Anda di halaman 1dari 58

Jurnal praktikum

Farmakognosi

Nama : MUHAMMAD RIFQI FADHILA


NIM : 201951137
Jurnal awal
Praktikum farmakognosi
Modul 1
Pembuatan simplisia
Uraian teori
Menurut FI III simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat, yang
belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Bahan baku simplisia diperoleh dari tanaman liar atau
tanaman budidaya. Jika simplisia diperoleh dari tanaman budidaya maka keseragaman
umur, masa panen, tempat tumbuh dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat
dipantau.
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan
dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak
lebih dari 60◦C (BPOM, 2014). Jenis-jenis simplisia:
1. Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau
eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan
belum berupa senyawa kimia murni
2. Simplisia hewani : adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan (mineral) Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia
yang tidak mengandung bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta
mengandung zat aktif yang berkhasiat.
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung,
dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun parameter standar umum:
1. Simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3 parameter mutu umum
suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari
kontaminasi kimia dan biologis) serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan
transportasi)
2. Simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap
diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu quality-
safetyefficacy (mutu-aman-manfaat)
3. Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap
respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis
dan kadar) senyawa kandungan.
Ciri simplisia yang baik adalah dalam kondisi kering (kadar air < 10%), untuk simplisia
daun, bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan, simplisia bunga bila
diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan atau mudah dipatahkan, dan
simplisia buah dan rimpang (irisan) bila diremas mudah dipatahkan. Ciri lain simplisia
yang baik adalah tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai bahan segarnya.
Standarisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan
dan penetapan nilai berbagai parameter dari produk seperti yang ditetapkan
sebelumnya. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan
digunakan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan
(Materia Medika Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi
(serbuk jamu dsb.) masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Alat dan bahan


Alat : gelas objek, mikroskop, kertas dan pensil, gelas penutup, pipet
tetes,koran,timbangan, blender,toples
Bahan : herba meniran, jagung, beras, singkong, kentang, daun kumis kucing, kayu
secang, buah pare, buah adas manis, buah lada hitam, rimpang kunyit, rimpang kencur,
akar wangi dan bunga turi.

Prosedur kerja
1. Setiap kelompok membawa sampel bagian tanaman dalam bentuk segar sesuai
yang ditetapkan. Lakukan penimbangan bahan segar dan catat.
2. Lakukan pemisahan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya (seperti
bagian tanaman yang tidak digunakan) dari bahan tanaman yang akan di
pakai.
3. Lakukan pencucian untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan simplisia kemudian tiriskan.
4. Lakukan pengubahan bentuk bahan berupa pengisian (rimpang,akar,kulit
buah,dsb), dilakukan perajangan (meliputi daun, pucuk daun, batang) atau
penyerutan (kayu, kulit kayu) tergantung dari bagian tanaman yang
digunakan.
5. Lakukan pengeringan dengan cara di angina-anginkan atau oven (pada suhu
maksimal 50◦c) tergantung jenis simplisia yang dibuat.
6. Lakukan sortasi kering pada simplisia kering dengan memilah simplisia dari
bahan yang terkontaminasi jamur, kontaminasi serangga atau bahkan yang
terlalu gosong (jika menggunakan oven). Lakukan penimbangan dan catat.
7. Simplisia kering dikemas di dalam wadah kaca bertutup rapat dan terlindung
dari cahaya untuk digunaka pada pengamatan makroskopis. Wadah di beri
label nama simplisia, nama ilmiah serta tanggal pembuatan simplisia.
Daftar pustaka
-Farmakope Indonesia edisi III
-Yulis Adriana. 2022., Jurnal Praktikum Farmakognosi. ISTA.
-Munasari Dian, dkk. 2020., buku penuntun praktikum farmakognosi.
Universitas Halu Oleo.
-Hartini Yustina Sri. Erna Tri Wulandari.,2016. buku panduan praktikum
farmakognosi fitokimia. Universitas sanata dharma.
Modul 2
Penentuan derajat kehalusan serbuk simplisia

Uraian teori
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan
dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak
lebih dari 60ᵒC (BPOM, 2014). Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran
homogen dengan deraiat halus yang cocok; bahan bakunya berupa simplisia sediaan
galenik, atau campurannya (DepKes RI, 1994). Serbuk Simplisia adalah sediaan Obat
Tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang sesuai, terbuat dari
simplisia atau campuran dengan Ekstrak yang cara penggunaannya diseduh dengan air
panas (BPOM, 2014).
Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:
1. Kadar air. Tidak lebih dari 10 %.
2. Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10
3. Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 10
4. Mikroba patogen. Negatif.
5. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj.
Untuk penggunaan bahan tambahan seperti pengawet, serbuk dengan bahan baku
simplisia dilarang ditambahkan bahan pengawet. Wadah dan penyimpanan untuk
serbuk simplisia ialah dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhu kamar, ditempat
kering dan terlindung dari sinar matahari (DepKes RI, 1994).
Alat dan Bahan
Alat : ayakan no 40,60,80, blender dan timbangan
Bahan : simplisia

Prosedur kerja
1. Siapkan simplisia kering yang telah jadi. Timbang dan catat.
2. Haluskan simplisia menggunakan blender (tanpa penambahan air) hingga
diperoleh bentuk serbuknya.
3. Lakukan pengayakan secara manual dengan no pengayak 40 (untuk bahan
yang lunak seperti: daun, bunga, herba) atau no pengayak 60 atau80 (untuk
bahan yang keras seperti: biji, buah, kulit buah, kulit batang, kayu, dsb).
4. Timbang dan catat hasil serbuk yang telah diayak.
5. Simpan bahan pada wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya.

Daftar pustaka
-Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut Sains Dan Teknologi
Al-kamal
- Hartini Yustina Sri. Erna Tri Wulandari.,2016. buku panduan praktikum
farmakognosi fitokimia. Universitas sanata dharma.
- BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, BPOM:
Jakarta, hal 3,11.
Modul 3
Identifikasi makroskopis dan mikroskopis :
Amilum dan Folium
Uraian teori
Identifikasi bertujuan untuk mengetahui kebenaran jenis tumbuhan obat yang akan
diolah lebih lanjut. Jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasi
sampai informasi genetik sebagai faktor internal untuk validasi jenis (spesies).
Untuk mengidentifikasi simplisia terdapat beberapa macam metode. Yang pertama
dengan metode morfologi makroskopis, yaitu dilakukan dengan mengamati
karakteristik dari pola pertumbuhan mikroorganisme pada media buatan yang
diamati dengan mata telanjang (tanpa alat bantu). Dalam metode hanya dapat melihat
berapa banyak mikroba yang tumbuh. Lalu bisa juga dilakukan dengan metode
morfologi, dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, isi, organel, dan susunan
ketika diamati dengan mikroskop pada perbesaran tertentu. Karakteristik zat warna
(pewarnaan) yaitu menguji kemampuan mikroorganisme untuk digunakan dengan
pemeriksaan secara mikroskopi sebagai bagian dari identifikasi simplisia.
Uji mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
perbesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa
sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji
mikroskopik dicari unsur – unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan
diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing–
masing simplisia.
Amilum
Amilum merupakan suatu polisakarida cadangan yang dapat ditemukan melimpah
dalam tanaman. Amilum terdiri dari dua komponen yaitu amilosa yang larut air
sebanyak 20% dan amilopektin yang tidak larut air sebanyak 80%. Amilum juga
disebut sebagai suatu produk alami yang dihasilkan dari tanaman seperti singkong.
Amilum atau pati adalah berupa serbuk-serbuk yang memiliki ukuran bervariasi.
Amilum juga dikenal sebagai pati yang merupakan polisakarida cadangan pada
tumbuh-tumbuhan yang tersebar luas. Amilum juga didefinisikan sebagai karbohidrat
kompleks yang sangat penting sebagai sumber makanan. Amilum sendiri sering
ditemukan pada berbagai organ tumbuhan seperti dalam kloroplas daun, buah-buahan,
umbi-umbian ataupun benih dari tumbuh-tumbuhan. Kadar amilum yang tinggi
mencapai 75% dari berat kering yang dapat dijumpai pada biji padi-padian, sekitar 65%
terdapat pada umbi kentang dan juga terdapat di dalamorgan-organ penyimpan pada
tumbuh-tumbuhan lainnya. Hidrolisis amilum jika dilakukan dengan asam mineral
yang encer akan menghasilkan molekul-molekul glukosa. Namun jika dihidrolisis
dengan amilase akan menghasilkan maltosa. Amilum yang dihidrolisis dengan enzim
amilase akan menjadi molekul-molekul maltosa yang tidak berjalan spontan dan
terbentuk hasil hidrolisis yang berupa dekstrin. Amilum memiliki rasa yang tidak
manis dan terbentuk pada proses asimilasi dalam tanaman.

Folium
Simplisia daun (folium) merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan
sebagai bahan baku ramuan obat tradisional. Simplisia ini dapat berupa lembaran daun
tunggal atau majemuk. Simplisia daun biasanya dipakai dalam bentuk segar atau
dikeringkan. Sebagaian simplisia daun, terkadang berupa pucuk tanaman yang terdiri
dari daun muda. Berikut ini adalah tanaman obat tradisional Indonesia yang bahan
berkhasiatnya terdapat pada daun (folia).
Daun merupakan organ tanaman yang tumbuh pada batang, memiliki bentukbervariasi,
dengan fungsi dasar fisiologis yaitu sebagai manufaktur bahan makanan melalui proses
fotosintesis dan tempat penguapan air melalui prosestranspirasi. Daun dapat berbentuk
isolateral, isobilateral, dorsiventral, pseudodorsiventral atau bahkan berbentuk jarum
pada irisan melintang. Padadaun tersimpan kloroplas yang terpusat di antara matriks
sitoplasma dari sel-sel mesofil terutama di bagian palisade.

Alat dan bahan


Alat : jarum, pipet tetes, kaca objek, kaca penutup, mikroskop cahaya.
Bahan untuk identifikasi amilum : gandum, air, larutan kloralhidrat, jagung, beras,
serbuk pati dari singkong, kentang, reagen smith
Bahan untuk identifikasi folium : daun kering utuh dan serbuk simplisia daun kumis
kucing, daun jambu biji, daun tapak dara.
Keterangan : reagen smith akan memberikan pengamatan mikroskopis yang lebih jelas
untuk amilum yang terbuat dari air, gliserin, dan asam asetat 50% dengan jumlah yang
sama.

Prosedur kerja
Sampel amilum:
1. Ambil serbuk amilum/pati, amati makroskopis dan organoleptisnya.Untuk
makroskopis, amati dan catat warna dan teksturnya, bagaimana butirannya.
Untuk organoleptis, dekati butiran amilum ke hidung Anda dan perhatikan
apakah ada aroma dari butiran amilum tersebut. Lalu, ambil sedikit butir
amilum dengan ujung jari dan letakkan di ujung lidahAnda. Perhatikan
bagaimana rasa dari butir amilum tersebut. Catat hasilnya pada halaman
lembar hasil pengamatan.
2. Untuk pengamatan mikroskopis, terlebih dahulu buatlah preparat/sediaan
dengan mengambil sedikit serbuk amilum (gunakan jarum pentul) dan
letakkan di kaca objek. Teteskan air secukupnya dengan menggunakan pipet
tetes, dan tutup dengan kaca penutup. Amatidi bawah mikroskop mulai dari
perbesaran yang paling kecil sampai besar. Perhatikan bentuk amilum,
ada/tidaknya hilus dan striasi, catat pada lembar pengamatan.
3. Jika Anda sulit menemukan fragmen spesifik dari amilum sampel, maka
gunakan reagen Smith, teteskan pada preparat kemudian amati.

Sampel daun:
1. Letakkan sampel daun kering utuh dari ketiga simplisia di meja praktikan,
amati morfologi daun sesuai panduan morfologi meliputi
2. bentuk daun, ujung dan pangkal daun, tepi dan tebal/tipisnya daun, sertatulang
daun.
3. Untuk pengamatan serbuk simplisia, lakukan prosedur seperti pada
pengamatan serbuk amilum. Teteskan larutan kloralhidrat pada preparatuntuk
melihat fragmen spesifik yang lebih jelas di bawah mikroskop.
Daftar pustaka
- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut Sains Dan Teknologi
Al-kamal
-Supriningrum Risa, 2021. Penuntun praktikum farmakognosi. Sekolah Tinggi Ilmu
kesehatan Samarinda
-Sumarsono, Samiyarsih siti. 2018. Modul farmakognosi; akar, batang, daun, bunga,
buah, biji, dan kecambah.
-Wijaya Shastra, 2022. Analisis tipe-tipe amilum pada umbi-umbian sebagai referensi
praktikum anatomi tumbuhan. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda
Aceh.
Modul 4
Identifikasi makroskopis dan mikroskopis :
Herba dan cortex
Uraian teori
Herba
Herba adalah tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, biasanya banyak ditemukan
di tempat yang ternaungi kecuali pada tempat yang sangat gelap. Memiliki batang yang
basah dan tidak berkayu dan memiliki daya saing yang kuat serta adaptasi yang tinggi
terhadap tumbuhan sekitarnya sehingga mampu tumbuh di tempat yang kosong.
Sejumlah herba menunjukkan bentuk-bentuk yang menarik, warna dan bentuk
permukaan daun yang sebagian besar telah menjadi tumbuhan hias seperti jenis dari
suku Araceae, Gesneriaceae, Urticaceae dan lain-lainnya (Laratu et al, 2014). Menurut
Anaputra et al (2015) Tumbuhan herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun
permukaan pada daratan maupun daerah berair yang mempunyai ukuran lebih kecil
jika dibandingkan dengan semak ataupun pohon serta perdu yang batangnya basah dan
tidak berkayu. Memiliki daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap
tumbuhan sekitar (seperti semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di
tempat yang kosong.
Batang tumbuhan herba cenderung berair dan mudah patah, karena batang tumbuhan
herba cenderung memiliki sedikit jaringan lignin, tetapi kadang-kadang itu juga
berkayu seperti Malaya, Didymocarpus, dan Sonerila. Pada beberapa spesies batang
ditunjang oleh akar-akar yang memiliki rongga udara pada pangkalnya, misalnya pada
beberapa spesies Zingiberaceae. Herba merupakan salah satu jenis tumbuhan yaitu
umumnya tidak berkayu, bersifat basah karena mengandung banyak air, serta biasanya
mempunyai klorofil. Tumbuhan herba sangat bervariasi dan hidup berkelompok, tetapi
selalu dianggap memiliki peranan kecil baik struktur maupun segi ekonominya. Pada
bentuk daunnya sangat bervariasi, berbeda dengan pohon dan semak yang cenderung
memiliki daun yang seragam, tumbuhan herba memiliki lapisan daun yang tipis,
teksturnya lembut dan permukaannya mengkilat namun tidak dapat bertahan lama
seperti halnya daun pada pohon dan semak.
Pada beberapa tumbuhan herba hutan, daunnya memiliki permukaan seperti mengkilat,
misalnya pada beberapa Araceae di Kalimantan. Bunga dari tumbuhan herba seperti
halnya tumbuhan berkayu tidak terlalu mengesankan, tetapi memiliki sejumlah kecil
kesamaan sifat. Sifat yang umumnya yaitu bunga-bunga tersebut keluarnya tepat diatas
permukaan tanah pada tangkaitangkai yang tidak berdaun atau hanya daun-daun
bersisik. Pada flora Kalimantan terdapat banyak contoh, antara lain spesies Curculigo
(Amaryllidaceae) dan Forrestia (Commelinaceae) di mana pembungaannya timbul dari
pangkal tumbuh-tumbuhan. Pada Cyrtandra penduliflora bunga terletak dengan lemah
di atas permukaan tanah.
Kelompok tumbuhan herba diantaranya mencakup jenis tumbuhan dikotil dan
monokotil, serta banyak tumbuhan paku-pakuan diantaranya Selaginella sebagai
tumbuhan penyusun. Di daerah yang kaya akan tumbuhan herba, jumlahnya hanya
sebagian kecil dari jumlah spesies pohon dan semak di areal yang sama. Pada semua
hutan hujan tropis, tipe parasit cukup banyak sebagai tumbuhan herba tanah. Beberapa
jenis rumputrumputan (Graminae) juga tampak selalu ada. Di hutan Kalimantan spesies
terbanyak yang mewakili adalah Araceae, Cyperaceae dan Zingiberaceae. Banyak jenis
paku-pakuan (namun tidak semuanya) tergolong tumbuhan yang tahan naungan dan
jumlahnya melimpah terutama terutama di tempat-tempat yang sangat lembab dan
teduh, seperti lembah-lembah sungai dan lerenglereng berbatu yang curam.
Kebanyakan dari pakupakuan tanah tergolong dalam Polypodiaceae. Spesies dari
Trichomanes juga seringkali ada, meskipun jumlahnya tidak banyak. Beberapa spesies
tumbuhan herba yang memiliki rhizome cenderung hidup membentuk kelompok-
kelompok rimbun yang luasnya beberapa meter persegi atau lebih, dengan menyisihkan
tumbuhan lain.
Cortex
Cortex adalah jaringan luar (kulit) dari batang, akar, atau buah. Susunan cortex pada
penampang melintang yang tampak terdiri dari sel-sel gabus, floem, dan sel parenkim.
Sel gabus berguna untuk mempertahankan diri terhadap keadaan luar misalnya karena
kondisi jaringan sudah tua. Floem berfungsi sebagai pengangkut makanan dari daun ke
seluruh bagian tanaman. Sel parenkim terdapat sel batu, amilum, dan kristal oksalat
bentuk prisma. Kristal oksalat dan amilum juga terdapat pada jari-jari empulur.
I. Makroskopik:
1. Bentuk
2. Tekstur
3. Warna
4. Aroma
5. Rasa
II. Mikroskopik:
1. Serabut sklerenkim
2. Fragmen sel batu
3. Jaringan gabus dengan parenkim cortex dan sel batu
4. Hablur kristal kalsium oksalat

Alat dan Bahan


Alat : mikroskop cahaya, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, jarum.
Bahan untuk identifikasi herba dan cortex: potongan kering dan serbuk herbaseledri,
herba meniran, kulit kayu manis, kulit batang buah nona; air.

Prosedur kerja
1.) Ambil sedikit serbuk herba/cortex, amati makroskopis dan organoleptisnya.
Untuk makroskopis, amati dan catat warna dan teksturnya, bagaimana
butirannya. Untuk organoleptis, dekati serbuk simplisia ke hidung Anda dan
perhatikan apakah ada aroma/bau dari serbuk tersebut. Lalu, ambil sedikit
serbuk dengan ujung jari dan letakkan di ujung lidah Anda. Perhatikan
bagaimana rasa dari serbuk tersebut. Catathasilnya pada halaman lembar hasil
pengamatan.

2.) Untuk pengamatan mikroskopis, terlebih dahulu buatlah


preparat/sediaan dengan mengambil sedikit serbuk herba/cortex
(gunakan jarum pentul) dan letakkan di kaca objek. Teteskan air
secukupnya dengan menggunakanpipet tetes, dan tutup dengan kaca
penutup. Amati di bawah mikroskop mulai dari perbesaran yang paling
kecil sampai besar. Perhatikan fragmenspesifik yang ditargetkan dan
catat pada lembar pengamatan.

Daftar Pustaka

- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut Sains Dan


Teknologi Al-kamal
- Vilya syafriana,dkk. 2020. Petunjuk dan paket materi praktikum
farmakognosi. Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
- Diana rita, Mercury Yasfini Hurum, Nurhidayah. 2021. Ekologi tumbuhan
Herba dan Liana. Pustaka Learning Center.
Modul 5
Identifikasi makroskopis dan mikroskopis :
Caulis dan Fructus
Uraian teori
Caulis
Morfologi batang yaitu tumbuhan yang jelas berbatang, tumbuhan yang tidak jelas
berbatang, bentuk batang bermacam-macam yaitu bulat (teres), bersegi (angularis), dan
pipih. Jenis batang dibedakan menjadi batang basah (herbaceus), batang berkayu
(lignosus), batang rumput, batang mendong (calamus), arah tumbuh batang yaitu ada
tumbuhnya tegak lurus, mengantung, menjalar atau merayap, batang berbaring, sorong
atau condong mengangguk, memanjat, dan membelit. Percabangan batang dibedakan
menjadi percabangan monopodial, simpodial, dan mengarpu/dikotom, arah tumbuh
cabang dibedakan menjadi tegak, condong keatas, mendatar, terkulai, bergantung.
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting. Mengingat tempat serta
tempat kedudukan batang bagi tumbuhan, batang juga dikatakan sebagai sumbu tubuh
tumbuhan. Batang sebagian besar tumbuhan terletak di permukaan tanah, namun ada
juga batang yang terletak di dalam tanah, bahkan ada tumbuhan yang tampak tidak
berbatang (planta acaulis) yang walaupun sesungguhnya.
Fructus
Buah (fructus) adalah ovarium yang telah matang (yang didahului atau tidakdidahului
proses amphimixis) yang tumbuh berkembang dan berubah strukturnya menjadi
mengeras, mengulit, dan mendaging; atau ovarium yang telah matang dan atau beserta
bagian-bagian lain dari bunga (yang didahului atau tidak didahului proses amphimixis)
yang tumbuh, berkembang, dan berbuah strukturnya menjadi mengeras dan
mendaging. Fungsi buah adalah memungkinkan terjadinya penyebaran biji atau
penyebaran keturunan (propagasi).
Penggolongan fructus
Fructus dibagi menjadi menjadi 2(dua) golongan yaitu buah sejati (fructus nudus) dan
buah semua (fructus spurius).
a. Buah sejati / telanjang (Fructus nudus)
Buah sejati adalah buah yang semata-mata atau sebagian besar terbentuk dari
ovarium, merupakan perkembangan dari bakal buah dan dikonsumsi sebagai
buah-buahan. Contoh: apel, jeruk, mangga.
b. Buah semu / tertutup (Fructus spurius)
Buah semu adalah buah yang terjadi atau terbentuk selain dari ovarium, juga
dari bagian-bagian lain dari bunga (bukan perkembangan dari bakal buah tetapi
dikonsumsi sebagai buah-buahan). Contoh: cempedak, jambu monyet.

Bagian-bagian fructus
a.) -Pericarp, yang terdiri dari :Eksokarp atau epikarp (exocarpium atau epicarpium),
merupakan bagian luar yang tipis, kuat atau kaku dengan permukaan yang licin.
- Mesokarp (mesocarpium), merupakan bagian tengah yang terdiri dari jaringan
renggang, berserat, atau berdaging, dimana bagian ini merupakan bagian yang terlebar.
- Endokarp (endocarpium), merupakan bagian dalam yang berbatasan dengan ruang
yang mengandung biji, seringkali tebal dan juga keras.
b.) Biji, yang terdiri dari :
- Testa (kulit biji), berkembang dari jaringan integumen yang semula mengitari ovula
(bakal biji). - Calon tumbuhan baru (embrio) adalah jaringan bakal tumbuhan dari mana
tumbuhan yang baru akan berkembang manakala kondisi lingkungannya sesuai.
- Endosperm adalah jaringan yang berasal dari tumbuhan induk melalui proses
pembuahan ganda yang kaya akan minyak nabati atau zat pati dan protein.
c.) Arilus (selubung biji)
Arilus adalah suatu bentuk pertumbuhan tambahan dari hilum atau funiculus (pusar
biji) yang menempel atau menutupi permukaan luar biji.

Beberapa contoh ciri khas pada fructus :


1. Pada beberapa buah mempunyai sekat yang membagi ruang dalam ovarium
yang masak yang disebut loculi, contoh : Capsici Fructus dan Cardamomi
Fructus.
2. Pada suku Umbelliferae umumnya buah terdiri dari 2 karpel (daun buah) yang
menjadi satu disebut bikarpel
3. Buah mempunyai berkas pembuluh yang disebut vitae dan saluran lemak.
4. Buah yang tidak memiliki rambut kelenjar tetapi ada beberapa buah yang
mempunyai rambut kelenjar, contohnya Anisi Fructus.

Alat dan Bahan


Alat: mikroskop cahaya, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, jarum.
Bahan untuk identifikasi batang dan buah: potongan kering dan serbuk batang
brotowali, batang kayu secang, buah pare, buah adas manis dan buuah lada
hitam.

Prosedur kerja
1. Ambil sedikit serbuk caulis/fructus, amati makroskopis dan
organoleptisnya. Untuk makroskopis, amati dan catat warna dan
teksturnya, bagaimana butirannya. Untuk organoleptis, dekati serbuk
simplisia ke hidung Anda dan perhatikan apakah ada aroma/bau dari
serbuk tersebut. Lalu, ambil sedikit serbuk dengan ujung jari dan
letakkan di ujung lidah Anda. Perhatikan bagaimana rasa dari serbuk
tersebut. Catathasilnya pada halaman lembar hasil pengamatan.
2. Untuk pengamatan mikroskopis, terlebih dahulu buatlah
preparat/sediaan dengan mengambil sedikit serbuk caulis/fructus
(gunakan jarum pentul) dan letakkan di kaca objek. Teteskan air
secukupnya dengan menggunakan pipet tetes, dan tutup dengan kaca
penutup. Amati di bawah mikroskop mulai dari perbesaran yang paling
kecil sampai besar. Perhatikan fragmenspesifik yang ditargetkan dan
catat pada lembar pengamatan.

Daftar Pustaka

- Gembong Tjitrosoepomo, Morfologi Tumbuhan, (Gadjah Mada


University Press, 2009), h.74-79.
- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut Sains Dan
Teknologi Al-kamal
- Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal
Indonesia. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
- Depkes RI. 1977,1978,1979,1980,1989,1995. “Materia MedikaIndonesia,
Jilid I,II,III,IV,V,dan VI.” .Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Modul 6
Identifikasi Makroskopis dan Mikroskopis :
Semen dan Rhizoma
Uraian teori
Semen (biji)
Biji ( bahasa Latin : Semen) adalah bakal biji (ovulum) daritumbuhan berbunga yang
telah masak. Kata “biji” adalah pinjaman dari bahasa Sanskerta, bija. Kata “biji” acap
dipertukarkan penggunaannya dengan “benih” dan“bibit”.Biji (Semen) adalah bakal
biji dari tumbuhan berbunga yang telah masak.Biji merupakan suatu bentuk inti hasil
dari persarian dan bakal tanaman mini(embrio) yang masih dalam keadaan
perkembangan terkekang (dorman). Bijitersebut dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa
campur tangan manusia misalnya terbawa angin, air, atau melalui perantaraan binatang.
Bagian-bagian dari biji yaitu :
1. Kulit Biji (spermoderm) Pada tumbuhan biji tertutup (angiospermae), kulit biji
terdiri atas dualapisan, yaitu: Lapisan kulit luar (testa), mempunyai sifat
bermacam-macam,tipis, kakau seperti kulit atau keras seperti kayu atau batu,
berwarna merah, biru, pirang, kehijau-hijauan, licin, rata atau permukaan yang
keriput. Bagian ini merupakan pelindung utama bagi biji yang ada di dalam.
Lapisan Kulit dalam (tegmen), biasanya tipis seperti selaput, disebut juga kulit
ari.
2. Tali pusar/funiculus Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji
dengan tembuni, jadi merupakan tangkainya biji.
3. Inti (isi biji): nucleus seminis Inti biji terdiri atas :
-lembaga (embrio) yang merupakan calon individu baru.
-putih Lembaga (albumen), merupakan jaringan berisi cadangan makanan
untuk masa permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah).

Biji merupakan suatu struktur kompleks, yang terdiri dari embrio ataulembaga, kulit
biji dan persediaan makanan cadangan. Dalam biji banyak tumbuhan, makanan
disimpan di dalam lembaga biji itu sendiri, pada tumbuhanlain, makanan disimpan
dalam jaringan di sekelilingnya. Cerita lengkapmengenai biji harus menerangkan
perubahan-perubahan yang terjadidalamstamen dan pistil, proses penyerbukan,
perkembangan embrio, pembentukankulit biji dan perkembangan penyediaan
cadangan makanan yang digunakanoleh tumbuhan muda ketika biji berkecambah.Biji
dapat mengalami masa tidak aktif akibat kandungan air dalam biji yangrendah, yaitu
sekitar 5-10%, dormansi pada biji dapat dilihat pada kulit bijiyang keras dan
menghalangi penyerapan air dan oksigen. Pada kondisi yangtertentu yang
memungkinkan biji untuk tumbuh, bijikan untuk mengahiri masadorminansinya dan
melalui perkecambahan embrio. Pada perkembamganembrio saat berkecambah, bagian
plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar.

Rhizoma
Rhizoma merupakan bagian batang yang tumbuh arah vertikal, miring, horizontal
dengan permukaan tanah, dimana masih ada bagian yang masih terbenam di dalam
tanah. Pada permukaan ada berkas daun atau akar-akar kecil.
Identifikasi Rhizoma
Dalam mengidentifikasi rhizoma, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Bagian luar yaitu bentuk asli rimpang dan warna bagian luar dapat berwarna hijau
kotor, kuning sampai kuning merah.
2. Tanda- tanda permukaan yaitu ada garis melingkar, warna bagian dalam kuning
(temulawak, kunyit) tau coklat muda (jahe)
3. Bau dan rasa
4. Struktur rhizoma seperti batang monokotil, memiliki epidermis, endodermis, cortex,
dll. Pada zingiberaceae, di dalam cortex dan parenkim berisi amilum atau mengandung
kantong sekret.
Dalam botani, rimpang (rhizoma) adalah modifikasi batang tumbuhan yang tumbuhnya
menjalar di bawah permukaan tanah dan dapat menghasilkan tunas dan akar baru dari
ruas-ruasnya. Suku temu-temuan (Zingiberaceae) dan paku-pakuan (Pteridophyta)
merupakan contoh yang biasa dipakai untuk kelompok tumbuhan yang memiliki organ
ini. Rhizoma biasanya memiliki fungsi tambahan selain fungsi pokok seperti batang.
Yang paling umum adalah menjadi tempat penyimpanan produk metabolisme tertentu.
Rimpang menyimpan banyak minyak atsiri dan alkaloid yang berkhasiat pengobatan.
Rhizoma yang membesar dan menjadi penyimpanan cadangan makanan (biasanya
dalam bentuk pati) dinamakan tuber (umbi batang). Geragih (stolon) juga merupakan
modifikasi batang sebagaimana rhizoma. Berbeda dengan rhizoma, stolon menjalar di
sekitar permukaan tanah.
Alat dan bahan
Alat: Object glass, cover glass, mikroskop, alat tulis.
Bahan: Aquadest, kloralhidrat, serbuk simplisia biji jarak, rimpang kunyit
dan rimpang kencur.

Prosedur kerja
1. Persiapan serbuk simplisia.
2. Pemeriksaan organoleptis ; Periksalah organoleptis dengan seksama
meliputi warna, bau dan rasa dari simplisia.
3. Pemeriksaan mikroskopis dengan aquadest/ kloralhidrat;
-)Ambil sedikit serbuk simplisia, letakkan pada object glass,
-)Tambahkan satu-dua tetes air, lalu tutup dengan cover glass,
-)Amati fragmen-fragmen dari masing-masing simplisia denganseksama,
4. Gambarlah hasil pengamatan saudara dan beri keterangan pada tiap
fragmen yang saudara gambar.

Daftar Pustaka
- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut Sains Dan
Teknologi Al-kamal.
- Estiti, B.H. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
- Eliyanoor, B. 2002. Penuntun Praktikum Farmakognosi: Makroskopik dan
Mikroskopik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: xxv + 189 hlm.
- Vilya syafriana,dkk. 2020. Petunjuk dan paket materi praktikum
farmakognosi. Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
Modul 7
Identifikasi makroskopis dan mikroskopis :
Radix dan flos

Uraian teori

Radix
Akar merupakan bagian terpenting ketiga setelah daun dan batang. Jelas disini apa yang
dimaksud dengan akar yaitu sebuah organ utama pada tumbuhan yang berfungsi
sebagai penyerap unsur hara dan juga air dari tanah, menegakkan tumbuhan itu sendiri,
dan juga bermetamorfosis menjadi sebuah alat yang memiliki beranekaragam fungsi,
salah satunya sebagai alat penempel ataupun alat respirasi
Kondisi lingkungan sering kali mempengaruhi pertumbuhan akar. Sistem perakaran
tumbuhan yang hidup ditanah kering biasanya berkembang lebih baik .pada tumbuhan
yang hidup pada tanah berpasir, perkembangan akarnya dangkal, mendatar, dan akar
lateral menyebar dekat dibawah permukaan tanah.struktur akar banyak ragamnya.
Berdasarkan fungsinya, dikenal akar penyimpanan, akar udara, akar sukulen, akar
panjat, akar penunjang, akar napas ( Pneumetafor ), dan akar yang yang bersimbosis
dengan jamur (mikorhiza ).
Berdasarkan asal usulnya, terdapat dua tipe akar , yaitu akar tunggang dan akar serabut
(adventitious). Akar tunggang berkembang dari ujung embrio yang terbatas, sedangkan
akar serabut berkembang dari jaringan akar dewasa atau dari bagian lain tubuh
tumbuhan, seperti batang dan daun.
1.Akar tunggang: Akar tunggang terdapat pada tumbuhan dikotil. Akar tunggang
mempunyai fungsi utama yaitu guna menyimpan makanan.contoh dari akar tunggang
adalah kangkung dan wortel.

2. Akar Serabut: Akar serabut terdapat pada tumbuhan monokotil. Walaupun


terkadang, tumbuhan yang dikotil juga dapat mempunyai (tumbuhan dikotil tersebut
dikembangbiakkan dengan melalui cara cangkok atau dengan stek). Fungsi utama dari
akar serabut ialah agar dapat memperkokoh berdirinya tumbuhan. Contoh dari akar
serabut adalah padi
Tiga fungsi utama akar bagi tanaman adalah alat pertautan tanaman ke tanah, alat
penyalur larutan nutrisi dari tempat sarapan ke organ lain tanaman. Fungsi
tambahannya adalah tempat aktivitas metabolik, misalnya: respirasi, tempat
penyimpanan bahan cadangan makanan, misalnya kabohidrat, tempat penghasil
fitohormon, misalnya sitokinin (Agustina. 2004). Akar bagi tumbuhan mempunyai
tugas untuk Memperkuat berdirinya tumbuhan, Untuk menyerap air dan zat-zat
makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam tanah, Mengangkut air dan zat-zat
makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan, Kadang-
kadang sebagai tempat untuk penimbunan makanan.
Rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar (pilus radicalis), yaitu bagian akar yang
sesungguhnya hanyalah merupakan penonjolan sel-sel kulit luar akar yang panjang.
Bentuknya seperti bulu atau rambut, oleh sebab itu dinamakan rambut akar atau bulu
akar. Dengan adanya rambut-rambut akar ini bidang penyerapan akar menjadi amat
diperluas, sehingga lebih banyak air dan zat-zat makanan yang dapat dihisap. Tudung
akar (calyptra), yaitu bagian akar yang letaknya paling ujung, terdiri atas jaringan yang
berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah.

Flos
Bunga merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini bukanlah organ pokok
dan merupakan modifikasi (perubahan bentuk) dari organ utama yaitu batang dan daun
yang bentuk, susunan, dan warnanya telah disesuaikan dengan fungsinya sebagai alat
perkembangbiakan pada tumbuhan. Jika kita memperhatikan bagian dasar bunga dan
tangkai bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan
mahkota bunga merupakan modifikasi dari daun yang bentuk dan warnanya berubah.
Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami
metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi. Terdapat
dua jenis bunga yaitu bunga uniseksual dan biseksual. Uniseksual yaitu jika pada satu
bunga hanya ada salah satu jenis alat pembiakan, disebut bunga jantan dan betina
sedangkan bunga biseksual yaitu jika pada satu bunga hadir kedua jenis alat
pembiakan, berarti bunga jantan dan betina gabung dalam satu bunga.
Secara botani, bunga adalah bagian tanaman untuk menghasilkan biji. Penyerbukan d
an pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang
lebih lanjut membentuk buah. Pada tumbuhan berbunga, buah adalah struktur yang
membawa dan melindungi biji.
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi atau mengalami perubahan (organ
metamorpha). Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang
dirangsang oleh komposisi fitohormon tertentu. Bunga dapat digolongkan ke dalam
bunga sempurna (bunga lengkap) dan bunga tidak sempurna (bunga tidak lengkap).
Bunga lengkap atau bunga sempurna (floscompletus) yaitu jenis bunga yang memiliki
bagian steril (receptacle, petala, sepala) dan bagian fertil (androecium, gynoecium).
Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flosin-completus) yaitu jenis bunga
yang tidak memiliki salah satu organ pada bagian steril atau fertil.

Berdasarkan jumlah bunga, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbunga


tunggal (planta uniflora) dan tumbuhan berbunga majemuk (planta multiflora).
Berdasarkan letaknya, bunga dibedakan menjadi bunga terminal bila letaknya di ujung
cabang atau di ujung batang, dan bunga aksiler apabila bunga terletak di ketiak daun.

Pembentukan bunga pada tanaman merupakan salah satu fase pertumbuhan generatif
untuk terjadinya pembentukan biji dan buah. Tidak semua tanaman berbunga dapat
menghasilkan biji atau buah tergantung dari sifat tanaman dan keberhasilan
penyerbukan antara bunga jantan dan bunga betina. Setiap bunga mempunyai sifat
yang berbeda-beda dan tidak semua bunga mempunyai bagian bunga yang lengkap.
Begitu pula dengan tipe perbungaan, letak organ fertil, letak bunga serta jumlah bunga.
Alat dan bahan :
Alat : object glass, cover glass, mikroskop, alat tulis
Bahan : aquadest, kloralhidrat, serbuk simplisia akar manis dan bunga
cengkeh.

Prosedur kerja
1. Persiapan serbuk simplisia
2. Pemeriksaan organoleptis; periksalah organoleptis dengan seksama
meliputi warna, bau dan rasa dari simplisia.
3. Pemeriksaan mikroskopis dengan aquadest/kloralhidrat;
- Ambil sedikit serbuk simplisia, letakan pada object glass,
- Tambahkan satu-dua tetes air, lalu tutup dengan cover glass,
- Amati fragmen-fragmen dari masing-masing simplisia dengan
seksama,
4. Gambarlah hasil pengamatan pada buku laporan, beri keterangan
pada tiap fragmen yang telah di gambar.
Daftar pustaka
- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut
Sains Dan Teknologi Al-kamal.
- Vilya syafriana,dkk. 2020. Petunjuk dan paket materi praktikum
farmakognosi. Institut Sains Dan Teknologi Nasional.
- Anggraini nelly, 2016. Laporan praktikum akar(radix).
Universitas PGRIPalembang
Modul 8
Identifikasi senyawa kimia dalam tumbuhan
Uraian teori
Sebuah tumbuhan dapat menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder.
Metabolit primer adalah produk yang dihasilkan dari proses metabolisme primer
seperti karbohidrat,protein,lemak dan asam nukleat. Senyawa aktif yang terkandung
di berbagai jenis tumbuhan atau tanaman dapat digunakan untuk pengobatan dalam hal
untuk kesehatan. Metabolit sekunder merupakan merupakan hasil dari proses
metabolisme sekunder. Metabolit sekunder pada tumbuhan kadarnya relatif sedikit
dibandingkan dengan metabolit primer namun jenisnya sangat banyak. Fiehn (2002)
menyatakan bahwa tumbuhan menghasilkan 200.000 lebih metabolit sekunder. Pada
senyawa berfungsi sebagai fitohormon,pigmen fotosintesis, pigmen aksesoris,
alelopati, adaptasi, penarik polinator, serta petahanan dari herbivore, mikroorganisme
dan juga untuk pertumbuhan dan perkembangan. Metabolit sekunder yang dimiliki
tumbuhan digunakan manusia sebagai pewarna, kosmetik, insektisida, penyedap rasa,
dan juga sebagai obat. Salah satu pengelompokan metabolit sekunder tumbuhan
dikelompokan yang banyak digunakan adalah berdasarkan struktur kimia dan aktivitasi
fisiologi. Berdasarkan struktur metabolit sekunder dikelompokan menjadi flavonoid,
saponin, quinon, triterpenoid, tanin, steroid, dan alkaloid. Pemanfaatan tumbuhan
sebagai obat mengelompokkan tumbuhan metabolit sekunder berdasarkan aktivitas
fisiologi dan efek terapeutik. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan
bervariasi dalam jenis dan kuantitasnya. Jenis metabolit sekunder yang dihasilkan
sering berasosiasi dengan tingkat pertumbuhan. Sebagai contoh anthosianin dihasilkan
saat fase pembungaan, dan klorofil dihasilkan pada daun. Jenis metabolit sekunder
yang dihasilkan tumbuhan juga bervariasi antara satu organ dengan organ tumbuhan
lainnya.
Perbedaan kandungan metabolit sekunder yang dimiliki tumbuhan sangat dipengaruhi
oleh lingkungan dan genetik. Beberapa penelitian menunjukan bahwa C. asiatica
memiliki variasi kandungan metabolit sekunder Bermawie (2007) menyatakan bahwa
perbedaan keragaman sifat morfologi seperti warna, ukuran, bentuk stolon, dan daun
mempengaruhi kandungan asiatikosida. Hal yang lain ditemukan oleh Tiwari dkk
(2000) bahwa kandungan triterpenoid yang tinggi dapat diperoleh pada C.asiatica yang
mendapat cahaya penuh.
Fenolik merupakan metabolit sekunder terdapat pada tanaman dengan gugus
aromatis dan satu atau dua gugus hidroksil. Beberapa contoh senyawa fenol
antara lain: hidrokuinon, fenol sederhana (katekol, orsinol, pirogalol, dan
sebagainya), asam fenolat (asam salisilat, vanilat, protokatekuat), dan fenil
propanoid (asam hidroksisinamat, kumarat, kafeat, ferulat) (Hanani 2015).
Tanin adalah suatu polifenol yang mampu menyebabkan koloid dalam airdan
membentuk endapan dengan adanya protein. Tanin dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Contoh tanin terhidrolisis
adalah galotanin dan elagitanin. Contoh dari tanin terkondensasi adalah
flobafen/flobatanin (Hanani 2015).

Flavonoid merupakan senyawa fenol karena itu sifatnya seperti fenol yaitu
agak asam dan warnanya akan berubah jika ditambah dengan basa atau
amonia. Flavonoid sering dijumpai bentuk glikosidanya dibanding bentuk
bebas (aglikon) (Hanani 2015).
Saponin adalah metabolit sekunder yang memiliki bobot molekul tinggi.
Saponin adalah glikosida dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah
(Hanani 2015).
Alkaloid merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan dan hewan, dengan
sifat basa, umumnya memiliki atom N pada sistem cincin heterosiklik (tidak
semua anggota cincin memiliki atom N). Sering memiliki aktivitas biologis
pada manusia dan hewan (Hanani 2015).

Alat dan Bahan

Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, penangas air,
pembakar spritus.
Bahan : Bahan simplisia, serbuk Mg, alkohol, HCl pekat, FeCl3 5%, HCl 2%,
reagen Dragendorf, reagen Meyer, Fehling A, Fehling B, NaOH.

Prosedur kerja
Persiapan sampel
15 gram serbuk ditambahkan 100 ml air panas kemudian didihkan selama 15
menit dan disaring, filtrat yang diperoleh digunakan untuk percobaan (larutan
A).
1) Identifikasi Flavonoid :
Larutan A sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi ditambahkan
0,1 gram serbuk Mg, 2 ml larutan alkohol : asam klorida (1:1)
dan pelarut amil alkohol. Campuran ini dikocok kuat-kuat,
kemudian dibiarkan memisah. Reaksi positif jika
menunjukkan warna merah/kuning/jingga pada amil alkohol.

2) Identifikasi tanin :
Sebanyak 5 ml larutan A ditambah pereaksi FeCl3 5% b/v
akan menghasilkan warna hijau violet. Pengujian lain
dilakukan dengan cara: Larutan uji ditambahkan larutan 10%
gelatin akan timbul endapan putih. Larutan uji ditambahkan
larutan NaCl-gelatin (larutan 1% gelatin dalam larutan 10%
NaCl dengan perbandingan 1:1). akan timbul endapan dan
dibandingkan dengan hasil yang diatas.
3) Identifikasi saponin :
Serbuk 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahair panas 10 ml, dinginkan lalu dikocok
kuat-kuat selama 10 detik. Saponin positif bila terbentuk buih
yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm. Pada penambahan 1
tetes asam klorida 2N buih tidak hilang.
4) Identifikasi Alkaloid :
Masukkan 5 ml larutan A dalam tabung reaksi, kemudian
ditambah 1,5 mlHCl 2%. Larutan dibagi 3 sama banyak dalam
tabung reaksi :
a) Tabung I untuk pembanding
b) Tabung II ditambahkan 2-4 tetes reagen Dragendorff
menunjukkan adanya kekeruhan atau endapan coklat
c) Tabung III ditambahkan 2-4 tetes reagen Meyer
menunjukkan adanyaendapan putih kekuningan.
5) Identifikasi Fenolik :
Masukkan 5 ml larutan A dalam tabung reaksi, ditambahkan
5 ml FeCl3 maka akan terbentuk warna ungu
6) Identifikasi Triterpenoid/Steroid
Penyiapan larutan uji: Serbuk simplisia 1 g diekstraksi dengan
etanol 96%20 mL selama 15 menit, kemudian saring. 1 mL
filtrat direaksikan dengan0,5 mL Liebermann-Burchard (asam
asetat anhidrida dan H2SO4 pekat) akan menghasilkan warna
hijau biru. Identifikasi lain dengan cara penambahan vanilin-
H2SO4 atau anisaldehid- H2SO4 akan menghasilkan warna
biru, hijau, merah dan coklat.
7) Identifikasi Curcumin
Serbuk ditambahkan larutan NaOH akan berwarna merah bata
Daftar pustaka

- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut


Sains Dan Teknologi Al-kamal.
- Silalahi marina, 2013. JDP : Peningkatan kandungan metabolit
sekunder tumbuhan melalui penambahan prekursor pada media
kultur in vitro. Universitas kristen indonesia.

- Humairah arfi, dkk. Identifikasi senyawa metabolit sekunder pada


tumbuhan belaran tapah. Program studi kehutanan. Fakultas
kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
Modul 9

Identifikasi minyak lemak, lemak dan lilin

Uraian materi

Lemak

Lipida atau lemak merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan dalam
sel jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut non polar seperti
(eter, kloroform, dan benzena). Lipid bersifat non polar atau hidrofolik.
Penyusun utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dengan tiga
asam lemak yang bisa beragam jenisnya. Rumus kimia trigliserida adalah
CH2COOR-CHCOOR’-CH2-COOR‖ dimana R, R’ dan R‖ masing-masing
adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH,
R’COOH dan R‖COOH. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida yang
terdapat secara alami dapat bervariasi, namun panjang yang paling umum
adalah 16,18, atau 20 atom karbon. Penyusun lipida lainnya berupa gliserida,
monogliserida, asam lemak bebass, lilin (wax), dan juga kelompok lipida
sederhana yang mengandung komponen asam lemak) seperti derivate
senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivate steroida. Lipida sering berupa
senyawa kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat
(Glikolipida). Lipid merupakan komponen membran plasma, hormon, dan
vitamin.

Gliserol merupakan sebuah komponen utama dari semua lemak dan minyak,
dalam bentuk ester yang disebut gliserida. Gliserol ditemukan untuk memiliki
berbagai macam kegunaan dalam pembuatan berbagai produk dalam negeri,
industri, dan farmasi. Gliserol (CH2OH.CHOH.CH2OH atau propana-1, 2, 3-
triol) memiliki bentuk murni, yaitu bening, tidak berbau, dan kental. Gliserol
dapat larut dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam banyak pelarut umum
seperti eter dan dioksan, dan tidak larut dalam hidrokarbon. Pada suhu rendah,
gliserol kadang-kadang membentuk kristal yang cenderung meleleh pada
17,9oC. Gliserol cair mendidih pada 290oC di bawah rekanan atmosfer
normal.

Fungsi lipida termasuk :

1. Sebagai penyusun struktur membran sel Dalam hal ini lipid berperan
sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-material.

2. Sebagai cadangan energi, penyimpan makanan, dan transport. Lipid


disimpan sebagai jaringan adipose.

3. Sebagai hormon dan vitamin Hormon mengatur komunikasi antar sel,


sedangkan vitamin membantu regulasi proses-proses biologis.

4. Kulit pelindung komponen dinding sel

Komponen lipid juga dapat diklasifikasikan bedasarkan sifat polaristasnya.


Berdasarkan polaritasnya, lipid dibagi atas non-polar dan polar. Kelompok
lipid yang bersifat non polar yaitu :

1. Alkana dan alkena : hidrokarbon yang tersusun atas lebih dari 36 atom
karbon, berbentuk jenuh atau tak jenuh. Hidrokarbon ditemukan pada serum
manusia. Pada tumbuhan ditemukan dalam bentuk karotenoid.

2. Lemak alkohol : merupakan alkohol aliphatik dengan hidrokarbon jenuh


atau tak jenuh, denga panjang 6-26 atom karbon.
3. Lilin : merupakan ester dari asam lemak dan alkohol rantai panjang

4. Sterol : ditemukan pada tanaman (fitosterol) dan hewan (kolesterol)

5. Tokoferol : merupakan vitamin E, yang ditemukan pada sumber minyak.

6. Trigliserida : tersusun atas gliserol dan asam-asam lemak. Kelompok lipid


yang bersifat polar umumnya merupakan penyusun membran sel, yang
bersifat larut air.

Golongan lipid polar (Sikorski, 2007 :178-179) antara lain :

1. Fosfolipid : lipidyang berikatan dengan fosfat

2. Glikolipid : lipid yang berikatan dengan komponen karbohdirat

3. Proteolipid : lipid yang tersusun atas satu residu asam amino yang
dihubungkan dengan asam atau alkohol rantai panjang.

Lilin

Lilin adalah ester asam lemak berantai panjang yang jenuh dan tidak jenuh
(mempunyai atom karbon dari 16 sampai 9 22). Lilin dibentuk dan
dipergunakan dalam jumlah besar pada kehidupan laut, terutama pada
organisme plankton, yang menggunakan lilin sebagai bentuk penyimpanan
utama dari bahan bakar penghasil kalori (Lehninger, 1993).

Alat dan bahan

Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, penangasair,
pembakar spritus, kertas saring, pipet, obyek dan deck glass, termometer,
penangas es.

Bahan : minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedelai, minyak zaitun,


minyak lini, minyak ikan, gliserol, adeps lanae, cera alba, cera flava,cetaceum,
asam sulfat pekat, kalium hidrogen sulfat, reagen Hubl, larutan sukrosa 10%
dalam asam klorida, PE, eter, kloroform, etanol90%, NaOH 3N, HCl 2N, asam
asetat anhidrat.

Prosedur kerja

1. Uji noda lemak


Teteskan minyak lemak pada kertas saring, biarkan mengering. Amati
noda lemak yang jernih atau trasnparan.
2. Uji kelarutan
-)Teteskan 1 tetes minyak lemak pada tabung reaksi
-)Tambahkan pelarut masing-masing (eter, kloroform, alkohol 90% danair) sampai
tepat larut, catat berapa tetes pelarut yang digunakan.
3. Uji pembentukan emulsi
-)Kocok minyak kelapa dalam tabung reaksi dengan 5 ml air. Amati apayang
terjadi.
-)Dalam tabung tersebut kemudian ditambahkan sedikit air sabun dan
amati apa yang terjadi.
4. Pembentukan sabun (saponifikasi)
Didihkan 1 ml minyak lemak dalam 2 ml larutan NaOH 2N, tambahkan 3ml
air, amati sabun yang terjadi. Bagi larutan menjadi 3 bagian yang sama
-)Tabung I ditambahkan dengan larutan HCl 2N
-)Tabung II ditambahkan dengan larutan kalsium klorida
-)Tabung III ditambahkan dengan larutan magnesium sulfat
-)Amati apa yang terjadi

5. Uji ketidakjenuhan (halogenasi)


Pereaksi Hubl : Larutkan 15 gram raksa (II) klorida ke dalam 250 ml etanol
95% campur dengan larutan iodium dalam etanol (13 gram iodiumdalam 250
ml etanol 95%), lalu disaring.
-)Dalam tabung reaksi masukkan 0,2 ml minyak lemak, tambahkankloroform
5 ml dikocok.
-)Teteskan pereaksi hubl sampai warna iodium dalam iodoform tetap, yaitu
ungu.
-)Catat volume pereaksi hubl yang digunakan.
6. Uji gliserol
-)Dalam tabung reaksi yang tahan panas masukkan kalium hidrogen sulfat
setinggi 5 mm, teteskan gliserol 5 tetes tambahkan sedikit serbuk kalium
hidrogen sulfat. Panaskan pelan-pelan pada nyala spiritus sampai tercium bau
yang merangsang air mata.

7. Penetapan jarak lebur


Lemak padat (Oleum Cacao, Cera alba, Adeps lanae, dipanaskan hati-hati
usahakan kenaikan suhu 2o C per menit) dalam penangas air dan catat suhunya
mulai meleleh sampai meleleh sempurna.
8. Uji adanya sterol :
Uji Liebermann Burchard
Sepuluh tetes minyak atau 0,5 g Adeps Lanae dilarutkan ke dalam 3 ml
klorofrom, tambahkan asam cuka anhidrida 1 ml dan asam sulfat pekat 2 tetes
dengan hati-hati. Campur dan amati warna yang terjadi. Reaksi positif bila
terjadi warna hijau zamrud.
Uji Salkowski
Adeps lanae 0,5 gram ditambahkan kloroform 3 ml, kemudian pelan-pelan
ditambahkan asam sulfat pekat. Lapisan kloroform akan memberikanwarna
merah sampai biru dan lapisan asam akan memberikan warna hijauflorescens.

Uji formaldehid
Adeps lanae 0,5 iram ditambahkan kloroform 3 ml, kemudian pelan-pelan
ditambahkan asam sulfat 5 tetes dan 3 tetes formaldehid. Lapisan kloroform
akan memberikan warna merah. Pada penambahan asam asteat anhidrat pada
lapisan berair, akan terbentuk warna biru. Uji ini lebih sensitif daripada uji
Salkowski.
9. Uji khusus Oleum Lini
Oleum lini atau minyak cat memiliki titik beku rendah dan mengandung asam
lemak tak jenuh berkadar tinggi, sehingga pengeringan membentuk lapisan
vernis. Satu tetes minyak cat diratakan pada gelas obyek, biarkan mengering
di udara. Lapisan vernis yang keras akibat oksida terhadap asam lemak tak
jenuh oleh oksigen di udara.
10. Uji khusus Oleum Sesami
-)Minyak wijen mengandung sesamol
-)Minyak wijen 5 ml dicampur dengan larutan sukrosa 10% dalam asam
klorida pekat.
-)Amati warna yang terjadi.

Daftar pustaka

-) Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut


Sains Dan Teknologi Al-kamal.
-) Mamuaja F. Christine, 2017. Lipida. Universitas Sam
Ratulangi. Manado
-) Nur fitriana yolla arinda, Ardhista shabrina fitri. 2019. Uji lipid
pada minyak kelapa, margarin, dan gliserol. Vol 16(1) Hal 19-23
Modul 10
Identifikasi minyak atsiri
Uraian teori
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung
aroma atau wangi yang khas, hal ini disebabkan minyak atsiri dari beberapa
tanaman bersifat aktif biologis sebagai antioksidan dan antibakteri. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dari daun sirih dan rimpang
temu kunyit memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung
aroma atau wangi yang khas, hal ini disebabkan minyak atsiri dari beberapa
tanaman bersifat aktif biologis sebagai antioksidan dan antibakteri. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dari daun sirih dan rimpang
temu kunyit memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Elistina, 2005). Analisis
minyak tumbuhan dapat dilakukan dengan cara kromatografi gas, dimana
komponen-komponen dalam minyak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan analisis minyak mentah dan minyak
atsiri dalam buah memberikan hasil terbaik menggunakan kromatografi gas
secara kualitatif. Sedangkan secara spektroskopi yang paling bermanfaat
untuk identifikasi asam lemak dalam minyak adalah spektroskopi massa.
Gabungan kromatografi gas dan spektroskopi massa adalah cara analisis yang
paling baik untuk asam lemak berantai panjang.
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan mengandung
aroma atau wangi yang khas, hal ini disebabkan minyak atsiri dari beberapa
tanaman bersifat aktif biologis sebagai antioksidan dan antibakteri. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dari daun sirih dan rimpang
temu kunyit memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Elistina, 2005). Analisis
minyak tumbuhan dapat dilakukan dengan cara kromatografi gas, dimana
komponen-komponen dalam minyak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan analisis minyak mentah dan minyak
atsiri dalam buah memberikan hasil terbaik menggunakan kromatografi gas
secara kualitatif. Sedangkan secara spektroskopi yang paling bermanfaat
untuk identifikasi asam lemak dalam minyak adalah spektroskopi massa.
Gabungan kromatografi gas dan spektroskopi massa adalah cara analisis yang
paling baik untuk asam lemak berantai panjang.
Minyak atsiri mengandung bermacam-macam komponen kimia yang berbeda,
namun komponen tersebut dapat di golongkan kedalam 4 kelompok besar
yang dominan menentukan sifat minyak atsiri, yaitu :
1. Terpen, ada hubungannya dengan isoprena atau isopentena
2. Persenyawaan-berantai lurus
3. Turunan benzena
4. Persenyawaan lainnya.
Sebagian besar minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara penyulingan
menggunakan uap atau disebut juga dengan cara hidrodestilasi. Penyulingan
dapat didefinisikan sebagai pemisahn komponen-komponen suatu campuran
dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
masing-masing zat tersebut. Proses penyulingan dengan demikian merupakan
proses penting bagi produsen minyak atsiri. Secara umum ada dua macam
sistem penyulingan campuran cairan yang perlu dikemukakan :
1. Penyulingan dari campuran cairan yang saling tidak melarut dan
selanjutnya membentuk dua fase. Pada prakteknya, penyulingan
tersebut di lakukan untuk memurnikan dan memisahkan minyak atsiri
dengan cara penguapan, dan proses penguapan tersebut juga di maksud
untuk mengekstraksi minyak atsiri dengan bantuan uap air.
Penyulingan dapat dilakukan dengan cara memanaskan bahan baku
(tanaman penghasil minyak atsiri) dalam air mendidih pada suatu ketel
penyuling sehingga membentuk uap, atau dapat dilakukan dengan
memasukan bahan ke dalam ketel penyuling, selanjutnya di aliri
dengan uap panas yang dihasilkan dari ketel uap yang letaknya
terpisah.
2. Penyulingan dari campuran cairan yang saling melarut secara
sempurna dan hanya membentuk satu fase. Pada prakteknya, usaha
tersebut dilakukan untuk memurnikan dan memisahkan fraksi-fraksi
minyak atsiri tanpa menggunakan uap panas.
Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan, yaitu :
1. Penyulingan dengan air (water distillation)
Pada metode ini, bahan yang akan di suling kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara
sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air
dipanaskan dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan
panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan
memakai pipa uap berlingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas metode ini
ialah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis
bahan harus disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup dan
dapat bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap
langsung, bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang
kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi kedalam bahan.
2. Penyulingan dengan air dan uap (water steam distillation)
Penyulingan dengan air dan uap. Pada metode penyulingan ini, bahan olah
diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling di isi
dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan. Air
dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah
dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah uap selalu dalam
keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas; bahan yang di suling hanya
berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.
3. Penyulingan dengan uap langsung (steam distillation).
Penyulingan dengan uap. Metode ketiga disebut penyulingan uap atau
penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan yang telah
dibicarakan di atas, kecuali air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang
digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih
lebih dari 1 atmosfir. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang
berpori yang terletak di bawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui
bahan yang terletak di atas saringan.
Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi
atau penyedap (flavoring) selain itu minyak atsiri banyak juga digunakan
sebagai bahan pewangi kosmetik dan sabun. Minyak atsiri dapat
menetralisir bau yang tidak enak dari bahan, misalnya seperti bau busuk
pada kulit sintetis. Saat ini sudah dapat dibuat beberapa macam minyak
atsiri dari bahan mentah yang dahulu dikesampingkan atau dilupakan
karena baunya kurang di sukai. Sebagai contoh ialah penambahan
senyawa-senyawa aromatik ke dalam produk tertentu, seperti karet sintetik
dan lateks, ternyata lebih menguntungkan produsen.
Alat dan bahan
Alat : Gelas obyek + gelas penutup, gelas ukur, gelas kimia, kertas saring,
mikroskop, penangas air, pH indikator universal, pipet tetes kaca, tabung
reaksi, rak tabung reaksi.

Bahan : minyak cengkih, minyak sereh, minyak mawar, minyak adas,


minyak kayu manis, minyak lavender, minyak jeruk, minyak kayu putih,
gondopuro. Petroleum eter, etanol, kloroform, besi (III) klorida, natrium
hidroksida, fenilhidrazin HCl, NaCl, HCl pekat, H2SO4, natrium nitrit,
asetat glasial, kalium bromida serbuk, lakmus, cubeba fructus.

Prosedur kerja
1. Identifikasi umum untuk minyak atsiri :
a. Teteskan satu tetes minyak atsiri pada
permukaan air akan menyebar dan permukaan
air tidak keruh.
b. Teteskan satu tetes minyak atsiri pada sepotong
kertas saring dan bila dibiarkan minyak akan
menguap sempurna tanpa meninggalkan noda
lemak (transparan).
c. Kocoklah 1 minyak atsiri dengan 1 ml larutan
natrium klorida jenuh dalam gelas ukur 5 ml,
biarkan memisah kembali, voume lapisan air
tidak boleh bertambah.
d. Ukurlah daya larut minyak atsiri dalam etanol,
petroleum eter dan kloroform. 1 tetes minyak
atsiri larut jernih dalam berapa tetes pelarut.
e. Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak
atsiri : Ke dalam 2 mlminyak atsiri 25% dalam
etanol 90%, yang netral terhadap lakmus,
tambahkan setetes larutan besi (III) klorida.
Amati warna yangterjadi.
f. Reduksi minyak atsiri yang mengandung fenol
dan turunannya : Kedalam 2 ml minyak atsiri
ditambahkan larutan natrium hidroksida, kocok
pelan-pelan, amati apakah terjadi reduksi
volume.

2. Identifikasi komponen khusus dalam minyak atsiri


a. Uji ozason untuk minyak kayu manis:
Satu tetes minyak atsiri diteteskan pada gelas obyek,
dicampur dengan 2 tetes larutan fenilhidrazin HCL
dalam air, ditutup dengan gelas penutup, biarkan
beberapa menit. Amati kristal yang terjadi dengan
mikroskop.

b. Uji terhadap eugenol untuk minyak cengkih:


Setetes minyak atsiri masing-masing pada dua buah
obyek gelas. Pada salah satu obyek gelas ditambahkan
setetes larutan natrium hidroksida 3% yang dijenuhi
dengan kalium bromida. Amati kristal natrium
eugenolat yang terjadi di bawah mikroskop. Pada obyek
gelas yang lain ditambahkan dua tetes larutan besi
(III) klorida.
Amati warna yang terjadi.
c. Uji perbedaan Cubeba fructus dan Piperis nigri
fructus:

Setetes asam sulfat pada serbuk Cubeba fructus ada


obyek gelas. Amati warna yang terjadi dengan latar
belakang putih.
d. Uji adanya felandren:

Kocoklah 100 mg serbuk (atau secukupnya) Piperis


nigri Fructus dalam 5 ml petroleum eter, disaring, Filtrat
dicampur dengan 5 ml larutan natrium nitrit ( dibuat dari
5 g natrium nitrit dalam 8 ml air),kemudian tambahkan
5 ml asetat glasial sedikit demi sedikit, maka dalam
waktu 10 menit akan terbentuk kristal.

Daftar pustaka
- Gunawan I Wayan Gede, I Made Karda. 2015., Identifikasi
senyawa minyak atsiri dan uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol
kulit batang kepuh (Sterculia foetida L.) Chem. Prog Vol 8 No (1)
- Indriyati citra pramesti. 2013. Identifikasi komponen minyak atsiri
pada beberapa tanaman dari indonesia yang memiliki bau tidak
sedap. Universitas Pendidikan Indonesia.
- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut
Sains Dan Teknologi Al-kamal.
Modul 11
Identifikasi Glikosida
Uraian teori
Glikosida terdiri dari dua bagian yang independen secara kimiawi dan fungsional
bagian aglikon (genin) dan glikon (sakarida). Dalam glikosida, bagian sakarida terkait
dengan bagian aglikon oleh ikatan glikosidik. Ikatan glikosidik sebagian besar tidak
stabil dan rentan terhadap hidrolisis (oleh asam encer atau oleh enzim, misalnya, β-
glukosidase).
Ikatan glikosidik dibagi dalam 4 tipe, yaitu O-glikosida, C-glikosida, S-glikosida, dan
N-Glikosida.
Glikon paling sering adalah monosakarida, yang paling umum adalah glukosa (glukosa
yang menghasilkan glikosida disebut glukosida). Glikon yang sering terjadi lainnya
adalah L-rhamnose, L-fructose, L arabinose, dan D-xylose. Unit gula juga bisa berupa
di-, tri-, atau tetrasakarida (contoh dalam glikosida jantung). Konfigurasi karbon
anomerik dari glikon dapat ada sebagai α atau β diastereoisomer dengan bentuk-β yang
paling umum dan aktif. Jumlah unit / rantai sakarida yang melekat pada aglikon dapat
satu (monodesmoside), dua (bidesmoside), atau tiga (tridesmoside), yang umumnya
terlihat pada glikosida saponin. Berdasarkan struktur aglikonnya, kelompok utama
glikosida adalah terpene, sterol, fenol, atau glikosida fenilopropanoid. Glikosida juga
dapat diklasifikasikan (karena sifat gula yang melekat) sebagai galaktosida, apiosida,
rhamnosida, xilosida, rutinosida, dan sebagainya.
Glikosida adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan senyawa
gula melalui ikatan glikosida. Glikosida memainkan peranan penting dalam sistem
hidup suatu organisme. Beberapa tumbuhan menyimpan senyawa-senyawa kimia
dalam bentuk glikosida yang tidak aktif. Senyawa-senyawa kimia ini akan dapat
kembali aktif dengan bantuan enzim hydrolase yang menyebabkan bagian gula putus,
menghasilkan senyawa kimia yang siap untuk digunakan. Beberapa glikosida dalam
tumbuhan digunakan dalam pengobatan.
Bagian gula suatu glikosida terikat pada atom C anomerik membentuk ikatan glikosida.
Glikosida dapat terikat oleh atom O- (O-gloikosida), N- (glikosida amin), S-
(thioglikosida), C-(C-glikosida). Bagian gula suatu glikosida disebut sebagai glikon,
dan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Glikon dapat terdiri dari
gula tunggal (monosakarida) atau beberapa unit gula (oligosakarida).
Amygdalin merupakan glikosida yang pertama kali diidentifikasi oleh kimiawan
berkebangsaan Perancis, Pierre Robiquet dan Antoine Boutron- Charlard pada tahun
1830.Tumbuhan memiliki banyak jenis enzim yang dapat membentuk dan memutus
ikatan glikosida. Enzim paling dalam reaksi pemutusan adalah glikosida hidroksilasi,
dan enzim paling penting dalam sintesis glikosida adalah glikosiltransferase.
a. Klasifikasi berdasarkan glikon
Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah glukosa maka molekulnya
dinamakan sebagai glukosida,
Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah fruktosa maka molekulnya
dinamakan sebagai fruktosida,
Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah asam glukuronat maka
molekulnya dinamakan sebagai glukuronida dan sebagainya.
Dalam tubuh, senyawa racun seringkali terikat oleh asam glukuronat untuk
meningkatkan kelarutannya dalam air menghasilkan glukuronida yang dapat
tereksresikan dari dalam tubuh.
b. Klasifikasi berdasarkan ikatan glikosida.
Berdasarkan letak ikatan glikosida, di bawah atau di atas dari struktur datar
molekul gula, maka glikosida dapat diklasifikasikan sebagai alfa-glikosida
(bawah) atau beta-glikosida (atas). Beberapa enzim seperti alfa-amilase hanya
dapat menghidrolisis ikatan-alfa.
c. Klasifikasi berdasarkan aglikon
Glikosida juga diklasifikasikan berdasarkan senyawa agikon alamiahnya.
Klasifikasi ini banyak digunakan untuk tujuan keimuan biokimia dan
farmakologi.
Glikosida dapat terikat pada senyawa metabolit sekunder dan mempunyai efek
farmakologi yang berbeda, contohnya glikosida fenolik, glikosida kumarin,
glikosida
kromon, glikosida flavonoid, glikosida antrakuinon, glikosida saponin,
glikosida jantung, glikosida sianogenik, dan tioglikosida. Senyawa tersebut
memiliki aktivitas yang berbeda dan perlu diperhatikan juga efek samping dari
senyawa glikosida tersebut.

Alat dan bahan

Alat : Tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, penangas air,
corong pisah, pembakar spritus, kertas saring, batang pengaduk, pipet,
erlenmeyer, gabus, lampu UV 254 nm dan 366 nm.
Bahan : Larutan FeCl3 2%, Larutan Pb-asetat 25%, Amonia, NaOH 0,2 N, etil
asetat, metanol, KOH 10%, etanol 95%, logam Zn, HCl 2N, HCl pekat, asam
borat, asam sitrat, eter, aseton, daun singkong, kulit buahjeruk, lidah buaya.

Prosedur kerja

Identifikasi Glikosida Antrakuinon


1. Identifikasi terhadap glikosida anthrakinon bebas
0,5 g serbuk direndam dalam 50 mL air panas (baru saja mendididh) selama 5
menit, lalu disaring selagi masih panas. Filtrat di dinginkan. Filtrat ini kemudian
disari dengan eter sebanyak 3 kali, masing-masing menggunakan 10 ml eter,
kumpulkan sari eter dicuci dengan 5 ml air (bilaperlu sari eter dapat dipekatkan
sekedarnya), selanjutnya sari eter direaksikan dengan larutan amonia, NaOH atau
KOH. Timbulnya warna merah muda pada lapisan amonia, NaOH dan KOH
menunjukkan adanyaanthrakinon bebas.
2. Identifikasi adanya anthrakinon yang terikat sebagai glikosida
0,5 g serbuk direndam dengan campuran FeCl3 dan HCl (2:1) sampai semua
serbuk terendam, kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit
(sampai semua glikosida terhidrolisis sempurna), saring selagi masih panas, lalu
didinginkan. Filtrat ini kemudian disari dengan eter sebanyak 3 kali masing-
masing menggunakan 10 ml eter, kumpulkan sari eter dan cuci dengan 5 ml air
(bila perlu sari eter dapat dipekatkansekedarnya), selanjutnya direaksikan dengan
larutan encer amonia, NaOHatau KOH. Timbulnya warna merah muda pada
lapisan amonia, NaOH atau KOH menunjukkan adanya anthrakinon bebas yang
berasal dari hasilhidrolisis glikosida anthrakinon.
Identifikasi terhadap glikosida Flavonoid
1. Pembuatan larutan percobaan
0,5 g bahan serbuk disari dengan 10 ml metanol selama 10 menit diatas penangas
air, dicegah agar pelarut tidak terlalu banyak menguap, saring selagi larutan
masih panas menggunakan kertas saring kecil berlipat.Encerkan filtrat dengan
10 ml air dan pindahkan ke corong pisah, tambahkan 5 ml petroleum eter (dalam
keadaan dingin), kocok hati-hati, setelah didiamkan beberapa saat, pisahkan fase
metanol. Uapkan fase metanol hingga kering, residu yang tersisa dilarutkan
dalam 5 ml etil asetat. Ambil bagian yang jernih untuk larutan percobaan.
2. Uji glikosida 3-flavonol
Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisa dilarutkan dalam
2 ml etanol 95% dan ditambahkan logam Zn, 2 ml HCL 2N, diamkan selama 1
menit. Kemudian tambahkan HCL pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi
perubahan warna menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol.
3. Uji shinoda
Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisa dilarutkandalam
1 ml etanol 95% dan ditambahkan logam magnesium dan 10 ml HCL pekat. Jika
terjadi warna merah sampai merah ungu, menunjukkan adanya flavonoid,
sedangkan jika terjadi warna kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon,
auron.
4. Reaksi Taubeck untuk flavonoid
Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering sisa dibasahi dengan
aseton, tambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam oksalat. Panaskan hati-
hati di atas penangas air, hindari panas yang berlebihan. Kedalam sisa ini
tambahkan eter. Pengamatan dilakukan dibawah UV 366nm, terjadi floresensi
kuning.

5. Reaksi Wilson untuk flavonoid


Larutan percobaan sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering sisa dibasahi dengan
aseton, tambahkan sedikit serbuk asam borat dan asam sitrat. Panaskan hati-hati
di atas penangas air, hindari panas yang berlebihan. Kedalam sisa ini tambahkan
aseton, terjadi warna kuning tetapi tidak floresensi.
6. Reaksi yang lain untuk flavonoid
Uapkan sebanyak 1 ml larutan percobaan hingga kering, larutkan sisanya ke
dalam 2 ml etanol 95%. Lakukan reaksi warna atau pengendapan dengan
pereaksi berikut dan amati warna endapan yang terjadi :
a. Larutan FeCL3 2% dalam air
b. Larutan Pb-asetat 25% dalam air
c. Amonia atau larutan NaOH 0,2 N.
Identifikasi terhadap glikosida sianogen
Kertas pikrat dibuat dengan mencelupkan potongan kertas saring ke dalam
larutan pikrat jenuh (0,05 M) dalam air, yang sebelumnya dinetralkan dengan
NaHCO3 dan disaring, setelah dikeringkan kertas dapat disimpan lama.
Percobaan: Beberapa potongan helai bahan uji yang masih segar ditempatkan
dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan setetes atau dua tetes airdan toluen dan
dilumatkan menggunakan batang pengaduk. Tabung kemudian ditutup kedap
dengan gabus yang digantungi kertas pikrat. Inkubasi dilakukan pada suhu 40 C
selama kurang lebih 2 jam. Adanya HCN akan mengakibatkan terjadinya
perubahan warna pada kertas pikrat dari kuning menjadi coklat kemerahan.
Apabila reaksi negatif, tabung tersebut tetap disimpan selama 2 hari untuk
diamati lagi, apakah HCN dibebaskan secara non enzim.

Daftar pustaka
- Julianto,Tatang Shabur Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan
Skrining Fitokima/ Tatang Shabur Julianto. --Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia, 2019
- Sastrohamidjojo, Hardjono. KIMIA MINYAK ATSIRI. Yogyakarta,
Febuari 2019
- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut
Sains Dan Teknologi Al-kamal.
Modul 12
Identifikasi alkaloid
Uraian teori
Alkaloid adalah kelompok metabolit sekunder terpenting yangditemukan pada
tumbuhan. Keberadaan alkaloid di alam tidak pernah berdiri sendiri. Golongan
senyawa ini berupa campuran dari beberapa alkaloid utama dan beberapa kecil.
Definisi yang tepat dari istilah ‘alkaloid’ (mirip alkali) agak sulit karena tidak ada batas
yang jelas antara alkaloid dan amina kompleks yang terjadi secara alami. Alkaloid khas
yang berasal dari sumber tumbuhan, senyawa ini bersifat basa, mengandung satu atau
lebih atom nitrogen (biasanya dalam cincin heterosiklik) dan mereka biasanya
memiliki aktivitas fisiologis yang pada manusia atau hewan lainnya.
Pada tahun 1803, alkaloid semi-murni telah diisolasi oleh Derosne dan pada tahun 1805
Serturner mengisolasi alkaloid opium (Papaver somniferum).
Alkaloid pertama yang disintesis adalah coniine dari Conium maculatum pada tahun
1886. Strychnine, Emetine, Brucine, Piperine, Caffeine, Quinine, Cinchonine dan
Colchicine alkaloid adalah landasan dari semua yang telah terjadi dalam kimia alkaloid
hingga hari ini. Sebagian besar alkaloid berasal dari amina oleh dekarboksilasi asam
amino.
Isolasi alkaloid pertama kali tercatat dimulai pada abad kesembilan belas bersamaan
dengan dikenalnya proses perkolasi untuk ekstraksi obat dari tumbuhan. pada tahun
1803,seorang Apoteker Prancis bernama Derosne melakukan isolasi senyawa alkaloid
yang kemudian dikenal sebagai narkotika dan diikuti oleh Sertürner yang menyelidiki
lebih lanjut senyawa morfin dari tumbuhan opium (1806, 1816). Setelah itu beberapa
jenis alkaloid lainnya juga telah berhasil diisolasi diantaranya strychnine (1817),
emetine (1817), brucine (1819), piperine (1819), caffeine (1819), quinine (1820),
colchicine (1820) dan coniine (1826). Coniine adalah alkaloid pertama yang diketahui
struktur kimianya (Schiff, 1870) dan berhasil disintesis oleh Ladenburg pada tahun
1889.
Alkaloid lainnya, seperti colchicine, baru ditemukan dan dijelaskan struktur Alkaloid
kimianya setelah satu abad berikutnya. Perkembangan metode ekstraksi, isolasi dan
instrumentasi yang modern sangat memudahkan penyelidikan. Pada paruh kedua abad
ke-20, alkaloid sangat menonjol dalam pencarian obat dari bahan tumbuhan untuk
aktivitas antikanker. Aktivitas fisiologis alkaloid lain diantaranya untuk anestesi, obat
penenang, stimulan.
Sifat umum alkaloid
Kebanyakan alkaloid memiliki rasa pahit, bersifat basa lemah, dan sedikit larut dalam
air dan dapat larut dalam pelarut organic non polar seperti dietil eter, kloroform dan
lain-lain. Beberapa alkaloid memliki warna seperti berberin yang berwarna kuning dan
garam sanguinarine dengan tembaga berwarna merah. Alkaloid akan terdekomposisi
oleh panas kecuali strychnine dan caffeine. Secara wujud kebanyakan alkaloid
berbentuk padatan kristal dan sedikit diantaranya merupakan padatan amorf.
Alkaloid pada dasarnya merupakan senyawa yang bersifat basa dengan keberadaan
atom nitrogen dalam strukturnya, Asam amino berperan sebagai senyawa pembangun
dalam biosintesis alkaloid. Kebanyakan alkaloid mengandung satu inti kerangka
piridin, quinolin, dan isoquinolin atau tropan dan bertanggungjawab terhadap efek
fisiologis pada manusia dan hewan.
Rantai samping alkaloid dibentuk atau merupakan turunan dari terpena atau asetat.
Alkaloid memiliki sifat basa dan bertindak sebagai senyawa basa dalam suatu reaksi.
Campuran alkaloid dengan suatu asam akan membentuk garam kristalin tanpa
membentuk air. Pada umumnya alkaloid berbentuk padatan kristal seperti pada
senyawa atropine. Beberapa alkaloid seperti lobeline atau nikotin berbentuk cairan.
Alkaloid memiliki kelarutan yang khas dalam pelarut organik. Golongan senyawa ini
mudah larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam air. Garam alkaloid biasanya larut
dalam air. Di alam, alkaloid ada di banyak tumbuhan dengan proporsi yang lebih besar
dalam biji dan akar dan seringkali dalam kombinasi dengan asam nabati. Senyawa
alkaloid memiliki rasa yang pahit.
Alat dan bahan

Alat: botol timbang, timbangan analitik, oven, krus silikat, tanur, alatdestilasi,
cawan dangkal beralas datar
Bahan: simplisia, etanol 70%, toluen, aquades, kloroform.

Prosedur kerja
1. Ekstraksi tumbuhan obat
a) 100 g simplisia direndam dalam 1000 mL etanol 70% selama
24 jam,kemudian disaring.
b) Filtrat dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental.
2. Penetapan susut pengeringan
a) Tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah
dikeringkanpada suhu 105 C selama 30 menit.
b) Masukkan 1 g ekstrak kental dan timbang seksama dalam
wadah yang sudah ditara. Perlahan-lahan dengan
menggoyang, ratakan zatuji sampai setinggi lebih kurang 5
mm.

c) Buka sumbat dan membiarkan sumbat ini di dalam oven,


keringkandi dalam oven pada suhu 105 C selama 30 menit
atau hingga bobottetap (Depkes 2014).
d) Penimbangan dinyatakan sudah mencapai bobot tetap
apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut
setelah dikeringkan atau dipijar selama 1 jam tidak lebih
dari 0,25% atau perbedaan penimbangan tersebut tidak
melebihi 0,5 mg pada penimbangan dengan timbangan
analitik.
3. Penetapan kadar air dengan metode gravimetri
a) Masukan 10 g ekstrak dan timbang seksama dalam wadah yang
telah ditara
b) Keringkan pada suhu 105 C selama 5 jam, kemudian ditimbang
c) Lanjutkan pengerigan dan timbang pada jarak 1 jam sampai
perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari
0,25%.
d) Penetapan kadar air dengan metode ini tidak cocok untuk ekstrak
yang memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi. Dalam hal
tersebut, maka metode ini lebih teat disebut sebagai penetapan
susut pengeringan.
4. Penetapan kadar abu total
a) Ekstrak etanol ditimbang seksama sebanyak 2 g, kemudian
dimasukan kedalam krus silikat yang telah ditara, dipijarkan
didalam tanur dan suhu dinaikan secara bertahap hingga 600°C
(selisih suhu kurang lebih25°C) sampai bebas karbon.
b) Selanjutnya, didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang.
c) Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji dan dinyatakan
dalam % b/b (Dekpes RI 2008).

Kadar abu total (%) = Berat abu (g) x 100%


Berat ekstrak
5. Penetapan kadar sari larut air
a) Keringkan serbuk di udara, maserasi selama 24 jam 5 g serbuk
dengan 100 ml air kloroform P, menggunakan labu bersumbatt
sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam .
b) Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering pada cawan dangkal
berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105 0
hingga bobot tetap.
c) Hitung kadar dalam persen sari yang alrut dalam air, dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
6. Penetapan kadar sari larut etanol
a) Sebanyak 1 g ekstrak dimaserasi dengan 25 mL etanol
selama 24 jam,saring cepat.

b) Filtrat air sebanyak 20 mL diuapkan dalam cawan dangkal


beralas dataryang telah dipanaskan pada 105 C dan
ditara.

c) Panaskan residu pada suhu 105 C hingga bobot tetap.


Hitung kadar saridalam persen (%).

Daftar Pustaka
- Yulis Adriana, 2022. Jurnal Praktikum Farmakognosi. Institut
Sains Dan Teknologi Al-kamal.
- Aryani, Farida. Cara Poduksi Dan Pengujian Kualitas Minyak Atsiri.
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Diakses 8 maret
2023
- Julianto, Tatang S. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Ed. 1, cet. 1.,
Yogyakarta, Febuari 2016
Modul 13
Penetapan parameter mutu ekstrak
Uraian teori
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campurandari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Bahan Baku dan
produk jadi Obat Tradisional memenuhi persyaratan mutu sebagaimana
tercantum dalam Materia Medika Indonesia, Farmakope Herbal Indonesia atau
standar persyaratan Farmakope Negara lain atau referensi ilmiah yang diakui
(BPOM RI 2014). Semua paparan yang tertera dalam monografi merupakan
syarat mutu simplisia dan ekstrak yang bersangkutan. Syarat ini berlaku bagi
simplisia dan ekstrak dengan tujuan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan,
tidak berlaku untuk kepentingan lain (Depkes 2008).
Mengingat pentingnya obat herbal (obat bahan alam yang berasal dari tumbuhan)
memiliki peran penting dalam bidang kesehatan maka perlu

dilakukannya upaya penetapan standar mutu dan keamanan ekstrak tumbuhan


obat. Rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi
berdasarkan data farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi
berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam
(tanaman obat) disebut dengan standardisasi (Saifudin dkk. 2011). Standardisasi
meliputi 2 aspek (Saifudin dkk. 2011), yaitu:

-Aspek parameter spesifik: berfokus pada analisis kandungan senyawa kimiaatau


golongan senyawa kimia (kualitiatif dan kuantitatif) yang nantinya terkait
dengan aktivitas farmakologi (efek terapinya).
-Aspek parameter nonspesifik: berfokus pada aspek fisika, biologi dan kimiayang
nantinya terkait dengan stabilitas dan keamanannya.
Analisis parameter nonspesifik diarahkan pada batas maksimal yang
diperkenankan terhadap material berbahaya yang ada dalam obat herbal.
Beberapa parameter nonspesifik yang umum ditentukan (Depkes RI 2000;
Saifudin dkk. 2011), yaitu:
a. Susut pengeringan
Prinsip: pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada suhu 105 C
selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dengan nilai
persentase. Jikabahan tidak mengandung minyak menguap dan sisa
pelarut organik menguap maka hasilnya identik dengan kadar air.
Tujuan: memberikan gambaran batasan maksimal (rentang)
tentangbesarnya senyawa yang hilang selama proses pengeringan.
b. Bobot jenis
Prinsip: massa per satuan volume pada suhu kamar (25 C) yang
ditentukandengan alat piknometer.
Tujuan: memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan
volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai
ekstrak kental yangmasih dapat dituang.
c. Kadar air
Prinsip: pengukuran kandungan air yang berada pada bahan setelah
proses evaporasi, baik secara gravimetri, titrimetri (langsung dan
tidak langsung),
ataupun destilasi. Penetapan kadar air dengan gravimetri tidak
sesuai untukekstrak dengan kandungan minyak atsiri yang tinggi.
Tujuan: memberikan batasan minimal (rentang) besarnya
kandungan air dalam bahan. Rentang kadar air ekstrak kering
adalah <5%, ekstrak kental adalah 5-30%, dan ekstrak cair >30%.
d. Kadar abu
Prinsip: jika bahan dipanaskan pada suhu dimana senyawa organik
dan turunannya terdestruksi dan menguap, maka akan menyisakan
unsur mineral dan anorganik. Penetapan kadar abu meliputi: kadar
abu total dan kadar abu tidak larut asam.
Tujuan: memberikan gambaran kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak.
e. Sisa pelarut
Prinsip: menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang
memang ditambahkan). Aspek ini terkait dengan kemurnian dan
kontaminasi. Secaraumum metode yang digunakan adalah dengan
destilasi (untuk penetapan kadar etanol) dan kromatografi gas-cair.
Tujuan: memberikan jaminan bahwa selama proses tidak
meninggalkan sisapelarut yang memang seharusnya tidak ada.
f. Residu pestisida
Prinsip: menentukan kandungan sisa pestisida yang mungkin
pernah ditambahkan atau justru mengkontaminasi ada simplisia
atau ekstrak.
Tujuan: memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena akan berbahaya
(toksik) bagi kesehatan.
g. Cemaran logam
Prinsip: menentukan kandungan logam berat secara spektroskopi
serapan atom atau lainnya yang valid.
Tujuan: memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
logam beratt tertentu (Pb, Cd, Hg, dsb.) melebihi nilain yang
ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan.
h. Cemaran mikroba

Prinsip: menentukan (identifikasi) adanya mikroba patogen secara


analisis mikrobiologis. Parameter yang ditetapkan meliputi: uji
Angka Lempeng Total (ALT), uji Nilai Duga Terdekat (MPN)
Coliform, serta cemaran kapang, khamir, dan aflatoksin.
Tujuan: memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba
patogen dan tidak megandung mikroba nonpatogen melebihi batasan yang
ditetaokan karena berbahaya bagi eksehatan.
Analisis parameter spesifik diarahkan pada aspek kualitatif dan kuantitatif
kandungan senyawa pada obat herbal. Perkiraan kasar senyawa- senyawa yang
bersifat polar (larut air) dan senyawa aktif yang bersifat semipolar-nonpolar
(larut etanol) yang terkait dengan aktivitas obat herbal dapat diketahui melalui
penentuan kadar sari larut. Parameter yang diukur adalah persentase bobot
ekstrak larut dalam etanol atau air (Saifudin dkk 2011).

Alat dan bahan

Alat: botol timbang, timbangan analitik, oven, krus silikat, tanur, alatdestilasi,
cawan dangkal beralas datar
Bahan: simplisia, etanol 70%, toluen, aquades, kloroform

Prosedur kerja

Ekstraksi tumbuhan obat

-)100 g simplisia direndam dalam 1000 mL etanol 70% selama 24 jam,kemudian


disaring.
-)Filtrat dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hinggadiperoleh ekstrak
kental.
Penetapan susut pengeringan
-)Tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkanpada suhu
105 C selama 30 menit.
-)Masukkan 1 g ekstrak kental dan timbang seksama dalam wadah yang sudah
ditara. Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan zatuji sampai setinggi lebih
kurang 5 mm.

-)Buka sumbat dan membiarkan sumbat ini di dalam oven, keringkan di dalam
oven pada suhu 105 C selama 30 menit atau hingga bobottetap (Depkes 2014).
-)Penimbangan dinyatakan sudah mencapai bobot tetap apabila perbedaan dua
kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan atau dipijar selama 1 jam
tidak lebih dari 0,25% atau perbedaan penimbangan tersebut tidak melebihi 0,5
mg pada penimbangan dengan timbangan analitik.
Susut pengeringan (%) =bobot awal − bobot tetap
x 100%

bobot awal
Penetapan kadar air dengan metode gravimetri
-)Masukan 10 g ekstrak dan timbang seksama dalam wadah yang telah ditara
-)Keringkan pada suhu 105 C selama 5 jam, kemudian ditimbang
-)Lanjutkan pengerigan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara
dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.
-)Penetapan kadar air dengan metode ini tidak cocok untuk ekstrak yangmemiliki
kandungan minyak atsiri yang tinggi. Dalam hal tersebut, maka metode ini lebih
teat disebut sebagai penetapan susut pengeringan.
Penetapan kadar abu total
-)Ekstrak etanol ditimbang seksama sebanyak 2 g, kemudian dimasukankedalam
krus silikat yang telah ditara, dipijarkan didalam tanur dan suhu dinaikan secara
bertahap hingga 600°C (selisih suhu kurang lebih25°C) sampai bebas karbon.
-)Selanjutnya, didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang.
-)Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji dan dinyatakan dalam % b/b (Dekpes
RI 2008).
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔) ×100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙(%) =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔)
Penetapan kadar sari larut air
-)Keringkan serbuk di udara, maserasi selama 24 jam 5 g serbuk dengan 100 ml air
kloroform P, menggunakan labu bersumbatt sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam
pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam .
-)Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering pada cawan dangkal berdasar rata yang
telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105 0 hingga bobot tetap.
-)Hitung kadar dalam persen sari yang alrut dalam air, dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara.
Penetapan kadar sari larut etanol
-)Sebanyak 1 g ekstrak dimaserasi dengan 25 mL etanol selama 24 jam,saring
cepat.
-)Filtrat air sebanyak 20 mL diuapkan dalam cawan dangkal beralas dataryang
telah dipanaskan pada 105 C dan ditara.
-)Panaskan residu pada suhu 105 C hingga bobot tetap. Hitung kadar sari
dalam persen (%).

Daftar Pustaka

- BPOM RI. Peraturan KaBPOM RI No. 12 Tahun 2014 tentang


PersyaratanMutu Obat Tradisional. Jakarta: BPOM RI.
- Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta:
- Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, BPOM
- Saifudin, A., Rahayu, V., Teruna, H.Y. 2011. Standardisasi Bahan Obat
Alam Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai