Anda di halaman 1dari 25

KARYA TULIS ILMIAH

PENANGANAN OBAT RUSAK DAN KEDALUWARSA


DI INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN KOTA
KUPANG

OLEH :

JOHANES BAPTISTA LEDOT KOBUN, S.Farm, Apt

DINAS KESEHATAN KOTA KUPANG


2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Penanganan Obat Rusak
dan Kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang” dengan lancar. Penulis
juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan Karya Tulis Ini dan berbagai sumber yang telah dipakai sebagai data dan fakta
pada Karya Tulis Ini.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat kenaikan pangkat.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan menuju
kesempurnaan Karya Tulis ini. Akhir kata, penulis berharap Karya Tulis ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Kupang 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .................................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
2.1. Obat Rusak Atau Kedaluwarsa ............................................................................ 3
2.2. Kondisi Yang Mempercepat Kedaluwarsa Obat ................................................. 4
2.3. Tanda-Tanda Kedaluwarsa Obat .......................................................................... 5
2.4. Efek Meminum Obat Yang Rusak Atau Kedaluwarsa ........................................ 5
2.5. Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak Atau Kedaluwarsa .............................. 6
2.6. Cara Penanganan Obat yang Sudah Rusak Atau Kedaluwarsa ........................... 6
2.7. Cara Penghancuran Obat Rusak Atau Kedaluwarsa ........................................... 7
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................... 12
3.1. Jenis Penelitian .................................................................................................... 12
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 12
3.3. Variabel penelitian ............................................................................................. 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 13
4.1. Gambaran Umum Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang .................. 13
4.2. Data Jumlah Obat Kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang14
4.3. Prosedur Pemusnahan Obat Rusak dan Kedaluwarsa di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kota Kupang ............................................................................ 16
4.4. Teknik Pemusnahan Obat Rusak atau Kedaluwarsa di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kota Kupang ........................................................................... 17
BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 19
5.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 19
5.2. Saran-saran .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Obat sebagai salah satu unsur yang penting dalam upaya kesehatan, mulai dari upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan pemulihan harus
diusahakan agar selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Obat juga dapat merugikan
kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau bila digunakan secara tidak tepat atau
disalahgunakan (Depkes RI, 2005). Obat-obatan bisa saja mendekati atau telah lewat
masa kedaluwarsanya, tidak sesuai kebutuhan, tidak dikenali karena label dalam bahasa
asing atau bahkan dikirim dalam jumlah yang tidak dibutuhkan. Petugas dan tempat
penyimpanan yang kurang mencukupi dan sistem manajemen obat-obatan tidak teratur
dapat menjadi penyebab banyaknya obat yang kedaluwarsa. Problem tersebut dapat juga
terjadi saat sumbangan obat-obatan merupakan bagian dari bantuan pengembangan. Obat
yang sudah melewati masa kedaluwarsa dapat membahayakan karena berkurangnya
stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik (racun). Hal ini dikarenakan
kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun, sehingga obat
yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun. Sebenarnya obat
yang belum kedaluwarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang sama, hal ini
disebabkan karena penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat di dalam obat
tersebut rusak.
Obat rusak dan kedaluwarsa merupakan salah satu masalah yang selalu ditemukan
dalam praktek apoteker. Salah satu dampak negatif dari kurang baiknya pengelolaan obat
adalah tingginya tingkat pemusnahan obat karena adanya obat rusak atau kedaluwarsa.
Dari uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang “ Penanganan obat rusak atau obat kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Kupang”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Berapa banyak jumlah obat kedaluwarsa yang dihasilkan di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Kupang?
2) Bagaimanakah penanganan obat rusak atau obat kedaluwarsa di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kota Kupang?
3) Apakah penanganan obat rusak atau kedaluwarsa sudah sesuai dengan standar
prosedur?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Mengetahui sesuai atau tidaknya penanganan obat rusak atau obat kedaluwarsa di
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui berapa banyak obat kedaluwarsa yang dihapuskan oleh Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2016 – 2018.
b. Mengetahui tata cara penanganan obat rusak atau obat kedaluwarsa di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memahami tentang tata cara atau prosedur penanganan obat rusak dan
obat kedaluwarsa serta kesesuaian penanganan obat rusak atau kedaluwarsa.

2. Bagi Kesehatan
Merupakan sumbangan pemikiran untuk Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Kupang dalam penanganan obat rusak dan obat kedaluwarsa agar memperhatikan
tanggal kedaluwarsa dan kondisi obat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Rusak Atau Kedaluwarsa


Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
meredakan atau menghilangkan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat
merupakan bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan fisik dan psikis pada manusia atau
hewan.
Obat rusak atau kedaluwarsa adalah kondisi obat bila konsentrasinya sudah berkurang
antara 25-30% dari konsentrasi awalnya serta bentuk fisik yang mengalami perubahan
(Seto, 2002: 34).
Obat rusak yaitu obat yang bentuk atau kondisinya yang tidak dapat digunakan lagi,
sedangkan waktu kedaluwarsa yaitu waktu yang menunjukan batas akhir obat masih
memenuhi syarat dan waktu kedaluwarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun harus
dicantumkan pada kemasan obat. Obat rusak dan kedaluwarsa dengan kadar dan fungsi
yang telah berubah mengakibatkan penyakit pada manusia serta dapat menimbulkan
kematian (BPOM, 2009).
Obat yang sudah melewati masa kedaluwarsa dapat membahayakan karena
berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik (racun). Hal
ini dikarenakan kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun,
sehingga obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun.
Sebenarnya obat yang belum kedaluwarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang
sama. Hal ini disebabkan karena penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat
didalam obat tersebut rusak. Tanda-tanda kerusakan zat tersebut biasanya disertai dengan
perubahan bentuk, warna, bau, rasa atau konsistensi. Maka dari itu harus diperhatikan
juga cara penyimpanan obat yang baik (Depkes RI, 2004).
Tanggal kedaluwarsa adalah batas waktu yang tertera pada tiap wadah obat dan/atau
bahan obat (umumnya pada penandaan), yang menyatakan bahwa sampai batas waktu
tersebut obat dan/atau bahan obat diharapkan masih tetap memenuhi spesifikasinya, bila
disimpan dengan benar. Ditetapkan untuk tiap bets dengan cara menambahkan masa
simpan pada tanggal pembuatan (BPOM, 2012). Jadi obat kedaluwarsa adalah obat yang
3
sudah tidak memenuhi spesifikasinya, tidak bisa digunakan lagi karena telah berubah
dari sifat awalnya.
Menurut CDOB, untuk mencegah obat kedaluwarsa adalah sebagai berikut:
1. Tahap penerimaan: obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika kedaluwarsa,
atau mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan besar obat dan/atau bahan
obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh konsumen . Nomor bets dan tanggal
kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat harus dicatat pada saat penerimaan, untuk
mempermudah penelusuran.
2. Tahap penyimpanan: harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stock
sesuai. Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik, dipisahkan
secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara fisik untuk obat dan/atau
bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara berkala. dengan tanggal kedaluwarsa
obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah First Expired First Out (FEFO) (BPOM
RI, 2012).

2.2 Kondisi Yang Mempercepat Kedaluwarsa Obat


Meskipun obat belum mendekati tanggal kedaluwarsa namun ada beberapa hal yang
dapat mempercepat masa kedaluwarsa, seperti penyimpanan yang tidak tepat. Menurut
Lukman (2006: 45), faktor yang mempercepat kedaluwarsa obat adalah sebagai berikut:
1) Kelembaban
Tempat yang lembab akan mempercepat masa kedaluwarsa obat karena akan
mempengaruhi stabilitas obat kemudian dapat menyebabkan penurunan kandungan,
hal ini yang mempercepat kedaluwarsa.
2) Suhu
Suhu penyimpanan obat bermacam-macam, pada umumnya obat banyak disimpan
pada suhu kamar. Penyimpanan obat di kulkas tidak dianjurkan jika tidak terdapat
petunjuk. Obat-obat minyak seperti minyak ikan, sebaiknya jangan disimpan di
tempat yang terlalu dingin. Insulin (Obat untuk penderita diabetes) merupakan contoh
obat yang akan rusak jika ditempatkan pada ruangan dengan suhu panas.
3) Cahaya,
Obat sebaiknya tidak diletakkan pada tempat yang terkena paparan sinar matahari
ataupun lampu secara langsung. Misalnya : Vaksin bila terkena sinar matahari
langsung maka dalam beberapa detik, vaksin akan menjadi rusak. Untuk
4
melindunginya dari cahaya maka digunakan kemasan berwarna, misalnya ampul yang
berwarna coklat disamping menggunakan kemasan luar.

2.3 Tanda-Tanda Kedaluwarsa Obat


Menurut departemen kesehatan RI tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan obat

publik dan perbekalan kesehatan di daerah kepulauan, tanda- tanda kedaluwarsa obat

tergantung dari bentuk sediannya. Berikut adalah tanda- tanda kedaluwarsa obat

berdasarkan masing-masing bentuk sediaan obat:

a. Tablet
Yaitu apabila terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa, timbul bintik– bintik
noda, lubang-lubang, pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan
lembab.
b. Tablet Salut
Yaitu apabila terjadi perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu dengan
lainnya dan terjadi perubahan warna.
c. Kapsul
Yaitu apabila cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar,
melekat satu sama lain, dapat juga melekat dengan kemasan
d. Puyer
Yaitu pabila terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda bintik-bintik,
lembab sampai mencair
e. Salep/Krim/Lotion/Cairan
Apabila terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau kekeruhan, mengental,
timbul gas, memisah menjadi 2 (dua) bagian, mengeras, sampai pada kemasan
atau wadah menjadi rusak rusak (Dirjen Binfar Alkes, 2008).

2.4 Efek Meminum Obat Yang Rusak Atau Kedaluwarsa


Efek meminum obat rusak atau kedaluwarsa dapat menimbulkan:
a) Penyakit lama sembuhnya/tidak sembuh karena obat yang digunakan sudah berkurang
kekuatannya. Hal ini disebabkan karena sebagian zat berkhasiat sudah berubah
menjadi zat lain yang tidak berkhasiat.

5
b) Obat yang kedaluwarsa berubah menjadi beracun yang menimbulkan bahaya baru.
Menghindari obat yang sudah kedaluwarsa diperlukan bagi obat-obat yang kurang
stabil, terutama dalam bentuk sirup, hormon, antibiotik. Meskipun terdapat tanggal
kedaluwarsa dalam kemasan obat , kita tidak boleh menjadikan patokan dari tanggal
kedaluwarsa yang tercetak pada kemasan obat. Karena penampilan fisik obat yang
berubah, baik warna (timbul bintik atau noda), rasa dan bau obat yang lain dari
biasanya merupakan peringatan pada kita agar tidak mengkonsumsi obat tersebut.
Kerusakan obat dapat saja terjadi walau tanggal kedaluwarsa belum terlewati.

2.5 Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak Atau Kedaluwarsa


Lukman (2006: 67) prosedur tetap penanganan obat rusak dan kedaluwarsa adalah
sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi obat yang sudah rusak atau kedaluwarsa.
b) Memisahkan obat rusak atau kedaluwarsa dan disimpan pada tempat terpisah dari
penyimpanan obat lainnya.
c) Membuat catatan nama, no.batch, jumlah dan tanggal kedaluwarsa obat yang rusak
dan atau kedaluwarsa.
d) Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke instalansi farmasi kabupaten/kota.
e) Mendokumentasikan pencatatan tersebut.

2.6 Cara Penanganan Obat yang Sudah Rusak Atau Kedaluwarsa


a) Jangan pernah membuang obat-obat kedaluwarsa bersama-sama dengan sampah
apalagi di lingkungan. Karena tanpa disadari sebenarnya hal ini dapat mempermudah
pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil dan menyalahgunakan obat-
obatan tersebut.
b) Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan
menganjurkan pada masyarakat untuk mengembalikan obat-obatan yang sudah tidak
terpakai kembali ke pabriknya melalui daerahnya masing-masing.
c) Alternatif yang lain sebagai masyarakat yang sering mempunyai obat yang sudah
kedaluwarsa di rumah yaitu :
1. Membuangnya dengan mencampurnya dengan bahan lain yang menjijikkan atau
tidak menarik orang lain untuk menyentuhnya, seperti kotoran hewan piaraan, sisa
makanan basi, ampas kopi atau susu, dll. Keluarkan obat dari wadah aslinya,
6
tempatkan semua obat yang sudah tidak terpakai di satu tempat berisi bahan
campuran yang lain lalu aduk jadi satu. Ini dapat mencegah penyalahgunaan obat.
Setelah tercampur semua, masukkan ke dalam kantong plastik, ikat rapat dan
buang ke tempat sampah.
2. Di buang ke toilet, rendam dulu obat dalam bentuk padat (tablet, kaplet, kapsul)
dalam wadah yang sudah tidak dipakai lagi. Setelah obat hancur maka obat dapat
diguyur di toilet. Untuk obat dalam bentuk cairan bisa langsung dibuang dalam
toilet. Beberapa obat dapat mencemari lingkungan jika bercampur dengan air atau
tanah, oleh karena itu pastikan anda membaca petunjuk pembuangan obat di
kemasan.
3. Jangan pernah memusnahkan obat dengan cara dibakar secara terbuka karena
asapnya dapat saja berbahaya (Depkes RI, 2004: 121).

2.7 Cara Penghancuran Obat Rusak Atau Kedaluwarsa


Pemusnahan obat merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak
terpakai karena kedaluwarsa atau rusak, ataupun mutunya sudah tidak memenuhi
standar. Tujuan dilakukan pemusnahan ini ialah untuk melindungi masyarakat dari
bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat atau perbekalan kesehatan yang tidak
memenuhi persyaratan mutu keamanan dan kemanfaatan, selain itu pemusnahan juga
bertujuan untuk menghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan,
penjagaan atas obat atau perbekalan kesehatan lainya yang sudah tidak layak untuk
dipelihara.
Pemusnahan obat yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja,
terutama dalam hal biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas obat. Salah satu
bagian di dalam organisasi yaitu sistem yang baik dan sesuai dengan prosedur yang ada,
maka terwujudlah peningkatan efisiensi dan kelancaran kinerja. Selain itu pemusnahan
obat juga bertujuan untuk menjaga keselamatan kerja dan menghindarkan diri dari
pengotoran lingkungan. Secara umum, obat-obatan kedaluwarsa bukan merupakan
ancaman serius bagi kesehatan masyarakat ataupun lingkungan.
Pembuangan yang tidak layak dapat berbahaya jika kemudian menimbulkan
kontaminasi pada sumber air setempat. Obat-obatan kedaluwarsa dapat diambil
pemulung atau anak-anak jika tempat pembuangan tidak diamankan curian dari
timbunan obat-obatan tak terpakai atau saat pemilahan dapat berakibat dijualnya atau
7
disalahgunakannya obat-obatan kedaluwarsa. Sebagian besar obat-obatan yang telah
melampaui batas waktu penggunaannya akan berkurang efektivitasnya dan sebagian
kecil menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Terdapat beberapa kelompok obat-
obatan rusak dan kedaluwarsa atau tindakan penghancuran obat-obatan yang tidak baik
yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat. (BPOM (2009: 56))
Teknik dalam memusnahkan obat-obatan kedaluwarsa yaitu:
1) Pengembalian pada penyumbang atau produsen.
Kemungkinan pengembalian obat-obatan yang tidak terpakai pada produsen dalam
rangka pembuangan yang aman harus diusahakan bila mungkin; terutama obat-obatan
yang menimbulkan masalah dalam pembuangan, seperti anti keganasan. Untuk
sumbangan yang tanpa diminta atau tidak diinginkan, terutama yang telah melampaui
atau dekat batas waktu kedaluwarsanya dapat dikembalikan ke penyumbang. Saat ini
tidak terdapat konvensi internasional yang mengatur pemindahan produk farmasi
secara lintas batas. Namun demikian, obat-obatan yang rusak atau kedaluwarsa
dianggap sebagai limbah yang berbahaya sehingga jika dipindahkan melintasi
perbatasan harus mengikuti Konvensi Basel mengenai Pengiriman Lintas Batas
Bahan-bahan Berbahaya. Hal tersebut meliputi prosedur tertulis untuk mendapatkan
ijin melintasi perbatasan internasional sepanjang rute transit sebelum pelaksanaan.
Prosedur tersebut memerlukan waktu hingga beberapa bulan untuk menyelesaikannya.
2) Penimbunan
Penimbunan berarti penempatan limbah langsung ke lahan penimbunan sampah tanpa
perlakuan atau persiapan sebelumnya. Penimbunan merupakan metode yang tertua
dan paling sering dipergunakan dalam pembuangan limbah padat. Terdapat tiga
macam cara penimbunan yaitu:
a) Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian.
Pembuangan sederhana barangkali merupakan metoda pembuangan yang paling
sering dilakukan di negara berkembang. Pembuangan sampah yang tidak diolah
ke tempat penimbunan sampah terbuka secara sederhana dan tanpa pengendalian
merupakan langkah yang tidak ramah lingkungan dan harus dihindari.
Pembuangan limbah farmasi tanpa pengelolaan ke tempat tersebut tidak
disarankan kecuali bila tidak ada pilihan lain. Sebaiknya limbah tersebut
dibuang setelah diimobilisasi dengan enkapsulasi atau inersiasi. Sebagai cara
terakhir, bila upaya imobilisasi limbah farmasi tidak memungkinkan, limbah
8
yang tidak diolah harus ditutupi segera dengan sampah rumah tangga dalam
jumlah yang besar untuk menghindari pemulungan. Harus diperhatikan bahwa
pembuangan ke tempat penimbunan sampah yang terbuka tanpa pengendalian
dan tanpa isolasi yang cukup terhadap lapisan air tanah atau sumber air lainnya
dapat menimbulkan polusi, dengan risiko terburuk adalah kontaminasi air
minum.
b) Penimbunan berteknologi
Tempat pembuangan seperti ini menerapkan beberapa cara yang dapat
melindungi terjadinya kehilangan bahan-bahan kimia ke dalam lapisan air tanah.
Penyimpanan obat-obatan secara langsung merupakan pilihan kedua setelah
pembuangan limbah farmasi yang telah diimobilisasi ke tempat penimbunan
sampah.
c) Penimbunan berteknologi tinggi
Lokasi penimbunan sampah yang dibangun dan dioperasikan secara tepat
merupakan cara pembuangan sampah rumah tangga yang relatif aman, juga bagi
limbah farmasi. Prioritas utama adalah perlindungan lapisan air tanah. Tempat
penguburan yang memadai harus memiliki saluran pengeluaran yang terisolasi
dari sumber air dan berada di atas lapisan air tanah. Setiap harinya limbah padat
dipadatkan dan ditutupi dengan tanah untuk menjamin kebersihan. Istilah
“penimbunan sampah yang aman” menunjukkan bahwa lokasi tersebut dipilih,
dibangun dan dikelola secara memadai. Pengembangan lokasi penimbunan
sampah tanpa pengendalian agar memenuhi standar yang benar harus difikirkan.
3) Imobilisasi Limbah
Enkapsulasi berarti peng-imobilisasian obat-obatan dengan memadatkannya dalam
tong plastik atau besi. Sebelum dipergunakan, tong harus dibersihkan dan kandungan
sebelumnya harus bukan berupa bahan yang mudah meledak atau berbahaya. Tong
tersebut diisi hingga 75% kapasitasnya dengan obat-obatan padat atau setengah padat,
kemudian sisa ruang dipenuhi dengan menuangkan bahan-bahan seperti semen atau
campuran semen dengan kapur, busa plastik atau pasir batu bara. Untuk memudahkan
dan mempercepat pengisian, tutup tong harus dipotong hingga terbuka kemudian
dilipat ke belakang. Penempatan obat-obatan ke dalam tong harus berhati-hati agar
tidak terpotong. Bila tong telah terisi hingga 75% kapasitasnya, tambahkan campuran
kapur, semen dan air dengan perbandingan 15:15:5 (berat) hingga tong terisi penuh.
9
Untuk memperoleh cairan dengan konsistensi yang diinginkan, kadangkala diperlukan
air yang lebih banyak. Kemudian tutup tong besi dilipat kembali ke tempatnya dan
disegel, sebaiknya dengan dikelim atau pengelasan. Tong yang sudah disegel
kemudian harus ditempatkan di dasar lubang pembuangan dan ditutupi dengan
sampah padat rumah tangga. Agar mudah dipindahkan, tong dapat ditempatkan di atas
pallet kemudian diletakkan ke pemindah pallet.
4) Imobilisasi Limbah ( Inersiasi)
Inersiasi merupakan varian enkapsulasi yang meliputi pelepasan bahan-bahan
pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obat-obatan. Pil harus dilepaskan dari
blisternya. Obat-obatan tersebut lalu ditanam kemudian ditambahkan campuran air,
semen dan kapur hingga terbentuk pasta yang homogen. Pekerja perlu dilindungi
dengan penggunaan pakaian pelindung dan masker terhadap risiko timbulnya debu.
Pasta tersebut kemudian dipindahkan dalam keadaan cair dengan mempergunakan
truk pengaduk konstruksi ke tempat pembuangan dan dituang ke dalam tempat
pembuangan sampah biasa. Pasta akan berubah menjadi massa padat yang bercampur
dengan limbah rumah tangga. Proses ini relatif murah dan dapat dilaksanakan tanpa
peralatan canggih. Yang perlu disediakan adalah alat penggiling untuk
menghancurkan obat-obatan, alat pengaduk konstruksi, serta sejumlah semen, kapur
dan air. Perbandingan berat yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Obat-obatan: 65%
b) Kapur: 15%
c) Semen: 15%
d) Air: 5% atau lebih untuk mendapatkan konsistensi cairan yang sesuai.
e) Pembuangan melalui saluran pembuangan air.
5) Pembakaran Dengan Teknologi
Teknologi incinerator ini adalah salah satu alat pemusnah limbah yang dilakukan
pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi lingkungan
sehingga pengoperasiannya pun mudah dan aman, karena keluaran emisi yang
dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat memenuhi persyaratan dari Kementerian
Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/ MENLH/3/1995.
Keuntungan dari Incinerator adalah :
a) tidak diperlukan lahan besar;
b) mudah dalam pengoperasian;
10
c) hemat energi (minyak tanah);
d) temperatur tidak terlalu tinggi ( 800/ 15000C );
e) tidak terdapat asap sisa pembakaran yang akan mencemari lingkungan,
f) tidak bising dan kemasan kompak per unit;
g) tidak menimbulkan panas pada tabung pembakar; Dan
h) serta sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi produksi batu bata/ bataco.
Lokasi penimbunan sampah yang dibangun dan dioperasikan secara tepat merupakan
cara pembuangan sampah rumah tangga yang relatif aman, juga bagi limbah farmasi.
Prioritas utama adalah perlindungan lapisan air tanah. Tempat penguburan yang
memadai harus memiliki saluran pengeluaran yang terisolasi dari sumber air dan
berada di atas lapisan air tanah. Setiap harinya limbah padat dipadatkan dan ditutupi
dengan tanah untuk menjamin kebersihan. Istilah “penimbunan sampah yang aman”
menunjukkan bahwa lokasi tersebut dipilih, dibangun dan dikelola secara memadai.
Pengembangan lokasi penimbunan sampah tanpa pengendalian agar memenuhi
standar yang benar harus difikirkan.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian deskriptif dengan pengambilan BAP tentang obat rusak dan
kedaluarsa di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2018.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang
dari Bulan September sampai dengan November 2019.

3.3 Variabel penelitian


Variabel penelitian: variabel tunggal yaitu jumlah dan kondisi obat rusak dan

kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2018

berdasarkan Berita Acara Pengembalian.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang


Instalasi Farmasi Kota Kupang merupakan salah satu UPT (Unit Pelaksana Teknis)
dari 13 UPT yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Kupang, yang terletak di Kelurahan
Lasiana, Kecamatan Kota Kupang. Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang
dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Kupang nomor 5 tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja UPT Dinas dan Badan Kota Kupang.
Susunan organisasi UPTD Instalasi Farmasi Kota Kupang sesuai dengan Peraturan
Walikota Kupang Nomor 5 Tahun 2009 adalah :
1. Kepala UPTD
2. Kepala Tata Usaha
3. Kelompok Jabatan Fungsional
Adapun dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam kegiatan pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan, Instalasi Farmasi memiliki moto, visi dan misi sebagai
berikut:
a. Moto : Sabar, Taat, Tulus, & Setia (STATUS) Melayani
b. Visi : Menjadikan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang sebagai sarana
yang aman dan nyaman dalam mengamankan Sediaan Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan.
c. Misi :
1. Menyediakan obat dan perbekalan kesehatan sesuai jumlah dan jenis
yang memadai;
2. Menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat dan Perbekalan kesehatan,
menyiapkan akses obat dan perbekalan kesehatan yang mudah dijangkau secara
merata, tepat waktu dan tepat sasaran.
UPT Instalasi Farmasi pada Dinas Kesehatan Kota Kupang mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana program pengelolaan Farmasi, penyusunan data
statistik, pencatatan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pengelolaan obat-obatan dan
alat kesehatan serta penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian obat-
obatan dan alat kesehatan ke setiap sarana kesehatan dan jaringannya yang ada di Kota

13
Kupang. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Instalasi Farmasi pada
Dinas Kesehatan Kota Kupang menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan program pengelolaan instalasi farmasi;
2. Pencatatan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pengelolaan obat-obatan, alat
kesehatan dan perbekalan farmasi;
3. Penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian obat-obatan alat
kesehatan dan perbekalan farmasi;
4. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi urusan umum,
perlengkapan, keuangan, kepegawaian dan pelaporan;
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya UPT Instalasi Farmasi melayani 11
Puskesmas se-kota Kupang. Selain puskesmas, Instalasi Farmasi Kota Kupang juga
melayani sarana kesehatan lainnya yang ada di Kota Kupang seperti Rumah Sakit Umum
(milik pemerintah maupun swasta), dan Klinik khusus untuk obat-obat program. Untuk
memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Puskesmas dalam melaksanakan
pelayanaan kesehatan dasar, UPT Instalasi Farmasi Menerima obat dan bahan habis
pakai dari berbagai sumber yaitu: DAK (Dana Alokasi Khusus) / DAU (Dana Alokasi
Umum), dan Buffer Stok. Ketersediaan obat dan bahan habis pakai yang diterima dari
berbagai sumber tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
dasar yang dilakukan di Puskesmas.

4.2 Data Jumlah Obat Kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Kupang
Obat menjadi salah satu perbekalan farmasi vital yang harus ada di rumah sakit
maupun puskesmas. Rumah sakit dan puskesmas menyediakan obat-obatan yang
dibutuhkan pasien guna meningkatkan derajat kesehatannya. Tidak semua obat yang
tersedia dapat segera didistribusikan kepada pasien. Obat-obatan yang belum
didistribusikan disimpan untuk sementara bahkan sampai melewati waktu
kedaluwarsanya. Data jumlah obat yang kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Kupang tahun 2018 adalah sebagai berikut :

14
Tabel 1. Daftar 15 Jenis Obat Rusak atau Kedaluwarsa Terbanyak Periode 2016 s/d 2018
SUMBER TAHUN TANGGAL NO.
NO NAMA OBAT SATUAN JUMLAH KET
DANA PENGADAAN KEDALUWARSA BATCH/REG
OBAT
1 Antasida doen Tablet DAK 2014 257.600 April 2017 T5549168 Expire Date
2 Asam askorbat 50 mg Tablet DAK 2014 237.000 Juni 2017 O70021BI Expire Date
3 Darplex Cure Program 2015 857 Agustus 2017 SQ1508804 Expire Date
4 Kotrimoksasol 480 mg botol DAK 2014 50.000 Oktober 2018 1610195 Expire Date
5 Mineral Mix Sachet Program 2016 1,000 Maret 2017 1503028 Expire Date
6 Primaquin 15 mg Tablet Program 2015 17.554 September 2017 75386002 Expire Date
7 Primaquin 15 mg Tablet Program 2016 15.600 September 2017 75386002 Expire Date
8 Retinol 200.000 IU Kapsul Program 2013 3.650 Februari 2015 022247W Expire Date
9 Taburia Sachet Program 2015 17.795 Januari 2017 G150713B Expire Date
10 Thiamin 50 mg Vial DAK 2016 132.000 Agustus 2018 080016 Expire Date
VAKSIN
1 Vaksin Campak Vial Program 2014 69 Mei 2016 2531414 Expire Date
2 Vaksin DPT HB/HIB Vial Program 2016 113 April 2018 5040316 Expire Date
3 Vaksin HB0 Vial Program 2016 89 Agustus 2018 3653916 Expire Date
4 Vaksin TD Vial Program 2014 191 Juni 2016 0412513 Expire Date
5 Vaksin TT Vial Program 2015 70 Juli 2017 Expire Date

15
Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa obat yang kedaluwarsa di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2018 terdiri dari beberapa bentuk sediaan
yaitu, sediaan tablet, injeksi, kapsul dan sirup. Sediaan tablet yang kedaluwarsa terdiri
dari 6 macam produk, pada sediaan injeksi terdapat 6 produk, kapsul 1 macam produk,
dan sirup juga 1 macam produk. Sehingga, dapat dilihat bahwa produk dalam sediaan
tablet yang paling banyak kedaluwarsa dengan dana terbesar berasal dari DAK. Adapun
beberapa faktor yang menyebakan terjadinya kedaluwarsa terhadap obat-obatan tersebut
antara lain,
1. Belum adanya standar penyediaan dan pemilahan obat dan perbekalan kesehatan
oleh Pusat, propinsi maupun Kabupaten/kota khususnya obat –obat program.
2. Trend Penyakit pada setiap tahun tidak menentu sehingga mempengaruhi dalam
penggunaan obat.
3. Obat-obat yang tidak selalu dibutuhkan tetapi harus disiapkan ( Anti Bisa Ular,
Anti Tetanus dll)
Untuk menjawab permasalahan di atas maka Pemerintah Daerah melalui Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan Kota Kupang menyediakan anggaran
untuk program obat dan perbekalan kesehatan pada tahun 2018 melaksanakan
pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan yang kedaluwarsa.

4.3 Prosedur Pemusnahan Obat Rusak dan Kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Kupang
Pemusnahan obat kedaluwarsa (Expire Date) dan obat yang ditarik izin edarnya yang
dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang mengacu kepada
ketentuan dan prosedur yang sudah ditetapkan didalam Undang-Undang No. 36 tahun
2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 Tahun 1998.
Menjelaskan bahwa obat rusak atau kedaluwarsa (Expire Date) adalah batas waktu
maksimal diperbolehkannya obat tersebut untuk dikonsumsi karena masih memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Umumnya masa kedaluwarsa obat 2-3 tahun sejak obat
dikemas, melebihi waktu yang telah ditentukan maka secara fisik dan kimiawi
kandungan obat tersebut mengalami perubahan dan sangat berbahaya apabila masih
digunakan pada manusia.
Mekanisme penanganan obat rusak atau kedaluwarsa diadakan oleh Dinas Kesehatan
Kota Kupang dan bantuan dari pihak-pihak lain kemudian dikelola oleh Instalasi
16
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang. Petugas Gudang Farmasi selalu
melakukan (check and recheck) keberadaan obat tersebut, dan apabila mendapatkan obat
sudah kedaluwarsa ataupun rusak maka dipisahkan dan diletakkan pada tempat khusus
kemudian dilakukan prosedur pemusnahan tersebut.

4.4 Teknik Pemusnahan Obat Rusak atau Kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kota Kupang
Pada hari Jumat tanggal 8 November 2018 pemusnahan obat ini dilakukan berkaitan
karena produk-produk tersebut telah rusak dan kedaluwarsa. Kegiatan pemusnahan
dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Alak Dinas Kebersihan Kota Kupang.
Pemusnahan obat tersebut juga disaksikan oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota
Kupang, Balai POM Kupang, Polresta Kupang, Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kota Kupang, Kejaksaan Negeri Kupang, Inspektorat Kota Kupang dan
Badan Keuangan Daerah Kota Kupang.
Adapun langkah-langkah pemusnahan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Kupang sebagai berikut:
a. Mengumpulkan dan mendata obat yang rusak dan kedaluwarsa yang ada di
Puskesmas dan Pustu serta Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang;
b. Obat yang rusak dan kedaluwarsa di paking dan disimpan pada ruangan khusus;
c. Kepala Instalasi Farmasi Kota Kupang membuat laporan obat yang akan
dimusnahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang;
d. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang membuat telaah staf kepada Walikota Kupang
untuk mendapatkan persetujuan Walikota Kupang;
e. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang membentuk Tim Pemusnahan Obat;
f. Panitia Pemusnahan obat memeriksa dan meneliti dokumen obat yang rusak dan
kedaluwarsa;
g. Panitia membuat berita acara pemeriksaan obat rusak dan kedaluwarsa;
h. Panitia pemusnahan obat melaksanakan pemusnahan obat di Tempat Pembuangan
Akhir dengan cara :
➢ Ditanam
Obat rusak dan kedaluwarsa sebelum dimasukan ke dalam lubang yang telah
disiapkan, terlebih dahulu digiling sampai hancur dengan menggunakan
eksavator.
17
➢ Dibakar
Obat rusak dan kedaluwarsa dibakar sampai terbakar dan hangus.
➢ Ditimbun
Hasil sisa pembakaran ditimbun dengan tanah meggunakan eksavator.
➢ Pemusnahan vaksin diperlakukan secara khusus yaitu dimusnahkan dengan cara
dibakar di dalam Insenerator.
i. Tim Pemusnahan Obat membuat Berita Acara Pemusnahan Obat
j. Kepala Instalasi Farmasi membuat laporan pelaksanaan kegiatan pemusnahan obat
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1) Jenis dan jumlah obat rusak dan kedaluwarsa adalah sebagai berikut :
Obat yang kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun
2018 terdiri dari beberapa bentuk sediaan yaitu, sediaan tablet, injeksi, kapsul dan
sirup. Sediaan tablet yang kedaluwarsa terdiri dari 6 macam produk, pada sediaan
injeksi terdapat 6 produk, kapsul 1 macam produk, dan sirup juga 1 macam
produk. Sehingga, dapat dilihat bahwa produk dalam sediaan tablet yang paling
banyak kedaluwarsa dengan dana terbesar berasal dari DAK.
2) Penanganan obat rusak atau obat kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Kota Kupang adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan dan mendata obat yang rusak dan kedaluwarsa yang ada di
Puskesmas dan Pustu serta Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Kupang;
b. Obat yang rusak dan kedaluwarsa di paking dan disimpan pada ruangan khusus;
c. Kepala Instalasi Farmasi Kota Kupang membuat laporan obat yang akan
dimusnahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang;
d. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang membuat telaah staf kepada Walikota
Kupang untuk mendapatkan persetujuan Walikota Kupang;
e. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang membentuk Tim Pemusnahan Obat;
f. Panitia Pemusnahan obat memeriksa dan meneliti dokumen obat yang rusak dan
kedaluwarsa;
g. Panitia membuat berita acara pemeriksaan obat rusak dan kedaluwarsa;
h. Panitia pemusnahan obat melaksanakan pemusnahan obat di Tempat Pembuangan
Akhir dengan cara :
➢ Ditanam
Obat rusak dan kedaluwarsa sebelum dimasukan ke dalam lubang yang telah
disiapkan, terlebih dahulu digiling sampai hancur dengan menggunakan
eksavator.
➢ Dibakar
Obat rusak dan kedaluwarsa dibakar sampai terbakar dan hangus.

19
➢ Ditimbun
Hasil sisa pembakaran ditimbun dengan tanah meggunakan eksavator.
➢ Pemusnahan vaksin diperlakukan secara khusus yaitu dimusnahkan dengan
cara dibakar di dalam Insenerator.
i. Tim Pemusnahan Obat membuat Berita Acara Pemusnahan Obat
j. Kepala Instalasi Farmasi membuat laporan pelaksanaan kegiatan pemusnahan obat
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang
3) Penanganan obat rusak atau kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Kupang telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh BPOM RI dan DEPKES
RI.

5.2 Saran-saran
1) Lebih memperhatikan proses perencanaan kebutuhan obat dalam rangka
meminimalisir obat yang kedaluwarsa
2) Penanganan obat kedaluwarsa tetap merujuk pada aturan terkait pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun (B3)

20
DAFTAR PUSTAKA

Aditara, Tjandra. 2007. Manajemen ADM RS. Jakarta UI Press.

Arikunto, Suhrsimi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka.

Bowerssox. 2002. Manajemen Logistik. Jakarta Bumi Aksara.

Depkes RI. 2004. Pedoman Pengelolaan Obat. Jakarta: Depkes.

Darmawandan Kunkun. 2013. Penanganan Obat. Jakarta: Rineka

Lukman. 2006. Penyimpanan Obat-obat. Jakarta: Rineka.

Seto. 2002. Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga Press.

BPOM RI.2013.Pemusnahan Obat

RS. Adjidarmo. 2009. Prosedur Penanganan Obat Rusak dan Kedaluwarsa. Rangkasbitung.

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai