Anda di halaman 1dari 20

Teknologi Farmasi sediaan Likuid-Semisolid

“Sirup Analgetik”

Dosen Pengampu : Prof. DR. EFFIONORA ANWAR, M.Si., Apt

Tim Penyusun :
Muhammad Rifqi Fadhila (201951137)
Muhammad Syauki (201951138)
Nadya Fitri Destianty (201951141)
Analgetik-antipiretik

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang


menganggu, berhubungan dengan ancaman, timbulnya
gangguan atau kerusakan jaringan.
Rasa nyeri berfungsi sebagai pertanda tentang adanya suatu
gejala atau gangguan ditubuh, seperti peradangan infeksi
kuman atau kejang otot. Rasa nyeri dapat disebabkan oleh
rangsang mekanis, kimiawi, kalor atau listrik yang dapat
merusak jaringan dan melepaskan zat mediator nyeri.
Mekanisme analgetik di dalam tubuh yaitu dengan cara
menghalangi pembentukan rangsangan dalam reseptor
nyeri, saraf sensoris, dan system syaraf pusat. Analgetik
yang biasa digunakan masyarakat adalah yang memiliki
kandungan paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat
dan lain-lain, namun obat-obatan kimia tersebut
memiliki efek samping yang kurang baik bagi tubuh
bila digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Teori

Analgetik biasa digunakan untuk pengobatan


simplomatik, yaitu hanya meringankan gejala penyakit,
tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebab
penyakit. Nyeri yang disebabkan oleh nosiseptor
mekanis dan panas spesifik akan disalurkan melalui
jalur nyeri cepat. Nyeri bisa diatasi dengan berbagai
macam obat analgetik.
Analgesik yang termasuk golongan AINS bekerja
dengan cara menghambat enzim siklooksigenase yang
akan mengubah asam arakidonat menjadi
prostaglandin dimana prostaglandin adalah mediator
nyeri, sedangkan analgesic golongan opioid bekerja
disentral menempati reseptor di kornu dorsalis
medulla spinalis yang menjaga pelepasan transmitter
dan rangsang nyeri sehingga terjadi penghambatan
rasa nyeri. (Ganiswarna dkk, 1995)
Formulasi dan zat aktif dari sediaan

Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas sedikit


tentang paracetamol sirup, yang memiliki formula antara
lain ;
• Paracetamol
• Aquadest
• Propilenglikol
• Dan saccharin Na
Paracetamol atau acetaminophen adalah derivat dari
para amino fenol dan merupakan metabolit fenasetin
dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan
sejak tahun 1893. Paracetamol mempunyai efek
antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus amiobenzen.
Efek analgesik paracetamol serupa dengan salisilat
yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang dan juga menurunkan suhu tubuh.
Efek samping dari paracetamol dapat berupa reaksi
alergi terhadap derivat para-aminofenol tetapi hal ini
jarang terjadi. Manifestasinya berupa aritema atau
uritikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam
dan lesu pada mukosa. Penggunaan semua jenis
analgesik dosis besar secara menahun terutama dalam
kombinasi berpotensi menyebabkan nefrofati analgesik
dan kerusakan hati.
Jarang sekali terjadi adanya alergi pada kulit, alergi silang
dengan salisilat, leucopenia, neutropenia, panzikopenia,
methemoglobinemia, nefofati analgesik (pada penyalahgunaan
kronis), tumor pada saluran pembuangan urine. Pada dosis
tinggi, kerusakan hati yang berat dan mungkin lethal
disebabkan oleh pembentukan metabolit yang reaktif dan
toksik. (Farmakologi dan Toksikologi III : 225)
Metode pembuatannya dan alat yang digunakan :
a) Timbang paracetamol sebanyak 2880 mg
b) Ukur propilenglikol sebanyak 14mL dalam Beaker glass yang
telah dikalibrasi
c) Masukan paracetamol ke dalam propilenglikol sedikit demi
sedikit, aduk hingga terlarut.
d) Timbang saccharin Na sebanyak 240 mg, larutkan saccharin
Na dalam 1 ml propilenglikol
e) Timbang NaH₂PO₄.2H₂O sebanyak 160 mg dan larutkan
dalam aquadest hingga larut
f.) Campurkan larutan saccharin Na dan larutan dapar ke
dalam larutan paracetamol yang telah larut, aduk hingga
homogen.
g.) Tambahkan zat pewarna dan pengaroma ke dalam
campuran, aduk hingga homogen.
h.) Masukan larutan campuran ke dalam CMC Na yang
telah dikembangkan sedikit demi sedikit di dalam beaker
glass yang telah dikalibrasi 60ml, aduk hingga homogen.
i.) Tambahkan aquadest hingga 60 ml, aduk hingga
homogen.
Pengujian dari sediaan
Hasil dan perhitungan dari uji

a) Hasil penetapan dielektrik adalah 66,77


b) Hasil pemakaian propilenglikol sehari dalam
sediaan :
• 1-6 tahun = 2,595 g - 5,19 g
• 6-12 tahun = 5,19 g – 10,38 g
Kemasan
Studi kasus
• Alat dan bahan
Bahan yang digunakan adalah paracetamol pharmaceutical
grade (Brataco Indonesia), I-isoleusin ps (merek, jerman), tionil
klorida ps (merek jerman), dan etanol pa (merek jerman).
Penentuan titik leleh menggunakan Electrical Melting Point
Apparatus Buchi B-540. penentuan spektra 1H-NMR dengan
alat FT-NMR Hitachi R-1900 90 MHz dalam pelarut CDCI3.
Penentuan spektra inframerah dengan alat
spektrofotometer IR Shimadzu FTIR Jasco 5300.
kemurnian senyawa di uji secara kromatografi lapis
tipis (KLT) menggunakan beberapa jenis eluen yang
berbeda kepolarannya. Pengujian aktivitas analgesik
dilaksanakan dengan menggunakan alat Ugo Basile
Plantar Test.
• Sintesis senyawa O-(isoleusil) paracetamol
Proses sintesis senyawa dilaksanakan melalui dua
tahapan ; tahap 1(satu) dan tahap 2(dua)
• Penyiapan hewan coba
Digunakan hewan coba mencit (Mus musculus)
galur Swiss Webster, jantan umur 2-3 bulan, berat
badan 20-30 gra, sehat dan tidak ada kelainan
yang tampak pada bagian tubuh.
• Uji aktivitas analgesik
• Analisa data
Data pengamatan hasil uji aktivitas analgesik
berupa waktu respons menit diuji menggunakan
ANOVA satu arah pada alpha = 0,05. Analisa data
dilanjutkan dengan pengujian tukey HSD 5% untuk
mengetahui kelompok dosis 12,5; 25; 50; 100; 200
mg/KgBB yang memberikan perbedaan dan
makna.
• Hasil dan pembahasan
Pada uji organoleptik, perbedaan organoleptis antara
senyawa hasil sintesis dengan paracetamol menandakan
bahwa telah terjadi perubahan struktur dari senyawa asal.
• Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat disimpulkan
bahwa senyawa turunan paracetamol yaitu O-(isoleusi)
dapat disintesis melalui reaksi asilasi antara paracetamol
dan isoleusi klorida.

Anda mungkin juga menyukai