Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada zaman yang semakin berkembang saat ini, pengetahuan masyarakat
akan pentingnya akan kesehatan juga meningkat. Kesehatan saat ini dipandang
sebagai suatu hal yang sangat penting, bahkan menjadi kebutuhan primer
sehingga banyak masyarakat yang menginginkan untuk mendapatkan pelayanan
dan informasi tentang kesehatan dengan baik dan mudah terjangkau. Oleh sebab
itu fasilitas pelayanan kesehatan termasuk fasilitas pekerjaan kefarmasian juga
harus terus ditingkatkan kualitasnya. Sesuai dengan UU No. 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, yang termasuk dalam fasilitas pekerjaan
kefarmasian adalah Apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, dan
toko obat.
Apotek memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kesehatan
masyarakat melalui pelayanan kefarmasian. Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (PP RI nomor
35 tahun 2014). Sedangkan dalam PP 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian seorang apoteker bertanggung jawab atas pengelolaan apotek,
sehingga pelayanan obat kepada masyarakat akan lebih terjamin keamanannya,
efektivitas dan kualitasnya. Apotek merupakan suatu institusi yang di dalam
pelaksanaannya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan
(patient oriented) dan unit bisnis (profit oriented). Dalam fungsinya sebagai unit
pelayan kesehatan, fungsi apotek adalah menyediakan obat-obatan yang
dibutuhkan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Sedangkan fungsi apotek sebagai institusi bisnis, apotek bertujuan untuk
memperoleh keuntungan, dan hal ini dapat dimaklumi mengingat investasi yang
ditanam pada apotek dan operasionalnya juga tidak sedikit dengan tetap
mengutamakan pelayanan kepada pasien.

Sebuah Apotek dikelola oleh seorang Apoteker Penanggung Jawab Apotek


yang telah terdaftar pada Departemen Kesehatan, telah mengucap sumpah/ janji
sebagai Apoteker dan memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Apoteker sebagai tenaga
kesehatan dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, dan wawasan di
bidang kefarmasian dan kesehatan; pengelolaan Apotek dengan sistem manajemen
yang baik; serta perilakunya dalam melaksanakan komunikasi, pemberian
informasi, edukasi sehingga mendukung tercapainya penggunanaan obat yang
benar, aman, dan rasional.
Selain itu Apoteker juga dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya agar mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain
secara aktif, berinteraksi langsung dengan pasien di samping menerapkan
keilmuannya di bidang farmasi. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai indikasi,
dosis, aturan pakai, efek samping, cara penyimpanan obat, dan monitoring
penggunaan obat. Hal ini diharapkan penggunaan obat yang rasional sehingga
kejadian kesalahan pengobatan (medication error) dapat dihindari. Oleh sebab itu
Apoteker dalam menjalankan praktik dibutuhkan profesionalitas untuk dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien (patient
oriented).
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan dengan bekerja sama
dengan apotek swasta, salah satunya yaitu Apotek K-24 Bondowoso yang
bertempat di Jl. PB. Sudirman No. 8 Bondowoso. Kegiatan PKPA di Apotek K-24
dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan sebagai bentuk pembelajaran tentang
peranan apoteker di apotek sebagai unit pelayanan kesehatan (patient oriented)
dan unit bisnis (profit oriented), dalam upaya membekali calon apoteker sebelum
akhirnya terjun di lingkungan kerja. Dengan melakukan PKPA di apotek
diharapkan mahasiswa calon apoteker dapat mempersiapkan diri dengan
menambah pengalaman dan memperdalam pengetahuannya sebelum menjalankan
tugas dan tanggung jawab sebagai apoteker pengelola sebuah apotek.

1.2. Tujuan
Setelah menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek,
mahasiswa calon apoteker diharapkan:
1) Mengetahui dan mempelajari tentang peranan farmasi di apotek baik dari segi
ilmu pengetahuan dan keterampilan.
2) Mendapatkan pengetahuan praktis tentang aspek administrasi dan perundangundangan, aspek manajerial, aspek pelayanan kefarmasian sertaaspek bisnis.
3) Memahami konsep Pharmaceutical Care dan dapat menerapkannya dalam
pelayanan kepada pasien serta mengembangkan keterampilan berkomunikasi
dengan pasien, keluarga pasien dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga
tercapai tujuan dari pengobatan yaitu peningkatan kualitas hidup pasien.
4) Membentuk perilaku farmasi yang mampu menerapkan etika luhur
kefarmasian dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dan par
calon apoteker diharapkan mengetahui, memahami, dan dapat memecahkan
masalah kefarmasian yang ada di apotek serta mampu menjalankan peran dan
tugasnya sebagai farmasis di apotek.
5) Membina calon apoteker agar dapat menjadi tenaga kesehatan yang
profesional dan ikut berperan serta dalam upaya peningkatan kesehatan
masyarakat.
1.3. Manfaat
Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek adalah:
1) Mahasiswa mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman mengenai
kegiatan dan ruang lingkup pelayanan kefarmasian di apotek.
2) Menjadikan mahasiswa calon apoteker sebagai seorang manager yang
mampu mengelola apotek baik dari unit pelayanan kesehatan (patient
oriented) dan unit bisnis (profit oriented) secara profesional.
3) Mengetahui dan memahami kegiatan manajemen dan administrasi di Apotek
beserta kelebihan dan kekurangan dari sistem pelayanan kefarmasian yang
ada di apotek sebagai panduan guna menciptakan pelayanan kefarmasian
yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peraturan Perundangan dan Teori Apotek


2.1.1 Pengertian Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332 Tahun 2002
tentang Perubahan Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
Sediaan farmasi, Perbekalan Kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintahan RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
kefarmasian, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu

Sediaan

Farmasi,

pengamanan,

pengadaan,

penyimpanan

dan

pendistribusian atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelyananan obat atas


resep dokter, pelyanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien
atau masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar
dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan. Dengan demikian, apotek
berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang bermutu baik dan keabsahan terjamin.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan
Pemerintah tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yang diperlukan oleh masyarakat secara meluas dan merata.
4. Sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada
masyarakat.

2.1.3 Persyaratan Apotek


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

Izin Apotek, hal-hal yang harus dipenuhi agar surat izin apotek dapat
dikeluarkan, yaitu:
1. APA yang bekerjasama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang telah
memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan apotek,
tenaga asisten apoteker, termasuk sediaan farmasi serta perbekalan
lainnya.
2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar
sediaan farmasi.
3. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
Persyaratan ini kemudian dilengkapi dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yaitu:
1. Apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat.
2. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata
apotek.
3. Apotek harus dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
4. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko
kesalahan penyerahan.
5. Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk
memperoleh informasi dan konseling.
6. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, apoek harus bebas dari
hewan pengerat, serangga/pest.
7. Apotek harus mempunyai suplai listrik yang konstan, terutama untuk
lemari pendingin.
8. Apotek harus memiliki:
a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
b. Tempat untuk mendisplai informasi

bagi

pasien,

termasuk

penempatan brosur/materi informasi


c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi
dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan
medikasi pasien
d. Ruang racikan
e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien

9. Perabotan

apotek

harus

tertata

rapi,

lengkap

dengan

rak-rak

penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung


dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada
kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
2.2 Tugas dan Fungsi Apoteker di Apotek
Berdasarkan Kepmenkes No. 1332 Tahun 2002, Apoteker adalah
Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker. APA harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemiliki sarana
untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat tertentu.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
kesehatan

No.

1322/Menkes/SK/IX/2002, persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi


seorang APA diantaranya adalah:
1. Ijazahnya telah terdaftar di Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai seorang apoteker.
3. Memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) dari Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
4. Memenuhi persyaratan kesehatan fisik dan mental, untuk melaksanakan
tugasnya sebagai apoteker.
5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi, atau menjadi APA di apotek
lain.
APA harus berada di apotek selama beroperasi, karena ia
bertanggung jawab mengenai segala hal yang terjadi di apotek, dan apabila
berhalangan hadir pada waktu tertentu, maka tugasnya dapat digantikan oleh
apoteker pendamping, atau jika APA selalu berhalangan hadir, maka harus
ditunjuk apoteker pengganti untuk menggantikannya sebagai penanggung
jawab apotek.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 35 tahun 2014, peran
dan tugas apoteker adalah bertanggung jawab dalam pengelolaan
perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan sehingga akan menjamin

mutu, efektifitas dan keamanan obat, melakukan praktek farmasi klinis


yang meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan Informasi Obat
(PIO), konseling, pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care),
Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat
(MESO), dan melakuan manajemen sumber daya kefarmasian yang meliputi
sumberdaya manusia, sarana dan prasarana.
Paradigma baru untuk praktek farmasi diperkenalkan oleh World
Health Organization (WHO) dan diambil oleh Federation of International
Pharmaceutical (FIP) pada tahun 2000 dalam pernyataan kebijakan
mengenai Tata Pendidikan Praktek Farmasi untuk peran sebagai care giver,
decision maker, communicator, manager, long life learner, teacher dan
leader.
1. Care giver
Apoteker menyediakan layanan peduli. Mereka harus melihat praktek
mereka sebagai kegiatan terpadu dan terus menerus dengan tenaga
kesehatan dari sistem perawatan dan profesional kesehatan lainnya.
Layanan harus dari kualitas tertinggi.
2. Decision maker
Apoteker memainkan peran dalam menentukan kebijakan obat-obatan.
Pencapaian tujuan ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi,
mensintesis data dan informasi serta memutuskan tindakan paling tepat.
3. Communicator
Apoteker dalam posisi ideal untuk menyediakan hubungan antara resep
dan pasien, dan untuk mengkomunikasian informasi tentang kesehatan
dan obat-obatan kepada masyarakat. Apoteker harus memiliki
pengetahuan dan percaya diri saat berinteraksi dengan profesional
kesehatan lainnya dan masyarakat. Hal ini melibatkan komunikasi
verbal, non-verbal, mendengarkan dan menulis.
4. Manager
Apoteker harus dapat mengelola sumber daya (manusia, fisik dan
keuangan) dan informasi secara efektif. Tanggap terhadap kemajuan
teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi mengenai obat dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

5. Long life learner


Tidak mungkin untuk memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman
yang diperlukan untuk mengejar karir seumur hidup sebagai seorang
apoteker di tempat kuliah. Konsep dan komitmen untuk belajar seumur
hidup harus dimulai saat kuliah dan harus didukung karier apoteker.
Apoteker

harus

belajar

bagaimana

menjaga

pengetahuan

dan

keterampilan up to date.
6. Teacher
Apoteker memiliki tanggung jawab untuk membantu pendidikan dan
pelatihan generasi masa depan apoteker dan masyarakat. Berpartisipasi
sebagai guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada orang
lain, tetapi juga menawarkan kesempatan bagi praktisi untuk
mendapatkan pengetahuan baru dan menyempurnakan keterampilan
yang ada.
7. Leader
Apoteker memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin, memiliki
keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif serta
kemampuan mengkomunikasian dan mengelola hasil keputusan.
Kepimpinan melibatkan kasih sayang dan empati, serta visi dan
kemampuan untuk membuat keputusan, berkomunikasi, dan mengelola
secara efektif.
Terdapat fungsi tambahan bagi apoteker sehingga Seven Stars of
Pharmacist berubah menjadi Nine Stars of Pharmacist, yaitu
researcher dan entrepeneur. Apoteker sebagai researcher harus mampu
menggunakan bukti dasar ilmiah dalam rangka untuk memberikan nasihat
tentang penggunaan obat-obatan yang rasional dalam tim kesehatan.
Dengan berbagi dan mendokumentasikan pengalaman, apoteker juga dapat
memberikan kontribusi bukti dasar dengan tujuan mengoptimalkan
perawatan pasien dan hasilnya. Sebagai peneliti, apoteker dapat
meningkatkan akses kesehatan yang tidak bias dan informasi obat, selain
itu juga seorang farmasi/apoteker sebagai entrepeneur diharapkan terjun
menjadi wirausaha dalam mengembangkan kemandirian serta mampu

membantu mensejahterakan masyarakat, misalnya dengan mendirikan


perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala
kecil maupun skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat
dan lainnya. (Widenmayer et al., 2006).
Ada tiga fungsi yang harus dijalankan apoteker di apotek, yaitu:
1. Sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian (profesional di bidang
kefarmasian) sesuai dengan keilmuan tentang pekerjaan kefarmasian.
Selain itu, apoteker berkewajiban untuk menyediakan, menyimpan, dan
menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya
terjamin kepada masyarakat.
2. Sebagai pemimpin atau manajer yang harus dapat mengelola apotek
dengan baik sehingga semua kegiatan yang berjalan di apotek
berlangsung secara efektif dan efisien. Apoteker harus mempunyai
kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan
prinsip-prinsip ilmu manajemen, yang meliputi kepemimpinan (leading),
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling).
a. Kepemimpinan (leading), merupakan

kemampuan

untuk

mengarahkan/menggerakkan orang lain (anggota atau bawahan)


untuk

bekerja

dengan

rela

sesuai

dengan

apa

yang

diinginkannya, dalam mencapai tujuan tertentu. Kualitas


kepimpinan seseorang ditentukan dengan adanya sasaran dan
program yang jelas, bekerja sistematis, dan efektif, mempunyai
kepekaan terhadap hubungan antar manusia dapat membentuk
tim dengan kinerja tinggi, dan dapat mengerjakan tugas-tugas
dengan efektif dan efisien. Untuk dapat memimpin apotek
dengan baik

maka

seorang apoteker

harus

mempunyai

pengetahuan tentang pembukuan, administrasi, personalia, dan


lain-lain.
b. Perencanaan (planning), sebagai pengelola apotek, apoteker
harus mampu menyusun perencanaan dari suatu pekerjaan, cara
dan waktu pengerjaan, serta siapa yang mengerjakannya.

10

Apoteker harus mampu menyusun rencana agar tujuan apotek


tercapai.
c. Pengorganisasian (organizing), apoteker harus mampu mengatur
dan

menentukan

(mendelegasikan)

pekerjaan

yang

akan

dilaksanakan oleh karyawan dengan efektif dan efisien, sesuai


dengan pendidikan dan pengalaman. Pengaturan ini dapat
dilakukan dengan mengelompokkan pekerjaan sesuai keahlian
karyawan, menentukan tanggung jawab dan wewenang untuk
tiap pekerjaan dan hasil yang hendak dicapai, serta menjalin
hubungan yang harmonis dengan karyawan.
d. Pelaksanaan (actuating), apoteker haru dapat menjadi pemimpin
yang

menjadi

panutan

karyawan,

yaitu

mengetahui

permasalahan, dapat menunjukkan jalan keluar masalah, dan


turut berperan aktif dalam kegiatan.
e. Pengawasan (controlling), apoteker harus selalu melakukan
evaluasi setiap kegiatan dan mengambil tindakan demi perbaikan
dan peningkatan kualitas, apakah semua sudah berjalan dengan
baik ke arah tercapainya tujuan, dengan membandingkan
hasilnya dengan suatu standar tertentu.
3. Retailer, bahwa seorang apoteker harus mempunyai kemampuan dalam
menyusun suatu rencana mengenai pemasaran obat sehingga obat yang
diterima ataupun yang dikeluarkan ke pasaran berada dalam jumlah yang
tepat (Hartono, 1998).
Tugas apoteker di apotek adalah sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1027 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Pengelolaan Sumber Daya

a. Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola
oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek,
apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan:
i. Menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik
ii. Mengambil keputusan yang tepat
iii. Kemampuan berkomunikasi antar profesi

11

iv. Menempatkan

diri

sebagai

pimpinan

dalam

situasi

multidisipliner
v. Kemampuan mengelola SDM secara efektif
vi. Selalu belajar sepanjang karier
vii. Membantu memberi pendidikan
viii. Memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan
b. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Apoteker di apotek berperan dalam mengelola dan menjamin bahwa:
i. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali
ii.

oleh masyarakat
Pada halaman apotek terdapat papan petunjuk yang dengan

iii.

jelas tertulis kata Apotek


Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota

iv.

masyarakat
Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang
terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya,
hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas

v.

produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan


Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oeh

vi.

apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling


Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus
bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai

listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin


vii. Apotek memiliki:
- Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
- Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur/materi informasi
- Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi
dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan
medikasi pasien
- Ruang racikan
- Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien
viii. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak
penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun
dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya
yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan
c. Pengelolaan Bidang Administrasi

12

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu


dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi:
i.
Administrasi Umum
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika
dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Administrasi Pelayanan
Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien,

ii.

pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat


d. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya.
Pengelolaan persedian farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi:
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan. Pengeluaran
obat memakai sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire
first out)
i.
Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi

ii.

iii.

perlu diperhatikan:
- Pola penyakit
- Kemampuan masyarakat
- Budaya masyarakat
Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi.
Penyimpanan
- Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat di mana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya
-

memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa.


Semua bahan/obat harus disimpan pada kondisi yang

sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan.


2. Melakukan Pelayanan di Apotek
Apoteker baik secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam
pelaksanaan:
a. Pelayanan Resep
i. Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:

13

a) Persyaratan Administratif:
- Nama, SIP dan alamat dokter
- Tanggal penulisan resep
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan
pasien
Nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta
Cara pemakaian yang jelas
Informasi lainnya
b) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi,
-

stabilitas, inkompabilitas, cara dan lama pemberian.


c) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika
ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan
kepada

dokter

pertimbangan

penulis
dan

resep

alternatif

dengan
seperlunya

memberikan
bila

perlu

menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.


ii. Penyiapan obat
a) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur
tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat
serta penulisan etiket yang benar.
b) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang
cocok sehingga terjaga kualitasnya
d) Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan
resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai
pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan
tenaga kesehatan.
e) Informasi obat

14

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas


dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana,
dan terkini.
Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi:
cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari selama terapi.
f) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau
yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan
atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan
kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis
lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
g) Monitoring penggunaan obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama
untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,
asma, dan penyakit kronis lainnya.
b. Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat,

apoteker

harus

berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut


membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran
leaflet atau brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.
c. Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit
kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan
berupa catatan pengobatan (medication record).
3. Melakukan Evaluasi Mutu Pelayanan
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah:

15

a. Tingkat kepuasan konsumen: dilakukan dengan survei berupa angket


atau wawancara langsung.
b. Dimensi waktu: lama pelayanan diukur dengan waktu yang telah
ditetapkan.
c. Prosedur tetap: untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang
telah ditetapkan.
2.3 Kompetensi Apoteker di Apotek
Berdasarkan standar kompetensi apoteker yang telah ditetapkan oleh
pengurus pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) pada tahun 2011, dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, apoteker yang ditempatkan di apotek
harus memiliki kompetensi sebagai berikut:
1. Mampu melakukan praktek kefarmasian secara profesional dan etik
Dapat menjaga perilaku profesional dalam melakukan pekerjaan dan
mampu mengelola ilmu/informasi yang ada di dalam diri untuk
dikomunikasikan baik secara lisan maupun tertulis, dengan rekan sejawat,
antar pemangku bidang maupun masyarakat umum.
2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan
farmasi
Sebagai pemberi informasi mengenai obat kepada pasien, apoteker harus
dapat membantu memberikan solusi apabila pasien menemui masalah
dalam pengobatannya. Misalnya apabila didapati efek samping dalam
penggunaan obat, apoteker dapat menawarkan tindakan apa yang perlu
dilakukan untuk mengatasinya, dan lain sebagainya.
3. Mempunyai keterampilan komunikasi dalam pemberian informasi sediaan
farmasi dan alat kesehatan
Dalam memberikan pelayanan informasi dan edukasi kepada pasien,
apoteker harus berpegang pada sumber informasi yang jelas (misalnya
peraturan-peraturan dan referensi yang valid), kemudian mengelola
informasi yang dimiliki untuk dikomunikasikan sehingga pasien
mendapatkan respon dan klarifikasi permintaan informasi yang jelas dan
dapat dimengerti.
4. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan
masyarakat

16

Salah satu peran yang dapat dilakukan apoteker untuk melindungi


masyarakat adalah memberikan informasi dan edukasi mengenai obat
kepada pasien. Hal ini merupakan suatu bentuk upaya yang dapat
dilakukan agar dapat mencegah efek merugikan dari cara penggunaan obat
yang salah ataupun tidak rasional.
5. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang
berlaku
Apoteker harus dapat mengelola ketersediaan perbekalan kefarmasian dan
alat kesehatan agar dapat memenuhi permintaan dan kebutuhan pasien.
6. Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan
interpersonal dalam melakukan praktek profesional kefarmasian
Tentunya ada lingkungan kerja dimana apoteker dituntut untuk dapat
bekerjasama dengan tim, sehingga penting bagi apoteker untuk dapat
berbagi informasi secara relevan, mengelola dan menyelesaikan masalah
dan konflik agar apat menghasilkan tujuan bersama.
2.4 Tata Cara Pendirian Apotek
Suatu apotek dapat berdiri dan beroperasi jika dilengkapi dengan
Surat Izin Pendirian Apotek (SIA). SIA merupakan surat izin yang diberikan
oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerja sama dengan pemilik
sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu (Permenkes
No. 922/Menkes/Per/X/1993. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 2009 menyebutkan bahwa apoteker adalah mereka
yang

berdasarkan

peraturan perundang-undangan

yang

berlaku

berhak

melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Seperti yang


telah diketahui bahwa salah satu tempat pengabdian apoteker adalah apotek. Ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mengajukan SIA, yaitu:
a. Untuk mendapatkan

ijin apotek, Apoteker

atau Apoteker

yang

bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan


harus siap dengan tempat, perbekalan termasuk sediaan farmasi dan
perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak
lain.

17

b. Perbekalan farmasi yang dimaksud sekurang-kurangnya terdiri dari


obat generik sesuai dengan Daftar Obat Esensial Nasional atau
Rumah Sakit Tipe C.
c. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
d. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar
sediaan farmasi. Ijin apotek berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui
kembali serta APA dapat melakukan pekerjaan kefarmasian dengan baik.
Berdasarkan

Kepmenkes

RI

No.1332/Menkes/SK/X/2002,

dalam

perohonan ijin apotik harus melampirkan :


1. Salinan/ fotocopy Surat Ijin kerja Apotik
2. Salinan/ fotocopy Kartu Tanda Penduduk 12
3. Salinan/ fotocopy denah bangunan
4. Surat yang menyatakan bangunan dalam bentuk akte hak milik /
sewa / kontrak.
5. Daftar Asisten Apoteker (AA) dengan mencantumkan nama
alamat, tanggal lulus dan nomor surat ijin kerja
6. Asli dan salinan/ fotocopy daftar terperinci alat perlengkapan apotek
7. Surat pernyataan Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak bekerja
pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di Apotek lain.
8. Asli dan salinan atau fotocopy surat ijin atasan bagi pemohon Pegawai
Negeri, anggota ABRI dan Pegawai Instansi Pemerintah lainnya.
9. Akte perjanjian kerja sama APA dan Pemilik Sarana Apotik (PSA).
10.

Surat Pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran perundang

undangan di bidang obat.


Beberapa hal yang juga dicantumkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Repubik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 :
1. Lokasi dan Tempat
Tempat
penempatan

untuk

brosur/

mendisplay
materi

informasi

informasi

dan

bagi
ruangan

pasien, termasuk
tertutup

untuk

konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari
untuk menyimpan catatan medikasi pasien. Selain itu tempat parkir juga

18

berperan penting, karena dengan adanya tempat parkir yang luas maka
konsumen akan lebih nyaman datang ke apotek.
2. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

Syarat memiliki NPWP sekarang mudah, yaitu

hanya dengan

Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari wajib pajak.


3. Bangunan
Bangunan apotek harus dalam bentuk akte hak milik / sewa /
kontrak dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan
kesehatan di bidang kefarmasian. Bangunan apotek sekurang-kurangnya
terdiri dari ruang peracikan dan penyerahan resep, ruang administrasi dan
ruang

kerja

apoteker,

ruang tunggu, ruang penyimpanan obat, ruang

pencucian alat dan WC. Secara teknis ventilasi serta sistem sanitasi harus
mematuhi persyaratan higiene serta penerangan cukup, alat pemadam
kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurang-kurangnya dua buah,
papan nama berukuran minimal panjang; 60 cm, lebar: 40 cm dengan tulisan
hitam di atas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm tebal tebal 5 cm.
4. Perlengkapan Apotek
Perlengkapan yang harus dimiliki oleh suatu apotek antara lain :
a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan
Yang

termasuk

di

dalamnya

adalah

timbangan

miligram

dengan anak timbang yang sudah ditara, timbangan gram dengan


anak timbang yang sudah ditara, gelas ukur, labu erlenmeyer, gelas
piala, panci pengukur, corong, termometer, spatel logam/tanduk, cawan
penguap porselen, batang pengaduk, pemanas air, kompas, panci dan rak
pengering alat.
b. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi
Terdiri
pendingin,

dari

lemari

lemari untuk

dan

rak

menyimpan

penyimpanan
narkotika

dan

obat,

lemari

psikotropika.

Wadah pengemas dan pembungkus (etiket, wadah pengemas dan


pembungkus untuk penyerahan obat).

19

c. Perlengkapan administrasi
Yang termasuk di dalamnya adalah blanko pesanan obat, blanko
kartu stok obat, blanko salinan resep, blanko faktur dan nota penjualan,
kwitansi, buku pembelian,
pembukuan

keuangan,

penerimaan

dan

pengiriman,

buku

buku pencatatan narkotika, buku pesanan

narkotika, form laporan narkotika, dan buku pencatatan penyerahan racun.


d. Buku standar yang diwajibkan
Farmakope Indonesia edisi terbaru 1 buah, serta buku lain yang
ditetapkan oleh DirJen POM (ISO, MIMS, DPHO) dan kumpulan
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek
5. Perbekalan Apotek
Perbekalan apotek meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, alat
kesehatan dan kosmetika. Obat sekurang-kurangnya terdiri dari obat
Generik sesuai dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).
2.5. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
Berdasarkan Permenkes No 88/MENKES/PER/V/2011, dalam pasal 18
disebutkan bahwa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan
kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. Apoteker
penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian berupa puskesmas dapat
menjadi Apoteker pendamping di luar jam kerja. SIPA bagi Apoteker
pendamping diberikan

untuk

paling

banyak

(tiga)

tempat

fasilitas

pelayanan kefarmasian. SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Setiap tenaga

kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat


izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja berupa:
1.

SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan

2.
3.

kefarmasian.
SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian.
SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran, atau

20

4.

SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di


fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran.
Untuk

memperoleh

kepada Kepala

Dinas

SIPA,

Kesehatan

Apoteker

mengajukan

Kabupaten/Kota

tempat

permohonan
pekerjaan

kefarmasian dilaksanakan, dengan melampirkan:


1.

Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional

2.

(KFN).
Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat

3.
4.

keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian.


Surat rekomendasi dari organisasi profesi IAI, dan
Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai
Apoteker pendamping, harus dinyatakan secara tegas permintaan
SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau
ketiga.

2.6 Tata Cara Memperoleh SIA


Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/MENKES/SK/X/ 2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara
pemberian izin apotek adalah sebagai berikut:
a.

Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT-1.

b.

Dengan

menggunakan

formulir

APT-2

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah


menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai
POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan
kegiatan.
c.

Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM


selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis
dari Kepala Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

melaporkan

pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3.

hasil

21

d.

Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c)


tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan
siap melakukan

kegiatan

kepada

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas


Provinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4.
e.

Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima


laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat
(d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan
SIA dengan menggunakan formulir model APT-5.

f.

Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua
belas) hari 17 kerja

mengeluarkan

surat

penundaan

dengan

menggunakan contoh formulir model APT-6.


g.

Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f),


Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak
tanggal surat penundaan.

h.

Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka pengunaan


sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara
apoteker dan pemilik sarana.

i.

Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak


pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di
bidang

obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang

bersangkutan.
j.

Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi yang tidak
sesuai dengan

pemohon,

maka

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas


hari

kerja

wajib

mengeluarkan surat

penolakan

disertai

dengan

alasannya, dengan menggunakan formulir model APT-7. Selain itu

22

langkah pertama dalam melakukan tahap memperoleh izin SIA sesuai


dengan form model APT-1, disertai dengan syarat-syarat lain, yaitu:
1) Fotokopi

surat

izin

gangguan

yang

diperoleh

dari

Dinas

Ketentraman dan Ketertiban.


2) Fotokopi Surat Penugasan/Surat Izin Kerja Apoteker.
3) NPWP Pemilik Sarana Apotek.
4) Denah ruang/layout dan bangunan.
5) Surat keterangan atau pernyataan status bangunan (milik sendiri
atau sewa).
6) Hasil

pemeriksaan

kualitas

air

oleh

laboratorium

Dinas

KesehatanKabupaten setempat.
7) Data apoteker pendamping (fotokopi ijazah dan Surat Penugasan).
8) Daftar peralatan apotek dan obat generik (OGB) berlogo (minimal
70% dari OGB atau sekitar 150 item obat).
9) Surat

pernyataan

bahwa

APA

tidak

sedang

bekerja

pada

perusahaanfarmasi lain (swasta).


10) Surat

pernyataan

bahwa

apoteker

pendamping

tidak

sedang

bekerja pada perusahaan farmasi lain (swasta).


11) Fotokopi akta perjanjian kerjasama antara APA dan PSA (jika
pemilik apotek bukan APA).
12) Surat rekomendasi dari organisasi profesi (IAI).
13) Surat pernyataan yang menyatakan bahwa PSA tidak pernah
melanggar peraturan dibidang kesehatan. Misalnya terlibat dalam
peredaran obat palsu, narkotika.
14) Fotokopi KTP.
15) Daftar asisten

apoteker dengan

mencantumkan

nama,

alamat,

tanggal lulus dan nomor surat izin kerja.


16) Fotokopi

surat

izin atasan (bagi pemohon PNS, anggota

TNI

atau pegawai instansi pemerintah lainnya).


17) SIUP

(surat

izin

usaha

Perdagangan dan perindustrian

perdagangan)

dari

Departemen

23

BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA

3.1

Sejarah Apotek K-24 Bondowoso


Apotek K-24 didirikan oleh dr. Gideon Hartono pada tanggal 24 Oktober

2002 di Yogyakarta, K-24 merupakan arti dari komplit 24 jam. Komplit tersebut
merupakan artian dari komplit obatnya dan buka 24 jam sehari sepanjang tahun.
Apotek K24 Bondowoso dibuka pada tanggal 8 maret 2008 bertujuan memberikan
kemudahan pada masyarakat bondowoso khususnya maupun para pendatang yang
ada di kabupaten bondowoso dalam penyediaan obat selama 24 jam. Apotek ini
didirikan oleh 3 orang dimana hanya 1 orang yang memegang kendali apotek
selaku pemilik sarana apotek yaitu dr. Agoes Soetanto. Lokasi apotek sangat
strategis berada di pusat kota Bondowoso sehingga lebih terjangkau oleh
masyarakat luas khususnya warga Bondowoso.
Apotek K-24 hadir dengan 5 jaminan pasti : komplit 24 Jam, pagi, siang,
malam, hari libur harga sama, dan hanya menjual obat asli, serta layanan
konsultasi apoteker gratis. Apotek juga memberikan fasilitas pemeriksaan tekanan
darah secara gratis, selain ituapotek K-24 juga melayani pemeriksaan gula darah,
kolesterol dan asam urat pada pasien yang datang untuk mengontrol kondisi
kesehatannya bukan untuk mendiagnosa yang merupakan tugas dari profesi
dokter. Apotek juga menyediakan pelayanan free delivery order yang dilakukan
dalam wilayah kota radius 1 s/d 2 km dengan pemesanan minimum 50.000 rupiah
dari hari senin sampai dengan jumat pukul 08.00 sampai 20.30 WIB ; hari sabtu
dan minggu pukul 16.00 sampai 20.30 WIB.

24

3.2

Visi dan Misi

3.2.1

Visi

1. Menjadi merk nasional yang menduduki pemimpin pasar bisnis di Indonesia,


melalui jaringan waralaba yang menyediakan obat yang komplit dan buka 24 jam
termasuk hari libur.
2. Menjadi merk nasional kebanggaan republik Indonesia yang bermanfaat untuk
25

masyarakat.
3.2.2

Misi

1. Menyediakan pemilihan obat yang komplit setiap saat dengan harga yang
sama.
2. Menyediakan kualitas pelayanan yang prima untukmemaksimalkan tingkat
pelayanan kesehatan.
3.3

Lokasi Apotek
Apotek K-24 terletak di Jalan PB. Sudirman No. 8 B, Bondowoso. Lokasi

ini berdekatan dengan praktek dokter umum yaitu dr. Slamet Santoso, dr. E.B.
Satoto, dr. V.M. Purwanto, dr. Gede S. Sumardana Sp. O, dr. Lukito, dr. Marzuki.
Sp.M. Apotek juga berdekatan dengan sarana kesehatan pemerintah yaitu RS.
Bhayangkara dan RSD dr. Koesnadi dimana merupakan sumber keuntungan yang
diterima apotek. Apotek K-24 berlokasi di pusat kota Bondowoso yang mana
merupakan kawasan padat penduduk, dan berdekatan dengan alun-alun
Bondowoso serta pasar tradisional. Selain itu apotek juga berada diantara pusat
perbelanjaan dan pertokoan yang mana merupakan kawasan dengan lalu lintas
yang padat.
3.4

Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang ada di apotek K-24 tergolong lengkap sesuai

yang

dipersyaratkan

dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

1332/Menkes/SK/X/2002 yang terdiri dari lokasi, bangunan, perlengkapan apotek,


dan perizinan apotek. Apotek K-24 berlokasi di kawasan padat pemukiman

25

dengan lingkungan yang bersih dan aman, merupakan kawasan dengan lalu lintas
ramai serta mudah dijangkau oleh masyarakat. Luas bangunan Apotek K-24 sudah
memenuhi persyaratan yang cukup karena tidak terlalu sempit sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan kefarmasian di dalamnya dan sudah
memenuhi persyaratan teknis sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan tugas
dan fungsi apotek sertamemelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.
Bangunan Apotek K-24 juga dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, memiliki penerangan yang baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik
dan memenuhi syarat higienis, terdapat papan nama yang memuat nama apotek,
nama APA, nomor SIA, alamat apotek, dan nomor telepon apotek.
Perlengkapan apotek yang harus ada pada setiap apotek, Apotek K-24 juga
sudah memenuhinya antara lain:
1. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir dan
stamper, gelas ukur, sudip, batang pengaduk, dan sebagainya;
2. Perlengkapan dan alat penyimpanan dan perbekalan farmasi, seperti lemari
obat dan lemari pendingin;
3. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket, dan plastik pengemas;
4. Tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,;
5. Buku standar ISO dan MIMS;
Fasilitas yang terdapat di apotek K-24 yaitu:
1. Ruang tunggu
Terdapat kiri dan kanan dari arah masuk pintu masuk depan terdapat
ruang tunggu apotek yang dilengkapi dengan televisi dan pendingin
ruangan (AC) untuk memberikan kenyamanan pada pasien yang sedang
menunggu penyiapan oba
2. Ruang pelayanan
Terdiri dari tempat penerimaan resep sekaligus kasir, tempat penyiapan
obat, tempat penyerahan obat, dan tempat pembelian obat-obat UPDS
(usahan pengobatan diri sendiri) atau OTC (over the counter). Antara
pelanggan dengan bagian dalam area pelayanan dibatasi oleh meja
berbentuk huruf L dengan tinggi setara dada orang dewasa
3. Ruang apoteker

26

Ruangan ini digunakan oleh apoteker pengelola apotek (APA) untuk


melakukan tugas dan tanggung jawabnya, baik dalam hal menejerial
maupun klinik. Ruangan ini terletak disamping ruang penyiapan obat dan
berdekatan dengan pintu masuk ruang penyiapan obat. Terdapat satu
perangkat komputer yang terletak di meja apoteker. Ruangan ini tepat
menghadap area pelayanan sehingga apoteker dapat terus memantau
semua kegiatan pelayanan secara langsung. Selain itu ruangan ini juga
digunakan untuk pelayanan konsultasi pasien, terdapat meja yang lebih
rendah dengan dua kursi yang saling berhadapan. Kursi tersebut digunakan
oleh apoteker atau asisten apoteker sebagai pemberi informasi obat dan
pasien sebagai pihak yang menerima informasi obat.
4. Ruang administrasi/keuangan
Ruangan ini dilengkapi dengan sebuah komputer yang berfungsi untuk
melakukan pengolahan data dan keperluan administrasi apotek.
3.5

Struktur Organisasi
Apotek K-24 Bondowoso dipimpin oleh seorang apoteker pengelola

apotek (APA) dalam melakukan layanan kefarmasian, APA dibantu oleh apoteker
pendamping (Aping) dan asisten apoteker (AA). APA membawahi Aping, AA,
petugas administrasi/keuangan, bagian umum, dan kasir. Adapun personalia
apotek ini berdasarkan tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Apoteker pengelola apotek (APA) berjumlah 1 orang.
b. Apoteker pendamping (Aping) sedang kosong.
c. Staf administrsi/keuangan berjumlah 1 orang.
d. Asisten apoteker (AA) berjumlah 6 orang.
e. Kasir berjumlah 4 orang.
f. Bagian umum berjumlah 2 orang.
Susunan personalia Apotek K-24 adalah sebagai berikut:
1. Pemilik Sarana Apotek (PSA) : dr. Agoes Soetanto
2. Apoteker Pengeloa Apotek (APA) : Dwinayu Kamalia S.Farm., Apt.
3. Apoteker Pendamping (Aping) : (Belum ada pengganti)
4. Asisten Apoteker : Yuyun, Amy, Ika, Ayu

27

5. Staf Administrasi/Keuangan : Aisyah Putri Ashar


6. Kasir : Bu.iin, Ela, Ike, Desi
7. Bagian Umum : Panca Susatyo, Aryanto.

Pemilik Sarana Apotek

Apoteker Pengelola Apotek

Apoteker Pendamping

Asisten Apoteker

Keuangan

Kas

Bagian Umum

ir

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Apotek K-24.


Tugas dan tanggung jawab masing-masing personil meliputi,
1. Apoteker pengelola apotek (APA)
Pimpinan apotek atau APA bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan
teknis dan nonteknis kefarmasian dan manajerial di apoteknya serta bertanggung
jawab langsung kepada K-24 pusat. APA mengkoordinasikan dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan di apotek untuk meningkatkan nilai tambah pelayanan
apotek dan memastikan terpenuhinya kepuasan pelanggan. Tugas dan tanggung
jawab pimpinan apotek adalah:

28

a. Mengelola dan mengawasi kegiatan operasional pelayanan farmasi klinis


dan juga keuangan di apotek yang menjadi tanggung jawabnya, untuk
memastikan pencapaian kinerja apotek secara maksimal.
b. Memberikan pengarahan dan mengidentifikasi potensi seluruh sumber
daya manusia dalam kegiatan operasional apotek pelayanan di bawah
tanggung jawabnya, untuk memastikan seluruh karyawan dapat bekerja
secara optimal sesuai potensi dan tugasnya masing-masing
c. Melakukan dan mengawasi pelaksanaan pemberian layanan swamedikasi
sesuai dengan profesinya, untuk mempertahankan citran baik perusahaan
dan loyalitas pelanggan.
d. Melakukan order obat untuk memenuhi kebutuhan di apotek.

2. Asisten apoteker (AA)


Adapun tugas dan tanggung jawab AA adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan kepada pasien, mulai dari penerimaan resep,
perhitungan dan konfirmasi harga resep, pengambilan obat dari bagian
persiapan, peracikan resep, dan penyerahan obat kepada pasien
b. Melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep bila ditemukan
kejanggalan pada resep dan melakukan koreksi dengan persetujuan dokter
penulis resep, untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam penulisan
resep.
c. Bertanggung jawab atas tata cara peletakan barang dan pengisian stock
barang

obat

dalam

masing-masing

etalase

maupun

di

gudang

menggunakan kombinasi prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
(First In First Out).
d. Melakukan pencatatan obat-obat yang stock nya hampir habis kedalam
buku defecta.
e. Melakukan pelayanan untuk penjualan obat bebas, untuk memastikan
proses penjualan bebas dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prosedur
yang berlaku.

29

f. Melakukan pengarsipan serta dokumentasi terhadap resep yang masuk


dalam tiap hari

3. Staf administrasi/keuangan
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pembayaran tagihan faktur baik dalam bentuk cash maupun
Tranfer.
b. Memeriksa kesesuaian laporan pendapatan per shiftdengan setoran kasir.

4. Kasir
Adapun tugas dan tanggung jawabnya antara lain:
a. Menerima uang pembayaran atas hasil penjualan, yaitu resep tunai,
penjualan bebas dan penjualan alat-alat kesehatan.
b. Mencatat dan melaporkan semua hasil penjualan tunai setiap harinya ke
APA dan bagian administrasi.
c. Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian selama
bertugas kepada bagian administrasi.
5. Bagian Umum
Tugas dan tanggung jawabnya antara lain :
a. Menjaga kebersihan dan kenyamanan setiap ruangan dan fasilitas lain
yang ada di Apotek.
b. Penyediaan perlengkapan yang dibutuhkan didalam apotek.
c. Melakukan pengiriman pesanan obat kerumah pasien atau pelanggan.

30

BAB IV
KEGIATAN PKPA APOTEK DAN PEMBAHASAN

4.1

Kegiatan PKP Apoteker


Kegiatan mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek K-24

dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 8 September 2016. Mahasiswa Praktek


Kerja Profesi Apoteker dibagi menjadi 2 shif yaitu shif pagi dari jam 07.00
15.15 WIB sedangkan shif sore jam 15.15 10.00 WIB. Mahasiswa dituntut
untuk mempelajari dan mengikuti kegiatan pelayanan di Apotek K-24. Kegiatan
yang dilakukan selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker yaitu :
4.1.1

Pengenalan Lingkungan Apotek K24


Mahasiswa mempelajari tataletak sarana dan prasarana yang terdapat di

apotek K24 meliputi kasir, rak penyimpanan obat, tempat meracik obat, kulkas
(lemari pendingin), ruang tunggu, tv, timbangan, tempat apoteker untuk
menjalankan tugasnya. Mempelajari struktur organisasi di apotek K24.
4.1.2

Mempelajari Tata Letak Penyimpanan obat


Penyimpanan obat di apotek K24 dibagi berdasarkan golongan obat bebas,

obat bebas terbatas, obat keras, obat generik, obat generik bermerek, obat dengan
penyimpanan khusus, obat fast moving dan slow moving. Setelah dibedakan
berdasarkan golongan kemudian obat disimpan berdasarkan abjad dan di atur
berdasarkan First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). FIFO
merupakan barang yang pertama masuk bearti barang harus pertama kali keluar.
FEFO merupakan barang yang pertama kali kadaluarsa maka barang tersebut
harus pertama kali keluar.

32

31

4.1.3

Mempelajari Pengelolaan Sediaan Farmasi


Pengelolaan

penerimaan,

sediaan

penyimpanan,

farmasi

meliputi

pendistribusian,

perencanaan,

penarikan

dan

pengadaan,
pemusnahan,

administrasi. Berikut merupakan penjelasan mengenai sistem pengelolaan


perbekalan farmasi di Apotek K24 Bondowoso :
1. Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi di Apotek K24 dilakukan secara
selektif dengan melihat data persediaan yang habis atau sudah mencapai
batas persediaan minimal di buku defekta, record pengeluaran barang,
juga berdasarkan prediksi pola penyakit yang rentan terjadi saat itu dan
memprioritaskan penyediaan barang-barang berdasarkan tingginya
permintaan konsumen. Sehingga barang dipesan berdasarkan pada
kebutuhan dan seringnya barang tersebut dicari oleh konsumen dan
dapat menghindari terjadinya penumpukan barang yang berlebih atau
pemborosan dalam pengadaan.
2. Pengadaan
Sistem pengadaan perbekalan farmasi di Apotek K-24 terdiri dari
berbagai cara antara lain dengan pemesanan ke Pedagang Besar Farmasi
(PBF) melalui Surat Pemesanan (SP), konsinyasi, dan pembelian dari
apotek lain (UP). Pemesanan barang ke PBF melalui SP dilakukan
melalui salesman dari PBF yang bersangkutan. Setelah surat pesanan
diterima

PBF,

kemudian

barang

dikirim

disertai

faktur dari

distributor. Pengadaan barang juga dapat dilakukan dengan cara


konsinyasi,

yang merupakan system titip barang dari si pemilik

(distributor) kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen


komisioner yang menerima komisi apabila barang sudah terjual.
Biasanya sistem ini digunakan untuk pengadaan produk baru yang
belum atau jarang dijual di apotek. Kriteria pemilihan PBF yang
dilakukan di apotek K-24 berdasarkan harga barang yang paling
murah,

pemberian

diskon

yang

paling

banyak,

jatuh

tempo

pembayaran paling lama dan ketepatan barang dating, akan tetapi faktor

32

yang juga sangat penting adalah ketersediaan barang yang akan


dipesan di PBF tersebut. Ada beberapa sistem
dalam

proses

pemesanan

barang

yang digunakan

yaitu sistem kredit, Cash On

Delivery (COD), dan konsinyasi serta pembelian di apotek lain.


3. Penerimaan Barang
Penerimaan barang dilakukan oleh asisten apoteker ataupun
karyawan lain yang ada di apotek. Langkah yang dilakukan dalam
penerimaan barang yaitu mengecek kesesuaian barang yang meliputi
jumlah item, jenis, waktu kadaluarsa, harga barang, dan nomor batch.
Apabila sesuai dengan faktur dan surat pesanan lalu ditandatangani oleh
penerima barang yang disertai dengan nama terang, stempel apotek,
tanggal penerimaan pada faktur asli dan faktur copy. Faktur asli
diserahkan ke distributor untuk penagihan jika pembelian sistem kredit,
sedang faktur copy untuk apotek. Obat dan barang ataupun alkes
yang datang kemudian dilakukan peng-entry-an ke dalam sistem
komputer, dimana ini dilakukan oleh Asisten Apoteker ataupun APA.
Apabila dalam proses penerimaan barang datang ada yang tidak sesuai
dengan surat pesanan atau memiliki waktu expired date yang cukup
dekat maka dapat dilakukan proses retur barang, pada umumnya
terdapat perjanjian antara apotek dengan Pedagang Besar

Farmasi

(PBF) mengenai tata cara retur barang. Apotek dapat meretur


barang yang memiliki Expired Date (ED) 1 sampai 3 bulan
mendatang tergantung perjanjian yang dilakukan dan syarat yang
diberikan PBF agar barang bisa diretur. Barang yang diretur
tersebut biasanya digantikan dengan barang sejenis dengan jangka
waktu ED yang lebih panjang atau dialokasikan untuk barang lain
dari

PBF

tersebut sehingga

apotek

mendapatkan

keringanan

pembayaran barang lain tersebut. Ada beberapa PBF yang tidak


mau mengadakan retur barang dengan apotek. Barang-barang yang
tidak dapat diretur tersebut mendapatkan perhatian apotek untuk dijual
terlebih dahulu agar kerugian apotek dapat diminimalisir.
4. Penyimpanan

33

Penyimpanan

perbekalan

farmasi

di

Apotek

K-24

dapat

dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, sirup, tetes


mata, cream, salep) dan disusun alfabetis maupun berdasarkan efek
farmakoterapi. Obat bebas disusun berdasarkan bentuk sediaan dan
berdasarkan efek farmakoterapinya. Obat-obat golongan narkotika
disimpan di almari khusus dan psikotropika disimpan di almari
khusus dengan syarat-syarat tertentu dalam daftar OKT. Obat-obat yang
disyaratkan pada suhu rendah, disimpan di almari es, serta alat
kesehatan disimpan tersendiri. Pengeluaran barang dari gudang
dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired Fisrt
Out
5. Pemusnahan
Untuk

obat-obat

yang

mendekati

kadaluarsa

ataupun

sudah

kadaluarsa akan diretur (dikembalikan) jika Pedagang Besar Farmasi


(PBF) bersedia, tetapi dengan persyaratan tertentu. Tetapi jika PBF
tidak bersedia, maka obat-obatan tersebut akan dikumpulkan dan
dimusnahkan dengan cara tertentu, contohnya untuk sediaan obat yang
berbentuk tablet, cara pemusnahannya yaitu digerus terlebih dahulu,
kemudian dikubur dengan tanah. Begitu pula, sediaan obat yang sirup,
cara pemusnahannya yaitu dengan membuang sirup tersebut ke tempat
pembuangan dengan terlebih dahulu diencerkan kemudian botol
kosongnya dibuang..
4.1.4

Mempelajari pelayanan resep dan non resep


Manajemen pelayanan di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada dengan maksud


mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan
di Apotek K-24 secara umum terdiri dari pelayanan resep dan pelayanan non
resep:
A. Pelayanan Resep

34

Pembayaran pelayanan atas resep dapat dilakukan secara tunai. Resep


diterima lalu diperiksa keabsahan dan kelengkapannya, kemudian dilihat ada
tidaknya obat dalam persediaan. Setelah itu resep diberi harga sesuai dengan
jumlah dan jenis obat. Pasien diberitahukan harga untuk menebus resep utuh dan
berhak untuk menentukan resep tersebut diambil semuanya atau setengahnya.
Setelah terjadi kesepakatan antara pasien dengan petugas penerima resep, maka
resep mulai disiapkan/diracik. Resep yang sudah selesai disiapkan diberi etiket
sesuai dengan nama obat, aturan pakai dan nama pasien. Sebelum diserahkan
kepada pasien, obat harus dicek kembali untuk mengetahui kesesuaian hasil
peracikan dengan resep asli.
Penyerahan obat disertai pula dengan pemberian komunikasi, informasi,
dan edukasi (KIE) kepada pasien tentang cara pemakaian yang benar,
penyimpanan obat, efek samping yang mungkin bisa muncul dan informasi lain
yang bisa mendukung proses penyembuhan pasien, serta mencatat nama, alamat
dan nomor handphone pasien dengan jelas. Lembar resep asli disimpan sesuai
dengan nomor urut dan tanggal pembuatan resep untuk mempermudah
penatalaksanaan bila terjadi kekeliruan.
Adapun langkah-langkah pelayanan resep yang dilakukan di Apotek K-24
adalah sebagai berikut:
1.

Resep Datang
Ketika di apotek, ada pasien membawa resep datang, maka pihak apotek

menyambut pasien dan mempersilahkan pasien untuk menunggu sebentar.


2. Skrining resep
1) Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep yang meliputi :
a. Nama, alamat, No. SP dan tanda tangan atau paraf dokter penulis
resep;
b. Nama obat, jumlah obat, dosis dan aturan pakai;
c. Nama, umur dan alamat pasien;
2) Kesesuaian farmasetis dan farmakoterapi
Kesesuaian farmasetis dan farmakologi ini diamati dari bentuk
sediaan,

penyakit

pasien,

(ketercampuran Obat).
3) Pemberian nomor resep

stabilitas

obat

dan

kompatibilitas

35

Nomor resep diberikan sesuai dengan urutan penerimaan resep


selama satu bulan dengan tujuan untuk memudahkan saat pengarsipkan.

4) Penetapan harga
Harga obat pada pelayanan resep lebih mahal jika dibandingkan
dengan. Obat tanpa resep. Obat yang dijual dengan resep lebih mahal
karena ada uang jasa pelayanan resep.
3. Penyiapan/ peracikan obat
a. Peracikan obat.
b. Penyiapan etiket atau penandaan obat dan kemasan
c. Penyajian hasil akhir peracikan
4. Penyerahan obat dan KIE
Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi tentang :
a. Nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai.

b. Cara penyimpanan obat sesuai dengan bentuk sediaan dan kestabilan


obat.
c. Efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.
d. Tanda terima pasien atau penerima obat yang berupa kuitansi.
B. Pelayanan Non Resep
Pelayanan Non Resep yang dimaksud adalah penjualan obat dan
perbekalan farmasi lainya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter. Penjualan ini
meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, OWA (Obat Wajib Apotek),
perlengkapan dan makanan bayi, perlengkapan untuk lansia, dan beberapa jenis
alat kesehatan. Pada pelayanan ini

pembayarannya di lakukan secara tunai.

Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Petugas membantu pasien dalam mencari obat sesuai kebutuhan dan
menginformasikan harga barang tersebut sesuai dengan harga yang telah
ditetapkan.
2. Pembayaran dilakukan setelah petugas memasukkan nama dan jumlah
barang yang dientry dikomputer setelah disetujui pasien, serta membuat
bukti penyerahan nota penjualan.
3. Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada
pembeli.

36

C. Pelayanan Swamedikasi
Swamedikasi, atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi
sakit ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan.
Pelayanan ini juga cukup banyak di Apotek. Pasien datang dengan keluhan,
kemudian Apoteker atau Asisten Apoteker kemudian membantu pasien memilih
obat-obatan yang sesuai. Peran Apoteker atau Asisten Apoteker ialah dapat
memberi rekomendasi dan informasi yang tepat sesuai keluhan pasien.
D. Pelayanan Lainnya
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien, pada apotek K-24
bondowoso juga menyediakan pelayanan yang dimulai dari jam 09.00 21.00
WIB untuk setiap harinya, antara lain:
a)

Pembelian obat secara delivery order/ by phone yakni dengan cara


memesan obat melalui telepon apotek k-24, kemudian obat yang dipesan
akan diantar ke pasien oleh petugas. Layanan ini hanya melayani pasien

dengan jarak tertentu, +/- 5 km di sekitar apotek.


b) Pelayanan tensi darah.
c) Pelayanan cek kadar asam urat.
d) Pelayanan cek kadar kolesterol.
e) Dan pelayanan cek kadar gula darah.
4.2

Tugas yang dikerjakan selama PKPA


Tugas yang dikerjakan selama PKPA di apotek K24 Bondowoso yaitu

laporan akhir PKPA (Lampiran 1), pengkajian resep racikan dan non racikan,
membuat percakapan swamedikasi pada pasien, membuat analisis strategi
permasalahan dan solusi, dan mencatat beberapa nama PBF yang bekerjasama
dengan apotek K24 serta contoh masing-masing PBF.

4.3

Pembahasan
Apotek merupakan salah satu tempat dilakukannya pekerjan kefarmasian

dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Selain mempunyai fungsi

37

ekonomi, apotek juga memiliki fungsi sosial yang selalu mengutamakan


pelayanan yang baik. Hal ini dilakukan baik untuk pelayanan resep ataupun tanpa
resep (penjualan bebas), selalu mengutamakan keamanan dan khasiat obat-obat
tersebut terhadap pasien (patient oriented).
Apotek K-24 Bondowoso merupakan apotek yang lengkap dalam hal
sarana dan prasarana sesuai yang dipersyaratkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 yang terdiri dari lokasi, bangunan,
perlengkapan apotek, dan perizinan apotek. Lokasi berdirinya apotek K-24
Bondowoso sangat strategis yaitu berada pada kawasan padat pemukiman,
lingkungan yang bersih dan aman, serta merupakan kawasan dengan lalu lintas
ramai serta mudah dijangkau oleh masyarakat.
Bangunan pada Apotek K-24 Bondowoso juga telah memenuhi rancang
bangun yang distandardisasi. Bentuk standar tersebut memiliki ciri yaitu adanya
tanda nama Apotek K-24 Bondowoso di bagian depan. Adanya papan nama jelas
penting untuk mengidentifikasi keberadaan Apotek karena menjadikan apotek
mudah dikenali dan menarik pasien khususnya yang telah mengenal reputasi atau
menjadi pelanggan. Secara umum, sarana yang terdapat di Apotek K-24
Bondowoso sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Desain interior di Apotek terbagi menjadi ruang apoteker, penyiapan, pelayanan,
keuangan/ administrasi, penyimpanan obat, peracikan obat, ruang tunggu dan
ruang konseling pasien serta sarana penunjang seperti toilet, dan dapur untuk
karyawan. Apotek K-24 Bondowoso memiliki ruang tunggu yang nyaman. Ruang
tunggu di Apotek dilengkapi dengan fasilitas pendingin ruangan, tempat duduk
dengan jumlah yang memadai, televisi, brosur/ materi informasi tentang
kesehatan, dan keranjang sampah.
Apotek K-24 Bondowoso memiliki petugas apotek yang handal dan loyal,
terdiri dari tenaga yang sudah berpengalaman dan tenaga-tenaga muda yang
penuh semangat dan kreatif juga menambah kekuatan bisnis dari apotek ini.
Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Apotek K-24 Bondowoso, APA
dibantu oleh 5 orang tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker), 4 tenaga
administrasi dan keuangan, serta 2 orang tenaga umum. Apotek K-24 Bondowoso

38

buka selama 24 jam setiap harinya, dari hari Senin-Minggu. Sumber daya manusia
di apotek dibagi dalam tiga shift jam kerja, yaitu shift I pada jam 07.00-15.00,
shift II pada jam 15.00-22.00, dan shift III pada jam 22.00-07.00. Namun, dalam
satu hari terdapat shift yang tidak didampingi apoteker yang bertugas karena pada
apotek K-24 Bondowoso hanya terdapat satu orang Apoteker. Oleh karena itu,
perlu dipertimbangkan untuk menambah tenaga apoteker pendamping sehingga
pada setiap shift kerja selalu terdapat apoteker yang dapat melaksanakan
pelayanan kefarmasian, sehingga kinerja apotek menjadi lebih maksimal sesuai
dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
Selain ketersediaan sarana dan prasarana serta tenaga kerja yang
profesional, ketersediaan perbekalan farmasi di apotek merupakan faktor penting
lain untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Apotek K-24
Bondowoso memiliki promosi apotek dengan obat yang komplit (lengkap). Akan
tetapi beberapa permasalahan seperti kekosongan obat masih sering terjadi. Faktor
yang menyebabkan stok kosong di apotek antara lain:
Tidak terdeteksinya obat yang hampir habis.
Apotek hanya mempunyai persediaan yang kecil untuk obat-obat tertentu
(slow moving).
Barang yang dipesan belum datang.
PBF mengalami kekosongan.
Ditunda (dipending) pemesanannya oleh PBF
Obat tersebut memang tidak tersedia di apotek
Pengendalian mutu sediaan farmasi yang dilakukan oleh seorang Apoteker
di apotek salah satunya yaitu dengan pengadaan obat yang dilakakukan dengan
jalur resmi sehingga dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiatnya.
Pada Apotek K-24 pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
dilakukan pada distributor dan jalur yang resmi sehingga terjamin kualitas, mutu,
manfaat dan khasiatnya dan sesuai dengan peraturan yang ada. Sebelum dilakukan
pengadaan maka terlebih dahulu dilakukan perencanaan pengadaan. Perencanaan
pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi pada Apotek K-24 dilakukan

39

berdasarkan jumlah stok perbekalan kefarmasian yang ada pada gudang. Selain
itu, perencanaan pengadaan perbekalan farmasi pada apotek ini yaitu berdasarkan
pola penyakit, kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat. Dasar
perencanaan pada apotek ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan no 1027
tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Apotek. Setelah dilakukan perencanaan
pengadaan maka dilakukan proses pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan dengan cara memesan pada PBF resmi yang telah dipercaya memiliki
kualitas produk yang baik. Pemesanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
pada PBF dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab (APA) yang ditulis dalam
surat pemesanan barang.
Setelah barang dikirim oleh PBF maka dilakukan proses penerimaan barang.
Pada proses penerimaan barang pada Apotek K-24 dilakukan pemeriksaan yang
meliputi kesesuaian dengan surat pemesanan baik bentuk, jumlah dan tanggal
kadaluwarsanya. Apabila pengiriman tidak sesuai dengan surat pemesanan maka
penerima akan memberi tahukan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA)
apakah barang tersebut diterima atau dikembalikan pada PBF tersebut. Apabila
barang sudah sesuai dengan pesanan maka sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan tersebut diterima dengan disertai faktur pembelian.
Penyimpanan perbekalan farmasi Apotek K-24 Bondowoso disusun secara
alfabetis dan dipisahkan berdasarkan kelompok farmakologis, dan bentuk sediaan.
Sistem penyimpanan barang dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired
First Out) atau FIFO (First In First Out) untuk mencegah barang kadaluarsa
sebelum terjual. Apotek K-24 Bondowoso selalu melakukan pengontrolan
terhadap tanggal kadaluarsa obat dengan mencatat tanggal kadaluarsa dan nomor
batch setiap obat datang. Data tersebut kemudian dimasukkan dalam komputasi
sehingga mempermudah pengontrolan terhadap obat yang telah mendekati tanggal
kadaluarsa. Obat-obat narkotik dan psikotropika masing-masing disimpan dalam
almari khusus yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan yaitu lemari kayu
yang menempel pada dinding dan terdiri dari dua pintu yang masing-masing
mempunyai kunci yang berbeda, satu untuk narkotik dan pintu yang lain untuk
obat-obat psikotropika yang umum digunakan. Obat golongan narkotik yang ada

40

di apotek K-24 diantaranya adalah Codein sedangkan obat psikotropiknya yaitu


Diazepam.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek tidak hanya berupa
pengelolaan persedian farmasi. Pekerjaan kefarmasian lainnya yang dilakukan
oleh Apotek K-24 Bondowoso adalah pelayanan atas resep dokter. Alur resep
yang datang di Apotek K-24 Bondowoso yaitu resep yang dibawa oleh pasien
diterima apoteker atau asisten apoteker, kemudian resep di skrinning untuk
melihat persyaratan administrasi berupa nama dokter, alamat praktek dokter,
paraf dokter, nama pasien, umur, obat yang diminta, signa dan lain-lain,
kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi dan lain-lain,
dan pertimbangan klinis yang meliputi interaksi, alergi, efek samping dan lainlain. Setelah dinyatakan resep sah dan lengkap, selanjutnya dilakukan
pengecekan terhadap persediaan obat dan dihargai, kemudian asisten apoteker
atau apoteker menanyakan kepada pasien terkait harga yang harus dibayar jika
pasien telah setuju, maka obat langsung disiapkan. Selanjutnya, dilakukan
penyiapan obat-obat sesuai dengan resep, jika perlu dilakukan peracikan obat
sesuai resep. Metode peracikan yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap
ketepatan dosis dan efek farmakologis yang akan dihasilkan oleh obat yang
diberikan pada pasien. Penggunaan alat penggerus pada peracikan puyer atau
kapsul yang tidak tepat dapat mengurangi jumlah serbuk obat yang diracik.
Apabila persentase obat yang hilang karena beterbangan saat diracik atau
tertinggal pada alat penggerus tinggi, ketepatan dosis dari sediaan obat racikan
tersebut akan berkurang sehingga akan menurunkan efektivitas obat. Kesalahan
tersebut dapat diminimalisir dengan pemilihan alat penggerus yang sesuai. Jika
sediaan puyer atau kapsul yang diraci dalam jumlah yang sedikit dan memiliki
kandungan zat aktif yang kecil, sebaiknya digunakan mortir berukuran kecil.
Namun, untuk sediaan puyer atau kapsul yang diracik dalam jumlah besar dan
memiliki

kandungan

zat

aktif

besar,

dapat

digunakan

blender

untuk

mempermudah proses peracikan. Seorang apoteker maupun asisten apoteker


memiliki tugas untuk memeriksa ulang kesesuaian setiap obat yang telah diracik

41

beserta jumlah, etiket, dan label dengan resep yang tertulis sebelum obat
diserahkan kepada pasien.
Obat yang telah disiapkan kemudian diberi etiket. Sebelum obat diserahkan
kepada pasien, dilakukan pemeriksaan akhir untuk menjamin kesesuaian obat
yang telah disiapkan dengan resep. Pada saat penyerahan obat kepada pasien,
apoteker maupun asisten apoteker di Apotek K-24 Bondowoso telah
melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dengan baik, yaitu dengan
memberikan informasi yang jelas mengenai nama obat, indikasi/ kegunaan obat,
dosis dan aturan pakai obat, lama pemakaian, serta efek samping yang mungkin
ditimbulkan oleh obat yang digunakan. PIO dilakukan untuk mengurangi
penyalahgunaan dan salah penggunaan obat, meningkatkan kepatuhan pasien, dan
meningkatkan keberhasilan terapi.
Apotek K-24 Bondowoso juga memberikan pelayanan pembelian obat tanpa
resep sebagai pelayanan pengobatan swamedikasi melalui UPDS (Upaya
Pengobatan Diri Sendiri) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1176/MENKES/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3.
Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap
penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual
bebas di pasaran, obat bebas terbatas, atau obat keras yang bisa didapat tanpa
resep dokter. Obat Wajib Apotek diantaranya sediaan kontrasepsi oral, obat
saluran pencernaan, obat saluran pernapasan, obat mulut dan tenggorokan,
antiparasit, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, antiinflamasi,
antimikroba topikal, dll.
Pelayanan kefarmasian di Apotek K-24 Bondowoso selalu mengutamakan
kecepatan dan keramahan karyawan. Pelayanan yang ramah dan cepat merupakan
salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu apotek. Karyawan apotek
sebaiknya menginformasikan kepada pasien tentang pelayanan resep yang agak
lama jika terdapat racikan pada resep. Hal tersebut memungkinkan pasien untuk
memutuskan

akan

menunggu

atau

meninggalkan

obat

tersebut

untuk

mengambilnya setelah obat selesai disiapkan. Layanan antar obat atau delivery
order obat juga diberikan oleh Apotek K-24 Bondowoso. Fasilitas tersebut akan
memudahkan pasien dalam memperoleh obat sehingga dapat meningkatkan

42

kepuasan pelanggan yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan


pendapatan apotek.
Program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) oleh mahasiswa Program
Studi Profesi Apoter (PSPA) Universitas Jember di Apotek K-24 Bondowoso yang
dilaksanakan selama 1 bulan telah banyak memberikan gambaran kepada calon
apoteker tentang bagaimana tugas dan fungsi seorang Apoteker di apotek.
Apoteker di apotek tidak hanya berperan sebagai penanggung jawab teknis
kefarmasian, melainkan juga berperan dalam pengelolaan apotek. Seorang
Apoteker di apotek memiliki peranan sebagai tenaga kesehatan yang harus
mendukung peningkatan kualitas hidup pasien dan juga sebagai pelaksana
manajerial di apotek yang bertanggung jawab dalam menjamin kelangsungan
hidup bisnis apotek. Calon apoteker juga mendapatkan informasi mengenai
kegiatan yang dilakukan di apotek, baik kegiatan pelayanan kefarmasian maupun
non teknis kefarmasian dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan dan
menjamin kelangsungan hidup apotek sebagai suatu unit bisnis.

BAB V
PENUTUP
5.1

Kesimpulan

43

43

Kegiatan mahasiswa Praktek Kerja profesi Apoteker di Apotek K-24 dapat


disimpulkan :
1.

Apotek K-24 merupakan bentuk sarana pelayanan kefarmasian yang


menyediakan

dan

menyalurkan

serta

perbekalan

farmasi

kepada

masyarakat.
2.

Apotek K-24 menyediakan obat yang bermutu untuk kepentingan


masyarakat.

3.

Apotek K-24 juga menyediakan layanan kesehatan cek kadar gula darah,
asam urat, kolesterol yang bertujuan untuk memudahkan pemantauan
masyarakat tentang kesehatan

4.

Praktek Kerja Profesi Apoteker sangat bermanfaat memberikan informasi,


pengetahuan dan pengalaman yang baik bagi mahasiswa PKPA sehingga
nantinya mahasiswa calon Apoteker bisa menjadi Apoteker yang
berkompeten serta dapat menjalani profesinya secara profesional.

5.2

Saran

1.

Melakukan monitoring penggunaan obat pada pasien terutama untuk


penyakit-penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang
sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan.

2.

Kartu stok untuk masing-masing obat seharusnya dapat berjalan maksimal


sehingga dapat meminimalisir kekurangan obat di apotek.

Anda mungkin juga menyukai