Anda di halaman 1dari 13

Vol. 6 No.

1 Maret 2009

OPTIMASI CAMPURAN AVICEL PH 101 DAN PATI JAGUNG DALAM


PEMBUATAN TABLET EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica
A. Juss) SECARA Simplex Lattice Design.
OPTIMATION OF AVICEL PH 101 AND CORN STACH MIXTURE IN
TABLET MAKING OF MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) LEAVES
EXTRACT BY Simplex Lattice Design
Ilham Kuncahyo 1
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi1
Abstrak
Avicel PH 101 merupakan eksipien dalam pembuatan tablet yang dapat digunakan sebagai bahan
pengisi, pengikat, pelicin dan penghancur. Avicel kurang menguntungkan dalam segi ekonomis sehingga perlu
dikombinasikan dengan bahan yang lebih murah. Kombinasi Avicel PH 101 dengan pati jagung diharapkan
dapat mempercepat waktu hancur tablet. Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman obat
tradisional yang diantaranya digunakan sebagai anti inflamasi. Penelitian ini untuk mengetahui proporsi
optimum campuran Avicel PH 101 dan pati jagung dalam formulasi tablet ekstrak daun mimba dengan metode
simplex lattice design. Ekstrak daun mimba diperoleh dengan maserasi serbuk daun mimba menggunakan etanol
70%. Ekstrak yang diperoleh diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental. Formula tablet berdasarkan metode
SLD dengan eksipien Avicel PH 101 (A) dan Pati jagung (B) yaitu : F1(100%A), F2(100%B), F3
(50%A:50%B). Tablet ekstrak daun mimba dibuat secara granulasi basah. Granul diuji kecepatan alir,
kompaktibilitas dan waktu hancur untuk mendapatkan persamaan SLD. Persamaan tersebut digunakan untuk
membuat tablet dengan respon total sifat fisik granul yang paling optimum. Data sifat fisik granul formula
optimum hasil perhitungan berdasarkan persamaan SLD dengan hasil pengujian sesungguhnya dianalisis
menggunakan uji t. Tablet formula optimum diuji sifat fisiknya yang meliputi : keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan dan waktu hancur tablet. Hasil penelitian menunjukkan campuran 90% Avicel PH 101 - 10%pati
jagung memberikan hasil yang optimal pada sifat fisik granul dan tablet ekstrak daun mimba yang dihasilkan
memenuhi uji sifat fisik tablet.
Kata kunci : Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss), Tablet, Pati jagung, Avicel PH 101, Simplex Lattice
Design
Abstract
Avicel PH 101 is an excipient in tablet making that can be used as diluent, binder, lubricant, and
disintegrator. Avicel is not economically an advantage so that it needs to be combined with cheaper materials.
Combination of Avicel PH 101 with corn starch is able to accelerate the disintegration time of the tablet.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss) leave is a traditional medicine that is used as anti-inflammation. The study
was to find out the optimum proportion of Avicel PH 101 and corn starch mixture in tablet making of mimba
leaves extract by simplex lattice design method. The extract of mimba leaves was obtained by maceration of
mimba leaves powder with ethanol 70%. The obtained extract was evaporated until a thick extract was obtained.
Tablet formulation was based on SLD method with excipients of Avicel PH 101 (A) and corn starch (B) i.e. F1
(100% A), F2 ( 50% A : 50% B), F3 (100% B). The tablets of mimba leaves extract were made by wet
granulation. The equation was used to make tablets with total respond of the most optimum granules physical
properties. The data of the physical properties of granules from optimum formula as calculation result based on
SLD equation with the experiment result was analyzed using T-test. Tablets from optimum formula were
physically tested including weight uniformity, hardness, friability and disintegration time. The result of the
experiment indicated that the mixture of 90% Avicel PH 101 10% corn starch produced an optimum result in
granules physical properties and the obtained tablets of mimba leaves extract fulfilled tablet physical property
test.
Keywords

: Mimba (Azadirachta indica A. Juss.) leaf, Tablet, Corn starch , Avicel PH 101, Simplex
Lattice Design

Jurnal Farmasi Indonesia || 21

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

1.

Pendahuluan
Pengetahuan pemanfaatan obat dari
bahan alam (back to nature) timbul sebagai
dampak dari maraknya isu lingkungan
yang merupakan reaksi dari semakin
besarnya dampak negatif dari produk
kimiawi dan pemanfaatan sumber daya
alam yang tidak berguna. Gerakan kembali
ke alam memiliki sisi positif yang
ditujukan oleh adanya keinginan untuk
menggunakan dan mengkonsumsi produkproduk alamiah yang diyakini tidak
memiliki efek samping dan harganya lebih
terjangkau (Wijayakusuma, 2003).
Salah satu tanaman berkhasiat obat
adalah tanaman mimba. Daun tanaman
mimba yang pahit tersebut mempunyai
khasiat sebagai obat yaitu obat asam urat
atau encok, sebagai anti-inflamasi, anti
diabetes millitus dengan meminum air
rebusan daun mimba (Wijayakusuma,
2003).
Penelitian
secara
farmakologi
sebelumnya menyebutkan bahwa pada
konsentrasi tertentu ekstrak daun mimba
mengandung zat aktif flavonoid dan
saponin yang mempunyai aktifitas sebagai
anti-inflamasi (Batjeran, 2007). Formulasi
tablet ekstrak daun mimba dengan bahan
pengisi pati jagung dapat menghasilkan
tablet dengan sifat fisik yang baik
(Hariyanto, 2007). Tablet dengan bahan
pengisi
pati
jagung
mempunyai
kelemahan, yaitu waktu hancurnya lama
(Voigt, 1994).
Penelitian ini mengembangkan
permasalahan
penelitian
sebelumnya
dengan menggunakan bahan tambahan lain
yaitu Avicel PH 101 dan pati jagung
dengan metode optimasi. Avicel PH 101
merupakan eksipien dalam pembuatan
tablet yang dapat digunakan sebagai bahan
pengisi dan pengikat, dapat juga digunakan
sebagai bahan pelicin dan penghancur
dalam pembuatan tablet (Rowe et al.
2006). Avicel kurang menguntungkan
dalam segi ekonomis sehingga perlu untuk
mengkombinasikan dengan bahan lain

Jurnal Farmasi Indonesia || 22

yang lebih murah namun tetap dapat


menghasilkan tablet dengan mutu fisik
yang baik. Kombinasi Avicel PH 101
dengan pati jagung diharapkan dapat
mempercepat waktu hancur tablet (Peck et
al. 1989).
Pembuatan tablet secara granulasi
basah, sifat fisik tablet yang dihasilkan
sangat tergantung pada granul hasil proses
granulasinya. Sifat fisik granul salah
satunya dipengaruhi oleh proporsi eksipien
yang digunakan, dalam hal ini campuran
avicel PH 101 dan pati jagung. Optimasi
dapat dilakukan secara triall and error,
namun hal ini dapat menghabiskan waktu
dan tenaga yang tidak sedikit dan juga
menghabiskan materi yang banyak. Salah
satu metode yang digunakan adalah
metode simplex lattice design, salah satu
dari beberapa tehnik yang digunakan
dalam prosedur optimasi formulasi yang
berguna dalam perencanaan sediaan obat.
Prosedur ini dapat digunakan untuk
menentukan proporsi relatif bahan-bahan
yang membuat suatu formulasi paling baik
mengenai variabel atau hasil yang
ditentukan (Lachman et al. 1994).
2. Metode Penelitian
2.1. Alat dan bahan
Bahan utama yang digunakan adalah
ekstrak kering daun mimba yang diperoleh
dengan ekstraksi maserasi menggunakan
pelarut etanol 70%. Bahan tambahan yang
digunakan adalah avicel PH 101, gelatin,
pati jagung dan Mg stearat.
Alat
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah timbangan listrik tipe
metter teledo, mesin tablet single punch
Rieckermann Korsch Berlin, hardness
tester model AE-20 Aikho engineering,
friabilator tester, stop watch, mortir,
stamfer, blender, evaporator, moisture
balance EB 340 MOC (Shimadzu).
2.2. Jalannya Penelitian
Determinasi tanaman belimbing wuluh
Determinasi
tanaman
mimba
dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

ciri morfologi yang ada pada tanaman


mimba
terhadap
kepustakaan
dan
dibuktikan di B2P2TO2T, Tawangmangu,
Karanganyar, Jawa tengah.
Persiapan bahan
Daun mimba diperoleh dari Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TO2T),
Tawangmangu,
Karanganyar, Jawa Tengah Daun mimba
yang telah dipanen dan disortasi
selanjutnya dicuci bersih, dirajang menjadi
potongan kecil-kecil, dikeringkan dengan
alat pengering (oven) pada suhu 40oC 50oC, setelah kering dibuat serbuk dan
diayak dengan ayakan nomor 40. Serbuk
yang
didapatkan
digunakan
untuk
penelitian.
Penetapan susut pengeringan serbuk
daun mimba
Serbuk daun mimba ditimbang 1-2 g
dalam botol timbang tertutup yang
bobotnya telah ditetapkan, kemudian
dimasukkan kedalam oven pada suhu 1050
selama 1 jam, didinginkan dalam
eksikator, kemudian ditimbang hingga
diperoleh bobot konstan (Anonim 1979).
Penetapan susut pengeringan serbuk daun
mimba dinyatakan dengan LOD (Lost On
Drying).
Identifikasi serbuk daun mimba
Pemeriksaan organoleptis.
Meliputi: bentuk, warna, bau dan rasa.
Identifikasi kandungan kimia.
Serbuk daun mimba sebanyak 1
gram tambahkan air kemudian dipanaskan
selama 15 menit. Saring melalui kertas
saring untuk mendapatkan filtrat.
Flavonoid
Filtrat ditambah dengan sedikit
serbuk Mg kemudian ditambah larutan
alkohol : HCl (1:1) ditambah larutan amil
alkohol, dikocok kuat. Diamkan, reaksi
positif ditunjukkan dengan warna merah
atau kuning atau jingga pada lapisan amil
alkohol.
Jurnal Farmasi Indonesia || 23

Saponin.
Filtrat serbuk dimasukkan dalam
tabung reaksi ditambah air panas,
didinginkan dan dikocok kuat-kuat selam
10 detik, terbentuk buih mantap selama
tidak kurang 10 menit setinggi 1 cm
sampai 10 cm. buih tidak hilang jika
ditambah HCl.
Pembuatan Ekstrak daun mimba
Serbuk daun belimbing wuluh
ditimbang sebanyak 100 gram dimasukkan
dalam botol coklat, ditambah etanol 70%
sebanyak 750 ml dan digojog sebentar,
selanjutnya campuran tersebut didiamkan
selama kurang lebih lima hari dengan
sesekali digojog. Ekstrak maserasi yang
didiamkan selama lima hari tersebut
disaring kemudian dipekatkan dengan
evaporator sampai kental, kemudian
ditimbang untuk mengetahui bobot ekstrak
kental yang diperoleh.
Pemeriksaan ekstrak kental daun
mimba .
Pemeriksaan bebas alkohol. Tes
ini dilakukan untuk mengetahui apakah
ekstrak daun mimba benar-benar bebas dari
alkohol dengan cara esterifikasi alkohol.
Reaksi negative ditunjukkan dengan tidak
terbentuknya bau ester yang khas dari
alkohol yang menunjukkan terdapatnya
alkohol dalam suatu sampel (Anonim,
1995).
Standarisasi ekstrak daun mimba
Standarisasi ekstrak dilakukan untuk
mengetahui konsistensi ekstrak kental yang
akan digunakan sebagai bahan aktif pada
pembuatan tablet ekstrak daun mimba.
Standarisasi ekstrak kental meliputi
pemeriksaan bebas alkohol, penetapan
kadar air, kekentalan dan daya rekat
ekstrak.
Penetapan kadar air ekstrak kental.
Ekstrak daun mimba ditimbang sebanyak 2
gram kemudian diukur kadar air dengan
menggunakan alat moisture balance EB-

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

340 MOC (Shimadzu), waktu yang


diperlukan selama pengukuran 60 menit,
kemudian ditunggu sampai bobot konstan
dan dilihat hasil kadar air dalam satuan
persen.
Pengujian daya rekat ekstrak.
Ditimbang 200 mg ekstrak
diletakkan diatas kaca objek satu yang
telah dijepit pada suatu alat kemudian
ditutup dengan kaca objek dua, diatas
kaca objek dua diberi beban 50 g untuk
membantu penekanan dan penyebaran
ekstrak pada kedua permukaan kaca objek
selama 5 menit. Pada kaca objek dua
dihubungkan dengan katrol yang memiliki
beban 20 g dengan penyangga, nyalakan
stopwatch
berbarengan
dilepasnya
penyangga hingga kaca objek dua terlepas
dari kaca objek satu. Waktu yang

diperlukan untuk lepasnya kedua objek


glass tersebut menunjukkan daya lekatnya.
Rancangan formula tablet ekstrak daun
mimba
Berdasarkan
simplex lattice
design, untuk mencari koefisien a, b, ab
dalam persamaan Y = a(A) + b(B) +
ab(A)(B), maka perlu dilakukan penelitian
dengan menggunakan 3 formula untuk 2
variabel yaitu Avicel PH 101 dan pati
jagung.
Perhitungan dosis per tablet :
pemakaian 7 lembar daun mimba = 127 g
serbuk daun mimba, hasil orientasi
didapatkan kesetaraan 127 g serbuk daun
mimba dengan 7,5 mg ekstrak daun
mimba.

Tabel 1. Rancangan formula tablet ekstrak daun mimba campuran Avicel PH 101 - pati jagung berdasakan simplex
lattice design.

Komposisi
Ekstrak kental daun mimba

Formula I
7,5

Mucilago Gelatin 10%

Berat bahan ( mg)


Formula II
7,5

Formula III
7,5

15

15

15

3
274,5

3
0

3
137,25

Pati jagung

274,5

137,25

Berat tablet

300

300

300

Mg stearat
Avicel PH 101

Pembuatan tablet dengan metode


granulasi basah. Ekstrak daun mimba
ditambah avicel PH 101 dan pati jagung
dengan jumlah konsentrasi yang berbeda,
dicampur hingga homogen. Gelatin
dikembangkan dengan aquadest, kemudian
campurkan sampai terbentuk massa yang
siap digranulasi. Massa granul diayak
dengan ayakan no.16, hasilnya dikeringkan
dalam oven dengan suhu 40C - 50C.
Setelah kering, granul diayak dengan
ayakan no. 18 kemudian dilakukan
optimasi granul yang meliputi kecepatan
alir, kompaktibilitas dan waktu hancur
untuk tiap formula.
Jurnal Farmasi Indonesia || 24

Pemeriksaan kualitas granul


Waktu alir
Uji waktu alir dilakukan dengan
menimbang 100 gram granul dimasukkan
kedalam alat penguji yang berupa
corong yang ditutup pada lubang
keluarnya. Disaat penutup dibuka, alat
pencatat waktu (stopwatch) dihidupkan,
sampai semua serbuk atau granul keluar
dari corong. Begitu semua serbuk atau
granul habis keluar, stopwatch dimatikan.
Waktu yang diperlukan untuk keluarnya
serbuk atau granul dicatat sebagai waktu
alirnya.

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

Kompaktibilitas
Punch atas diatur pada skala 8,5
sedangkan punch bawah pada skala 10,
bahan yang akan diuji dimasukkan dalam

100% dan untuk menentukan koefisien ab


perlu percobaan dengan formula campuran
avicel PH 101 pati jagung (50% : 50%).

ruangan cetak dan diratakan secara manual,


mesin tablet dijalankan secara manual. Tablet
diukur kekerasannya menggunakan hardness
tester (Aldeborn & Nystrom 1996).

Pemilihan formula optimum


Formula
optimum
dipilih
berdasarkan nilai total respon yang paling
besar. Total respon ini dihitung dengan
rumus :
R total = R1 + R2
+ R3+
n
R ............... (1)

Waktu Hancur. Satu tablet dimasukkan


pada
masing-masing
tabung
dari
keranjang, masukkan satu cakram pada
tiap tabung, gunakan air bersuhu 37 2
sebagai media, lalu mesin dihidupkan.
Percobaan dihentikan sampai tidak ada lagi
bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.
Waktu dicatat sebagai waktu hancur tablet
(Anonim,1995).
Susut
pengeringan
granul
dan
kandungan lembab. Granul ditimbang 2
gram dalam botol timbang tertutup yang
bobotnya telah ditetapkan, dimasukkan
dalam almari pengering pada suhu 1050C
selama 1 jam, didinginkan dalam eksikator
kemudian ditimbang hingga diperoleh
bobot tetap (Anonim 1979). Cara ini
dilakukan berdasarkan atas perbedaan berat
zat sebelum dan sesudah pengeringan air
(%)
(Voight,
1994).
Susut
saat
pengeringan disebut juga LOD (Lost On
Drying),
yaitu
persyaratan
kadar
kelembaban berdasarkan berat basah.

Penentuan profil sifat - sifat fisik granul


ekstak daun mimba
Profil sifat sifat campuran granul
dapat ditentukan melalui pendekatan
Simplex lattice design berdasarkan
persamaan dimana :
Y = a ( A) + b( B ) + ab( A)( B )
Y
(A)
(B)
a,b,ab

=
=
=
=

respon (hasil percobaan)


bagian komponen A (avicel PH 101)
bagian komponen B (pati jagung)
koefisien yang dapat dihitung dari hasil 3
percobaan

Pada persamaan tersebut untuk


menentukan koefisien a, dilakukan dengan
formula avicel PH 101 100%. Untuk
menentukan koefisien b, diperlukan
percobaan dengan formula pati jagung
Jurnal Farmasi Indonesia || 25

R1,2,3....n adalah respon dengan parameter


yang kita tentukan sesuai dengan desain
yang kita inginkan. Bobot R1, R2, R3 dan
seterusnya ditentukan oleh peneliti dengan
jumlah bobot total sama dengan 1. Pada
penelitian ini digunakan 3 respon dari sifat
fisik massa granul dan tablet hisap yang
dianggap penting yaitu sifat alir,
kompaktibilitas dan tanggapan rasa.
Mengingat adanya perbedaan besarnya
hasil dan selalu angka besar identik dengan
respon yang baik, serta adanya perbedaan
satuan, maka perlu dinormalisasi penilaian
respon tersebut dengan rumus berikut ini
(Shek dkk, 1980) :
X X min
N=
...(2)
X max X min
X
= respon yang didapat dari percobaan
Xmin = respon minimal yang diinginkan
Xmax = respon maximal yang diinginkan

Jadi R dapat dihitung dengan mengalikan


nilai N dengan nilai parameter yang sudah
ditentukan. Maka rumus perhitungan
responnya menjadi :
R total = (bobot x N sifat alir) + (bobot x N
kompaktibilitas) + (bobot x N
tanggapan rasa ).............. (3)
Formula dengan respon tertinggi dipilih
sebagai formula optimum.

Pemeriksaan sifat fisik tablet


Keseragaman bobot.
Sebanyak 20 tablet ditimbang satu
persatu, dan dihitung bobot rata rata tiap

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

tablet. Kemudian dihitung CV bobot tablet


(Anonim, 1979).

Kekerasan tablet
Dilakukan uji kekerasan tablet satu
per-satu sampai 20 tablet dengan alat
hardness tester. Angka yang ditunjukkan
pada skala ini menunjukkan kekerasan
tablet yang diukur dengan satuan kg.
Kerapuhan tablet
Membersihkan 20 tablet dari debu
yang melekat pada tablet, kemudian
ditimbang (a gram), lalu dimasukkan ke
dalam alat friabilator. Alat diputar selama
4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Setelah
itu tablet dikeluarkan dari alat, dibersihkan
dari debu, kemudian timbang (b gram).
Waktu hancur tablet
Satu tablet dimasukkan pada
masing-masing tabung dari keranjang,
masukkan satu cakram pada tiap tabung,
gunakan air bersuhu 37 2 sebagai
media, lalu mesin dihidupkan. Percobaan
dihentikan sampai tidak ada lagi bagian
tablet yang tertinggal di atas kasa. Waktu
dicatat sebagai waktu hancur tablet
(Anonim,1995).

Metode Analisa
Granul formula terpilih diuji sifat
fisiknya meliputi sifat alir, kompaktibilitas
dan waktu hancur. Tablet ekstrak daun
mimba formula terpilih diuji sifat fisiknya
meliputi uji keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan dan waktu hancur.
Analisis hasil pengujian berbagai
parameter tersebut dilakukan dengan 2
cara, yaitu :
Pendekatan teoritis, data yang diperoleh
dibandingkan dengan persyaratan dalam
kepustakaan.
Secara
statistik, data yang didapat
dianalisis secara statistik dengan Uji T (Ttest) dengan program SPSS For Window
versi 11,0.
3. Hasil dan Pembahasan
Identifikasi serbuk daun mimba
Hasil pemeriksaan organoleptis dan
kandungan kimia serbuk daun Mimba
tersaji berikut ini:
Tabel 2. Hasil pemeriksaan organoleptis serbuk daun
mimba

Bentuk
Warna
Rasa
Bau

Serbuk
Hijau
Pahit
Khas

Tabel 3. Hasil identifikasi kandungan kimia serbuk daun mimba


Senyawa

Perlakuan

Flavonoid

Filtrat + serbuk magnesium +


alkohol : HCl (1:1) + amil
alkohol, dikocok kuat

Saponin

Filtrat + aquadest kemudian


dikocok kuat selama 30 menit

Hasil identifikasi kandungan kimia


daun Mimba yang diperoleh telah sesuai
dengan pustaka (Anonim, 1989). Hal ini
menunjukkan bahwa sampel daun Mimba
mengandung flavonoid dan saponin.
Hasil pembuatan ekstrak daun mimba
Jurnal Farmasi Indonesia || 26

Hasil uji
Pengamatan
Terbentuk
warna
jingga
pada
lapisan
amil alkohol
Terbentuk busa
yang
stabil
selama
30
menit

Pustaka
Terbentuk warna merah
/ kuning / jingga pada
lapisan amil alkohol
Terbentuk busa yang
stabil selama 30 menit

Pembuatan
ekstrak
maserasi
dilakukan dengan menimbang serbuk daun
mimba sebanyak 100,0 g kemudian
dimasukkan ke dalam botol coklat,
ditambah etanol 70% sebanyak 750 ml dan
digojok-gojok
sebentar,
selanjutnya

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

campuran tersebut didiamkan selama


kurang lebih 5 hari dengan sesekali
digojok. Ekstrak maserasi yang didiamkan
selama 5 hari tersebut disaring kemudian
dipekatkan dengan evaporator sampai
kental, kemudian ditimbang dan dihitung
rendemen rata-rata.
Hasil pemeriksaan organoleptik
Bentuk : kental, warna : hijau
kehitaman, bau : tidak berbau, rasa : pahit.
Hasil pemeriksaan bebas alcohol
Pengujian bebas alkohol ekstrak
kental daun mimba dengan cara esterifikasi
hasil negatif, hal ini menunjukkan ekstrak
bebas alkohol.
Hasil pemeriksaan uji kelekatan

Ekstrak kental daun mimba memiliki


daya rekat rata rata 28,6 detik setelah
kaca objek saling terlepas yang ditarik
dengan beban 200,745 mg yang
dihubungkan dengan katrol.
Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Granul
Dari uji sifat fisik granul ekstrak
daun mimba akan didapat profil sifat fisik
granul dari persamaan dan perhitungan
berdasarkan Simplex lattice design. Untuk
menentukan formula optimum, maka
granul ekstrak daun mimba yang
dihasilkan perlu diuji sifat fisiknya
meliputi
uji
kecepatan
alir,
uji
kompaktibilitas dan uji waktu hancur.

Tabel 4. Sifat fisik granul ekstrak daun mimba berdasarkan simplex lattice design

Sifat fisik granul


Kecepatan alir (g/dtk)
Kompaktibilitas (Kg)
Waktu hancur (detik)

Formula I
11,57 0,046
8,9 0,374
7,25 0,341

Uji sifat alir granul ekstrak daun mimba


Dari hasil uji terhadap kecepatan
alir granul berdasarkan pendekatan simplex
lattice design didapatkan persamaan untuk
sifat alir yaitu
Y = 11,57 (A) + 16,41 (B) 1,88 (A)(B)
(A) = fraksi komponen avicel PH 101
(B) = fraksi komponen pati jagung

Formula II
16,41 0,222
2,6 0,204
20,57 0,722

Formula III
13,53 0,061
6,9 0,4336
25,48 0,875

Persamaan diatas menunjukkan


bahwa pati jagung sebesar 100%
memberikan pengaruh yang lebih besar
(nilai koefisien = 16,41) dibandingkan
avicel PH 101 (nilai koefisien = 11,57).
Campuran avicel PH 101 dan pati jagung
memberikan pengaruh yang relatif kecil.
Profil sifat alir granul persamaan
simplex lattice design, digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 1. Profil kecepatan alir granul ekstrak daun mimba berdasarkan persamaan simplex lattice design

Jurnal Farmasi Indonesia || 27

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

Profil diatas menunjukkan bahwa


pati jagung memebrikan kecepatan alir
yang makin besar dibandingkan avicel PH
101. Hal ini kemungkinan karena
banyaknya partikel halus (fines) yang
terbentuk pada saat pengayakan granul
kering. Granul yang kompak belum tentu
menghasilkan fines yang sedikit, karena
kompaknya partikel lebih digambarkan
pada bagian dalam sedangkan fines
merupakan gambaran kekuatan partikel
yang berikatan di permukaan. Pati jagung
mampu memberi kekompakan
di
permukaan granul yang lebih baik dari
pada avicel PH 101. Faktor ini yang akan
menyebabkan sifat alir menurun.
Uji kompaktibilitas granul ekstrak daun
mimba
Uji
ini
dilakukan
dengan
mengggunakan skala punch bawah 10 dan
skala punch atas 8,5 pada mesin tablet

singlepunch.
Untuk
membandingkan
kompaktibilitas masing masing granul
dari setiap formula maka volume granul
dan tekanan kompresi dikendalikan agar
sama untuk setiap formula karena akan
berpengaruh terhadap kekerasan tabletnya.
Dari perhitungan diperoleh persamaan
profil untuk uji kompaktibilitas yaitu :
Y = 8,9(A) + 2,6(B) + 4,6(A)(B)
(A) = fraksi komponen avicel PH 101
(B) = fraksi komponen pati jagung

Persamaan tersebut menunjukkan


bahwa avicel PH 101 (koefisien = 8,9)
memberikan pengaruh yang lebih besar
terhadap kompaktibilitas dibandingkan pati
jagung (koefisien = 2,6). Kompaktibilitas
juga dipengaruhi oleh campurannya
(koefisien = 4,6).
Profil
kompaktiilitas
dari
persamaan tersebut tersaji berikut ini:

Gambar 2. Profil kompaktibilitas granul ekstrak daun mimba berdasarkan simplex lattice design

Profil tersebut diatas menunjukkan bahwa


campuran pati jagung dengan avicel PH
101
akan
memberikan
kenaikan
kompaktibilitas
dengan
semakin
bertambahnya kadar avicel PH 101 dalam
campuran. Hal ini dikarenakan avicel PH
101 mampu memberikan ikatan antar
partikel yang lebih kuat dari pada pati
jagung, sehingga granul yang terbentuk
akan memberikan kompaktibilitas yang
semakin baik.
Uji Waktu Hancur
Hasil uji terhadap waktu hancur
granul berdasarkan pendekatan simplex
Jurnal Farmasi Indonesia || 28

lattice design
didapatkan persamaan
sebagai berikut :
Y = 7,25 (A) + 20,57 (B) + 46,24 (A)(B)
Keterangan :
Y
= Waktu hancur (detik)
A
= Konsentrasi avicel PH 101
B
= Konsentrasi pati jagung
(A) (B) = Konsentrasi avicel PH 101 : Pati jagung (50 % : 50
%)

Persamaan tersebut menunjukkan


bahwa pati jagung (koefisien = 20,57)
memberikan pengaruh yang lebih besar
terhadap waktu hancur dibandingkan
avicel PH 101 (koefisien = 7,25).
Kompaktibilitas juga dipengaruhi oleh

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

campurannya (koefisien = 46,24),bahkan


pada campuran pati jagung dan avicel PH
101 pada proporsi 50% : 50% memberikan
waktu hancur yang paling lama
dibandingkan yang hanya mengandung
avicel PH 101 saja atau hanya
mengandung pati jagung.

Profil waktu hancur yang diperoleh


dari penelitian dengan menggunakan
persamaan
simplex
lattice
design,
digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Profil waktu hancur granul ekstrak daun mimba

Profil diatas menunjukkan bahwa


campuran pati jagung dengan avicel PH
101 akan mempercepat waktu hancur
dengan semakin bertambahnya kadar
avicel PH 101 dalam campuran. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan avicel
PH 101 dalam menarik air lebih kuat
daripada pati jagung.
Penentuan formula optimum
Parameter
penentuan
formula
optimum tablet ekstak daun mimba dengan
campuran avicel PH 101 pati jagung
perlu diperhatikan granul yang dihasilkan.
Sifat fisik yang diperhatikan antara lain
sifat alir granul, kompaktibilitas granul dan
waktu hancur. Sifat alir akan berpengaruh
terhadap keseragaman bobot dan kadar,
sedangkan
kompaktibilitas
akan
berpengaruh terhadap kekerasan dan
kerapuhan dan waktu hancur akan
berpengaruh terhadap kecepatan pelarutan
zat aktif (disolusi). Sifat fisik granul diatas
dapat
digambarkan
oleh
profilnya

Jurnal Farmasi Indonesia || 29

berdasarkan persamaan yang didapat


dengan cara simplex lattice design.
Formula dari respon tertinggi
dipilih sebagai formula optimum, dari
perhitungan didapat bahwa granul ekstrak
daun mimba dari campuran avicel PH 101
dengan pati jagung perbandingan 90% :
10% mempunyai nilai respon total yang
paling besar (0,3738) dibandingkan
formula yang lain sehingga dapat
disimpulkan campuran avicel PH 101
dengan pati jagung perbandingan 90% :
10% merupakan campuran optimum pada
pembuatan tablet ekstrak daun mimba.
Sifat fisik granul ekstrak daun mimba
formula optimum
Granul hasil pembuatan dari
formula optimum kemudian dilakukan
pengujian terhadap sifat fisiknya. Hasil
sifat fisik ini digunakan untuk mengetahui
kebenaran dari persamaan yang terkait
dengan metode Simplex Lattice Design.
Adapun hasil pengukuran sifat fisik granul
dijelaskan dalam tabel dibawah ini.

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

Tabel 5. Hasil uji sifat fisik granul ekstrak daun mimba formula optimum

Kecepatan alir (gram/detik)


Kompaktibilitas ( Kg )
Waktu Hancur (detik)

11,90 0,02
8,40 0,39
12,75 0,05

Gambar 4. Profil kecepatan alir granul formula prediksi berdasarkan persamaan


formula hasil percobaan

Uji sifat alir dilakukan dengan


metode langsung dengan cara mengukur
kecepatan alir. Hasil uji sifat alir prediksi
dengan pendekatan simplex lattice design
dibandingkan dengan formula hasil

simplex lattice design dan

percobaan. Untuk mengetahui ada tidaknya


perbedaan antara hasil percobaan dengan
prediksi maka dilakukan uji T. Hasil dari
uji T tertera pada tabel 12.

Tabel 6. Hasil analisis ujiT (T-test) kecepatan alir granul ekstrak daun mimba formula optimum dengan prediksi

Formula optimum
Avicel PH 101 teoritis 90% vs
percobaan 90%

Signifikansi
0,065

Dari hasil uji T diperoleh hasil uji


kecepatan alir antara formula optimum
dengan
hasil
prediksi
berdasarkan
persamaan
simplex lattice design
diperoleh nilai signifikansi 0,065 maka
signifikansi ini lebih besar dibandingkan

Signifikansi terpilih
0,05

Kesimpulan
Tidak berbeda
signifikan

dengan signifikansi penelitian yang telah


dipilih, yakni 0,05 berarti Ho diterima,
rata-rata kecepatan alir granul formula
optimum tidak berbeda terhadap rata-rata
kecepatan alir prediksi.

Gambar 5. Profil kompaktibilitas granul formula prediksi berdasarkan persamaan simplex lattice design dan
formula hasil percobaan

Jurnal Farmasi Indonesia || 30

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hasil percobaan dengan prediksi
maka dilakukan uji T.
Tabel 7. Hasil analisis ujiT (T-test) kompaktibilitas formula optimum dengan prediksi
Formula optimum
Avicel PH 101
teoritis 90% vs
percobaan 90%

Signifikansi Signifikansi Kesimpulan


terpilih
0,109
0,05
Tidak
berbeda
signifikan

Dari hasil uji T diperoleh hasil uji


kompaktibilitas antara formula optimum
dengan
hasil
prediksi
berdasarkan
persamaan
simplex lattice design
diperoleh nilai signifikansi 0,109 maka
signifikansi ini lebih besar dibandingkan

dengan signifikansi penelitian yang telah


dipilih, yakni 0,05 berarti Ho diterima,
rata-rata kompaktibilitas granul formula
optimum tidak berbeda terhadap rata-rata
kompaktibilitas prediksi.

Gambar 6. Profil waktu hancur granul formula prediksi berdasarkan persamaan simplex lattice
hasil percobaan

Mengetahui
ada
tidaknya
perbedaan antara hasil percobaan dengan
prediksi maka dilakukan uji T. Hasil dari
uji T tertera pada tabel 17 dan lampiran 29.
Tabel 8. Hasil analisis uji T (T-test) waktu hancur formula
optimum hasil percobaan dengan hasil prediksi
Formula optimum

Signifikansi

Signifikansi
terpilih

Avicel PH 101 teoritis


90% vs percobaan 90%

0,821

0,05

Kesimpulan
Tidak berbeda
signifikan

Uji waktu hancur merupakan parameter


yang memegang peranan penting karena
berkaitan langsung dengan kemampuan
tablet tersebut untuk melepaskan zat
aktifnya. Hasil uji T diperoleh hasil uji
waktu hancur antara formula optimum
hasil percobaan dengan hasil prediksi
Jurnal Farmasi Indonesia || 31

design dan formula

berdasarkan persamaan simplex lattice


design diperoleh nilai signifikansi 0,821
maka signifikansi ini lebih besar
dibandingkan
dengan
signifikansi
penelitian yang telah dipilih, yakni 0,05
berarti Ho diterima, rata-rata waktu hancur
granul formula optimum hasil percobaan
tidak berbeda terhadap waktu hancur
granul hasil prediksi.

Hasil Uji Sifat Fisik Tablet Ekstrak


Daun Mimba
Keseragaman bobot tablet. Hasil
pengujian keseragaman bobot tablet adalah
sebagai berikut

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

Tabel 9. Hasil pengujian keseragaman bobot tablet ekstrak


daun mimba

Formula
Avicel
PH 101
90%:10%
pati
jagung

Bobot tablet
(mg) SD
295,3 4,53

CV (%)
1,53

Hasil pengujian mendapatkan bobot tablet


yang memenuhi persyaratan yaitu tidak boelh
ada 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari
7,5% dari bobot rata-rata dan tidan boleh satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih
dari 15% dari bobot rata-ratanya Anonim,
1979).
Kekerasan tablet.
Hasil pengujian kekerasan tablet dapat
dilihat pada tabel 15.
Tabel 10. Hasil pengujian kekerasan bobot tablet ekstrak
daun mimba

Formula
Avicel PH
101
90%:10%
pati jagung

Kekerasan tablet (Kg)


SD
7,92 0,117

Kekerasan tablet menunjukkan hasil yang


memenuhi persyaratan yaitu 4-8 kg
(Lachman,1986).
Kerapuhan
tablet.
Kerapuhan
tablet
merupakan salah satu hal yang harus
dipertimbangkan dalam pembuatan tablet,
maka diusahakan harus memenuhi persyaratan
mengenai kerapuhan tablet.
Tabel 11. Hasil pengamatan kerapuhan tablet ekstrak daun
mimba

Formula

Kerapuhan tablet
(%) SD

Avicel PH
101
90%:10%
pati jagung

0,07 0,026

Kerapuhan dinyatakan dalam presentase


bobot yang hilang selama uji kerapuhan.
Kehilangan berat atau kerapuhan kurang
dari 0,5 % - 1 % masih dapat dibenarkan
(Banker dan Anderson, 1986). Dalam
Jurnal Farmasi Indonesia || 32

penelitian ini kerapuhan tablet hisap


formula optimum adalah 0,35%,dapat
dikatakan memenuhi syarat kerapuhan
tablet.

Waktu hancur.
Waktu
hancur
tablet
menggambarkan waktu yang diperlukan
oleh tablet untuk hancur di dalam cairan
tubuh. Proses hancurnya tablet didahului
oleh adanya penyerapan air sehingga tablet
dapat pecah menjadi bagian-bagiannya.
Tabel 12. Hasil pengamatan kerapuhan tablet ekstrak daun
mimba

Formula

Waktu Hancur (detik)


SD

Avicel PH
101
90%:10%
pati jagung

13,62 0,18

Hasil pengujian waktu hancur tablet


ekstrak daun mimba formula optimum
didapatkan
hasil
yang
memenuhi
persyaratan yaitu kurang dari 15 menit
untuk tablet yang tidak bersalut (Anonim,
1979). Waktu hancur tablet yang baik ini
karena kemampuan avicel PH 101 yang
sangat baik dalam menyerap air sehingga
perlawanan terhadap kekuatan
ikatan
antar partikel semakin besar. Akibatnya
tablet akan cepat hancur.

4. Kesimpulan
Hasil penelitian didapatkan bahwa
campuran bahan dengan proporsi Avicel
PH 101 90% dan pati jagung 10%
memberikan hasil optimal pada sifat fisik
granul dan menghasilkan tablet ekstrak
daun mimba yang memenuhi persyaratan
uji sifat fisik tablet.
Ucapan Terima Kasih
Terimakasih
Penulis
ucapkan
kepada Drs. Cokro Rahadiwanto, M.S.,
Apt yang telah memberikan arahan dan
Yusita Indrastiwi yang telah membantu
terselesaikannya penelitian ini.

Vol. 6 No. 1 Maret 2009

Daftar Pustaka
Alderborn G, Nystron C. 1996. Pharmaceutical Powder Compaction Technology.
17-18. New York: Marcell Dekker Inc. hlm vii.
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. hlm XXXIII, 6,7,807.
Anonim,1989. Materia Medika Indonesia. jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. hlm. 67,70,118,549-553.
Banker GS, Anderson NR. 1986. Tablet in Lachman L. Lieberman HA., Kanig JL
(Eds), The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. 3rd. Philadelphia:
Lea and Fabinger. hlm. 293-345.
Batjeran JS. 2007. Uji Aktifitas Anti Inflamasi Ekstrak Soxhletasi Daun Mimba
(Azadirachta folia) Terhadap Tikus Jantan [Skripsi] Surakarta; Fakultas
Farmasi, Universitas Setia Budi.
Hariyanto. 2007. Pembuatan Tablet Ekstrak Etanolik 70% Daun Mimba Dengan
Madu Sebagai Bahan Pengikat [Skripsi] Surakarta; Fakultas Farmasi,
Universitas Setia Budi.
Lachman L. Liebermen HA, Kanig Jl. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi III, Suyatmi S, Penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari : The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy. hlm. 643-663,674717,625,654,686,697,701,702,703.
Peck RC, Sheskey PJ, Owen. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th.
Ed. London: The Pharmaceutical Press. hlm. 132.
Rusita YD. 2008. Optimasi Campuran Manitol Sukrosa Untuk Pembuatan
Tablet Hisap Daun Dewa (Gynura Procumbens (Lour.) Merr. ) Secara
Granulasi Basah Dengan Metode Simplex Lattice Design [Skripsi].
Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi.
Shek EM, Jones R. 1980. Simplex in Optimation of Capsul Formulation. Journal
of Pharmaceutical Sciences 6910:1135.
Sulaiman TNS. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta :
Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Universitas Gadjah Mada. hlm.
150,155.
Voigt R. 1994. Buku Teknologi Farmasi. Edisi ke-5. Soedani Noerono,
penerjemah; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari
: Lehburch der Pharmazeutichen Technologi. hlm. 159,165,201,202,577578,580,965.
Wijayakusuma H. 2003. Penyembuhan Dengan Tanaman Obat. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. hlm. ix.

Jurnal Farmasi Indonesia || 33

Anda mungkin juga menyukai