Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STUDI KASUS PERMASALAHAN PENGOLAHAN

LIMBAH OBAT KADALUARSA RUMAH TANGGA

Diajukan Untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Farmasi Lingkungan

Dosen : Dr. apt. Saeful Amin, M.Si.

OLEH :
Widia Danisa Nurul Huda

31118167

KELAS : FARMASI 3-D

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

KOTA TASIKMALAYA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT dimana Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
panjatkan puja puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan hidayah, rahmat dan juga
inayah-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah Studi Kasus Permasalahan
Pengolahan Limbah Obat Kadaluarsa Rumah Tangga.

Makalah ini telah selesai saya susun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan


dari berbagai sumber sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada pada pihak yang telah ikut serta memberikan
tempat sebagai sumber yang saya gunakan dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih makalah ini jauh dari
kata sempurna baik dari segi tata bahasa maupun dalam susunan kalimatnya. Maka dari itu,
saya terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga saya dapat melakukan perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah
yang baik dan benar.

Akhir kata saya meminta semoga makalah makalah Studi Kasus Permasalahan
Pengolahan Limbah Obat Kadaluarsa Rumah Tangga ini bisa memberi manfaat utaupun
inspirasi bagi pembaca.

Tasikmalaya, 03 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................2
E. Metode Penulisan............................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Definisi Obat Kadaluarsa................................................................................3


B. Pengolahan Limbah Obat Kadauarsa..............................................................4
C. Kasus Pengemasan Ulang Obat Kadaluarsa
Oleh Oknum Perusahaan Farmasi...................................................................7
D. Pembahasan dan Solusi Kasus.........................................................................8

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bebarapa tahun belakangan ini masalah pengolahan limbah obat kadaluarsa


masih menjadi masalah yang belum terselesaiakan sampai tuntas. Seperti pada dua
tahun belakang telah terjadi kembali kasus yang menjadi sorotan tentang adanya
pengemasan ulang obat kadaluarsa yang dilakukan oleh salah satu oknum industri
farmasi yang telah mendapatkan izin dari BPOM. Seperti yang kita ketahui obat
kadaluarsa merupakan batas waktu yang dinyatakan oleh produsen yang memproduksi
obat dimana batas waktu tersebut menujukkan kesetabilan zat aktif dalam obat, yang
nantinya bila melewati batas waktu kadaluarsa memungkinkan terjadi berkurangnya
keefektifan obat juga dapat menjadi bersifat toksik atau beracun.

Maka dari itu, kita sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan harus turut
serta bersama-sama melakukan peran dengan memberikan informasi mengenai obat
kadaluarsa ini. Adapun salah satu peran kita dalam memberikan informasi ialah
dengan memberikan pengetahuan mengenai pengolahan limbah obat kadaluarsa.
Dimana pengelolaanan limbah obat kadaluarsa ini merupakan masalah yang penting
diketahui, obat yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur atau kata lain
sembarangan dapat berdampak buruk bagi keadaan konsumen juga berdampak pula
kepada lingkungan sekitar. Pengelolaan obat yang sesuai dengan standar yang berlaku
akan menjamin dalam keamanan dan keefektifan pada berbagai pihak terutama bagian
kesehatan (Chaira et al., 2016).

Makalah ini bertujuan untuk membahas beberapa metode pengolahan limbah


obat kadaluarsa lingkup rumah tangga dengan mengacu pada kasus yang terjadi di
dalamnya mengenai pengemasan ulang obat kadaluarsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat kadaluarsa?
2. Bagaimana Pengolahan Limbah obat kadaluarsa rumah tangga?
3. Solusi dan penyelesaian dalam pengolahan limbah obat kadaluarsa rumah tangga?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian obat kadaluarsa
2. Mengetahui kesalahan pengolahan pada limbah obat kadaluarsa rumah tangga
3. Mengetahui penyelesaian dan solusi pada limbah obat kadaluarsa rumah tangga

D. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan kepada kita semua mengenai limbah obat kadaluarsa
2. Memberikan informasi tentang Pengolahan Limbah Obat Kadaluarsa rumah
tangga

E. Metode Penulisan
Pembuatan makalah ini menggunakan metodologi kepustakaan, dengan dititik
beratkan pada pencarian melalui bahan kepustakaan maupun pencarian melalui situs-
situs yang bersangkutan. Data-data yang didapatkan untuk membuat makalah ini
diambil dari ebook, artikel, surat kabar, video online dan sebagainya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Obat Kadaluarsa

Sebelumnya pengertian obat itu sendiri menurut Permenkes (2014) tentang


obat yang digunakan mempengaruhi dan juga menyelidiki sistem fisiologi,
patologi dari hasil biolgi yang nantinya dapat menetapkan suatu pencegahan,
diagnosis, penyembuhan, pemulihan dan juga dapat meningkatkan kesehatan
manusia.

Obat kadaluarsa ialah masa dimana berkurangnya keefektifan obat dan


dapat terjadi toksik atau beracun. Obat kadaluarsa juga dapat diartikan sebagai
berakhirnya batas waktu yang dinyatakan dari produsen bahwa batas produk
mengandung zat aktif yang sesuai juga masih stabil yang telah tercantum dalam
kemasan penyimpanan yang dianjurkan. Komponen yang penting dalam
”medication error” atau arti lain pemakaian tidak tepat, terdapat komponen
penting yaitu penggunaan obat kadaluarsa atau dengan arti menurunnya integritas
obat secara fisik maupun kimia (FFA, 2018). Dikatakan obat tersebut kadaluarsa
tidak hanya terpatok pada tanggal kemasan yang tercantum tetapi dapat juga
dilihat dari karakteristik juga sifat dari produk obat tersebut seperti adanya
perubahan fisik yaitu perubahan warna, rasa, bau dan juga pada tekstur yang telah
berubah, perubahan lain ada pada perubahan kimia harus dilihat analisis kimia
untuk melihat perubahan tersebut.

Pada obat kadaluarsa tertera tanggal kadaluarsa yang tercantum, tanggal


kadaluarsa ini menunjukkan kemampuan bertahan suatu produk obat dengan batas
penggunaan dan penyimpanan yang ditetapkan oleh produsen obat. Tanggal
kadaluarsa ini menunjukkan pada stabilitas obat tersebut dalam penyimpannannya.
Tanggal kadaluarsa yang dicantumkan pada kemasan tersebut tidak semerta-merta
bahwa obat benar-benar telah pada batas akhir tetapi menunjukkan sekita 10%
obat telah mengalami penurunan aktivitas menjadi mengurai, penguaraian pada
konsentrasi tersebut belum secara pasti apakah zat aktif berubah menjadi tidak
aktif atau lebihnya dapat menjadi bersifat toksik, yang pasti adanya penguraian

3
tersebut menandakan adanya penurunan efek terapi yang diinginkan (Djatmiko et
al., 2009).

Dalam melihat apakah obat telah kadaluarsa pada perubahan fisik dapat
dilihat tanda-tanda perubahannya. Menurut Direktirat Bina Pelayanan
Kefarmasian, Kemenkes (2014). Adapun tanda-tanda berdasarkan bentuk sediaan,
sebagai berikut:

- Sediaan Padat (tablet, kapsul, pil, dan serbuk): tablet dan kapsul dapat
meleleh, lengket dan rusak karena mudah menyerap air dari udara. Tablet
dapat berubah ukuran juga ketebalannya dan terdapat bintik-bintik di
permukaan tablet. Kapsul dapat berubah ukuran dan panjang, warna kapsul
memudar dan cangkang kapusul dapat mengalami keretakan. Untuk sediaan
serbuk dapat terjadi penggumpalan.
- Sediaan semi solid (salep, pasta, krim dan jeli): pada salep dan krim dapat
berubah menjadi pecah terpisah-pisah dengan konsistensinya juga berubah,
bau yang dihasilkan berubah, tidak homogen, viskositas berubah, pH berubah
dan kehilangan komponen air dalam sediaan.
- Sediaan Liquid (sirup, suspensi, emulsi dan elixir): perubahan yang dapat
terjadi umumnya pada warna, bau, rasa, pH, kelarutan, viskositas dan
konsistensi. Terdapat partake-partikel kecil yang tidak homogen dan
mengampang kecuali pada sediaan suspensi. Pada sediaan obat tetes mata
juga telinga biasanya akan mudah rusak bila terkena cahaya matahari.
- Sediaan Gas (aerosol gas): kontaminasi dalam partikel karena kebocoran,
tabung rusak juga bila beratnya berkurang.

B. Pengolahan Limbah Obat Kadaluarsa

Pengolahan limbah obat kadaluarsa menurut WHO (1999), memiliki


beberapa metode, diantanya :

1. Pengembalian pada penyumbang

Obat-obatan yang dapat menimbulkan permasalahan bila dibuang


metode biasa memungkinkan untuk mengembalikan kepada produesen,
dimulai untuk obat-obatan yang telah dekat dengan batas waktu kadaluarsa
yang tertera pada kemasan.
4
2. Penimbunan
Penimbunan yang dilakukan banyak yang sering digunakan untuk
pengolahan limbah obat terutama untuk sediaan solid. Terdapat 3 cara
dalam pengolahan limbah metode penimbunan, diantaranya:
- Penimbunan tanpa pengendalian (terbuka sederhana): metode seperti
ini merupakan metode yang sanga sering digunakan ataupun
dilakukan, dengan membuang langsung tanpa pengendalian atau
perlakuan yang nantinya membuat tidak ramah lingkungan. Metode
seperti ini tidak disarankan untuk dilakukan kecuali bila tidak ada
pilihan lain dalam pembuangannya.
- Penimbunan secara teknologi: pembuangan limbah ini merupakan
pilihan kedua, dengan menempatkan beberapa cara agar terjadinya
kehilangan bahan kimia pada lapisan air di dalam tanah.
- Penimbunan secara teknologi tinggi: penimbunan jenis ini merupakan
pilihan utama dengan perlindungan lapisan air tanah, dengan lokasi
tempat yang digunakan telah dioprasikan secara tepat dan relatif
aman.
3. Imobilisasi limbah (metode enkapsulasi)

Metode ini dengan pengimobilasi obat dengan memadatkannya


kedalam tempat sampah plastic maupun berbahan besi. Pengisian tong
sampah metode ini sebesar 75% dari ruang tempat sampah, pengisian
dengan obat-obatan padat maupun setengah padat yang sebelumnya tempat
sampah telah dibersihkan dari kandungan yang nantinya berbahaya juga
mudah meledak. Sisa ruang sebesar 25% kemudian diisi dengan bahan
pemadat seperti pasir batu bara, semen dengan kapur juga dapat diisi dengan
busa plastik. Setelah terisi seluruhnya kemudian tempat sampah tersebut
disimpan pada lubang pembuangan di dasar tanah dan ditutupi oleh sampah
padat rumah tangga biasa.

4. Imobilisasi (metode inerisasi)

5
Metode ini pada akhirnya perubahan limbah menjadi bentuk pasta
dengan proses obat-obatan sebelumnya harus dilepas dari kemasan sekunder
maupun primer yang kemudian dicapur dengan menggunkan kapur, air
maupun kapur hingga terbentuk seperti berbentuk semi solid (pasta).
Terbentuknya pasta masih cair kemudian dipindahkan kedalam tempat
sampah biasa hingga terbentuk masa padat yang nantinya bercampur dengan
limbah biasa rumah tangga.

5. Pembuangan melalui saluran air

Sediaan obat yang berupa liquid (cair) dapat dilakukan proses


dengan melarutkan di dalam air, kemudian dialirkan pada pembuangan
saluran air sedikit demi sedikit. Dapat pula dengan air mengalir yang deras
untuk membilas obat-obatan dalam jumlah kecil dan antiseptic yang
sebelumnya telah diencerkan dengan benar juga baik.

6. Pembakaran wadah terbuka

Metode ini dianjurka dilakukan bila jumlah yang sangat sedikit,


dengan syarat obat-obatan yang akan dihancurkan digunakan dengan suhu
yang tidak boleh bersuhu rendah dalam wadah terbuka. Hal ini dikarenakan,
hasil polutan udara dapat dilepaskan ke udara menjadi pencemaran
lingkungan.

7. Insenerasi pada suhu sedang

Metode ini banyak digunakan khususnya di Indonesia. Pada keadaan


darurat pihak berwenang memberikan pertimbangan penggunaan
insenerator menggunakan dua ruang dengan suhu 850˚C dengan waktu
retensi minimal dua detik pada ruang kedua obat-obatan dalam bentuk
padat. Proses ini disarankan dengan mencampurkan limbah rumah tangga
biasa dengan jumlah yang besar dengan kisaran 1:1000. Tidak digunakan
metode ini untuk obat-obatan yang memiliki kandungan senyawa halogen
karena tidak terjamin keamanan dalam keadaan gas kecuali dalam
kandungan yang sangat kecil dapat diabaikan.

8. Insenerasi suhu tinggi

6
Metode ini dianjurkan dan banyak digunakan oleh industri-industri
dengan mempergunakan teknologi pada suhu tinggi lebih dari 850˚C dengan
waktu retensi dalam pembakaran lebih lama juga mengeluarkan gas
buangan melalui corong yang tinggi. Dalam pembuangan obat-obat
kadaluarsa dan sejenisnya yang paling memadai digunakan ialah
pembakaran semen. Proses pembakaran pada bahan baku semen
memerlukan suhu sekitar 1450˚C dan juga gas pembakaran mencapai suhu
2000˚C. Pada suhu tersebut bahan organic limbah akan hancur dan juga
beberapa kandungan yang beracun maupun berbahaya akan terserap oleh
bahan kerak semen atau akan dikeluarkan dalam pertukaran panas.
Pembakaran metode ini dapat menghasilkan sekitar 1500 sampai 8000 ton
semen/hari, maka dari itu metode sangat efektif dalam pengolahan limbah
obat kadaluarsa dalam waktu singkat. Dalam proses menggunakan metode
ini sebaiknya obat-obatan sebelumnya telah dipisahkan atau dikeluarkan
dengan wadahnya baik sekunder maupun primer agar menghindari
penyumbatan dalam mekanisme penyaluran bahan bakar.

9. Dekomposisi Kimiawi

Metode ini dapat digunakan dan direkomendasikan dengan diikitu


metode penimbunan. Metode ini praktis untuk pengolahan obat anti
keganasan dalam jumlah kecil tidak untuk jumlah besar, karena dalam
prosesnya terjadi inaktivasi kimiawi berat dan lama juga perserdiaan bahan
kimi yang digunakan dalam proses pengolahan ini harus tersedia sepanjang
waktu. Metode ini tidak dianjurkan dilakukan bila tidak dengan ahli kimia.

C. Kasus Pengemasan Ulang Obat Kadaluarsa Oleh Oknum Perusahaan


Farmasi

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=SjdlsFQ69EI

Selasa 23 Juli 2021 [Surya Citra Televisi (SCTV)]

7
Modus Pengemasan Ulang obat-obat kadaluarsa yang dilakukan PT JKI
yang telah tercatat di BPOM sebagai Pedagang Besar Farmasi (PBF), pengemasan
ulang ini dilakukan terhadap obat-obat golongan keras generik menjadi non-
generik agar bertujuan harga obat tersebut melambung lebih tinggi. Selain
dilakukannya pengemasan ulang oknum industri farmasi ini melakukan juga
penggantian cangkang kapsul obat dan yang lebih membahayakan penggantian
tanggal kadaluarsa menjadi lebih lama.
Distribusi yang dialakukan oknum industri farmasi ini dengan mengatas
namakan bahwa perusahaannya sebagai salah satu PBF dimana obat tersebut
seolah-olah obat paten, dengan mendistribusikannya atau menyalurkan kepada
apotek-apotek. Alat-alat yang digunakan dalam penipuan pengemasan ulang obat
yang telah kadaluarsa ini terdapat mesin capsul printer, mesin vacum, press
kompresor dan juga alat alat lain yang dapat menunjang sampai obat tersebut siap
di edarkan.
Bareskim Polri menangkap pelaku yang di duga terlibat kasus tersebut
sebanyak 7 orang. Sebanyak 7 orang ini masing-masing merupakan AF sebagai
pemilik industri tersebut, R dan AB sebagai mandor, NH sebagai peracik obat
kadaluarsa, Y sebagai pengemas ulang obat tersebut, MNY dan Y sebagai pekerja
sablon dalam kemasan. Semua oknum yang terdiri dari 7 orang ini dijerat dengan
beberapa pasal terkait tentang Kesehatan dan tentang Perlindungan Konsumen.

D. Pembahasan dan Solusi Kasus

8
Pengemasan ulang obat kadaluarsa yang dilakukan oleh salah satu oknum
produsen farmasi yang telah terdaftar dalam BPOM tersebut merupakan tindakan
yang merugikan banyak pihak. Pengemasan ulang dengan mengganti kemasan dan
mengatur ulang tanggal kadaluarsa dapat mengakibatkan berkurangnya keefektifan
suatu obat dan yang lebih parah dapat menimbulkan sifat toksik atau beracun.
Selain itu distribusi yang dilakukan pun telah menyebar ke beberapa apotek,
dimana apotek merupakan pelayanan yang dianjurkan dalam pembelian suatu obat.

Dari hal ini ada beberapa faktor yang dapat dibahas terutama untuk
pengendalian limbah obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa pada limbah
obat rumah tangga. Masalah yang dapat timbul bila pengolahan limbah obat yang
tidak benar dan tepat dapat meningkatkan tingkat pengemasan ulang baru obat
kadaluarsa yang dapat mengakibatkan konsumen yang terkena toksik, juga
masalah lain yang timbul bila pengolahan limbah obat yang tidak benar dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, dimana senyawa yang terdapat di dalam
obat tersebut nantinya dapat mengkontaminasi air yang berada dalam tanah (Savira
et al., 2020)

Solusi yang dapat dipergunakkan dalam pengolahan dan pengelolaan yang


tepat penanganan limbah menurut WHO (1999) yang memungkinkan untuk
pengolahan limbah obat kadaluarsa rumah tangga terdapat 3 cara, ialah metode
pengembalian pada produsen, metode penimbunan dan metode pembuangan
melalui saluran air.

Metode pengembalian pada produsen yang dapat dilakukan ialah dengan


mengembalikan atau mengirim langsung kepada produsen yang memproduksi
obat-obat, dengan mengirimnya dalam bentuk utuh tanpa diberi perlakuan. Metode
ini untuk saat ini kurang efektif karena terkait telah terjadinya kasus diatas yang
memungkinkan adanya oknum-oknum yang memungkinkan dapat meningkatkan
kasus baru dalam pengemasan kembali obat kadaluarsa untuk diperpanjang waktu
kadaluarsanya.

Metode selanjutnya yang dapat memungkinkan dalam pengolahan limbah


obat rumah tangga ialah metode penimbunan. Cara yang dapat digunakan
menggunakan metode penimbunan tanpa pengendalisan (terbuka sederhana),
metode seperti ini merupakan metode paling sederhana yang dilakukan oleh

9
sendiri dengan menimbun kedalam tanah yang sebelumnya digerus terlebih dahulu
juga dengan membuang langsung ke tempat penimbunan sampah umum tanpa
adanya perlakuan terlebih dahulu. Metode yang dibuang secara langsung tanpa
perlakuan ini sangat tidak efektif untuk digunakan karena tidak ramah lingkungan
dan yang terpenting terkait dengan kasus memungkinkan ada oknum-oknum
terkait yang memanfaatkan keutuhan obat dan dilakukan pengemasan ulang.

Metode ketiga ialah dengan pembuangan melalui saluran air. Menurut


Kemenkes (2014), untuk sediaan padat seperti tablet, kapsul pil serbuk dapat
digerus terutama tablet sampai tebentuk serbuk kemudian dapat dilarutkan dan
dapat dibuang kedalam saluran air. Pada sediaan cair menurut WHO (1999), dapat
dilarutkan dan dibuang pada saluran pembuangan air. Perlu diperhatikan untuk
metode ini ialah sediaan yang tanpa memberikan dampak yang serius terhadap
lingkungan. Metode ini cukup terbilang efektif untuk pengolahan limbah obat
kadaluarsa obat rumah tangga.

10
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Obat kadaluarsa merupakan batas akhir suatu obat masih stabil sebelum
berkurangnya keefektifan suatu zat aktif atau lebih parah menjadi bersifat toksik juga
menjadi beracun.

Dalam mengurangi terjadinya pelanggaran dengan pengemasan ulang obat


kadaluarsa rumah tangga diperlukan pengolahan tepat, pengolahan yang
memungkinkan dalam limbah obat kadaluarsa rumah tangga ialah:

1. Metode pengembalian pada produsen;


2. Metode penimbunan; dan
3. Metode pembuangan melalui saluran air.

B. Saran

Setelah melakukan pembauatan makalah ini, menurut saya dalam mengurangi


adanya kasus yang terus berulang mengenai penggunaan obat kadaluarsa, diharuskan
memiliki perbaikan dan kesadaran atas masing-masing pihak dengan melakukan
pengelolaan pengolahan yang benar juga tepat mengenai limbah obat kadaluarsa,
dengan hal ini akan diharapkan tidak akan ada lagi kasus yang sama terulang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chaira, S., Zaini, E., & Augia, T. (2016). Evaluasi Pengelolaan Obat pada Puskesmas di Kota
Pariaman. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(1), 35.
https://doi.org/10.29208/jsfk.2016.3.1.97

Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, K. K. R. (2014). Buku Saku Informasi Obat.


Kementrian Kesehatan RI.
http://perpustakaan.farmalkes.kemkes.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
OGIxMTYyY2UyMjNmZTFkMDg0M2YwMGZkZjc0NTk3N2E1ODFiYzNiZQ==.pdf

Djatmiko, T.D, A., & MC, N. (2009). Evaluasi Sistem Pengelolaan Semarang, Obat Instalasi
Perbekalan Farmasi Dinas Kesehatan Kota Tahun 2007. Jurnal Ilmu Farmasi Dan
Farmasi Klinik, 6(1), 1–6.
https://www.ojs2.unwahas.ac.id/index.php/Farmasi/article/viewFile/810/923

FFA, A. (2018). Evaluasi Pengelolaan Limbah Obat Di Fasilitas Kesehatan Dasar Di Kota
Yogyakarta. 9. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/12414/05.1 bab
1.pdf?sequence=3&isAllowed=y

Permenkes. (2014). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI
RUMAH SAKIT. http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/43 PMK No. 58
ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di RS.pdf

Savira, M., Ramadhani, F. A., Nadhirah, U., Lailis, S. R., Ramadhan, E. G., Febriani, K.,
Patamani, M. Y., Savitri, D. R., Awang, M. R., Hapsari, M. W., Rohmah, N. N., Ghifari,
A. S., Majid, M. D. A., Duka, F. G., & Nugraheni, G. (2020). Praktik Penyimpanan Dan
Pembuangan Obat Dalam Keluarga. Jurnal Farmasi Komunitas, 7(2), 38–47.
https://doi.org/10.20473/jfk.v7i2.21804

WHO. (1999). Guidelines for Safe Disposal of Unwanted Pharmaceuticals in and after
Emergencies. https://doi.org/10.1590/s1020-49892000000300015

12

Anda mungkin juga menyukai