Anda di halaman 1dari 36

UPAYA PENCEGAHAN DAN

PENANGANAN EFEK
SAMPING
Saat ini sangat banyak pilihan obat yg tersedia
u/ efek farmakologik yg sama  Masing2
obat mpy keunggulan & kekurangan masing2,
baik dr segi manfaat maupun kemungkinan
efek sampingnya.  Satu hal yg perlu
diperhatikan adl, jangan terlalu terpaku pd
obat baru, di mana efek-efek samping yg
jarang namun fatal kemungkinan besar blm
ditemukan.
Upaya pencegahan
dianjurkan u/ melakukan hal2 berikut:
 Selalu hrs ditelusuri riwayat rinci mengenai pemakaian
obat o/ px pd waktu2 seblm pemeriksaan, baik obat yg
dipero/ melalui R/ dokter maupun dr pengobatan sendiri.
 Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas & bila tdk ada
alternatif non- farmakoterapi.
 Hindari pengobatan dgn berbagai jenis obat & kombinasi
sekaligus.
 Berikan perhatian khusus thd dosis & respons pengobatan
pd: anak & bayi, usia lanjut, & px yg jg menderita
gangguan ginjal, hepar & jantung. Pd bayi & anak, gejala
dini ES sulit dideteksi krn kurangnya kemampuan
komunikasi, misalnya u/ gangguan pendengaran.
 Perlu ditelaah terus apakah pengobatan hrs
diteruskan & sgr hentikan obat bila dirasa tdk
perlu lagi.
 Bila dlm pengobatan ditemukan keluhan/ gejala
penyakit baru, atau penyakitnya memberat,
selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan
tsb krn perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi
pasien memburuk, atau justru krn efek samping
obat.
Penanganan efek samping
1. Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai tjd
efek samping.
 Telaah bentuk & kemungkinan mx. Bila efek samping
dicurigai sbg akibat efek farmakologi yg terlalu besar, maka
stl gejala menghilang & kondisi px pulih pengobatan dpt
dimulai lg scr hati2, dimulai dgn dosis kecil.
 Bila efek samping dicurigai sbg reaksi alergi/idiosinkratik,
obat hrs diganti & obat semula sama sekali tdk boleh
dipakai lagi.
 Biasanya rx alergi/idiosinkratik a/ lebih berat & fatal pd
kontak berikutnya thd obat penyebab.
 Bila sebelumnya digunakan berbagai jenis obat, & blm pasti
obat yg mana penyebabnya, mk pengobatan dimulai lagi scr
satu-persatu.
2. Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek
samping & kondisi penderita.
 Pd bentuk2 efek samping ttt diperlukan penanganan

& pengobatan yg spesifik.


 Misalnya u/ syok anafilaksi diperlukan pemberian

adrenalin & obat serta tindakan lain u/ mengatasi


syok.
 Ex lain misalnya pd keadaan alergi, diperlukan

penghentian obat yg dicurigai, pemberian


antihistamin atau kortikosteroid (bila diperlukan), dll.
 Petunjuk2 penanganan klinik u/ efek samping

masing2 obat jg dpt dibaca dlm buku Meyler's Side


Effects of Drugs
TINDAK LANJUT SESUDAH
MENGHADAPI KASUS EFEK SAMPING
OBAT
 Jika anda menghadapi s/ kasus efek samping obat &
sudah anda tangani scr medis sebagaimana mestinya,
masih diperlukan langkah2 tindak lanjut.
1. Dibuat laporan dokumentasi lengkap mengenai kasus
efek samping yg bersangkutan & dilaporkan ke lembaga
yg berwenang, yakni ke Panitia MESO (Monitoring
Efek Samping Obat) di Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, (Jalan Percetakan Negara 23, Jakarta). Ada
formulir khusus (form kuning) yg tersedia & dpt
diperoleh.
2. Jika anda bekerja di rumah sakit  bahas di Panitia Farmasi
& Terapi RS. Dgn mengacu ke sumber2 referensi, dicari
kemungkinan faktor risiko thd kasus efek samping tsb.
Apakah faktor risiko ini kemudian dpt dihindari?
Tergantung kpd faktor risikonya. Jika salah dosis maka
mungkin penentuan dosis dpt lebih di cermati.
3. Langkah2 koreksi dlm upaya pengelolaan resiko es obat
mencakup hal2 berikut,
* Membatasi indikasi pemakaian obat yg bersangkutan
Bbrp obat sering dipakai tdk pd indikasi yg benar.
* Memperluas/mempertegas kontraindikasi.
* Mempertegas cara pemakaian obat (pemberian,
dosis,lama).
* Mengeluarkan obat dr formularium RS atau anda tdk
memakai obat yg bersangkutan jika ada alternatif yg lebih
aman.
Keterbatasan uji pramarketing dalam
hal safety
 Jumlah pasien kecil
 Durasi pendek, sehingga sulit mendeteksi
munculnya ADR yang jarang atau latensi lama.
 Dosis pada uji klinik pra-marketing bisa berbeda
dengan dosis terapi sesungguhnya
 Populasi tertentu diekslusikan dari sampel uji
klinis, seperti : pediatri, geriatri, wanita hamil &
menyusui, membatasi resiko ADR yang muncul
pada kelompok beresiko tinggi.
PRESCRIPTION-EVENT
MONITORING (PEM)
 PEM secara sistematik memonitor keamanan obat baru
secara cohort terhadap 10.000–15.000 pasien dan bisa
digunakan untuk menindaklanjuti laporan spontan ES
yang dicurigai
 Metode PEM bisa digunakan untuk menyusun maupun
menguji hipotesis
 PEM memberikan kemungkinan untuk penghitungan
yang lebih baik terhadap ESO dan mengkarakterisasi
ESO yang tidak dideteksi selama premarketing, tapi tidak
bisa dihitung menggunakan laporan spontan ESO.
 Analisis klinik dan kuantitatif bisa dilakukan bersama
dan digunakan untuk mengetahui keamanan obat •
PRESCRIPTION-EVENT
MONITORING
Penentuan obat yang akan dipelajari

Dokter meresepkan obat pada pasien

Farmasis memberikan obat pada pasien & melaporkan resep pada Komite MESO

Komite MESO memberikan kuesioner pada dokter penulis resep

Dokter mengembalikan kuesioner pada Komite MESO

Komite MESO mendata dan mereview kejadia n ESO

Data ESO diisikan dalam data base

Kehamilan  Meninggal 
Kejadian
kuesioner penyebab
tertentu
dikirim ulang kematian
ke dr
Kejadian Efek samping parah yang
jarang terjadi
Kejadian Efek samping parah yang
jarang terjadi
Kejadian Efek samping paling sering
terjadi
CONTOH FORM PEM Celebrex (celecoxib)
CONTOH FORM PEM (cont.)
CONTOH KASUS : PEM KONTRASEPSI
ORAL
LATAR BELAKANG :
 “Yasmin” merupakan kontrasepsi oral

mengandung ethinyloestradiol dan


drospirenone; dilaunching May 2002.
 Ada asosiasi antara kontrasepsi oral dengan

thromboembolism vena (VTE). Karena resiko


VTE jarang terjadi sehingga sulit ditentukan
dengan uji klinis.
 Informasi awal : belum diketahui bagaimana

Yasmin mempengaruhi resiko VTE


dibandingkan dengan kontrasepsi oral lain.
CONTOH KASUS : PEM KONTRASEPSI
ORAL
MASALAH :
 Bagaimana PEM membantu mengevaluasi

resiko VTE dari “Yasmin”.

PENDEKATAN :
 Mendapatkan data peresepan

 Mendapatkan outcome (laporan efek samping

dari dokter)
 Melaksanakan metode kualitatif dan kuantitatif

untuk menyusun dan menguji hipotesis.


CONTOH KASUS : PEM KONTRASEPSI
ORAL
HASIL :
 Studi PEM mengidentifikasi 13 kasus (deep vein

thrombosis 5; pulmonary embolism 8) dari 15


645 wanita yang menggunakn Yasmin, dengan
crude incidence rate : 13.7 kasus/10 000 wanita
muda . •Masing-masing kasus mempunyai satu
atau lebih faktor resko VTE.
KEKUATAN :
 Studi PEM memungkinkan akses langsung

terhadap resiko.
CONTOH KASUS : PEM KONTRASEPSI
ORAL
KETERBATASAN :
 Walaupun incidence rate sudah dihitung, tidak

ada kelompok kontrol dan tidak bisa dihitung


confounding.
 Semua kasus mempunyai faktor resiko untuk

VTE, bisa jadi kejadian ES tidak berkaitan


dengan obat.
KESIMPULAN :
 Studi PEM menyatakan perlunya pertimbangan

khusus bagi wanita dengan faktor resiko VTE


sebelum menggunakan Yasmin.
DETEKSI TANDA-TANDA
EFEK SAMPING OBAT
 Deteksi tanda-tanda dan evaluasi efek samping
obat sangat penting dalam
farmakoepidemiologi.
 Ada beberapa metode yang bisa digunakan
untuk mendeteksi tanda-tanda potensi efek
samping obat
1.Asessment efek samping penting
Evaluasi awal dilakukan oleh peneliti terhadap formulir
MESO, meliputi :
• hubungan waktu antara paparan dengan reaksi;
• karakteristik klinik dan patologik dari reaksi efek
samping;
• rasionalitas farmakologis berdasarkan pemahaman yang
sudah ada dari obat dan kelas terapi yang sesuai;
• apakah reaksi ES sebelumnya sudah pernah dilaporkan
pada penggunaan klinis?
1. Asessment efek samping penting
• adanya kemungkinan pengaruh obat lain yang
digunakan bersama atau telah digunakan sebelumnya
• adanya pengaruh penyakit yang diderita terhadap reaksi
ES
• adanya efek penggantian obat atau penurunan dosis
• adanya pengaruh penggunaan kembali obat atau
peningkatan dosis
• karakteristik pasien, termasuk riwayat pengobatan
sebelumnya, riwayat alergi obat, ada tidaknya
kerusakan hati atau ginjal, dsb.
• kemungkinan terjadi interaksi obat
2. Tinjauan Medis Reaksi ES
Pengkajian secara medis tentang jenis reaksi ES yang
terjadi :
 Efek samping parah yang jarang terjadi

 Efek samping paling sering terjadi


3. Alasan penghentian obat
 Form isian untuk dokter termasuk alasan penghentian
obat
 Alasan klinis mengapa obat dihentikan diranking
berdasarkan jumlah laporan,
 Data di atas bisa menjadi sumber informasi potensi
efek samping obat
 Contoh , dari data alasan penghentian obat
teridentifikasi drowsiness/sedation dan peningkatan
BB, akibat pemakaian antidepresan mirtazapine
 Hal ini didukung dengan data assesment ES penting
penting yang juga berkorelasi
4. Analisis tingkat kejadian ESO
4. Analisis tingkat kejadian ESO
4. Analisis tingkat kejadian ESO
Tabel-tabel seperti di atas dapat memberikan
informasi :
 Tentang perbandingan keamanan obat dari kelas

yang sama
 Bahwa efek samping tipe A (pharmacologically

related) cenderung terjadi pada awal studi


(walaupun efek samping yang muncul cepat bisa
juga disebabkan efek tertunda dari pemakaian obat
sebelumnya).
 Pada obat dengan efek samping tertunda, jumlah

laporan meningkat setelah beberapa lama).


Meranking tingkat kejadian ESO
Tingkat kejadian ES selama waktu pemberian
tertentu dihitung dengan rumus :
Nt
IDt = x 1000
Dt
 Nt adalah jumlah laporan ES selama bulan t

 Dt adalah jumlah pasien yg diterapi selam bulan

t
 Tingkat kejadi n (ID, incidence density ) ,

dinyatakan dalam : per 1000 pasien dalam


bulan paparan
Meranking tingkat kejadian ESO
 Hasilnya diranking untuk tiap kejadian pada
bulan pertama paparan
 Selanjutnya ID pada bulan kedua & bulan-bulan
berikutnya juga dihitung dengan rumus yang
sama
Contoh : ID meloksikam
Contoh : ID meloksikam
PENDEKATAN PELAPORAN
MESO
 Voluntery
- Baik untuk penemuan ESO baru
- Lebih menjanjikan dari pendekatan lain
Cohort study
- kerjasama tim (dokter,farmasis, perawat)
- Frekuensi ESO selama rawat
Mandatory
- Keharusan berdasar aspek legal
- Data tinggi, validitas diragukan
 Record Linkage
- Catatan medik, bervariasi ESO terliput
- Data terlalu bervariasi
Manfaat Pelaporan MESO
 Perubahan kebijakan Nasional (kasus
penarikan Obat ppa-FDA)
 Perubahan Kebijakan Lokal (rumah sakit)
 Praktisi waspada terhadap farmakoterapi
 Mencegah timbulnya efek samping berulang
 Informasi munculnya efek samping yang baru
dan membahayakan
Manfaat Klinik
 Informasi penting dalam pengambilan
keputusan : Rasio Manfaat terhadap Resiko
 Informasi terkini untuk pendekatan kondisi
pasien terhadap respon obat
 Mencegah kejadian kembali pada kasus serupa
 Menurunkan morbiditas dan mortalitas
Kerjasama
Keamanan masyarakat dalam aspek obat adalah
tanggung jawab profesi kesehatan

 Perlu sistem kerjasama dengan masyarakat


luas dan pihak terkait (Pemerintah)
 Terbuka untuk komunikasi nasional maupun
internasional

Anda mungkin juga menyukai