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetak baja. Tablet di buat dengan 3 cara umum yaitu
granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah

Teknologi Sediaan Solid| 4


dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran atau kemampuan
kempa.
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan masa serbuk pada
tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk
baik,kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran
partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering adalah tidak diperlukan
panas dan kelembaban dalam proses granulasi (Anonim, 2004).
Menurut FI edisi III, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat, dengan atau bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul,pada umumnya
disebut kaplet.Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk hewan
besar. (Anonim, 1979).
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat lain kecuali zat-zat pelicin
dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk halus tidak mengisi cetakan tablet
dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi
cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (caping).

Cara pembuatan granul ada 2 macam :


1. Cara Basah
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-
baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah
bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
almari pengering pada suhu 40⁰-50⁰. Setelah kering diayak lagi untuk
memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan
bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.

2. Cara kering atau disebut slugging atau pre compression


Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat
dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi
tablet yang besar (sugging,setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi

Teknologi Sediaan Solid| 5


granul lalu diayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang
dikehendaki dengan mesin tablet (Anief, 1988).
In process :
 Ukuran distribusi partikel
 Sifat alir
 Tap Density
 Ph
End process :
 Keseragaman bobot >50 mg
 Keseragaman kandungan <50 mg
 Disolusi
 Waktu hancur
 Kekerasan tablet
 Kerenyahan Tablet

Nama tablet (tabuletta, tabletta) berasal dari kata tabulletta lempeng


pipih, papan tipis.Beberapa farmakope mencantumkan tablet dengan nama
kompresi/cetak langsung sebagai petunjuk cara pembuatan.
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tinggi. Sediaan ini dicetak dari
serbuk kering ,kristal/granulat. Umumnya dengan bahan pembantu pada mesin
yang sesuai dengan menggunakan tekanan tinggi.
Bentuk luar tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat transportasi
dan penyimpanan.Jenis tablet dan penggunaannya : Tablet peroral, tablet
oral, meliputi tablet hisap, sublingual dan buchal, tablet parenteral, meliputi
tablet injeksi dan tablet implantasi. Serta tablet untuk penggunaan luar
meliputi tablet larut, mata, vaginal, dental resorpsi kerja lokal dipermukaan
tubuh dan lubang-lubang tubuh.
Sediaan lepas lambat memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
beberapa sediaan tablet konvensional. Keunggulan tersebut antara lain
mengurangi frekuensi pemberian, mengurangi efek merugikan karena tidak

Teknologi Sediaan Solid| 6


ada fluktuasi kadar obat di dalam darah, serta durasi efek terapi yang
diinginkan lebih panjang. Pelepasan obat yang diperlambat dapat dicapai
dengan berbagai cara, diantaranya adalah salut penghalang, tablet matriks,
tablet kerja berulang, resin penukar ion dan pembentukan kompleks obat.
Tablet matriks terbagi atas matriks lemak malam, tablet matriks platik, dan
tablet matriks hidrofilik. Mekanisme pelepasan obat dari tablet matriks adalah
secara erosi dan difusi. Kecepatan pelepasan obat dari sistem matriks
bergantung pada jenis dan jumlah polimer yang digunakan (Jamzad S, 2005).
Tablet lepas lambat dapat dibuat dengan sistem monolitik atau system
matriks, sistem reservoir, dan sistem pompa osmotik. Salah satunya adalah
sistem matriks hidrofilik. Beberapa keuntungan sistem matriks hidrofilik yaitu
konsep pembuatan yang sederhana, bahan tambahan pada umumnya murah
dan aman, dapat digunakan untuk bahan obat dengan dosis besar, tererosi,
tidak terjadi ghost matrix, mudah dibuat dengan menggunakan peralatan yang
ada, dan memungkinkan untuk diperoleh perbedaan tipe profil pelepasan orde
nol, orde satu, atau bimodal sesuai yang diinginkan. (Collet J, 2002).

2. Tujuan Preformulasi
Tujuan dasar dari aktivitas preformulasi adalah untuk menyiapkan dasar
rasional untuk metode preformulasi, untuk memaksimalkan kesempatan dalam
mengoptimalkan sebuahproduk obat dan penampilannya. Dari sudut pandang
seorang formulator tablet, informasi preformulasi yang paling pentingadalah
studi kestabilan zat tambahan obat. Pertanyaan berikutnya, untuk obat baru.
Sebuah obat dimana formulasinyamemiliki pengalaman yang kurang adalah
untuk memilih bahan,zat tambahan yang mana baik secara kimia – fisika
cocok denganobatnya (Lieberman, 1990).
Penerangan formula menggunakan pengalaman dan pengetahuan
mengetahui bahan tambahan untuk menjaga ukuran tablet ini seminimal
mungkin tanpa mengorbankan bagian –bagian yang perlu.

Teknologi Sediaan Solid| 7


Formulasi dari tablet membutuhkan pertimbangan antara lain
(Lieberman, 1990) :
1. Ukuran dari dosis atau kuantias dari bahan aktif.
2. Stabilitas dari bahan aktif.
3. Kelarutan dari bahan aktif.
4. Kerapatan dari bahan aktif.
5. Kemampuan pengampaan dari bahan aktif.
6. Penyeleksian bahan tambahan.
7. Metode dari granulasi.
8. Karakter dari granulasi.
9. Kempa tablet, tipe, ukuran, dan kapasitas.
10. Kondisi lingkungan (kontaminasi dan kontrol kelembaban).
11. Stabilitas dari produk obat.
12. Ketersediaan.

B. Studi Formulasi
1. Defenisi Formulasi
Formulasi bentuk sediaan tablet banyak digunakan dalam kehidupan
kefarmasian mulai dari tablet biasa, tablet salut gula, maupun tablet salut selaput
atau salut film. Sifat fisikokimia zat aktiflah yang akan sangat mempengaruhi
bentuk sediaan tablet seperti apa yang akan dibuat. Dalam laporan praktikum ini
kami khusus membahas masalah pembuatan tablet biasa tanpa penyalut pada
umumnya, dengan berbagai uji evaluasinya, baik uji evaluasi granul maupun uji
evaluasi tablet. Terutama bagaimana proses pembuatannya baik secara teori
maupun praktiknya yang dapat dilakukan di laboratorium dan di pabrik-pabrik
obat tentunya. Tablet dapat dengan mudah dibuat bila kita telah melakukan
pengkajian praformulasi tablet terlebih dulu.
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan
atau tanpa aditif yang sesuai. Berbagai tablet bervariasi dalam hal bentuk, ukuran
dan bobotnya tergantung pada jumlah bahan obat dan cara pemberian yang

Teknologi Sediaan Solid| 8


diinginkan. Tablet dapat dibuat dengan berbagai metode, antara lain: metode cetak
langsung, granulasi basah, granulasi kering atau kombinasinya.
Bentuk sediaan tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling
umum dan paling banyak beredar di masyarakat.

Teknologi Sediaan Solid| 9


BAB III
PRA FORMULASI

1. Bahan Aktif
Natrium Diklofenak
Rumus molekul : C14H10Cl2NNaO2

 Pemerian : serbuk putih atau agak kekuningan, serbuk Kristal,


higroskopik.
 Kelarutan : mudah larut dalam air, mudah larut dalam methanol, larut
dalam alkohol, agak sukar larut dalam aseton. ; praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter; bebas larut dalam alcohol metal pH larutan 1% dalam air
adalah antara 7.0 dan 8
 Khasiat : antiinflamasi, analgetik.(Anonim, 1979)
 Berat molekul : 318,13

 Nama kimia : asam benzeneasetat, 2 -[(2,6- diklorofenil) amino monosodium

 Nama lain : Sodium [o-(dikloroanilino)fenil]asetat

Teknologi Sediaan Solid| 10


A. Farmakologi Natrium Diklofenak
 Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang menyerupai
fluorbiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat
siklooksigenase yang kuat dengan efek anti inflamasi, analgesik dan
antipiretik. Diklofenak cepat diabsorbsi setelah pemberian oral dan
mempunyai waktu paruh yang pendek. Seperti fluorbiprofen, obat ini
berkumpul di cairan sinovial. Potensi diklofenak lebih besar dari pada
naproksen. Obat ini dianjurkan untuk kondisi peradangan kronis seperti
artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk pengobatan nyeri otot
rangka akut (Katzung, 2007).
 Mekanisme kerjanya, bila membran sel mengalami kerusakan oleh
suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase
diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arachidonat.
Asam lemak poli-tak jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah oleh
ezim cyclo-oksigenase menjadi endoperoksida dan seterusnya menjadi
prostaglandin. Cyclo-Oksigenase terdiri dari dua iso-enzim, yaitu COX-
1 (tromboxan dan prostacyclin) dan COX-2 (prostaglandin).
Kebanyakan COX-1 terdapat di jaringan, antara lain dipelat-pelat darah,
ginjal dan saluran cerna. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat
di jaringan tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel
radang. Penghambatan COX-2 lah yang memberikan efek anti radang
dari obat NSAIDs. NSAID yang ideal hanya menghambat COX-2
(peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa lambung)
(Katzung, 2007).
 Diklofenak merupakan obat NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory
Drugs) yang bersifat tidak selektif dimana kedua jenis COX di blokir.
Dengan dihambatnya COX-1, dengan demikian tidak ada lagi yang
bertanggung jawab melindungi mukosa lambung-usus (Tan dan
Rahardja, 2007).

Teknologi Sediaan Solid| 11


B. Efek samping
Efek samping yang dapat terjadi meliputi distress gastrointestinal,
pendarahan gastrointestinal dan timbulnya ulserasi lambung, sekalipun timbulnya
ulkus lebih jarang terjadi daripada dengan beberapa antiinflamasi non-steroid
(AINS) lainnya. Peningkatan serum aminotransferases lebih umum terjadi dengan
obat ini daripada dengan AINS lainnya (Katzung, 2014).

C. Dosis
Oral 3 kali sehari 25 - 50 mg garam-Na/K, rektal 1 kali sehari 50 - 100 mg,
i.m. pada nyeri kolik atau serangan encok: 1 - 2 kali sehari 75 mg selama 1 - 3
hari. Pra dan pasca bedah dalam tetes mata 0,1% 3 - 5x 1 tetes, juga dalam
krem/gel 1% (Tan dan Rahardja, 2007).

D. Sediaan
Dalam perdagangan natrium diklofenak tersedia dalam bentuk tablet setara
25 mg, 50 mg dan 100 mg, tablet salut enterik setara 50 mg, injeksi setara 25
mg/ml, 75 mg/ml, supositoria setara 50 mg, 100 mg (ISO, 2007).

2. Alat dan Bahan


ALAT : listrik
1. Mesin cetak tablet

manual

2. Ayakan

3. Timbangan

Teknologi Sediaan Solid| 12


4. Neraca analitik

5. Hopper

6. Stokes-Monsanto Hardness Tester

7. Friabilator

8. Disintegration tester

Teknologi Sediaan Solid| 13


9. Alat uji disolusi mode USP XXIII

10. Kuvet

BAHAN :
1. Pengisi : Amylum
 Nama zat : Amylum, Starch
 Pemerian :
Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul-
granul kecil berbentuk sterik atau oval dengan ukuran dan bentuk
yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.
 Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin.
Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada
37˚C.
 Stabilitas : Stabil tapi higroskopis
 Inkompatibilitas :
Inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat. Terbentuk senyawa
inklusi berwarna bila direaksikan dengan iodium.
 Titik Lebur/Titik Didih
Tidak ditemukan di FI III, FI IV, FI V, HOPE.

Teknologi Sediaan Solid| 14


 pKa/Pkb :
Tidak ditemukan di FI III, FI IV, FI V, HOPE.
 Polimorfisme :
Tidak ditemukan di FI III, FI IV, FI V, HOPE.
 Ukuran Partikel : 2-32 μm untuk pati jagung
 Bobot Jenis : 1,478 g/cm3
 Kegunaan :
Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan kapsul;
pengikat tablet (Rowe, 2009, Edisi VI, Hal 685).

2. Pengikat : Na. CMC


 Nama : Carboxymethylcellulose Sodium
Sinonim : Akucell, Aqualon CMC, Aquasorb, Blanose,
Carbose D, carmellosum natricum, Cel-O-Brandt, gom selulosa,
Cethylose, Na CMC, E466, Finnfix, Glykocellan, Nymcel ZSB,
SCMC, natrium karboksimetilselulosa, natrium glikolat selulosa,
Sunrose, Tylose CB, Tylose
 Formula empiris dan Berat Molekul menurut buku USP 32
menggambarkan Na CMC sebagai natrium garam eter
polycarboxymethyl selulosa. Berat molekulnya 90.000 – 700.000.
 Struktur :

Teknologi Sediaan Solid| 15


 Kategori Fungsional
Agen pelapis, agen penstabil, zat pensuspensi, disintegran tablet
dan kapsul, tablet binder, agen peningkat viskositas, agen penyerap
air.
Natrium karboksimetilselulosa adalah garam natrium
polikarboksimetil eter selulosa. Mengandung tidak kurang dari
6,5% dan tidak lebih dari 9,5% Na, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan. Kekentalan larutan adalah 2 g dalam 100 ml air,
untuk zat yang mempunyai kekentalan 100 cP atau kurang, tidak
kurang dari 80% dan tidak lebih dari 120% dari ketentuan yang
tertera pada etiket; untuk zat yang mempunyai kekentalan lebih
dari 100 cP, tidak kurang dari 75% dan tidak lebih dari 140% dari
ketentuan yang tertera di etiket.
 Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,
higroskopik.
 Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut
organik lain.
 pH : antara 6,5 sampai 8,5

3. Pelincir : Mg. Stearat


 Struktur : [CH3(CH2)16COO]2Mg
 Namalain : Magnesium stearat, Magnesiistearas
 Pemerian : Serbuk halus, licin, mudah melekat pada kulit,
putih, tidak berasa, bau lemah khas
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P,
dan dalam eter P
 Pengunaan : Bahan pelicin atau Pelincir

Teknologi Sediaan Solid| 16


BAB IV
FORMULASI

1. FORMULA DAN DOSIS


R/ Na. Diklofenak 100 mg
Amylum 200 mg
Na. CMC 150 mg
Mucilago amyli 10% 20 mL
Mg. Stearat ( 9 : 1 ) 4% 20 mg

2. CARA KERJA
a. Pembuatan Tablet :
 Dibuat mucilago amyli 10% sebanyak 100mL sampai terbentuk gel
 Ditimbang semua bahan obat dan bahan tambahan seperti tercantum di
formula
 Dicampur zat aktif, amilum dan CMC Na sampai homogen. Ditambah
bahan pengikat sedikit demi sedikit sampai terbentuk masa granul yang
baik, lalu diayak dengan pengayak no. 12 (dicatat volume bahan pengikat)
 Granul basah kemudian dikeringkan dalam FBD ( Fluid Bed Dryer)
selama 15 menit
 Setelah kering diayak lagi dan ditambah bahan pelicir (Magnesium
Sterarat dan Talk), dicampur sampai homogen
 Dimasukkan campuran tersebut dalam Hopper (corong alimentasi) dan
dibuat tablet. Berat satu tablet ±500mg.

b. Kontrol Kualitas :
 Tampilan fisik tablet
a. Diameter
b. Ketebalan

Teknologi Sediaan Solid| 17


c. Bentuk
d. Berat
e. Organoleptis
f. Kecacatan fisik

 Uji sifat fisik tablet


a. Keseragaman Bobot tablet Statistik
 20 tablet ditimbang satu per satu pada neraca analitik
 Dihitung harga purata (x) dan koefisien variasinya CV % =
SD/x × 100%

b. Kekuatan Tablet
Alat yang digunakan adalah Stokes-Monsanto Hardness Tester.
 Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi vertical
 Diputar skrup pada ujung lain sehingga tablet tertekan
 Pemutaran dihentikan setelah tablet pecah
 Tekanan tablet dibaca pada skala
 Dilakukan percobaan sebanyak 5x dan dihitung harga putarannya
 Pada umumnya tablet dikatakan baik jika mempunyai kekerasan
antara 10-20 kg.

c. Kerapuhan Tablet ( friability tester )


 20 tablet dibebas debukan (dibersihkan)
 Ditimbang seksama dengan neraca analitik
 Dimasukkan dalam friabilator
 Pengujian dilakukan 4 menit/100 putaran
 Tablet dikeluarkan dari alat, dibebas debukan lagi dan ditimbang

Teknologi Sediaan Solid| 18


 Kerapuhan kaplet dinyatakan dalam selisih berat tablet sebelum
dan sesudah pengujian dibagi berat mula-mula dikali 100%. Tablet
dianggap baik jika kerapuhan tidak lebih dari 1%.

d. Waktu Hancur Tablet


 6 buah tablet dimasukkan dalam alat uji waktu hancur
mengunakan desintergration tester
 Setiap tabung diisi 1 tablet
 Dimasukkan dalam penangas air suhu 370C
 Dijalankan alat sampai semua fraksi percobaan tablet lewat
ayakan yang terletak dibagian bawah tablet
 Dicatat waktu yang diperlukan untuk waktu hancur tablet

e. Uji Disolusi
 Tablet ditimbang dan dimasukkan dalam labu, diisolasi dan
dibiarkan tenggelam dalam medium aquadest hingga dasar labu.
 Suhu percobaan dipertahankan berada dalam kisaran 370C ±0,50C
dengan kecepatan pengadukan 100 rpm dan jarak pengaduk
dayung dari dasar adalah 2,5 c
 Uji disolusi dilakukan selama 60 menit dengan pengambilan
sampel pada menit ke 5, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 5,0 mL.
 Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi baru dalam
jumlah yang sama sehingga volume medium disolusi tetap
 Sampel diukur serapannya pada spektrofotometer UV

3. ANALISIS CARA KERJA


a. Pembuatan Tablet
Dibuat mucilago amili 10 % yang merupakan zat pengikat dengan
cara dipanaskan dan diaduk terus menerus sampai berwarna transparan

Teknologi Sediaan Solid| 19


berbentuk seperti gel. Tujuan dari pemanasan yaitu memudahkan amilum
cepat larut dalam air. Sedangkan tujuan pengadukan terus menerus agar
tercampur rata dan tidak ada amilum yang menempel pada diding sehingga
dapat membentuk kerak (gosong).
Pada baskom dimasukan bahan- bahan pengisi dan zat aktif
lainnya. Seperti Nadiklofenak (100mgx200), CMC Na (150mg x 200)
dan amilum (200mg x 200) dicampur ±20 menit dengan pengadukan
manual sampai homogen. Tujuan penambahan bahan pengisi adalah untuk
meningkatkan massa tablet. Ditambahkan bahan pengikat sedikit demi
sedikit sampai terbentuk massa granul yang baik. Massa granul yang baik
ditunjukkan dengan bila granul dibuat bola ketika di jatuhkan tidak akan
pecah, hanya retak (snow ball ice). Ketika dipatahkan hanya sedikit yang
jatuh.
Massa granul yang baik kemudian diayak pada ayakan No.12.
Tujuan dari pengayakan ini adalah untuk mempercepat atau memudahkan
pada saat pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat
FBD (Fluid Bed Dryer) selama 15 menit dengan suhu 650C. Bahan yang
telah dikeringkan diayak kembali agar lebih halus. Dicampur dengan
bahan pelicin ad homogen, yaitu Talk : Mg Stearat yang dicampur terlebih
dahulu. Tujuan penambahan bahan pelicin adalah untuk memperbaiki sifat
alir tablet pada saat pencetakaan. Dimasukan bahan – bahan yang sudah
homogen tadi pada hopper (corong alimentasi) dan dibuat tablet.

b. Kontrol Kualitas
 Keseragaman bobot tablet
Tablet ditimbang satu per satu sebanyak 20 tablet, dihitung berat rata-
ratanya tidak boleh >50mg.

Teknologi Sediaan Solid| 20


 Kekerasan tablet
Uji kekerasan tablet dengan menggunakan alat Stokes-Monsanto
Hardness Tester.Tujuan dilakukan uji kekerasan tablet adalah untuk
memperoleh gambaran tetang ketahanan tablet melawan :
 Tekanan mekanik (goncangan)
Tekanan pada saat pembungkuran, pengangkutan,
dan penyimpanan.

c. Kerapuhan tablet
Uji tablet menggunakan alat friability tester. Dilakukannya Friability test
merupakan sebuah metode untuk menentukan / mengukur kekuatan fisik tablet
non salut terhadap tekanan mekanik atau gesekan.

d. Waktu hancur tablet


Tujuan dilakukannya uji waktu hancur ialah untuk mengetetahui waktu
yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet menjadi partikel-partikel penyusunnya
bila kontak dengan cairan. Waktu hancur tablet juga menggambarkan cepat
lambatnya tablet hancur dalam cairan pencernaan. Suhu yang digunakan adalah
370C, hal ini menunjukan persamaan pada suhu tubuh.

e. Uji Disolusi
Alat yang digunakan pada uji disolusi ini adalah disintegration tester
model USP XXII. Cara kerja alat ini adalah untuk proses melarutnya zat padat
dalam cairan medium tertentu.
Tablet yang ditimbang dimasukan dalam labu disolusi dan dibiarkan
tenggelam dengan suhu percobaan 37 ± 0.50C (sesuai suhu tubuh) pengadukan
100 rpm. Uji disolusi dilakukan selama 60 menit. Pengambilan sampel pada menit
ke 5, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 5,0 mL yang kemudiaan dikur serapannya pada
spektrofotometri UV pada λ 274 nm.

Teknologi Sediaan Solid| 21


HASIL PERCOBAAN
Tahapan Proses Keterangan
Pencampuran awal
Kecepatan mixer Manual
Lama pencampuran 15 menit
Granulasi
Metode Granulasi Basah
Jumlah bahan pengikat 20 mL

Tahap Persyaratan
Hasil Pengujian Ket.
Pengujian Standar
523,6 524,5 533,7
524,6 530,3 517,4
537,3 529,1 516,8
538,4 533,7 538,7
Keseragaman 499,8 529,4 539,0
CV <5% Memenuhi
bobot 537,6 515,8 528,0
525,6 526,5
Rerata ( ) 527,49
SD 9,7969
CV (%) 1,8573
14,75 13,54 15,65 Kekerasan
10-20kg Memenuhi
13,42 14,35 13,74
Uji
Kekerasan Rerata ( ) 14,242
SD 0,857
CV (%) 6,018
Sebelum Sesudah
(%)
(g) (g)
11,634 11,622 0,103
Uji 10,1825 10,1214 0,600 Kerapuhan Tidak
Kerapuhan 10,4837 10,4391 0,425 <1% memenuhi
Rerata ( ) 0,376
SD 0,252
CV (%) 67,047
Waktu (menit)
>1jam >1jam
Uji Waktu
Rerata ( ) >1jam >1 jam Memenuhi
Hancur
SD -
CV -

Teknologi Sediaan Solid| 22


Absorbansi
Kadar
Waktu Kadar (%)
(%)

5 0,215 0,393 1,1985 1,9146


Uji Disolusi
15 0,362 0,374 1,7870 1,8364
25 0,481 0,505 2,276 2,37
30 0,640 0,596 2,93 2,75
60 0,733 0,723 3,3138 3,2726
λ maks 274 nm
Kurva baku Y= 0,243x-0,07225
Penampilan
Ada Tidak Ket
fisik Tidak ada
Capping - kerusakan
Memenuhi
Binding - fisik pada
Sticking - tablet
Mottling -

PERHITUNGAN
KONTROL KUALITAS TABLET
1. Keseragaman bobot
523,6 524,5 533,7
524,6 530,3 517,4
537,3 529,1 516,8
538,4 533,7 538,7
499,8 529,4 539,0
537,6 515,8 528,0
525,6 526,5

Persyaratan standard : 500 mg


Rata-rata : 527,49 mg
2. Uji Kekerasan
14,75 13,54 15,65
13,42 14,35 13,74
Rerata (x) = 14,242
SD = 0,857
CV (%) = 100 % , 100 % , 6,018%

Teknologi Sediaan Solid| 23


3. Uji Kerapuhan
Sebelum (g) Sesudah (g) (%)
11,634 11,622 0,103
10,1825 10,1214 0,600
10,4837 10,4391 0,425
Rerata ( ) 0,376
Rerata (x) :
Sebelum = (11,634+10,1825 + 10,4837) : 3 = 10,7667
Sesudah = (11,622 + 10,1214 + 10,4391) : 3 = 10,7275
% = (0,103+0,600+0,425) : 3 = 0,376
SD = 0,252
CV (%) = . 100 % = . 100 % = 67,047%
Keterangan : baik jika kurang dari 1 %.

4. Uji Waktu Hancur


>1 jam >1 jam

UJI DISOLUSI TABLET


Waktu Absorbansi Kadar (mg %)
y = 0,243x-0,07225
0,219 = 0,243x-0,07225
x = 1,1985
5’ A 0,219 A
Kadar = x = 1,1985 %

y = 0,243x-0,07225
0,393 = 0,243x-0,07225
x = 1,9146
5’ B 0,393 A
Kadar = x = 1,9146 %

Kadar rata-rata (1,1985 % + 1,9146 %) : 2 = 1,5565%


y = 0,243x-0,07225
0,362 = 0,243x-0,07225
15’ A 0,362 A x = 1,7870

Kadar = x = 1,7870 %

Teknologi Sediaan Solid| 24


y = 0,243x-0,07225
0,374 = 0,243x-0,07225
x = 1,8364
`15’ B 0,374 A
Kadar = x = 1,8364 %

Kadar rata-rata (1,7870% + 1,8364 % ) : 2= 1,8117%


y = 0,243x-0,07225
0,481 = 0,243x-0,07225
x = 2,276
30’ A 0,481 A
Kadar = x = 2,276 %

y = 0,243x-0,07225
0,558 = 0,243x-0,07225
x = 2,37
30’ B 0,505 A
Kadar = x = 2,37 %

Kadar rata-rata (2,276%+2,37%): 2 = 2,323 %


y = 0,243x-0,07225
0,640 = 0,243x-0,07225
x = 2,93
45’ A 0,640 A
Kadar = x = 2,93 %

y = 0,243x-0,07225
0,596 = 0,243x-0,07225
x = 2,75
45’ B 0,596 A
Kadar = x = 2,75%

Kadar rata-rata (2,93%+2,75) : 2 = 2,84%


y = 0,243x-0,07225
0,733 = 0,243x-0,07225
x = 3,3138
60’ A 0,733 A
Kadar = x = 3,3138%

Teknologi Sediaan Solid| 25


y = 0,243x-0,07225
0,723 = 0,243x-0,07225
x = 3,2726
60’ B 0,723A
Kadar = x = 3,2726%

Kadar rata-rata (3,3138% +3,2726 %) : 2 = 3,2932%

Teknologi Sediaan Solid| 26


BAB V
PEMBAHASAN

Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak
dalam tabung pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan
(Anonim, 1979). Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang
melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya
pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Sediaan lepas lambat
dapat mengurangi fluktuasi level obat yang tidak diinginkan, meningkatkan kerja
terapeutis dan mengurangi efek samping yang berbahaya. Pada percobaan ini,
dibuat tablet lepas lambat dengan Natrium Diklofenak sebagai zat aktif, Pemerian
serbuk putih atau agak kekuningan, serbuk Kristal, higroskopik. Kelarutan mudah
larut dalam air, mudah larut dalam methanol, larut dalam alkohol, agak sukar larut
dalam aseton. Berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode
granulasi basah karena Na Diklofenak memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil
terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah, akan
dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan
cara granulasi kering. Metode granulasi basah dilakukan terlebih dahulu dengan
penambahan zat pengisi amilum dan penambahan bahan pengikat mucilago amili
10% serta penambahan bahan pengikat mucilago amili sampai menjadi massa
granul yang baik baru kemudian diayak. Penambahan bahan pengisi amilum ini
dimaksudkan untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak, dan
penambahan mucilago amili 10% berguna untuk memberikan daya adhesi pada
massa serbuk saat granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi.
Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk mencegah rasa kasar dari sediaan
yang disebabkan oleh bahan obat yang padat dan kasar, selain itu untuk
membentuk suatu campuran serbuk yang rata sehingga memiliki distribusi normal
dan diharapkan kandungan

Teknologi Sediaan Solid| 27


Zat aktif dalam sediaan menjadi seragam. Massa granul yang sudah diayak
kemudian dikeringkan dengan alat FBD (Fluid Bed Dryer) selama 15 menit untuk
mencegah terjadinya binding dan sticking yang disebabkan masih adanya
kandungan air di dalam granul. Setelah kering granul diayak lagi untuk
memperoleh granul dengan ukuran yang sama rata dan ditambahkan bahan pelicin
Talk : Mg stearat (9:1) 4% yang berfungsi mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin pencetak.
Untuk mengetahui kontrol kualitas dari hasil percobaan pembuatan tablet
pada praktikum ini dilakukan dengan pengujian sifat tablet yang meliputi uji sifat
fisik tablet dan uji disolusi tablet, berikut hasil yang kami dapatkan adalah :
Yang pertama adalah uji sifat fisik tablet berupa keseragaman bobot
dengan hasil CV sebesar% di mana bobot rata-rata dari tablet yang kami miliki
sebesar mg. Uji ini dilakukan dengan jalan menimbang 20 tablet satu persatu
kemudian dihitung rata-ratanya dan penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata-
ratanya. Sehingga dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman
bobot dari tablet yang diuji termasuk baik karena nilai CV tidak lebih dari
5%, sehingga nantinya dapat menghasilkan pelepasan kadar obat yang sama. pada
percobaan kami didapatkan berat rata-rata dari 20 tablet adalah 527,49 mg dan
memperoleh CV 1,8573% yang berarti memenuhi persyaratan standar nilai
CV. Uji keseragaman bobot ini menentukan nilai keseragaman mesin kempa
dalam menghasilkan tablet dan juga menentukan keseragaman dosis yang
diberikan untuk setiap terapi. Pengujian ini sangat penting untuk tablet dan
sediaan padat lainnya, karena pengaruhnya pada dosis terapi nilai variasi tablet
yang kecil menunjukan semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya.
Selanjutnya adalah uji terhadap kekerasan tablet untuk mengevaluasi
pengaruh penggunaan bahan pengikat terhadap tablet. uji ini ditujukan untuk
mengukur kekuatan tablet dalam menghadapi benturan pada saat distribusi
ataupun penyimpanan. Tablet yang baik adalah tablet yang memiliki kekuatan
yang optimum sehingga tidak mudah hancur dan lebih tahan dengan segala

Teknologi Sediaan Solid| 28


kondisi. Hasil yang didapat adalah dari rata-rata hasil pengukuran dengan
menggunakan Stokes Monsanto Hardness Tester. Pengujian dilakukan dengan
cara meletakkan tablet pada ujung alat dengan posisi vertikal kemudian tablet
ditekan hingga pecah dan dilakukan sebanyak 5 kali. Untuk tablet ini
dimungkinkan memiliki kekerasan tablet senilai 10-20 kg dan hasil dari uji ini
diperoleh harga reratasebelum sebesar 10,7667 kg dan sesudah 10,7275 kg.
Sehingga kekerasan dari tablet ini memenuhi pesyaratan dan sesuai dengan teori.
Uji ketiga yaitu uji kerapuhan tablet dengan menggunakan alat friabilator
yakni 20 tablet dibebas debukan dengan aspirator, ditimbang seksama dan
kemudian dimasukan ke dalamfriabilator. Pengujian ini dilakukan selama 4 menit
atau 100 putaran. Setelah dilakukan pengujian didapatkan nilai kerapuhan dari
tablet uji sebesar % di mana tablet dianggap baik bila kerapuhannya tidak lebih
dari 1%. Uji ini dimaksudkan untuk memberikan penilaian akan interaksi bahan
pengikat dengan komponen partikel-partikel lainnya di mana semakin banyaknya
interaksi yang terjadi maka kemungkinan tablet rapuh akan semakin kecil.
Uji keempat adalah uji waktu hancur yang mana dapat memberikan
gambaran waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur. Waktu hancur ini dapat
dianalogikan sebagai kecapatan obat hancur di dalam tubuh. Kecepatan waktu
hancur berpengaruh pada kecepatan efek yang ditimbulkan dari obat, semakin
cepat hancur maka obat akan lebih cepat diabsorsi dan kemungkinan akan
semakin cepat pula menimbulakan efek terapinya. Dalam pengujian ini digunakan
alat disintegrator testerdengan cara 5 tablet dimasukkan ke dalam alat uji dengan
pengaturan suhu sebesar 37oC. Pesyaratan waktu hancur tablet lepas
lambat adalah lebih dari 1 jam, dan hasil tablet uji kami diperoleh waktu
hancurnya lebih dari 1 jam sehingga memenuhi persyaratan.
Uji yang terakhir adalah uji disolusi menggunakan alat model USP XXIII
dengan pengaduk dayung. Uji ini dilakukan untuk mengukur banyaknya obat dan
kadar zat aktif yang dapat bereaksi pada waktu tertentu. Untuk tujuan terapeutik
tablet model ini diusahakn agar kadar obat tinggi hanya dalam waktu yang

Teknologi Sediaan Solid| 29


singkat. Pengujian dilakukan dengan jalan tablet uji dimasukkan ke dalam alat
disolusi kemudian dilakukan pengambilan sampel dan dihitung absorbansinya.
Selain uji yang disebutkan di atas, kami juga melakukan pengamatan fisik
dari tablet uji. Dimana masalah sering muncul dalam pembuatan tablet adalah
terbentuknya capping yakni berupa keadaan bawah atau atas tablet yang terbelah,
kemudian binding (perlekatan pada matriks), sticking(perlekatan pada stempel)
dan motling yaitu adanya warna yang tak merata pada permukaan tablet. Dan hasil
yang diperoleh pada pengamatan ini adalah problema yang disebutkan di atas
tidak terdapat pada tablet uji.

KESIMPULAN

Sustained release merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk


melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga
pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat. Tujuan utama dari
sediaan lepas terkendali adalah untuk mencapai suatu efek terapetik yang
diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma. Long acting menyatakan
durasi kerja obat yang relatif lama tanpa menjelaskan durasi pelepasan bahan
aktif ari bentuk sediaannya.
Keuntungan sediaan sustained release ini antara lain sediaan tersebut dapat
dikonsumsi dengan tidak begitu sering dibandingkan sediaan yang diformulasikan
untuk lepas segera dengan komposisi obat yang sama dan sediaan ini dapat lebih
terjaga secara terus-menerus dalam aliran darah. Tablet sustained relesase
diformulasikan di mana bahan-bahan aktif dilingkupi dengan lapisan matriks tak
larut sehingga proses pelarutan bahan obat terjadi melalui suatu lubang pada
matriks. Pada beberapa formulasi, matriks dibuat mengembang menjadi bentuk
gel sehingga obat terlebih dahulu akan larut pada matriks kemudian keluar
melalui lapisan matriks terluar. Matriks yang digunakan adalah mucilago amilum.

Teknologi Sediaan Solid| 30


Untuk mencapai fungsi pelepasan obat lepas lambat, sediaan sustained
release memerlukan bahan-bahan tambahan sebagai penunjang aksi mekanisnya.
Bahan-bahan tersebut antara lain Amilum, Mucilago Amilum, Na. CMC (Natrium
Carboxyl Methyl Celullosa), Mg. Stearat (Magnesium Stearat) dan sebagainya.

Teknologi Sediaan Solid| 31


DAFTAR PUSTAKA

Rowe, 1994, Edisi II, Hal 483-487

Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.483-487

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed. IV, 291-298,
diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta

Annonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.Jakarta.Hlm 611 dan 1000

Sulaiman, T.N.S. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Yogyakarta:


Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. 17

Siregar, Charles J.P. Prof. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet, UI Press
Jakarta

Ganiswara, G.S. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Jakarta. bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 11

Chuasuwan, B., Binjesoh, V., Polli, J. E., Zhang, H., Amidon, G. L., Junginger, H.
E., ... & Barends, D. M. (2009). Biowaiver monographs for immediate release
solid oral dosage forms: Diclofenac sodium and diclofenac potassium. Journal of
pharmaceutical sciences, 98(4), 1206-1219.

Lachman, L., Lieberman A. H. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi

III. Universitas Indonesia Press : Jakarta. 739-794

Goeswin, Agoes. 1983. Penyalutan Tablet. Multi Karya Ilmu: Bandung. Hal : 1-

2, 6-7, 11, 73, 76. 1-2, 6-7, 11, 73, 76.

Teknologi Sediaan Solid| 32


Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penterjemah : Noerono, S.

Edisi 5. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Hal : 227-228, 244.

Rowe, Raymond C; Sheskey, Paul J; Quinn, Marian E. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Exipient Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American

Pharmacists Association. USA.

Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Depatemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Teknologi Sediaan Solid| 33

Anda mungkin juga menyukai