(GUIDELINE ASEAN)
SUSPENSI DAN SYRUP
DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD SYAUKI (201951136)
MUHAMMAD RIFQI FADHILA (201951137)
NOVA SIFATUL JANNAH (201951147)
SUJIATI (201951206)
1
KATA PENGHANTAR
Assalamualaikum, wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
ibu Dewi Rahma Fitri M.Farm selaku dosen mata kuliah farmasi fisika dan juga
kepada teman-teman yang telah membantu hingga proses pembuatan makalah ini
selesai.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Demikian, makalah ini ini kami buat terima kasih atas semua perhatian yang telah
diberikan, kurang lebihnya kami mohon maaf. Assalamualaikum, Wr.Wb
2
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan …….…………………………………………………….. 4
1.2 Latar Belakang …………………………………………………….. 4
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………… 4
BAB II
Tinjauan pustaka
1.1 Parameter Pengujian ………………………………………………. 7
1.2 Faktor yang mempengaruhi stabilitas ………………………….. 7
1.3 Metode Pengujian …………………………………………………... 8
1.4 Interpretasi Data …………………………………………………….. 9
BAB III
Penutup
1.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 14
1.2 Daftar Pustaka ………………………………………………………. 16
3
BAB I
Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Dalam praktek pengobatan di masyarakat, sediaan racikan terutama untuk
anak masih sering ditemui, yaitu berupa sediaan racikan yang dibuat dengan
menghancurkan satu atau lebih sediaan tablet menjadi serbuk terbagi (puyer) atau
mencampurkan serbuk ke dalam sediaan sirup. Sediaan racikan diresepkan untuk
anak yang tidak dapat menelan tablet, membutuhkan sejumlah dosis terlarut dari
obat yang diperuntukkan untuk dewasa, atau tidak dapat menerima rasa tidak enak
dari obat (U.S. Food and Drug Administration, 2007). Akan tetapi, produk akhir
sediaan racikan menjadi kompleks dan terdiri dari banyak komponen yang tidak
diketahui dengan pasti dan memungkinkan adanya masalah kestabilan fisik,
kestabilan kimia, dan kemungkinan cemaran mikroba, yang akan berpengaruh
terhadap efikasi dan keamanan (Costello, et al, 2007).
Banyak sekali sediaan obat yang beredar di pasaran, seperti kapsul, tablet,
emulsi, suspensi dan lain-lain. Salah satu sediaan obat yang perlu diperhatikan
mengenai stabilitasnya adalah sediaan suspensi. Sediaan suspensi merupakan
salah satu sediaan cair dimana zat padat yang terdispersi ke dalam pembawanya.
Ada 2 macam bentuk suspensi yang beredar di pasaran yaitu suspensi siap pakai
dan suspensi yang terlebih dahulu dilarutkan ke dalam pembawanya. Suatu obat
diformulasikan ke dalam sediaan suspensi karena obat tersebut mempunyai
kelarutan yang rendah dalam air namun diperlukan dalam bentuk cairan agar lebih
mudah diterima oleh pasien yang sulit menelan dan dapat mengurangi rasa pahit.
Adapun keuntungan lain dari sediaan suspensi ini yaitu suspensi dapat mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air (Singh, Mishra dan Maurya, 2014).
Suspensi banyak digunakan karena mudah penggunaannya tehadap anak-
anak, bayi, dan juga orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul. Suspensi
juga dapat di beri zat tambahan untuk menutupi rasa tidak enak dari zat aktifnya.
Umumnya bentuk cair lebih disukai daripada bentuk tablet atau kapsul karena
mudah ditelan dan mudah di atur penyesuaian dosisnya untuk anak (Ansel, 1898).
Sediaan Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang ditandai
dengan rasa manis dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64% dan tidak
lebih dari 66,0%. Sediaan Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang
ditandai dengan rasa manis dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirop yang hampir jenuh
dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64- 66%, kecuali dinyatakan
lain (Depkes RI, 1979). Sediaan Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan
4
yang ditandai dengan rasa manis dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64%
dan tidak lebih dari 66,0%.Sehingga penting bagi seorang farmasis untuk
mengetahui bagaimana caranya sediaan obat dalam bentuk suspensi tersebut bisa
bertahan dalam waktu yang lama tanpa mengganggu efektifitas dari obat tersebut
karena teknologi farmasi yang berkembang pesat tidak akan berpengaruh ketika
seorang farmasis dalam suatu industri tidak mengetahui mengenai kestabilan obat
(Deviarny, 2012). Sirup terdiri dari dari zat aktif, pelarut, pemanis, zat penstabil,
pengawet, pengental, pewarna, pewangi, perasa, dan pengisotonis. Zat aktif
merupakan zat utama / zat yang berkhasiat dalam sediaan sirup. Pelarut merupakan
cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut sebagai zat pebawa.
Contoh pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol, etanol, eter. Pemanis merupakan
zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis ditambahkan untuk memberikan rasa
manis pada sirup. Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar sirup dalam
keadaan stabil contoh dari zat penstabil adalah antioksidan, pendapar,
pengkompleks. Pengawet ditambahkan pada sediaan sirup bertujuan agar sirup
tahan lama dan bisa di pakai berulang- ulang.
Pewarna adalah zat tambahan untuk sediaan sirup atau biasa disebut corigen
coloris. Pewarna ditambahkan jika diperlukan. Penambahan pewarna biasanya agar
sediaan menjadi lebih menarik dan tidak berwarna pucat. Pewarna yang digunakan
umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam syrup dan
warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan
dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Penambahan pengental kedalam sediaan
sirup hanya jika diperlukan. Pemberikan pewangi ditambahkan hanya jika diperlukan
saja, bertujuan agar obat berbau harum dan menutupi bau zat aktif yang kurang
sedap. Contoh dari pewangi adalah essens straw, oleum rosae, dll. Penambahan
perasa ini hanya jika diperlukan, ditambahkan jika sediaan sirup yang akan di
berikan pada pasien kurang enak atau terlalu pahit. Unsur sirup yang terakhir yaitu
pengisotonis yang biasanya ditambahkan pada sediaan steril (Van, 1990).
Rumusan Masalah
⚫ Mengetahui stabilitas sediaan suspensi dan syrup
⚫ Mengetahui parameter pengujian dari beberapa sediaan suspensi dari jurnal
terkait
⚫ Mengetahui metode penelitian yang dilakukan secara bertahap terhadap zat aktif
yang digunakan
Tujuan
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi tentang paket studi
stabilitas inti yang diperlukan untuk produk obat, tetapi memberikan fleksibilitas yang
cukup untuk mencakup berbagai situasi praktis yang berbeda yang mungkin
dihadapi karena pertimbangan ilmiah khusus dan karakteristik produk yang sedang
5
dievaluasi. Pedoman ini juga dapat digunakan untuk mengusulkan umur simpan
berdasarkan data stabilitas yang dihasilkan dari paket studi.
6
BAB II
Tinjauan pustaka
8
c. pH pH dapat mempengaruhi tingkat dekomposisi obat,. Obat biasanya Farmaka
Suplemen Volume 14 Nomor 2 4 stabil pada pH 4 sampai 8. Dengan adanya
penambahan asam ataupun basa dapat menyebabkan penguraian larutan obat
menjadi dipercepat dan menyebabkan obat menjadi tidak stabil. (Gokani, H. Rina D,
N. Kinjal, 2012).
Pencampuran obat
untuk setiap produk obat atau pengencer yang dimaksudkan untuk digunakan
sebagai aditif untuk produk obat lain, ada potensi ketidakcocokan. Dalam kasus
seperti itu, produk obat yang diberi label untuk diberikan dengan tambahan produk
obat lain (misalnya parenteral, larutan inhalasi), harus dievaluasi stabilitas dan
kompatibilitasnya dalam campuran dengan produk obat lain atau dengan pengencer
baik secara tegak lurus maupun terbalik. -orientasi samping, jika diperlukan. Protokol
stabilitas harus menyediakan pengujian yang sesuai untuk dilakukan pada 0-, 6-
hingga titik waktu 8 dan 24 jam, atau sebagaimana mestinya selama periode
penggunaan yang dimaksudkan pada suhu penyimpanan/penggunaan yang
direkomendasikan. Pengujian harus mencakup penampilan, warna, kejernihan,
pengujian, produk degradasi, pH, partikel, interaksi dengan
wadah/penutupan/perangkat dan sterilitas. Data pendukung yang sesuai dapat
diberikan sebagai pengganti evaluasi degradasi foto.
9
Pewarnaan gram
Redispersibilitas
1. Jurnal 1 dengan judul “uji stabilitas fisik dan kimia sediaan sirup racikan
yang mengandung erdostein”
Analisa Data Kadar zat aktif erdostein, pH, dan viskositas pada setiap waktu
pengujian kemudian dibandingkan dengan nilai awal (t0). Kemudian dihitung
persentase perubahan kadar zat aktif dan viskositas dan dilanjutkan analisa
secara statistik dengan metode uji t berpasangan (paired-samples t test) dengan
selang kepercayaan 95%. Analisa statistik dilakukan dengan bantuan software
SPSS versi 20. Untuk perbandingan, dihitung pula besar perubahan kadar zat
aktif, pH, dan viskositas suspensi erdostein tunggal.
Kadar zat aktif Erdostein dalam sampel obat racikan baik yang disimpan di lemari es
(4oC) maupun suhu kamar (25oC) mengalami perubahan kadar di setiap waktu
pengujian, dibandingkan kadar awal. Perubahan kadar terbesar terjadi pada hari ke-
6 (mencapai 8,98%). pH sampel racikan meningkat signifikan secara statistik
(p<0,05) di kedua kondisi penyimpanan, dibandingkan pH awal, terutama pada hari
ke-7 (mencapai 10,21%). Viskositas pada kedua kondisi penyimpanan mengalami
peningkatan yang signifikan secara statistik (p<0,05) dibandingkan viskositas awal,
terutama mulai hari ke-5. Peningkatan viskositas sirup racikan yang disimpan di
lemari es lebih besar (mencapai 228,58%) daripada viskositas sirup racikan yang
disimpan di suhu kamar (mencapai 179,46%).
2. Jurnal 2 dengan judul “uji stabilitas fisik dan daya antibakteri suspensi
eritromisin dengan suspending agent pulvis gummi arabici”
Data hasil evaluasi stabilitas fisik suspensi eritromisin (volume sedimentasi,
mudah tidaknya dituang, ukuran partikel, viskositas, dan redispersibilitas) dan
10
pengukuran diameter zona hambat pada media agar diuji distribusi normalnya
dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Data kemudian dilakukan uji anava dua jalan
dengan taraf kepercayaan 95%. analisis dilanjutkan dengan t independent-test
11
selama 13 minggu. Berikut hasil dari stabilitas suspense diklofenak pada berbagai
suhu. Dari data yang tertera di atas dapat diketahui bahwa pada suhu 4°C adalah
suhu yang paling stabil untuk suspense diklofenak karena penurunannya tidak lebih
dari 5%, pada suhu kamar pun dapat dikatakan bahwa stabilitas diklofenak masih
dalam keadaan baik. Namun penurunan kadar dan kualitas terjadi pada suhu 40°C
dan 60°C. Secara keseluruhan pada suhu 4°C dan suhu kamar kemurnian, waktu
simpan, kerapatan dan viskositas dari suspensi diklofenak masih dalam keadaan
stabil (Nazir, Ali, Irfan et all, 2011).
5. Jurnal 5 yang berjudul “formulasi dan uji stabilitas sediaan sirup anti
alergi dengan bahan aktif chlorpheniramin maleat (CTM)”
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Jurnal 1
Kadar zat aktif Erdostein dalam sampel obat racikan baik yang disimpan di lemari es
(4oC) maupun suhu kamar (25oC) mengalami perubahan kadar di setiap waktu
pengujian, dibandingkan kadar awal. Perubahan kadar terbesar terjadi pada hari ke-
6 (mencapai 8,98%). pH sampel racikan meningkat signifikan secara statistik
(p<0,05) di kedua kondisi penyimpanan, dibandingkan pH awal, terutama pada hari
ke-7 (mencapai 10,21%). Viskositas pada kedua kondisi penyimpanan mengalami
peningkatan yang signifikan secara statistik (p<0,05) dibandingkan viskositas awal,
terutama mulai hari ke-5. Peningkatan viskositas sirup racikan yang disimpan di
lemari es lebih besar (mencapai 228,58%) daripada viskositas sirup racikan yang
disimpan di suhu kamar (mencapai 179,46%).
Jurnal 2
1. Suspensi formula I yang mengandung PGA konsentrasi 5% memiliki stabilitas
yang paling baik, karena memiliki ukuran partikel yang kecil dan konstan selama
penyimpanan, volume sedimentasi yang terbentuk lambat, memberikan waktu tuang
dan waktu untuk suspensi terdispersi kembali cepat.
2. Suspensi masih memiliki daya antibakteri sampai penyimpanan hari ke-60.
Formula II yang mengandung PGA konsentrasi 7,5% mempunyai diameter yang
konstan selama penyimpanan
Jurnal 3
Stabilitas fisika sediaan farmasi yang mengandung bahan alam dapat diketahui
dengan uji organoleptis seperti perubahan warna, rasa, bau dan tekstur.
Jurnal 4
Dari beberapa jurnal yang membahas mengenai stabilitas obat sediaan suspensi
membuktikan bahwa suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas
obat sediaan suspensi karena dengan perbedaan suhu akan mempengaruhi pH,
kadar dan lain-lain dan pada akhirnya akan mempengaruhi efek dari obat tersebut.
Sehingga perlu diperhatikan di suhu berapakah suatu obat dapat stabil dalam
penyimpanan.
14
Jurnal 5
1. Berdasarkan dari hasil praktikum sediaan sirup CTM dapat disimpulkan
bahwa: Beberapa formulasi yang digunakan untuk pembuatan sirup CTM
meliputi CTM sebagai zat aktif, propilen glikol sebagai pengawet dan
kosolven, sukrosa sebagai pemanis, asam sitrat sebagai buffer dan
antioksidan, esensial jeruk sebagai perasa, sunset yellow sebagai pewarna,
aquadest sebagai pekarut, dan natrium sitrat sebagai dapar.
2. Berdasarkan hasil evaluasi formulasi sediaan sirup CTM. Bahwa untuk uji
organoleptik, ph, BJ, dan viskositas sudah sesuai yang diinginkan, hanya saja
pada kandungan uji mikroba yang dibiarkan selama 1 munggu terdapat jamur
dan mikroba, kemungkinan karena kurangnya zat penganwet ysng digunakan
pada sediaan sirup.
15
Daftar pustaka
Fetri L., dan Aprilia Hilda., 2012. Uji stabiitas fisik dan kimia sediaan sirup racikan
yang mengandung erdostein . Bandung: Program Studi Farmasi Universitas Islam
Bandung.
Rahman,IR. et al., 2011. Pharmacon vol 12 no 2; uji stabilitas fisik dan daya
antibakteri suspensi eritromisin dengan suspending agent pulvis gummi arabici.(hal
44-49) Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Oktami Ella, Lestari Fetri, dan Aprilia Hilda., 2021. Studi literatur uji stabilitas sediaan
farmasi bahan alam. Bandung: Program Studi Farmasi Universitas Islam Bandung.
Zaini Nur Alifah, Gozali Dolih., 2012. Farmaka: Suplemen volume 14 nomor 2;
Pengaruh suhu terhadap stabilitas obat sediaan suspensi.Bandung: Fakultas
Farmasi Universitas Padjajaran.
Zainuddin Fickri Djelang., 2018. Formulasi dan uji stabilitas sediaan sirup anti alergi
dengan bahan aktif Chlorpheniramine Maleata(CTM) Vol 1 No 1 Sidoarjo: STIKES
Rumah Sakit Anwar Medika.
ASEAN, (2005). ASEAN Guideline on Stability Study of Drug Product
Farmakope Indonesia Edisi III, 1979).
Marthindalle, ed 28
16