Disusun Oleh :
OKTA NURANDI PRATAMA 1808020148
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXIX
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.193/Kab/B.VII/71, dikatakan
bahwa obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia.
Ketersediaan obat merupakan salah satu faktor penting dari pembangunan
kesehatan. Oleh karena itu, industri farmasi sebagai badan hukum yang dapat
melakukan seluruh tahapan kegiatan produksi obat atau bahan obat, memiliki peran
penting dalam pembangunan kesehatan. Tahapan kegiatan produksi yang dimaksud
meliputi pengadaan bahan baku, bahan pengemas, produksi, pengemasan,
pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk distribusikan.
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi pesyaratan yang tercantum dalam dokumen izin
edar dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunaan tanggung
jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebujakan mutu, yang memerlukan
partisipasi dan komitmen dari semua jajaran departemen di dalam perusahaan para
pemasok dan para distributor
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Fungsi
ini hendaklan independen dari bagian lain, sumber daya yang memadai tersedia
untuk memastikan bahwa semua pengawasan fungsi mutu dapat dilaksanakan
secara efektif dan dapat diandalkan.
Pengkajian mutu produk hendaklah dilakukan secara berkala dan dilakukan
terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujauan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dan spesifikasi bahan awal, bahan
pengemas dan produk jadi untuk melihat trend dan mengidentifikasi dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlakukan untuk produk dan proses. Pengkajian
mutu produk secara berkala biasanya dilakukan setiap tahun dan didokumentasikan.
Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan
galeniknya, termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat mikrobiologis
dan toksikologisnya dan aktivitasnya secara terapeutik. Skala perubahan yang
diizinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Untuk barang jadi
obat dan obat yang tidak terdaftar berlaku keterangan yang telah dibuat dalam
peraturan yang baik.
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan
farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang
lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan.
Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita
mengetahui pada keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat
bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
B. Tujuan
1. Mengetahui penanganan, penyiapan dan analisis dampel stabilita.
2. Mengetahui cara pembuatan protocol uji stabilita
3. Mengetahui cara pembuatan report uji stabilita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Obat
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan jasmani dan
rohani pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia.
Obat dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria penggolongan dan
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan serta pengamanan
distribusi. Penggolongan obat menurut Undang – Undang Kesehatan dan
Peraturan Menteri Kesehatan no 949/Menkes/Per/VI/2000. Adalah sebagai
berikut:
a) Obat Bebas
Adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter atau disebut OTC
(Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan bebas terbatas. Di Indonesia
obat ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna
hitam.
b) Obat Bebas Terbatas
Adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi mesih dapat dijual
atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran
biru dengan garis tepi berwarna hitam.
c) Obat Keras
Adalah obat yang mempunyai khasiat tinggi dan harus dengan resep dokter
untuk mendapatkannya. Penandaan obat keras yaitu dengan lingkaran
berwarna merah dan bergaris tepi hitam serta terdapat huruf K yang
menyentuh garis.
d) Obat Psikotropik
Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetik dan bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Penandaan obat psikotropika sama dengan penandaan pada obat keras.
e) Obat Narkotika
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penandaan obat
narkotika adalah palang merah di dalam lingkaran putih bergaris tepi merah.
2. Stabilitas
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan, yaitu “Shelf life” nya, sifat dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya pada saat produk dibuat (Depkes, 2014).
Terdapat 5 jenis stabilitas (Depkes, 2014), yaitu :
a. Kimia
Tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi yang tertera
pada etiket dalam batas yang dinyatakan.
b. Fisika
Mempertahankan sifat fisika awal, termasuk penampilan, kesesuaian,
keseragaman,disolusi dan kemampuan untuk disuspensikan.
c. Mikrobiologi
Sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang dinyatakan. Zat antimikroba yang ada
dipertahankan efektivitasnya dalam batas yang ditetapkan.
d. Terapi
Efek terapi tidak berubah.
e. Toksikologi
Tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas.
Tiap bahan di dalam suatu bentuk sediaan, baik yang berkhasiat terapi
aktif atau inaktif dapat mempengaruhi stabilitas. Faktor lingkungan seperti suhu,
radiasi, cahaya, udara (terutama oksigen, karbon dioksida dan uap air) dan
kelembapan juga dapat mempengaruhi stabilitas. Demikian juga faktor seperti
ukuran partikel, pH, sifat alir dan pelarut lain yang digunakan, sifat wadah dan
adanya bahan kimia lain yang berasal dari kontaminasi atau dari pencampuran
produk berbeda yang disengaja dapat mempengaruhi stabilitas (Depkes, 2014).
3. Uji Stabilitas
Uji stabilita adalah serangkaian pengujian yang diprogramkan untuk
memperoleh informasi mengenai kestabilan produk farmasi sehingga waktu
daluarsa dari produk yang dikemas dalam bahan tertentu dan pada kondisi
penyimpanan tertentu dapat ditetapkan.
Tujuan uji stabilitas adalah memberikan bukti bagaimana kualitas bahan
obat atau produk obat berubah seiring dengan waktu oleh pengaruh berbagai
lingkungan, seperti temperatur, kelembaban, dan cahaya, serta untuk
menentukan periode uji ulang untuk bahan obat atau masa guna produk obat
dan kondisi penyimpanan yang dianjurkan. Pada uji stabilitas dapat digunakan
dua perlakuan yaitu :
a) Uji stabilitas waktu lama (Normal Test)
Penyimpanan bahan obat dilakukan dalan jangka waktu dan kondisi
penyimpanan tertentu (suhu, cahaya, udara kelembapan) di dalam lemari
atau ruangan cuaca. Pada selang waktu tertentu dan pada akhir percobaan
dilakukan kontrol terhadap kandungan bahan obat ataupun efektifitasnya,
sifat mikrobiologis serta sensoriknya dan kondisi gelenik sediaan yang
dideteksi dengan metode fisika. Percobaan ini memakan waktu yang sangat
lama, umumnya lima tahun dan seringkali tidak dapat dikenali modus
penguraiannya. Dengan melakukan penyimpanan selama setahun, hasil
diedarkan sehingga dapat ditetapkan potensinya dan tetap stabil pada kondisi
penyimpanan.
On-going stability dilakukan untuk produk atau sampel yang sudah lama
di produksi dari tahun-tahun sebelumnya. Seluruh sampel untuk on-going
stability diambil dari batch pertama produksi di setiap tahunnya, kecuali untuk
produk-produk yang dalam satu tahun lebih dari 1 batch. Jadwal pengambilan
sampel akan dibuat setiap awal bulan sesuai dengan jadwal produksi yang telah
disepakati. Setiap akhir bulan dilakukan cross check anata QA dengan produksi
mengenai sampel yang sudah disampling. Sampel yang disampling pada bulan
tersebut dimasukan ke jadwal bulan berikutnya. Sampel on-going stability
disimpan di dalam climatic chamber untuk uji jangka panjang, sesuai dengan
klaim penyimpanannya dengan frekuensi Analisa setiap tahun sampai waktu
daluarsanya.
Climatic Chamber adalah tempat untuk menyimpan sampel stabiliti yang
sudah diatur suhu dan kelembapannya. Climatic Chamber dipantau suhu dan
kelembapannya dengan menggunakan data logger. Climatic chamber harus
dihubungkan dengan system peringatan agar penyimpangan suhu dan
kelembapan dapat segera diatasi. System peringatan dihubungkan dengan ruang
satpam/security yang akan memberitahukan QC Supervisior atau QC manager
agar dapat segera dilakukan tindakan perbaikan pablia terjadi ketidak sesuaian
pada climatic chamber. Jika timbul penyimpangan terhadap kondisi yang telah
ditetapkan (akan timbul alarm), kemudian akan dibuatkan laporan
penyimpangan, serta CAPA nya, dan akan dihubungi bagian pemeliharaan untuk
segera ditindaklanjuti. Jika penyimpangan yang terjadi adalah suhu dan atau
kelembapannya lebih dari 2 hari berurutan atau lebih, maka segera mematikan
chamber untuk diperbaiki dan dipindahkan sampel di dalamnya ke chamber lain.
Jika tidak tersedia chamber lain, dan proses perbaikan memakan waktu lebih dari
1 hari, maka kondisi ini bias menjadi salah satu faktor penyebab bila terjadi hasil
pengujian sampel di luar spesifikasi. Jika ini yang terjadi, maka pengujian untuk
batch tersebut harus dihentikan dan harus diambil batch baru sebagai pengganti.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bila sampel tidak segera dianalisa setelah diambil dari Climatic Chamber,
maka sampel akan disimpan ditempat yang terlindung dengan kondisi suhu ruangan
terkendali atau disesuaikan dengan syarat penyimpanan produk (misalnya bila
klaim penyimpanan adalah 2°C - 8°C, maka harus disimpan dalam lemari
pendingin sesuai dengan klaim penyimpanannya). Penyelesaian Analisa sampel
stability yang sesuai dengan jatuh tempo Analisa dihitung presentasinya dan
dilaporkan ke dalam Quality Metric.
pengambilan pada bulan 6, tetapi terlewat, dan diketahui saat sudah bulan Juli, maka
segera dilakukan pemeriksaan pada bulan juli, dan hasilnnya adalah hasiil uji
stabilita bulan 7, untuk titik waktu selanjutnya diteruskan sesuai dengan jadwal
semula, misalnya berikutnya adalah bulan 9.
Bila jadwal terlewat tidak diperiksa pada suatu titik waktu tertentu, tetapi
titik waktu berikutnya diperiksa, maka akan dilakukan review terhadap titik waktu
tersebut, apakah hasilnya masih memenuhi syarat, maka produk dianggap masih
memenuhi syarat hingga titik waktu terakhir pengujian tersebut. Bila titik waktu
tersebut sudah tidak memenihu syarat, maka hasil uji stabilitas yang dianggap
memenuhi syarat adalah titik waktu terakhir damiana hasil uji stabilitasnya masih
memenuhi syarat.
Contoh, pada bulan 9 tidak dilakukan uji stabilita, kemudian pada bulan 12
dilakukan uji stabilita, maka akan dilakukan review pada hasil 12 bulan, bila bulan
12 masih memenuhui syarat maka dianggap pada bulan 12 produk masih memenuhi
persyaratan uji stabilitas. Tetapi bila bulan 12 sudah tidak memenuhii syarat lagi,
maka hasil uji stabilita yang dianggap masih memenuhi syarat adalah bulan 6.
Untuk semua penyimpangan di atas dibuatkan laporan penyimpangan, bila
dibutuhkan dilakukan penilaian dampak yang ditimbulkan dan dilakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan (CAPA) agar tidak terulang kembali.
di dalam produk, akan didiskusikan dengan QA dan bagian terkait lainnya. QA akan
melakukan komunikasi dengan pihak ketiga atau negara pengimport, dan QA akan
mengambil tindakan yang sesuai berdasarkan akibat yang ditimbulkan daro OOS
tersebut.
5) Tanggung Jawab.
6) Informasi Produk, zat aktif/ potensi, pembuat bahan baku, bentuk fisik,
ukuran batch, kadaluarsa, formula batch, spesifikasi kemasan.
7) Manufacturing site
8) Kondisi Penyimnana Uji.
9) Jumlah sampel dan alokasinya, mengacu pada prosedur 04-03-000-02
tentang Penanganan dan Analisis Sampel Stabilita.
10) Nomor batch yang diuji stabilitanya, mencakup tanggal pembuatan,
tanggal pengemasan dan tanggal dimulainya program uji stabilitas.
11) Jadwal pengujian.
12) Prosedur pengujian dan kriteria penerimaan; mencakup nmor metoda
Analisa, parameter yang diuji, metoda pengujian dan kriteria
penerimaannya.
d. Pemilihan Batch
Batch-bacth yang akan dilakukan uji stabilitas dipercepat dan uji
stabilitas jangka Panjang adalah bacth-batch dengan formula, bentuk sediaan
dan spesifikasi kualitas, dan dalam kemasan yang sama dengan kemasan
yang etrdaftar untuk dipasarkan. Uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas
jangka Panjang dilakukan untuk komersial yang mengalami proses validasi
(perubahan source API, perubahan proses produksi, perubahan formula,
perubahan jenis bahan kemas primer). Stability study dipercepat dan jangka
Panjang minimal dilakukan 2 bacth. Bila pada saat awal hanya tersedia 1
batch, maka batch ke 2 dilakukan segera setelah pembuatan bacth berikutnya.
Stability on-going minimal dilakukan 1 bacth setiap tahun dan pemberitahuan
pengambila sampel uji stabilitas dilakukan dengan membuat list monitoring
on-going yang diserahkan ke bagian produksi.
f. Spesifikasi
Spesifikasi yang dituliskan dalam protocol adalah spesifikasi yang
berlaku pada saat pembuatan protocol, semua parameter pengujian
dicantumkan dalam protocol, bila parameter tidak dilakukan pengujian
stabilita maka diberi keterangan “Tidak dilakukan pengujian”. Pemantauan
Parameter uji stabilita adalah sebagai berikut:
Tablet: pemerian, bau, warna, kadar bahan aktif, produk degradari,
disolusi, kadar air, kekerasan/firabilitas.
Kapsul gelatin keras: pemerian (termasuk kerapuhan cangkang kapsul),
warna, bau, isi kapsul, kadar bahan aktif, produk degradasi, disolusi,
kandungan mikroba, pH, kebocoran, pembentukan pellicle, terbentuknya
endapan dan kekeruhan dalam medium isi kapsul.
Emulsi: pemerian (termasuk pemisahan fase), warna, bau, kadar bahan
aktif, produk degradasi, pH, viskositas, batasa mikroba, kandungan bahan
pengawet, ukuran rata-rata dan distribusi globul fase terdispersi (jika
perlu).
Larutan oral dan suspensi: pemerian (termasuk pembentukan endapan
dan kejernihan larutan), warna, bau, kadar bahan akktif, produk
degradasi, pH, viskositas, kandungan bahan pengawet dan batas mikroba.
Setelah penyimpanan, sampel yang akan diuji kadar bahan aktifnya harus
dipreparasi sesuai cara pemakaian dalam label (misal: kocok dahulu).
contoh:
RS-2068-09-05/02, artinya Laporan Stabilita yang ke-5 untuk item
“Stesolid 2 mg Tablet” (2068) yang dibuat tahun 2009 dengan nomor revisi
02.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Mahasiawa telah mengetahui penanganan, penyiapan dan analisis dampel
stabilita.
2. Mahasiawa telah mengetahui cara pembuatan protocol uji stabilita
3. Mahasiswa telah mengetahui cara pembuatan report uji stabilita.
B. Saran
1. Dipelukan penambahan Sumber Daya Manusia untuk penanganan sampel
stabilita dari mulai penerimaan sampai dengan pengujian sampel stabilita.
2. Pembuatan protokol stabilita dilakukan sebelum uji stabilita pada sampel
dilakukan.
3. Penyimpanan hasil Analisa sampel baik kimia maupun mikroorganise
sebaiknya didokumentasikan lebih rapih,
DAFTAR PUSTAKA
BPOM No. 13 Tahun 2018. Perubahan atas Peraturan Kepala BPOM No.
HK.03.1.33.12.12.8195. Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik.
Departemen Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 tentang Registrasi Obat Jadi,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Peraturan Pembungkusan dan Penandaan
Obat Nomor 193/KAB/B.VII/71.
PT Actavis Indonesia SOP. No 04-03-000-02. Tahun 2018. Tentang Penanganan,
Penyiapan dan Analisis Sampel Stabilita. PT. Actavis Indonesia
PT Actavis Indonesia SOP. No. 04-03-000-04. Tahun 2018. Tentang Pedoman
Pembuatan Protokol dan Laporan Uji Stabilita. PT. Actavis Indonesia.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N.
S., UGM Press, Yogyakarta.