Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STABILITAS OBAT

“Farmakologi stabilitas”

Nama : Husen uweng

Npm : 4820120059

Prodi : farmasi

Semester : IV (enam)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Farmakologi stabilitas ini
dengan baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Kami berharap makalah ini adalah sebagai suatu bidang pembelajaran dan penambah wawasan
juga pengetahuan terhadap pembaca.

Disadari terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang Membangunkan dari anda demi perbaikan makalah individu yang akan datang.

Ambon, 03 juli 2023

Husen uweng
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................5

BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................................6


A. Stabilitas obat...................................................................................................6
B. Farmakologi obat...........................................................................................13
C. Mekanisme kerja............................................................................................13

BAB III. KESIMPULAN...........................................................................................24


A. Kesimpulan.....................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Obat secara umum didefinisikan sebagai suatu zat atau bahan yang digunakan untuk
mengurangi, mencegah, dan mengobati suatu penyakit. Sediaan obat dalam bidang farmasi
terdiri dari berbagai macam sediaan atau kemasan. Sediaan-sediaan obat ini dapat berupa
sediaan steril, tablet, pil, kapsul, larutan, dan sediaan lain, yang memiliki efek terapi masing-
masing (Melinda, 2015). Bentuk sediaan tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang
banyak digunakan oleh masyarakat, selain mangandung obat dengan takaran tunggal tablet
mudah cara pemakaiannya, stabil dalam penyimpanan, mudah dalam pengemasan dan
pendistribusiannya kepada konsumen, serta harganya relatif murah (Govedarica, 2011).
Penyimpanan obat pada kondisi suhu udara yang sangat panas, kelembaban ruangan yang
tinggi dan terpapar cahaya dapat merusak mutu obat. Perubahan suhu merupakan salah satu
faktor luar yang menyebabkan ketidakstabilan sediaan farmasi (Luawo, 2012). Suatu obat
dapat dikatakan stabil jika kadarnya tidak berkurang dalam penyimpanan. Berdasarkan data
yang diperoleh dari salah satu rumah sakit dalam menghadapi masalah untuk penyimpanan
obat di Gudang Instalasi Farmasi masih terdapat kurangnya fasilitas seperti masih adanya
tumpukan dus obat yang terlalu tinggi karena katerbatasan ruangan dan kurang
diperhatikannya penyimpanan obat-obat yang ada. Akibat dari hal ini, obat bisa menjadi cepat
kadaluwarsa atau menjadi tidak stabil sehingga tidak dapat bekerja dengan baik saat digunakan
(Seno, 2018).
Demi tercapainya efektivitas terapi obat dan tujuan kesehatan diperlukan stabilitas obat
yang menunjang pada kondisi penyimpanan obat. Dalam hal ini stabilitas obat penting untuk
diperhatikan karena akan berdampak pada efektifitas, keamanan dan mutu obat (Deviarny,
2012). Pada industri Farmasi, pengawasan mutu merupakan salah satu bagian dari Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya, agar hasil produksi yang dipasarkan
memenuhi persyaratan CPOB (Yunus., 2013). Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau
produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat atau diproduksi (Melinda, 2015). Uji stabilitas suatu zat aktif atau obat jadi
akan memberikan informasi tentang variasi substansi zat aktif atau produk jadi dengan
pengaruh variasi lingkungan seperti temperatur, kelembaban, dan paparan cahaya. Dalam
bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik
tangkapnya dengan kadar yang tepat, sehingga dapat memberikan efek terapi yang
dikehendaki (Surati, 2011).
Uji stabilitas pada penelitian ini bertujuan untuk membuktikan mutu zat aktif atau produk
obat berubah seiring waktu, dibawah pengaruh faktor lingkungan seperti temperatur,
kelembaban, dan cahaya. Dalam penelitian ini digunakan uji stabilitas jangka panjang dengan
menggunakan climatic chamber dengan suhu 30 oC untuk menilai efek kimia jangka panjang
dalam kondisi penyimpanan biasa (Grace Pricilia Tulandi, 2015). Penentuan stabilitas dalam
penelitian ini digunakan pengujian penetapan kadar dan uji disolusi. Penetapan kadar
digunakan untuk mengetahui kesesuaian kadar zat aktif ada tablet dalam penyimpanan jangka
panjang. Sedangkan uji disolusi digunakan untuk mengetahui proses pelarutan senyawa aktif
dari bentuk sediaan padat (tablet) ke dalam media pelarut (Siregar, 2010).

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan stabilitas obat ?


2. Apa yang dimaksud dengan Farmakologi obat ?
3. Apa yang dimaksud dengan mekanisme kerja obat ?

C.Tujuan
1. Untuk mengetahui stabilitas obat.
2. Untuk mengetahui farmakologi obat.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Stabilitas obat.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia (Menteri Kesehatan RI, 2016 : 4).
Semua obat mengalami penguraian kimia seiring berjalannya waktu, dan laju terjadinya
penguraian ini penting untuk menentukan lamanya obat dalam mempertahankan potensinya. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain panas, cahaya, kelembaban, oksigen,
ph, mikroorganisme, dan bahan-bahan tambahan yang dipergunakan dalam formula sediaan obat
(Ansel dan Prince, 2006 : 202).
Stabilitas kimia obat merupakan lamanya waktu suatu obat untuk mempertahankan integritas
kimia dan potensinya seperti yang tercantum pada etiket dalam batas-batas yang ditentukan oleh
United State Pharmacopeia (USP). Stabilitas kimia suatu obat dapat menentukan waktu penyimpanan
dan tanggal kadaluarsa obat pada suhu yang ditentukan, dimana lamanya waktu penyimpanan dapat
berubah akibat perubahan suhu (Ansel dan Prince, 2006 : 202).
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat untuk bertahan dalam batas
spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin
identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat yang stabil adalah suatu
sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan
penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat diproduksi
(Joshita, 2008).
Beberapa efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan produk farmasi, yaitu:
(Carstensen and Rhodes, 2000 : 3-8).
1. Hilangnya zat aktif
2. Konsentrasi zat aktif meningkat
3. Bioavailabilitas berubah
4. Hilangnya keseragaman kandungan
5. Menurunnya status mikrobiologis
6. Hilangnya elegansi produk dan “patient acceptability”
7. Pembentukan hasil urai yang toksik
8. Hilangnya keutuhan produk
9. Menurunnya kualitas label
10. Modifikasi faktor hubungan fungsional.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS


 FAKTOR LINGKUNGAN
➢Temperatur
➢Cahaya
➢Oksigen
➢Kelembaban
➢Karbon dioksida
 OBAT ATAU EKSIPIEN DI DALAM SEDIAAN
➢Ukuran partikel obat
➢pH sediaan/lingkungan
 KONTAMINASI MIKROBA
 KONTAMINASI LOGAM TERTINGGAL
 PEMBERSIHAN DARI WADAH

B.Farmakologi obat

Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologis.
Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat
digunakan sebagai obat. Farmasi adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari
ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab memastikan efektivitas dan
keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasi disebut farmasis atau apoteker. Farmakologi
Klinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi
obat, misalkan kondisi hamil dan menyusui, neonates dan anak, geriatrik, inefisiensi ginjal dan hepar.
Farmakologi Terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan
obat untuk tujuan terapi. Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia
yang merugikan bagi organisme hidup.

Sekitar 80% obat diberikan melalui mulut; oleh karena itu, farmasetik (disolusi) adalah fase
pertama dari kerja obat. Dalam saluran gastrointestinal, obat-obat perlu dilarutkan agar dapat
diabsorbsi. Obat dalam bentuk padat (tablet atau pil) harus didisintegrasi menjadi partikel-partikel
kecil supaya dapat larut ke dalam cairan, dan proses ini dikenal sebagai disolusi. Obat dalam bentuk
cair sudah dalam bentuk larutan.

Tidak 100% dari sebuah tablet merupakan obat. Ada bahan pengisi dan pelembam yang
dicampurkan dalam pembuatan obat sehingga obat dapat mempunyai ukuran tertentu dan
mempercepat disolusi obat tersebut. Beberapa tambahan dalam obat seperti ion kalium (K) dan
Natrium (Na) dalam kalium penisilin dan natrium penisilin, meningkatkan penyerapan dari obat
tersebut. Penisilin sangat buruk di absorbsi dalam saluran gastrointestinal, karena adanya asam
lambung. Dengan penambahan kalium atau natrium ke dalam penisilin, maka obat lebih banyak
diabsorpsi. Gaster bayi mempunyai pH yang lebih tinggi (basa) daripada orang dewasa, sehingga bayi
dapat menyerap lebih banyak penisilin.

Disintegrasi adalah pemecahan tablet atau pil menjadi partikel-partikel yang lebih kecil, dan
disolusi adalah melarutnya partikel-partikel yang lebih kecil itu dalam cairan gastrointestinal untuk
diabsorpsi. Rate limitting adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah obat untuk berdisintegrasi dan
sampai menjadi siap untuk diabsorpsi oleh tubuh. Obat-Obat dalam bentuk cair lebih cepat siap
diserap oleh saluran gastrointestinal daripada obat dalam bentuk padat. Pada umumnya, obat-obat
berdisintegrasi lebih cepat dan diabsorpsi lebih cepat dalam cairan asam yang mempunyai pH 1 atau 2
dari pada cairan basa. Orang muda dan tua mempunyai keasaman lambung yang lebih rendah,
sehingga pada umumnya absorpsi obat lebih lambat untuk obat-obat yang diabsorpsi terutama melalui
lambung.

Obat-Obat dengan enteric-coated (selaput enterik) tidak dapat didisintegrasi oleh asam lambung,
sehingga disintegrasinya baru terjadi jika jika berada dalam suasana basa di dalam usus halus. Tablet
enteric-coated dapat bertahan di dalam lambung untuk jangka waktu lama; oleh karenanya obat-obat
yang demikian kurang efektif atau efek mulanya menjadi lambat.Makanan dalam saluran
gastrointestinal dapat mengganggu pengenceran dan absorpsi obat-obat tertentu. Beberapa obat
mengiritasi mukosa lambung, sehingga cairan atau makanan diperlukan untuk mengencerkan
konsentrasi obat.

C. Mekanisme Kerja Obat


Efek obat terjadi karena adanya interaksi fisiko-kimiawi antara obat atau metabolit aktif dengan
reseptor atau bagian tertentu dari tubuh. Obat tidak dapat menimbulkan fungsi baru dalam jaringan
tubuh atau organ, tetapi hanya dapat menambah atau mempengaruhi fungsi dan proses fisiologi.
Untuk dapat mencapai tempat kerjanya, banyak proses yang harus dilalui obat. Proses itu terdiri dari 3
fase, yaitu fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik.

Fase farmasetik merupakan fase yang dipengaruhi oleh cara pembuatan obat, bentuk sediaan obat,
dan zat tambahan yang digunakan. Fase selanjutnya yaitu fase farmakokinetika, merupakan proses
kerja obat pada tubuh. Suatu obat selain dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat, juga dipengaruhi
oleh sifat fisiologi tubuh, dan jalur atau rute pemberian obat. Suatu obat harus dapat mencapai tempat
kerja yang diinginkan setelah masuk tubuh dengan jalur yang terbaik. Dalam beberapa hal, obat dapat
langsung diberikan pada tempatnya bekerja, atau obat dapat diberikan melalui intravena maupun per
oral. Fase terakhir yaitu fase farmakodinamik, merupakan pengaruh tubuh pada obat. Fase ini
menjelaskan bagaimana obat berinteraksi dengan resepornya ataupun pengaruh obat terhadap fisiologi
tubuh. Fase farmakodinamik dipengaruhi oleh struktur kimia obat, jumlah obat yang sampai pada
reseptor, dan afinitas obat terhadap reseptor dan sifat ikatan obat dengan reseptornya.

1. Fase Farmasetik

Fase farmasetik merupakan fase yang dipengaruhi antara lain oleh cara pembuatan obat,
bentuk sediaan obat, dan zat tambahan yang digunakan. Sediaan obat yang banyak dipakai
adalah sediaan padat atau cair. Untuk dapat diabsorpsi obat harus dapat melarut dalam tempat
absorpsinya . Sediaan tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangan
dalam mendesain dan membuatnya untuk memperoleh bioavailabilitas (ketersediaan hayati)
obat penuh dan dapat dipercaya serta kekompakan kohesi yang baik dari zat amorf atau
gumpalan. Walaupun obat telah baik proses pengempaannya, melarutnya, dan tidak
mempunyai masalah dengan bioavailabilitas obat, masih banyak hal lain yang harus
diperhatikan dalam proses farmasetik obat, mulai dari penampilan obat, pembubukan, atau
pengelupasan dalam botol selama pengempakan atau penanganan. Penambahan pengikat,
perekat atau peningkatan tekanan kempa dapat mempengaruhi waktu hancur tablet, kecepatan
melarut tablet, dan mungkin bioavailabilitas obat.

2. Fase Farmakokinetik

Farmakokinetik mempelajari proses absorpsi, distribusi,metabolisme, dan ekskresi obat


dari dalam tubuh atau ilmu yang mempelajari pengaruh tubuh terhadap obat. Proses
farmakokinetik tersebut menentukan berapa cepatnya, berapa konsentrasinya, dan untuk
berapa lama obat tersebut berada pada organ target.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia (Menteri Kesehatan RI, 2016 : 4).
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat untuk bertahan dalam batas
spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin
identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat yang stabil adalah
suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode
penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya pada saat diproduksi (Joshita, 2008).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem
biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau
hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi adalah bidang profesional kesehatan yang
merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab
memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional bidang farmasi disebut
farmasi atau apoteker.
B.Saran

Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensi dan
pengetahuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai “STABILITAS
FARMAKOLOGI, dan untuk lebih menyempurnakan makalah ini kami berharap
saran dan masukkan dari Ibu dan mahasiswa sekalian untuk perbaikkan makalah ini
ke depan.

Anda mungkin juga menyukai