Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. ACTAVIS INDONESIA


JALAN RAYA JAKARTA-BOGOR NO. KM 28
PERIODE MARET-APRIL 2019

“PENANGANAN, PENYIMPANAN, ANALISIS SAMPEL STABILITA,


PEMBUATAN PROTOKOL DAN LAPORAN UJI STABILITA
DI PT. ACTAVIS INDONESIA”

Disusun Oleh :
OKTA NURANDI PRATAMA 1808020148

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXIX
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.193/Kab/B.VII/71, dikatakan
bahwa obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia.
Ketersediaan obat merupakan salah satu faktor penting dari pembangunan
kesehatan. Oleh karena itu, industri farmasi sebagai badan hukum yang dapat
melakukan seluruh tahapan kegiatan produksi obat atau bahan obat, memiliki peran
penting dalam pembangunan kesehatan. Tahapan kegiatan produksi yang dimaksud
meliputi pengadaan bahan baku, bahan pengemas, produksi, pengemasan,
pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk distribusikan.
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi pesyaratan yang tercantum dalam dokumen izin
edar dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunaan tanggung
jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebujakan mutu, yang memerlukan
partisipasi dan komitmen dari semua jajaran departemen di dalam perusahaan para
pemasok dan para distributor
Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Fungsi
ini hendaklan independen dari bagian lain, sumber daya yang memadai tersedia
untuk memastikan bahwa semua pengawasan fungsi mutu dapat dilaksanakan
secara efektif dan dapat diandalkan.
Pengkajian mutu produk hendaklah dilakukan secara berkala dan dilakukan
terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujauan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dan spesifikasi bahan awal, bahan

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

pengemas dan produk jadi untuk melihat trend dan mengidentifikasi dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlakukan untuk produk dan proses. Pengkajian
mutu produk secara berkala biasanya dilakukan setiap tahun dan didokumentasikan.
Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan
galeniknya, termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat mikrobiologis
dan toksikologisnya dan aktivitasnya secara terapeutik. Skala perubahan yang
diizinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Untuk barang jadi
obat dan obat yang tidak terdaftar berlaku keterangan yang telah dibuat dalam
peraturan yang baik.
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan
farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang
lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan.
Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita
mengetahui pada keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat
bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.

B. Tujuan
1. Mengetahui penanganan, penyiapan dan analisis dampel stabilita.
2. Mengetahui cara pembuatan protocol uji stabilita
3. Mengetahui cara pembuatan report uji stabilita.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Obat
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam
menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan jasmani dan
rohani pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia.
Obat dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria penggolongan dan
dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan serta pengamanan
distribusi. Penggolongan obat menurut Undang – Undang Kesehatan dan
Peraturan Menteri Kesehatan no 949/Menkes/Per/VI/2000. Adalah sebagai
berikut:
a) Obat Bebas
Adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter atau disebut OTC
(Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan bebas terbatas. Di Indonesia
obat ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna
hitam.
b) Obat Bebas Terbatas
Adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi mesih dapat dijual
atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran
biru dengan garis tepi berwarna hitam.
c) Obat Keras
Adalah obat yang mempunyai khasiat tinggi dan harus dengan resep dokter
untuk mendapatkannya. Penandaan obat keras yaitu dengan lingkaran
berwarna merah dan bergaris tepi hitam serta terdapat huruf K yang
menyentuh garis.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

d) Obat Psikotropik
Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetik dan bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Penandaan obat psikotropika sama dengan penandaan pada obat keras.
e) Obat Narkotika
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penandaan obat
narkotika adalah palang merah di dalam lingkaran putih bergaris tepi merah.

2. Stabilitas
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan, yaitu “Shelf life” nya, sifat dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya pada saat produk dibuat (Depkes, 2014).
Terdapat 5 jenis stabilitas (Depkes, 2014), yaitu :
a. Kimia
Tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi yang tertera
pada etiket dalam batas yang dinyatakan.
b. Fisika
Mempertahankan sifat fisika awal, termasuk penampilan, kesesuaian,
keseragaman,disolusi dan kemampuan untuk disuspensikan.
c. Mikrobiologi
Sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai
dengan persyaratan yang dinyatakan. Zat antimikroba yang ada
dipertahankan efektivitasnya dalam batas yang ditetapkan.
d. Terapi
Efek terapi tidak berubah.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

e. Toksikologi
Tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas.
Tiap bahan di dalam suatu bentuk sediaan, baik yang berkhasiat terapi
aktif atau inaktif dapat mempengaruhi stabilitas. Faktor lingkungan seperti suhu,
radiasi, cahaya, udara (terutama oksigen, karbon dioksida dan uap air) dan
kelembapan juga dapat mempengaruhi stabilitas. Demikian juga faktor seperti
ukuran partikel, pH, sifat alir dan pelarut lain yang digunakan, sifat wadah dan
adanya bahan kimia lain yang berasal dari kontaminasi atau dari pencampuran
produk berbeda yang disengaja dapat mempengaruhi stabilitas (Depkes, 2014).

3. Uji Stabilitas
Uji stabilita adalah serangkaian pengujian yang diprogramkan untuk
memperoleh informasi mengenai kestabilan produk farmasi sehingga waktu
daluarsa dari produk yang dikemas dalam bahan tertentu dan pada kondisi
penyimpanan tertentu dapat ditetapkan.
Tujuan uji stabilitas adalah memberikan bukti bagaimana kualitas bahan
obat atau produk obat berubah seiring dengan waktu oleh pengaruh berbagai
lingkungan, seperti temperatur, kelembaban, dan cahaya, serta untuk
menentukan periode uji ulang untuk bahan obat atau masa guna produk obat
dan kondisi penyimpanan yang dianjurkan. Pada uji stabilitas dapat digunakan
dua perlakuan yaitu :
a) Uji stabilitas waktu lama (Normal Test)
Penyimpanan bahan obat dilakukan dalan jangka waktu dan kondisi
penyimpanan tertentu (suhu, cahaya, udara kelembapan) di dalam lemari
atau ruangan cuaca. Pada selang waktu tertentu dan pada akhir percobaan
dilakukan kontrol terhadap kandungan bahan obat ataupun efektifitasnya,
sifat mikrobiologis serta sensoriknya dan kondisi gelenik sediaan yang
dideteksi dengan metode fisika. Percobaan ini memakan waktu yang sangat
lama, umumnya lima tahun dan seringkali tidak dapat dikenali modus
penguraiannya. Dengan melakukan penyimpanan selama setahun, hasil

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

yang dikorelasikan terhadap stabilitas sediaan yang sama selama waktu


penyimpanan 5 tahun meskipun harus melalui perhitungan yang rumit
(Voigt, 1994).
b) Uji stabilitas dipercepat (AccelerationTest)
Dilakukan dengan menggunakan perlakuan isometrik. Dalam hal
ini peraturan kinetika reaksi dapat dipergunakan dimana penguraian
dipelajari pada suhu tinggi dan tidak pada suhu kamar, yang selanjutnya
diekstrapolasikan kepada suhu penyimpanan. Pada tes paksaan isometrik
biasa, bahan obat disimpan dalam berbagai suhu yang tinggi, tetapi selama
percobaan masing-masing suhu dibuat tetap, dan dalam jangka waktu
tertentu, konsentrasi produk penguraian atau kandunan bahan aktif
ditentukan. Sebagai besaran dasar pertama yang ditentukan adalah
ketergantungan kecepatan penguraian akan konsentrasi, yang kedua adalah
ketergantungan kecepatan reaksi akan suhu tinggi (Voigt, 1994).
Pengembanngan selanjutnya adalah tes paksaan non isometrik,
dimana selama percobaan, suhu ditinggikan secara kontinyu. Dengan
demikian hanya diperoleh informasi satu rangkaian percobaan stabilitas
(Voigt, 1994).
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan dalam sediaan
obat dapat dilihat dari pengelompokan sebagai berikut :
a. Labilitas bahan obat dana bahan pembantunya sendiri yang dihasilkan oleh
bangun kimia dan fisiknya.
b. Factor luar, bias dilihat dari suhu, kelembapan udara, dan cahaya yang dapat
menginduksi atau mempercepat jalannya reaksi.
Pengukuran konsentrasi pada berbagai selang waktu memperlihatkan
adanya kestabilan dan ketidakstabilan dari sediaan pada kondisi yang dicirikan
dengan adanya perubahan waktu. Produk yang akan dipasarkan atau sediaan
yang akan diedarkan harus mencantumkan tanggal kadaluarsa yang tepat dan
jelas. Tanggal kadaluarsa ini menunjukan waktu selama produk tersebut

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

diedarkan sehingga dapat ditetapkan potensinya dan tetap stabil pada kondisi
penyimpanan.
On-going stability dilakukan untuk produk atau sampel yang sudah lama
di produksi dari tahun-tahun sebelumnya. Seluruh sampel untuk on-going
stability diambil dari batch pertama produksi di setiap tahunnya, kecuali untuk
produk-produk yang dalam satu tahun lebih dari 1 batch. Jadwal pengambilan
sampel akan dibuat setiap awal bulan sesuai dengan jadwal produksi yang telah
disepakati. Setiap akhir bulan dilakukan cross check anata QA dengan produksi
mengenai sampel yang sudah disampling. Sampel yang disampling pada bulan
tersebut dimasukan ke jadwal bulan berikutnya. Sampel on-going stability
disimpan di dalam climatic chamber untuk uji jangka panjang, sesuai dengan
klaim penyimpanannya dengan frekuensi Analisa setiap tahun sampai waktu
daluarsanya.
Climatic Chamber adalah tempat untuk menyimpan sampel stabiliti yang
sudah diatur suhu dan kelembapannya. Climatic Chamber dipantau suhu dan
kelembapannya dengan menggunakan data logger. Climatic chamber harus
dihubungkan dengan system peringatan agar penyimpangan suhu dan
kelembapan dapat segera diatasi. System peringatan dihubungkan dengan ruang
satpam/security yang akan memberitahukan QC Supervisior atau QC manager
agar dapat segera dilakukan tindakan perbaikan pablia terjadi ketidak sesuaian
pada climatic chamber. Jika timbul penyimpangan terhadap kondisi yang telah
ditetapkan (akan timbul alarm), kemudian akan dibuatkan laporan
penyimpangan, serta CAPA nya, dan akan dihubungi bagian pemeliharaan untuk
segera ditindaklanjuti. Jika penyimpangan yang terjadi adalah suhu dan atau
kelembapannya lebih dari 2 hari berurutan atau lebih, maka segera mematikan
chamber untuk diperbaiki dan dipindahkan sampel di dalamnya ke chamber lain.
Jika tidak tersedia chamber lain, dan proses perbaikan memakan waktu lebih dari
1 hari, maka kondisi ini bias menjadi salah satu faktor penyebab bila terjadi hasil
pengujian sampel di luar spesifikasi. Jika ini yang terjadi, maka pengujian untuk
batch tersebut harus dihentikan dan harus diambil batch baru sebagai pengganti.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

Climatic Chamber dihubungkan dengan system alarm agar bila terjadi


penyimpangan suhu dan kelembapan, dapat segera diatasi. System peringatan
dihubungkan dengan ruang satpam / security. Pada jam kerja QC lab, bila terjadi
alarm maka Supervisior QC yang bertanggung jawab terhadap uji stabilitas dan
akan segera mengambil tindakan perbaikan. Bila terjadi penyimpangan terhadap
kondisi yang telah ditetapkan akan dibuatkan laporan penyimpangan, serta
CAPA nya. Dan menghubungi bagian pemeliharaan untuk ditindak lanjuti. Pada
kondisi hari libur atau diluar jam kerja QC lab, bila alarm berbunyi, pihak
security akan menghubungi Supervisior QC program stabilitas, bila Supervisior
program stabilitas tidak dapat dihubingi makan akan menghubungi Manager QC.
QC manager dan atau supervisior QC program stabilitas akan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk menangani penyimpangan ini. Nomor telepon
QC Manager dan Supervisior QC program stabilitas sudah tersedia di pos
security.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian stabilitas yang dilakukan di PT. Actavis Indonesia disamping


memperhatikan kondisi/iklim di Indonesia juga memperhatikan iklim pada Eripa
karena beberpa obat yang diproduksi juga diekspor ke pasar Eropa. Uji stabilitas
dilakukan jika terdapat produk baru (formula baru atau perubahan formula, bahan aktif
dari manufacturer baru, dan/atau jenis kemasan primer baru), bets validasi proses, bets
dengan penyimpangan kritikal atau major, produk transfer, stabilitas produk yang
sudah dipasarkan (on-going stability), dilakukan minimal pada 1 bets per tahun, serta
produk ruahan/antara (intermediate product). Kondisi penyimpanan terbagi menjadi 2
macam stabilitas, yaitu dipercepat dan jangka panjang. Pada uji dipercepat, chamber
tempat penyimpanan produk yang ada di PT. Actavis Indonesia diatur kondisinya yaitu
40°C ± 2 °C dengan tingkat kelembapan 75% ± 5%. Pengujian stabilitas ini dilakukan
minimal pada 3 titik waktu termasuk titik awal dan akhir (misalnya 0, 3 dan 6 bulan)
untuk penelitian selama 6 bulan. Kondisi penyimpanan untuk uji stabilitas jangka
panjang (long term stability) dilakukan 2 kondisi, sesuai dengan zona negara yaitu zona
IV untuk ASEAN dan beberapa negara Asia dan Zona II untuk Eropa. Kondisi
pengujian untuk zona IV yaitu suhu penyimpanan 30°C ± 2 °C dan tingkat kelembapan
75% ± 5%, sedangkan untuk zona II yaitu suhu penyimpanan 25°C ± 2 °C dan tingkat
kelembapan 60% ± 5%. Uji stabilitas jangka panjang dilakukan setiap 3 bulan selama
tahun pertama, setiap 6 bulan untuk tahun kedua danselanjutnya setahun sekali
sepanjang masa edar yang diusulkan.
Adapun langkah-langkah dalam pengelolaan sampel stabilita serta pembuatan
protocol stabilita dan laporan hasil uji stabilita adalah sebagai berikut:

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

A. Penerimaan Sampel Stabilita


Setiap sampel yang akan diuji stabilitas haraus diserahkan ke Stability
Supervisor yang menagani uji stabilitas, disertai dengan Form Identitas Sampel
Stabilita, untuk diidentifikasi dan ditentukan program stabilitasnya. Sampel
stabilitas yang diterima kemudian dicatat dalam log book penerimaan sampel
stabilitas. Kemudian dilakukan pemisahan sampel menurut kondisi sesuai dengan
rencana penyimpanan dan alokasikan jumlah sampel yang dibutuhkan setiap
periode pemeriksaan. Pada saat memisahkan jumlah sampel yang dibutuhkan
untuk tiap periode pemeriksaan lakukan pembulatan ke atas, sesuai dengan jumlah
tablet/kapsul dalam 1 kemasan primer (blister/strip), contoh : jumlah sampel untuk
1 kali Analisa adalah 54 tablet, dalam 1 strip berisi 10 tablet, maka jumlah sampel
untuk 1 kali analisa dibulatkan menjadi 60 tablet (6 strip), dan jumlah tersebut
disebutkan dalam protocol stability.
Jumlah sampel stability yang diambil tercantum dalam Daftar Jumlah
Sampel Untuk Monitoring Stability. Daftar Jumlah Sampel Untuk Monitoring
Stabilita disusun dan direvisi secara berkala setiap 1 tahun dan disimpan di QC
dengan cara tertentu yang dapat menjamin kemanan dan meminimalkan risiko
kerusakan dokumen selama 6 tahun.

B. Pembuatan Jadwal Uji Stabilita


Jadwal uji stabilitas dibuat oleh personil grup stability sesuai dengan
frekuensi pemeriksaan sampel dan dihitung dari tanggal penerimaan sampel, dan
jadwal tersebut dibuat menggunakan Ms. Excel.

C. Pelabelan Sampel Stabilita


Tahapan pelabelan dilakukan di dalam ruangan dengan suhu yang
terkontrol dan memastikan meja tempat melakukan pelabelan dalam keadaan
bersih dari produk dan sisa produk sebelumnya.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

Pelabelan dilakukan dengan cara memisahkan produk / sampel menurut


kondisi sesuai dengan rencana penyimpanannya dan alokasikan jumlah sampel
yang dibutuhkan setiap periode pemeriksaan.

Penandaan / pelabelan pada sampel dilakukan pada kemasan primer


sampel, yang meliputi :
a. Nama produk
b. Nomor batch
c. Kondisi penyimpanan
d. Periode Analisa ( 3 bulan. 6 bulan, dan seterusnya )

D. Penyimpanan Sampel Stabilita


Sampel stabilita disimpan pada Climatic Chamber sesuai dengan kondisi
yang ditentukan. Kemudian posisi sampel yang disimpan di climatic chamber
dicatat pada lembar denah dan dicatat pada log book climatic chamber. Catat
kegiatan penyimpanan sampel stabilitas di log book climatic chamber dan catat
jumlah sampel yang disimpan di climatic chamber pada kartu stock. Apabila
tanggal penyimpanan sampel stabilitas ke chamber lebih dari 30 hari dari tanggal
Analisa pada saat produk rilis, maka perlu dilakukan pengujian ulang untuk time
point 0 bulan. Apabila masih berada dalam 30 hari, maka hasil Analisa pada saat
rilis dianggap sebagai 0 bulan, selain itu dapat dilakukan justifikasi untuk
menentukan Analisa ulang.
Sampel stabiliti harus disimpan ke dalam chamber dalam kurun waktu 60
hari, dihitung dari tanggal packaging. Bila melebihi waktu tersebut harus dibuat
justifikasi dan pengujian harus dilakukan pada saat expiry date actual dari produk
tersebut dan dilakukan kembali pada akhir time point stability studi dihitung dari
tanggal awal penyimpanan sampel ke chamber.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

E. Frekuensi Pemeriksaan Sampel


Frekuensi pemeriksaan sampel bereda-beda tergantung dari jenis uji
stabiliti yang dilakukan serta jenis/spesifikasi dari masing-masing sampel. Sampel
uji dipercepat diperiksa pada bulan ke-0, ke-3, dan ke-6. Sedangkan untuk uji jangka
panjang diperiksa pada bulan ke-0, ke-3, ke-6, ke-9, ke-12, ke-18, ke-24, selanjutnya
seitap tahun sampai daluarsanya.
Pengujian harus dilakukan pada saat aktual expiry date yang akan
dicantumkan pada protokol stabilita, penhujian setelah expire date hanya diperlukan
bila dipersyaratkan oleh lokal regulasi dan dicantumkan dalam protocol uji stabilita
yang disetujui. Perpanjangan expiry date harus dicantumkan dalam protocol dan
melaui proses Approval.
Sampel On-going stability diperiksa setiap tahun sampai waktu
daluarsanya. Sedangakn sampel follow up stability (batch yang dalam
pembuatannya mengalami penyimpangan major atau kritikal) diperiksa dalam
setiap tahun sampai waktu daluarsanya, kecuali dinyatakan lain dalam protokol.

F. Pengambilan Sampel Stabilita


Pengambilan sampel stabilita dilakukan sesuai dengan lembar jadwal
pengambian sampel yang telah dibuat, pengambilan sampel dilakukan maksimum 3
hari dari jadwal yang telah ditetapkan, dan tidak boleh dipercepat dari jadwal.
Apabila tanggal sampling jatuh pada hari minggu / libur dan bila hari libur lebih dari
3 hari, maka sampel diambil pada hari terdekat dan ditulis pada sampel tanggal
pengambilan dan paraf pengambil sampel.
Kegiatan pengambilan sampel kemudian dicatat dan paraf kegiatan
pengambilan sampel stabilitas di log book climatic chamber, lembar jadwal
pengambilan sampel bulanan dan catat jumlah sampel yang diambil di kartu stock,
kemudian meletakan sampel dalam wadah pengambilan sampel stabilitas
selanjutnya pindahkan ke tempat penyimpanan sampel stabilitas sebelum dianalisa.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

G. Analisa Sampel Stabilita


Sampel akan diuji sesuai dengan parameter dan metoda Analisa yang
tertera pada masing-masing protokolnya. Hanya metoda yang telah tervalidasi yang
digunakan untuk Analisa sampel. Batas waktu Analisa sampel dari tanggal
samplingnya sebagai berikut :
a. Stabilita uji dipercepat dan stability dengan time point 1, 3 dan 6 bulan adalah
2 minggu (15 hari) dari jatuh tempo pengambilan sesungguhnya.
b. Stabilita jangka panjang dan untuk time point di atas 9 bulan adalah 30 hari dari
jatuh tempo pengambilan sampel sesungguhnya.
c. Pengujian sampel yang melewati jatuh tempo dari batas waktu Analisa sampel
diatas, maka harus dibuatkan deviasi dan dilakukan Analisa penilaian dampak
yang ditimbulkan.

Sampel stabilitas diserahkan kepada analis untuk dianalisa, dilengkapi


dengan worksheet yang sudah diotorisasi oleh manager Quality Control. Batas
waktu penyerahan sisa sampel Analisa Bersama dengan worksheet yang sudah
dilengkapi hasil Analisa dari analis adalah 30 hari sejak tanggal pengambilan
sampel dari penyimpanan sampel di Climatic Chamber. Sedangkan pemerikasaan
cemaran mikroba dilakukan pada awal dan akhir proses pemeriksaan.

Bila sampel tidak segera dianalisa setelah diambil dari Climatic Chamber,
maka sampel akan disimpan ditempat yang terlindung dengan kondisi suhu ruangan
terkendali atau disesuaikan dengan syarat penyimpanan produk (misalnya bila
klaim penyimpanan adalah 2°C - 8°C, maka harus disimpan dalam lemari
pendingin sesuai dengan klaim penyimpanannya). Penyelesaian Analisa sampel
stability yang sesuai dengan jatuh tempo Analisa dihitung presentasinya dan
dilaporkan ke dalam Quality Metric.

H. Prosedur Yang Harus Dilakukan Bila Ada Periode Yang Terlewat


Apabila terjadi kesalahan pada penjadwalan atau pengambilan sampel yang
mengakibatkan samoel tidak terambil / terperiksa sesuai jadwal, maka segera
dilakukan pemeriksaan. Misalnya, seharusnya pada bulan juni adalah jadwal

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

pengambilan pada bulan 6, tetapi terlewat, dan diketahui saat sudah bulan Juli, maka
segera dilakukan pemeriksaan pada bulan juli, dan hasilnnya adalah hasiil uji
stabilita bulan 7, untuk titik waktu selanjutnya diteruskan sesuai dengan jadwal
semula, misalnya berikutnya adalah bulan 9.
Bila jadwal terlewat tidak diperiksa pada suatu titik waktu tertentu, tetapi
titik waktu berikutnya diperiksa, maka akan dilakukan review terhadap titik waktu
tersebut, apakah hasilnya masih memenuhi syarat, maka produk dianggap masih
memenuhi syarat hingga titik waktu terakhir pengujian tersebut. Bila titik waktu
tersebut sudah tidak memenihu syarat, maka hasil uji stabilitas yang dianggap
memenuhi syarat adalah titik waktu terakhir damiana hasil uji stabilitasnya masih
memenuhi syarat.
Contoh, pada bulan 9 tidak dilakukan uji stabilita, kemudian pada bulan 12
dilakukan uji stabilita, maka akan dilakukan review pada hasil 12 bulan, bila bulan
12 masih memenuhui syarat maka dianggap pada bulan 12 produk masih memenuhi
persyaratan uji stabilitas. Tetapi bila bulan 12 sudah tidak memenuhii syarat lagi,
maka hasil uji stabilita yang dianggap masih memenuhi syarat adalah bulan 6.
Untuk semua penyimpangan di atas dibuatkan laporan penyimpangan, bila
dibutuhkan dilakukan penilaian dampak yang ditimbulkan dan dilakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan (CAPA) agar tidak terulang kembali.

I. Evaluasi Hasil Analisa


Hasil Analisa harus segera dievaluasi dan dibuatkan segera evaluasi dan
dibuatkan laporannya setiap periode pemeriksaan. Evaluasi stability dan trend
analisis hasil stability dilaporkan dalam bentuk summary stability report.

J. Hasil Analisa Di Luar Spesifikasi


Bila terjadi hasil Analisa yang di luar spesifikasi, maka akan dilakukan
investigasi seperti yang tercantum dalam SOP “Prosedur Penanganan Hasil Uji Di
Luar Spesifikasi (OOS) atau Hasil Uji yang Tidak Normal”. Bila dalam investigasi
didapatkan tidak terjadi kesalahan dalam pengujian, tetapi memang terjadi kelainan

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

di dalam produk, akan didiskusikan dengan QA dan bagian terkait lainnya. QA akan
melakukan komunikasi dengan pihak ketiga atau negara pengimport, dan QA akan
mengambil tindakan yang sesuai berdasarkan akibat yang ditimbulkan daro OOS
tersebut.

K. Prosedur Pembuatan Protokol Uji Stabilita


Setiap batch yang dimonitor stabilitanya harus dilengkapi dengan protokol uji
stabilita yang di-otorisasi oleh Site Quality Director. Program monitoring stabilita
untuk suatu batch dimulai saat protokolnya diotorisasi oleh site Quality Director.
Setiap protocol uji stabilita beserta kelengkapannya disimpan di dalam folder
plastic, setiap kali Analisa dilakukan terhadap sampel maka protocol harus
diberikan juga kepada analis yang bersangkutan. Program monitoring stabilita
berakhir saat seluruh pemeriksaan pada testing fraquaency yang tertera pada
protocol telah selesai atau bagian kesimpulan pada form “Justifikasi Penghentian
Uji Stabilita” diisi dengan perintah “Monitoring Stabilita dihentikan”. Pada setiap
sampel yang dikirimkan oleh produksi untuk dimonitor stabilitanya, harus
dilengkapi dengan form identitas sampel stabilita yang telah diisi dan diparaf
minimal oleh supervisior produksi.
1. Pengisian Form Identitas Sampel Stabilita
Pada form ini terdapat beberapa hal yang perlu diisi. Nama produk harus
diisi sesuai dengan nama produk sesuai dengan yang deskripsi pada system.
Nomor batch diisi dengan nomor batch dari sampel, ukuran batch diisi dengan
besar batch yang diproduksi untuk batch tersebut (dalam satuan tablet/ kaplet/
botol/ ampul/ vial/ tube), bentuk sediaan dan kemasan dicoret yang tidak sesuai,
serta No. item/ spesifikasi kemasan diisi dengan item dari kemasan primer yang
dipergunakan. Bila tidak ada nomor itemnya, isi sebagai berikut:

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

Kemasan Spesifikasi Kemasan yang Harus


Dicantumkan
Strip Lapisan penyusun poliselonium/
polonium yang dipergunakan beserta
ketebalannya.
Blister Tebal alufoil dan PVC/PVdC yang
dipergunakan.
Botol Gelas Volume yang dipergunakan.
Botol Plastik Jenis plastic yang dipergunakan
beserta volumenya.
Vial Volume vial yang dipergunakan.
Ampul Volume ampul yang dipergunakan.
Metal Tube Ketebalan metal tube yang
dipergunakan.
Plastic tube/ Rectal tube Ketebalan plastic tube yang
dipergunakan.
Securitainer/ pail Jenis plastik yang dipergunakan
beserta volumenya.
Sachet Jenis bahan yang dipergunakan
beserta ketebalannya.
Kondisi penyimpanan diisi dengan kondisi penyimpanan yang
tercantum pada kemasannya, tanggal pembuatan diisi dengan tanggal pembuatan
dari batch tersebut, tanggal daluarsa diisi dengan tanggal daluarsa batch tersebut
yang tercantum pada kemasannya, kategori sampel dicoret yang tidak sesuai,
seterangan tambahan diisi dengan keterangan tambahan dari kategori sampel
tersebut, misalnya: validasi karena perubahan besar batch dari X ke XX, atau
validai karena perubahan source bahan aktif dari A ke Z dan bila karena deviasi,
maka form deviasi harus dilampirkan dan bila karena validasi proses maka harus
disebutkan nomor protokolnya. Jumlah sampel diisi dengan jumlah sampel yang
dimasukan ke dalam program monitoring stabilita, diajukan oleh diisi dengan

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

nama lengkap supervisior yang mengusulkan program monitoring stabilita untuk


batch tersebut, serta yang terkahir paraf dan tanggal diisi dengan paraf
Supervisior yang bersangkutan beserta tanggalnya.

2. Format Penyusunan Protokol Uji Stabilita.


a. Sistem penomoran protocol
Sistem penomoran protocol adalah sebagai berikut:
PS-xxx-yy-zz/aa
xxxx = Nomor item produk
yy = Dua digit terakhir dari tahun pembuatan protocol tersebut.
zz = Nomor urut dari protocol di tahun tersebut untuk item tersebut.
aa = Nomor revisi
contoh :
PS-2068-09-05/02 artinya protocol stabilita yang ke-5 untuk item “stesolid 2
mg tablet” (2068) yang dibuat tahun 2009 dengan nomor revisi 02.

b. Pada cover, terdapat header dan approval, sebagai berikut:


PT. Actavis Indonesia STABILITY PROTOCOL Page … of …
Product name [Diisi nama produk dan strength]
Produt Code [Diisi no item]
Dosage Form [Diisi bentuk sediaan]
Stability Study [Diisi tujuan stabilita, missal validasi proses;
Purpose on-going; dan lain sebagainya]
Protocol Number [Diisi no protocol dan revisi]

c. Pada lembar berikutnya, mencakup hal-hal sebagai berikut:


1) Header yang berisi no protocol.
2) Riwayat Perubahan.
3) Latar Belakang.
4) Tujuan.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

5) Tanggung Jawab.
6) Informasi Produk, zat aktif/ potensi, pembuat bahan baku, bentuk fisik,
ukuran batch, kadaluarsa, formula batch, spesifikasi kemasan.
7) Manufacturing site
8) Kondisi Penyimnana Uji.
9) Jumlah sampel dan alokasinya, mengacu pada prosedur 04-03-000-02
tentang Penanganan dan Analisis Sampel Stabilita.
10) Nomor batch yang diuji stabilitanya, mencakup tanggal pembuatan,
tanggal pengemasan dan tanggal dimulainya program uji stabilitas.
11) Jadwal pengujian.
12) Prosedur pengujian dan kriteria penerimaan; mencakup nmor metoda
Analisa, parameter yang diuji, metoda pengujian dan kriteria
penerimaannya.

d. Pemilihan Batch
Batch-bacth yang akan dilakukan uji stabilitas dipercepat dan uji
stabilitas jangka Panjang adalah bacth-batch dengan formula, bentuk sediaan
dan spesifikasi kualitas, dan dalam kemasan yang sama dengan kemasan
yang etrdaftar untuk dipasarkan. Uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas
jangka Panjang dilakukan untuk komersial yang mengalami proses validasi
(perubahan source API, perubahan proses produksi, perubahan formula,
perubahan jenis bahan kemas primer). Stability study dipercepat dan jangka
Panjang minimal dilakukan 2 bacth. Bila pada saat awal hanya tersedia 1
batch, maka batch ke 2 dilakukan segera setelah pembuatan bacth berikutnya.
Stability on-going minimal dilakukan 1 bacth setiap tahun dan pemberitahuan
pengambila sampel uji stabilitas dilakukan dengan membuat list monitoring
on-going yang diserahkan ke bagian produksi.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

e. Worksheet Uji Stabilitas dan Stability Data Result


Worksheet untuk uji stabilita menggunakan worksheet yang sama
untuk Analisa pada produk komersial. Pada worksheet dituliskan informasi
tambahan pada kolom No batch yaitu kondisi penyimpanan dan time point
studi stabilita. Dan Summari data result disiapkan pada saat pembuatan
protocol, sesai prosedur 04-03-000-02 tentang Penanganan, Penyimpana, dan
Analisis Sampel Stabilita.

f. Spesifikasi
Spesifikasi yang dituliskan dalam protocol adalah spesifikasi yang
berlaku pada saat pembuatan protocol, semua parameter pengujian
dicantumkan dalam protocol, bila parameter tidak dilakukan pengujian
stabilita maka diberi keterangan “Tidak dilakukan pengujian”. Pemantauan
Parameter uji stabilita adalah sebagai berikut:
 Tablet: pemerian, bau, warna, kadar bahan aktif, produk degradari,
disolusi, kadar air, kekerasan/firabilitas.
 Kapsul gelatin keras: pemerian (termasuk kerapuhan cangkang kapsul),
warna, bau, isi kapsul, kadar bahan aktif, produk degradasi, disolusi,
kandungan mikroba, pH, kebocoran, pembentukan pellicle, terbentuknya
endapan dan kekeruhan dalam medium isi kapsul.
 Emulsi: pemerian (termasuk pemisahan fase), warna, bau, kadar bahan
aktif, produk degradasi, pH, viskositas, batasa mikroba, kandungan bahan
pengawet, ukuran rata-rata dan distribusi globul fase terdispersi (jika
perlu).
 Larutan oral dan suspensi: pemerian (termasuk pembentukan endapan
dan kejernihan larutan), warna, bau, kadar bahan akktif, produk
degradasi, pH, viskositas, kandungan bahan pengawet dan batas mikroba.
Setelah penyimpanan, sampel yang akan diuji kadar bahan aktifnya harus
dipreparasi sesuai cara pemakaian dalam label (misal: kocok dahulu).

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

 Serbuk oral yang akan direkonsitusi: pemerian, warna, bau, produk


degradasi, kadar air dan waktu rekonstitusi. Hasil rekonstitusi yang dibuat
sesuai label (larutan atau suspense) harus dievaluasi seperti diuraikan
dalam larutan oral dan suspense sepanjang periode penggunaan
maksimumnya.
 Sediaan kulit: pemerian, kejernihan, warna, homogenitas, bau, pH,
resuspendabilitas (untuk lotion), konsistensi, viskositas, distribusi ukutan
partikel (untuk suspense, bila mungkin), kadar bahan aktif, produk
degradasi, kadar bahan pengawet dan antioksidan (bila ada), batas
mikroba, kehilangan bobot (bila sesuai).

L. Pembuatan Laporan Uji Stabilitas


Setelah uji stabilitas produk selesai dilakukan, supervisior QC akan
membuat laporan uji stabilitas produk berdasarkan data hasil uji stabilitas yang telah
terkumpul. Laporan uji stabilitas produk dievaluasi dan di-review oleh Manager QC
sebagai penanggung jawab kegiatan uji stabilitas produk Laboratorium QC.

1. Format Penyusunan Laporan Uji Stabilitas


Pada umumnya format laporan hasil uji stabilitas hamper sama dengan
protocol uji stabilitas, haya terdapat perbedaan pada nomor dan juga pada
Laporan Hasil Uji Stabilitas dilampirkan hasil uji stabilitas.
a. Sistem Penomoran Laporan Uji Stabilitas
Sistem penomoran laporan adalah sebagai berikut:
RS-xxxx-yy-zz/aa
xxxx = Nomor item produk
yy = Dua digit terrakhir tahun sesuai pembuatan protocol.
zz = Nomor urut sesuai protocol di tahun tersebut untuk item
tersebut.
aa = Nomor revisi

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

contoh:
RS-2068-09-05/02, artinya Laporan Stabilita yang ke-5 untuk item
“Stesolid 2 mg Tablet” (2068) yang dibuat tahun 2009 dengan nomor revisi
02.

b. Pada cover, terdapat header dan approval, sebagai berikut:


PT. Actavis Indonesia STABILITY REPORT Page … of …
Product name [Diisi nama produk dan strength]
Produt Code [Diisi no item]
Dosage Form [Diisi bentuk sediaan]
Stability Study [Diisi tujuan stabilita, missal validasi proses;
Purpose on-going; dan lain sebagainya]
Protocol Number [Diisi no protocol dan revisi]

c. Pada lembar berikutnya, mencakup hal sebagai berikut:


 Header yang berisi nomor laporan.
 Riwayat perubahan
 Latar belakang
 Tujuan
 Tanggung jawab
 Informasi produk, zat aktif/potensi, pembuat bahan baku, bentuk fisik,
ukuran batch, kadaluarsa, formula batch, spesifikasi kemasan.
 Manufacturing site
 Kondisi penyimpanan uji
 Jumlah sampel dan alokasinya, mengacu pada prosedur 04-03-000-02
Tentang Penanganan, Penyimpanan dan Analisis Sampel Stabilita.
 Nomor batch yang diuji stabilitasnya, mencakup tanggala pembuatan,
tanggal pengemasan dan tanggal mulainya program uji stabilitas.
 Jadwal pengujian

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

 Prosedur pengujian dan kriteria penerimaan: mencakup nomor metoda


Analisa, parameter yang diuji, metoda pengujian dan kriteria
pengemasannya.
 Deviasi
 Hasil dan Pembahasan
 Kesimpulan
 Summary uji stabilitas yang telah diisi dan disetujui dicantumkan
sebagai lampiran laporan uji stabilitas.

M. Pengisian Form Justifikasi Penghentian Uji Stabilita


Ketika pengujian stabilita sudah selesai maka akan dibuat form Justifikasi
Penghentian Uji Stabilita. Form tersebut berisikan Nomor Protokol, Nama Produk,
Nomor Batch, Bentuk Sediaan, dan Kemasan diisi sesuai dengan Protokol Stabilita
untuk batch tersebut. Terdpat juga alasan/ deskripsi yang diisi dengan latar belakan
atau situasi uji stabilita pada produk tersebut dan yang terakhir adalah dibuat
kesimpulan. Form justifikasi ini di-review oleh dan disetujui oleh Manager QC.

N. Penanganan Protokol dan Laporan Stabilita


Setiap protocol dan laporan uji stabilita beserta kelengkapannya disimpan
dalam folder. Setiap protocol dan laporan stabilita dibuatkan ke dalam list file
“K:\HPI-JKT\QC\LIMIT\TECHNICAL SUPPORT\SATABILITY DATA BASE
NEW\ Stability Protocol” untuk dokumen protocol, dan
“K\HPI_JKT\QC\LIMIT\TECHNICAL SUPPORT\STABILITY DATA BASE
NEW\ Stability Report” untuk list report.
Protocol dan laporan stabilita disimpan di ruang file selama 11 tahun sejak
protocol tersebut diotorisasi. Jika produk diprunned, protocol stability disimpan
sampai 1 tahun setelah tanggal daluarsa dari batch yang tertera pada protocol
tersebut.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

Secara keseluruhan prosedur uji stabilitas yang diterapkan di PT. Actavis


Indonesia sudah sesuai dengan panduan dari ICH dan CPOB. Mulai dari penggunaan
pembagian zona terhadap sampel yaitu untuk zona II, suhu 25°C ± 2°C dengan
kelembapan 60% ± 5% RH, sedangkan untuk Zona IV suhu 30°C ± 2°C dengan
kelembapan 75% ± 5% RH yang ditetapkan ICH. Tipe, ukuran dan jumlah batch yang
diuji sudah sesuai seperti yang ditetapkan ICH yaitu miniml 1 batch yang diujikan pada
produk lama yang stabil (on-going stability), dan minimal 3 batch untuk sediaan atau
obat baru. Pendokumentasian sampel uji stability sudah sesuai dan merinci seperti
tercantumnya nomor bacth, tanggal manufactur, expiry date, ukuran batch, kemasan
dan lain sebagainya.
Program stabilitas on-going secara keseluruhan sudah sesuai dengan CPOB
tahun 2018 yang bertujuan untuk memantau produk selama masa edar dan untuk
menentukan bahwa produk tetap, atau dapat diperkirakan akan tetap, memenuhi
spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi penyimpanan yang tertera pada label. Hal
ini berlaku bagi produk dalam kemasan yang dijual. Program uji stabilitas di PT.
Actavis Indonesia diuraikan dalam suatu protocol sesuai seperti yang dicantumkan
dalam CPOB tahun 2018, didokumentasikan dan hasilnya diformalisasikan dalam
bentuk laporan. Protocol untuk uji stabilitas yang diterapkan di PT. Actavis Indonesia
menjangkau masa akhir edar seperti yang tercantum dalam CPOB tahun 2018, dan hasil
uji stabilitas dapat diakses oleh personil kunci, supervisior dan terutama kepala bagian
pemastian mutu (Quailty Control).
Disamping itu terdapat kekurangan SDM (Sumber Daya Manusia) yang
menyebabkan terhambatnya pembuatan protocol uji stabilitas dan laporan uji stabilitas,
serta ruangan tempat penerimaan dan penyimpanan (sebelum masuk climatic chamber)
yang terbatas membuat sampel tidak tersusun dengan baik sehingga hal ini dapat
mengakibatkan sampel rusak atau hilang sebelum diletakan di climatic chamber.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Mahasiawa telah mengetahui penanganan, penyiapan dan analisis dampel
stabilita.
2. Mahasiawa telah mengetahui cara pembuatan protocol uji stabilita
3. Mahasiswa telah mengetahui cara pembuatan report uji stabilita.

B. Saran
1. Dipelukan penambahan Sumber Daya Manusia untuk penanganan sampel
stabilita dari mulai penerimaan sampai dengan pengujian sampel stabilita.
2. Pembuatan protokol stabilita dilakukan sebelum uji stabilita pada sampel
dilakukan.
3. Penyimpanan hasil Analisa sampel baik kimia maupun mikroorganise
sebaiknya didokumentasikan lebih rapih,

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto


Portofolio PKPA Industri Di PT. Actavis Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

BPOM No. 13 Tahun 2018. Perubahan atas Peraturan Kepala BPOM No.
HK.03.1.33.12.12.8195. Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik.
Departemen Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 tentang Registrasi Obat Jadi,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Peraturan Pembungkusan dan Penandaan
Obat Nomor 193/KAB/B.VII/71.
PT Actavis Indonesia SOP. No 04-03-000-02. Tahun 2018. Tentang Penanganan,
Penyiapan dan Analisis Sampel Stabilita. PT. Actavis Indonesia
PT Actavis Indonesia SOP. No. 04-03-000-04. Tahun 2018. Tentang Pedoman
Pembuatan Protokol dan Laporan Uji Stabilita. PT. Actavis Indonesia.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N.
S., UGM Press, Yogyakarta.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai