OLEH :
Widia Danisa Nurul Huda
31118167
KOTA TASIKMALAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT dimana Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
panjatkan puja puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan hidayah, rahmat dan juga
inayah-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah Studi Kasus Permasalahan
Pengolahan Limbah Obat Kadaluarsa Rumah Tangga.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih makalah ini jauh dari
kata sempurna baik dari segi tata bahasa maupun dalam susunan kalimatnya. Maka dari itu,
saya terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga saya dapat melakukan perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah
yang baik dan benar.
Akhir kata saya meminta semoga makalah makalah Studi Kasus Permasalahan
Pengolahan Limbah Obat Kadaluarsa Rumah Tangga ini bisa memberi manfaat utaupun
inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................2
E. Metode Penulisan............................................................................................2
A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maka dari itu, kita sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan harus turut
serta bersama-sama melakukan peran dengan memberikan informasi mengenai obat
kadaluarsa ini. Adapun salah satu peran kita dalam memberikan informasi ialah
dengan memberikan pengetahuan mengenai pengolahan limbah obat kadaluarsa.
Dimana pengelolaanan limbah obat kadaluarsa ini merupakan masalah yang penting
diketahui, obat yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur atau kata lain
sembarangan dapat berdampak buruk bagi keadaan konsumen juga berdampak pula
kepada lingkungan sekitar. Pengelolaan obat yang sesuai dengan standar yang berlaku
akan menjamin dalam keamanan dan keefektifan pada berbagai pihak terutama bagian
kesehatan (Chaira et al., 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat kadaluarsa?
2. Bagaimana Pengolahan Limbah obat kadaluarsa rumah tangga?
3. Solusi dan penyelesaian dalam pengolahan limbah obat kadaluarsa rumah tangga?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian obat kadaluarsa
2. Mengetahui kesalahan pengolahan pada limbah obat kadaluarsa rumah tangga
3. Mengetahui penyelesaian dan solusi pada limbah obat kadaluarsa rumah tangga
D. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan kepada kita semua mengenai limbah obat kadaluarsa
2. Memberikan informasi tentang Pengolahan Limbah Obat Kadaluarsa rumah
tangga
E. Metode Penulisan
Pembuatan makalah ini menggunakan metodologi kepustakaan, dengan dititik
beratkan pada pencarian melalui bahan kepustakaan maupun pencarian melalui situs-
situs yang bersangkutan. Data-data yang didapatkan untuk membuat makalah ini
diambil dari ebook, artikel, surat kabar, video online dan sebagainya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tersebut menandakan adanya penurunan efek terapi yang diinginkan (Djatmiko et
al., 2009).
Dalam melihat apakah obat telah kadaluarsa pada perubahan fisik dapat
dilihat tanda-tanda perubahannya. Menurut Direktirat Bina Pelayanan
Kefarmasian, Kemenkes (2014). Adapun tanda-tanda berdasarkan bentuk sediaan,
sebagai berikut:
- Sediaan Padat (tablet, kapsul, pil, dan serbuk): tablet dan kapsul dapat
meleleh, lengket dan rusak karena mudah menyerap air dari udara. Tablet
dapat berubah ukuran juga ketebalannya dan terdapat bintik-bintik di
permukaan tablet. Kapsul dapat berubah ukuran dan panjang, warna kapsul
memudar dan cangkang kapusul dapat mengalami keretakan. Untuk sediaan
serbuk dapat terjadi penggumpalan.
- Sediaan semi solid (salep, pasta, krim dan jeli): pada salep dan krim dapat
berubah menjadi pecah terpisah-pisah dengan konsistensinya juga berubah,
bau yang dihasilkan berubah, tidak homogen, viskositas berubah, pH berubah
dan kehilangan komponen air dalam sediaan.
- Sediaan Liquid (sirup, suspensi, emulsi dan elixir): perubahan yang dapat
terjadi umumnya pada warna, bau, rasa, pH, kelarutan, viskositas dan
konsistensi. Terdapat partake-partikel kecil yang tidak homogen dan
mengampang kecuali pada sediaan suspensi. Pada sediaan obat tetes mata
juga telinga biasanya akan mudah rusak bila terkena cahaya matahari.
- Sediaan Gas (aerosol gas): kontaminasi dalam partikel karena kebocoran,
tabung rusak juga bila beratnya berkurang.
5
Metode ini pada akhirnya perubahan limbah menjadi bentuk pasta
dengan proses obat-obatan sebelumnya harus dilepas dari kemasan sekunder
maupun primer yang kemudian dicapur dengan menggunkan kapur, air
maupun kapur hingga terbentuk seperti berbentuk semi solid (pasta).
Terbentuknya pasta masih cair kemudian dipindahkan kedalam tempat
sampah biasa hingga terbentuk masa padat yang nantinya bercampur dengan
limbah biasa rumah tangga.
6
Metode ini dianjurkan dan banyak digunakan oleh industri-industri
dengan mempergunakan teknologi pada suhu tinggi lebih dari 850˚C dengan
waktu retensi dalam pembakaran lebih lama juga mengeluarkan gas
buangan melalui corong yang tinggi. Dalam pembuangan obat-obat
kadaluarsa dan sejenisnya yang paling memadai digunakan ialah
pembakaran semen. Proses pembakaran pada bahan baku semen
memerlukan suhu sekitar 1450˚C dan juga gas pembakaran mencapai suhu
2000˚C. Pada suhu tersebut bahan organic limbah akan hancur dan juga
beberapa kandungan yang beracun maupun berbahaya akan terserap oleh
bahan kerak semen atau akan dikeluarkan dalam pertukaran panas.
Pembakaran metode ini dapat menghasilkan sekitar 1500 sampai 8000 ton
semen/hari, maka dari itu metode sangat efektif dalam pengolahan limbah
obat kadaluarsa dalam waktu singkat. Dalam proses menggunakan metode
ini sebaiknya obat-obatan sebelumnya telah dipisahkan atau dikeluarkan
dengan wadahnya baik sekunder maupun primer agar menghindari
penyumbatan dalam mekanisme penyaluran bahan bakar.
9. Dekomposisi Kimiawi
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=SjdlsFQ69EI
7
Modus Pengemasan Ulang obat-obat kadaluarsa yang dilakukan PT JKI
yang telah tercatat di BPOM sebagai Pedagang Besar Farmasi (PBF), pengemasan
ulang ini dilakukan terhadap obat-obat golongan keras generik menjadi non-
generik agar bertujuan harga obat tersebut melambung lebih tinggi. Selain
dilakukannya pengemasan ulang oknum industri farmasi ini melakukan juga
penggantian cangkang kapsul obat dan yang lebih membahayakan penggantian
tanggal kadaluarsa menjadi lebih lama.
Distribusi yang dialakukan oknum industri farmasi ini dengan mengatas
namakan bahwa perusahaannya sebagai salah satu PBF dimana obat tersebut
seolah-olah obat paten, dengan mendistribusikannya atau menyalurkan kepada
apotek-apotek. Alat-alat yang digunakan dalam penipuan pengemasan ulang obat
yang telah kadaluarsa ini terdapat mesin capsul printer, mesin vacum, press
kompresor dan juga alat alat lain yang dapat menunjang sampai obat tersebut siap
di edarkan.
Bareskim Polri menangkap pelaku yang di duga terlibat kasus tersebut
sebanyak 7 orang. Sebanyak 7 orang ini masing-masing merupakan AF sebagai
pemilik industri tersebut, R dan AB sebagai mandor, NH sebagai peracik obat
kadaluarsa, Y sebagai pengemas ulang obat tersebut, MNY dan Y sebagai pekerja
sablon dalam kemasan. Semua oknum yang terdiri dari 7 orang ini dijerat dengan
beberapa pasal terkait tentang Kesehatan dan tentang Perlindungan Konsumen.
8
Pengemasan ulang obat kadaluarsa yang dilakukan oleh salah satu oknum
produsen farmasi yang telah terdaftar dalam BPOM tersebut merupakan tindakan
yang merugikan banyak pihak. Pengemasan ulang dengan mengganti kemasan dan
mengatur ulang tanggal kadaluarsa dapat mengakibatkan berkurangnya keefektifan
suatu obat dan yang lebih parah dapat menimbulkan sifat toksik atau beracun.
Selain itu distribusi yang dilakukan pun telah menyebar ke beberapa apotek,
dimana apotek merupakan pelayanan yang dianjurkan dalam pembelian suatu obat.
Dari hal ini ada beberapa faktor yang dapat dibahas terutama untuk
pengendalian limbah obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa pada limbah
obat rumah tangga. Masalah yang dapat timbul bila pengolahan limbah obat yang
tidak benar dan tepat dapat meningkatkan tingkat pengemasan ulang baru obat
kadaluarsa yang dapat mengakibatkan konsumen yang terkena toksik, juga
masalah lain yang timbul bila pengolahan limbah obat yang tidak benar dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, dimana senyawa yang terdapat di dalam
obat tersebut nantinya dapat mengkontaminasi air yang berada dalam tanah (Savira
et al., 2020)
9
sendiri dengan menimbun kedalam tanah yang sebelumnya digerus terlebih dahulu
juga dengan membuang langsung ke tempat penimbunan sampah umum tanpa
adanya perlakuan terlebih dahulu. Metode yang dibuang secara langsung tanpa
perlakuan ini sangat tidak efektif untuk digunakan karena tidak ramah lingkungan
dan yang terpenting terkait dengan kasus memungkinkan ada oknum-oknum
terkait yang memanfaatkan keutuhan obat dan dilakukan pengemasan ulang.
10
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Obat kadaluarsa merupakan batas akhir suatu obat masih stabil sebelum
berkurangnya keefektifan suatu zat aktif atau lebih parah menjadi bersifat toksik juga
menjadi beracun.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Chaira, S., Zaini, E., & Augia, T. (2016). Evaluasi Pengelolaan Obat pada Puskesmas di Kota
Pariaman. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(1), 35.
https://doi.org/10.29208/jsfk.2016.3.1.97
Djatmiko, T.D, A., & MC, N. (2009). Evaluasi Sistem Pengelolaan Semarang, Obat Instalasi
Perbekalan Farmasi Dinas Kesehatan Kota Tahun 2007. Jurnal Ilmu Farmasi Dan
Farmasi Klinik, 6(1), 1–6.
https://www.ojs2.unwahas.ac.id/index.php/Farmasi/article/viewFile/810/923
FFA, A. (2018). Evaluasi Pengelolaan Limbah Obat Di Fasilitas Kesehatan Dasar Di Kota
Yogyakarta. 9. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/12414/05.1 bab
1.pdf?sequence=3&isAllowed=y
Savira, M., Ramadhani, F. A., Nadhirah, U., Lailis, S. R., Ramadhan, E. G., Febriani, K.,
Patamani, M. Y., Savitri, D. R., Awang, M. R., Hapsari, M. W., Rohmah, N. N., Ghifari,
A. S., Majid, M. D. A., Duka, F. G., & Nugraheni, G. (2020). Praktik Penyimpanan Dan
Pembuangan Obat Dalam Keluarga. Jurnal Farmasi Komunitas, 7(2), 38–47.
https://doi.org/10.20473/jfk.v7i2.21804
WHO. (1999). Guidelines for Safe Disposal of Unwanted Pharmaceuticals in and after
Emergencies. https://doi.org/10.1590/s1020-49892000000300015
12