Anda di halaman 1dari 153

PENGARUH TIIGKAT KESEGARAW DAN UKURAW BAWAM

SEkTA LAMA PEISYULINGAN TERHABAP MWTU DAM RENDEMEN


MIHYAK KAPULAGA LO KAL (Amomum cardamomurn Willd.)

Oleh
ilCHWAN ROSJlDl

F 25 0650

1 9 9 3

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


'

INSTITUT PERTANIAN
B O G O R

BOGOR

ICHWAN ROSJIDI. F 25.0650. Pengaruh Tingkat Kesegaran dan Ukuran


Bahan serta Lama Penyulingan terhadap Mutu dan Rendemen Minyak Kapulaga
Lokal (Arnorn~tmcardnmorn~irnWilld.). Dibawah bimbingan S. Ketaren

RINGKASAN
Tanaman kapulaga lokal yang termasuk dalam famili Zingiberncme
merupakan tanainan asli Indonesia dan mempunyai potensi sebagai salah satu
tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak kapulaga lakal mempunyai banyak
kegunaan antara lain sebagai obat anti batuk, penghangat badan, influenza, obat
anti kembung, penambah rasa dan aroma untuk racikan jamu, campuran minyak
angin dan lain-lain.
Tanaman kapulaga lokal selama ini diperdagangkan dalam bentuk buah
kering. Dalam rangka untuk mendapatkan nilai tambah, perlu dilakukan pengolahan terhadap buah kapulaga lokal ini yaitu dengan cara penyulingan. Salali satu
metode penyulingan yang digunakan adalah penyulingan air dan uap (wafer nrrd
stearn distillatiort).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tingkat kesegaran
dan ukuran bahan serta lama penyulingan terhadap mutu dan rendemen minyak
kapulaga lokal dalam rangka untuk mendapatkan rendernen yang tinggi dan mutu
yang baik. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan pengukuran kadar air,
kadar minyak total serta penentuan waktu untuk penyulingan. Sedangkan pada
penelitian utama dilakukan penyulingan terhadap buah kapulaga lokal yang dilanjutkan dengan analisa terhadap minyak yang dihasilkan.
Faktor perlakuan yangdigunakan meliputi tirlgkat kesegaran buah yang
terdiri dari dua taraf (segar dan kering), ukurxn partikel buah derigan tiga tarat'
(utuh, terpisah antara kulit dan biji, lolos s~iriiigail5 inesll) dart laina penyulingan

yang terdiri dari dua taraf (8jam dan I0 jam). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua kali ulangan.
Analisa yang dilakukan untuk melihat pengaruh faktor perlakuan yang
dicobakan meliputi rendernen, hobot jenis. bili~rlganester, bilangari asam, indeks
bias, kelarutan dalam etanol 80 persen, putaran optik dan analisis komponen
dengan kromatografi gas.
Perlakuan tingkat kesegaran dan ukuran partikel buah serta lama penyulingan berpengaruh nyata terhadap rendernen, bilangan ester, bobot jenis, indeks
bias dan putaran optik, tetapi tidak berpengaruh terhadap kelarutan dalam etanol

80 persen dan bilangan asam.


Hasil terbaik diperoleh pada kombinasi perlakuan buah kapulaga lokal
kering, 1010s saringan 5 mesh yang disuling selarna 8 jam (A1B2CO) dengan
rendemen sebesar 5.97 persen, bilangan ester 4.85, bilangan asam 0.166, kelarutan
dalam etanol 80 persen 18.9 : 10, bobot jenis 0.9221, indeks bias 1.4631, putaran
optik -8.3 dan mempunyai komponen 16jenis.

PENGARUN TINGKAT KESEGARAN DAN UKURAN BAHAN


SERTA LAMA PENYULINGAN TERIIADAP MUTU DAN RENDEMEN
MINYAK KAPULAGA LOKAL (Amomurn cardamom~~rn
Willd.)

Oleh
ICHWAN ROSJIDI

25.0650

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
B O G O R

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGARUH KONDISI DAN UKURAN BAHAN SERTA LAMA PENYULINGAN
TERHADAP

MUTU DAN RENDEMEN MINYAK KAPULAGA LOKAL

(Amomum cardamomum Willd. )

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor

Oleh
ICHWAN ROSJIDI
F

25.0650

Dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1970


di Surabaya
Tanggal lulus : 5 Agustus 1993

KATA PENGANTAR

Segala puja

dan

puji bagi Allah

swt.

yang

telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat


menyelesaikan skripsi ini.
Penulis

juga

ingin menyampaikan rasa

terima

kasih

kepada :
1.

Semangat Ketaren MS. yang telah membina dan

mem-

bimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.


2.

Pimpinan BPIHP Bogor dan staf yang telah

mengijinkan

pemakaian laboratorium Khemurgi sebagai tempat penelitian.


3.

Seluruh staf Sie Pengembangan Teknologi, Balai Pengembangan Khemurgi dan Aneka Industri, Dra. Sumarsi Apt.,
Dra.

Lucyana,

Sukarta yang

Wardan Sumarwata, Gozali,


telah banyak

membantu

dan

penulis

Atang
selama

penelitian.
4.

Seluruh teman-teman yang ada di BARISTAR, Imam Kriting


Muslih, Erfan, Pra-Roto-setyo, Su-kopel-kardji,

Agus

Ludruk subekti, Pur-Gondez-nomo, Sas-Celeng-mito, Ponco, Ayip Dumeng I, Hakim Moerdiono, Abdul Betawi Azis,

Iwan Petok Suwandi, Su-Basman-priono dan Soepandi yang


telah

memberikan dukungan baik langsung maupun

langsung
5.

tidak

Teman-teman penulis yang ada di kampus, terutama Haris


dan

Dodi, juga Nurita, Amelia, Minda,

iii

Rina, Anita

Fadjari, Fikri Anita (ITI), Agit PJKA, Giri,

Zenovial,

Iqbal, Winarno Pakde atas dukungan morilnya.


6.

Anggota Red Bacteria Band, Ade, Ari, Henry, Lisa, Budi


Ngalam,

Imanuddin dan Deny yang membantu

refreshing

penulis.
7.

Adik

Tri

Handari Cahya yang

mendampingi penulis

selalu

membantu

saat-saat menyelesaikan

serta
ujian

skripsi.
8.

Arek-arek Suroboyo, Yusuf, Hari, Surono, Lutfi, Ulik,


Agus yang telah memberikan bantuan secara tidak langsung.
Ucapan

tuaku

yang

terima kasih yang terbesar untuk kedua


telah banyak dan selalu memberikan

orang

dorongan

serta mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


Penulis juga menyadari bahwa masih banyak

kekurangan

dalam skripsi ini, sehingga saran dan kritik yang bijaksana serta membangun sangat diharapkan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
terutama bagi yang berkepentingan terhadap hasil penulisan
ini

Bogor, Juli 1993

DAFTAR IS1

Halaman

.
DAFTAR IS1 . . .
DAFTAR TABEL . .
DAFTAR GAMBAR . .

KATA PENGANTAR

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.

...............
. . . . . . . . . . . . . . . . .

DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG

. . . . . . . . . . . . . .

. TUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I1 . TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . .
A . BOTANI . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B . KOMPOSISI KIMIA . . . . . . . . . . . . .
1. Komposisi Minyak Atsiri . . . . . . . .
a . Monoterpen . . . . . . . . . . . . .
B

. . . . . . . . . . . .
2 . Komposisi Minyak Kapulaqa Lokal . . . .
. . . . . . . . . . .
C . SIFAT FISIKO-KIMIA
1 . Sifat Fisiko-Kimia Minyak Atsiri . . .
b . Seskuiterpen

Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kapulaga


Lokal . . . . . . . . . . . . . . .

. .
D . PENYULINGAN MINYAK ATSIRI . . . . . . . .
1 . Teori Penyulingan . . . . . . . . . . .
2 . Metoda Penyulingan .
. . . .
E

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN


DAN MUTU . . . . . . . . . . . . . . . .

iii
v
viii
ix
xii
1
1

5
10
10
14
21
25
31
31

33
34

34

37

43

. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .

44

. . . . . . .

44

1. Perlakuan Pendahuluan
2

Lama Penyulingan

Peralatan Penyulingan

Perlakuan terhadap Minyak setelah Penyulingan . . . . . . . . . . . . .

45

. . . . . . . . .

46

I11 . BAHAN DAN METODE PENELITIAN


A

43

. BAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Bahan Baku
..............
2 . Bahan Kimia . . . . . . . . . . . . .

46

...................

47

. . . . . . . . . . . .

47

B . ALAT

C . METODA PENELITIAN

.
2.

........
Penelitian Utama . . . . . . . . . . .
D . PERLAKUAN . . . . . . . . . . . . . . . .
E . RANCANGAN PERCOBAAN . . . . . . . . . . .
F . PENGAMATAN . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Rendemen . . . . . . . . . . . . . . .
2 . Indeks Bias
.............
1

Penelitian Pendahuluan

. . . . . . . . . . . .

Bobot Jenis

46

46

47
48
50
51
52
52

53
55

. Putaran Optik . . . . . . . . . . . .
5 . Kelarutan dalam alkohol . . . . . . .
6 . Analisis dengan Kromatografi Gas . . .

58

..............

59

. Kadar Minyak . . . . . . . . . . . . .

60

7 . Kadar Air
8

56
57

9 . Bilangan Asam

. . . . . . . . . . . .

62

10. Bilangan Ester

. . . . . . . . . . . .

63

IV

. . . . . . . . . . . .
PENDAHULUAN . . . . . . . . .

HASIL DAN PEMBAHASAN

65

A . PENELITIAN

65

. . . . . .
2 . Kadar Minyak Atsiri .
3 . Lama Penyulingan
. .
B . PENELITIAN UTAMA . . . .
1 . Rendemen . . . . . .
1 . Kadar Air

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
......

. Bilangan Asam . . . . . . . . . . . . .
3 . Bilangan Ester . . . . . . . . . . . .
4 . Bobot Jenis . . . . . . . . . . . . . .
2

Indeks Bias

. . . . . . . . . . . . . .

67
68
68
73
76
81
84

91

. Analisis
Komponen dengan Kromatografi
Gas . . . . . . . . . . . . . . . . . .

94

............

98

66

. Melarutan dalam Etanol 80 Persen . .


7 . Putaran Optik . . . . . . . . . . . . .
6

65

KESIMPULAN DAN SARAN

. . .
B . SARAN . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . .
LAMPIRAN . . . . .

A . KESIMPULAN

.
.
.
.

.
.
.
.

. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .
...........
. . . . . . . . . . .

vii

87

98
99
100
103

DAFTAR TABEIL

Halaman
Tabel 1.

Data hasil destilasi kapulaga


sabrang . . . . . . . . . .

Tabel 2.

Ekspor buah kapulaga lokal

Tabel 3.

Sifat fisiko-kimia minyak kapulaga


lokal

. . . .
kering . . .

.................

33

Tabel 4.

Sifat fisiko-kimia minyak kapulaga


sabrang . . . . . . . . . . . .

Tabel 5.

Data rendemen penyulingan


pendahuluan

..............

67

Data hasil kromatografi minyak kapulaga


lokal

96

Tabel 6.

.................

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

1.

2.
3.
4.

5.
6.

7.

Tanaman kapulaga lokal (Amomum


cardamomum) . . . . . . . . . .

. . .

Letak minyak atsiri pada biji kapulaga


lokal . . . . . . . . . . . . . . . .

7
8

Mekanisme penggabungan isopren secara


kepala ke ekor

14

Hubungan antara metabolisme primer dan


sekunder

17

Pembentukan asam mevalonat dari


asetil-CoA . . . . . . . . .

18

...........

..............
. . .

Pembentukan isopentenil pirofosfat


dari asam mevalonat . . . . . . . .

19

.............

20

Pembentukan terpen dari isopentenil


pirofosfat

Gambar

8.

Struktur bangun 1.8 sine01

. . . .

27

Gambar

9.

Struktur bangun 1.4 sine01

. . . . .

28

Gambar

10.

Struktur bangun kamfor

. . . . . . .

28

Gambar

11.

Rumus bangun borne01

. . . . . . . .

29

Gambar

12.

Rumus bangun beberapa komponen minyak


kapulaga lokal . . . . . . . . . . .

30

Rumus bangun beberapa komponen minyak


kapulaga lokal

. . . . . . . . . . .

31

Hubungan tekanan parsial dan tekanan


uap total pada suhu dari campuran binair pada fasa tunggal menurut hukum
Raoult . . . . . . . . . . . . . . .

36

Penampang ketel penyulingan air hemat


energi . . . . . . . . . . . . . . .

38

Penampang ketel penyulingan air dan


uap hemat energi . . . . . . . . .

40

Gambar
Gambar

Gambar
Gambar

13.
14.

15.
16.

Gambar

Peralatan penyulingan uap

Gambar

Diagram alir pengolahan minyak atsiri


buah kapulaga lokal .
. . . .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga kering dan lama penyulingan
terhadap rendemen

. . . . . .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga segar dan lama penyulingan
terhadap rendemen . . . . . . . . . .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga kering dan lama penyulingan
terhadap bilangan asam .
. . .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga segar dan lama penyulingan
terhadap bilangan asam .
. . .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga kering dan lama penyulingan
terhadap bilangan ester . . . . . .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga segar dan lama penyulingan
terhadap bilangan ester . . . . .

Gambar

Reaksi hidrolisis ester

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga kering dan lama penyulingan
terhadap bobot jenis .
. . .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga segar dan lama penyulingan
.
.
.
terhadap bobot jenis .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga kering dan lama penyulingan
terhadap indeks bias

. . . . . . .

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga segar dan lama penyulingan
terhadap indeks bias .
.
.
.

Gambar

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga kering dan lama penyulingan
terhadap kelarutan dalam etanol 8 0
persen

. . . . . . . . . . . . . . .

Gambar

Gambar

Gambar

31.

32.

33.

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga seqar dan lama penyulingan
terhadap kelarutan dalam etanol 80
persen . . . . . . . . . . . . .

89

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga kering dan lama penyulingan
.
.
terhadap putaran optik .

93

Hubungan antara ukuran partikel buah


kapulaga segar dan lama penyulingan
. . .
terhadap putaran optik .

93

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran l a .
Lampiran l b .
Lampiran l c .

Lampiran Id.

Lampiran l e .

Lampiran I f .

Lampiran l g .

Lampiran l h .

Lampiran li.

D a t a rendemen minyak k a p u l a g a
lokal

...............

104

S i d i k ragam rendemen minyak k a p u l a g a


lokal

105

Pengaruh t i n g k a t k e s e g a r a n buah ( A )
t e r h a d a p r e n d e m e n minyak k a p u l a g a
l o k a l b e r d a s a r k a n u j i Duncan . . .

105

Pengaruh u k u r a n p a r t i k e l buah ( B )
t e r h a d a p r e n d e m e n minyak k a p u l a g a
l o k a l b e r d a s a r k a n u j i Duncan

. . . .

105

Pengaruh lama p e n y u l i n g a n ( C ) t e r h a d a p rendemen m i n y a k k a p u l a g a l o k a l


b e r d a s a r k a n uj i Duncan

.......

106

Pengaruh t i n g k a t k e s e g a r a n buah ( A )
dengan u k u r a n p a r t i k e l buah ( 8 ) t e r h a d a p rendemen minyak k a p u l a g a l o k a l
b e r d a s a r k a n u j i Duncan

.......

106

Pengaruh t i n g k a t k e s e g a r a n buah ( A )
dengan lama p e n y u l i n g a n ( C ) t e r h a d a p
rendemen m i n y a k k a p u l a g a l o k a l b e r d a s a r k a n u j i Duncan

. . . . . . . .

106

Pengaruh u k u r a n p a r t i k e l buah ( B )
dengan lama p e n y u l i n g a n ( C ) t e r h a d a p
rendemen m i n y a k k a p u l a g a l o k a l berd a s a r k a n u j i Duncan . . . . . . . .

107

Pengaruh t i n g k a t k e s e g a r a n buah ( A ) ,
u k u r a n p a r t i k e l buah ( B ) dan lama
p e n y u l i n g a n ( C ) t e r h a d a p rendemen m i nyak k a p u l a g a l o k a l b e r d a s a r k a n u j i
Duncan

107

Data a n a l i s i s b i l a n g a n asam minyak


kapulaga l o k a l . . . . . . . . . .

108

. .

108

. . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . .

Lampiran 2 a .
Lampiran 2 b .

S i d i k ragam b i l a n g a n asam minyak


kapulaga l o k a l . . . . . . . . .

xii

Lampiran 2c.

Pengaruh lama penyulingan ( C ) terhadap bilangan asam minyak kapulaga


lokal berdasarkan uji Duncan

....

Lampiran 2d.

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A )


dengan lama penyulingan (C) terhadap
bilangan asam minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan . . . . . . .

Lampiran 2e.

Pengaruh ukuran partikel buah ( B )


dengan lama penyulingan ( C ) terhadap
bilangan asam minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan

.......

Lampiran 2f.

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A ) ,


ukuran partikel buah ( B ) dan lama
penyulingan (C) terhadap bilangan
asam minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan . . . . . . . . . . .

Lampiran 3a.

Data analisis Silangan ester minyak


kapulaga lokal

Lampiran 3b.

Sidik ragam bilangan ester minyak


kapulaga lokal

Lampiran 3c.

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A )


terhadap bilangan ester minyak
kapulaga lokal berdasarkan uji
Duncan . . . . . . . . . . . . . . .

Lampiran 3d.

Pengaruh ukuran partikel buah ( B )


terhadap bilangan ester minyak
kapulaga lokal berdasarkan uji
Duncan

...........
...........

...............

Lampiran 3e.

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A )


dengan ukuran partikel buah ( B ) terhadap bilangan ester minyak kapulaga
lokal berdasarkan uji Duncan . . . .

Lampiran 3f.

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A ) ,


ukuran partikel buah ( B ) dan lama
penyulingan ( C ) terhadap bilangan
ester minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan . . . . . . . . .

Lampiran 4a.

Data analisis bobot jenis minyak


kapulaga lokal . . . . . . . . .

. .

Lampiran 4b.

Sidik ragam bobot jenis,minyak


kapulaga lokal . . . . . . . . .

. .

xiii

Lampiran 4c.

Lampiran 4d.

Lampiran 4e.

Lampiran 4f.

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A )


terhadap bobot jenis minyak kapulaga
lokal berdasarkan uji Duncan

. . . .

112

Pengaruh ukuran partikel buah ( B )


terhadap bobot jenis minyak kapulaga
lokal berdasarkan uji Duncan . . . .

113

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A )


dengan ukuran partikel buah ( B ) terhadap bobot jenis minyak kapulaga
lokal berdasarkan uji Duncan

....

113

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A ) ,


ukuran partikel buah ( B ) dan lama
penyulingan (C) terhadap bobot jenis
minyak kapulaga lokal berdasarkan
uji Duncan

113

Data analisis indeks bias minyak


kapulaga lokal . . . . . . . . .

. .

114

. . .

114

Pengaruh ukuran partikel buah ( B )


terhadap indeks bias minyak kapulaga
lokal berdasarkan uji Duncan . . . .

115

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A )


dengan ukuran partikel buah (B) terhadap indeks bias minyak kapulaga
lokal berdasarkan uji Duncan . . . .

115

Pengaruh ukuran partikel buah (B)


dengan lama penyulingan (C) terhadap
indeks bias minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan .
. . .

115

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A),


ukuran partikel buah (B) dan lama
penyulingan (C) terhadap indeks bias
minyak kapulaga lokal berdasarkan
uji Duncan . . . . . . . . . . . . .

116

Data analisis kelarutan minyak


kapulaga lokal dalam etanol
80 persen . . . . . . . . . .

117

.............

Lampiran 5a.
Lampiran 5b.
Lampiran 5c.

Lampiran 5d.

Lampiran 5e.

Lampiran 5f.

Lampiran

6.

Lampiran 7a.

Sidik ragam indeks bias minyak


kapulaga lokal . . . . . . .

. . .

Data putaran optik minyak kapulaga


lokal . . . . . . . . . . . . . . .

xiv

118

Lampiran 7b.

Sidik ragam putaran optik minyak


kapulaga lokal . . . . . . . . .

Lampiran 7c.

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A )


terhadap putaran optik minyak
kapulaga lokal berdasarkan uji
Duncan . . . . . . . . . . . . . .

Pengaruh ukuran partikel buah (B)


terhadap putaran optik minyak
kapulaga Lokal berdasarkan uji
Duncan . . . . . . . . . . . . . .

Lampiran 7d.

Lampiran 7e.

Lampiran 7f.

Pengaruh lama penyulingan ( C )


terhadap putaran optik minyak
kapulaga lokal berdasarkan uji
Duncan . . . . . . . . . . . .

. .

. . .

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A )


dengan ukuran partikel buah ( 8 ) terhadap putaran optik minyak kapulaga
lokal berdasarkan uji Duncan

. . . .

Lampiran 79.

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A)


dengan lama penyulingan ( C ) terhadap
putaran optik minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan . . . . . . .

Lampiran 7h.

Pengaruh ukuran partikel buah (B)


dengan lama penyulingan ( C ) terhadap
putaran optik minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan . . . . . . .

Lampiran 7i.

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A ) ,


ukuran partikel buah ( B ) dan lama
penyulingan (C) terhadap putaran optik minyak kapulaga lokal berdasarkan
uji Duncan . . . . . . . . . . . .

Lampiran 8.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal kering
utuh yang disuling selama 8 jam
(AIBoCo)

Lampiran 9.

. . . . . . . . . . . . .

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal kerinq
utuh yang disuling selama 10 jam
( A1 B0 C1 ) .

. . . . . . . . . . . . .

Lampiran 10. Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal kering
rajang kasar yang disuling selama
8 jam (AIBICO) . . . . . . . . .
Lampiran 11.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal kering
rajang kasar yang disuling selama
10 jam (AIBIC1) . . . . . . . . .

Lampiran 12.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal kering
rajang halus yang disuling selama
8 jam (A1B2CO) . . . . . . . . . .

Lampiran 13.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal kering
rajang halus yang disuling selama
10 jam (A1B2C1)

. . . . . . . . .

Lampiran 14.

~romatogramminyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal segar
utuh yang disuling selama 8 jam
(A2BoCo)

. . . . . . . . . . . . .

Lampiran 15.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal segar
utuh yang disuling selama 10 jam
(A2BoC1) . . . . . . . . . . . . .

Lampiran 16.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal segar
rajang kasar yang disuling selama
8 jam (A2B1CO) . . . . . . . . . .

Lampiran 17.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal segar
rajang kasar yang disuling selama
10 jam (A2B1C1) . . . . . . . . .

Lampiran 18.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal segar
rajang halus yang disuling selama
8 jam (A2B2CO) . . . . . . . . . .

Lampiran 19.

Kromatogram minyak kapulaga lokal


dari buah kapulaga lokal segar
rajang halus yang disuling selama
10 jam (A2B2C1) . . . . . . . . .

A. LATAR BELAKANG
Sampai

sekarang

ini telah

dikenal

sekitar

150

j e n i s tanaman p e n g h a s i l minyak a t s i r i , akan t e t a p i b a r u


70

jenis

jenis

yang d i p r o d u k s i s e c a r a k o m e r s i a l .

t e r s e b u t , 40 t e r d a p a t d i Indonesia dan

Dari

70

baru

10

j e n i s y a n g d i e k s p o r y a i t u a k a r wangi, n i l a m , s e r e h

wa-

ngi,

dan

c e n d a n a , l a d a , cengkeh, p a l a , kenanga,

jahe

kayu p u t i h .
Kapuiaga

merupakan s a l a h s a t u

tanaman

penghasil

minyak a t s i r i yang k i n i s e d a n g d i u s a h a k a n u n t u k
bangkan
tinggi.

karena

mempunyai n i l a i

ekonomis

dikem-

yang

cukup

B i j i buah kapulaga l o k a l digunakan u n t u k

nambah r a s a dan aroma pada r a c i k a n jamu, minyak


penghangat badan dan l a i n - l a i n

me-

angin,

(Sudiarto, 1986).

D i I n d o n e s i a sedang dikembangkan dua j e n i s k a p u l a -

ga

y a i t u kapulaga sabrang ( E l e t t a r i a

kapulaga
pactum

cardamomum)

l o k a l (Amomum cardamomum sinonim Amomum


S o l a n d e x Maton).

Dalam

perdagangan

dan
com-

interna-

s i o n a l k a p u l a g a s a b r a n g d i s e b u t T r u e cardamon s e d a n g k a n
kapulaga

l o k a i d i s e b u t F a l s e cardamon,

dalam b e n t u k buah a t a u minyak a t s i r i .

yang

diekspor

Indonesia

telah

mengekspor buah kapulaga l o k a l t e r u t a m a ke RRC, K o r e a ,


Taiwan d a n J e p a n g (Suratman e t a l . , 1 9 8 6 ) .

Perbedaan penyebutan t e r s e b u t d i s e b a b k a n p e r b e d a a n
g e n u s dan k a r e n a kandungan minyak a t s i r i d a r i
l o k a l l e b i h r e n d a h y a i t u hanya 2 . 4 p e r s e n

kapulaga

dibandingkan

d e n g a n kapulaga s a b r a n g yang b e r k i s a r a n t a r a 3 . 5

7.0

p e r s e n ( P u r s e g l o v e e t a l . , 1981).

di

Tanaman k a p u l a g a l o k a l banyak d i u s a h a k a n

terutama

Jawa dan merupakan tanaman a s l i I n d o n e s i a

sehingga

daya

adaptasi

tanaman kapulaga l o k a l i n i

lebih

s e r t a budidaya r e l a t i f l e b i h mudah d i b a n d i n g k a n
tanaman

kapulaga s a b r a n g .

l e b i h tinggi yaitu 0.4

P r o d u k s i buah

baik

dengan

kering

jauh

1 ton/Ha s e t e l a h tahun k e t i g a ,

d i b a n d i n g k a n dengan kapulaga s a b r a n g yang hanya 112-300


kg/Ha

(Anonim, 1 9 7 7 ) .
Suatu p e n e l i t i a n mengenai k a p u l a g a s a b r a n g ( E l e t -

t a r i a cardamomum) u n t u k m e n g i s o l a s i minyak a t s i r i yang


d i l a k u k a n o l e h Anwar et a 1 . ( 1 9 8 5 ) memberikan h a s i l sep e r t i yang d i s a j i k a n pada Tabel 1.
T a b e l 1.
Asal

Data h a s i l d e s t i l a s i k a p u l a g a sabranga

Berat serbuk
(gram)

B i ji
Buah
Kulit

Rendemen
(%)

100
100
100

a ~ n w a re t a l .
Selama

Lama d e s t i l a s i
(jam)

(1985)

i n i belum ada p e n e l i t i a n u n t u k

memperoleh

minyak

d a r i kapulaga l o k a l (Amomum cardamomum

secara

rinci.

Untuk i t u p e r l u

dilakukan

Willd.)

penelitian

mengenai

minyak kapulaga lokal sebagai

informasi dan

pengetahuan yang berguna untuk mengetahui


kedua

jenis kapulaga ini, terutama yang

perbandingan
berasal

dari

buah.
ini kapulaga lokal diekspor dalam

Selama
buah

kering.

Pada tahun 1987

ekspor

buah

bentuk

kapulaga

lokal kering ke beberapa negara disajikan pada Tabel 2.


Tabel 2.

Ekspor buah kapulaga lokal kering a

Negara tujuan

FOB (US $)

Jumlah (kg)

Hongkong
Thailand
Singapore

1.118.525
750
90.000

1.833.771
1.500
164.258

Total

1.249.336

2.038.308

a ~ i r oPusat Statistik (1987)


Minyak kapulaga lokal belum mempunyai nilai ekonomi dalam perdagangan internasional, akan tetapi di
lam

negeri

telah mulai diperdagangkan dalam

da-

kemasan

botol sebesar 15 ml sebagai obat influensa dengan harga


Rp

12.000,00.

lokal mempunyai
sekitar
yang

Hal ini menunjukkan


nilai ekonomis

Rp 800.000,OO per liter.

minyak

sangat tinggi yaitu


Dalam Market

diterbitkan oleh perusahaan George Uhe

Brokers,

kapulaga

Report

Co.

Inc.

New York, U.S.A. pada bulan Maret 1984

minyak

kapulaga sabrang per kg C&F sekitar U.S

sampai

U.S $ 430 (Rp 800.000,OO sampai Rp

(Indo, 1989).

harga
$

400

830.000,OO)

Dengan demikian, proses pengolahan untuk mendapatkan minyak atsiri dari buah kapulaga lokal, sangat perlu

dilakukan untuk memberikan nilai tambah

yang

jauh

lebih tinggi.

B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
ruh

tingkat

kesegaran dan ukuran

bahan

penga-

serta

penyulingan terhadap mutu dan rendemen minyak

kapulaga

lokal (Amomum cardamomum Willd.) yang dihasilkan


rangka

untuk memperoleh rendemen yang tinggi dan

yang baik.

lama

dalam
mutu

11. TINJAUAN PUSTAKA

A. BOTANI
Kapulaga merupakan tumbuhan yang
famili

Zingiberaceae

(1989) ada empat marga

termasuk dalam

(temu-temuan)

Menurut

Indo

atau genus dari famili ini yang

dikenal sebagai kardamon dalam istilah perdagangan.


Pertama adalah marga Amomum meliputi Amomum cardamomum

(Indonesia),

Amomum

Amomum

globosum

subulatum (India dan Nepal),

(Kamboja),

(Cina Selatan),
Amomum

krervanh

Amomum xanthioides dari Thailand dan masih

banyak lagi yang lain.


Kedua, marga Elettaria dengan jenis Elettaria cardamomum

yang terdiri dari varietas Mayor

Varietas

Minor

terdiri atas ras Malabar

dan
dan

Minor.
Mysore,

sedangkan varietas Mayor berasal dari Srilangka.


Ketiga, marga Aframomum meliputi

Aframomum

rima (Ethiopia), Aframomum anqustifolium

(Madagaskar),

Aframomum meleyueta (Afrika Barat) dan lain-lain.


yang

keempat adalah

marga

kora-

Dan

Zingiber, seperti jenis

Zingiber niqrum dari neqeri Cina.


Genus Amomum mempunyai 87 spesies, 36 species terdapat di Indonesia dan 51 species terdapat di Tiongkok,
Jepang

dan Australia (Engler, 1959

dalam

Sudiarto,

1986).

Jenis yang umum diusahakan di Indonesia adalah

species Amomum cardamomum Willd., terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Suratman et al., 1986).
Jenis Amomum cardamomum mempunyai nama yang berbeda-beda

pada setiap daerah di Indonesia, antara


(Aceh), qardamunqqu,

kapulaga

Kardamunqqu

(Jakarta),

Pelaqa, Puwar pelaqa (Minangkabau), Palaqa, Puwa


go, Kapol (Sunda), Kapulogo, Kapulaga (Jawa),
gha, Palagha (Bali) dan Kapulaqa, Karkolaka

lain

pala-

Kapola-

(Makasar),

Garidimonq, Kapulaga (Ujung Pandang dan Bugis). Sedangkan

di

luar

negeri

disebut

dengan Ronde

kardemom

(Belanda), Amome a grappe (Perancis) (Heyne, 1987).


Kapulaga lokal mempunyai tiga macam klon yang terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, yaitu klon kapulaga

merah besar, klon kapulaga emprit dan kapulaga

tih.

Dan

sampai saat ini jenis klon kapulaga

pu-

merah

besar yang dianggap paling unggul (Sudiarto, 1986).


Pengembangbiakan tanaman ini dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif.
digunakan
murah

adalah

dan cepat.

dilakukan

cara vegetatif karena

lebih

mudah,

Perbanyakan secara generatif

jarang

cukup

lama,

mahal dan turunan yang dihasilkan lebih beragam.

Bibit

dari

karena

Akan tetapi yang banyak

membutuhkan waktu yang

persemaian dapat ditanam setelah berumur 4

bulan, denqan keuntungan anakan lebih banyak dan


tumbuh.

Benih

kapulaga harus disemai

segar dengan kadar air 30

dalam

cepat

keadaan

50 persen (Anonim, 1988).

Gambar 1.

Tanaman kapulaga lokal (Amomum cardamomurn


Willd. ) (Santoso, 1989)

Perbanyakan
memilih
helai.
daun,

anakan

dengan stek anakan


yang

dilakukan

dengan

berhelai daun (lamina) 2

Tiap stek anakan harus mengandung 2

10

batang semu, rimpang yang minimal bertunas

10

helai
satu

dan sedikit akar adventif.


Penanaman dilakukan sedalam 10 cm, dan

sebelumnya

disediakan lubang tanam 40 x 40 x 40 cm kemudian

diisi

dengan

Jarak

campuran

tanah dengan

pupuk

kandang.

tanam berkisar antara 1 x 1 m , 1 x 1.5 m atau 1 x 2 m


(Suratman et al., 1986).

Kemudian dijelaskan oleh Suratman


kapulaga

harus

terhindar dari sinar

langsung dan tidak terlalu terik.


tumbuh

baik

bahwa

matahari

tanaman
secara

Dengan demikian akan

pada lahan-lahan yang

agak

terlindung.

Tanaman ini ditanam dibawah pohon lain sebagai tanaman


sela, dan apabila ditanam secara monokultur pada

lahan

terbuka dan belum ada pohon lain harus didahului dengan

Penampang melintang
biji kapulaga

Penampang melintang
testa biji kapulaga

Keterangan :
a.
b.
c.
d.
e.

Lapisan atas testa


Sel minyak testa
Sel batu di bawah testa
Perisperm
Endosperm

Gambar 2.

a.
b.
c.
d.
e.

Epidermis
Parenkim
Sel minyak atsiri
N o d u l e of s i l i c a
Sel batu

Letak minyak atsiri pada biji kapulaga lokal


(Hardman, 1972 d i d a l a m Rosengarten, 1 9 7 9 )

penanaman

pohon pelindung yang diatur sedemikian rupa

sehingga tidak terlalu jarang dan tidak terlalu rimbun.


Menurut

Indo (1989), tanaman kapulaqa

sangat memerlukan naungan.


nam

di

sela-sela pohon

lokal

Oleh sebab itu sering

pisang

dita-

lindunqan seperti Albizzia

falcata (sengon laut), dadap, petai cina, pinang,

dan

ini

atau pohon buah-buahan

yanq

lain.

dapat ditanam di bawah lindungan pohon bambu.

kopi
Juqa

Apabila

lindunqan terdiri atas pohon-pohon yang mempunyai

per-

tumbuhan lebih lambat dari pada kapulaqa lokal, tanaman


pelindunq ini harus ditanam lebih dahulu.
Tanaman

kapulaqa

rumpun

batang

semu, daun berbentuk lanset yang cukup panjang

dengan

kedudukan yang

dengan helai daun.

atsiri
yang

berseling dan

kelopak

daun

menutupi

tanpa membentuk tangkai daun bersambung

batang,
sung

lokal membentuk

Helai daun menqandung

sineol dengan rasa pedas.

Kadar

langminyak

sineol daun

masih muda lebih tinggi daripada yanq sudah tua.

Rimpanq yang terbentuk agak keras, berwarna merah darah


dan

juga mengandung minyak atsiri.

berbunqa

pada

umur 2 - 3 tahun

Tanaman ini mulai

namun

praktis

tidak

menqhasilkan buah, dan pada umur 3 - 4 tahun baru dapat


menghasilkan buah.
berkotak
hitam

tiga

dan

Bentuk

buah

ruang, berbiji

bulat

cukup

memiliki kulit keriput.

agak

banyak

pipih,

berwarna

Kandunqan

sineol

biji kapulaga rata-rata 12 persen (Rismunandar, 1988).

Tanaman

iklim

dengan

u d a r a yang cukup t i n g g i dengan c u r a h

kelembaban
2500

kapulaga l o k a l membutuhkan

4000 mm/th

pada k e t i n g g i a n t e m p a t 2 0 0

d i a t a s permukaan l a u t .

K e t i n g g i a n t e m p a t 300

hujan
1000

500

merupakan yang i d e a l b a g i j e n i s i n i (Murnita d a n S u n a r t o , 1970 dalam Suratman e t a l . ,

1986).

Menurut S u d i a r t o (1986) u n t u k d a e r a h dengan


hujan

rata-rata

2500 mm p e r t a h u n , d i p e r l u k a n

curah
sekitar

136 h a r i h u j a n p e r t a h u n , b u l a n k e r i n g t i d a k l e b i h d a r i
tiga

b u l a n d a n b u l a n basah d e l a p a n b u l a n

lembab (60

serta

bulan

100 mmfbulan) s e k i t a r 1 . 5 bulan.

Suhu h a r i a n r a t a - r a t a d a e r a h t e m p a t tumbuh tanaman


kapulaga

lokal

adalah b e r k i s a r a n t a r a

20C

32OC.

Sedangkan s u h u d i bawah t a j u k pohon maupun naungan y a n g


cukup

rimbun

d i daerah d a t a r a n r e n d a h

sampai

sedang

b e r k i s a r a n t a r a 23C - 30C ( S u d i a r t o , 1 9 8 6 ) .

B. KOMPOSISI KIMIA
1. Komposisi Minyak Atsiri
Minyak a t s i r i yang d i s e b u t j u g a minyak t e r b a n g ,
eteris,

minyak
golongan

a t a u minyak

volatil

minyak yang d i h a s i l k a n o l e h

adalah

suatu

tanaman

atau

hewan

yang mempunyai s i f a t d a p a t menguap pada

suhu

kamar

dan

mempunyai bau wangi

penghasilnya.

yang

khas

seperti

Minyak atsiri dihasilkan dari sisa proses metabolisme


antara

dalam

tanaman

atau

hewan,

yaitu

berbagai senyawa kimia dengan

reaksi

bantuan

air.

Minyak ini disintesa dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman, tetapi ada juga yang terbentuk di

dalam

pembuluh resin, seperti minyak terpentin dari

pohon

pinus (Ketaren, 1985).


Selain

itu minyak atsiri dapat

dibentuk dari

hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat


dibuat secara sintetis.
Komponen

kimia

yang

menyusun

minyak

dapat digolongkan dalam dua kelompok


golongan

Hidrokarbon

dan

atsiri

besar, yaitu

Oxygenated

Hydrocarbon.

Sedangkan dari masing-masing kelompok tersebut dapat


dibedakan menjadi empat komponen yang dominan dalam
menentukan
benzene,
yang

sifat minyak atsiri yaitu

rantai

mengandung

lurus dan beberapa


nitrogen

(N),

terpen,

inti

senyawa kimia

belerang

(S) dan

fosfor (P) dalam jumlah kecil.


Hidrokarbon
terbentuk

merupakan

senyawa

dari unsur Hidrogen (H) dan

terpen
Carbon

Jenis karbon yang ada di alam terdiri dari

yang
(C).

monoter-

pen (2 unit isopren), seskuiterpen (3 unit isopren),


diterpen (4 unit isopren) dan politerpen (lebih dari
4 unit isopren), serta parafin, olefin dan hidrokarbon aromatik (Ketaren, 1985).

Komponen h i d r o k a r b o n yang dominan dalam

atsiri

akan

menentukan bau yang k h a s

minyak

dari

setiap

j e n i s minyak.
Komponen Oxygenated hydrocarbon t e r b e n t u k
unsur

Carbon

Senyawa

o k s i d a , ester dan e t e r .

dalam

Oksigen

yang t e r m a s u k golongan i n i a d a l a h

keton,

dan

dan

( C ) , Hidrogen ( H )

jenuh.

tidak

jenuh

lain

terdiri

Senyawa yang

(0).

aldehid,

I k a t a n atom

bentuk m o l e k u l d a p a t merupakan
tidak

dari

karbon

ikatan

jenuh

mengandung

tersusun d a r i terpen.

ikatan

Komponen

d a r i senyawa f e n 0 1 d a n

asam

yang

organik

y a n g t e r i k a t dalam b e n t u k e s t e r ( G u e n t h e r , 1 9 4 8 ) .
Terpen merupakan kandungan utama pada
besar

minyak

jumlah

a t s i r i tanaman,

dan

terdapat

lebih besar atau paling kecil.

dapat

dihasilkan

d a r i dehidrasi

sebagian
dalam

Terpen

tertentu

juga

senyawa

y a n g mengandung o k s i g e n dengan s u s u n a n k i m i a C10H180


yang

terkandung d a l a m b e r b a g a i minyak a t s i r i

alami

d a n r e d u k s i d a r i b e b e r a p a senyawa a l k o h o l dan k e t o n
d e n g a n susunan C10H160

(Sadtler et a l . ,

1925).

Pembentukan t e r p e n , semua d i d a s a r i pada molekul


isopren

dengan k e r a n g k a karbon yanq

penggabungan

tersusun

dua a t a u l e b i h u n i t C5.

dari

Penggolongan

t e r p e n d i l i h a t s e b a g a i komponen minyak a t s i r i

meli-

p u t i mono dan s e s k u i t e r p e n (C10

yang

mudah

mempunyai

sifat

menguap,

kemudian

dan C15)

diterpen (CZO)

sedikit menquap
tidak

dapat

sampai triterpen dan

menquap

pigmen

serta

sterol

karoten

yanq
(C40)

(Harbone, 1984).
Secara
qolonqan

kimia, terpen dapat dibagi menjadi

yaitu monoterpen dan

mempunyai titik didih berbeda.


titik

didih 140C

dua

seskuiterpen, yang
Monoterpen mempunyai

180QC, sedanqkan

seskuiterpen

lebih dari 200C.


Meskipun
hidrokarbon

nama

terpen

tidak

masih

jenuh, dalam

terbatas

alam

tidak

terdiri dari isopren oligomers, tetapi juga


oxygenated seperti
serta

hasil

sampai
hanya

turunan

alkohol, keton, aldehid,

reduksi

sebagian atau

asam

keseluruhan,

dimana turunan-turunan ini sering disebut terpenoid.


Sebagian
yang

besar terpen mempunyai rantai

tertutup

poliisopren

membentuk cincin (Kirk dan

Othmer,

1969).
Unit-unit
ekor

dan

sedikit sekali dalam susunan

Hidrokarbon
(C5H8)x,
dengan

terpen dihubunqkan secara kepala

sederhana

dimana

mempunyai

x adalah 2,

rumus

3, 4 atau

tingkat karbon yang tinqqi

yang

juqa

ke

lain.
empiris

6.

Terpen

diketahui,

namun sampai sejauh ini masih jarang digunakan.


Pembentukan

senyawa

terpen

dari

unit-unit

isopren (C5H8) menqikuti kaidah penyambungan

secara

kepala

ke

ekor.

Mekanisme

pembentukan

tersebut

d a p a t d i l i h a t pada Gambar 3 .
R a n t a i molekul t e r p e n b e r a d a dalam dua
yaitu

rantai terbuka (terpen a l i f a t i s )

tertutup
fisik

atau

kedua

merupakan

melingkar
bentuk

cairan

(terpen

tersebut

yang t i d a k

wangi (Ketaren, 1 9 8 5 )

bentuk,

dan

rantai

siklis).

Sifat

hampir

sama,

berwarna

dan

yaitu
berbau

OPP

DMCIPP

Geranil p i r o f o s f a t

Gambar 3 .

Mekanisme penggabungan i s o p r e n s e c a r a
k e p a l a k e e k o r ( S t r e e t d a n Cockburn,
1972)

a. Moiioterpen
Monoterpen
senyawa
terpen-0,

terbentuk

dari

penggabungan

i s o p r e n dan d a p a t b e r u p a t e r p e n

ataupun

s e p e r t i alkohol, keton a t a u aldehid.

Menurut struktur kimia dan jumlah ikatan rangkap,


monoterpen

dapat

alifatis

digolongkan dalam monoterpen

(asiklik), monosiklik, bisiklik

dan

trisiklik.
Bentuk

monoterpen alifatis mempunyai

tiga

ikatan rangkap dengan susunan kerangka molekul


Contoh monoterpen ini adalah

terbuka.
ocimen

dan mirsen,

senyawa

sedangkan golongan monoter-

pen-0 adalah geraniol dan sitronelal.


Monoterpen
mempunyai
lingkar.

dua

monosiklik adalah
ikatan rangkap dan

senyawa

yang

satu bentuk

Contoh dari senyawa monoterpen adalah

ocimen

p-mentan

sitronelal

mentol

p-mentan, dan dalam bentuk monoterpen-0

antara

lain mentol dan karvon.


Senyawa

monoterpen bisiklik mempunyai

ikatan rangkap dan dua bentuk


senyawa

ini

adalah

13-pinen,

lingkar.

satu

Contoh

sedangkan

untuk

monoterpen-0 adalah fencon dan kamfor.

Komponen-komponen minyak

atsiri

merupakan

senyawa hasil metabolisme sekunder.

Metabolisme

sekunder merupakan penyimpangan dari

metabolisme

primer

karena

berbeda.

fungsi

produk

yang

dihasilkan

Hasil metabolisme primer sangat diper-

lukan oleh tanaman untuk tumbuh, sedangkan


metabolisme
pokok

sekunder bukan

merupakan

untuk hidup dan tumbuh.

Dengan

kebutuhan
demikian

metabolit sekunder merupakan hasil buangan


dari metabolisme tumbuhan yang
fungsi dalam proses biokimia,
metabolit

hasil

akhir

tidak

mempunyai

karena

komposisi

sekunder ini dipengaruhi

oleh

dan kondisi pertumbuhan (Fardiaz, 1988).

medium

Lignin

METABOLISME SEKUNDER

I
Indol alkaloid

- - -- - - - - - - - - I
I

Karbohidrat

Triptofan

I &

1!r az !

I
I
I

ritros-p

~ s a msikimat

I
I

Tanin yang dapat;


dihidrolisa

FOsfat

Phosphoenolpiruvat

Malonil Co A

lo

Ia
4

' b

Asam mevalonat

IW,

[El
I

Siklus
Krebs

Isopentenil
~irofosfat

1
I

'
I

Tanin yang
terkondensasi

Prolin

alkaloid
Gambar 4.

alkaloid
Hubungan antara metabolisme primer dan
sekunder (Street dan Cockburn, 1972)

CoA

CH3

II
C

II

- CH2 - C - CoA

asetil-CoA

asetoasetil-CoA

CoA

OH

II

CH3 - C - CH2 - C - CoA

CH2 - COOH

6-hidroksi-O-metil
glutaril-CoA

CH3 - C - CH2 - CH20H

asam mevalonat

CH2 - COOH
Gambar 5.

Pembentukan asam mevalonat dari asetil-CoA


(Bidwell, 1979)

CH3 - C - CH2

CH20H

asam mevalonat

CH2 - COOH

ATP

OH

CH3 - C - CH2 - CH2 - OP03-

asam mevalonat5 fosfat

CH2 - COOH

OH

CH3 - C - CH2

CH2

0p206=

CHZ - COOH

CH3 - C - CH2

11

CHz

Gambar 6.

CH2 - 0 - PP

asam mevalonat5 pirofosfat

isopentenil
pirofosfat
PP = P206

Pembentukan isopentenil pirofosfat dari


asam.mevalonat (Vickery dan Vickery, 1981)

isopentenil
pirofosfat

S - Enz

dimetilallil
pirofosfat
(isopren)

CH3

C - CH2 - CH2 - 0 - PP

11

isopentenil
pirofosfat

CH2

cH2
qeranil
pirofosfat
(monoterpen)
Gambar 7 .

Pembentukan terpen dari isopentenil pirofosfat (vickery 'dan Vickery, 1981)

Menurut
lisme

Geisman dan Crout

primer

memproduksi

merupakan

(1969),

metabolisme

senyawa-senyawa yang

metabo-

awal

umum

yang

terdapat

makhluk hidup dengan struktur molekul

pada

sederhana

dan

memiliki

bobot

molekul

yang

relatif

rendah.
Sedangkan metabolisme sekunder menghasilkan
senyawa dengan struktur molekul yang kompleks dan
bersifat spesifik (Street dan Cocburn, 1972).
contoh
asam-asam
sebagai

dari metabolisme primer antara

amino dan polisskarida yang


kontrol genetik,

enzimatis

berfungsi

katalisator

dan proteksi terhadap hewan

lain

reaksi

tertentu.

Sedangkan contoh metabolisme sekunder antara lain


alkaloid, flavanoid, terpen, karotenoid, glikosida,

vitamin, karet, asam

aminononprotein

piperkolat dan hipoglisin) (Street dan

(asam

Cockburn,

1972).

Minyak atsiri yang mengandung fraksi


karbon
rumus

bertitik didih antara 250C-280C


empiris

C15H24

dinamakan

hidrodengan

seskuiterpen.

Lebih dari seratus jenis senyawa ini telah

dike-

nal,

dapat

tetapi

masih

sebagian

kecil

yang

diterangkan dan diidentifikasi (Guenther, 1949).

s e s k u i t e r p e n banyak ditemukan s e c a r a a l a m i a h
dalam
bau

minyak a t s i r i .
yang

sebagian

Sebagian

t a j a m dalam minyak
k e c i l hampir t i d a k

seskuiterpen
kelarutan

besar

mempunyai

atsiri

dan

berbau.

Kandungan

a k a n meningkatkan d e r a j a t

d a r i minyak a t s i r i .

hanya

bau

Senyawa

dan

golongan

i n i mempunyai s u s u n a n yang s a n g a t r u m i t d a n belum


d i k e t a h u i dengan j e l a s s e p e r t i t e r p e n ( S a d t l e r e t

al.,

1925).
Seperti pada

monoterpen,

kerangka

karbon

s e s k u i t e r p e n s e c a r a k i m i a juga d i g o l o n g k a n k e dalam

bentuk

a l i f a t i s , monosiklik,

dan

Sampai s a a t i n i t e r d a p a t r i b u a n

trisiklik.
kuiterpen

bisiklik

dengan s t r u k t u r yang t e l a h

ses-

ditetapkan

dengan j e l a s (Harbone, 1 9 8 4 ) .
Seskuiterpen tersusun d a r i t i g a isopren
mempunyai

i k a t a n t i d a k jenuh b e r b e n t u k

dan

campuran

halogen, hidrogen h a l i d a , n i t r o s o k l o r i d , n i t r o s i t
dan

nitrosat,

dan sebagian besar

terdiri

k r i s t a l s e h i n g g a komponen a s a l d a p a t

dari

diidentifi-

k a s i dengan mudah.

Hidrokarbon i n i mempunyai bau

tajam,

dibandingkan

yang
lebih

mudah

lebih kental

l a r u t dalam a l k o h o l

dan

terpen,

mempunyai

d e n s i t a s a n t a r a 0.84 - 0.93 (Guenther, 1 9 4 9 ) .


Menurut S a d t l e r e t a1. (1925) s t r u k t u r
kul

senyawa

ini

dapat

berbentuk

mole-

seskuiterpen

biasa yang merupakan hidrokarbon tak jenuh maupun


seskuiterpen-0.
seskuiterpen

alifatis

(asiklik) merupakan

senyawa yang mempunyai empat ikatan rangkap


bentuk

hidrokarbon

tak jenuh

dan

tiga

pada

ikatan

rangkap pada terpen-0, serta tidak memiliki

ben-

tuk

dari

lingkar.

Contoh hidrokarbon tak jenuh

golongan ini adalah seskuisitronellen, sedangkan


untuk jenis seskuiterpen-0 adalah nerolidol.
Seskuiterpen monosiklik memiliki tiga ikatan
rangkap dan satu bentuk lingkar.

Contoh untuk

jenis hidrokarbon senyawa ini adalah r-bisabolen


sedangkan dalam

bentuk

terpen-0

adalah

asam

absisat.
Bentuk bisiklik dari seskuiterpen mempunyai
dua

ikatan

ranqkap serta

dua

bentuk

Contoh dari senyawa ini yanq merupakan


bon

adalah

a-kadinen sedangkan untuk

adalah karotol.

seskuisitronellen

nerolidol

lingkar.
hidrokarterpen-0

r-bisabolen

asam absisat

a-kadinen

karotol

Seskuiterpen jenis trisiklik hanya mempunyai


satu

ikatan

rangkap dan

tiga

Contoh

senyawa

adalah

sedren, sedangkan untuk

adalah sedrol.

hidrokarbon

bentuk

dari

lingkar.

golongan

bentuk

ini

terpen-0

2. Komposisi niinyak kapulaga lokal


Senyawa-senyawa kimia yang menyusun minyak
pulaqa

titik

didih

bertitik

didih

170C sampai 17aC, 1-terpen-401 dengan titik

didih

165OC

lokal
sampai

meliputi sabinen dengan

ka-

167"C, terpinen yang

205OC sampai 220C dan 1-terpene-4il format dan asetat, merupakan senyawa ester dengan jumlah sekitar 8
sampai 24 persen.

Selain itu juga menqandunq perse-

nyawaan d-borne01 dan d-kamfor (Ketaren, 1985).


Menurut

anonymous (1985) yanq melakukan

studi

laboratorium terhadap minyak kapulaqa yanq diisolasi


dari buah kapulaga sabranq dari Jawa Barat mempunyai
komponen sebagai berikut : limonen, sabinen,
(komponen utama), d-a-terpineol,

sine01

d-a-terpinilasetat

(komponen utama) dan borneol.


Suatu
sabrang

penelitian

yang

mengenai

dianalisis

dengan

minyak

kapulaqa

kromatografi gas

menggunakan kolom Peak Enhancement Gas (PEG) panjang


50 meter, diameter 0.28 mm, suhu program 60C sampai
220C

dan kecepatan kenaikan suhu sebesar

3C

per

menit menghasilkan komponen penyusun minyak kapulaga


yang

meliputi a-pinen, D-pinen, a-felandren,

nen,

1.8-sineol,

limo-

para-simen, fenson, linalol

alfa terpineol (Anonymous, 1985).

dan

Kapulaga lokal selain mempunyai komponen seperti kapulaga sabrang juga mengandung senyawa d-borne01 dan d-kamfor (Ketaren, 1985).

Komponen utama da-

ri

sineol,

minyak kapulaga lokal adalah

senyawa

sedangkan

lain adalah a-terpinilasetat, d-kamfor

dan

d-borneol.
Sebagai gambaran, minyak atsiri yanq

diperoleh

kapulaga sabrang jenis Elettaria

cardamomurn

dari

mempunyai kandungan sineol antara 26


terpinilasetat
sen, dan
jumlah

28

sabinen 3

yang

lebih

40 persen, a-

34 persen, limonen 2

5 persen dan

per-

14

komponen dalam

kecil seperti

linalool,

terpineol, linalil asetat, geraniol,

a-

nerol, metil

heptanon dan borne01 (Masada, 1976).


Sine01 termasuk dalam golongan monoterpen
oksigenasi.

ter-

Senyawa ini banyak dijumpai pada minyak

kayu putih, lavender dan wormseed.


Sifat khas dari sineol adalah
kamfor

berbau

seperti

dan mempunyai rasa dingin yang tajam.

Pada

suhu 15OC sineol memiliki bobot jenis sebesar 0.930


dan indeks bias 1.4550 pada suhu 20C.
senyawa

ini

berkisar antara 176C -

Titik
177OC

didih
dengan

titik beku kurang dari OC (Sadtler et al., 1925).


Senyawa ini mempunyai 2 isomer ruang, yaitu 1.4
sineol dan 1.8 sineol.
but

Perbedaan dari isomer terse-

terletak pada pengikatan unsur oksigen, dimana

pada

1.4 sineol, oksigen terikat di

dalam

lingkar,

sedangkan untuk 1.8 sineol terdapat di luar

bentuk

lingkar monosiklik.
Senyawa

1.8 sineol banyak ditemui pada

wormseed, minyak
minyak

cajuput

cinae

dari Artemisia

dari Maleleuca minor

jenis minyak ekualiptus.

minyak

maritima,

dan

beberapa

Senyawa ini tidak

berwar-

na, memiliki bau seperti kamfor dan mengkristal jika


didinginkan pada suhu rendah.
mempunyai
Scbot

Senyawa

1.8

sineol

titik beku lC, titik didih 174.4"C,

jenis pada

suhu 15OC sebesar

0.930

dan
serta

indeks bias 1.4575 pada suhu 20C.


Senyawa 1.4 sineol mempunyai titik didih

172OC

dan bobot jenis sebesar 0.9010 pada suhu lBC

serta

indeks bias

sebesar 1,4479 pada

Senyawa

juga memiliki bau kamfor

ini

suhu yang

seperti

sineol, tetapi mempunyai sifat-sifat yang


berbeda

dengan isomer senyawa tersebut

8.

Struktur bangun 1.8

1.8

sangat

(Simonsen,

1947).

Gambar

sama.

sineol

Gambar 9.
Kamfor
kamfor

terdapat pada

yang

formosa

Struktur bangun 1.4 sine01

ada di Jawa,

dan Brasil.

semua

bagian

tanaman

Sumatra, Cina, Jepang,

Senyawa kamfor di

alam

dapat

diisolasi dengan baik dengan pendinginan dari minyak


kamfor

yang

merupakan

komponen

utama

(Kirk

dan

Othmer, 1969).
Bau
pedas
dan

kamfor

cukup menyengat dengan

serta dingin, dapat menguap pada

dapat

larut dalam

minyak

rasa
suhu

agak
kamar

atsiri, kloroform,

alkohol, eter dan karbon disulfida, serta agak larut


di

dalam air pada suhu kamar.

Kamfor

lebih

larut

dalam air hangat daripada air dingin (Thorp, 1909).

Gambar 10. Struktur bangun kamfor

Kamfor
pada

suhu

mempunyai

sebesar

25OC (Simonsen, 1948).

senyawa

(1909)

bobot jenis

Menurut Thorp

ini memiliki titik cair

titik beku sekitar

0.9920

dan

175OC

204C.

Kegunaan dari kamfor antara lain sebagai bahan


pembius

lokal, obat rematik, mengatasi

ketegangan

otot.dan peradangan serta untuk membantu

kelancaran

peredaran darah (Guenther, 1948).


Borneo1
atsiri

yang

adalah
telah

salah
lama

satu

komponen

diketahui.

minyak

Senyawa

ini

merupakan alkohol sekunder dan banyak terdapat dalam


keadaan bebas
Senyawa
minyak
Titik

di

d-borne01

alam atau dalam


merupakan

bentuk

komponen

ester.

utama

dari

atsiri dari tanaman Dryobalanops aromatics.


beku d-borne01 sebesar 208.5OC,

212OC dan putaran optik + 3 7 . 3 3 O

Gambar 11.

titik didih

(Simonsen, 1948).

Rumus bangun borne01

Berikut ini adalah beberapa rumus bangun senyawa-senyawa yang menyusun minyak kapulaga lokal.

limonen

sabinen

a-terpinilasetat

a-pinen
Gambar 12.

a-terpineol

R-pinen
Rumus bangun beberapa komponen
minyak kapulaga lokal

A
a-felandren

f enson

linalool
Gambar 13.

parasimen
Rumus bangun b e b e r a p a komponen
minyak k a p u l a g a l o k a l

C. SIFAT FISIKO-KIMIA

Minyak
kimia

yang

berbeda.

atsiri

terdiri

s a t u l a i n berasal

dari

senyawa-senyawa

dari

golongan

yang

Bau w a n g i minyak a t s i r i merupakan r e s u l t a n

d a r i s e l u r u h b a u komponen, namun d e m i k i a n a d a komponen

yang

dominan

yaitu

komponen-komponen

utama,

s e d a n g k a n yang l a i n s e b a g a i penyempurna bau s e h i n g g a


membentuk
Campuran

kesatuan

bau

Yang

harmonis.

.pakomponen t e r s e b u t a k a n menentukan s i f a t

f i s i k o kimia yanq s p e s i f i k b a g i s e t i a p j e n i s

minyak

atsiri.
fisiko

Sifat

kimia

dapat

digunakan

untuk

m e n g e t a h u i dan m e n g i d e n t i f i k a s i s u a t u minyak,

yaitu

dengan

telah

membandingkan t e r h a d a p p a r a m e t e r yang

ditetapkan

untuk s e t i a p j e n i s minyak.

Sifat

fisik

digunakan

untuk mengetahui kemurnian s u a t u

minyak,

sedangkan

a n a l i s i s s i f a t kimia digunakan u n t u k

me-

n g e t a h u i j e n i s dan jumlah komponen yang t e r d a p a t

di

d a l a m minyak ( K e t a r e n , 1 9 7 5 ) .
Setiap
kamar

minyak a t s i r i d a p a t menguap

dan semakin b e s a r b i l a suhu

pada

semakin

Minyak i n i l a r u t dalam a l k o h o l dan p e l a r u t


tetapi

kurang

l a r u t dalam a l k o h o l

yang

suhu

tinggi.
orqanik,

mempunyai

k o n s e n t r a s i d i bawah 70 p e r s e n ( K e t a r e n , 1 9 8 5 ) .
N i l a i bobot j e n i s minyak a t s i r i b e r k i s a r a n t a r a
0.696

1.188 pada suhu 15OC, dan

l e b i h k e c i l d a r i 1.000.

nilai

tersebut

Sebagian b e s a r minyak a t s i r i

b i l a d i t e m p a t k a n dalam s i n a r a t a u c a h a y a yang
larisasi,

d a p a t memutar bidang p o l a r i s a s i

ke

dipoarah

kanan (dextrorotation) a t a u ke k i r i [ l a e v o r o t a t i o n )
Sedangkan

k e l a r u t a n minyak a t s i r i

tergantung

kecepatan

daya l a r u t dan k u a l i t a s

minyak.

yang banyak mengandung komponen t e r o k s i g e n a s i

pada
Minyak
lebih

mudah l a r u t dalam a l k o h o l d a r i p a d a yang kaya

terpen

(Guenther,

(1925)

1948).

Menurut S a d t l e r

et

al.

indeks

bias minyak atsiri berkisar antara

1.4600 -

1.5100 pada suhu 20C.


Komponen minyak atsiri golongan terpen-0

mem-

punyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan


golongan terpen terhadap bau wangi minyak.
terpen

mudah mengalami proses

Golongan

kerusakan

oksidasi,

terutama resinifikasi bila mengalami kontak langsung


dengan

cahaya

atau udara.

akan mengadsorpsi
cahaya
lebih

merupakan

Hidrokarbon tak

oksigen dari
faktor yang

jenuh

udara,

sedangkan

mempunyai

pengaruh

kecil terhadap kerusakan minyak

dibandingkan

dengan kelembaban. Kerusakan tersebut akan menurunkan kelarutan minyak dalam alkohol serta mengakibatkan

kualitas bau

(Ketaren, 1985)

dari

minyak

atsiri

berkurang

2. Sifat Fisiko-Kiia Minyak Kapulaga Lokal


Tabel 3.

Sifat fisiko kimia minyak kapulaga lokal

Karakteristik

Kapulaga lokal
Kapulaga lokalb
dari P. ~ a w a ~

Bobot jenis
Putaran Optik
Bil. Penyabunan
Kadar sine01
Kelarutan dalam
etanol 80%

(26C) 0.909
0.20
14
12 %

a Anonymous (1985)

Purseglove (1981)

(42OC) 0.905
(42OC) + 38'4'
77.2

12 bagian minyak
larut dalam 10
bagian etanol

Sebagai p e r b a n d i n g a n , s t a n d a r mutu untuk minyak

atsiri

yang

disuling dari

buah

kapulaga

sabrang

( E l e t t a r i a cardamomum) mengharuskan minyak


kuning

pucat dan j e r n i h .

British

Pharmaceutical

Ketentuan i n i
Codex

(BPC)

berwarna
ditetapkan

dan

Asosiasi

Minyak A t s i r i Amerika S e r i k a t , E s s e n t i a l O i l Associa t i o n o f USA (EOA) s e b a g a i b e r i k u t :


T a b e l 4 . S i f a t f i s i k o - k i m i a minyak k a p u l a g a s a b r a n g *
Karakteristik

+20 s / d +44O

P u t a r a n o p t i k pada 20c
I n d e k s b i a s pada 20c
a e r a t j e n i s pada 2 5 O ~
Bilangan e s t e r
K e l a r u t a n dalam e t a n o l
70 %

* (Indo,

EOA 110.289

BPC 1937
1.461-1.467
90

150
1 bagian m i nyak l a r u t
dalam 6 bagian etanol

1 bagian m i nyak l a r u t
dalam 6 bagian e t a n o l

1989)

D. PENYULINGAN MINYAK ATSIRI


I. Teori Penyulingan
Minyak
adalah

a t s i r i a t a u d i s e b u t j u g a minyak

minyak yang b e r s i f a t mudah

eteris

menguap,

dengan

k o m p o s i s i dan t i t i k d i d i h yang berbeda-beda.


gian

besar

minyak

atsiri

diperoleh

Seba-

dengan

cara

penyulingan menggunakan uap a t a u d i s e b u t juga dengan


cara

hidrodestilasi.

sebagai

Penyulingan

pemisahan komponen-komponen

dapat
suatu

diartikan
campuran

d a r i dua j e n i s c a i r a n a t a u l e b i h , y a i t u b e r d a s a r k a n

perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat


but (Guenther, 1948)

terse-

Proses penyulingan merupakan campuran dua cairan yang bersifat tidak saling melarut antara air dengan minyak.

Tekanan uap di dalam ketel suling

di-

hasilkan dari benturan antar molekul-molekul uap dan


antara molekul uap dengan dinding ketel.
kan

hukum

Dalton, tekanan uap

dari

Berdasar-

masing-masing

komponen (air dan minyak atsiri) dapat dihitung

de-

ngan persamaan :

Keterangan:

P = Tekanan total (atm)


PA = Tekanan uap air (atm)
PM = Tekanan uap minyak (atm)

Perbandingan berat senyawa dalam fasa uap dapat


ditentukan dengan persamaan berikut :

Keterangan:
W M dan WA
n dan n
B # ~dan 6 M A

=
=
=

berat komponen minyak dan air


jumlah mol komponen minyak dan air
bobot molekul komponen minyak dan
air

sedangkan tekanan masing-masing komponen


larutan

satu

fasa berdasarkan hukum

Raoult

pada
dapat

dihitung menurut persamaan sebagai berikut :

Keterangan:
Tekanan parsial komponen A dan
B (atrn)
PA0 dan PBo = ~ekananuap murni komponen A dan
B (atm)
XA dan X
Fraksi mol komponen A dan B
Tekanan uap total (atrn)
PA

dan PB

Keterangan:
A = Tekanan parsial A dengan komponen yang mudah
menguap
B = Tekanan parsial B dengan komponen yang sukar
menguap

Gambar 14. Hubungan tekanan parsial dan tekanan uap


total pada suhu dari campuran binair pada
fasa tunggal menurut hukum Raoult

Sedangkan

fraksi mol untuk setiap komponen

hitung berdasarkan persamaan sebaqai berikut

di

Keteranqan:
W A dan W
BMA dan BEB
=

XA

Berat komponen A dan B dalam campuran


Bobot molekul A dan B
Fraksi mol komponen A

2. Metoda Penyulingan

Menurut Ketaren (1985) dalam industri pengolahan minyak atsiri telah dikenal 3 macam sistem penyulingan, yaitu penyulingan dengan air (water distillation), penyulingan denqan air
steam distillation)

dan

* uap (water

penyulingan

dengan

g&

uap

(steam distillation) .
Sistim penyulinqan air hanya

diqunakan untuk

bahan yang tidak dapat disuling denqan sistim penyulingan air


langsung.
ekstraksi

uap atau sistim


Kelemahan

minyak

beberapa

jenis

cara penyulinqan

atsiri

sempurna, walaupun

penyulingan

bahan

tidak dapat
dirajang.

ester seperti linalil

air

uap

adalah

berlangsung
Selain

itu

asetat

akan

terhidrolisis sebaqian dan senyawa yang peka seperti

a l d e h i d a k a n mengalami p o l i m e r i s a s i k a r e n a

pengaruh

a i r mendidih.

Keterangan :

a . Kondensor
b . S a l u r a n pemasukkan a i r p e n d i n g a n
c. S a l u r a n p e n g e l u a r a n a i r p e n d i n g i n
d . Tabung pemisah m i n y a k
e. Kran p e n g e l u a r a n minyak
f Saluran pengering
g . Kompor
h . S a l u r a n pemasok b a h a n b a k a r
i. I s o l a s i

Gambar 1 5 .

Penampang. k e t e l p e n y u l i n g a n a i r h e m a t
e n e r g i ( R u s l i , 1988)

Kekurangan utama

cara

penyulingan

air

ini

adalah sebagian komponen minyak yang bertitik

didih

tinggi

dapat

dan

bersifat larut dalam

air

tidak

menguap secara sempurna.


Pada
mempunyai

Gambar

15

tampak bahwa

keunggulan dari

sederhana dan

pada

segi konstruksi

praktis sehingga waktu

dapat

lebih singkat karena

besar

sehingga pemakaian

alat

yang

penyulingan

kecepatan
energi

ini

penyulingan
efektif

lebih

(hemat)

Pada
bahan

metode penyulingan dengan

olah

diletakkan di atas rak

air dan
atau

saringan

berlubang dan diisi dengan air sampai permukaan


berada

tidak jauh di bawah saringan.

Apabila

bandingkan dengan penyulingan menggunakan air,


sistim penyulingan air dan uap lebih unggul
proses

dekomposisi minyak lebih kecil

uap

air
dimaka

karena

(Guenther,

1948).

Alat

penyulingan

air dan uap

ini

mempunyai

keunggulan pada pemakaian energi panas, yaitu


gunakan tungku sehingga lebih hemat bila

dibanding-

kan menggunakan bahan bakar minyak atau gas.


ini

dilengkapi denqan

menghemat
masih

energi

sistem

kohobasi

panas karena air

meng-

hasil

Alat

sehingga
sulingan

panas sehingga tidak membutuhkan energi

yang

banyak untuk menguapkan; Konstruksi peralatan yang

0
-..+-~.
.- ...
..*.... ,--.-r t

.
&-.-a.

------------

- . -. .- .air

.- !,

Keterangan :
a.
b.
c.
d.

Plat berpori
Kondensor
Saluran pemasukkan air pendingin
saluran pengeluaran air pendingin
e. Saluran pengering
f . penampung dan pemisah minyak
g. tungku
Gambar 16.

Penampang ketel penyulingan air dan


uap hemat energi (Rusli, 1988)

sederhana menjadikan

alat ini

lebih

mudah

untuk

dibongkar pasang.
Alat
tutup

ini juga mempunyai kelemahan

ketel

kurang

Saluran penghubung

kuat, maka
ke

uap

kondensor

yaitu

akan

yang

bila

keluar.

berada

di

samping ketel akan menghambat uap air sehingga dapat


mengakibatkan

kondensasi

pada

atap

ketel.

Pada

saluran kohobasi yang datar, dapat menyebabkan


hasil sulingan tertahan dan menjadi dingin

air

sehingga

memerlukan energi panas lagi untuk memanaskan.


Penyulingan menggunakan uap air merupakan
pengambilan minyak yang tertua, namun masih
digunakan.
sabrang
metode
yang

Penelitian

oleh
uap

Anwar dkk.

mengenai

kapulaga

Faktor

adalah pemisahan bagian

meliputi kulit, biji dan buah utuh.

buah

yang

rusak oleh panas uap air (Harris, 1990).


itu

perlakuan
yang

Metode uap

cocok untuk minyak-minyak atsiri

hanya

banyak

(1985) dilakukan dengan

yang dikohobasikan.

dicobakan

minyak

cara

ini

tidak

Disamping

pengoperasian sumber uap panas (boiler) membu-

tuhkan

operator khusus untuk mengatur

tekanan

dan

uap yang dikeluarkan.


Pada

Gambar 17, uap air dari boiler

masuk

dalam ketei melalui saluran (I) menuju koil uap


yang

dilengkapi oleh jaket uap, kemudian

penetrasi ke bahan (B).


wati

pipa

masuk

ke

melalui
pada

(F) dan

kondensor.
minyak

saluran ( 5 ) , sedangkan air

tabung

akan
akan

(G) dan diuapkan lagi ke

melalui pipa (1 dan 2).

(D)
ber-

Uap destilasi keluar mele-

(3) dan masuk ke

dekanter

uap

ke

Kondensat
terpisah
ditampung

dalam

ketel

Uap yang belum terkondensa-

si di dalam kondensor (E) akan masuk ke saluran


dan dikondensasikan di saluran (lo).

(8)

Kemudian uap

Keterangan :
A.

B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Termometer
Bahan
Jaket Uap
Koil
Kondensor
Dekanter
Penampung air
Penampung minyak
Uap dari boiler

Gambar 17.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.

pemasukkan uap
pemasukkan uap
penghubung kondensor
pemasukkan dekanter
pengeluaran minyak
f lorentin
pengeluaran dekanter
pemasukkan tabung
pengeluaran minyak
pendingin minyak

Peralatan penyulingan uap (Guenther,


1948)

yang

terkondensasi*padasaluran (8) akan

dikeluarkan
tabung (H)

langsung

lewat saluran (9) setelah ditampung

di

Kelemahan alat ini adalah konstruksi ketel yang


rumit sehingga sukar untuk dibongkar pasang.

Tutup

ketel leher angsa terlalu tinggi dan pipa penqhubung


ke
hap

kondensor yang mengecil dan panjanq


terkondensasi dan kembali ke

menyebabkan

ketel.

Sambungan

leher

angsa mempunyai resiko kebocoran uap

tidak kuat.
yang
air

Pada dekanter hanya minyak yang

ringan

dapat diperoleh, sedangkan yang berat


hasil
di

minyak

sulingan kembali

ke

bila

terikut

ketel.

Pemisahan

pipa (9) kurang efektif dan

ini dapat

diatasi dengan memasukkan kembali ke dalam dekanter,


baru kemudian dipisahkan.
E. FAICTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUBI RENDEMEN DAN MUTU

1. Perlakuan Pendahuluan
Perlakuan
mengandung
cara,

pendahuluan

terhadap

bahan

minyak dapat dilakukan dengan

yaitu pengecilan ukuran

bahan,

yang

beberapa

pengeringan

atau pelayuan (Ketaren, 1985).


Perlakuan pelayuan atau pengeringan akan
percepat
minyak,

proses

ekstraksi dan

memperbaiki

akan tetapi selama pengeringan

sebagian minyak

memmutu

kemungkinan

akan hilang karena penguapan

dan

oksidasi oleh oksigen udara (Ketaren, 1985).


Menurut Kefaren (1987), kehilangan minyak selama

pelayuan dan pengeringan bahan lebih besar

dari

kehilangan yang terjadi selama proses penyimpanan


bahan.

Hal ini disebabkan karena pada tahap pertama

proses

pelayuan dan pengeringan, sel-sel

masih

mengandung

sejumlah

besar

tanaman

air, dan dengan

proses

difusi

akan membawa

minyak

ke

permukaan,

kemudian menguap.
Pengecilan ukuran bahan bertujuan agar kelenjar
minyak terbuka sebanyak mungkin, sehingga laju penguapan minyak atsiri dari bahan menjadi cepat.
yang

mudah untuk menghancurkan

Cara

biji-bijian

adalah

dengan memasukkan ke dalam gilingan dan dapat diatur


besar ukuran pecahan bahan yang dihasilkan (Ketaren,
1987).

2. Lama Penyulingan
Penyulingan dianggap selesai bila hasil sulingan

yang

ditarnpung tidak

lagi

mengandung

minyak.

Waktu penyulingan sangat tergantung pada bahan


disuling, karena ada tumbuhan yang cepat
minyak

dan ada yang lambat.

yang

melepaskan

Penyulingan yang

lama

memerlukan pengawasan dalam mengatur uap air, karena


kekurangan uap air akan mengakibatkan penguapan
nyak

terhenti, sedang tekanan yang

mi-

terlampau

kuat

mengakibatkan ketel tidak kuat menahan tekanan

ter-

sebut (Harris, 1990).

3. Peralatan Penyulingan
Logam
pipa

yang

pendingin

digunakan untuk ketel


(kondensor) harus

suling

tidak

dan

bereaksi

dengan uap air serta uap minyak, karena minyak

akan

rusak.

Loqam

yang t e r b u k t i t i d a k

minyak

a t s i r i adalah baja t a k

steel)

dan

kaca

tahan

b e r e a k s i denqan

berkarat

panas.

(stainless

Logam-logam

lain

s e p e r t i aluminium, tembaga, timah p u t i h , besi


dan

seng

atsiri

ada

yang d a p a t

tertentu,

bereaksi

a d a j u g a yang

dengan

tidak,

biasa
minyak

tergantung

p a d a j e n i s minyak yanq d i s u l i n g ( H a r r i s , 1 9 9 0 ) .
Ketel

air

yanq d i g u n a k a n pada

sistem

penyulingan

mempunyai ukuran d i a m e t e r l e b i h b e s a r

daripada

untuk menghindari t e k a n a n d a r i b e r a t

tinqgi

bahan.

Sedangkan k e t e l yang d i g u n a k a n untuk p e n y u l i n g a n a i r


dan uap,
sama

menggunakan u k u r a n d i a m e t e r dan t i n q g i yang

4. Perlakuan Terhadap Minyak Setelah Penyulingan


Minyak

yang

telah

berhasil

diperoleh

s e g e r a d i p i s a h k a n d a r i a i r u n t u k menqhindari
hidrolisis
diperoleh

ester
dari

(Ketaren,

1987).

p e n y u l i n q a n hampir

proses

Minyak
tidak

a t a u k u n i n g kepucatan d a n s e d i k i t k e n t a l ,

baik

yang

berwarna
sedangkan

j i k a t e r l a l u banyak k o n t a k denqan cahaya a k a n


h a s i l k a n warna kehitam-hitaman.

harus

meng-

Minyak yanq bermutu

m e n c i r i k a n bau kardamon ( c h a r a c t e r i s t i c

odor)

dan m e n d e k a t i s e d i k i t bau k a p u r b a r u s ( I n d o , 1 9 8 9 ) .

111. BAHAN DAN METODA PENELITIAN

A. BAHAN

1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian
adalah

buah

cardamomurn
kering

tanaman kapulaga

lokal

ini

jenis Amomum

baik yang masih segar maupun yang

sudah

Buah

kapulaga lokal diperoleh dari

Cibadak, Jawa

Barat.

Kabupaten

Buah yang dipanen

kuning kemerahan, berumur 40

berwarna

60 hari dihitung saat

mulai berbunga.
Setelah dipanen, buah dijemur selama 6 jam
tiap

hari (09.00-15.00) sampai pada

bila

diremas, baik kulit maupun bijinya (sekitar 6

hari)

kondisi

se-

rapuh

Buah

kapulaga

lokal yang

buah segar dan kering.

digunakan meliputi

Pada kedua kondisi tersebut,

untuk keperluan ukuran buah, dilakukan penggilingan


dan disaring dengan ukuran 5 mesh.
2. Bahan ICirnia

Bahan

kimia yang diperlukan untuk

ini meliputi

alkohol 80 persen, Na2S04

toluen dan xylol.

penelitian
anhidrat,

B. ALAT

Peralatan yanq

diqunakan

dalam

penelitian

ini

terdiri dari mesin giling, ember, peralatan penyulinqan


uap

dan air, refraktometer, piknometer, polarimeter,

kromatografi gas dan peralatan

laboratorium analitik

yang lain.
C. METODA PENELITIAN
Penelitian
penelitian

ini

dibaqi menjadi dua

pendahuluan dan penelitian

tahap,

utama.

yaitu
Tujuan

penelitian pendahuluan adalah untuk menqetahui keadaan


buah kapulaga lokal, dimana hasil yang diperoleh digunakan sebagai acuan pada penelitian utama.

1. Penelitian Pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan dilakukan karakterisasi buah dengan mengukur kadar minyak atsiri

dan

kadar air baik dalam kondisi segar maupun kering.


Kemudian dilakukan penyulinqan

pendahuluan

tingkat kesegaran buah seqar dan

denqan

kerinq, ukuran

partikel buah meliputi buah utuh, terpisah kulit dan


biji serta 1010s saringan 5 mesh, serta waktu penyulingan selama 4, 5, 6, 8 dan 10 jam.
Penentuan kadar minyak atsiri dilakukan menggunakan

metode

toluen, sedangkan kadar air

dengan metode xylol.

diukur

2. Penelitian Utama
Penelitian

utama ini merupakan

lanjutan dari

penelitian pendahuluan yang telah dilakukan.


litian

utama

kapulaga

ini

terdiri dari

Pene-

penyulingan

lokal dengan metode air

buah

dan uap sesuai

dengan perlakuan yang telah ditetapkan.


Pada buah

kapulaya yang mengalami

perlakuan

perajangan, dilakukan penggilingan untuk mendapatkan


ukuran

tertentu.

Pada perajangan kasar,

saringan

dipasang pada mesin giling sehingga hanya memisahkan


terhadap biji.

kulit

Sedangkan pada

perajangan

halus digunakan saringan 5 mesh.


Sebelum
terhadap buah

penyulingan

dilakukan

kapulaga lokal sesuai

diperlukan yaitu

penimbangan
dengan

yang

buah

segar

buah kering 2 kg dan

8.19 kg, kemudian ketel suling diisi denyan air

diberi
air.

penyangga

saringan 5 cm di

atas

permukaan

Buah kapulaga lokal dibungkus dengan kain dan

dimasukkan ke dalam ketel pada saringan


Setelah

ketel ditutup, api dinyalakan.

akan mulai menetes sekitar 20


api

dan

penyangga.
Kondensat

30 menit, mulai dari

dinyalakan dan waktu penyulingan dihitung

tetesan pertama dari kondensat.

dari

(Campuran a i r dan

C7
Pemi sahan

Na,SO,

Minyak
+

A t s i r i bebas

Gambar 1 8 .

Diagram a l i r pengolahan minyak a t s i r i buah


kapulaga l o k a l ( A m o m u m cardamomum)

D. PERLAKUAN
Pada
terdiri

penelitian

dari

ini, perlakuan

tiga faktor dan

dua

yang

kali

dicobakan

pengulangan.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :


1. Tingkat

kesegaran bahan (A), terdiri dari

dua

taraf faktor, yaitu :


A1

buah kapulaga lokal segar

A2

buah kapulaga lokal kering

2. Ukuran bahan (B), terdiri dari tiga taraf

fak-

tor, yaitu :
0

buah kapulaga lokal utuh

B1

buah kapulaga lokal, biji dan kulit terpisah

B2

buah kapulaga lokal 1010s saringan 5


mesh

3. Lama

penyulingan (C), terdiri dari

dua

taraf

Eaktor, yaitu :
Co

penyulingan selama 8 jam

C1

penyulingan selama 10 jam

Perlakuan bahan yang akan disuling terdiri dari 12


kombinasi dengan dua kali ulangan sehingga mempunyai 24
satuan percobaan.

Kombinasi tersebut meliputi

AIBOCO,

AIBOC1t AIBICOt AIBIC1t A1B2COf A1B2C1, AZBOCOr A2BOC1t


A2B1C0, A2B1C1r A2B2COt A1B2C1.

E. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan
ngan

Acak

percobaan yang digunakan adalah

Lengkap Faktorial, yang terdiri

Ranca-

dari

tiga

perlakuan dan dua kali ulangan, dengan model matematika


sebagai berikut :
(ijk)1

= p + A i
ABCijk

+
+

B
j

Ck + ABij

ACik

BCjk +

(ijk)1

dimana
(ijk)1

: nilai pengamatan yang diperoleh dari fak-

tor

perlakuan A pada taraf ke i, B

pada

ke j, dan C pada taraf ke k

pada

taraf

ulangan ke 1
I-1.

: pengaruh nilai rata-rata sebenarnya

Ai

pengaruh perlakuan A pada taraf ke i;


i

1,2

: pengaruh perlakuan B pada taraf ke j;

j
Ck

= 1,2,3

pengaruh perlakuan C pada taraf ke k;


k = 1,2

(AB)ij

pengaruh interaksi perlakuan A pada taraf


ke i dan perlakuan B pada taraf ke j

(AC)ik

: pengaruh interaksi perlakuan A pada taraf

ke i dan perlakuan C pada taraf ke k


(BC)jk

pengaruh interaksi perlakuan B pada taraf


ke j dan perlakuan C pada taraf ke k

: pengaruh i n t e r a k s i p e r l a k u a n A pada t a r a f

(ABC) i j k

i,

ke

p e r l a k u a n B pada t a r a f k e

dan

p e r l a k u a n C pada t a r a f k e k
: pengaruh k e s a l a h a n pada u l a n g a n k e 1

( i j k )1

F. PENGAMATAN
Pengamatan yang d i l a k u k a n s e t e l a h p e n y u l i n g a n
liputi

rendemen minyak, a n a l i s a s i f a t f i s i k d a n

minyak

sesuai

fisik

EOA

(Amerika)

d a n kimia yanq d i a n a l i s i s m e l i p u t i b o b o t

putaran
persen

dengan s t a n d a r

mekimia
Sifat

jenis,

o p t i k , i n d e k s b i a s , k e l a r u t a n dalam e t a n o l
dan

kandungan

sine01

dan

analisis

80

komponen

dengan kromatografi g a s .

a. Prinsip
Rendemen
ditentukan

minyak a t s i r i b i j i k a p u l a g a

lokal

b e r d a s a r k a n volume minyak yang

diha-

s i l k a n d a r i p e n y u l i n g a n dengan b e r a t k e r i n g

buah

yang d i s u l i n g .
b . Prosedur
Volume
diperoleh

minyak

kapulaga l o k a l

d i u k u r , kemudian

atsiri

dibandingkan

yang
dengan

berat

buah kapulaga lokal kering

yang

disuling

dan dinyatakan dalam persen.


c. Perhitungan

Rendemen

(%

v/b)

------

x loo

b
Keterangan

v = volume minyak kapulaga


hasil penyulingan (ml)

lokal

b = berat kering kapulaga lokal


yang disuling (gr)

2. Indeks bias (SP-SMP-16-1975)


a. Prinsip
Bila
media
bias

cahaya melewati media kurang padat

padat, maka sinar'akan membelok atau


mendekati

garis normal, yang

suhu 15OC.
Sin i

---------

Sin e

m e d i a kurang r a p a t

----n

I;\

diukur

ke

mempada

Keterangan :

sudut sinar bias ( " )

sudut s i n a r datang ( " )

i n d e k s b i a s media l e b i h r a p a t

i n d e k s b i a s media k u r a n q r a p a t
P e r a l a t a n yang d i g u n a k a n a d a l a h

ter.
dan

refraktome-

A l a t i n i berguna u n t u k mempertahankan
sumber

cahaya

dengan

menggunakan

suhu
cahaya

n a t r ium.
b. P r o s e d u r
Contoh minyak d i t e t e s k a n pada a l a t r e f r a k t o -

meter,

kemudian

temperatur

d i b i a r k a n beberapa

a l a t dan bahan m e r a t a .

menit
Setelah

s k a l a d i b a c a dengan k e t e l i t i a n f 0.0002.
kuran

di

atas atau d i

bawah

20C

agar

Pengu-

menggunakan

f a k t o r k o r e k s i 0.0004 p e r "C.

c. P e r h i t u n g a n
(nD)

Keteranqan
(nD)

(nD)+-*

0.00045

(t*

itu

t)

i n d e k s b i a s pada t C

( n D ) t * = i n d e k s b i a s pada suhu pengukuran t*OC

3. Bobot jenis (SP-SMP-17-1975)


a. Prinsip
Bobot jenis adalah perbandingan antara berat
suatu senyawa dengan volume senyawa tersebut

dan

ditentukan oleh kerapatan molekul-molekulnya

dan

jumlah

senyawa

tinggi.

yang

mempunyai

Kerapatan minyak ini

bobot

akan

molekul

dibandingkan

dengan kerapatan air pada suhu yang sama.


b. Prosedur
Piknometer kosong dibersihan dengan alkohol,
kemudian dibilas dengan alkohol.
piknometer

ditimbang dan diisi air murni

tanda tera.
dengan

Setelah kering,

Setelah itu ditutup dan

kertas saring lalu

contoh

minyak.

dikeringkan

ditimbang.

dengan cara yang sama dilakukan pula


Penimbangan

sampai

Kemudian

penimbangan

dilakukan

dengan

ketelitian sampai empat desimal.

Setelah

meter

air, dibiarkan

dulu

diisi

dengan minyak atau

selama 15 - 20 menit untuk meratakan

pikno-

suhu.

Pengisian dijaga agar tidak menimbulkan gelembung


udara

c. Perhitungan

. . (tOC)
Bobot ]enls

berat minyak (gram)


.......................

= d

berat air (gram)


~ o b o tjenis 150= d

(tot

15C) 0.00082

Keterangan :
d = bobot jenis pada suhu tC
0.00082 = faktor konversi untuk setiap

perubahan

peningkatan atau penurunan sebesar l0C,


di atas atau di bawah 15C.

4. Putaran optik (SP-SMP-16-1975)


a. Prinsip
Minyak atsiri yang diperoleh mempunyai sifat
optik

(tembus cahaya) dan

mempunyai

kemampuan

untuk

memutar

bidang polarisasi baik

ke kanan

(dextrorotation) maupun ke kiri


karena mengandung

atom-atom C

(laevorotation)
asimetris dalam

komponen minyak atsiri.


b. Prosedur
Sumber

cahaya dinyalakan

kilauan penuh.
sampai penuh
udara.

sampai diperoleh

Tabung polarimeter diisi


sehingga tidak

Tabung diletakkan pada

terjadi

minyak

gelembung

polarimeter

hasil pengukuran dibaca pada skala.

dan

c . Perhitungan
Apabila
jarum

analizer

berputar

searah

dengan

atau

dekstro

jam, maka diberi tanda (+)

(d), dan

bila berputar berlawanan

jarum jam, maka diberi tanda

(-)

dengan

arah

atau leavo (1).

5. Keiamtan dalam etanol 80 persen (SP-SMP-19-1975)


a. Prinsip
Minyak dapat larut pada pelarut apabila mempunyai kepolaran yang sama atau hampir sama.
b. Prosedur
Sebanyak

1 ml contoh minyak

dimasukkan

ke

dalam gelas ukur 10 ml, kemudian ditambahkan 1 ml


etanol

80 persen

sambil

dikocok.

Penambahan

etanol dilakukan sampaidiperoleh larutan jernih.


Minyak

yang

sukar

larut

membentuk larutan keruh.


larut,

ditambahkan

beberapa

minyak

dalam

alkohol

akan

Setelah minyak tersebut

etanol
tertentu

berlebih

karena

mengendap

pada

1 volume minyak dalam Y

volume

penambahan etanol berlebih.


c . Perhitungan

Kelarutan

etanol 80 % sampai larutan menjadi jernih.

6. Analisis dengan kromatografi gas (S11.2048-87)


a. Prinsip
Analisis

komponen minyak dengan Gas

Chromatography
campuran

Liquid

(GLC) merupakan proses

pemisahan

beberapa senyawa berdasarkan

perbedaan

laju

gerak dari komponen-komponen di

diam

dalam

suatu kolom karena

atas

perbedaan

fase
bobot

molekul dan kepolaran.


b. Prosedur
Mula-mula
dan

akan

senyawa disuntikkan di

diubah terlebih

menjadi

gas.

Kemudian gas dibawa oleh fase gerak melalui

fase

diam dalam suatu kolom.

dahulu

injektor,

Fase diam menahan

seba-

gian komponen, sedangkan komponen yang dilepaskan


kemudian menguap karena proses pemanasan.

Kompo-

nen yang bertitik didih rendah akan dibawa terlebih

dahulu, sehingga

paling

awal

Kemudian detektor mengirim tanda yang

dideteksi.
diteruskan

ke alat pencatat (rekorder).


Kondisi yang dipilih dalam menyajikan kromatografi minyak kapulaga lokal adalah :
Alat

DELSI T 200

Detektor

FID (Flame Ionitation


Detector)

Gas pembawa

N2 (30 mllmnt)

Kolom

50 meter, diisi 10 %
Carbowax 20 M pada Chromosorb WHP 80

Suhu kolom

80C - 2OO0C

Suhu temp. injeksi

70C

Kepekaan

Kecepatan rekorder

0.5 cm per menit

Volume sampel

0.5 pl

Kenaikan suhu / menit :

100 mesh

175OC

x 10-lo

5OC / menit

c. Perhitungan

Jumlah

contoh yang diinjeksikan adalah

pl dan telah dicampur dengan etil asetat.


komponen
puncak

ditentukan

dengan

menghitung

(Normalized Area Method) dan

komponen ditentukan dengan menghitung


luas

puncak, karena standar

besar

0.5

Jenis
jumlah
tiap

prosentase

internasional yang

cocok belum diketahui (Anonymous, 1985).


7. I<adar air (SP-SMP-37-1975)

a. Prinsip
Pemisahan
berdasarkan

air

dari

buah

kapulaga

kelarutan dan perbedaan titik

air dengan pelarut dan minyak atsiri.

lokal
didih

b. Prosedur
Contoh

bahan

ke dalam labu 500 ml

dimasukkan
kira

ditimbang dengan

menghasilkan 2

ditambahkan

200

ml

4 ml air.

toluen dan

teliti

dan

sehingga kiraKe

dalam

juga

labu

ke

dalam

penyerat penerima dituangkan toluen melalui mulut


atas kondensor.
perlahan-lahan
sampai

Labu suling

secara

dengan nyala api atau

hot

plate

Jika jumlah

air

tidak

toluen mendidih.

lagi, lanjutkan penyulingan selama

bertambah
menit,

dipanaskan

kemudian penyulingan dihentikan dan

15

alat

dibiarkan menjadi dingin.


b. Perhitungan
Jika air dan toluen telah terpisah sempurna,
volume air dapat dibaca pada alat tersebut.
Pembacaan pada skala (gr)

Kadar air =

...........................

x loo %

berat bahan (gr)

8. Kadar minyak (SP-SMP-37-1975)


a. Prinsip
Pemisahan minyak atsiri dari buah
pemisahan
yaitu

komponen

mengubah

dengan

metoda

fasa cair menjadi

merupakan

penyulingan,
uap

kemudian

diubah

kembali menjadi fasa

cair, menqqunakan

energi panas.
b. Prosedur
Sebanyak 100 gram bahan yang telah dihancurkan

dimasukkan ke dalam labu bervolume

(denqan dasar bulat dan berleher

liter

pendek)

untuk

menqhasilkan minyak 2 sampai 6 ml.

Air ditambah-

kan ke dalam labu sebanyak 2 sampai 6 kali


bahan.

Pipa

ditambahkan

dihubunqkan dengan

air untuk menqisi

kemudian ditambahkan
denqan

untuk

bobot

kondensor

penyerat.

memisahkan

air di dalam penyerat.

Labu

dan

Xylol
minyak

ditempatkan

dalam penangas minyak dan dipanaskan denqan nyala


bunsen

sampai

diatur

untuk

suhu 1 3 0 ~ ~ .
Suhu
mengatur

pada

kecepatan

Penyulinqan dilanjutkan sampai


tetesan minyak (sekitar 5

penanqas

penyulinqan.

tidak

terdapat

6 jam).

b. Perhitunqan
Setelah
dibiarkan

penyulinqan

selesai,

beberapa saat, supaya air

minyak

dan

minyak

terpisah secara sempurna dan menjadi dinqin


suhu

kamar.

Jumlah ml

minyak

yang

dapat dibaca langsung pada penampunq.

pada

diperoleh

Kdr myk atsiri

volume pada skala (ml)


=

......................

x 100 %

berat bahan (qr)

a. Prinsip
Netralisasi asam-asam bebas dengan menqgunakan larutan alkali encer sebesar 0.1 N.
b. Prosedur
Minyak sebanyak 2.5 gram dimasukkan ke dalam
labu saponifikasi.
5

ml

etanol

fenoltalein

Kemudian dilarutkan ke dalam

dan ditambahkan
sebagai

indikator.

tetes

larutan

Setelah

itu

larutan dinetralkan dengan KOH 0.1 N dalam larutan yang terdapat dalam buret.
c. Perhitunqan
5.61 V

Bilangan asam

m
Keterangan: m

V =

berat minyak (gr)


volume KOH yang digunakan (ml)

10. Bilsngan ester (SP-SMP-27-1975)

a. Prinsip
Hidrolisa ester-ester dengan larutan
0.5

dan menitrasi kelebihan

alkali

alkali

tersebut

dengan asam.
b. Prosedur
Minyak sebanyak 2.5 gram dimasukkan ke dalam
labu penyabunan tahan basa, kemudian
5

ml

alkohol 95 persen dan


Setelah

fenolftalein.

tetes

itu

cairan

dengan KOH 0.1 N dalam etanol.

ditambahkan
indikator

dinetralkan

Cairan yang telah

dinetralisasi, kemudian ditambahkan 25 KOH 0.5


dalam

etanol dan dipanaskan selama satu

jam

atas penangas, labu dipasang pada kondensor


berdiameter

cm

dan panjang

m.

selama 15 menit.

tetes

indikator fenofltalein dan

dengan HC1 0.5 N.

Setelah itu

c. Perhitunqan
28.08

(Vo

suhu
5

dinetralisasi

yang sama.

yang

ditetesi

Dibuat blanko dengan

Bilangan ester

di

Kemudian

cairan dibiarkan sampai menjadi dingin pada


kamar

V1)

prosedur

Keterangan:
Vo = Volume H C 1 (ml) untuk minyak
V1

Volume H C 1 (ml) untuk blanko

Berat minyak (gr)

IV. HASIL DAN PEMBAIIASAN

A. PENELITIAN PENDAHULUAN
1. Kadar Air

Penqukuran kadar air


hui

bertujuan untuk

mengeta-

kandunqan air yang terdapat pada buah

kapulaga

lokal.

Penqukuran dilakukan terhadap buah

kapulaga

lokal yang masih segar maupun kerinq.


Buah
79

kapulaqa lokal seqar mempunyai kadar

persen.

kapulaqa

segar

Penqukuran dari
untuk
itu
buah

kapulaga

kering

di pasaran adalah 18.57 persen.

berada
buah

Sedangkan buah

merupakan

kadar

kedua kondisi buah

yang

Kadar
air

ini

total.

Selain

juqa digunakan untuk perhitunqan konversi

jumlah

buah

yang akan

dalam

memperoleh

disuling

air

ditujukan

mengetahui keefektifan penyulinqan.

kering ke seqar

air

dari

kebutuhan

berdasarkan

pada

kadar air tertentu.


Pada

buah

kapulaqa kering di

pasaran

kadar air 18.57 persen masih tampak lunak.

dengan

Hal

menunjukkan bahwa pada kondisi tersebut masih


memperlambat kecepatan proses penyulingan,
diperlukan
kondisi

perlakuan penqerinqan laqi

yang

lebih baik, yaitu terasa

dipeqanq dan mudah pecah jika ditekan.

ini

dapat

sehinqga

sampai

pada

keras

bila

Pada keadaan

ini
14

buah kapulaga lokal memiliki kadar air


persen.

Nilai kadar air ini

digunakan

sebesar
sebagai

patokan untuk penyulingan buah kapulaga lokal kering


dan konversi untuk menentukan jumlah buah seqar yang
dibutuhkan.
Perhitungan

konversi dari buah

kapulaqa

pada

kondisi kering ke segar adalah sebagai berikut:


Buah kering (Jumlah : 2 kg;

Kadar air : 14 %)

Buah segar (Kadar air : 79 %)


Jumlah yang dibutuhkan sebesar:

Dengan

pengeringan, maka penurunan

kadar

air

disebabkan molekul-molekul air berqerak ke permukaan


jaringan
hari.

dan menguap karena panas dari sinar

Pengeringan tidak

dilakukan

mata-

terlalu

lama

karena mengakibatkan sebagian komponen menguap.


2. Kadar Minyak Atsiri

Buah

kapulaga

lokal

total sebesar 6.6 persen.

mempunyai

kadar

Pengukuran ini

minyak

bertujuan

untuk digunakan sebagai acuan dalam menentukan taraf


perlakuan waktu penyulingan untuk menghasilkan
demen yang mendekati kadar minyak total.

ren-

3. Lama Penyulingan
Lama

penyulinqan yanq akan

diqunakan

sebagai

salah satu faktor perlakuan, pada penelitian


huluan

ini

diperlukan untuk

dengan hasil yang optimal.


gan

mendapatkan

penda-

rendemen

Penentuan lama penyulin-

ini berhubungan dengan tinqkat kesegaran

serta

ukuran partikel buah.


Rendemen yanq didapat pada penyulinqan pendahuluan disajikan pada Tabel 5 sebaqai berikut:
Tabel 5.

Data rendemen pada penelitian pendahuluan

Ukuran partikel
buah
Halus

Lama penyulinqan
(jam)

rendemen minyak
kapulaga lokal
(v/b kering)

3.60

Kasar
Kasar
Utuh
Kasar
Halus
Utuh
Keterangan:
Kasar = terpisah antara kulit dan biji
Halus = 1010s sarinqan 5 mesh
Pada penyulinqan selama 8 jam didapat
minyak

kapulaqa lokal yang mempunyai

meningkat
Buah

rendemen

kecenderungan

bila ukuran partikel buah semakin

yang dirajanq halus memiliki

kecil.

rendemen minyak

kapulaqa

lokal sebesar 5.94 persen

yanq

kadar minyak atsiri dari buah kapulaqa.


tidak
utuh

mendekati

Akan tetapi

demikian pada ukuran partikel buah kasar


yanq mempunyai rendemen lebih kecil dan

optimal.
dapat

Denqan

demikian lama penyulingan

diqunakan sebaqai salah satu taraf

dan

belum
8

jam

perlakuan

pada penelitian utama.


Untuk rnendapatkan hasil yanq lebih optimal maka
dilakukan penyulinqan yanq lebih lama yaitu 10
Pada

keadaan utuh,

menqhasilkan
minyak

buah

kapulaga

yanq

disuling

rendemen yanq semakin mendekati

atsiri

yaitu 6.05 persen.

jam.

Denqan

kadar

melihat

hasil penyulinqan selama 8 jam dengan ukuran

parti-

kel buah yanq berbeda maka dapat diharapkan rendemen


minyak

akan semakin meningkat.

Maka untuk

peneli-

tian utama diqunakan waktu penyulinqan selama 8

dan

10 jam.

B.

PENELITIAN UTAMA

Taraf

perlakuan

buah kerinq

dan

seqar

hasil analisis sidik raqam berpenqaruh sanqat

dari
nyata

terhadap rendemen, yang disajikan pada Lampiran

lb.

Semakin tinqqi rendemen minyak kapulaqa lokal, maka


semakin tinqqi pula nilai bilanqan ester dan putaran

optik,

akan

Pada hasil
yaitu

tetapi bobot jenis

cenderung

menurun

Duncan, rendemen buah segar lebih tinggi

6.126 persen dibandingkan dengan buah


5.363 persen.

sebesar

perlakuan

semakin

Kecenderungan

meningkat bila

kering

setiap

ukuran

taraf

partikel

buah semakin kecil serta penyulingan dilakukan lebih


lama.
atsiri yang terdapat di dalam

Minyak
tanaman
proses

akan

mengalami proses

penyulingan.

jaringan

Uap air

jaringan

hidrodifusi
akan

meresap

menembus kantong-kantong minyak

meningkatkan

suhu minyak atsiri.

selama
dalam

dan

akan

Setelah mencapai

suhu yang sama, maka minyak akan dibawa ke permukaan


jaringan

dan akan diubah dalam bentuk campuran

uap

antara air dan minyak atsiri.


Perbedaan antara buah kering dan segar terletak
pada kandungan air.
air

Buah kering mempunyai kandungan

lebih kecil sehingga proses

penyulingan

dapat

berjalan lebih cepat, akan tetapi selama pengeringan


sebagian

komponen minyak atsiri dalam buah

sehingga mengurangi rendemen penyulingan.


air

yang

proses
jam

lebih besar pada buah

menguap

Kandungan

segar menyebabkan

penyulingan berjalan lebih lambat pada

pertama karena uap air harus menguapkan air

jamdi

dalam buah sebelum mencapai kantong-kantong minyak.

Gambar 19. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga kering dan lama penyulingan terhadap rendemen

Gambar 20. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga segar dan lama penyulingan terhadap rendemen

Hasil
ukuran

s i d i k ragam menunjukkan bahwa

partikel

buah

berpengaruh

perbedaan

nyata

terhadap

rendemen minyak kapulaga l o k a l yang d i p e r o l e h s e p e r -

ti yang d i t u n j u k k a n pada Lampiran l b .


Duncan

Pada a n a l i s i s

t e r l i h a t bahwa t a r a f p e r l a k u a n r a j a n g

kasar

(B1) t i d a k b e r b e d a n y a t a t e r h a d a p r a j a n g h a l u s ( B Z ) ,
tetapi

keduanya

berbeda s a n g a t n y a t a

yang t i d a k d i r a j a n g ( B o ) .

dengan

Rendemen yang

buah

dihasilkan

cenderung meningkat b i l a ukuran p a r t i k e l buah

sema-

kin k e c i l .
Perajangan
pada

jaringan

minyak

buah menyebabkan
menjadi r u s a k

sebagian

sehingga

sel-sel

mempermudah

u n t u k k e l u a r k a r e n a j a r a k kantong minyak

permukaan

a k a n l e b i h pendek.

Buah yang

utuh

ke
akan

mem-

m e n g h a s i l k a n rendemen l e b i h k e c i l k a r e n a untuk

bawa minyak h a r u s menembus sel-sel yang ada d i d a l a m


jaringan

Buah k a p u l a g a l o k a l yang d i s u l i n g t e r d i r i
biji,

d a g i n g buah dan k u l i t .

Dalam

dari

keadaan

utuh,

maka p r o s e s h i d r o d i f u s i l e b i h s u l i t k a r e n a kandungan
minyak
ke

yang b e r a d a pada b i j i pada s a a t akan

permukaan

jaringan

daging

buah.

Demikian p u l a dengan kantong-kantong

minyak

yang

t e r d a p a t pada d a g i n g buah akan t e r t a h a n

dahulu

oleh

buah h a r u s m e l e w a t i

dibawa

k u l i t , sehingga

penyulingan

lebih

berjalan

kurang sempurna k a r e n a s e b a g i a n minyak t e r t a h a n

dan

tidak dapat keluar ke permukaan buah sehingga rendemen menjadi lebih kecil.
Selain

itu

pengecilan ukuran

partikel

buah

dengan menggunakan mesin perajang ternyata berpengaruh terhadap kandungan minyak karena gesekan
alat

perajang

dengan buah serta

menimbulkan panas.
suhu

antar

antara

buah

akan

Efek panas ini akan meningkatkan

buah sehingga memberikan kemungkinan

sebagian

komponen minyak kapulaga lokal hilang akibat

proses

penguapan.
Ukuran partikel buah yang berbeda akan berpengaruh

terhadap

suling.
babkan

proses hidrodifusi

di

dalam

ketel

Bahan dengan ukuran lebih besar akan menyejarak ruang antar buah lebih besar

sehingga

sebagian uap air akan melalui jalur tersebut.


ini mengakibatkan proses peresapan uap air ke
buah menjadi kurang sempurna.
partikel

buah,

kerapatan

Semakin kecil

di dalam

ketel

Hal
dalam

ukuran
suling

semakin besar sehingga hanya sebagian kecil uap


1010s atau proses hidrodifusi

yang

berjalan

air
lebih

merata.
Perbedaan perlakuan lama penyulingan pada sidik
ragam tidak berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen

seperti

Taraf

yang

perlakuan

rata-rata

hasil

ditunjukkan

pada

waktu selama 10
sedikit lebih

jam

besar

Lampiran

lb.

menghasilkan
yaitu

6.013

persen

dibandingkan 5.475 yang diperoleh

selama

jam.
Keadaan tersebut dimungkinkan karena pada taraf
perlakuan

tersebut hasil

yang

diperoleh

hampir

mendekati.,kadarminyak atsiri yang terdapat di dalam


buah kapulaga lokal.

Semakin lama proses penyuling-

an akan diperoleh rendemen yang lebih besar meskipun


semakin

kecil minyak yang teruapkan pada

terakhir.

Disamping itu juga lebih

jam-jam

banyak

teruapkan dan senyawa ini

fraksi

berat

yang

lebih

mudah

larut

di dalam air hasil sulingan, sehingga

dapat

mengurangi rendemen.
Rendemen minyak kapulaga lokal mempunyai kisaran antara 4.11 persen sampai 6.85 persen.

Rendemen

tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan

A2B2C1

(buah segar yang dirajang halus dan lama penyulingan


10 jam).

Pada sidik ragam terlihat bahwa pada semua perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh sangat nyata
terhadap bilangan asam minyak kapulaga lokal, kecuali

pada perlakuan lama penyulingan, berbeda

nyata.

Bilangan asam minyak kapulaga lokal cenderung

naik,

ha1

ini

sehingga

disebabkan rendemen

juga

semakin

besar

memungkinkan semakin besar

senyawa

ester

yang teruapkan sehingga deqradasi ester juga

mening-

kat bila penyulingan makin lama.

jumlah

Penambahan

komponen akibat hidrolisis ester mempengaruhi


patan

minyak karena terbentuk senyawa

kera-

alkohol

asam karboksilat sehingga indeks bias menjadi


kin

tinggi.

dari

Pada analisis Duncan,

buah segar sedikit lebih tinggi

sema-

bilangan
yaitu

dan

asam

0.1790
- ,

daripada 0.1702 yang diperoleh dari buah kering.


Bilangan asam merupakan jumlah asam bebas
terdapat

dalam minyak.

Senyawa ini terbentuk

proses degradasi ester oleh air.

yang
dari4

Dalam ha1 ini asam

dapat berfungsi sebagai katalisator yang mempercepat


proses

penguraian ester menjadi asam

Selain

itu

dapat

pula

disebabkan

dan

alkohol.

oleh

oksidasi

alkohol yang menghasilkan aldehid dan keton.


Pada

faktor perlakuan tingkat kesegaran

buah,

buah segar mempunyai bilangan asam yang lebih tinggi


dibandingkan

0.179

Hal ini disebabkan kadar air yang

0.170.

oleh

buah kering, masing-masing

buah segar masih tinggi

proses

hidrolisis ester?]

sehingga

dan

dikandung

memperbesar

Reaksi antara

air

dalam

buah dengan minyak selama proses penyulingan merupakan


pada

awal pembentukan senyawa asam bebas,

sedangkan

buah kering kemungkinan tersebut lebih

kecil.

Faktor perlakuan ukuran partikel buah tidak berpengaruh nyata terhadap bilangan asam.

IKasar

Halus

I.ll.curan bahar-I

Gambar 2 1 . Hubungan a n t a r a ukuran p a r t i k e l buah kap u l a g a k e r i n g d a n lama p e n y u l i n g a n t e r h a d a p b i l a n g a n asam

Gambar 2 2 . Hubungan a n t a r a ukuran p a r t i e l buah kapulaga s e g a r d a n lama penyulingan t e r h a d a p b i l a n g a n asam

sidik

ragam

pada Lampiran 2b

terlihat

perbedaan taraf perlakuan lama penyulingan


kan

pengaruh nyata terhadap jumlah

bahwa

memberi-

bilangan

asam.

Pada analisis Duncan, taraf perlakuan selama 10

jam

memiliki jumlah asam bebas yang lebih tinggi daripada

8 jam, masing-masing sebesar 0.1841 dan

0.1651.

Semakin lama penyulingan, bilangan asam minyak


cenderung meningkat.

Dengan makin lama penyulingan,

maka kontak antara air dan minyak juga semakin


dan

panas

mengakibatkan

semakin besar.
hol

akan

proses

lama

hidrolisis ester

Disamping itu senyawa-senyawa alko-

yang berbobot molekul tinggi akan lebih banyak

yang

mengalami oksidasi menjadi aldehid, asam

kar-

boksilat dan keton.


Jumlah

bilangan asam terkecil dihasilkan

pada

perlakuan AIBOCO (buah kering, utuh dan lama

penyu-

lingan 8 jam) sebesar 0.156, sedangkan hasil

terbe-

sar

diperoleh

pada perlakuan A2B2C1

(buah segar,

rajang halus, lama penyulingan lo jam) yaitu 0.206.


3. Bilangan Ester
Bilangan
penting

untuk

ester merupakan parameter


setiap jenis minyak

kandungan komponen ini dapat


suatu

minyak.

bilangan

mutu

atsiri, karena

menunjukkan

Kecenderungan yang

yang

kualitas

meningkat

ester menunjukkan indikasi bahwa

pada

bilanqan

asam

yang

semakin tinggi bukan hanya

hidrolisis

senyawa-senyawa ester,

disebabkan oleh

oksidasi

alkohol

berasal dari

tetapi

lebih
menjadi

primer

aldehid dan kemudian menjadi asam karboxsilat.


Pada

Lampiran

3b terlihat bahwa

hasil

sidik

ragam pada selang kepercayaan 0.05 persen, perlakuan


tingkat kesegaran dan ukuran partikel buah berpengaruh

nyata, akan tetapi perbedaan

lama

penyulingan

tidak berpengaruh nyata.


Hasil

analisis Duncan untuk tingkat kesegaran

pada buah kering menghasilkan bilangan

buah,

ester

yang

lebih tinggi yaitu 4.366

dibandingkan

dengan

buah

segar sebesar 3.962 dan

nilai

setiap

taraf

untuk

perlakuan mempunyai kecenderungan

Perbedaan

ini disebabkan pada buah

hidrodifusi minyak

relatif

lebih

meningkat.

kering
cepat

proses

sehingga

kontak dengan uap air baik selama proses hidrodifusi


maupun
dapat
air

pada

dikurangi.

yanq

lebih

Sedangkan buah

lama

yang

memungkinkan

dalam

ketel

segar, kandungan

tinggi menyebabkan kontak

berlangsung
dalam

saat dalam bentuk uap di

dengan

reaksi

minyak

hidrolisis

serta beberapa senyawa ester

larut

air hasil sulingan sehingga menghasilkan

di
bi-

langan ester yang lebih kecil.


Selain

ha1 tersebut diatas, perbedaan

tingkat

kesegaran buah memberikan rendemen yang lebih tinggi

dengan

makin

sehingga

lama penyulingan
jumlah

memungkinkan

untuk

buah

senyawa

kering

ester

yang

diperoleh juga semakin tinggi.


Pada hasil sidik ragam, perlakuan ukuran partikel

buah menunjukkan bahwa antara rajang kasar

dan

halus tidak memiliki perbedaan yang nyata, akan

te-

tapi buah yang dirajang kasar berpengaruh nyata bila


dibandingkan dengan buah utuh, demikian pula
buah

yang

dirajang halus dengan

Pada

perbandingan nilai

ditunjukkan

pada

buah

rata-rata

antara

yang

utuh.

seperti

yang

Lampiran 3d terlihat

bahwa

yang dirajang kasar mempunyai nilai tertinggi


4.360,

dan

diikuti

oleh rajang

halus

dan

buah
yaitu
utuh,

masing-masing 4.351 dan 3.781.


Semakin halus partikel buah yang disuling, maka
semakin

tinggi pula bilangan ester yang

diperoleh.

Nilai tertinggi yang didapat pada buah yang dirajang


kasar dapat disebabkan bahwa pada buah rajang

halus

telah mengalami kehilangan sebagian senyawa ester.


Hal

tersebut disebabkan panas

akibat

gesekan

alat penggilingan selama proses perajangan


kan

sebagian

minyak.

Di samping itu

partikel

buah

jaringan

sel yang rusak dan

kantong

semakin kecil, semakin

menguap-

bila
banyak

memungkinkan

pula

kantong-

minyak pecah sehingga sebagian minyak

uapkan pada suhu kamar.

ukuran

ter-

Gambar 2 3 . Hubungan a n t a r a ukuran p a r t i k e l buah kap u l a g a k e r i n g dan lama p e n y u l i n g a n t e r h a dap b i l a n g a n e s t e r

Gambar 2 4 . Hubungan a n t a r a ukuran p a r t i k e l buah kap u l a g a s e g a r dan lama p e n y u l i n g a n t e r h a dap b i l a n g a n e s t e r

Lama

penyulingan tidak memberikan

hasil

berbeda nyata antara 8 jam dengan 1 0 jam.


ester

pada

jam

Bilangan

sedikit

lebih

daripada 8 jam, masing-masing sebesar

tinggi
dan

taraf perlakuan 1 0

yang

4.177

Perbedaan tersebut karena semakin

lama

penyulingan, maka semakin besar pula rendemen

yang

diperoleh sehingga

ter-

4.151.

senyawa-senyawa ester yang

ikut semakin tinggi.

Ester merupakan senyawa hidro-

karbon teroksigenasi dan senyawa ini mempunyai bobot


molekul
Dengan
yaitu

yang lebih besar dibandingkan hidrokarbon.


demikian dibutuhkan waktu yang

setelah sebagian besar dari

lebih

lama,

senyawa

terpen

Bilangan ester tertinggi diperoleh pada

kombi-

atau hidrokarbon menguap.

nasi perlakuan penyulingan buah kering yang dirajang


halus selama 8 jam (A1B2CO)
Mekanisme
hidrolisis

sebesar 4 . 8 5 .

kerusakan senyawa ester pada

dapat

dilihat pada

Gambar

proses
sebagai

25

berikut :
R - C = O

H20

panas

OR1

RIOH

OH

ester
Gambar

R - C = O

air
25.

asam

Reaksi hidrolisis ester

alkohol

4. Bobot Jellis

Bobot

jenis

suatu minyak

dipengaruhi

perbandingan komponen-komponen yang menyusun


tersebut.
molekul
besar,

Apabila

tingqi

komponen

yang

terdapat dalam

oleh
minyak

memiliki

jumlah

maka nilai bobot jenis minyak

bobot

yang

akan

lebih

menjadi

semakin tinggi.
Pada
pada

Lampiran

4b terlihat bahwa

selang kepercayaan

0.05

persen,

sidik

ragam

hanya

faktor

perlakuan tingkat kesegaran dan ukuran partikel buah


yang

mempunyai pengaruh nyata terhadap nilai

bobot

jenis.
analisis Duncan, perlakuan kondisi

Pada
garan

buah

nyata,
tiap

mempunyai

0.9235

yang

berbeda

dan kecenderungan yang semakin

taraf perlakuan.

punyai

nilai

nilai

Pada

sangat

turun

untuk

Pengqunaan buah kering mem-

bobot jenis yang lebih

dibandingkan

kese-

0.9201

tinggi

yaitu

pada buah segar.

buah kering, proses

hidrodifusi

relatif

lebih cepat karena penetrasi uap air dalam

jaringan

tidak memerlukan waktu lama untuk mencapai

kantonq-

kantong minyak sebab kandungan air di sekitar

kan-

tong

buah

minyak

lebih kecil dibandingkan

dengan

segar sehingga energi yang diperlukan untuk memanaskan air dalam jaringan buah lebih kecil.

Utuh

1:asat

{Jlcilr an

Halus

bahan

Gambar 26. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga kering dan lama penyulingan terhadap bobot jenis

Gambar 27. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga segar dan lama penyulingan terhadap bobot jenis

Pada s i d i k ragam t e r l i h a t bahwa p e r l a k u a n u k u r a n p a r t i k e l buah berpengaruh n y a t a .

Bobot j e n i s pa-

d a buah u t u h b e r b e d a n y a t a dengan buah yang d i r a j a n g


kasar,
yang

d e m i k i a n p u l a a n t a r a buah u t u h
dirajang halus.

dengan

buah

Akan t e t a p i a n t a r a buah

yang

d i r a j a n g k a s a r dengan buah yang d i r a j a n g h a l u s t i d a k


berbeda n y a t a .
Dalam h a 1 i n i buah u t u h mempunyai n i l a i

bobot

p a l i n g b e s a r y a i t u 0.9235 d a n d i i k u t i

secara

jenis

berurutan

o l e h buah r a j a n g k a s a r d a n

halus,

yaitu

semakin

besar

0.9215 dan 0.9204.


Perajangan

buah

mengakibatkan

penguapan

komponen

fraksi

disuling.

Meskipun minyak yang k e l u a r selama p r o s e s

ringan

minyak

sebelum

p e n y u l i n g a n pada buah u t u h l e b i h l a m b a t pada jam-jam


pertama, a k a n t e t a p i h a 1 i n i mempunyai pengaruh y a n g
t i d a k t e r l a l u b e s a r t e r h a d a p rendemen yang d i p e r o l e h
d i b a n d i n g k a n komponen minyak yang h i l a n g s a a t

dira-

j ang .
Pada a n a l i s i s Duncan, p e n y u l i n g a n yang
kan selama 1 0 jam memberikan n i l a i b o b o t
lebih

t i n g g i b i l a d i b a n d i n g k a n 8 jam.

dilaku-

j e n i s yang
Nilai

rata-

r a t a p e r l a k u a n 1 0 jam a d a l a h 0 . 9 2 2 1 sedangkan 8
sebesar
fraksi

0.9216.

Semakin lama p e n y u l i n g a n ,

b e r a t l e b i h banyak yang d a p a t

fraksi-

diuapkan

hingga memberikan has.51 yang l e b i h b e s a r .

jam

se-

Praksi berat komponen minyak dipengaruhi


panjang

rantai

molekul

yang

oleh

Semakin

menyusun.

panjang rantai maka bobot molekul komponen

tersebut

akan menjadi semakin besar.

komponen

Dalam ha1 ini

minyak golongan seskuiterpen mempunyai pengaruh yang


lebih besar dibandingkan dengan monoterpen, demikian
juga dengan jenis komponen hidrokarbon teroksigenasi
terhadap hidrokarbon.
Bobot

jenis

minyak kapulaga

kisaran nilai antara 0.9183-0.9249.

lokal

mempunyai

Nilai tertinggi

diperoleh pada kombinasi perlakuan penyulingan

buah

kering utuh selama 10 jam (AIBOC1).


5. Indeks Bias

Sidik ragam pada Lampiran 5b menunjukkan


dari

ketiga faktor perlakuan

pengaruh

memperlihatkan

sangat nyata terhadap indeks

kapulaga lokal.
kat

tidak

bias

Akan tetapi faktor perlakuan

kesegaran dan ukuran partikel buah

nyata.
berkisar

Nilai

indeks bias

minyak

bahwa

ting-

berpengaruh

kapulaga

antara 1.4613 sampai 1.4641

minyak

dengan

lokal
rata-

rata sebesar 1.4627.


Hasil analisis Duncan terhadap faktor perlakuan
tingkat kesegaran buah, pada Lampiran 5c menunjukkan
bahwa perbandingan nilai rata-rata antara buah segar
dengan

buah kering tidak berpengaruh

nyata.

Buah

segar mempunyai rata-rata nilai sedikit lebih tinggi


yaitu

daripada

1.4630

pada

1.4621

buah

Pada buah segar, ikatan tidak jenuh dapat


resinifikasi
lebih

sehingga

tinqgi.

yang

nilai

indeks

Disamping itu dengan

lebih tinggi mengakibatkan

hidrolisis

ester semakin tinggi

senyawa-senyawa

kering.

mengalami

bias

menjadi

kandungan

kesempatan
yang

air

proses

menghasilkan

baru seperti alkohol dan asam

boksilat sehingga kerapatan komponen minyak

kar-

menjadi

semakin tinggi.
Perbandingan rata-rata
antara

ukuran

pada

partikel buah

yang

analisis

Duncan

dirajang

kasar

dengan halus serta kasar dengan utuh tidak menunjukkan

perbedaan

dirajang

yang nyata.

Akan tetapi

halus berpengaruh nyata bila

dengan buah utuh.

buah

yang

dibandingkan

Urutan hasil dari yang

tertinggi

sampai terendah mengikuti ukuran partikel buah

dari

yang dirajang halus sampai utuh.


Hal
dari

ini menunjukkan bahwa fraksi-fraksi

minyak teruapkan lebih banyak

perajangan

bila

dilakukan

yang lebih halus pada buah yang

kan.

Perajangan akan memperluas permukaan

buah

karena sebagian kantong-kantong minyak

digunajaringan

sehingga senyawa-senyawa yang mempunyai bobot


kul

tinggi lebih mudah untuk diuapkan.

berat

rusak,
mole-

Selain

itu

hidrolisis ester yang terjadi mengakibatkan jumlah

Gambar 28. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga kering dan lama penyulingan terhadap indeks bias

Gambar 29. Hubunqan antara ukuran partikel buah kapulaga segar dan lama penyulingan terhadap indeks bias

komponen

bertambah yang sehingga

kerapatan

minyak

lebih besar.
Pada

perajangan

kasar,

taraf

perlakuan

sampai memecahkan biji, sehingqa hanya

tidak
gian

fraksi berat yang dapat diuapkan

penyulingan.

Buah utuh relatif lebih

pada

ini

sebaproses

sulit

untuk

mendapatkan komponen berbobot molekul tinggi, seperti

seskuiterpen

sehinqqa hasil fraksi

berat

yang

diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan buah

yang

menqalami perajanqan.
Hasil

indeks

bias

kombinasi perlakuan

terbesar

penyulingan

diperoleh
buah

pada

segar

yang

dirajang halus selama 8 jam (A2B2CO) sebesar 1.4641.

6. Kelanltan dalarri Etanol 80 Perseri


Kelarutan minyak kapulaga lokal mempunyai nilai
sekitar

19:lO

dalam

perbandingan

antara

dengan

etanol 8 0 persen.

antara

minyak kapulaga lokal dengan

minyak

Pada perbandingan 1 :

10

etanol, masih

menunjukkan hasil yang sama.


Pada faktor perlakuan tinqkat kesegaran, antara
buah

kering

dan

segar

mempunyai

kelarutan

yang

hampir sama dalam etanol 80 persen.


Pada

Lampiran

terlihat

bahwa

hasil

yang

diperoleh tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap


semua

kombinasi perlakuan.

Pada

faktor

perlakuan

tinqkat

kesegaran, diperoleh kecenderungan

semakin

menurun pada buah kerinq bila dirajang lebih


Semakin kecil

ukuran partikel

hidrodifusi menjadi

semakin

buah,
cepat

halus.

maka

proses

karena

jarak

antara kantong minyak dengan permukaan jarinqan buah


lebih

pendek

sehinqqa

memungkinkan

lebih

komponen fraksi berat (seskuiterpen-0) yang


kan.

Semakin

kecil

perbandingan

banyak
teruap-

antara

minyak

denqan etanol, berarti minyak tersebut semakin larut


dalam etanol.
Kelarutan suatu minyak dipenqaruhi oleh jenis
komponen yang menyusun minyak.
yanq

Golongan hidrokarbon

teroksigenasi mempunyai kemampuan lebih

dalam etanol dibandingkan denqan qolonqan


bon.

Hal ini disebabkan hidrokarbon yang


polar,

yaitu

hidrokarteroksi-

qenasi

merupakan

muatan

listrik yang berbeda pada ujunq-ujunq

kulnya, dan

senyawa

mempunyai kepolaran yanq

larut

mempunyai

hampir

molesama

dengan etanol 80 persen.


Hal

tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan suatu

kecil

dapat

berionisasi,

akan semakin sukar larut dalam etanol.

senyawa yang

mempunyai
untuk

bobot

membentuk

senyawa untuk

semakin

molekul lebih tinqqi


ion-ion, sehinqqa

lebih

qolonqan

sukar
yang

memiliki rantai yang lebih pendek dari terpen-0 akan


lebih mudah larut (monoterpen-0).

Gambar 30. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga kering dan lama penyulingan terhadap kelarutan dalam etanol 80 persen

I 92

1.93 -

-2

192

1.82

ffi
w

1.91189

--

18'3

v----

Gambar 31. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga segar dan lama penyulingan terhadap kelarutan dalam etanol 80 persen

Pada buah kering yang dirajang kasar (AIB1) dan


buah segar yang dirajang halus (A2B2), dengan
kin

lama proses penyulingan kelarutan juga

besar

sema-

semakin

Semakin lama penyulingan akan meningkatkan jumlah

dan jenis dari komponen terpen-0 seperti mono-

terpen-0 dan
golongan
semakin

seskuiterpen-0.

Akan

tetapi

jumlah

hidrokarbon yang tidak teroksigenasi


besar,

juga

sehingga bila konsentrasi golongan

monoterpen dan seskuiterpen lebih besar dibandingkan


dengan golongan
maka

monoterpen-0

dan

seskuiterpen-0,

kelarutan minyak dalam etanol

akan

menjadi

berkurang atau sukar larut.


Ditinjau

dari nilai bilangan ester, maka

pada

buah kering semakin besar bilangan ester menyebabkan


minyak

tersebut lebih mudah larut atau

etanol dalam

jumlah

yang lebih

membutuhkan

kecil.

Hal

ini

disebabkan ester merupakan golongan hidrokarbon yang


teroksigenasi.

Keadaan ini tidak terjadi pada

segar, yaitu walaupun kecenderungan bilangan

buah
ester

meningkat, akan tetapi perbandingan kelarutan dalam


etanol mula-mula meningkat kemudian menurun.

Senya-

wa ester dalam minyak kapulaga lokal adalah a-terpinilasetat


demikian

yang

merupakan

golongan

monoterpen-0,

pula dengan senyawa sine01

sehingga pada

buah segar, kandungan a-terpinilasetat menurun.

Penurunan ini akibat hidrolisis senyawa


but menjadi asam karboksilat dan alkohol.
kedua

terse-

Meskipun

senyawa tersebut lebih polar dari

a-terpinil

asetat, akan tetapi kepolaran a-terpinilasetat hampir

sama

dengan etanol 80 persen,

sehingga

tidak

meningkatkan kelarutan minyak kapulaga lokal.

7. Putaran Optik
Nilai
berkisar
negatif

putaran

optik

antara -9.3O
menunjukkan

kemampuan

minyak

kapulaga

sampai dengan
bahwa

minyak

Tanda

-4.7".

ini

mempunyai

untuk memutar bidang polarisasi

kiri ( laevorotation)

ke

nyata.

antar

perlakuan
buah

nilai

tengah

taraf perlakuan

pada

pada

analisis

setiap

(tinqkat kesegaran buah, ukuran

dan lama penyulingan) menunjukkan

faktor
sangat

memperlihatkan hasil yang berbeda

Perbandingan

Duncan

arah

Pada sidik ragam diperoleh bahwa setiap


perlakuan

lokal

faktor

partikel

hasil

yang

berbeda nyata.
Pada
buah,

setiap taraf perlakuan tingkat

baik

buah segar

maupun

kering

kecenderungan nilai putaran optik

yang

kesegaran

menunjukkan
meningkat.

Pada analisis Duncan, minyak atsiri yang dihasilkan


oleh
optik

buah kering mempunyai nilai rata-rata


yang

lebih tingqi

dibandingkan

buah

putaran
segar

seperti ditunjukkan
disebabkan

proses

pada

Lampiran

penyulingan

Hal

7c.

buah

kering

cepat dan resiko kerusakan minyak lebih

ini
lebih
se-

kecil

hingga minyak kapulaga lokal yang mengandung senyawa


atom C asimetris relatif tinggi.
Semakin kecil ukuran partikel buah, maka putaran

optik juga semakin besar, karena

kapulaga

lokal

yang mengandung

jumlah

minyak

komponen atom

C-

asimetris lebih banyak yang teruapkan.


Analisis Duncan pada Lampiran 7e terlihat bahwa
semakin lama penyulingan, nilai putaran optik cenderung

meningkat,

teruapkan

disebabkan

semakin

besar,

komponen minyak

terutama

senyawa

yang
yang

mempunyai atom C-asimetris, sehingga kemampuan untuk


memutar bidang polarisasi lebih besar.
Pada analisis Duncan, semakin lama

penyulingan

maka minyak kapulaga lokal yang mengandung


atom C-asimetris juga

senyawa
jumlah

senyawa-

meningkat.

Apabila

senyawa-senyawa a-pinen, R-pinen,

l-terpen-

401 dan limonen ini lebih besar dibandingkan


sabinen, d-kampor dan d-borneol, maka nilai

dengan
putaran

optik dari minyak akan semakin besar karena golongan


tersebut
ke

kiri.

kombinasi

mempunyai sifat memutar bidang


Putaran optik
perlakuan

terbesar

polarisasi

diperoleh

penyulingan buah

dirajang halus selama 10 jam (AIBZC1).

kering

pada
yang

Gambar 32. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga kering dan lama penyulingan terhadap putaran optik

Gambar 33. Hubungan antara ukuran partikel buah kapulaga segar dan lama penyulingan terhadap putaran optik

8. Analisis Kornporiea dengari Krornatografi Gas


Analisis komponen minyak kapulaga lokal
kromatografi
perlakuan.
kering

gas

dilakukan

semua

kombinasi

Hasil yang diperoleh pada pemakaian buah

dan

segar

menghasilkan

komponen yang berbeda.


merupakan

pada

jumlah

dan

Bobot molekul dan

jenis

polaritas

faktor yang mempengaruhi laju gerak

masing-masing

komponen dalam kolom.

Semakin

bobot molekul dan polaritas suatu senyawa


kan

dengan

laju

gerak dalam kolom lebih

dari
besar

menyebab-

lambat

sehingga

akan keluar lebih lama.


Kromatogram minyak kapulaga sabrang hasil penelitian Anwar et al. (1985) menunjukkan bahwa

kompo-

nen yang pertama muncul adalah a-pinen disusul


R-pinen

serta

limonen

dan

kemudian

1.8

Dengan demikian urutan yang muncul pada

oleh

sineol.

kromatogram

hasil analisis minyak kapulaga lokal adalah golongan


monoterpen

(a-pinen, R-pinen dan limonen)

monoterpen-0

kemudian

(1.8 sineol), seskuiterpen serta

ses-

kuiterpen-0.
Senyawa
kapulaga
puncak

sineol sebagai komponen

utama

minyak

lokal dapat dihitung dari prosentase

yanq terdapat pada

kromatogram.

luas

Kombinasi

perlakuan yang menghasilkan sineol tertinggi

adalah

A2B2C0 (buah segar, rajang halus, lama penyulingan 8


jam) yaitu 87.08 persen.

Sedangkan prosentase sine01 terkecil diperoleh


perlakuan

buah kering dengan perajangan

penyulingan

selama

10 jam (AIBIC1)

pada

kasar

dan

sebesar

76.73

menghasilkan

jenis

persen.
Kombinasi

perlakuan

yang

komponen paling banyak adalah A1B2C0 (buah kering,


rajang

halus dan lama penyulingan 8 jam)

yaitu

16

komponen, sedangkan yang menghasilkan jenis komponen


paling

kecil adalah kombinasi perlakuan A2B1C0

dan

A2B1C1 (buah segar, rajang kasar, penyulingan 8

dan

20 jam) yaitu 5 komponen.

Buah
rata-rata
segar.

kering menqhasilkan jenis


lebih

besar

komponen

yang

dengan

buah

dibandingkan

Hal ini disebabkan pada buah kering

proses

hidrodifusi berlangsung lebih cepat, sehingga

seba-

gian besar komponen minyak kapulaga lokal teruapkan.


Jenis
mempunyai

komponen yang terlihat pada


kecenderungan meningkat

kromatogram

dengan

semakin

lama penyulingan akan tetapi menurun apabila


partikel buah yang digunakan semakin halus.

ukuran
Hal ini

menunjukkan bila penyulingan berlangsung lebih lama,


maka

jenis

karena
besar

komponen yang diperoleh

senyawa
yang

yang bertitik

teruapkan. Akan

semakin

besar

tinggi

lebih

didih
tetapi

bila

partikel buah kapulaga lokal yang digunakan


halus, sebagian komponen minyak yang bertitik

ukuran
semakin
didih

rendah

akan menguap, sehingga jenis

komponen

yang

diperoleh pada kromatogram lebih kecil.


Tabel 6.

Data hasil kromatografi minyak kapulaga


lokal

Kombinasi
perlakuan

Luas puncak

(i)

Luas puncak aterpinilasetat

Jumlah
Puncak

(%)

Pada

kromatoqram dapat diketahui bahwa

selain

sine01 sebaqai komponen utama minyak kapulaga lokal,


pada

kelompok puncak sebelah kanan

puncak
Senyawa

terlihat

paling tinggi yang merupakan senyawa


ester yang terdapat dalam

lokal adalah a-terpinilasetat.

minyak

ada

ester.

kapulaga

Luas puncak a-terpi-

nilasetat dan jumlah puncak yang berhasil

diidenti-

fikasi dari kromatogram minyak kapulaga lokal seperti disajikan pada Tabel 6.
Pada Tabel 6 tersebut terlihat bahwa
perlakuan

AIBZCO (buah kering, rajang

kombinasi

halus,

lama

penyulingan 8 jam) menghasilkan luas puncak cr-terpinilasetat

dan

jumlah komponen yang

paling

besar.

Semakin

tinggi

atsiri,

maka

baik.

jumlah senyawa ester

mutu minyak atsiri

Sehingga

suatu

tersebut

kombinasi perlakuan

jam) merupakan minyak

semakin

AIBZCO

kapulaga lokal kering yang dirajang halus,


selama

minyak

dengan

(buah

disuling
mutu

yang

paling baik dibandingkan kombinasi perlakuan lain.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Buah kapulaga lokal segar menghasilkan rendemen
minyak yang lebih tingqi dibandingkan dengan buah
kapulaga lokal kering, akan tetapi mempunyai mutu yanq
lebih rendah.

Rendemen yanq diperoleh pada buah kapu-

laga lokal segar berkisar antara 5.10 sampai 6.85


persen, sedangkan yang kering hanya 4.11 sampai 5.30
persen.
Faktor
partikel

perlakuan tingkat kesegaran buah,

buah dan lama penyulingan

ukuran

berpengaruh

nyata

dengan kecenderungan meningkat terhadap rendemen,

bi-

langan ester

ke-

dan putaran optik, serta

mempunyai

cenderungan menurun terhadap bobot jenis.

Akan

tetapi

ketiga faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap


bilangan asam, indeks bias serta kelarutan dalam etanol
80 persen.

Kandungan

sine01

seqar

yang

yaitu

87.08 persen.

tertinggi diperoleh dari

rajanq halus yanq disulinq


Sedangkan jenis

selama

komponen

jam

paling

kering

yanq

Hasil yang terbaik pada buah seqar diperoleh

dari

lengkap

(16

jenis) dihasilkan oleh buah

buah

rajanq halus yanq disulinq selama 8 jam.

penyulingan dengan ukuran partikel buah 1010s


5 mesh selama

8 jam dengan rendemen

saringan

6.38 persen.

Hasil

terbaik

dari

seluruh perlakuan

diperoleh

dari

buah

kerinq rajanq halus yanq disuling selama 8 jam, menqhasilkan minyak kapulaqa lokal denqan

rendemen

sebesar

persen, bobot jenis 0.9221, bilanqan ester

5.97

bilangan
19:10,

4.85,

asam 0.167, kelarutan dalam etanol 80

persen

indeks bias 1.4631, putaran optik -8.3, kandunqa-

an sine01 84.52 persen, dan luas puncak kromatoqram


terpinilasetat sebesar 3.32.

B. SARAN
Perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut menqenai

jenis dan cara pemisahan komponen minyak kapulaga lokal


golongan terpen-0 yang larut dalam air sulinq

sehingqa

dapat dimanfaatkan lagi.


Apabila
secara

minyak kapulaga lokal inqin

komersial, perlu dilakukan

dikembangkan

pembuatan

standar

mutu minyak kapulaga lokal yang selama ini belum ada.


Untuk
kapulaga
yaitu

mengetahui
lokal dapat

isolasi

metoda

jenis

komponen

dilakukan penelitian

komponen dan

spektroskopi

senyawa

semua

untuk

dianalisis

lanjutan

mengqunakan

menqidentifikasi

yang menyusun minyak kapulaga

minyak

lokal.

struktur
Metoda

spektroskopi ini meliputi UV (Ultra Violet), IR


Red),

NMR (Nuclear Magnetic Resounance) dan GCMS

Chromatography Mass Spectra).

(Infra
(Gas

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1986. Seminar, Lokakarya Pembudidayaan Tanaman Obat dan Pameran Obat Tradisional.
Universitas
Jenderal Sudirman, Purwokerto.
Bidwell, R.G.S.
1979. Plant Physiology.
man Press, Oxford.

2th ed.

Geisman T.A. and D.H.G. Crout. 1969. Organic


of Secondary Plant Metabolism. Freeman,
Company, San Fransisco.
Guenther, E. 1948. The Essential Oil.
Nostrand Company, Inc., New York.
Guenther, E. 1952. The Essential Oil.
Nostrand Company, Inc., New York.

Chemistry
Cooper &

Vol. I.

D.

Van

Vol. VI.

D.

Van

Harbone J.B. 1984. Phytochemical Method.


tion. Chapman and Hall, New York.
Harris, R. 1990.
ya, Jakarta.

Perga-

Tanaman Minyak Atsiri.

Second
Penebar

Edi-

Swada-

Health. H.B 1978. Flavor Technology : Profiles, Products,


Applicationss.
The AVI Publishing Company, Inc.,
Westport, Connecticut.
Indo, A.B.D.M.
1989. Kapulaga, Budidaya, Penqolahan dan
Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kirk, R."c
dan D.F. Othmer.
1969.
Chemical Technology.
Volume 19.
Sons, Inc., New York.

Encyclopedia
John Wiley

of
and

Kirschbaum, E.
1948. Distillation and Rectification.
Chemical Publishing Co., Inc, Brooklyn, New York.
Ketaren, S.
1985. Pengantar Teknologi
Balai Pustaka, Jakarta.

Minyak

Atsiri.

Masada, Y. 1976. Analysis of The Essential Oils by Gas


Chromatography and Mass Spectrophotometry.
John
Wiley and Sons, Inc., New York.
Pruthi, J.S. 1980. Spices and Condiments : Chemistry,
Microbiology, Technology. Academic Press, New York.

Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green dan S.R.J.


Robbins.
1981.
Spices Vol. 11.
Longman Inc., New
York.
Rich. A and N. Davidson. 1968. Structural Chemistry
Molecular Biology. W.H. Freeman, San Fransisco.

and

Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah, Komoditi Ekspor


nesia. Sinar Baru, Bandunq.

Indo-

1988.
Alat Penyulinq
Rusli, S.
Energi . Balittro, Bogor.

Atsiri

Hemat

Sadtler, S.S., E.C. Lathrop dan C.A. Mitchell.


Allen's Commercial Organic Analysis. J & A
chill, London.

Chur-

Santoso, H.B.

1989.

Kapulaga.

Minyak

1925.

Kanisius, Yogyakarta.

Simonsen, J.L. 1947. The Terpenes.


University Press, London.

Volume I.

Simonsen, J.L.
1947.
The Terpenes.
Cambridge University Press, London.

Cambridge

Volume

Street, H.E.
1974.
International Conqgres of
Tissue and Cell Culture. Tissue Culture and
Science. Academic Press, London.

11.
Plant
Plant

Street, H.E. and W. Cockburn. 1972.


Plant Metabolism
Second Edition. Pergamon Press, New York.
Stryer, H. 1975. Biochemistry.
San Fransisco.

W.H.

Freeman

Company,

Sudiarto. 1986. aeberapa Aspek dan Pengembangan Tanaman


Kapulaga (Amomum compactum Soland ex Maton). Makalah
Temu Usaha dan Temu Tugas Komoditi Rempah dan Obat 13
- 16 Maret 1986 di Semarang.
1986.
Pedoman
Suratman, E. Djauhari dan E.M. Rachmat.
Bercocok Tanam Kapulaqa. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat, Bogor.

Thorp, F.H. 1909.


Second edition.
Thorpe's. 1954.
Volume XI.

Outlines of Industrial Chemistry.


The Mac Millan Company, London.

Thorpe's Dictionary of Applied Chemistry.


Fourth Edition. Longmans, London.

Walpole, R. E. dan R.H Myers.


1978.
Probability
Statistics for Engineers and Scientists. 2(ed).
Millan Publ. Co., Inc., New York.

and
Mac

dan Vickery, B. 1981.


Secondary Plant
Vickery, L.M.
Metabolism. The Mac Millan Press Ltd, Hongkonq.

Lampiran la.

Data rendemen minyak kapulaga lokal

Kombinasi
perlakuan

Ulangan
Rata-rata
I (%)

11 ( % )

(4)

AlBOCO
AlBOCl
AlBlCO
AlBlCl
AlB2CO
AlB2C1

Keterangan :
A : Tingkat kesegaran buah
A1 : Buah kapulaga lokal kering
A2 : Buah kapulaga lokal segar

B : Ukuran partikel buah


BO : Buah kapulaga lokal utuh
B1 : Buah kapulaga lokal terpisah antara kulit dan biji
B2 : Buah kapulaga lokal 1010s saringan 5 mesh
C : Lama penyulingan

CO :

8 jam

C1 : 10 jam

Lampiran lb.

Sidik ragam rendemen minyak kapulaga lokal

Sumber
Keragaman

db

F-tabel

JK

KT

F-hitung
5%

A (A)
B (B)

(C)

A*B
A*C
B*C
A*B*C
ULANGAN (D)
A*B*C*D
TOTAL

Lampiran lc.

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A) terhadap


terhadap rendemen minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan
--

F tabel
Perlakuan

Rata-rata
0.05

Lampiran Id.

0.01

Pengaruh ukuran partikel buah (B) terhadap


rendemen minyak kapulaga lokal berdasarkan
uji Duncan
F tabel

Perlakuan

Rata-rata
0.05

0.01

1%

Lampiran le.

Pengaruh lama penyulingan (C) terhadap rendemen minyak kapulaga lokal berdasarkan uji
Duncan
F tabel

Perlakuan

Rata-rata
0.05

Lampiran If.

Kombinasi
perlakuan

0.01

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A) dengan


ukuran partikel buah (B) terhadap rendemen
minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan
F tabel
Rata-rata
0.05

A
A

AB
ABC
BC
C
C

B
B

Lampiran lg.

Kombinasi
perlakuan

0.01

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A) dengan


lama penyulingan (C) terhadap rendemen minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan
F tabel
Rata-rata
0.05

0.01

Lampiran lh.

Pengaruh ukuran partikel buah ( B ) denqan


lama penyulingan ( C ) terhadap rendemen minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan

Kombinasi
perlakuan

F tabel
Rata-rata
0.05

Lampiran li.

0.01

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A ) , ukuran


(C)
partikel buah (B) dan lama penyulingan
terhadap rendemen minyak kapulaqa
lokal
berdasarkan uji Duncan

Kombinasi
perlakuan

A2B2C1
A2BlCl
A2B2C~
A2B1C~
A1B2C~
AIB~Cl
AIBICl
A2B~C1
AlB2Cl
AIBIC~
A 2 B ~ C ~

AIB~Co

6.845
6.685
6.380
6.140
5.970
5.915
5.735
5.605
5.295
5.155
5.100
4.105

A
AB
ABC
ABCD
ABCD
ABCD
BCD
CD
D
D
D

AB
ABC
ABC
ABC
ABC
ABC
ABC
BCD
BCD
CD
D

Lampiran 2a.

Data analisis bilangan asam minyak


lokal

Kombinasi
perlakuan

kapulaga

Ulangan

AlBOCO
AlBOCl
AlBlCO
AlBlCl
AlB2CO
AlB2C1

Lampiran 2b.

Sidik ragam bilangan asam minyak kapulaga lokal

Sumber
Keragaman

db

F-tabel
JK

F-hitung

KT

5%
A (A)
B (B)

(C)

A*B
A*C
B*C
A*B*C

ULANGAN
A*B*C*D
TOTAL

Lampiran 2c.

Pengaruh lama penyulinqan ( C ) terhadap bilangan asam minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan
F tabel

Perlakuan

Rata-rata
0.05

Co
1

1.6513-01
1.8413-01

0.01
A
A

1%

Lampiran 2d.

Kombinasi
perlakuan

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A ) dengan


lama penyulingan ( C ) terhadap bilangan asam
minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan
F tabel
Rata-rata
0.05

Lampiran 2e.

Kombinasi
per iakuan

Pengaruh ukuran partikel buah ( B ) dengan


lama penyulingan ( C ) terhadap bilangan asam
minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan

F tabel
Rata-rata
0.05

Lampiran 2f.

Kombinasi
perlakuan

0.01

0.01

Pengaruh tingkat kesegaran buah ( A ) , ukuran


partikel buah ( B ) dan lama penyulingan (C)
terhadap bilangan asam minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan

Lampiran 3a.

Data analisis bilangan ester minyak kapulaga


lokal

Kombinasi
perlakuan

Ulangan
Rata-rata
I

II

AlBOCO
AlBOCl
AlBlCO
AlBlCl
AlB2CO
AlB2C1

Lampiran 3b.

sidik ragam bilangan ester minyak kapulaga lokal


-

Sumber
Keragaman

F-tabel
db

JK

KT

F-hitung
5%

(A)
(B)
(C)
A*B
A*C
B*C
A*B*C
ULANGAN
A*B*C*D
TOTAL

Lampiran 3c.

Perlakuan

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A) terhadap


terhadap bilangan ester minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan

1%

Lampiran 3d.

Pengaruh ukuran partikel buah (B) terhadap


bilangan ester minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan

Perlakuan

Lampiran 3e.

Kombinasi
perlakuan

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A) dengan


ukuran partikel buah (B) terhadap bilangan
ester minyak kapulaga lokal berdasarkan uji
Duncan
F tabel
Rata-rata
0.05

Al.B2
AIBl

A2B1
AIB~
A2B2
A2B~

Lampiran 3f.

Kombinasi
perlakuan

4.601
4.387
4.334
4.111
4.100
3.451

0.01

A
A
A
A
A

A
A
A

AB
AB
B

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A), ukuran


partikel buah (B) dan lama penyulingan (C)
terhadap bilangan ester minyak
kapulaga
lokal berdasarkan uji Duncan

F tabel
Rata-rata
0.05

0.01

A
A
AB
ABC
ABC
ABC
ABC
BCD
BCD
BCD
CD
D

A
A
AB
ABC
ABC
ABC
ABC
ABC
ABC
ABC
BC
C

Lampiran 4a.

Data a n a l i s i s bobot j e n i s
lokal

Kombinasi
perlakuan

minyak

kapulaga

Ulangan

AlBOCO
AlBOCl
AlBlCO
AlBlCl

Lampiran 4 b .

S i d i k raqam b o b o t j e n i s minyak k a p u l a q a l o k a l

Sumber
Keragaman

db

JK

A (A)
B (B)

(C)

A*B
A*C

B*C
A*B*C
ULANGAN
A*B*C*D
TOTAL

Lampiran 4c.

P e n q a r u h t i n g k a t k e s e g a r a n buah ( A ) t e r h a d a p
t e r h a d a p b o b o t j e n i s minyak k a p u l a g a
lokal
b e r d a s a r k a n u j i Duncan

F tabel
Perlakuan

Rata-rata
0.05

0.01

Lampiran 4d.

Penqaruh ukuran partikel buah ( B ) terhadap


bobot jenis minyak kapulaqa lokal berdasarkan uji Duncan
F tabel

Perlakuan

Rata-rata
0.05

Lampiran 4e.

Kombinasi
perlakuan

0.01

Pengaruh tingkat keseqaran buah ( A ) denqan


ukuran partikel buah ( B ) terhadap bobot
jenis minyak kapulaga lokal berdasarkan uji
Duncan
F tabel
Rata-rata
0.05

Lampiran 4f.

Kombinasi
perlakuan

0.01

Pengaruh tinqkat kesegaran buah (A), ukuran


partikel buah ( B ) dan lama penyulingan ( C )
terhadap bobot jenis minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan
F tabel

Rata-rata
0.05

0.01

A
A

A
A
A
ABC
ABC
ABC
ABC
ABCD
BC
BC
C
C

A
A

A
A
AB
ABC
BCD
CD

Lampiran 5a.

Data analisis indeks bias minyak kapulaga


lokal
Ulangan

Perlakuan

Rata-rata
I

II

AlBOCO
AlBOCl
AlBlCO
AlBlCl
AlB2CO
AlB2C1

Lampiran 5 b .

Sidik ragam indeks bias minyak kapulaga lokal

Sumber
Keragaman

db

F-tabel
JK

KT

F-hitung
5%

A (A)
B (B)

c (c)

A*B
A*C
B*C
A*B*C
ULANGAN ( D )
A*B*C*D

TOTAL

1
2
1
2
1
2
2
12
23

1.92673-06
9.4158E-06
8.16673-08
5.65833-07
1.3500E-07
1.88583-06
1.2825E-06

1.9267E-06
4.7079E-06
8.1667E-08
2.8292E-07
1.3500E-07
9.4292E-07
6.4125E-07

1.14803-05
2.6773E-05

9.5667E-07

2.01
4.92
0.09
0.30
0.14
0.99
0.67

4.75
3.89
4.75
3.89
4.75
.3.89
3.89

1%
9.33
6.93
9.33
6.93
9.33
6.93
6.93

Lampiran 5c.

Pengaruh u k u r a n p a r t i k e l buah ( B )
terhadap
i n d e k s b i a s minyak k a p u l a g a l o k a l b e r d a s a r kan u j i Duncan
F tabel

Perlakuan

Rata-rata
0.05

B~
B1
2

Lampiran 5d.

1.462
1.463
1.463

0.01

A
AB
B

A
A
A

Pengaruh t i n q k a t k e s e g a r a n buah ( A )
dengan
ukuran p a r t i k e l buah ( B ) t e r h a d a p i n d e k s
b i a s minyak k a p u l a g a l o k a l b e r d a s a r k a n u j i
Duncan

Kombinasi
p e r lakuan

Lampiran 5 e .

Kombinasi
perlakuan

Pengaruh ukuran p a r t i k e l buah


(B)
denqan
lama p e n y u l i n g a n ( C ) t e r h a d a p i n d e k s b i a s
minyak kapulaga l o k a l b e r d a s a r k a n u j i Duncan
F tabel

Rata-rata
0.05

0.01

Lampiran S f .

Kombinasi
perlakuan

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A), ukuran


partikel buah (B) dan lama penyulingan
(C)
terhadap indeks bias minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan
F tabel
Rata-rata
0.05

A
A
AB
ABC
ABC
ABC
ABC
ABC
ABC
BC
BC

0.01

Lampiran 6.

Data analisis kelarutan minyak kapulaga


kal dalam etanol 8 0 persen
Ulangan

Perlakuan
AlBOCO
AlBOCl
AlBlCO
AlBlCl
AlB2CO
AlB2C1

lo-

Lampiran 7a.

Data putaran optik minyak kapulaga lokal

Ulangan
Perlakuan
-

AlBOCO
AlBOCl
AlBlCO
AlBlCl
AlB2CO
AlB2C1

Lampiran 7b.

Sidik raqam putaran optik minyak kapulaga lokal

Sumber
Keragaman

db

JK

A (A)
B (B)
c (C)
A*B
A*C
B*C
A*B*C
ULANGAN
A*B*C*D
TOTAL

Lampiran 7c.

Penqaruh tingkat keseqaran buah ( A ) terhadap


putaran optik minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan
F tabel

Perlakuan

Rata-rata
0.05

0.01

Lampiran 7d.

Pengaruh ukuran partikel buah (B) terhadap


putaran optik minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan

F tabel
Perlakuan

Rata-rata
0.05

Lampiran 7e.

Perlakuan

0.01

Pengaruh lama penyulingan (C) terhadap putaran optik minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan

Lampiran 7f.

Kombinasi
perlakuan

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A) dengan


ukuran partikel buah (B) terhadap putaran
optik minyak kapulaga lokal berdasarkan uji
Duncan
F

tabel

Rata-rata
0.05

Lampiran 7g.

Kombinasi
perlakuan

0.01

Pengaruh tingkat kesegaran buah (A) dengan


lama penyulingan (C) terhadap putaran optik
minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan
F tabel

Rata-rata
0.05

Lampiran 7h.

Kombinasi
per lakuan

0.01

Pengaruh ukuran partikel buah (B) dengan


lama penyulingan (C) terhadap putaran optik
minyak kapulaga lokal berdasarkan uji Duncan

F tabel
Rata-rata
0.05

0.01

Lampiran 7i.

Kombinasi
perlakuan

Pengaruh tingkat keseqaran buah (A), ukuran


partikel buah (B) dan lama penyulingan
(C)
terhadap putaran optik minyak kapulaga lokal
berdasarkan uji Duncan
F tabel

Rata-rata
0.05

0.01

A
B
BC
BC
BC
BCD
BCD
CDE
DEF
EF
FG
G

Lampiran 8.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal kering utuh yang disuling selama 8 jam (AIBOCO)

ENlCA 21
AN:0117
CALCULATION PARAMETERS: 1
METHOD :%AREA
TYPE :LINEAR - 1 POINT(S)
SAMPLE: 1

p
7
N

r,
w

ut
m

'J
r!
&
c4 r(

(C

r-

c*

m.

Lampiran 9.

Kromatoqram minyak kapulaqa lokal dari buah


kapulaga lokal kering utuh yang disuling selama 10 jam (AIBOC1)

ENlCA 21
AN:Ol11
CALCULATION PARAMETERS : 1
METHOD :%AREA
TYPE :LINEAR - 1 POINT(s)
SAMPLE: 1

Lampiran 10.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal kering rajang kasar yang disuling selama 8 jam ( A I B I C O )

ENICA 21
AN:0114
CALCULATION PARAMETERS: 2
METHOD : %AREA
TYPE : LINEAR -1 POINT(s)
SAMPLE: 1

Lampiran 11.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal kering rajang kasar yang disuling selama 10 jam (AIBIC1)

ENICA 21
AN : 0109
CALCULATION PARAMETERS : 1
METHOD :%AREA

TYPE :LINEAR - I POINT(s)


SAMPLE: 1

Lampiran 12.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal kering rajang halus yang disuling selama 8 jam (A1B2CO)

ENICA 21
AN : 0108
CALCULATION PARAMETERS: 2
METHOD ' %AREA
TYPE :LINEAR -1 POIM(s)
SAMPLE: 1

Lampiran 13.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal kering rajang halus yang disuling selama 10 jam ( A ~ B ~ c ~ )

ENlCA21
AN:O115
CALCULAION PARAMETERS : 2
METHOD :%AREA
N P E -LINEAR - 1 POINT(S)
SAVPLE: 1

Lampiran 1 8 .

Kromatogram minyak k a p u l a g a l o k a l d a r i buah


kapulaga l o k a l s e g a r r a j a n g h a l u s yang d i s u l i n g selama 8 jam ( A 2 B 2 C O )

ENlCA 21
AN:0112
CALCULATION PARAMETERS : 1
MEIHOD : %AREA
W E : LINEAR -1 POINT(S)
SAMPLE : 1

<c

;,.
c,
rCI

tU

, :I

m
ic

u.
m

>iLc

rct

c
0

K,
K,
4

rl

F.

r.

Lampiran 17.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal segar rajang kasar yang disuling selama 10 jam (A2B1C1)

ENlCA 21
AN:0110
CALCULAllON PARAMETERS : I
METHOD : % AREA
PIPE : LINEAR -1 POINT(S)
SAMPLE : 1

Lampiran 14.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal segar utuh yang disuling selama 8 jam ( A 2 B o C o )

ENICA 21
AN : 0099
CALCULATION PAPAMEXUS : I
METHOD : %AREA
lYPE : LINEAR - 1 POINT(S)
SAMPLE : 1

Lampiran 15.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal segar utuh yang disuling selama 10 jam (A2BOC1)

a.

ENlCA 21
AN : 01w
CALCULATION PARAMETERS : 1
METHOD : %AREA

TYPE : LINEAR - 1 POINT(S)


SAMPLE : 1

IS:
X
.b

:-,.,

.
7

ir.
i.4

xc

I):,

!-

d
d

t-

0:

(LC

o..

Lampiran 16.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal segar rajang kasar yang disuling selama 8 jam (A2B1CO)

ENICA 21
AN: 0113
CALCULATION PAPAMETERS : 1
M N O D : %AREA
TYPE : LINEAR -1 POINT(S)
SAMPLE : 1

am pi ran 19.

Kromatogram minyak kapulaga lokal dari buah


kapulaga lokal segar rajang halus yang disuling selama 10 jam (A2B2C1)

ENlCA 21
AN : 0098
CALCULAllON PARAMETERS : 1
METHOD : % AREA

TYPE : LINEAR - 1 POINT(S)


SAMPLE : r

..

7
'I

..

...

..

0
7
I-

$
I

-:
ti
i

.r

Anda mungkin juga menyukai